You are on page 1of 8

CORE STANDAR UTK GURU (INTASC)

3. The teacher understands how students different in their approaches to learning and
creates instructional opportunities that are adapted to diverse learners.
“ Guru mengerti bagaimana cara memberikan pendekatan-pendekatan yang
berbeda kepada siswa untuk belajar dan menciptakan kesempatan-kesempatan
pengajaran yang telah diadaptasi untuk meragamkan para siswa.”

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Seharusnya dalam pengajaran, guru memperhatikan perbedaan individu siswa. Siswa
di kelas bagaikan sekotak krayon yang mempunyai masing-masing mempunyai warna
mereka sendiri. Mereka mempunyai kepribadian dan kemampuan yang berbeda-beda.
Jadi, seharusnya guru lebih intensif dalam berkomunikasi dengan siswa dan peka dalam
kegiatan belajar mengajar.
Intensif dalam berkomunikasi maksudnya guru sering menanyakan pada siswa apakah
mereka sudah paham dengan materi yang ia sampaikan. Sedangkan peka pada siswa
maksudnya adalah guru harusnya tahu keadaan siswa-siswanya. Seperti apakah siswanya
sudah dapat menyerap pelajaran dengan baik, dan seorang guru harus tahu apabila salah
satu siswanya mempunyai masalah yang sedang dihadapi sehingga tidak dapat menerima
pelajaran dengan baik, dan berusaha membantu siswanya untuk memecahkan masalahnya.
Selain siswa berbeda kepribadian dan kemampuan, siswa juga mempunyai latar
kebudayaan yang berbeda-beda. Apalagi sekolah yang sudah berstandar internasional,
siswanya pasti dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Pada saat memasuki dunia
sekolah, mereka telah menyerap banyak aspek budaya di tempat mereka dibesarkan.
Jadi, seharusnya tidak menganggap bahwa semua siswa sama. Apabila diberi
perlakuan A maka semua respon siswa B. Padahal bisa saja muncul respon C, D,E.

1
3a. The teacher identifies and designs instruction appropriate to students stages of
development, learning styles, strength, and needs.
“Guru mengenali dan mendesain pengajaran yang sesuai dengan tingkatan
perkembangan, gaya belajar, kelebihan dan kebutuhan siswa”.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan guru agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien dengan melihat tahap perkembangan siswa, gaya
belajar, kekuatan dan kebutuhan adalah:
 Expository dan Discovery/Inquiry :
“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi yang
berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung.
Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah
diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan
belajar dari informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik.
 Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk
menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan : Berdiri pada
jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wama, dan sebagainya.
Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositorik. Ia mengemukakan
aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati aturan tersebut.

3b. The teacher uses teaching approaches that are sensitive to the multiple experiences
of learners and that address different learning and performance modes.
“Guru mengunakan pendekatan pengajaran yang sesuai dengan berbagai
pengalaman dari siswa dan dapat menempatkannya pada pembelajaran dan model
penampilan yang berbeda.”

 Para siswa diberikan keterampilan untuk mengumpulkan data dengan cara


melakukan wawancara dengan masyarakat desa. Bahkan kalau perlu melakukan observasi
partisipatif, misalnya ikut memerah susu sapi, ikut menanam padi, atau ikut membuat
barang-barang keterampilan, dan sebagainya.
 Metode ini dalam beberapa hal sama dengan metode widyawisata atau sinau wisata,
atau sekarang banyak dikenal dengan outbound di daerah alam pegunungan, di daerah
pedesaan. Kalau perlu untuk melaksanakan kegiatan ini dibentuk panitia kecil, atau

2
pembagian tugas untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siswa dengan
didampingi oleh dewan pendidik.

3c. The teacher makes appropriate provisions (in terms of time and circumstances for
work, tasks assigned, communication and response modes) for individual students
who have particular learning differences or needs.
“Guru membuat bahan-bahan atau material yang sesuai (yang mempertimbangkan
waktu dan lingkngan pekerjaan, pemeriksaan tugas, komunikasi dan respon)
dengan pribadi setiap siswa yang memiliki pembelajaran dan kebutuhan yang
khusus dan berrbeda.”

Menurut Given (2007), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu menciptakan
iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa.
Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan
menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat
untuk belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal,
dan mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika
pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem
emosional siswa siap untuk belajar.
 Mind Mapping : Guru membagikan bacaan sesuai pokok bahasan; siswa mencari
kata-kata kunci; siswa membuat skema (peta konsep); presentase, menjelaskan hubungan
antarkonsep yang ada.
 Learning Start with Question yaitu guru membagikan teks yang relatif baru (asing);
siswa membaca secara kelompok (minimal 2 org); mengutarakan isi bacaan sesuai yang
dipahami; siswa yang lebih memahami materi memberi jawaban dan tanggapan.

3d. The teacher can identify when and how to access appropriate services or resources
to meet exceptional learning needs.
“Guru dapat mengidentifikasikan kapan dan bagaimana cara untuk mengakses
pelayanan atau sumber yang sesuai untuk kebutuhan pembelajaran yang lebih
dapat diterima.”

