You are on page 1of 19

Kondisi Umum Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas di Jawa


Barat dengan luas 4.128 Km (412.799,54 Ha), mempunyai potensi wilayah lahan kering yang
luas, sebagian besar merupakan wilayah perkebunan, tegalan dan hutan. mempunyai iklim
tropik dengan tipe iklim B (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm
dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara 20 – 30 derjat C dengan kelembaban udara
85 – 89 persen. Curah hujan antara 3.000 – 4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara,
sedangkan curah hujan ant4ra 2.000 – 3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai
selatan Kabupaten Sukabumi.
Penduduk Kabupaten Sukabumi selama empat tahun terakhir terus meningkat. Tahun
2005 sekitar 2.224.993 Jiwa, tahun 2006 sekitar 2.278.836, tahun 2007 sekitar 2.291.003, tahun
2008 sekitar 2.376.620. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2005 sebesar 1,93%, tahun 2006
sebesar 1,67%, tahun 2007 sebesar 0,53%, tahun 2008 sebesar 1,66%. Tingkat kepadatan
penduduk 579,39 orang per km persegi.
Penduduk miskin Tahun 2005 berjumlah 746.857 jiwa (218.211 KK) atau 34,06% dari
jumlah penduduk, tahun 2006 naik menjadi 813.742 jiwa (226.401 KK) atau 38% dari jumlah
penduduk. Sementara tahun 2007 terjadi penurunan penduduk miskin menjadi 619.919 jiwa
(181.697 KK) atau 29% dari jumlah penduduk dan tahun 2008 menjadi 606.072 jiwa (177.638
KK) atau 28% dari jumlah penduduk (sumber KUA 2009)
Kabupaten Sukabumi terdiri  atas  47 kecamatan, meliputi 364 desa dan 3 kelurahan.
Lembaga setingkat Dinas 17, Badan 8, serta Kantor 5. Dengan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
14.830, Tenaga Kontrak (TKK) 1.372 (sumber:  Sukabumi dalam angka 2008).
Sektor atau lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah
pertanian, rata-rata sebesar 38,72 %, diikuti oleh sektor industri pengolahan rata-rata sebesar
17,78 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran rata-rata sebesar 16,15 %.
Pada sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar pada sub sektor tanaman
bahan makanan, diikuti peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Untuk industri
pengolahan di Kabupaten Sukabumi seluruhnya dihasilkan oleh sub sektor industri tanpa gas.
Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran didominasi oleh perdagangan besar dan
eceran, diikuti sub sektor restoran dan hotel. Produktivitas sektor yang masih akan berkembang
diantaranya sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air minum, bangunan dan
konstruksi, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusuhaan serta jasa-
jasa.
Visi Pemda Kabupaten Sukabumi Tahun 2006 – 2010 adalah “Terwujudnya Perubahan
Kabupaten Sukabumi menuju Masyarakat yang berakhlaq mulia, Produktif dan Sejahtera”
dengan 3 misi utama yaitu : Pertama; Meningkatkan Kualitas SDM yang Berakhlaq Mulia,
Kedua; Memantapkan Kinerja Pemerintah Daerah, Ketiga; Menumbuhkembangkan
Perekonomian Daerah yang Bertumpu pada sektor Unggulan (Basis) dan Perekonomian Rakyat.
Potret Pendidikan
 Komitmen
Pemda Kabupaten Sukabumi dan DPRD memberikan perhatian yg cukup tinggi terhadap
peningkatan kualitas pendidikan. Komitmen tersebut dituangkan dalam dokumen RPJMD 2006
– 2010 dalam kebijakan kedua yaitu Peningkatan akses pendidikan yg berkualitas bagi seluruh
warga Sukabumi.
Anggaran pendidikan setiap tahun mengalami kenaikan, tahun 2007 berjumlah Rp.
435.860.928.846,- tahun 2008 sebesar Rp. 535.147.649.898,-, tahun 2009 sebesar Rp.
608.664.543.000,-. Khusus untuk tahun 2008, dialokasikan dana sebesar Rp. 2 Miliar untuk
kegiatan Beasiswa melanjutkan  siswa lulusan SD/MI untuk keluarga miskin. Selain itu juga ada
Beasiswa bagi siswa SMP/MTs, rawan DO dari keluarga miskin sebesar Rp. 4,8 Miliar, serta Rp.
240 juta untuk Beasiswa bagi siswa SMA/SMK DO dari keluarga miskin. Alokasi anggaran untuk
Beasiswa bagi siswa Putera daerah berprestasi ke Perguruan Tinggi sebesar Rp. 30 juta.
Untuk peningkatan kesejahteraan guru PNS SD dan guru bantu SD/MI, Pemkab
Sukabumi mengalokasikan sebesar Rp. 2.135.750.000 pada tahun 2008 dan 460.450.000,-
tahun 2009. Untuk biaya operasional sekolah (BOS), Pemkab Sukabumi meluncurkan BOS
Kabupaten sebesar 10.972.740.000,-
 Kualitas Pemenuhan
Pendidikan untuk semua lapisan masyarakat (educations for all), sdh menjadi komitmen
nasional, termasuk Kabupaten Sukabumi. Dengan menitikberatkan kepada pembangunan
manusia yg berakhlaqulkarimah, maka porsi untuk pendidikan yg berbasis keagamaan
mendapat porsi yg lumayan, dengan dibuatkan kebijakan bahwa setiap siswa yg akan
melanjutkan pendidikan ke SMP harus sudah menempuh Sekolah Agama (Madrasah Diniyah)
