You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL 4
POLIGON

Astri Maharani (0906636775)


Mohamad Fauzi Rachman (0906636876)
Ratih Agustine Putri (0906643780)

Waktu Praktikum : 18 Oktober 2010


Asisten Praktikum : Mujib Ridha
PJ Laporan : Astri Maharani
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2010
POLIGON
Tujuan :
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan letak suatu titik dalam suatu
sistem koordinat tertentu dan menerapkan penggunaan alat Theodolit dalam
pembuatan kerangka dasar pemetaan.

Peralatan yang diperlukan :


1. Theodolite 1 buah
2. Unting – unting 1 buah
3. Payung 1 buah
4. Meteran 1 buah
5. Patok 7 buah
6. Statif 1 buah

Teori :
Poligon merupakan serangkaian garis lurus khayal yang menghubungkan
titik – titik di permukaan bumi. Setiap titik dalam rangkaian tersebut akan menjadi
acuan bagi penentuan koordinat titik – titik disekitarnya. Pengukuran polygon bisa
digunakan untuk menentukan kerangka dasar mendatar pengukuran situasi.
Pada pengukuran situasi, Theodolite diletakkan pada titik – titik Polygon.
Jika tidak terdapat titik diantara titik – titik Poligon sebagai titik acuan, maka
harus dilakukan pengikatan ke belakang (dari titik pertama Poligon ke titik acuan).
Pengukuran Poligon mengikuti pengukuran sudut mendatar dan jarak
mendatar antar titik – titik Poligon. Dari selisih antara dua sudut mendatar pada
satu titik, diperoleh sudut dalam Polygon pada titik tersebut.
Ada dua cara pengukuran Polygon, yaitu :
a. Cara Poligon tertutup ( satu titik acuan )
b. Cara Poligon terbuka ( dua titik acuan )

Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk


pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas - sekitar

1
(20 km x 20km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan
dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan
maupun pemeriksa.
Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan dan keadaan medan
lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun
ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis
dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan
dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran
menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan
dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.

Koordinat VR diketahui
Sudut – sudut Polygon So, S1, ....., S6 diketahui.

Bila : αVR = sudut jurusan 1 – V2

α12 = sudut jurusan 1 – 2


Rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan :

α12 = αVR – So
α23 = α 12 + 180 0 – S2
α34 = α23 + 180 0 – S3
α45 = α34 + 180 0 – S4

Titik 1

X1 = XR + dR sin αVR

Y1 = YR + dR cos αVR
Dimana dR = jarak dari titik 1 ke VR

Titik 2

X2= X1 + d12 sin αV12

2
Y2 = Y1+ d12 cos αV12
Dimana d12 = jarak dari titik 1 ke 2
Titik 3

X3 = X2 + d23 sin αV23

Y3 = Y2 + d23 cos αV23


Dimana dR = jarak dari titik 2 ke 3
Demikian juga untuk titik 4, 5 dan 6

Untuk mendapatkan hasil yang cukup teliti, maka diadakan koreksi – koreksi. Ada
2 macam koreksi, yaitu :

1. Koreksi Sudut “ f (α)”

S1 + S2 + S3 + S4 + S5 + S6 + f (α) = 720 0( jumlah sudut dalam segi enam )


Atau :
( n-2 ) X 180 0

f (α) = 720 0- S1

f (α) merupakan koreksi sudut

f (α) dibagi – bagi pada S1 , S2 , S3 , ....... , S6


2. Koreksi Jarak

a. ∑di sin α + f (x) = (x) = Xakhir – Xawal


Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :
Xakhir – Xawal = 0

∑di sin α + f (x) = 0


F(x) = koreksi x

b. ∑ di cos α + f (y) = Yakhir – Yawal


Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :
Yakhir – Yawal = 0

∑di sin α + f (y) = 0

3
F(y) = koreksi y
Maka :
Absis xi diberi koreksi sebesar : di . f(x)/ ∑ d
Ordinat yi diberi koreksi sebesar : di . f(y)/ ∑ d

Cara Kerja
 Meletakkan patok-patok pada area lapangan sesuai dengan sketsa yang
telah dibuat$
 Memasang Theodolite di atas statif pada titik A (titik awal) kemudian
mengatur gelembung nivo agar berada di tengah dan memastikan
Theodolit tegak lurus terhadap batch mark sehingga diperoleh sudut
vertikal 90o

Gambar 1. Praktikan sedang mengatur nivo

 Membidikkan Theodolite ke titik F dan lakukan pembacaan sudut,


benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

4
Gambar 2. Praktikan membidikkan Theodolite ke titik acuan

 Menghitung jarak antara titik A dan F dengan menggunakan pita ukur.


