You are on page 1of 15

Seks Bebas

Abstrak

Seks bebas sudah menjadi pembicaraan yang tak asing di telinga kita.
Mulai dari kaum pelajar bahkan hingga orang dewasa, banyak yang terjebak
kedalam seks bebas. Seks bebas patut diangkat menjadi sebuah topik masalah.
Kita bisa menilai dari berbagai sudut pandang atas seks bebas, misalnya dari sudut
pandang norma hukum dan sosial atau dari sudut pandang lainnya. Kita akan
melihat bagaimana seks bebas ini mempengaruhi kita melalui pemaparan-
pemaparan yang kami jelaskan disini. Melalui pemaparan disini juga akan terlihat
ahlak budi pekerti kita sebagai pencerminan diri. Kita juga dapat mengetahui
apakah seks bebas merupakan sebuah perwujudan dari cinta dan kasih melalui
makalah ini.

Kata Kunci

Agama, budaya, budi pekerti, individu, cinta, kasih, mahluk, norma hukum,
norma sosial, seks bebas, sosial, tradisi.
Bab I

Pendahuluan

Kasus seks bebas kini semakin marak terjadi di kalangan masyarakat. Hal
tersebut terbukti dengan semakin sering terdengarnya berita tentang peristiwa
seks bebas yang terjadi di bebagai daerah. Bahkan seks bebas tidak hanya
terjadi pada orang dewasa, melainkan sering juga terjadi pada remaja bahkan,
anak-anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengamalan akal budi pekerti dalam
menentukan perilaku dan tindakan. Selain itu kurangnya pemahaman seseorang
terhadap nilai agama, tradisi dan budaya dapat membuat seseorang salah dalam
tindakannya. Karena, seseorang yang memahami nilai-nilai tersebut dengan
baik, tentu akan berusaha mengamalkan dengan baik dalam kehidupannya.
Maraknya kasus ini, sepatutnya menarik perhatian kita untuk mencoba untuk
menanggapi dan memberi solusi atas kasus ini. Melalui pemaparan-pemaparan
dalam makalah kami ini, kami berharap dapat memberikan solusi atas kasus ini
serta dapat mengubah beberapa pola pikir kita yang masih salah. Dan kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, seperti kata
sebuah pepatah, “tak ada gading yang tak retak” kami mengharapkan kritik
maupun saran dari anda sebagai pembaca agar kami dapat menyempurnakan
makalah ini untuk selanjutnya.

Depok, 28 Oktober 2010

Tim Penulis
BAB II

Seks Bebas

Definisi seks menurut KBBI adalah “hal yg berhubungan dng alat


kelamin, spt sanggama” sedangkan definisi bebas adalah “lepas sama sekali (tidak
terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat,
dan sebagainya dengan leluasa)”. Jadi dapat disimpulkan seks bebas adalah
melakukan kegiatan suami istri tanpa ikatan pernikahan yang sah. Seks bebas ini
di lakukan berdasarkan atas rasa suka sama suka dan bersedia menanggung
apapun konsekuensinya. Mereka memposisikan cinta kepada pasangannya sebagai
prioritas pertama dibanding dengan cinta kepada tuhan. Karena pola pikir ini lah
banyak remaja kita yang terperangkap ke dalam seks bebas.

Seks bebas sendiri bisa kita lihat dari berbagai sudut pandang. Misalnya
melalui sudut pandang budaya, seks bebas adalah sebuah budaya yang ada sejak
lama. Contohnya seperti zaman penjajahan dahulu, banyak tentara Jepang yang
melakukan hubungan suami istri dengan tawanan wanita. Sayangnya budaya yang
buruk ini masih terbawa hingga sekarang. Masih banyak lagi sudut pandang
lainnya. Mari kita bahas satu persatu sudut pandang – sudut pandang tersebut.

