Professional Documents
Culture Documents
Nama : MAHTARIDI
NIM : 0614O50
Jurusan : Tarbiyah
hasil karya atau penelitian saya sendiri, dan bukan merupakan karya yang pernah
pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang secara
MAHTARIDI
NIM. 0614047
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi
Saudara MAHTARIDI
Kepada Yth,
Ketua Jurusan Tarbiyah
STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung
Di Petaling
Nama : MAHTARIDI
NIM : 0614050
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Berbasis Praktek Ibadah Pada Siswa Kelas
Vi SD Negeri 1 Badau.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Petaling, Mei 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Hal : Skripsi
Saudara MAHTARIDI
Kepada Yth,
Ketua Jurusan Tarbiyah
STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka
Belitung
Di Petaling
Nama : MAHTARIDI
NIM : 0614050
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan agama Islam
Judul :Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berbasis Praktek Ibadah Pada Siswa Kelas Vi SD
Negeri 1 Badau.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Petaling, Mei 2010
Konsultan I Konsultan II
MOTTO
………Skripsi ini merupakan buah karya ilmiah dalam memperoleh gelar Sarjana
………Kepada kedua orang tuaku yang selalu mendukung dan mendoakanku, yang
Belitung dengan penuh suka dan duka, untuk bisa hidup penuh arti yang berguna bagi
orang banyak.
………Kepada mbak dan masku serta adik-adiku, yang setiap kali memberikan
dukungan, dan membangkitkan semangat ketika kejenuhan tiba dengan saran dan
skripsi ini.
dengan memaksaku untuk tidak pernah berhenti berfikir dan berjalan, hingga tak
MAHTARIDI
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Syaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung
ABSTRAK
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih
dan maha penyayang, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam keadaan sehat, lancar dan dalam waktu yang telah
direncanakan.
arahan dan perbaikan-perbaikan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen
pembimbing
4. Kepala SD Negeri 1 Badau, beserta stafnya yang telah memberi izin serta
5. Orang tua terutama Ibunda tercinta, yang tak pernah terlepas do’a dari
setiap sholatnya kepada penulis serta Istri tercinta dan anakku tersayang.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi siapapun yang
ingin mengkaji lebih lanjut. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
MAHTARIDI
NIM. 0614050
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah………………………………………………… 1
B. Alasan Pemilihan Judul…………………………………………... 2
C. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 3
D. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………. 6
F. Telaah Pustaka……………………………………………………. 7
G. Landasan Teoritis.………………………………………………... 8
H. Metodologi Penelitian …………………………………………… 12
I. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 17
BAB II PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
PENEKANAN PADA ASPEK PRAKTEK IBADAH
A.Pengertian Pembelajaran 18
B.Pembelajaran praktek ibadah ............................................................ 19
C.Ruang lingkup Pembelajaran praktek ibadah.................................... 21
D. Pembelajaran praktek ibadah menerapkan strategi entering
behaviour ......................................................................................... 24
E.Otonomi sekolah dalam penerapan pembeajaran praktek ibadah..... 27
F.Pembelajaran praktek Ibadah sebagai bukti berperannya guru
Agama islam dalam peran Pendidikan AgamaIslam......................... 29
G.Pembelajaran praktek ibadah sebagai upaya dalam memenuhi
ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam............................ 31
BAB III KONDISI UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BADAU 36
A. Sejarah Desa Badau………………………..................................... 36
B. Kondisi Umum Kecamatan Badau ……………………………..... 38
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengantar angket
4. Pedoman wawancara
5. Daftar Responden
1. Pembelajaran
Nasional, kata praktek berarti yaitu proses, cara, perbuatan menjadikan orang
belajar.1 Dalam hal ini arti yang digunakan ialah melaksanakan perbuatan
Negeri 1 Badau.
pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: ”Adalah usaha sadar dan
Batasan yang penulis ambil dari pengertian di atas adalah bahwa suatu
1
Depdiknas , Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarata : Pusat Bahasa Indonesia, 2007) hal 17
2
Depag RI, Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam ; Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa,
( Jakarta : Dirjen Bimbaga Depag ,2003) hal.2
3. Praktek Ibadah
pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori, 3 dan kata ibadah
praktek ibadah adalah pelaksanaan secara nyata apa yang ada dalam teori
ibadah, yaitu teori tentang ketaatan kepada Allah SWT dengan cara
pengajaran yang selama ini lazim digunakan dalam proses belajar mengajar PAI,
menjemukan, sarat dengan dogma dan doktrin norma-norma agama yang kurang
membuka ruang bagi siswa untuk lebih bebas untuk membiasakan praktek ibadah
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas,Pusat Bahasa,2007) hal 892
4
Ibid. hal 413
meningkatkan pembelajaran praktek ibadah di kalangan siswa. Pembelajaran
Muatan lokal untuk pembelajaran praktek ibadah ini bermaterikan apa yang
ibadah dan Alquran, materi yang demikian memerlukan waktu dan perhatian
untuk alokasi muatan lokal dengan mata pelajaran yaitu praktik ibadah .Sebagai
korelasinya kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sudah ada
segi ketaqwaan dan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa. Tolok ukur manusia
itu beriman dan bertaqwa adalah jika dalam kehidupan sehari-harinya di warnai
dengan pengamalan ajaran agama yang diyakininya, hal yang demikian tentunya
ditanamkan akan lebih terasa dan bermakna apabila dimulai dari masa kanak-
ajaran agama dimulai dari semenjak usia sekolah dasar, hal ini sesuaikan dengan
salah satu rumusan dari tujuan Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa
Adalah suatu hal yang menjadi sebuah keharusan, yakni jika menginginkan
terjadinya sebuah kebiasaan yang agamis, siswa harus melibatkan diri secara
perlu sebuah suasana di sekolah dalam sistem pembelajaran agama agar dapat
5
Depag RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan ( Jakarta:
Dirjen Bimbaga, 2007) hal.8
memerlukan waktu yang khusus bahkan mata pelajaran yang khusus, terlepas dari
Penggunaan waktu yang khusus, dengan mata pelajaran yang khusus dan
dengan kurikulum yang khusus, dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan
pada keunggulan lokal dan potensi daerah merupakan aspek perubahan di dunia
tujuan, isi dan waktu serta bahan pembelajaran sesuai dengan kondisi/karakter
daerah.6
6
Ibid, hal. 23
2. Rumusan Masalah
Badau?
1 Badau?
beberapa kegunaan.
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan penelitian:
lebih lanjut.
F. Telaah Pustaka
Moh.Muttaqien dalam penelitiannya yang berjudul “Bertata krama dalam
yang menjadi tujuan penelitian itu ialah (1) menciptakan proses pembelajaran
psikologisnya. (2) mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat
dan benar.
Dalam telaaah pustaka ini, penulis menemukan hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian oleh Jumbali yang
performance siswa dalam setiap unit atau satuan kompetensi dan kompetensi
dasar dengan cara dibuat satuan pembelajaran yang bervariasi, terkontrol, sesuai
Negeri 1 Badau dalam upaya peningkatan praktek ibadah siswa di SDN 1 Badau
kurikulum muatan lokal dalam upaya peningkatan praktek ibadah siswa di SDN 1
Badau.
G. Landasan Teori
1. Prinsip Pembelajaran
Istilah pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa,
maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah
pembelajaran “7
komunikasi antar guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Hal ini disebabkan karena kata-kata tersebut telah membentuk satu kesatuan
7
Asep Herry Hernawan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran ,( Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006) hal 11.3
8
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, ( Jakarta : PT Remaja Rosda Karya ,2005) hal150
Departemen Agama telah memberikan definisi Pendidikan Agama Islam
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
insan kamil yang bertaqwa kepada Allah, berakhlakul karimah, dan dapat
9
Depag RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum dan sekolah LuarBiasa
( Jakarta : Dirjen Binbaga Islam , 2003 ) hal 2
10
ibid.Hal 4
mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya serta berbakti
4. Muatan Lokal
muatan lokal, sekolah terlebih dahulu menentukan mata pelajaran yang akan
evaluasi juga terinci dalam KTSP, yaitu KTSP muatan lokal yang telah
5. Praktek Ibadah
telah melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, lebih jelasnya dapat dilihat
praktik ibadah ini tidak terlepas dari pemilahan metode pembelajaran yang
siswa SD, tentunya penggunaan metode yang dipilihnya lebih banyak metode
demontrasi .
