Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
3
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip
dasar:
5
kebersamaan yang timbal balik antar sesama anggota masyarakat
dan pemerintah dengan masyarakat baik dalam kondisi lapang
maupun sempit untuk mewujudkan kesejahteraan atau dalam
mengantisipasi suatu bahaya.
Ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dalam At-Takaful Al-
Ijtima’i ini, yaitu:
"Ahli peniaga yang jujur lagi amanah adalah bersama sama para
nabi, para siddiqin dan para syuhada' " (Bukhari)
"Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa apa
yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui Batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang
7
yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik
daripada apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertaqwalah
kepada Allah Yang kamu beriman kepada Nya." (A1 Ma'idah: 87-88)
1. Al-qur’an
9
mengahramkan riba. Orang-orang yang telah samapi kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba)
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang-orang yang
mengulangi (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
2. As-sunah An-Nabawiyah
Mengambil kira asas asas dan ruang lingkup ciri cirinya, nyatalah
tujuan ekonomi Islam adalah bersifat ibadah dan melaksanakannya
bererti, melaksanakan sebahagian daripada tuntutan 'ibadah yang
menyeluruh.
11
Sabda Rasulullah s.a.w yang mafhumnya:
13
masyarakat.
15
Atas dasar ini Allah memerintahkan kaum muslimin agar bersiap
sedia dengan apa sahaja kekuatan yang dapat menimbulkan rasa
takut musuh terhadap mereka.
17
ekonomi Islam (dengan perangkat-perangkat institusionalnya)
banyak diajukan sebagai alternatif.
19
penghasilan yang diterima (pasar pendanaan). Segmen konventional
memilih bunga, karena bunga dianggap mencerminkan cost yang
menguntungkan dari segi pembiayaan atau return yang
menguntungkan dari segi pendanaan. Sedangkan segmen Syari’ah
Loyalist akan memilih bank Syari’ah walaupun selisih rate bank
Syari’ah lebih besar 1-2% di atas bunga bank conventional atau
lembaga keuangan bukan bank (Non Bank Financial Institution) dari
segi pembiayaan, maupun lebih rendah dari segi pedanaan.
Sebaliknya segmen floating mass hanya akan cenderung memilih
biaya yang paling rendah atau return yang paling tinggi. Pilihan
terhadap bank syari’ah akan dilakukan apabila selisih rate bank
syari’ah lebih kecil atau lebih besar 2-3% dari bank konvensional atau
lembaga keuangan non bank. Dari segi market size maka segmen
yang terbesar justru ada pada segmen floating mass. Sebaliknya
segmen terkecil ada pada segmen syari’ah loyalist. Di samping
market size dari segmen floating mass yang sangat besar, segmen ini
mencerminkan suatu segmen yang memiliki perilaku yang dapat
bergerak memilih (switching) produk-produk bank konvensional atau
memilih produk-produk bank syari’ah Ini berarti, pangsa pasar
potensial lembaga-lembaga ekonomi Islam justeru banyak terletak
pada mereka yang sebenarnya tidak terlalu mementingkan nilai ke-
syari’ah-an.
Untuk merubah status usaha-usaha yang dikelola oleh kebanyakan
masyarakat kita dari unbankable menjadi bankable (layak secara
perbankan) sebenarnya masih ada lembaga ekonomi Islam lainnya
yang dapat dikembangkan, misalnya lembaga zakat. Sebagaimana
diketahui zakat merupakan built in system dalam kerangka
redistribusi dan realokasi sumber daya ekonomi produktif. Penyaluran
zakat kepada sektor-sektor produktif masyarakat, apabila dikelola
secara profesional akan dapat mengembangkan sektor-sektor
produktif tersebut ke tingkat yang lebih baik. Untuk itu, pemikiran-
pemikiran strategis dalam rangka pengembangan zakat perlu
dikembangkan, termasuk perlunya membuat semacam cetak biru
(blue print) orientasi, arah dan strategi pengembangan zakat.
Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun tentang riba adalah yang
tercantum dalam surat Ar Rum ayat 39. Ayat ini memberikan satu
definisi tentang riba yang dilarang yaitu:“ Dan sesuatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
21
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).Dari ayat tersebut,
Dawam Rahardjo (1996:604) memberikan ulasan bahwa yang
dimaksud dengan kata riba adalah nilai atau harga yang ditambahkan
kepada harta atau uang yang dipinjamkan kepada orang lain. Pada
ayat di atas tidak atau belum terdapat ketetapan hukum tentang
haramnya riba.Agaknya hal ini merupakan ancang-ancang terhadap
larangan riba dalam ayat-ayat yang akan turun kemudian.
23
memberatkan, misalnya tingkat bunga yang terlalu tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
25
pegadaian syari’ah, lembaga zakat. Munculnya lembaga-lembaga
ekonomi islam di Indondesia ini didukung dengan perkembangan
political will dari pemerintah dan otoritas terkait yang dari waktu ke
waktu semakin membuka peluang untuk memposisikan lembaga-
lembaga ekonomi Islam tersebut sejajar dengan lembaga-lembaga
ekonomi yang sudah ada.
Qardawi, Yusuf. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema
Insani Pres.
http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/11/1/pustaka-
170.html
http://www.geocities.com/farouq1965/TPSM/3i.htm
http://www.halalguide.info/content/view/685/
http://www.khilafah1924.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=70&Itemid=47
http://muhammadzen.blogspot.com/2007/08/ekonomi-islam.html
http://www.pa‐jakartapusat.com 2009
http://pusatprofilmuslimindonesia.wordpress.com/2008/02/01/konsep-
ekonomi-islam/
27