Professional Documents
Culture Documents
DI KALIMANTAN TENGAH
(Makalah Pengelolaan Tanah Dan Air)
Oleh
KHAIRATUL MUKSITA
E1C108004
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
terutama dalam menyimpan lebih dari 30% karbon terrestrial, memainkan peran
lahan gambut dunia yang berkisar 38 juta ha terdapat lebih 50% berada di
Indonesia. Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 25.6 juta ha, tersebar di
Pulau Sumatera 8.9 juta ha (34.8%), Pulau Kalimantan 5.8 juta ha (22.7%) dan
Pulau Irian 10.9 juta ha (42.6%). Di wilayah Sumatera, sebagian besar gambut
Tengah mencapai 3.01 juta ha atau 52.2% dari seluruh luasan gambut di
tebal mencapai 661,093 ha (22%) dan dalam sekali/tebal sekali mencapai 277,694
ha (9%).
berkelanjutan.
tanaman industri tergolong sangat rawan, terutama jika dilaksanakan pada gambut
tebal di daerah pedalaman (disebut gambut pedalaman). Hal ini jika lahan gambut
lahan dengan cara membuat saluran drainase atau kanal. Sedangkan untuk jenis
gambut pantai di daerah pasang surut, pembuatan drainase atau kanal ditujukan
untuk menyalurkan air ke bagian dalam (beberapa kilometer dari tepi sungai atau
laut). Tanpa membuat saluran drainase atau kanal pada gambut pedalaman,
dipastikan hanya jenis pohon asli setempat (ramin, meranti rawa, jelutung, gemor,
dll) yang bisa tumbuh dalam kondisi jenuh air atau daerah yang dominan basah.
Dibalik pembuatan drainase yang menyebabkan penurunan air tanah, maka terjadi
hara bagi tanaman, pelapukan juga menghasilkan asam organik yang berpengaruh
lebih kuat dan dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman. Pembuatan saluran
banyak diketahui oleh banyak pihak akan berdampak negatif jangka panjang.
BAB II
1. Pengertian Gambut
Gambut adalah tanah yang terdiri dari sisa-sisa tanaman yang telah busuk.
Dalam keadaan basah, gambut itu seperti bubur. Gambut yang masih baru
mengandung banyak serat-serat dan bekas kayu tanaman. Tanah gambut kurang
subur, sehingga hasil tanaman rendah. Di samping tanahnya asam, air tanahnya
juga asam. Jika pirit dalam lapisan tanah mineral di bawah gambut terkena udara,
maka air dapat menjadi lebih asam lagi. Air bisa mengalir dengan mudah di dalam
gambut, bahkan bisa bocor ke luar melalui tanggul sehingga petakan sawah cepat
menjadi kering bila tidak diairi secara teratur. Sulit membuat lapisan olah untuk
menahan air di dalam petak sawah. Gambut yang selalu basah biasanya masih
"mentah" sehingga zat-zat yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia. Untuk itu
yang cukup luas, yakni diperkirakan mencakup areal seluas 3,472 Juta Ha, atau
sekitar 21,98 % dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang
sepanjang tahun atau kondisi rawa. Dalam konteks yang demikian, hutan sebagai
yakni :
maka cukup mudah membedakan ciri-ciri penyusun vegetasi di kawasan ini, yang
Nibung dan Rengas. Sebagian besar dari kawasan bergambut yang termasuk pada
Kawasan bergambut pada kelompok ini terletak pada tiga kawasan utama
yakni :
- Kawasan hutan yang terletak diantara Areal Eks PLG di sebelah Timur
(dibatasi oleh sungai Sebangau) hingga areal Taman Nasional Tanjung Puting
(TNTP) di sebelah Barat, dengan batas Utara adalah Jalan Trans Kalimantan
- Kawasan hutan yang terletak pada Blok E di sebelah Utara areal Eks PLG.
(PLG) Satu Juta Hektar adalah merupakan mega proyek nasional yang bermasalah
karena tanpa didahului oleh kajian-kajian secara matang dan mendalam serta
perencanaan yang tepat, mantap dan tidak terintegrasi secara lintas sektoral.
Terlebih lagi areal PLG yang sedemikian luas tersebut merupakan kawasan hutan
bergambut dengan berbagai karakteristik khusus dan khas, yang tentu saja
Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) dengan luas areal mencapai
415.040 Ha, yang secara khusus diperuntukkan sebagai habitat bagi satwa langka
umumnya merupakan salah satu dampak dari kegiatan pembangunan akses jalan
karena pada umumnya kawasan bergambut pada kelompok ini berdasarkan sistem
Tata Ruang Propinsi Kalimantan Tengah (RTRWP) sudah tidak lagi merupakan
Kawasan Hutan Tetap di satu sisi, sedangkan di sisi lain di claim oleh masyarakat
sebagai areal tanah milik mereka, tetapi tidak digarap atau diolah sebagaimana
mestinya. Kelompok ini lebih tepat disebut sebagai lahan gambut terlantar atau
Propinsi Kalimantan Tengah adalah kawasan bergambut yang telah diolah oleh
masyarakat, atau dengan kata lain dapat disebut sebagai lahan gambut produktif.
terdiri dari :
program transmigrasi,
lahan perkebunan maupun hasil hutan ikutan lainnya (seperti kebun kelapa,
yang cukup parah. Terdapat 3 (tiga) hal mendasar yang merupakan ancaman bagi
keberadaan hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah, yaitu: (1) konversi lahan
1995; (2) meluasnya eksploitasi sumberdaya hutan rawa gambut melalui perizinan
HPH/HTI dan illegal logging; dan (3) kebakaran hutan dan lahan oleh perubahan
Kalimantan Tengah. Lahan dan hutan yang terdapat pada lapisan bagian atas
hektar dan pembangunan jaringan tata air telah menimbulkan masalah lingkungan
yang sangat serius, yaitu: banjir besar pada musim penghujan, kekeringan pada
musim kemarau yang diikuti dengan kebakaran hutan lahan, maraknya illegal
gambut mempercepat rusaknya lingkungan yang unik dan jasa-jasa ekologi yang
pencegah banjir. Dalam kondisi alami yang tidak terganggu, lahan-lahan gambut
permukaan tanah.
