You are on page 1of 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849), pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan

suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, pengaruh

merupakan bentuk hubungan sebab-akibat antar variabel. Dalam hal ini audit

internal akan memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

B. Audit

1. Pengertian Audit

Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

Audit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) yaitu

pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (perusahaan, bank, dan

sebagainya) secara berkala; pengujian efektivitas keluar masuknya uang

dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkannya.

William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang

diterjemahkan oleh Nuri, H. (2005:16) menulis, auditing adalah suatu

proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara

10 10

10
objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi

untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan

menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak

yang berkepentingan.

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf,

A,A. (2003:1), auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian

bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas

ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk

dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian laporan keuangan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku

umum.

Menurut AA. Arens, R.J. Elder, M.S. Beasley (2008:4), auditing

adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk

menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan

kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang

kompeten dan independen.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:3), auditing adalah suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh

manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

11
2. Jenis-jenis Audit

Menurut Messier, Glover dan Prawitt yang diterjemahkan oleh

Hinduan, (2005:60-61) bahwa jenis jasa audit di samping audit laporan

keuangan, terdapat 4 (empat) jenis utama dari audit yaitu:

a. Audit Pengendalian Internal

Audit laporan keuangan selalu memiliki pilihan untuk menguji

pengendalian untuk mendapatkan bukti tidak langsung mengenai

kewajaran laporan keuangan dimana mereka telah ditugaskan untuk

menyampaikan pendapat.

b. Audit kepatuhan

Audit kepatuhan menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan,

hukum, perjanjian, atau peraturan pemerintah dipatuhi oleh entitas

yang sedang diaudit.

c. Audit Operasional

Audit operasional melibatkan pengkajian sistematis atas aktivitas

organisasi .

d. Audit Forensik

Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai

jenis kecurangan (fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan

audit forensik telah tumbuh pesat.

Menurut Sukrisno Agoes, (2004:10-12) ditinjau dari jenis pemeriksaan,

audit dapat dibedakan atas 4 (empat) yaitu:

12
a. Management Audit (Audit Operasional)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,

termasuk kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh

manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah

dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

b. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan

sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan berlaku,

baik yang diterapkan oleh intern perusahaan (manajemen, dewan

komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank

Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan

dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.

c. Internal audit (Pemeriksaan Internal)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian Internal audit perusahaan,

maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah

ditentukan. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan

(audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan ditemukan,

kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikan

(recommendation).

d. Computer Audit (Komputer Audit)

Pemeriksaan KAP terhaadap perusahaan yang memproses data

akuntansinya dengan menggunakan EDP (Elektronik Data

Processing) sistem.

13
William C. Boynton, Raymond N. Johnson dan Walter G. Kell yang

diterjemahkan oleh Budi, S,I. (2003:6-7) menulis, terdapat tiga jenis audit,

yaitu:

a. Audit Laporan Keuangan.

Audit laporan keuangan mencakup perolehan dan pengevaluasian

bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk

menyatakan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah

disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum.

b. Audit Kepatuhan.

Audit kepatuhan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti

untuk menentukan apakah aktivitas keuangan atau aktivitas operasi

suatu entitas tertentu telah sesuai dengan persyaratan, peraturan dan

perundang-undangan spesifik.

c. Audit Operasional

Audit operasional mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-

bukti mengenai efesiensi dan efektifitas dari aktivitas operasi suatu

entitas dalam kaitannya dengan tujuan spesifik.

14
C. Audit Internal (Internal audit)

1. Pengertian Audit Internal

Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan

intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit

perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi

perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang

telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan

ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan

pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal,

lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain.

Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi

keuangan.

Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor)

yang dikutip oleh Boynton (2001:980) yakni: ”Internal auditing is an

independent, objective assurance and consulting activity designed to add

value and improve an organization’s operations. It helps an organization

accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach

to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control,

and governance processes”. (Audit internal adalah aktivitas independen,

keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai

dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu

organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis

15
dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen

resiko, pengendalian dan proses tata kelola).

Menurut Hiro Tugiman (2006:11), internal auditing atau

pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam

suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang

dilaksanakan.

Menurut Mulyadi (2002:29), audit intern adalah auditor yang

bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta)

yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur

yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik

atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan

efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan

keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

IIA (Institute of Internal auditor) memperkenalkan Standards for

the professional Practice of Internal auditing-SPPIA (Standar) dikutip dari

Sawyer (2005:8), audit internal adalah fungsi penilaian independen yang

dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-

aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.