Pendidikan Usia Dini (PAUD) sebagai suatu tahapan pendidikan sebelum memasuki
jenjang pendidikan dasar (SD/MI) mendapatkan porsi perhatian yg cukup besar, ditandai
dengan program dan alokasi dana yg lumayan besar.
Animo masyarakat cukup tinggi, ditandai semakin banyaknya masyarakat yg terlibat
dalam kegiatan PAUD ini, yaitu dengan bertambahnya jumlah penyelenggara pendidikan usia
dini baik TamanKanak-Kanak/Raudatul Athfal maupun kelas kelompok bermain. Jumlah minat
anak/sisw menunjukkan adanya peningkatan setiaptahunnya.
Dari aspek pemerataan, terdapat beberapa kecamatan yg belum memiliki PAUD, seperti
Kecamatan Bojonggenteng, Waluran, Cidolog, dan Kabandungan. Di beberapa kecamatan
perkotaan, jumlah PAUD lebih daru satu lembaga dan ini mengindikasikan  dan berkorelasi
dengan tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat.
Pada tingkat mutu, lebih diarahkan untuk menyiapkan mental, spiritual, intelektual
siswa untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Harapan kedepan bahwa setiap Desa
mempunyai satu lembaga pendidikan yg menyelenggarakan PAUD, agar pemertaan pendidikan
jenjang PAUD lebih merata.
Keberhasilan pemerataan pendidikan dapat diukur dengan capaian Angka Partisipasi
Kasar (APK) dan Angka partisipasi Murni (APM). Untuk meningkatkan APK dan APM perlu
ditunjang dengan ketersediaan ruang kelas, ketersediaan tenaga pengajar/guru yang
memenuhi kualifikasi yg ditentukan di semua jenjang pendidikan.
Pada Tahun 2008 jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun di Kabupaten Sukabumi sekitar
290.079 orang, sementara jumlah Siswa SD/MI plus Paket A sekitar 265.233 orang dan jumlah
siswa usia 7 – 12 tahun sekitar 235.025 orang. Dengan data tersebut, maka APK SD/MI;  sebesar
91,43%, dan APM SD/MI sebesar 81,02%. Sementara target APM sebesar 85%, jadi masih ada
selisih 3,98%  yg harus dicapai oleh Kabupaten Sukabumi dalam kurun waktu satu tahun
kedepan.
Dilihat dari sarana, jumlah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak
1.468 sekolah, terdiri dari 1.178 SD dan 290 MI.  Kualitas sarana fisik (gedung sekolah)
menunjukkan bahwa ruang kelas SD/MI berjumlah 8.569, dengan status kondisi baik 3.159
ruang kelas,  rusak ringan 2.512 ruang kelas, rusak berat 2.898 ruang kelas.
Jumlah rombongan belajar 10.675, sementara ruang hanya 8.569, maka ratio ruang
kelas/rombel adalah 0,80. Ini menunjukkan bahwa terdapat ruang kelas yg digunakan lebih dari
satu rombel. Dengan perhitungan ideal rasio ruang kelas per kelas/rombel 1,0, maka terdapat
kekurangan 2.106 ruang kelas, dengan rincian 1.814 RK untuk SD dan 292 RK untuk MI.
Jumlah guru untuk setingkat SD sebanyak 7.928 orang guru, yg mengajar di SD 7.656
orang dan mengajar di MI 272 orang guru. Ratio kelas per guru sebesar 0,74”, menunjukkan
bahwa ada guru yg merangkap kelas dalam memberikan pelajaran. Ratio ideal seharusnya 1,0”,
dengan demikian masih ada kekurangan guru sebanyak 2.747 orang guru di SD dan guru di MI.
Dari sisi pemerataan penempatan guru, masih memprihatinkan terutama di daerah-
daerah terpencil, yang menunjukkan kekurangan guru secara signifikan.  Masih ada SD/MI yg
hanya memiliki 3 orang guru. Dilihat dari sisi kualifikasi, guru SD yg layak mengajar sekitar
77,69%, semi layak 11,56%, tidak layak 10,75%. Untuk Guru MI, yg layak 79,78%, semi layak
9,56% dan tidak layak 10,66%.
Pada tahun 2008 diperoleh data penduduk usia 13 – 15 di Kabupaten Sukabumi sekitar
128.854 jiwa. Jumlah seluruh siswa SMP/MTs plus Paket B adalah 97.019 orang , sedangkan
jumlah siswa usia 13 – 15 Tahun sebanyak  93.089 orang. Dengan demikian pencapaian APK
SMP sebesar 75,29% dan APM SMP sebesar 72,24%. Target APK adalah 88,19%, jadi masih ada
selisih 12,90%. Dengan demikian tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan khususnya
penuntasan wajib belajar Sembilan tahun masih relative rendah.
Untuk pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Tsanawiyah (MTs),
jumlah sekolah ada 304 sekolah yang terdiri dari; SMP sebanyak 144 dan MTs sebanyak 160.
Jumlah Ruang Kelas 1.986 yg terdiri dari SMP sebanyak 1.187 Ruang Kelas, dan MTs sebanyak
799 ruang kelas, dengan kondisi baik sebanyak 1.327, kondisi rusak ringan 456, dan 203 rusak
berat.
Sementara jumlah rombongan belajar (Rombel) sebanyak 3.545 rombel, terdiri dari
2.753 rombel di SMP dan 792 rombel di MTs. Ratio ruang kelas dan rombel yaitu 2,32 untuk
SMP dan 0,99 untuk MTs, artinya terdapat ruang kelas yg digunakan oleh lebih dari satu
rombel, berarti ada kekurangan 566 ruang kelas untuk SMP dan kelebihan 7 ruang kelas untuk
MTs.
Jumlah tenaga pengajar (Guru) di SMP sebanyak 3.022 orang dan di MTs sebanyak 2.665
orang, jumlah seluruh guru di SMP dan MTs sebanyak 5.687 orang. Berdasarkan perhitungan