 Setelah itu, membidikkan Theodolite ke titik B kemudian catat sudut
horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Menghitung jarak antara titik A dan F dengan menggunakan pita ukur.
 Memindahkan Theodolite ke titik B kemudian mengatur gelembung
nivo agar berada di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus
terhadap bench mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o

 Membidikkan Theodolite searah jarum jam ke titik C dan melakukan


pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

5
Gambar 3. Praktikan melakukan pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan

benang bawah.

 Menghitung jarak antara titik A dan B dengan menggunakan pita ukur.


 Setelah itu, membidikkan Theodolite ke titik A kemudian catat sudut
horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Memindahkan Theodolit ke titik C kemudian mengatur gelembung
nivo agar berada di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus
terhadap batch mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o
 Menghitung tinggi alat di titik C dengan menggunakan pita ukur.
 Membidikkan Theodolite searah jarum jam ke titik D dan lakukan
pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
Menghitung jarak antara titik C dan D dengan menggunakan pita ukur.
 Setelah itu, membidikkan Theodolite ke titik B kemudian catat sudut
horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Memindahkan Theodolite ke titik D kemudian mengatur gelembung
nivo agar berada di tengah dan memastikan Theodolite tegak lurus
terhadap bench mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o
 Membidikkan Theodolite searah jarum jam ke titik E dan lakukan
pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Menghitung jarak antara titik D dan E dengan menggunakan pita ukur.

6
 Setelah itu, membidikkan Theodolite ke titik C kemudian catat sudut
horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Memindahkan Theodolite ke titik E kemudian mengatur gelembung
nivo agar berada di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus
terhadap bench mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o
 Membidikkan Theodolite searah jarum jam ke titik F dan lakukan
pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Menghitung jarak antara titik E dan F dengan menggunakan pita ukur.
 Setelah itu, membidikkan Theodolite ke titik D kemudian catat sudut
horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Memindahkan Theodolite ke titik F kemudian mengatur gelembung
nivo agar berada di tengah dan memastikan Theodolit tegak lurus
terhadap bench mark sehingga diperoleh sudut vertikal 90o
 Membidikkan Theodolite searah jarum jam ke titik A dan lakukan
pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Setelah itu, membidikkan Theodolite ke titik E kemudian catat sudut
horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.

7
Pengolahan Data
Pengolahan data Praktikum
Titik
letak Titik BA BT BB HA VA d lapangan
theodolite
A A-F 158 154.5 151 0 90 7m
o
  A-B 102 96.1 94.2 144 28’35” 90 7,5 m
B B-A 148.5 144.8 141 0 90 7,5 m
o
  B-C 134.8 130 125.4 77 25’25” 90 9,19 m
C C-B 120 115.5 111 0 90 9,19 m
o
  C-D 131.2 127.5 125.6 115 34’15” 90 5,8 m
D D-C 127.2 124.2 121.2 0 90 5,8 m
  D-E 168.9 166.5 164.2 128o63’45” 90 4,47 m
E E-D 100.4 98.2 96 0 90 4,47 m
o
  E-F 143.2 140 137.8 148 51’35” 90 4,69 m
F F-A 100 96.5 93.3 103o57’50” 90 7m

1. Sudut dalam sebelum koreksi

TITIK BESAR SUDUT DALAM


A 144o28’35”
B 77o25’25”
C 115°34’15''
D 128°63'45''
E 148°51'35''
F 103°57'50''
JUMLAH SUDUT DALAM = 719°21'25''

8
2. Koreksi Sudut
 Polygon segi-n
R∞ = (n-2) x 180° = (6-2) x 180° = 720°

 Faktor koreksi
F∞ = (720° - 719°21'25'')/6 = 0°6' 25,83''

3. Sudut setelah dikoreksi

BESAR SUDUT DALAM


TITIK TERKOREKSI
A 144°35'0.83''
B 77°31'50.83''
C 115°40'40.83''
D 129°10'10.83''
E 148°58'0.83''
F 104°4'15.83''
JUMLAH SUDUT DALAM =720°

3. Sudut Jurusan

TITIK BESAR SUDUT JURUSAN


A-B 0°0 '0''
B-C N 102°28’9.17” E
C-D S 13°12' 31.68'' E
D-E S 37° 17' 17.47'' W
E-F S 68° 39' 16.67'' W
F-A N 35° 24' 59.14'' W