A. Dari sudut pandang manusia sebagai mahluk individu sosial dan budaya

Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial, tetapi terkadang manusia


harus menjadi mahluk yang individu karena tiap manusia memiliki visi, misi dan
tujuan yang tak serupa. Selain itu sikap dan tingkah laku manusia berdasarkan
budaya yang membatasi tindakan manusia agar sesuai norma. Berikut ini
pemaparan lengkap definisi manusia sebagai mahluk sosial, individu maupun
budaya:
• Manusia sebagai mahluk individu adalah manusia memiliki ciri berupa
pemikiran da paradigma sebagai sebuah kesatuan yang tidak dapat dibagai
lagi( perseorangan).

• Manusia sebagai mahluk sosial adalah Manusia tidak dapat lepas dari
interaksi antar sesamanya untuk memenuhi hasrat, kebutuhan dirinya serta
pengembangan bakat dan karakter.

• Manusia sebagai mahluk budaya adalah Manusia memiliki akal budi dan
pikiran yang mengatur tindakan manusia agar sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang berlaku di suatu kelompok masyarakat.

Dari pemaparan diatas kita dapat mengerti perbedaan dari masing-masing


peran manusia. Manusia sebagai mahluk individu sosial dan budaya menjadi
landasan manusia dalam berindak di kehidupannya. Sedangkan seks bebas
memiliki dampak negatif yang lebih besar dari pada positifnya. Jadi seks bebas
merupakan kegiatan yang merugikan. Jika manusia menyadari dan serta
menerapkan perannya sebagai mahluk individu, sosial dan budaya maka
manusia tidak akan terjerumus ke dalam seks bebas.

B. Dari sudut pandang agama, tradisi, dan budaya

Agama berdasarkan asal katanya, berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “a”
yang berarti tidak dan “gam" yang berarti kacau. Jadi pengertian agama secara
harfiah adalah “Tidak kacau”. Ada juga yang mengartikan bahwa “a” yang
berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi, mengandung arti “tidak pergi, tetap
di tempat, atau diwarisi turun temurun”.
Berdasarkan pengertian dari akar katanya, maka dapat ditarik intinya
bahwa agama adalah ikatan yang berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih
tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh
panca indera, namun mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kehidupan manusia sehari-hari.

Secara terminologi, agama dapat diungkapkan dalam pengertian sebagai


berikut:

1. Penghambaan manusia kepada tuhannya

2. Kepercayaan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan


dari suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia.

3. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulakn cara hidup


tertentu.

4. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib.

5. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini


bersumber pada kekuatan gaib.

6. Permujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam
sekitar manusia.

7. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Rasul.

Sedangkan budaya memiliki pengertian tatanan pengetahuan, pengalaman,


kepercayaan, nilai sikap, makna, hirarki agama, waktu, peranan, hubungan
ruang, konsep alam semesta, obyek-obyek materi dan milik yang diperoleh
sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu atau
kelompok.

Selain itu, terdapat tradisi yang memiliki pengertian sebagai suatu


gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama
dilaksanakan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi sama
dengan adat kebiasaan yang dimunculkan oleh kehendak atau perbuatan sadar
yang telah menjadi kebiasaan sekelompok orang.

Singkatnya seks bebas jika dilihat dari sudut pandangan ini


menyatakan pergaulan bebas sangat dilarang keras oleh agama manapun dan
tidak sesuai dengan tradisi dan budaya timur yang dianut oleh Indonesia.
Namun, filter terhadap budaya barat uang kurang selektif, menyebabkan
budaya timur di negeri kita terkontaminasi budaya barat yang tidak sesuai
dengan budaya kita, salah satunya adalah pergaulan bebas. Padahal, satu-
satunya filter dan fondasi kuat untuk menyaring budaya barat yang tidak
sesuai dan tidak patut adalah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
sehingga pergaulan bebas di masyarakat, khususnya dikalangan pemuda
dapat diminimalkan kejadian dan intensitasnya.