kebutuhan guru dengan jumlah Rombel, ada kelebihan guru sejumlah 1.053 orang.
Dilihat dari kualifikasi guru untuk SMP 72,07% layak mengajar, 14,06 semi layak, 13,86%
tidak layak. Untuk Guru MTs 57,26% layak mengajar, 16,89% semi layak dan 25,85% tidak layak
mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara, hambatan untuk mengakses pendidikan lebih banyak
disebabkan oleh kesadaran orang tua terutama di kalangan keluarga miskin, terutama untuk
melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTS. Hambatan yg paling utama adalah alasan ekonomi,
dimana keluarga miskin lebih mementingkan anaknya untuk segera membantu orang tua dalam
meringankan beban ekonomi keluarga. Fenomena itu, merata baik di perkotaan maupun
perdesaan. Masih ada juga sekolah (SMP) yg masih melakukan pungutan pada saat tahun
ajaran baru pendidikan. Ada juga hambatan geografis, dimana jarak ke SMP masih relative sulit
dijangkau karena lokasi SMP rata-rata di Ibukota Kecamatan, seperti di Kabandungan –
Cikidang.
 Dampak
Salah satu indicator sector pendidikan yang berperan dalam Indeks pembangunan
Manusia (IPM) adalah Angka Melek Hurup dan Rata-rata lama Sekolah (RLS). Hasil dari
kebijakan dalam pendidikan dasar di Kabupaten Sukabumi bisa dilihat dari data-data
meningkatnya rata-rata lama sekolah (RLS). Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 2005 adalah
6,45 tahun, 2006 sekitar 6,61 tahun, 2007 sekitar 6,67 tahun, 2008 sekitar 7,25 tahun. Angka
Melek Hurup (AMH); 96,23% tahun 2005, 96,77 tahun 2006, 96,96 tahun 2007 dan 97,43%
tahun 2008. Hasil Suseda Tahun 2008 Penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek hurup
menurut jenis kelamin adalah 97,92% laki-laki dan 93,34% perempuan.
Proporsi penduduk yang tidak atau belum pernah sekolah jumlahnya masih relative
banyak 29,02% dan bila dilihat berdasarkan jenis kelamin maka tingkat pendidikan perempuan
masih tertinggal dengan laki-laki. Hampir sebagian besar jumlah penduduk Kabupaten
Sukabumi tingkat pendidikannya baru mampu menamatkan sekolah dasar yaitu 45,52%
Potret Kesehatan
 Komitmen
Komitmen Pemda Sukabumi dalam peningkatan derajat kesehatan warga ditrumuskan
dalam kebijakan keempat di RPJMD 2006 – 2010 yaitu  peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan pelayanan Sosial. Kebijakan tersebut diturunkan dalam bentuk program dan
kegiatan di Dinas Kesehatan dan Pelayanan yang disediakan di sarana kesehatan (Rumah Saki
dan Puskesmas).
Untuk mengukur komitmen Pemda, bisa dilihat dari besaran alokasi anggaran sector
kesehatan yg dituangkan dalam APBD. Dalam tiga tahun terakhir  alokasi anggaran untuk sector
kesehatan trend-nya meningkat. Pada tahun 2007 sebesar  Rp. 107.792.860.486,- tahun 2008
Rp 128.056.622.798,- dan tahun 2009 sebesar Rp. 142.887.450.000,-. Anggaran tersebut
diperuntukkan bagi Dinas Kesehatan dan tiga RSUD yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2008 dengan jumlah penduduk 2.376.620
jiwa, anggaran perkapitanya sebesar Rp. 20.282,- ini masih belum sesuai dengan standar WHO
yaitu sebesar Rp. 42.000,- perkapita pertahun. Dinas Kesehatan berupaya untuk mencari
peluang untuk mendanai kebutuhan pelayanan kesehatan yg tidak terbiayai oleh APBD
Kabupaten dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Dalam rangka mempermudah akses masyarakat miskin yg tidak tercakup oleh
Jamkesmas,  Pemda Sukabumi tahun 2009 menyediakan dana di setiap RSUD untuk bisa
digunakan oleh warga miskin, agar bisa berobat. Adapun besarannya sebagai berikut; RSUD
Sekarwangi sebesar Rp. 500 juta, RSUD Palabuhanratu Rp. 350 juta, RSUD Jampangkulon Rp.
150 juta.
Untuk tingkat komunitas, diberikan stimulant bagi Kader Posyandu untuk bantuan
operasiona sebesar Rp. 180 juta. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk uang secara
langsung ke setiap kader Posyandu yg besarannya Rp. 25 ribu per orang.
Ada program perbaikan gizi masyarakat yg sasarannya adalah anak sekolah dan Balita
dengan tujuan untuk pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Kegiatannya berupa
penangulangan gizi masyarakat sebesar Rp. 900 juta, gerakan minum susu bersama di sekolah
dan posyandu sebesar Rp. 225 juta, pemberian makanan tambahan pemulihan untuk Balita gizi
buruk bagi warga miskin sebesar Rp. 127.140.000,-
 Kemampuan Pemenuhan
Kondisi kesehatan dilihat dari indicator utama yaitu Umur Harapan Hidup waktu lahir, yg
dipengaruhi oleh angka kematian bayi dan angka kematian ibu, indicator itu mempengaruhi
terhadap Angka Harapan Hidup (AHH). AHH dalam kurun waktu empat tahun adalah 2005
sekitar 65,70 tahun, 2006 sekitar 65,87, 2007 sekitar 65,94 tahun dan 2008 sekitar 66,56 tahun.
Angka Harapan Hidup (AHH) meningkat manakala menurunnya angka kematian bayi