9
Pengolahan data jarak
1. Proyeksi terhadap sumbu X
dij x = Lij sin αij
αij = Sudut Jurusan

Ketentuan : East ( E ) = + West ( W ) = -

Titik Lij ( m ) αij Hasil ( dij x)


A–B 7,5 0°0 '0'' 0
B–C 9,19 N 102°28’9.17” E 8,97
C–D 5,8 S 13°12' 31.68'' E 2,1
D–E 4,47 S 37° 17' 17.47'' W -2,73
E–F 4,69 S 68° 39' 16.67'' W -4,37

F–G 7 N 35° 24' 59.14'' W -4,06

∑ 38.65   -0,09

2.Proyeksi terhadap sumbu Y


dij y = Lij cos αij
αij = Sudut Jurusan

Ketentuan : North ( N ) = + South ( S ) = -

Titik Lij ( m ) αij Hasil ( dij y)


A–B 7,5 0°0 '0'' 7.5
B–C 9,19 N 102°28’9.17” E -1.98
C–D 5,8 S 13°12' 31.68'' E -5,65
D–E 4,47 S 37° 17' 17.47'' W -2,73
E–F 4,69 S 68° 39' 16.67'' W -1,71
F–G 7 N 35° 24' 59.14'' W
5,7
∑ 38.65   -4,39

Perhitungan kesalahan

10
| D optis−Dlapangan
KR D optis=
D lapangan |x 100 %

d lapangan d optis Kesalahan (%)

7m 70 0
7,5 m 78 3,85
7,5 m 75 0
9,19 m 94 2,29
9,19 m 90 2,07
5,8 m 56 3,45
5,8 m 60 3,45
4,47 m 47 5,15
4,47 m 44 10,51
4,69 m 54 15,14
7m 67 4,29

Analisa

11
a) Analisa Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Theodolite, patok,
rambu, unting – unting, payung, statif. Theodolite digunakan untuk membaca
rambu serta untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal, statif untuk
meletakkan Theodolite, unting – unting untuk mempermudah agar Theodolite
posisinya mendatar karena pada praktikum ini letak Theodolite dipindah – pindah
pada tiap titik polygon dan patok untuk menandai titik yang akan diukur, rambu
untuk membaca benang atas, tengah dan bawah, serta payung untuk melindungi
Theodolite dari cahaya matahari karena alat sensitif terhadap cahaya.
Praktikum kali ini bertujuan agar dapat mengatur letak suatu titik terhadap
suatu sistem koordinat tertentu sehingga membentuk suatu polygon. Alat yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah theodolit. Fungsi theodolit ini untuk
membentuk kerangka dasar pemetaan yang akan berbentuk polygon. Praktikum
kali ini dilakukan untuk mengetahui sudut dalam, jarak mendatar antara titik-titik
polygon, dan sudut jurusan (bearing).
Pertama-tama hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum ini. Peralatan yang dibutuhkan
adalah theodolit, patok, paying, rambu, tripod, dan meteran. Hal selanjutnya yang
harus di lakukan adalah menentukan titik mula, yaitu titik A, dan menentukan ke 5
titik lainnya yaitu titik B, C, D, E, dan F. Atur posisi theodolite pada titik A,
seperti mengatur posisi gelembung nivo agar tepat berada di tengah-tengah,
tembakan ke titik sebelum titik acuan (F) dengan sudut horizontal awal 00°00’00”
dan sudut vertikal 90°00’00”.
Ukur jarak dari titik A ke F, kemudian putar theodolite ke titik B untuk
dibidik sehingga diperoleh data sudut dalam di titik A lalu ukur jarak antara titik
A dengan titik B. Pada praktikum kali ini hal yang harus kita perhatikan adalah
arah putaran theodolite harus selalu searah jarum jam dan harus mengukur tinggi
alat di setiap titik tembak.

Hal yang selanjutnya dilakukan adalah memindahkan theodolite ke titik B


dengan membidik titik A seperti langkah-langkah diatas. Hal lain yang harus

12
selalu diinget adalah sudut horizontal harus selalu 00°00’00” dan sudut vertikal
pun harus selalu 90°00’00”. Kemudian bidik ke titik C, catat besar sudut
horizontal dan jarak dari B ke C. Demikian seterusnya dengan langkah yang sama
di setiap titik yang telah ditentukan.

b) Analisa Hasil

Praktikum kali ini dilakukan untuk mendapatkan sudut dalam tiap titik,
sudut jurusan, dan jarak antar titik yang membentuk polygon. Koordinat titik akan
diperoleh dari hasil pengolahan jarak. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung sudut dalam, contohnya jika titk tembak berada di titik A berarti
untuk mencari sudut dalam A dapat dikurangin dengan 360° dengan sudut hasil
bidikan dari titik F ke B. Hal tersebut pun berlaku untuk menentukan sudut dalam
di titik-titik yang lain.