2. Tujuan Audit Internal

Menurut Hiro Tugiman (2006:11) tujuan pemeriksaan internal

adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan

tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan

melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan

16
pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif

dengan biaya yang wajar.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:222), tujuan pemeriksaan yang

dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan

perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan

memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan

yang diperiksanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan

kegiatan-kegiatan berikut:

a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari

sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan

pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian

yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-

prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan

dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,

kecurangan dan penyalahgunaan.

d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam

organisasi dapat dipercaya.

e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang

diberikan oleh manajemen.

17
f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

3. Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen

untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian

intern perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau

rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan

dijadikan landasan mengambil keputusan atau tindak selanjutnya.

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:11),

penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit

internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan

fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.

Ruang lingkup menurut Guy (2002:410), ruang lingkup audit

internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektifitas

sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam

melaksanakan tanggungjawab yang dibebankan.

Ruang lingkup audit internal menurut The Institute of Internal

auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton et al (2001:983) “The scope of

audit internal should encompass of the adequacy and effectiveness the

organizations system of performance in carrying out assigned

responsibilities; (1) reability and integrying of information; (2)

compliance with policies, plans, procedures, laws, regulations and

contacts; (3) safeguarding of assets; (4) economical and efficient use of

18
resources; (5) accomplishment of established objectives and goals for

operations programs”. (Ruang lingkup audit internal harus mencakup

kecukupan dan efektivitas sistem kinerja organisasi dalam melaksanakan

tanggung jawab yang ditugaskan; (1) keandalan dan menyokong

informasi; (2) sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum,

peraturan dan kontak; (3) pengamanan aktiva; (4) penggunaan sumber

daya yang ekonomis dan efisien; (5) tercapainya target yang ditetapkan

dan tujuan program operasi).

Menurut Hiro Tugiman (2001:17), lingkup pekerjaan pemeriksaan

internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta

efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan

kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

4. Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal

Menurut Hudri Chandry (2009:10), wewenang dan tanggung jawab

auditor intern dalam suatu organisasi juga harus ditetapkan secara jelas

oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus memberikan keleluasan auditor

intern untuk melakukan audit terhadap catatan-catatan, harta milik,

operasi/aktivitas yang sedang berjalan dan para pegawai badan usaha.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan secara lebih terperinci

mengenai tanggungjawab auditor internal dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) (2001:322.1) auditor internal bertanggungjawab

untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan,

rekomendasi dan informasi kepada manajemen entitas dan dewan

19
komisaris atau pihak lain yang setara wewenamg dan tanggungjawabnya

tersebut. Auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan

dengan aktivitas yang diauditnya.

Menurut Amin widjaja Tunggal (2000:21), tanggung jawab auditor

internal adalah menerapkan program audit internal, mengarahkan

personel, dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal juga

menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan

dan menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan.

Secara garis besar dan tanggungjawab seorang auditor internal di

dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dan saran-saran kepada manajemen atas

kelemahan-kelemahan yang ditemukannya.

2. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan

untuk mencapai tujuan audit dan tujuan organisasi atau perusahaan.

5. Kedudukan dan Peran Auditor Internal

Kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi sangat

mempengaruhi keberhasilannya menjalankan tugas, sehingga dengan

kedudukan tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti

independen dan objektif. Struktur organisasi penetapan bagian auditor

internal secara jelas disertai dengan job description yang jelas akan

membawa dampak yang positif dalam proses komunikasi antara auditor

internal dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer. Namun

20
sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus

pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas

kedudukan auditor internal ini.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:243-246), ada empat alternatif

kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi yaitu:

a. Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan (sejajar

dengan bagian akuntansi keuangan),

b. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama,

c. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris,

d. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit

director.

Peranan auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya

kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan, sangat

besar. Jika auditor internal menemukan indikasi dan mencurigai

terjadinya kecurangan di perusahaan, maka ia harus memberitahukan hal

tersebut kepada top management. Jika indikasi tersebut cukup kuat,

manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi.

Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer, investigator,

security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli

komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus

dilaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta,

temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan.

