You are on page 1of 3

REPRESENTASI IDEOLOGI PATRIARKI

DALAM MASYARAKAT MANHATTAN


(Kritik Sastra Feminis terhadap Novel “Out of Time”
karya Caroline B Cooney)
oleh
Eri Kurniawan1
ABSTRAK

Tulisan ini akan memuat hasil penelitian terhadap isu feminis yang terkandung dalam sebuah

novel, khususnya akan mengidentifikasi representasi ideologi patriarki di masyarakat Manhattan.

Dengan menggunakan kritik sastra feminis, penelitian ini akan mengungkap bagaimana elemen

intrinsik novel utamanya tema, plot, dan karakter memunculkan potret stereotipe perempuan dan

dominasi laki-laki di dua abad yang berbeda, yakni abad kesembilan belas dan abad kedua puluh.

Sebagai sebuah penelitian deskriptif, telah ditemukan bahwa perubahan zaman tidak serta merta

membuahkan perubahan signifikan ihwal stereotipe perempuan dan dominasi laki-laki. Sekalipun

ditemukan adanya pergeseran peran perempuan dimana perempuan pada abad keduapuluh diberi

kebebasan untuk berperan di domain publik, akan tetapi peran domestiknya tetap tidak boleh

dilepas, yakni sebagai ibu rumah tangga. Pun, dalam konteks cinta, perempuan masih ditilik

sebagai objek laki-laki, yang hanya dinilai dari segi kecantikan fisiknya saja. Sementara itu, laki-

laki di kedua abad tersebut digambarkan sebagai figur yang dominan dan superior, yang

memberikan proteksi terhadap perempuan dan menjadi pengatur dalam bidang sosial, ekonomi,

dan pendidikan.

Kata kunci: ideologi patriarki, stereotipe, gender, peran domestik/tradisional, peran publik
Pendahuluan
Latar Belakang

Sherry (1988: 1) mengemukakan bahwa di semua budaya yang kita kenal, kehidupan dan pengalaman laki-

laki dan perempuan ternyata berbeda dalam banyak hal. Fenomena ini disebabkan oleh hadirnya sebuah

konstruk sosial yang secara nyata berkiblat pada ideologi patriarki. Ideologi ini mensyaratkan adanya

1 Eri Kurniawan adalah staf edukatif yang menjadi calon pegawai negeri sipil di Jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan
Indonesia. Tinggal di Jln. Setiabudhi Gg. Abah Jangkung No. 44 Rt 05/03 Ledeng Bandung 40143.
Bisa dikontak melalui eri_kurniawan@upi.edu

1
pengendalian kekuasaan atau dominasi oleh laki-laki serta stereotipe peran
perempuan.
Ideologi patriarki telah lama menjadi fondasi konstruk sosial kita. Kaum laki-laki mewarisi

sebuah tatanan sosial dimana mereka mendominasi ruang kekuasaan dan kewenangan. Sehingga aktivitas-

aktivitas sosial selalu dikaitkan dengan tindakan mereka. Nosi inilah yng menimbulkan diskriminasi dan

ketidakadilan atau bahkan penindasan terhadap kaum perempuan dalam masyarakat. Kehidupan,

pengalaman, dan nilai-nilai yang diyakini perempuan dianggap marginal sementara pengalaman laki-laki

dianggap normatif (Sherry, 1988).

Stereotipe semacam selanjutnya termanifestasikan dalam bahasa dikarenakan hakikat dinamika

bahasa yang senantiasa mengiringi dinamika kehidupan laki-laki dan perempuan. Faruk (1997: 33-34)

menggambarkan stereotipe ini sebagai hantu yang selalu menampakkan dirinya dalam bentuk kamuflase

yang didasarkan pada situasi. Sebagai alat untuk mereproduksi stereotipe, bahasa mengalami proses yang

berkelanjutan yang melakukan “aksi gender” dalam beragam latar interaksi antara laki-laki dan

perempuan.

Oleh karenanya, sastra pun terkena imbasnya. Prosa sebagai salah satu genre sastra, menurut

Aristiarini (1998: xix), sering kali mengangkat konflik yang bias gender—sebuah konstruk sosial dan

kodifikasi perbedaan jenis kelamin yang dikaitkan dengan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan.

Sastra, pada gilirannya, menjadi kamuflase kekuasaan yang dominan dan bahkan menjelma menjadi

kekuatan terselubung yang mereproduksi bias gender. Dalam banyak karya sastra, misalnya, sistem nilai

yang berlaku untuk perempuan seperti sentimentalitas, perasaan dan spiritualitas masih dianggap marginal

dan tersubordinasi. Perempuan hampir selalu diilustrasikan sebagai karakter yang perlu dilindungi dan

sangat diperhatikan (Faruk, 1997: 35).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1960an mengungkap bahwa sebagian besar

karya sastra kanonikal adalah karya laki-laki. Karya sastra oleh dan tentang perempuan begitu diremehkan

dan diabaikan karena hanya mengangkat masalah perasaan dan kehidupan pribadi. Sebagaimana yang

2
diutarakan oleh Virginia Woolf dalam “A Room of One’s Room” (1929) bahwa
penilaian umum terhadap karya sastra adalah “This is an important
book...because it deals with war. This is an insignificant book because it deals
with the feeling of women in drawing room.”
Inilah yang melatari mengapa penelitian ini mengkaji isu feminisme dalam novel karya

perempuan dengan menggunakan kacamata kritik sastra feminis. Novel “Out of Time” karya Cooney ini

merupakan novel fiksi romantik yang menceritakan kisah cinta sebuah pasangan yang berasal dari dua

abad berbeda, abad kesembilan belas dan abad kedua puluh. Novel ini mengangkat representasi ideologi

patriarki dan stereotipe peran perempuan di masyarakat Manhattan. Perbedaan latar waktu tentu

menyebabkan perbedaan peran gender. Tapi yang menarik adalah adanya kesamaan di kedua abad tersebut

dimana peran laki-laki di domain publik dan perempuan di domain domestik masih tetap melekat di

masyarakat.

Tujuan dan Manfaat

Seperti yang dijelaskan dimuka bahwa ideologi patriarki yang menjadi fondasi konstruk sosial kita ternyata

termanifestasikan dalam bahasa dan sastra. Novel sebagai salah satu bagian dari karya sastra, menampilkan

cerita dan karakter yang secara tidak langsung mewakili fenomena kehidupan nyata. Artinya, sangat

dimungkinkan bahwa novel menjadi representasi ideologi tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk

menguak atau mengungkap representasi ideologi patriarki yang tertuang dalam sebuah novel.

Di samping itu, sebagaimana dikemukakan oleh Sherry (1988) bahwa karya sastra perempuan

selalu dinilai ‘sempit’ atau ‘khusus’ yang seringkali menampilkan gambaran kehidupan, gagasan dan

emosi perempuan. Sementara dalam karya sastra laki-laki, karakter perempuan hampir selalu diposisikan

dalam hubungannya dengan laki-laki dalam konteks cinta dan seksualitas. Oleh karenanya, yang dijadikan

objek penelitian adalah sebuah novel karya perempuan agar diperoleh bukti kongkret ihwal bagaimana

penulis perempuan menggambarkan fenomena sosial yang didominasi oleh laki-laki.

Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra
Perempuan dalam Layar terkembang. Bandung: Penerbit Katarsis.
Storey, John. 2001. Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction, 3rd
Edition. Great Britain: Henry King Ltd.
Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Wood, Julia T. 1993. Gendered Lives: Communication, Gender, adn Culture.
California: Wadsworth Publishing Company

You might also like