C. Dari sudut pandang nilai cinta kasih dan tanggung jawab

Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat
kasih atau sangat tertarik hatinya. Menurut KBBI, cinta adalah suka sekali,
sayang benar, kasih sekali, dan terpikat. Sedangkan kasih ialah cara
pengaplikasian cinta dan belas kasih. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan
cita kasih ialah perasaan sayang yang disertai belas kasihan sebagai sifat dasar
manusia.
Menurut KBBI, tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajibannya.

Cinta sama sekali bukan nafsu. Perbedaan antara cinta dengan nafsu
adalah :
1. Cinta bersifat manusiawi
2. Cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah.
3. Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung
menuntut.
Dalam bukunya Seni Mencintai, Erich Fromm (1983:24-27) menyebutkan
bahwa cinta itu terutama member bukan menerima. Cinta selalu menyatakan
unsur-unsur dasar tertentu yaitu:

1. Pengasuhan, contohnya cinta seorang ibu kepada anaknya.


2. Tanggung jawab, adalah tindakan yang benar – benar bedasarkan atas
suka rela.
3. Perhatian, merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan pribadi orang lain, agar mau membuka dirinya.
4. Pengenalan, merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia.

Menurut Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga


Cinta , bukan cinta segitiga dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3
unsur, yaitu:

• Keterikatan, adalah perasaan untuk hanya bersama orang yang dicintai,


segala prioritas hanya untuk dia.
• Keintiman, yaitu adanya kebiasaan – kebiasaan dan tingkah laku yang
menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi, sehingga panggilan formal
diganti dengan sekedar nama panggilan.
• Kemesraan, yaitu rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen apabila
jauh atau lama tak bertemu, ucapan – ucapan yang menyatakan sayang,
saling menium, merangkul dan sebagainya.

Selain pengertian yang dikemukakan oleh Dr. Sarlito, lin halnya


pengertian cinta yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan,
dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak
hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh
gairah, lembut dan kasih sayang.

Jenis dan tingkatan cinta :


• Tinggi : Cinta kepada Tuhan
• Menengah : Cinta kepada sesama manusia
o Philia : Cinta persaudaraan
o Eros : Cinta atas dasar faktor fisik
o Amor : Cinta yang didasari emosional dan psikologis
• Rendah : Cinta kepada materi atau harta benda

Bentuk – bentuk cinta :


1) Cinta kepada Tuhan
Cinta kepada Tuhan merupakan cinta tingkat tinggi dan tertinggi. Apabila
seseorang taat beribadah, menurut perintah tuhan, dan menjauhi larangan-Nya,
orang itu mempunyai cinta kasih kepada Tuhan penciptanya. Tuhan
menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan
untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsang
terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-
hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai
macam agama. Manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya
di dunia kelak.
2) Cinta kepada saudara
Manusia hidup di dunia tidak mungkin hidup sendiri, pasti ada kebutuhan yang
tidak dapat ia penuhi dengan sendirinya dan membutuhkan orang lain. Oleh
karena itu, manusia harus saling kerja sama dan menjalin hubungan baik serta
membentuk suatu tali persaudaraan untuk memperlihatkan cinta kasih dan rasa
saling membutuhkan. Bentuk tanggung jawab sesame manusia dalam
berinteraksi sosial ialah saling menjaga hak dan menghargai hak orang lain.

3) Cinta keibuan
Cinta keibuan merupakan cinta yang suci setekah cinta kita kepada Tuhan,
Cinta yang dimiliki seorang ibu tidak setara sama seperti cinta Tuhan kepada
ciptaanya. Cinta ibu bersifat altruistis yang tidak mementingkan diri sendiri.
Seorang ibu rela mengorbankan segalanya bahkan nyawanya untuk anak yang
dicintainya. Kita sebagai seorang anak haruslah bertanggung jawab atas ibu
yang telah melahirkan kita; merawatnya, membuat ia bangga, dan memberinya
penghormatan.