(AKB) dan angka kematian ibu (AKI). AKB selama kurun waktu lima tahun  (2003 – 2007)
menunjukkan penurunan yaitu ; 46.05, 45.87, 44.50, 44.47, 44.33.
Kasus kematian bayi tahun 2007 sebanyak 109 kasus, bayi lahir mati 7 kasus. Tahun
2008 kematian bayi 226 kasus dan lahir mati 152 kasus. Terjadi peningkatan yg tajam dan ini
menunjukkan bahwa kurangnya perawatan bayi, kurangnya asupan gizi janin selama di
kandungan ibu atau ibu mengalami anemia.
Status balita dengan gizi buruk menunjukkan peningkatan yaitu 1,51% tahun 2005; 1,6%
tahun 2006; 1,76% tahun 2007 dan tahun 2008 sebesar 1,68% dari 191.896 anak yg ditimbang.
Prevalensi gizi buruk menurut wilayah kerja Puskesma cukup bervariasi, kisarannya dibawah 1%
sampai diatas 1%. Tidak ada kecamatan yg diatas 5%, sehingga tidak ada kecamatan yg disebut
dengan rawan gizi.
Tuntutan terhadap peningkatan layanan kesehatan masyarakat semakin meningkat
seiring dengan  meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Ketersediaan dan
keterjangkauan (akses) ke sarana kesehatan menjadi hal yg penting.
Jumlah puskesmas sebanyak 57 buah, terdiri 5 pukesmas dengan perawatan dan 52
buah  Puskesmas tanpa perawatan, ditambah Puskesmas pembantu ada 111 buah. Rasio
puskesma terhadap jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 1 : 42.206, artinya 1 Puskesmas
melayani 42.206 penduduk.
Kondisi bangunan puskesmas 40,4% baik, 26,3% rusak ringan, 26,3% rusak sedang dan
5,2% rusak berat. Kondisi puskesmas pembantu 68,1% baik, 16,8% rusak ringan, 8,8% rusak
sedang dan 7,1% rusak berat.
Jumlah Rumah Sakit ada 5 buah, 3 milik Pemda dan 2 milik Swasta. Sarana tempat tidur
di RS milik Pemda ada 371 Tempat Tidur (TT). Ratio TT dibandingkan dengan jumlah penduduk
1 : 6.484.
Sarana kesehatan milik swasta  terdiri Rumah Bersalin ada 12 buah, Balai Pengobatan 51
buah, Toko Obat 22 buah, Apotik 33 buah. Praktek dokter swasta 261, laboratorium klinik 7
buah, praktek bidan swasta 213 buah.
Sarana kesehatan yg dibangun oleh warga (komunitas) seperti Posyandu ad 3.061 buah
dengan kategori pratama 1.049 buah, purnama 894 dan mandiri 236 buah (sumber : Profil
Kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2008)
Jumlah tenaga kesehatan yg bertugas di Puskesmas adalah; tenaga medis 77 org, tenaga
keperawatan 667 orang, tenaga kefarmasian 9 orang, tenaga kesehatan masyarakat 96 orang,
tenaga gizi 13 orang, jumlah tenaga kesehatan di puskesmas sebanyak 862 orang. Rasio dokter
umum terhadap penduduk 1 : 40.609, dokter gigi 1 : 108.292, tenaga keperawatan 1 : 7.951,
tenaga kebidanan 1 : 5.968.
Sebaran dokter umum yg bekerja di puskesmas adalah 1,01, artinya setiap puskesmas
mempunyai dokter umum, akan tetapi penyebarannya belum merata. Ratio dokter gigi dengan
puskesmas sebesar 0,21, artinya belum semua puskesmas mempunyai dokter gigi. Setiap
puskesmas rata-rata mempunyai 5,01 orang perawat, 6,68 orang bidan. Ratio penyebaran
bidan di desa adalah 0,48, idealnya setiap desa mempunyai 1 bidan di desa. Ada 367 desa, yg
ada bidannya baru 314 desa, sedangkan di Puskesmas ada 56 bidan.
Tenaga kesehatan di Rumah Sakit umum daerah sebanyak 997 orang yg terdiri dari 130
orang tenaga medis, 437 orang tenaga keperawatan, 26 orang tenaga kefarmasian, 27 orang
tenaga kesehatan masyarakat, 11 orang tenaga gizi, 22 orang tenaga keterapian fisik, 37 orang
tenaga keteknisan medis. Semenatar tenaga non medisnya  307 orang serta paramedic
pembantu ada 307 orang.
Kualitas pelayanan kepada Ibu dan anak baru lahir dan balita berpengaruh langsung
kepada tingkat kematian Ibu dan Bayi baru lahir. Cakupan ibu hamil yg memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali (k4) selama kehamilannya pada tahun 2008 sebanyak 50.154
(78,67%), standarnya sekitar 85%, jadi bidan harus meningkatkan pelayanan pada Ibu hamil
dengan melakukan kunjungan ke rumah atau meningkatkan penyuluhan dan memberikan
informasi kepada masyarakat agar mau untuk memeriksakan kehamilannya kepad tenaga
kesehatan.
Cakupan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) pada tahun 2008
sebesar 65,59%, tahun 2007 sebesasr 58,46%, tahun 2006 sebesar 61,41%, terdapat kenaikan
setiap tahun, namun masih dari kondisi ideal, karena ada kesenjangan sebesar 13,08% bila
dilihat dari K4-nya. Target cakupan Linakes yg ditentukan adalah 75%, jadi masih cukup rendah.
Belum tercapainya Linakes disebabkan belum semua desa mempunyai tenaga bidan, bidan
tidak selamanya berada ditempat, mahalnya biaya persalinan oleh tenaga kesehatan.
Cakupan kunjungan pasca melahirkan (neonatal) pada tahun 2008 adalah 80,04%,
sementara jumlah sasaran neonatal sebanyak 47.178 jiwa. Cakupan Desa yg sudah
mendapatkan imunisasi bagi bayi (UCI) baru mencapai 170 Desa, dari jumlah desa di Kabupaten