seluruh anggota kelas suatu proses misalnya bagaimana cara sholat yang
sholat yang betul dan baik telah dimiliki anak didik, maka guru harus
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
11
Zakiah Darajat, Metode Khusus Penagajaran Asgama Islam Jakarata : Bumi Aksara,2001) hal
296
a. Sumber Data Primer
a. Populasi
b. Sampel
12
Moh Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Arab, 1988 ), hal. 24
13
Ida Bagus Mantra dan Kastro, Metode Penelitian Survey ( Jakarta : LP3ES, 1984 ), hal. 20
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh guru mata pelajaran muatan lokal praktik ibadah kelas
a. Observasi
45 orang responden.
b. Dokumentasi
14
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh analisis statistik,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 78
15
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2002), hal. 86
agenda dan lain-lain.”16 Metode ini digunakan untuk memperoleh data
c. Wawancara
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek ( Yogyakarta : Rineka
Cipta, 2002), hal. 188
17
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru
dan dosen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 117
d. Angket
18
Riduan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, ( Bandung : Alfabeta, 2005 ), hal. 30
guru untuk mengoptimalkan penerapan praktik ibadah dalam proses
pembelajaran.
I Sistematika Penulisan
BAB I. Pada Bab ini berisikan penjelasan secara garis besar permasalahan yang
BAB II. Pada Bab II diuraikan mengenai kajian teoritis mengenai pembelajaran
BAB III. Pada Bab ini mengemukakan gambaran umum SD Negeri 1 Badau yang
BAB IV Pada Bab ini peneliti mengungkapkan analisis data dan temuan di lapangan
BAB V Bab ini adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil analisis data
BAB II
PEMBELAJARAN PRAKTEK IBADAH SEBAGAI SUPLEMEN
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 1 BADAU
A. Pengertian Pembelajaran
guru dan siswa untuk mecapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan komunikasi
guru dan siswa agar terjadi keseragaman penerimaan, pemahaman dan kesepakatan
atau kelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan
perencanaan, metode serta pendekatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang merupakan sebuah kepastian dan tanpa menimbulkan keraguan yang diharapkan
sudah digariskan oleh Syariat Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat
dan rukunnya”.21 Kegiatan ibadah dalam Islam seperti sholat, puasa, zakat, berhaji,
bersedekah dan lain-lain. Kegiatan ibadah itu wajib dikerjakan sesuai dengan
petunjuk syariat. Ada ibadah khusus yaitu ibadah yang termaktub dalam rukun Islam.
Cara ibadah ini harus mencontoh dari cara ibadahnya Rosulullah. Untuk dapat
mencontoh Rosulullah, sesorang harus mendapat bimbingan dari orang yang lebih
19
Asep Herry Hernawan, Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006) hal.9.4
20
H.M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Yogyakarta: Mikraj,2005)hal 122
21
Zakiah darajat, Metodik khusus pengajaran agama Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 2001), hal. 73
tahu akan Alquran dan Sunah Rosulullah. Kaitannnya dengan pendidikan, siswa
dalam praktek ibadah ini, dalam pembelajarannya harus selalu dibimbing oleh guru
agama yang lebih tahu akan hukum syar’i dan lebih tahu akan sunah Rosulullah.
kognitif.
Lebih khusus, dalam pelajaran praktek ibadah, ibadah yang paling pokok
adalah sholat, maka disebut sholat itu tiang agama. Maka bimbingan praktek ibadah
menjadi sangat utama sekali untuk diajarkan dengan alokasi waktu yang khusus.
Suatu hal yang paling penting dalam pembelajaran praktek ibadah ialah adanya
kegiatan yang mendorong supaya siswa terampil mengerjakan ibadat. Baik dari segi
gerakan maupun dari segi bacaan, dan keseuaiannya. Dan menciptakan suasana yang
menggembirakan agar siswa tidak jenuh dan bosan atau takut mengikuti
ini guru agama Islam. Penunjukan guru agama Islam sebagai pembimbing praktek
hendak dicapai.