4) Cinta erotis
Cinta erotis didasari oleh dorongan seksual yang bersifat dorongan naluri dan
tidak universal. Namun, cinta erotis mengenal batasan dalam melakukan
hubungan dan tidak melanggar norma-norma yang ada; norma hokum, agama,
dan sosial. Kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan kita
dalam melakukan hubungan tersebut bahwa jangan sampai hubungan tersebut
melanggar batasan yang ada.

5) Cinta diri sendiri


Cinta diri sendiri berbeda dengan mementingkan diri sendiri, dengan mencintai
diri sendiri, kita dengan senantiasa akan menyadari keberadaan kita, apa yang
harus kita lakukan, dan memahawi bahwasannya diri kita merupakan amanah
dari Tuhan yang harus kita pelihara dan kita jaga harga diri kita. Oleh karena
itu, kita pun harus bertanggung jawab atas diri kita masing-masing.
Singkatnya pergaulan seks bebas bukanlah suatu hubungan yang didasari
oleh cinta kasih melainkan nafsu belaka, sebab pergaulan seks bebas dipicu
oleh faktor jasmaniah. Selain itu, seks bebas tidak memenuhi dasar cinta yaitu
tanggung jawab. Seks bebas tidak bisa dikategorikan sebagai bentuk cinta,
karena dengan melakukan seks bebas maka kita bisa dikatakan tidak mencintai
Tuhan kita karena telah melanggar perintahnya. Kita juga tidak mencintai diri
kita dengan tidak memelihara diri dan tidak menjaga harga diri kita. Lebih lagi,
seks bebas tidak bisa dikatakan sebagai bentuk dari cinta erotis, walaupun
didasarkan oleh dorongan seksual dan faktor fisik, seks bebas telah melewati
batasan suatu hubungan yang seharusnya

D. Dari sudut pandang fitur dalam interaksi lintas budaya

Dalam interaksi lintas budaya, tidak menutup kemungkinan akan terjadi


pertukaran budaya. Tetapi tidak semua budaya bisa kita terima. Kita harus
bisa memilih mana yang bisa kita mbil dan mana yang tidak. Karena itu,
bangsa kita memiliki beberapa kriteria untuk menyaring budaya-budaya yang
masuk di negara kita untuk mempertahankan kepribadian bangsa kita.

Kriteria budaya yang dapat diadopsi antara lain:

• Sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa

• Dapat mengaktualisasi nilai moral dan agama

• Dapat mengandung nilai budaya yng perlu dilestarikan

• Dapat merevitalisasi nilai luhur budaya bangsa


Karena perilaku seks bebas sangat bertentangan dengan kriteria budaya
yang dapat diadopsi, maka perilaku tersebut tidak seharusnya diikiuti oleh
warga Negara kita.

E. Dari sudut panang penerapan budi pekerti dalam kehidupan pribadi dan sosial
budaya

Pengertian budi pekerti adalah perbuatan yang dilakukan dengan


kesadaran dan dengan kehendak. Jika kita melakukan sesuatu dengan
kesadaran atas benar atau salahnya perbuatan kita dan berasal dari kehendak
kita sendiri merupakan pencerminan dari budi pekerti. Budi pekerti ini
memiliki tiga macam aliran pembentuk yaitu:

• Nativisme: Budi pekerti merupakan factor bawaan dan fitrah dari tuhan.
Maksudnya jika ada seseorang yang terlahir dengan budi pekerti yang
luhur, maka budi pekerti tersebut merupakan bawaan fitrah dari tuhan dan
tidak mungkin dirubah oleh lingkungan.

• Empirisme: Budi pekerti merupakan factor eksternal lingkungan kita. Kita


terlahir seperti selembar kertas yang masih putih, dan budi pekerti kita
terbentuk melalui proses panjang oleh lingkungan kita, bukan merupakan
fitrah dari tuhan.