21
6. Pendekatan-pendekatan yang Dilakukan Auditor Internal

Menurut Sawyer (2005:27) untuk mencapai tujuannya masing-

masing, auditor internal dapat melakukan beberapa pendekatan yang

berbeda yakni:

a. Audit Komprehensif, istilah ini pertama kali digunakan oleh General

Accounting Office (GAO) Amerika Serikat untuk menggambarkan

audit atas semua aktivitas yang terdapat pada entitas pemerintah.

Audit komprehensif merupakan perluasan yang dilakukan GAO atas

audit terhadap aktivitas operasi.

b. Audit Berorientasi Manajemen, penelaahan atas semua aktivitas

sesuai dengan perspektif manajer atau konsultan manajemen. Audit

berorientasi manajemen dibedakan dari jenis-jenis lainnya

berdasarkan cara pandangnya, bukan dari segi prosedur audit. Audit

berorientasi manajemen memfokuskan diri pada membantu organisasi

mencapai tujuannya. Hasil yang signifikan adalah membantu manajer

mengelola perusahaan dengan lebih baik dan untuk membuat manajer,

bukan auditor, kelihatan baik. Audit berorientasi manajemen jangan

disamakan dengan “audit manajemen”, yang merupakan audit atas

manajer itu sendiri. Auditor professional menghindari implikasi

seperti ini karena penilai sejati atas manajer adalah atasan mereka

sendiri.

c. Audit Partisipatif, proses yang melibatkan bantuan klien dalam

mengumpulkan data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah.

22
Jadi audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah,

sehingga terkadang disebut audit kemitraan.

d. Audit Program, penelaahan atas seluruh program, baik perusahaan

publik maupun privat, untuk menentukan apakah manfaat yang

diinginkan telah tercapai. Program dalam istilah ini berarti

serangkaian rencana dan prosedur untuk mencapai hasil akhir yang

ditentukan. Istilah tersebut berbeda dari penelaahan atas aktivitas

secara terus-menerus dalam sebuah perusahaan.

7. Program Audit Internal

Program audit internal merupakan perencanaan prosedur dan

teknik-teknik pemeriksaan yang ditulis secara sistematis untuk mencapai

tujuan pemeriksaan secara efisien dan efektif. Selain itu berfungsi sebagai

alat perencanaan yang juga penting untuk mengatur pembagian kerja.

Memonitor jalannya kegiatan pemeriksaan. Menelaah pekerjaan yang telah

dilakukan.

Menurut Mulyadi (2002:104), program audit merupakan daftar

prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur

audit adalah instruksi rinci untuk menentukan tipe bukti audit tertentu

yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.

Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15)

menyatakan dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus

mempertimbangkan sasaran penugasan, ruang lingkup penugasan, alokasi

sumber daya penugasan, serta program kerja penugasan.

23
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain:

a. Memberikan bimbingan proseduriil untuk melaksanakan pemeriksaan.

b. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung. Tahap

demi tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan.

c. Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standard dan

prosedur yang digunakan perusahaan.

Keunggulan program audit antara lain sebagai berikut:

a. Meratanya pembagian kerja diantara auditor .

b. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu.

c. Program audit memilih tujuan yang penting saja.

d. Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk

tahun berikutnya.

e. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja.

f. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum

akuntansi telah dijalankan.

g. Penanggungjawab pelaksanaan audit jelas.

Kelemahan program audit antara lain:

a. Tanggungjawab audit pelaksanaan terbatas pada program audit saja.

b. Sering menimbulkan hambatan untuk berpikiran kreatif dan

membangun.

c. Kegiatan audit menjadi monoton.

24
8. Pelaksanaan Audit Internal

Pelaksanaan audit menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit

Internal (2004:16), dalam melaksanakan audit, auditor internal harus

mengidentifikasi informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan

mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan

penugasan.

Seperti yang dikemukakan oleh The Institute of Internal auditors

(IIA) yang dikutip oleh Boynton et al (2001:983). “Audit work should

include planning the audit, examining and evaluating information

performance of audit work should include:

a. Planning the audit

b. Examining and evaluation information

c. Communicating result

d. Following up”

(Kerja Audit harus mencakup perencanaan audit, memeriksa dan

mengevaluasi kinerja informasi kerja audit harus mencakup

a. Perencanaan audit

b. Menguji dan mengevaluasi informasi

c. Mengkomunikasikan hasil

d. Menindaklanjuti)

Sama halnya yang diungkapkan Boynton et al, menurut Hiro

Tugiman (2006:53), tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit

internal adalah sebagai berikut:

25
a. Tahap perencanaan audit

b. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi

c. Tahap penyampaian hasil audit

d. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit

Penjelasan dari tahapan-tahapan di atas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Audit

Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling awal

dalam pelaksanaan kegiatan audit intenal, perencanaan dibuat

bertujuan untuk menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit,

arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan

waktu, dan merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan

proses audit.