Penentuan sudut bearing dapat dibantu dengan gambar yang menggunakan


skala tertentu dan dapat diperiksa kebenarannya dari hasil perhitungan. Pada
pengukuran di lapangan sudut dalam yang diperoleh tidak sama dengan
standarnya, yaitu 720°. Sementara hasil pengukuran yang di dapat dilapangan
adalah 719°21’25”. Ini membuktikan bahwa hasil pembidikan ada yang tidak
tepat karena disebabkan beberapa faktor kesalahan. Agar polygon tersebut
mempunyai sifat sebagai polygon tertutup maka diperlukan adanya proses faktor
koreksi. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, faktor koreksi
sudutnya sebesar 0°6' 25,83''. Berikut gambar poligin setelah koreksi sudut:

13
Gambar 4. Sketsa poligon
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah mencari besar sudut jurusan. Untuk
menentukan sudut jurusan, mula-mula kita tentukan arah utara dengan bantuan
gambar dan data sudut dalam. Fungsi dari sudut jurusan ini adalah untuk
menunjukan keakuratan dari jarak yang telah kita hitung sebelumnya dengan
meteran. Sudut jurusan didapat dengan cara menambahkan sudut yang di dapat
pada saat pengukuran dilapangan dengan faktor koreksi sudut sebesar 0°6' 25,83' '.
Pengolahan data jarak dapat dilakukan setelah besar sudut jurusan diketahui.

Adapun, dari pengolahan data diperoleh kordinat poligon adalah sebagai berikut :

Titik X Y
A-B 0 7.5
B-C 8,97 -1.98
C-D 2,1 -5,65
D-E -2,73 -2,73
E-F -4,37 -1,71
F-G -4,06 5,7

Pengolahan data jarak akan menghasilkan proyeksi pada sumbu x dan


proyeksi pada sumbu y. Untuk mencari proyeksi pada sumbu x di setiap titik dij x
= Lij sin αij dengan αij = Sudut Jurusan dan ∑dij x = -0,09. Sedangkan untuk

14
mencari proyeksi pada sumbu y di setiap titik dij y = Lij cos αij dengan αij = Sudut
Jurusan dan ∑dij y = -4,39.

c) Analisa Kesalahan
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan dari praktikum kali ini
adalah:
 Letak statif yang tidak sejajar dengan bidang horizontal bumi serta posisi
nivo pada theodolit yang tidak berada ditengah-tengah dapat menimbulkan
penyimpangan sudut.
 Besar jurusan pun dapat mengalami penyimpangan akibat letak theodolite
yang tidak tepat tegak lurus sumbu vertikal permukaan bumi.
 Kesalahan pembacaan pun dapat terjadi ketika membidik sudut. Hal
tersebut berhubungan dengan penempatan rambu yang tidak tegak lurus sehingga
letaknya tidak sesuai dengan garis benang theodolit yang dapat menimbulkan
penyimpangan sudut.

Kesimpulan
 Kerangka dasar mendatar pemetaan dengan pengukuran poligon dapat
dibuat dengan menggunakan theodolite.
 Poligon adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik di permukaan
bumi.
 Pengukuran dilapangan menghasilkan sudut dalam sebesar 719°21’25”
dan faktor koreksi sudut sebesar 0°6’25,83”.
 Dengan menentukan besar sudut dalam, baik secara azimuth maupun
bearing, kita dapat menentukan koordinat tiap titik sehingga kita dapat
memperoleh bentuk polygon. Setiap titik dalam rangkaian akan menjadi acuan
bagi penentuan koordinat titik-titik sekitarnya.
 Berdasarkan dari hasil pengolahan data jarak dihasilkan nilai ∑dij x = -0,09
dan nilai ∑dij y = -4,39.

15
Daftar Pustaka
Tim Penyusun Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. 2010. Pedoman Praktikum
Ilmu Ukur Tanah. Depok : Laboratorium Survey dan Pemetaan, Jurusan Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

16

You might also like