You are on page 1of 6

Artikel Sejarah Matematika

Nama : Sitti Kurnia Purnama


NIM : 071104114
Kelas :C

“Sistem Bilangan Babilonia, Mesir, Angka Batang, dan Yunani”

Sebelum saat kita menulis angka dengan menggunakan basis


10 atau desimal, pada peradaban kuno dulu telah dikenal pula cara
menuliskan bilangan dengan cara yang lain. Hanya saja
kebanyakan mereka menuliskan angka dengan membutuhkan
simbol-simbol yang banyak, dan tentu saja jika itu masih
diberlakukan saat ini, kita akan kesulitan untuk menulis angka-
angka yang sangat besar.
Dalam berbagai literatur sejarah disebutkan bahwa angka-
angka yang kita gunakan saat ini merupakan perpaduan antara
Hidu-Arab, perhatikan tabel berikut :

Selain daripada angka Hindu-Arab, masih ada lagi sistem bilangan


pada peradaban lainnya, seperti Babilonia, Mesir, suku Maya,
China, Romawi, Yunani, dan lainnya.
Sistem Bilangan Babilonia
Orang-orang Babel atau Babilonia tinggal di Mesopotamia, diantara sungai
Tigris dan Eufrat. Mereka mulai sistem penomoran sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Sitem penomoran mereka adalah salah satu sistem penomoran tertua. Matematika
pertama dapat ditelusuri ke negara kuno Babel pada milenium ketiga SM.
Orang Babel mengembangkan bentuk tulisan berdasarkan runcing yaitu
Cuneiform yang berarti "irisan bentuk" dalam bahasa Latin. Mereka menuliskan
simbol-simbol pada tablet tanah liat basah dengan cara menekan ujung jarum ke
tanah liat tersebut kemudian dipanggang di bawah
terik matahari. Seperti diperlihatkan pada gambar
disamping.
Mereka menggunakan sistem sexagesimal
atau sistem berbasis 60 dalam penomoran.
Perhatikan juga bahwa perubahan jam ke menit
kemudian menit ke detik menggunakan basis 60.
Bilangan yang kurang daripada 10 digambarkan seperti panah ke bawah

Contoh: 4
Bilangan 10,20,30,40, dan 50 digambarkan seperti panah ke kiri.

Contoh: 20
Angka kurang dari 60 dibuat dengan menggabungkan simbol 1 and 10.

Contoh: 47
Layaknya sistem penomoran yang kita gunakan saat ini, sistem penomoran Babilonia
menggunakan unit puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya.

Contoh: 64
Namun, mereka tidak memiliki simbol untuk nol. Ketika mereka ingin
mengekspresikan nol, mereka hanya meninggalkan ruang kosong diantara angka-
angka yang ditulis.
Dibawah ini adalah contoh penggunaan nol dan bilangan yang besar
Contoh: 79883

(22*602 2 )+(11*60)+23 (22 * 602 2) + (11 * 60) +23

Contoh: 5220062

(24*60 3 ) + (10*60 2 ) + (1*60) + 2 (24 * 60 3) + (10 * 60 2) + (1 * 60) + 2


Sistem Bilangan Mesir
Mesir menggunakan dua cara untuk menuliskan bilangan
mereka, dimana masing-masing dari kedua cara tersebut
menggunakan basis 10 seperti yang kita gunakan saat ini. Dalam
buku The History of Mathematics, dikatakan bahwa orang-orang
Mesir tidak dapat menggunakan notasi hieroglif untuk menuliskan
angka-angka yang sangat besar tanpa menciptakan notasi baru.
Kemudian mereka merancang simbol-simbol bilangan yang lainnya
dan dituliskan dalam naskah hieratic. Notasi hieroglif seperti
diperlihatkan pada gambar berikut :

staf
1=
10 = tulang tumit
100 = kumparan tali
1000 = bunga teratai
10.000 = Jari telunjuk
100.000 = kecebong
1.000.000 = Orang melompat
Contoh 1.
1= 10 = 100 = 1000 =
2= 20 = 200 = 2000 =

4= 40 = 400 = 4.000 =
Dalam penulisan angka, urutan desimal terbesar akan ditulis pertama. Angka-angka
ditulis dari kanan ke kiri.
Contoh 2.

46.206 =
Adapun simbol-simbol bilangan dalam naskah hieratic diperlihatkan
pada gambar berikut :

Contoh 3.
8.742 =
Apabila simbol-simbol tersebut dipertukarkan posisinya, maka
artinya kan tetap sama.

Sistem Bilangan Angka Batang


Menghitung dengan batang telah digunakan oleh Cina kuno selama lebih dari
dua ribu tahun. Perhitungan ini juga digunakan oleh matematikawan di Jepang,
Korea, dan Vietnam. Pada tahun 1954,
empat puluh batang tua ditemukan di
Zuǒjiāgōngshān ( 左 家 公 山 ) Chǔ
Makam No.15 di Changsha , Hunan .
Di tahun 1973, arkeolog
menggali sejumlah kayu script dari
sebuah makam dinasti Han di Hubei,
dimana di salah satu script kayu tertulis:
"当 利 二月 定 算 ”,yang berarti
Menghitung angka batang dalam
bentuk grid di buku matematika “Ini adalah salah satu contoh awal
Jepang menghitung angka menggunakan
tongkat secara tertulis”. Pada tahun 1976, seikat batang kecil kecil untuk perhitungan
yang terbuat dari tulang di digali dari daerah Yang Qian di Shanxi
Orang-orang China pada masa itu belum mengenal angko 0, tetapi mereka
telah memiliki konsep tentang 0 yang mirip dengan penggunaan 0 kita saat ini. Untuk
menuliskan angka 0, mereka meninggalkan ruang kosong diantara simbol-simbol
bilangan lainnya. Selain itu, kadangkala mereka menggunakan batang berwarna
merah untuk bilangan positif dan batang berwarna hitam untuk bilangan negatif,
seperti pada gambar di bawah

Perhatikanlah bahwa terdapat ruang kosong untuk menyatakan bahwa


terdapat angka 0 pada bilangan tersebut .
Sistem Bilangan Yunani
Aksara Yunani berasal dari Fenisia sekitar 900 SM . Ketika Orang-rang
Fenisia menemukannya, aksara tersebut berisi sekitar 600 simbol. Orang Yunani
mengambil simbol dari peradaban lain dan ada juga yang dibuat oleh mereka sendiri.
Kata alfabet berasal dari dua huruf pertama Yunani, atau nomor dari abjad Yunani -
"alpha" dan "beta." Yunani menggunakan simbol Loteng untuk menuliskan bilangan
mereka, seperti pada gambar berikut :
Simbol Loteng
= 500
= 100
= 10
= 5
= 1
Contoh :

849 =
Aksara Yunani asli terdiri dari 27 huruf dan ditulis dari kiri ke kanan. 27 huruf ini
membentuk 27 simbol utama yang digunakan dalam penomoran sistem mereka.
Aksara Baru Yunani dewasa ini hanya menggunakan 24 huruf.

Jika Anda perhatikan, orang-orang Yunani tidak memiliki simbol untuk nol. Dengan
meletakkan koma di depan dari setiap simbol pada baris pertama, mereka bisa
menulis nomor apapun hingga 10.000.
Berikut cara untuk menuliskan 1000, 2000, dan 849.

Referensi :
http://www.math.wichita.edu/history/topics/num-sys.html
Tabak, John. 2004. The History of Mathematics, Numbers. New
York : Facts on File, inc. Didownload dari www.gigapedia.org pada
tanggal 23 Februari 2010.

You might also like