Sukabumi 367 Desa. standar cakupan UCI adalah 90%, dimanalebih dari 90% bayi di desa
tersebut sudah mendapat imunisasi.
Pelayanan Keluarga Berencana masih relative stagnan, ditandai dengan  rendahnya
penggunaan alat kontrasepsi pada kelompok usia produktif di kalangan perempuan. Pada tahun
2007 yg menggunakan alat kontarsepsi mencapai 82,97% dan yg masih menggunakan menjadi
60,25%, terjadi drop out yg cukup besar. Namun bila dilihat dari pengguna KB baru dan KB aktif
mengalami peningkatan jumlah peserta, ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar
bahwa keluarga berencana adalah suatu kebutuhan.
Jumlah kunjungan rawat jalan ke  tiga Rumah Sakit yg ada di Kabupaten Sukabumi pada
tahun 2008 adalah 83.545 kunjungan. Penderita penyakit yg paling banyak adalah Inspeksi
Saluran pernapasan (ISPA) 2410, Tb. Paru 1429, dll
Masih ada warga yg sulit mengakses sarana kesehatan, dikarenakan factor geografis dan
ekonomi serta kultur.  Seperti di Kampung Gentong Desa Sukasari – Cisaat, yang menolak
imunisasi karena anti terhadap teknologi dengan alas an keagamaan. Di masyarakat
pajampangan masih kuatnya kepercayaan terhadap paraji pada waktu melahirkan, paraji masih
cukup membantu dan memberikan rasa aman pada saat proses melahirkan karena dibantu
dengan do’a-do’a. Pengaruh kebiasaan yg turun temurun dalam keluarga pada saat prosesi
kelahiran dengan ditolong oleh Paraji, juga sangat berperan kuat dalam sebagian masyarakat di
pajampangan.
Belum semua desa ada Bidan yg tinggal di Desa, masih ada sekitar 4 desa yg belum
mempunyai bidan, seperti di Desa Bambayang Kecamatan Tegalbuled, paraji dan dukun
menjadi pilihan bagi masyarakat pada saat melahirkan dan mengobati penyakit.
Dalam hal pelayanan di RSUD, masih dirasakan ada perbedaan perlakuan antara pasien
dari warga miskin dengan menggunakan askeskin dengan pasien yg umum. Mengakibatkan
paien gakin merasa kurang nyaman dan sekaligus agak sungkan ke RSUD. masih ada gizi buruk
yg belum ditangani secara optimal oleh pemerintah daerah, seperti di Desa Sukamantri ada
sekitar 4 orang yg mengalami gizi buruk, tapi belum mendapatkan pelayanan yg memadai dan
sering tidak tuntas.
Untuk warga miskin, mendapatkan jaminan melalui jamkesmas, dan bagi warga miskin
yg tdk tercakup jamkesmas, pemda Sukabumi meluncukan kebijakan jamkesda.
Dampak
Dengan alokasi anggaran yg meningkat setiap tahun, dan didukung dengan penambahan
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan yg semakin merata dan kualitas meningkat,berhasil
meningkatkan deraja kesehatan dengan indicator makro seperti berikut ini :
 Komitmen
Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2006 – 2010 adalah
Penanggulangan kemiskinan berbasis wilayah yg bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin di setiap kecamatan serta kesenjangan antar wilayah. Sasarannya adalah berkurangnya
penduduk miskin dari 29,50% tahun 2004 menjadi 23,50% pada tahun 2010, percepatan
pembangunan di daerah tertinggal dan terwujudnya sistem penanggulangan kemiskinan di
daerah.
Kebijakan yg sudah dibuat adalah pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah dengan Surat Keputsan Bupati Nomor 147/Kep.312-BPMPD/2009, dengan
tugas utama untuk merumuskan kebijakanserta menyelenggarakan program dan kegiatan
dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sukabumi.
Paling tidak ada beberapa SKPD yg berkaitan langsung dengan pengentasan kemiskinan.
SKPD-SKPD yg menangani urusan  seperti Tenaga Kerja, Pertanian, Perdagangan, Koperasi dan
UKM, Pertanian, Perindustrian, merupakan berkaitan langsung dengan pengentasan kemiskinan
dan pengembangan ekonomi masyarakat yg akan berdampak terhadap peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat.
Alokasi anggaran di APBD untuk urusan yg berkaitan dengan penurunan kemiskinan dan
pengembangan ekonomi masyarakat seperti berikut dibawah ini :
Urusan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Tenaga Kerja 5.882.659.832 8.194.601.324 4.572.943.000
Koperasi&UKM 5.136.841.361 6.808.537.916 10.087.932.150
Pertanian 33.367.542.933 30.354430.386 17.515.445.000
Perdagangan 6.161.922.740 7.763.325.085 7.994.774.000
Perindustrian 3.689.135.792 493.048.776 130.000.000
Perumahan 13.876.411.985 9.464.604.932 13.522.806.000
Ketahanan Pangan 10.708.994.000
Dilihat dari alokasi anggaran, sector pertanian mendapatkan porsi yg paling besar dan
ini berkorelasi dengan jumlah penduduk yg berkegiatan di sector pertanian cukup besar.
sementara yg paling kecil di sector perindustrian, karena Pemda hanya bersifat fasilitasi dalam
bentuk regulasi perijinan. Sementara untuk industry olahan yg bersifat rumahan banyak
ditangani oleh Koperasi dan UKM dengan alokasi anggarannya relative besar (ketiga).