3
 Berdasarkan kecepatan masing-masing siswa .”
Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran
dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang
mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas
kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan
siswa adalah pengajaran modul.
 Pengelompokan berdasarkan kemampuan :
Pengelompokan yang homogen dan didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada
pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan
satukelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan
potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat
perkembangan intelektualnya.

3e. The teacher seeks to understand students’ families, cultures, and communities and
uses this information as a basis for connecting instruction to students’ experiences
(e.g. drawing explicit connections between subject matter and community matters,
making assignments that can be related to students’ experiences and cultures.
“Guru mencoba untuk mengerti keluarga siswa, kebudayaan dan komunitas dan
menggunakan informasi ini sebagai acuan dalam menghubungkan pembelajaran
pada pengalaman siswa (contohnya menggambar akan mengungkapkan hubungan
antara masalah subjek dan komunitas, pembuatan tugas yang dapat dihubungkan
dengan pengalaman dan kebudayaan siswa.”

 Every one is a teacher here yaitu guru memberikan bahan bacaan, siswa membaca
sebentar; masing-masing siswa membuat pertanyaan dalam sebuah kartu; kartu diambil dan
dibagikan secara acak kepada siswa; masing-masing membaca pertanyaan dan jawabannya
secara bergantian; lalu siswa lain diberi kesempatan memberikan tanggapan
 Critical Incident yaitu siswa mengingat dan mendeskripsikan pengalaman masa lalu
yang menarik dan berkaitan dengan pokok bahasan; siswa lain mengulas dan memberikan
solusi (deskripsi tidak harus dengan lisan, bisa juga dengan tertulis)

4
3f. The teacher brings multiple perspectives to the discussion of subject matter,
including attention to students personal, family, and community experiences and
cultural norms.
“Guru membawa perspektif yang beragam sehingga dapat terjadi diskusi yang
melibatkan perhatian akan personaliti siswa, keluarga dan pengalaman komunitas
serta norma budaya.”

 Team Quiz yaitu guru membentuk tiga kelompok; tugas secara bergantian untuk
membuat soal, jawaban dan penilaian; buat skor; masing-masing jawaban tiga kelompok
(cocok untuk pendalaman pada pertemuan akhir untuk evaluasi).
 Debat Aktif yaitu guru membentuk dua kelompok; mengemukakan permasalahan
yang kontroversial; siswa mempersiapkan argumentasi; berdebat saling membuat pertanyaan
dan tanggapan.
 Brainstorming yaitu menentukan topik; siswa mencurahkan pendapat, ide, dan
gagasannya; guru menulis dan menginventarisasi; pendapat yang ada di seleksi dan diambil
yang benar.
 Elitasi yaitu menentukan topik; siswa mencurahkan pendapat; ide, gagasannya;
guru menyeleksi dan menulis di papan tulis

3g. The teacher creates a learning community in which individual differences are
respected
“Guru menciptakan suatu komunitas belajar di mana perbedaan-perbedaan
individual dihargai.”

Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian
dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem emosioanl
bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada
interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa
menuntut sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa
bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata.
Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan
sebagai berkah individual untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus

5
diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama
tulus anta-individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif
dalam pemecahan masalah.
 Adakan diskusi kelas untuk membahas hasil pekerjaan siswa .Berikan
kesempatan kepada siswa yang diberikan tugas untuk menulis untuk menjelaskan
tentang tulisan yang dihasilkan.
 Kemudian, berikan kepada semua siswa, atau kepada semua kelompok untuk
memberikan komentar dan koreksi terhadap tulisan tersebut. Guru dapat
memberikan komentar dan koreksi terhadap tulisan tersebut. Jangan sampai lupa
memberikan apresiasi kepada para siswa yang telah melaksanakan kegiatan ini.
 Pajanglah semua hasil tulisan siswa tersebut di tempat yang telah ditentukan.
Jangan sekali-kali ada tulisan yang tidak dipajang. Berikan kesempatan kepada kelas
lain untuk menyaksikan hasil pekerjaan siswa. Ajak kepala sekolah dan guru lainnya
untuk memberikan apresiasi terhadap hasil pekerjaan siswa.

6
Sesi Tanya Jawab:
Pertanyaan dari Dwi Sari
Bagaimana contoh diskusi kelas yang efektif, sejauh ini dalam melakukan
pembelajaran yang sifatnya berkelompok selalu kurang efektif!

Jawab:
Ada beberapa contoh model cara berdiskusi atau pembelajaran dengan cara
berkelompok, antara lain:
a. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran.
Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,
atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.
Sintaknya adalah sebagai berikut:
1. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok
materi dan mekanisme kegiatan
2. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja
ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan
level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh
siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja
tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
3. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal
yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu
terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya
diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor
yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

7
4. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat
dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan
sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama,
begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang
sama.
5. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual,
berikan penghargaan kelompok dan individual.

• TS-TS (Two Stay – Two Stray)


Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa
bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk
menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal,
kerja kelompok, laporan kelompok.

• STAD (Student Teams Achievement Division)


STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara
kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual
dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan
individual dan berikan reward.

• NHT (Numbered Head Together)


NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan
materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai
dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama
sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat
skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

You might also like