Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
ERY SETYA NINGRUM
D1D040035
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjdjaran
2006
PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH DARI
INDUSTRI RUMAH TANGGA
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain ; tahu,
tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil
pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung
sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak , garam-garam, mineral, dan sisa0sisa
bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai
contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka industri hasil laut dan industri
pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada
air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah,
larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu
perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat
menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa
pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca
SO4, gas berupa uap alkohol. kategori limbah industri ini adalah llimbah bahan
beracun berbahayan (B3) yang mencemari air dan udara.
Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik :
Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang
menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih, genteng, batu
kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran timbul sebagai akibat dari
penggalian yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah0kubah
yang sudah tidak mengandung hara sehingga apabila tidak dikreklamasi tidak
dapat ditanami untuk ladang pertanian.
3. Limbah Industri Sandang Kulit & Aneka
Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kuit
dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses pencucian memerlukanair
sebagai mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air
buangan (bekas Proses) yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-
sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun (mengandung limbah
B3 yang tinggi).
Bahan buangan yang dihasilkan dari industri besi baja seperti mesin bubut, cor
logam dapat menimbulkan pemcemaran lingkungan. Sebagian besar bahan
pencemarannya berupa debu, asap dan gas yang mengotori udarasekitarnya.
Selain pencemaran udara oleh bahan buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin
dalam industri baja (logam) mengganggu ketenangan sekitarnya. kadar bahan
pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu
kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun masyarakat sekitar.
Dalam kegiatan industri pengalengan ikan selalu menghasilkan limbah ikan yang
sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk membuat tepung ikan.
Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti unggas,
babi dan makanan ikan.
Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan terdiri dari
asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan.
Kandungan gizi yang tinggi pada tepung ikan dapat meningkatkan produksi dan
nilai gizi telur, daging ternak dan ikan.
Usaha pembuatan tepung ikan dapat menggunakan limbah ikan karena relatif
murah dan mudah didapat, juga menggunakan peralatan sederhana. Usaha ini
diharapkan dapat menjadi produk andalan industri kecil.
Nilai Gizi
Kandungan gizi tepung ikan tergantung dari jenis ikan yang digunakan sebagai
bahan bakunya. Tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-
komponen sbb :
• Air 6-100 %
• Lemak 5-12 %
• Protein 60-75 %
• Abu 10-20 %
Selain itu karena dibuat dari kepala dan duri ikan maka tepung ikan juga
mengandung :
• Ca fosfat
• Seng
• Yodium
• Besi
• Timah
• Mangan
• Kobalt
• Vitamin B 2 dan B 3
1. Bahan limbah dipotong kecil-kecil dalam bak pencucian dengan air yang
mengalir.
3. Khusus untuk ikan gemuk tambahkan air hingga terendam dan dimasak
selama 1 jam. Untuk ikan kurus dimasak dalam dandang selama 30 menit,
kemudian ikan yang sudah matang dimasukkan ke dalam alat pengepres.
Bahaya Limbah
Limbah ikan jika tidak dikelola ( dimanfaatkan lebih lanjut ) akan menimbulkan
pencemaran bau yang menyengat, karena proses pembusukan protein ikan. Selain
itu bias menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang ditularkan lewat
lalat (misalnya muntaber)
Industri tepung ikan menggunakan bahan baku dari ikan yang sudah tidak layak
lagi untuk diolah menjadi ikan kaleng atau menggunakan limbah dari pengolahan
ikan kaleng yang terdiri atas bagian kepala, ekor, dan isi perut. Selain tepung ikan
yang diproduksi oleh industri besar, ada juga tepung ikan yang diproduksi dalam
skala rumah tangga. Kualitas tepung ikan sangat tergantung dari bahan baku yang
digunakan.
Tepung ikan dengan bahan baku ikan lemuru utuh segar mengandung protein
71,62 persen dengan rendemen 15,50 persen, sedangkan ikan lemuru hasil limbah
pengalengan mengandung protein 55,04 persen dengan rendemen 14,78 persen.
Limbah kodok dapat dijadikan tepung dengan kandungan protein 61,26 persen
dengan rendemen 10-15 persen, sedangkan limbah kepala udang dijadikan tepung
kepala udang dengan kandungan protein 35,90 persen dan rendemen 19-20
persen.
Sumber protein untuk pakan dapat juga diproduksi dengan cara membuat silase
ikan. Proses pembuatan silase dapat dilakukan dengan cara kimia dan biologis.
Secara kimia dapat digunakan asam anorganik dan asam organik. Secara biologis
dilakukan dengan menambahkan sumber bakteri asam laktat dan karbohidrat
sebagai substrat dan kemudian difermentasi dalam keadaan anaerob. Tepung
silase ikan yang dibuat dari ikan rucah utuh dengan menggunakan tiga persen
asam formiat yang kemudian dibuat pakan dengan menambahkan tepung jagung
dengan perbandingan 1:1 mempunyai kandungan protein 21,73 persen.
Tepung silase dapat dijadikan pakan ayam atau ternak lainnya walaupun hasilnya
tidak sebaik tepung ikan.