 Kemampuan Pemenuhan
Untuk melihat cakupan akses terhadap pemenuhan hak penghidupan yg layak, bisa
melihat ke beberapa sector jenis pekerjaan yg ditekuni oleh warga. Ada semiblan jenis sector
usaha yg dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Primer ; Pertanian, pertambangan dan galian,
Sekunder ; industry pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, Tersier ; perdagangan,
hotel dan restoran, pengangangkutan&komunikasi, keuangan, persewaan&jasa perhubungan,
jasa-jasa.
Dengan mengelompokan sembilan sektor ekonomi menjadi 3 sektor yaitu : sektor
primer, sekunder, dan tersier, tampak bahwa kelompok sektor primer masih mendominasi
dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Sukabumi. Total nilai tambah bruto atas dasar
harga berlaku yang tercipta dari kelompok primer di tahun 2007 mencapai 5.660,14 milyar atau
39,58 persen dari total PDRB Kabupaten Sukabumi.
Adapun kelompok sektor tersier dan sekunder masing-masing menghasilkan nilai
tambah sebesar Rp. 3.110,25 milyar dan Rp. 5.695,69 milyar atau masing-masing 21,07 persen
dan 39,83 persen dari total PDRB. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut
belumlah menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada nilai
tambah atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi.
Berdasarkan kesembilan sektor diatas terdapat sektor yang memiliki cukup pengaruh
terhadap perekonomian Kabupaten Sukabumi diantaranya sektor pertanian dengan kontribusi
sebesar 34,58 % terhadap PDRB. Kemudian diikuti selanjutnya oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan kontribusi sebesar 18,60 % dan sektor industri pengolahan dengan
kontribusi sebesar 17,35 %.
Sektor berpengaruh tersebut menggambarkan basis potensi yang dimiliki Kabupaten
Sukabumi. Sektor pertanian merupakan core bussines yang memiliki dampak ikutan pada sektor
lainnya seperti perdagangan dan industri pengolahan. Pada sektor pertanian terdapat sub
sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan
perikanan.
Dalam rangka menciptakan nilai tambah guna mendorong perekonomian Kabupaten
Sukabumi maka sektor pertanian dapat dijadikan sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk
dapat dikembangkan. Namun sektor pertanian yang perlu menjadi perhatian untuk
dikembangkan pada komoditas-komoditas yang memiliki prospek dan memberikan nilai
ekonomis yang cukup tinggi
Kebijakan yg dilakukan oleh Pemda Kabupaten Sukabumi tahun 2009 dalam mendorong
sector pertanian adalah penguatan kelembagaan kelompok tani, diseminasi informasi teknologi
pertanian, pengembangan usaha  agribisnis pedesaan, pembinaan kewirausahaan yg masuk
dalam program pengembangan agribsinis dengan anggaran sebesar Rp. 1.094.500.000,-. Untuk
peningkatan kualitas ternak dan produksi hasil peternakan dialokasikan dana Rp. 474.280.000,-
dan yg cukuo besar ialah dana alokasi khusus non reboisasi (DAK Non DR) untuk pertanian
sebesar Rp. 6.879.875.000,- diperuntukkan bagi pengembangan sarana prasarana produksi
tanaman pangan dan holtikultura.
Disektor industry tidak ada kebijakan khusus, yg ada adalah bagaimana melakukan
pengendalian terhadap usaha eksplorasi dibidang galian pertambangan, air bersih.
Sementara untuk jasa perhotelan, perdagangan dan jasa lainnya, pmeda hanya
melakukan proses pengawasan dan penegakkan aturan dalam hal retribusi dan perpajakan.
 Dampak
Untuk menggambarkan secara makro tingkat kesejahteraan Kabupaten Sukabumi, bisa
merujuk dokumen Sukabumi dalam anggka tahun 2008. PDRB perkapita atas dasar harga
berlaku tahun 2002 sebesar Rp. 3.558.950,- dan meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar
Rp. 6.113.995,- kenaikan secara rata-rata mencapai diatas 11,35% per tahunnya.
Kenaikan PDRB diatas belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat
secara umum. Karena PDRB perkapita atas dasar harga berlaku masih belum dihitung dengan
tingkat inflasi yg sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Selain itu, PDRB perkapita
atas dasar harga berlaku juga mencerminkan kenaikan daya beli dan tingkat pendapatan
masyarakat secara agregat, yakni daya beli dan pendapatan seluruh lapisan masyarakat dari
berbagai golongan pendapatan. Dengan memperhatikan struktur perekonomian Kabupaten
Sukabumi, diperkirakan bahwa kenaikan daya beli dan pendapatan golongan masyarakat
menengah dan atas meningkat lebih tajam dibandingkan dengan peningkatan daya beli dan
pendapatan masyarakat golongan bawah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2007
sebesar Rp 14.300.000.000.000, meningkat dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp
12.914.077.000.000, (10,73 %). Pada tahun 2008, PDRB diperkirakan dapat meningkat melebihi
angka tahun 2007. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan pada beberapa sektor/lapangan
usaha, diantaranya Bangunan dan Konstruksi, Listrik Gas dan air Minum serta Industri
Pengolahan.Kabupaten Sukabumi terletak antara 106º49 samapi 107º Bujur Timur 60º57 -
70º25 Lintang selatan dgn batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah Utara dengan
Kab. Bogor, sebelah Selatan dgn samudera Indonesia, sebelah Barat dgn Kab. Lebak, disebelah
timur dgn Kab. Cianjur.Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat
Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang Selatan dengan batas wilayah
administratif sebagai berikut : disebelah Utara dengan Kabupaten Bogor, disebelah Selatan
dengan Samudera Indonesia, disebelah Barat dengan Kabupaten Lebak, disebelah Timur
dengan Kabupaten Cianjur. Batas wilayah tersebut 40 % berbatasan dengan lautan dan 60%
merupakan daratan.Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang cukup luas yaitu ±
419.970 ha. Pada Tahun 1993 Tata Guna Tanah di wilayah ini, adalah sebagai berikut :
Pekarangan/perkampungan 18.814 Ha (4,48 %), sawah 62.083 Ha (14,78 %), Tegalan 103.443
Ha (24,63 %), perkebunan 95.378 Ha (22, 71%) , Danau/Kolam 1. 486 Ha (0, 35 %) , Hutan 135.
004 Ha (32,15 %), dan penggunaan lainnya 3.762 Ha (0,90 %).Kondisi wilayah Kabupaten
Sukabumi mempunyai potensi wilayah lahan kering yang luas, saat ini sebagaian besar
merupakan wilayah perkebunan, tegalan dan hutan. Kabupaten Sukabumi mempunyai iklim
tropik dengan tipe iklim B (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm
dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara 20 - 30 derjat C dengan kelembaban udara
85 - 89 persen. Curah hujan antara 3.000 - 4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara,
sedangkan curah hujan ant4ra 2.000 - 3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai
selatan Kabupaten Sukabumi.Wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai bentuk lahan yang
bervariasi dari datar sampai gunung adalah : datar (lereng 0-2%) sekitar 9,4 %; berombak
sampai bergelombang (lereng 2-15%) sekitar 22% ; bergelombang sampai berbukit (lereng 15 -
40%) sekitar 42,7%; dan berbukit sampai bergunung (lereng > 40 %) sekitar 25,9 %. Ketinggian
dari permukaan laut Wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 0 - 2.958 m. Daerah datar
umumnya terdapat pada daerah pantai dan daerah kaki gunung yang sebagian besar
merupakan daerah pesawahan. Sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah berbukit-
bukit dengan ketinggian berkisar antara 300 - 1.000 m dari permukaan laut. Jenis tanah yang
tersebar di Kabupaten Sukabumi sebagian besar didominasi oleh tanah Latosal dan Podsolik
yang terutama tersebar pada wilayah bagian selatan dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Sedangkan jenis tanah Andosol dan Regosol umumnya terdapat di daerah pegunungan
terutama daerah Gunung Salak dan Gununggede, dan pada daerah pantai dan tanah Aluvial
umumnya terdapat di daerah lembah dan daerah sungai. Kabupaten Sukabumi pada tahun
2007 2.391.736 jiwa yang teridiri dari 1.192.038 orang laki-laki dan 1.199.698 orang
perempuan. dengan laju pertumbuhan penduduk 2,37 % dan kepadatan penduduk 579,39
orang per km persegi. Kepadatan penduduk menurut kecamatan cukup berpariasi. Kepadatana
penduduk terendah terdapat di Kecamatan Ciemas (183 jiwa per km2) dan tertinggi di
Kecamatan Sukabumi (2.447 jiwa per km). Pemukiman padat penduduk umumnya terdapat di
pusat-pusat kecamatan yang berkarakteristik perkotaan dan disepanjang jalan raya. Suatu
kondisi penting yang sedang terjadi sehubungan dengan ketenagakerjaan adalah pergeseran
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Penduduk yang bekerja di sektor
pertanian telah menuru. Etos kerja dan budaya kemandirian tampak sedang terus berkembang.
Masyarakat Kabupaten Sukabumi juga kaya dengan budaya seni. Hal lain yang penting adalah
tumbuh berkembangnya kelembagaan modern baik dalam arti lembaga maupun "norma-
norma" semakin memungkinkan penduduk Kabupaten Sukabumi berintegrasi dengan
masyarakat nasional.Kerukunan hidup penduduk Kabupaten Sukabumi, dinamika yang
dimilikinya, kekayaan budaya dan budaya kemandirian yang berkembang serta kemajuan sosial
kelembagaan yang telah dicapai merupakan potensi besar untuk pelaksanaan pembangunan
selanjutnya.Dilihat dari administrasi pemerintahan, Kabupaten Sukabumi terdiri atas  47
kecamatan, meliputi 364 desa dan 3 kelurahan.