Menurut Hiro Tugiman (2006:53), audit intern haruslah

merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah

didokumentasikan dan harus meliputi:

1) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.

2) Peroleh informasi dasar (background information) tentang

kegiatan-kegiatan yang akan diperiksa.

3) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

audit.

4) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

5) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan,

risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan.

26
6) Penulisan program audit.

7) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil

audit akan disampaikan.

8) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.

b. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan,

menganalisa, menginterprestasi dan membuktikan kebenaran

informasi untuk mendukung hasil audit.

Menurut Hiro Tugiman (2006:59), proses pengujian dan

pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut:

1) Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang

berhubungan dengan tujuan-tujuan pemeriksaan dan lingkup

kerja.

2) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna

untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan

rekomendasi-rekomendasi.

3) Adanya prosedur-prosedur audit, termasuk teknik-teknik

pengujian.

4) Dilakukan pengawasan terhadap proses pengumpulan,

penganalisaan, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi.

5) Dibuat kertas kerja pemeriksaan.

27
c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan

Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan

manajemen yang dirancang untuk memperkuat pengendalian audit

intern, untuk menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-

kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Audit intern harus

melaporkan kepada manajemen apabila terdapat

penyelewengan/penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di

dalam suatu fungsi perusahaan dan memberikan saran-

saran/rekomendasi untuk perbaikannya. Menurut Hiro Tugiman

(2006:68) audit intern harus melaporkan hasil audit yang

dilaksanakannya yaitu:

1) Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern.

2) pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan

dan rekomendasi.

3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan

tepat waktu.

4) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan

hasil dari pelaksanaan pemeriksaan.

5) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.

6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan

atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan

pemeriksaan.

7) Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit.

28
d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut

(follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan

pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.

Audit intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah

dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah

manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak

dilakukannya tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang

dilaporkan.

9. Laporan Audit Internal

Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu

bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan teratur.

Laporan ini merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan

pertanggungjawaban kepada manajemen.

Menurut AA. Arens, R.J. Elder, M.S. Beasley (2008:6), tahap

terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit

report), yang menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai.

Laporan seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya

harus memberi tahu para pembaca tentang derajat kesesuaian antara

informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan juga memiliki

bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi mulai dari jenis yang sangat

teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit laporan keuangan hingga

29
laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional atas efektivitas suatu

departemen kecil.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:236), sebagai hasil dari

pekerjaannya, internal auditor harus membuat laporan kepada

manajemen. Laporan tersebut merupakan suatu alat dan kesempatan bagi

internal auditor untuk menarik perhatian manajemen dan membuka mata

manajemen mengenai manfaat dari Internal Audit Department (IAD), apa

saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD, hal penting apa saja yang

terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan tindakan perbaikan

dari manajemen.

Untuk itu IAD harus menyampaikan laporan yang:

- Objective

- Clear (jelas)

- Concise (singkat tetapi padat)

- Constructive (membangun)

- Timely (cepat waktu)

D. Kinerja Keuangan Perusahaan

1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001):

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,

kemampuan kerja (tentang peralatan).

Keuangan adalah seluk-beluk uang, urusan uang, keadaan uang

30
Perusahaan adalah kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang

diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan

mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau

membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dansebagainya),

organisasi berbadan hukum yg mengadakan transaksi atau usaha.

Dapat disimpulkan menurut bahasa bahwa Kinerja keuangan

perusahaan adalah suatu prestasi keuangan yang diperlihatkan oleh

organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha.

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial

perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan

suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan

disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang.

Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan

dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.

Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang

dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, laba rugi,

arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan

suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan.

2. Pentingnya Kinerja Perusahaan

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan perilaku manusia

dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan

organisasi. Penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk memotivasi

karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi

31
standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan

tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja perusahaan penting

dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain

yang berkepentingan. Dengan mendeteksi kinerja keuangan perusahaan,

kita dapat mengidentifikasi kondisi perusahaan.

3. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang

tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang

semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya

serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun

ekstrinsik. Melalui pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat

memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai

dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat

pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini

diharapkan dapat memberikan motivasi dan rangsangan pada masing-

masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien.

Menurut Mulyadi (2001:420), tujuan pokok kinerja adalah untuk

memotivasi karyawan dalam pencapaian sasaran organisasi dan dalam

mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

membuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan.

4. Manfaat Penilaian Kinerja

32
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh

manajemen untuk:

a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara umum.

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan,

seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan

dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program

pelatihan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana

atasan mereka menilai kinerja mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

5. Ukuran Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi (2001:434-435), ukuran kinerja keuangan

perusahaan dapat digunakan mengukur kinerja kuantitatif terdapat tiga

macam, yaitu:

a. Ukuran kriteria tunggal (Single Criterium)

Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya

menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.

b. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criterium)

Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan

kriteria tunggal dalam pemgukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam

33
ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan

usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.

c. Ukuran kriteria gabungan (Composite Criterium)

Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai

macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam

pengukuran kinerja.

Dalam penggunaannya terdapat keunggulan dan keterbatasan dari

analisa keuangan untuk digunakan dalam memahami kondisi perusahaan.

Menurut Harahap (2002:49), ada beberapa keunggulan dari analisa rasio

yaitu:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang

disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

e. Menstandarisir size perusahaan.

f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain

atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.

g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di

masa yang akan datang.

34
Beberapa rasio yang umumnya dikenal antara lain rasio likuiditas,

solvabilitas dan rentabilitas, akan tetapi masih banyak lagi rasio yang

dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian dapat

memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan. Salah satunya

adalah J. Courties sebagaimana yang dikutip dari Harahap (2002:52)

memberikan kerangka rasio keuangan secara kategori sebagai berikut:

a. Probabilitas. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang

digambarkan oleh Return on Investment (ROI).

b. Management Performance adalah rasio yang dapat menilai prestasi

manajemen. Dilihat dari segi kebijakan kredit, persediaan,

administrasi, dan struktur harta dan modal.

c. Solvency yaitu kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya.

Solvency ini digambarkan oleh arus kas baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

Masih menurut Harahap (2002) adapun jenis rasio keuangan yang

sering sekali digunakan adalah:

a. Rasio likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

b. Rasio solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-

kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi.

c. Rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio ini menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh

35
kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal jumlah karyawan dan sebagainya.

d. Rasio Leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang

perusahaan terhadap modal maupun aset.

e. Rasio Aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan

perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan

penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya.

f. Rasio Pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan

penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi

berarti semakin baik.

g. Penilaian Pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan

di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar

modal.

h. Rasio Produktivitas, rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari

unit atau kegiatan yang dinilai.

Menurut Nainggolan (2004:68) ada beberapa rasio keuangan yang

digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu:

a. EPS (Earning per Share)

Merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham.

Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk

membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang berbeda dan

untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika

terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham telah sejak

36
dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan

laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba memberikan

informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di

masa datang. Rumus EPS sebagai berikut:

Earning
Earning per Share = Share

b. DER (Debt to Equity Ratio)

Merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang

ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to

Equity Ratio adalah instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas

atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh

kewajibannya. Rumus DER sebagai berikut:

Total Hutang
Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas

c. PER (Price Earning Ratio)

Rasio harga dengan penghasilan atau price earning ratio

sering digunakan untuk membandingkan peluang investasi. Suatu

rasio harga dan penghasilan saham dihitung dengan membagi harga

pasar per lembar saham (market price share) dengan penghasilan per

lembar saham (PER). Harahap (2002) mengatakan bahwa price

earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di

pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan

pendapatan yang diterima. Rumus PER sebagai berikut:

37
Price Earning Ratio =

Harga pasar per lembar sahambiasa


Laba per lembar saham biasa( EPS)

d. ROI (Return on Investment)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen

dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,

2003). Menurut Agus Sartono (2008:123), ROI menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan. Rumus ROI sebagai berikut:

EBIT
x 100 %
Return on Investment = Total Asset

e. ROE (Return on Equity)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan net

income (Kasmir, 2003). Menurut Agus Sartono (2008:124), ROE

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia

bagi pemegang saham perusahaan. Apabila proporsi utang semakin

besar maka rasio ini semakin besar. Rumus ROE sebagai berikut:

Net Income
Return on Equity = Total Equity x 100 %

Menurut Hanafi dan Halim (2000:179) Analisis Return On

Equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On Common

Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan

38
sebagai rentabilitas modal sendiri. kegunaan ROE adalah untuk

menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri

atau modal asing.