LIMBAH ikan juga digunakan sebagai pupuk pertanian dengan dua bentuk utama
yaitu dalam bentuk cairan dan kompos ikan. Dalam bentuk kompos maka limbah
ikan dicampur dengan limbah dapur dan limbah tanaman dan dibiarkan terurai.
Produk ini memperkaya nutrien tanah dan mempunyai keunggulan dalam hal
kapasitasnya menahan air. Pupuk cair dibuat dengan cara mencampur limbah ikan
dengan asam organik dan dibiarkan pada suhu kamar sampai terurai dengan baik.
Cairan ini dapat digunakan langsung ke tanah atau ke akar tanaman, dapat juga
digunakan dengan menyemprotkannya ke daun tanaman. Departemen Pertanian
menganjurkan penggunaan 8 ton per ha, demikian juga untuk pupuk sayur-
sayuran.
Tapioka adalah tepung dengan bahan baku ketela pohon dan merupakan salah satu
bahan untuk keperluan industri makanan, industri farmasi, industri tekstil, industri
perekat, dll.
8. Pati hasil pengeringan masih kasar, sehingga perlu digiling dan dilakukan
penyaringan untuk menghasilkan tapioka halus. Rendemen pati biasanya berkisar
antara 19% - 25%.
Limbah padat berasal dari proses pengupasan ketela pohon dari kulitnya yaitu
berupa kotoran dan kulit dan pada waktu pemrosesan yang berupa ampas yang
sebagian besar berupa serat dan pati.
Penanganan yang kurang tepat terhadap hasil buangan padat dan cair akan
menghasilkan gas yang dapat mencemari udara.
Limbah industri tapioka apabila tidak diolah dengan baik dan benar dapat
menimbulkan berbagai masalah yaitu :
• Air limbah bila masuk kedalam tambak akan merusak tambak sehingga
ikan mati
1. Limbah padat:
• Makanan ternak
• Pupuk
2. Limbah cair:
Limbah tahu tempe adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu
tempe maupun pada saat pencucian kedele. Limbah yang dihasilkan berupa
limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap
lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair
akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan
menyebabkan tercemarnya sungai tersebut.
Limbah cair :
• Potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya
proses penggumpalan
• Limbah tahu tempe keruh dan berwarna kuning muda keabu-abuan dan bila
dibiarkan akan berwarna hitam dan berbau busuk
• Menggunakan alat yang dapat menghasilkan tahu yang lebih baik dan
sedikit menghasilkan limbah.
• Makanan ternak
Aren
Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari akar (untuk obat
tradisional), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun
muda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Hasil produksinya juga dapat
dimanfaatkan, misalnya buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling, air nira
untuk bahan pembuatan gula merah/cuka dan pati/tepung dalam batang untuk
bahan pembuatan berbagai macam makanan.
Untuk dapat diambil patinya (tepungnya), pohon aren harus sudah berumur sekitar
20 tahun. Sampai saat inipun ternyata tepung dari batang pohon aren belum ada
penggantinya (tepung substitusinya), sebab tepung aren memiliki keunggulan
yang khas. Oleh karena itu sudah seharusnya dipikirkan dan diambil
kebijaksanaan berupa langkah nyata pengembangan pohon aren.
1. Limbah cair hasil dari proses pemarutan dan pengendapan tepung aren
2. Limbah padat yang berupa ampas serbuk dan kulit batang aren yang telah
diambil kulit empelurnya.
Limbah cair yang dihasilkan jika tidak diproses terlebih dahulu maka akan
menyebabkan timbulnya bau disekitar lingkungan dan air sungai menjadi keruh
kecoklatan yang disebabkan oleh proses pemarutan dan pengendapan.
PENANGANAN LIMBAH
Penanganan limbah cair dapat dilakukan mulai dari proses pemarutan hingga
perendaman, dimana limbah yang dihasilkan diproses terlebih dahulu pada
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sederhana dan tidak langsung dibuang ke
sungai.
PEMANFAATAN LIMBAH
1. Ampas serbuk
Limbah serbuk yang diperoleh dari serbuk yang sudah diambil tepungnya dapat
dipisahkan menjadi 3 macam, yaitu serbuk-serbuk kecil, serbuk-serbuk besar, dan
serat-serat panjang. Secara sederhana keseluruhan serbuk dapat digunakan untuk
bahan bakar, pupuk organik pada tanaman, dan dapat memperbaiki struktur tanah.
Khusus serat-serat panjang dapat digunakan untuk kasur tempat duduk (kursi atau
jok mobil) dan makanan ternak (sapi, kuda) setelah diproses permentasi atau
cukup dicampur dengan dedak limbah penggilingan gabah.
2. Kulit batang
Pohon aren yang sudah diambil kulit empelurnya maka tinggal kulit dalam dan
kulit luar batangnya. Kulit batang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar
sehingga mempunyai nilai ekonomi jika dijual. Sedangkan kulit batang pada
pangkal batang pohon dapat digunakan untuk membuat tangkai kampak, tangkai
cangkul dan lain
REFERENSI
Penanganan air Limbah Pabrik Tahu oleh Nurhasan & Bb. Pramudyanto.
Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari). 1991