Dengan sifatnya yang seperti spon, gambut dapat menyerap air yang
menyebabkan air akan tetap mengalir secara konsisten dan karena itu menghindari
terjadinya banjir juga kekeringan. Tak hanya itu, perlindungan kawasan gambut
akan menjaga keanekaragaman hayati dengan banyak jenis yang unik dan hanya
1. Pertanian Berkelanjutan
komponen fisik, biologi dan sosio ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem
input) secara khusus ditulis oleh Franklin H. King dalam bukunya Farmers of
Forty Centuries. Gagasan King adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas
sumberdaya-sumberdaya internal.
(selain Proyek PLG) pada umumnya dalam bentuk-bentuk pembukaan lahan baru
Tengah.
Hutan) yang dilakukan oleh para pemegang HPH dalam rangka memanfaatkan
Universitas Palangka Raya, dan selama ini menjadi tempat kegiatan praktek
University, UK.
kesuburan alami gambut juga sangat ditentukan oleh manajemen usaha tani yang
pengelolaan usaha tani termasuk tingkat rendah (low inputs) sampai sedang
penggunaan input yang terjangkau oleh pertani seperti pengolahan tanah, tata air
teknis bertanam .
a) Padi Sawah
kesuburan tanah, serta pengelolaan tanah dan air. Khusus gambut tebal (>1 meter)
sejumlah kendala yang belum dapat diatasi. Kunci keberhasilan budidaya padi
sawah pada lahan gambut terletak pada keberhasilan dalam pengelolaan dan
pembatas, penanganan substansi toksik, dan pemupukan unsir makro dan mikro.
Lahan gambut yang sesuai untuk padi sawah adalah gambut tipis (20-50
cm) dan gambut dangkal (50-100 cm). Padi kurang sesuai pada gambut sedang (1-
2 meter) dan tidak sesuai pada gambut tebal (2-3 meter) dan sangat tebal (lebih
dari 3 meter). Pada gambut tebal dan sangat tebal, tanaman padi tidak bisa
bahkan kegagalan panen. Tingkat keasaman dan suplai Ca yang rendah serta
kandungan abu yang rendah merupakan faktor pembatas utama pertumbuhan padi
Diantara tanaman perkebunan yang lain seperti sawit, karet, dan kelapa,
tinggi pada gambut berdraenase. Nanas bisa beradaptasi dengan baik pada
keadaan asam yang tinggi dan tingkat kesuburan yang rendah. Tanaman nenas
tumbuh dengan baik dan mulai berbuah 14 bulan setelah tanam. Tumpang sari
dengan ketebalan sedang sampai tipis dengan hasil sekitar 13 ton per ha pada
Untuk jenis buah seperti jambu air (Eugenia), Mangga (Mangosteen), dan
daerah pantai ivory dengan lahan gambut termasuk oligotropik, pisang dapat
tumbuh dengan drainase 80-100 cm dan menghasilkan 25-40 ton per ha walaupun
dengan pengelolaan yang agak sulit. Tanaman lain yang potensial adalah tanaman
dangkal dan gambut sedang. Tanaman pangan memerlukan kondisi draenase yang
baik untuk mencegah penyakit busuk pada bagian bawah tanaman dan
tanaman yang cukup produktif di lahan gambut oligotropik dengan drenase yang
baik. Sementara untuk tanaman sayuran beberapa jenis sayuran seperti cabe,
dapat dibiarkan untuk tumbuh di sekeliling tanaman, kecuali pada lubang tanam
pokok seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit dan kopi. Beberapa jenis
leguminose menjalar seperti Canavalia maritima dapat tumbuh dengan unsur hara
Akan lebih baik jika penyiangan terhadap gulma dikembalikan lagi ke dalam
kerusakan pada lahan gambut menjadi sangat besar mengingat bahwa adanya
interaksi dengan pola pemanfaatan dan laju kerusakan. Hal yang sangat penting
untuk masa kini namun juga pada masa mendatang. Selama ini dan pasti akan
terus berlangsung bahwa lahan gambut akan dimanfaatkan secara beragam oleh
jelutung pada lahan gambut sangat perlu untuk dicermati, karena disamping untuk
melakukan upaya rehabilitasi kembali kawasan-kawasan yang telah rusak juga
pada upaya memfasilitasi petani atau masyarakat dengan pemberian bibit, namun
juga harus diiringi dengan peningkatan pemahaman dan kapasitas serta tanggung
jawab bersama terutama masyarakat yang menjadi penerima manfaat dari sebuah
program.
BAB III
KESIMPULAN
lahan gambut yang harus dijaga keberadaanya. Hal ini dikarenakan Kalimantan
Tengah memiliki luas lahan gambut 3,01 juta hektar atau 52,5% dari luasan
degradasi yang cukup parah. 3 (tiga) hal mendasar yang merupakan ancaman bagi
areal pertanian ketika dilaksanakannya Proyek PLG satu juta hektar tahun
1995;
hutan rawa gambut. PLG (Pengembangan Lahan Gambut) satu juta hektar di