Menurut Munawir (2000:101), angka-angka rasio keuangan yang

diperoleh dapat dianalisis dengan memperbandingkan angka rasio tersebut

dengan:

a. Standard ratio atau rata-rata dari seluruh industri semacam dimana

perusahaan yang ada data keuangannya sedang dianalisis menjadi

anggotanya.

b. Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang

bersangkutan.

c. Rasio-rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis)

dari perusahaan yang bersangkutan.

d. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan

pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya.

E. Laporan Keuangan

Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi

pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut

laporan keuangan. Menurut Nainggolan (2004:41), alat yang digunakan

sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan adalah laporan

keuangan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan

laporan perubahan modal.

39
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008:24-27), urut-urutan

penyusunan dan sifat data yang terdapat dalam laporan-laporan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Laporan Laba Rugi

Adalah ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu

tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan laba rugi melaporkan

pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep

penandingan atau pengaitan (matching concept). Konsep ini diterapkan

dengan menandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang

dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi

juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang

terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net

income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut

rugi bersih (net loss)

2. Laporan Ekuitas Pemilik

Adalah ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama

periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan tersebut

dibuat setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih

periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga,

laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum neraca, karena jumlah ekuitas

pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca.

3. Neraca

40
Adalah daftar aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal

tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Bagian aset dalam

neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aset tersebut

dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Kas berada di

urutan pertama, diikuti oleh piutang, perlengkapan, asuransi dibayar

dimuka, dan aset lainnya. Kemudian, disajikan aset yang sifatnya tetap

atau permanen, seperti tanah, bangunan, dan peralatan. Pada bagian

kewajiban, utang usaha merupakan satu-satunya kewajiban. Jika terdapat

satu atau lebih jenis kewajiban, maka setiap kewajiban harus disajikan

dan jumlah seluruh kewajiban.

4. Laporan Arus Kas

Adalah ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama

periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan arus kas

terdiri atas tiga bagian:

a. Arus kas dari aktivitas operasi

Bagian ini melaporkan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang

menyangkut operasi perusahaan.

b. Arus kas dari aktivitas investasi

Bagian ini melaporkan transaksi kas untuk pembelian atau penjualan

aset tetap atau permanen.

c. Arus kas dari aktivitas pendanaan.

41
Bagian ini melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan

investasi pemilik, peminjaman dana, dan pengambilan uang oleh

pemilik.

Menurut Djarwanto (2001:5), Laporan keuangan yang disusun guna

memberikann informasi kepada berbagai pihak terdiri dari:

1. Neraca

Menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal

tertentu, umumnya pada akhir tahun pada saat penutupan buku.

2. Laporan Laba-Rugi

Memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang-barang atau

jasa-jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil

tersebut.

3. Laporan Bagian Laba yang Ditahan atau Laporan Modal Sendiri

Laporan bagian laba yang ditahan, digunakan dalam perusahaan yang

berbentuk perseroan, menunjukkan suatu analisa perubahan besarnya

bagian laba yang ditahan selama jangka waktu tertentu. Sedang laporan

modal sendiri diperuntukkan bagi perusahaan perseorangan dan bentuk

persekutuan, meringkaskan perubahan besarnya modal pemilik atau

pemilik-pemilik selama periode tertentu.

4. Laporan Perubahan Posisi Keuangan atau Laporan Sumber dan

Penggunaan Dana

42
Memperlihatkan aliran modal kerjasama periode tertentu. Laporan ini

memperlihatkan sumber-sumber dari mana modal kerja telah diperoleh

dan penggunaan atau pengeluaran modal kerja yang telah dilakukan

selama jangka waktu tertentu.

F. Pengaruh Audit Internal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam

suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang

dilaksanakan. Audit internal dapat dijadikan sebagai suatu pengawasan yang

berkelanjutan. Dengan dilaksanakan audit internal akan mendapatkan

kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan usaha. Kedisiplinan dalam

pelaksanaan kegiatan usaha yang dilaksanakan akan mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan tersebut.

43

You might also like