• Konvergensi: Budi pekerti terbentuk pada masa penciptaan kita dan


berubah melalui proses panjang oleh lingkungan sekitar kita. Ini
merupakan campuran dari aliran Nativisme dan Empirisme.
Sayangnya budi pekerti masih kurang penerapan, bisa kita lihat dari
banyaknya kasus pelanggaran nilai, norma & hukum. Kita kaitkan saja dengan
maraknya kasus seks bebas yang sudah menjamur di berbagai kalangan. Mulai
dari remaja, pejabat, siswa siswi SMA bahkan SMP, hingga artis-srtis yang
sering menghiasi layar kaca kita. Apakah sebenarnya mereka sadar apa yang
mereka lakukan? Apakah mereka melakukannya dengan kehendak sendiri?
Apa ini cerminan budi pekerti bangsa kita? Sudah seharusnya kita melakukan
penerapan budi pekerti dan melakukan pendidikan budi pekerti yang bukan
semata-mata diajarkan saja, tetapi lebih mendasar sebagai interaksi sosial
budaya dan edukatif antara siswa dan lingkungan sekolah maupun masyarakat,
agar terwujudnya manusia yang berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur
nantinya.

F. Dari sudut pandang norma sosial dan norma hukum

Norma hukum adalah himpunan petunjuk, norma-norma dan kelakuan


manusia dalam masyarakat yang dapat dituntut pelaksanaannya dan yang
penyelenggaraannya ditindak dengan lebih pasti oleh penguasa yang sah atau
pihak yang berwenang. Lain halnya dengan norma sosial. Norma sosial adalah
aturan atau kaidah yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama yang
berupa suatu keharusan, anjuran, perintah, maupun larangan yang berkaitan
erat dengan adat istiadat dan budaya yang berlaku disuatu tempat.

Jika ditinjau dari norma hukum dan norma sosial, seks bebas
melanggar kedua norma tersebut. Hal ini dikarenakan seks bebas tidak sesuai
dengan budaya bangsa indonesia. Didalam pelangarannya diatur oleh Undang-
Undang No.44 tahun 2008 tentang pornografi dan porno aksi yaitu seks bebas.
Bukan hanya Undang-Undang yang dilanggar, tetapi norma sosial juga
dilanggar. Oleh karena itu norma sosial dan norma hukum membutuhkan
subyek hukum,obyek hukum dan peristiwa hukum. Apabila hal ini telah
dicapai makaakan terdapat hukum yang riil tentang seks bebas tersebut.
Bab III

Kesimpulan

Kesimpulannya, seks bebas dilihat dari sudut pandang manapun yang telah
dijelaskan diatas tidak dapat kita terima. Budaya seks bebas ini harus di
hilangkan, walaupun tak mungkin kita menghapus budaya setidaknya kita harus
bisa menguranginya. Agar budaya ini tidak mendarah daging di masyarakat kita,
kita harus memberikan penyuluhan kepada masyarakat betapa bahayanya seks
bebas itu, selain itu kita juga haru membekali diri dengan ilmu agama. Dengan
mengetahui agama, maka kita akan takut untuk berbuat hal-hal yang dilarang oleh
tuhan misalnya berzinah. Selain kedua hal diatas, kita juga harus mampu untuk
memfilter budaya yang masuk. Di zaman seperti ini dimana informasi dengan
cepat kita terima, baik melalui televisi ataupun internet, pertukaran budaya akan
terjadi secara besar besaran dan cepat. Sekarang hanya tergantung apakah diri kita
sudah cukup memiliki ilmu agama dan mampu memfilter budaya-budaya yang
masuk.

Ucapan terima kasih

Tim penulis mengucapkan terima kasih atas selesainya penggarapan


makalah ini kepada:

• Tuhan YME

• Ibu Dian Hendrawati

• Keluarga yang memberi dukungan

• Teman-teman yang membantu selama proses pembuatan


Daftar pustaka

• Mubbarak, Zakky,dkk. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


Terintegrasi. Buku Ajar II Manusia, Ahlak, Budi Pekerti dan Masyarakat.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2010. 144 halaman.

• http://pusatbahasa.depdiknas.go.id

You might also like