Data Penduduk Kabupaten Sukabumi

Data Penduduk Kabupaten Sukabumi hasil Sensus Penduduk Tahun 1990

Kecamatan Jml Rmh Tangga Jml Penduduk


010 CIEMAS 10,365 40,396
020 CIRACAP 10,263 37,143
021 WALURAN 5,065 19,524
030 SURADE 15,098 56,800
031 CIBITUNG 5,544 19,915
040 JAMPANG KULON 12,574 51,170
050 KALI BUNDER 6,332 24,258
060 TEGALBULED 8,249 27,402
070 CIDOLOG 5,843 16,659
080 SAGARANTEN 12,688 42,060
081 CIDADAP 5,742 17,285
082 CURUG KEMBAR 8,217 26,814
090 PABUARAN 8,448 31,748
100 LENGKONG 5,671 21,612
110 PELABUHAN RATU 15,087 67,902
111 SIMPENAN 9,746 39,423
120 WARUNG KIARA 10,212 43,699
121 BANTARGADUNG 6,462 27,572
130 JAMPANG TENGAH 14,692 49,944
131 PURABAYA 9,644 33,409
140 CIKEMBAR 14,908 55,415
150 NYALINDUNG 10,390 36,866
160 GEGER BITUNG 7,956 30,463
170 SUKARAJA 14,325 58,273
171 SUKALARANG 6,977 28,492
172 CIREUNGHAS 6,367 23,948
173 KEBONPEDES 5,667 21,172
180 SUKABUMI 7,730 33,212
190 KADUDAMPIT 9,311 37,496
200 CISAAT 18,868 84,899
201 GUNUNG GURUH 9,023 34,201
210 CIBADAK 16,031 73,988
211 CICANTAYAN 9,890 38,887
212 CARINGIN 8,635 33,153
220 NAGRAK 19,856 81,498
230 CICURUG 15,998 74,134
240 CIDAHU 8,487 37,930
250 PARAKAN SALAK 6,266 26,628
260 PARUNG KUDA 8,404 38,884
261 BOJONGGENTENG 4,845 21,947
270 KALAPA NUNGGAL 7,760 32,836
280 CIKIDANG 9,434 41,277
290 CISOLOK 10,122 47,477
291 CIKAKAK 7,436 28,156
300 KABANDUNGAN 6,027 25,456
Jumlah 436,655 1,741,423

Data terbanyak di Kecamatan Cisaat : 84.899

Data terendah di Kecamatan Cidalog : 16.659

84.899 – 16.659
Range =
3

= 22.746

 Terendah = 16.659 – 39.405


 Terendah = 39.406 – 62.152
 Tertinggi = 62.153 – 84.899
PENETAPAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI
MENURUT KONSEP HOMOGENITAS

DI SUSUN OLEH :

DHIESKA RIANIE 150303080048

RESA PRAMUDITA 150303080000

NINING NURJANAH 150303080024

ILHAM TAUFIK 150303080044

DIII AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010

You might also like