2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
Bimbingan guru dalam praktek ibadah sangat penting, ibarat perjalanan guru
Dalam mengajarkan tentang ibadah, ibadah yang paling pokok dan utama
tentunya yang diprioritaskan untuk dipelajari dan tekankan untuk dikuasai.. Dan
ibadat. , baik dari segi kegiatan anggota badan, ataupun dari segi bacaan.. Bentuk
ibadah yang paling pokok ialah dengan bentuk iobadah sholat. Sehinga tujuan akhir
dari praktek ibadah ini ialah siswa dapat melakukan sjholat dengan mudah.
ibadah sholat bukanlah sekedar memberikan pengetahuan tentang sholat saja, tetapi
yang lebih penting lagi ialah dapat beribadat sholat dengan baik dan senangg
d) Hukumkumnya, fadhilahnya/hikmahnya.
pakaian, azan, iqomah, jama’ah, shaf, makmum masbuk, doa dan wirid
Dari ruang lingkup pengajaran praktek ibadah sholat ini, agar pengetahuan
serta praktek pelaksanaan sholat dapat dikuasai oleh siswa dan menjadi ketrampilan
yang dikuasai oleh siswa, maka diperlukan bimbingan dan latihan secara
22
Ibid. hal. 75
berkesinambungan dan terpogram dari guru dan pihak sekolah. Dari pemikiran yang
pembelajran praktek ibadah yang demikian perlu duklungan dari berbbagai pihak
elemen sekolah..
Agama Islam, dikarekan hanya guru Agama Islam yang secara peraturan perudangan
hakekatnya adalah pendalaman dari silabus pada kurikulum tahun 2004 Pendidikan
Agama Islam Sekolah Dasar dapat dikembangkan melalui matriks silabus berikut
ini23:
Tabel 1
Silabus Aspek Ibadah Sholat PAI SD
No Komptensi Dasar Indikator Materi Pokok
1 Mengenal rukun Islam, Siswa dapat: -Bersuci
dan mampu melakukan -menyebutkan rukun Islam /taharoh
tata cara thaharah/suci-hafal rukun Islam - Berwudhu
-Menyebutkan macam-macam alat - Hafalan rukun
bersuci Islam
-Mensucikan kubul dan dubur saat
buang air kecil dan besar
-Melafalkan niat berwudhu
-Melafalkan niat wudhu
- Menyebutkan urutan berwudhu
dengan tertib.
- Melafalkan doa wudhu
- Latihan cara berwudhu
2 Berwudhu dengan Siswa dapat : -Hal-hal yang
benar - Melafalkan niat wudhu berkaitan
- Mengenal tatacara ber wudhu dengan wudhu
- Mempraktekan cara berwudhu
23
Depag RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di sekolah UMUM dan Sekolah Luar
Biasa( Jakarata: Dirjen Bimbaga islam, 2003), hal.17
- Berdoa sesudah wudhu
- Mengenal doa setelah berwudlu
3 Mampu melaksanakan Siswa dapat: -Gerakan,
shalat fardhu - Melakukan gerakan sholat yang bacaan, dan
benar keserasian
-Menampilkan bacaan sholat yang sholat yang
benar sempurna
-Menserasikan gerakan dan bacaan
sholat dengan benar
-Mempraktekan gerakan dan bacaan
sholat fardhu
- Mengamalkan sholat dzuhur, asar,
dan Isya dengan sempurna.
- mempraktekan sholat dzuhur,
Asasar dan isya dengan sempurna
4 Melaksanakan sholat Siswa dapat : -Bacaan,
dengan sempurna dan - Mempraktekan rukun sholat. gerakan rukun,
mengerti syrat sah serta - Mempraktekan sunat-sunat sholat syarat sah dan
membatalkannya - Membedakan rukun dan sunah hal- hal yang
sholat membatalkan
- Menyebutkan syarat syah sholat sholat
-Menyebutkan hal-hal yang
membatalkan sholat
- Mempraktekan dan mengamalkan
sholat subuh,dzuhur, Asar, magrib
dan Isya dengan sempurna
5 Melakukan Adzan dan Siswa dapat : - Lafal Adzan
Iqomah sebelum sholat - Melaksanakan adazan dan Iqomah dan iqomah
dengan benar - Menunjukan hafal adzan dan
iqomah
- mempraktekan adzan dan iqomah
ketika hendak sholat
6 Melaksanakan Doia dan Siswa dapat:
Dzikir setelah Sholat - Melafalkan dizikir setlah sholat
-Melafalkan macam-macam doa setelah
sholat
entering behavior
didik untuk dapat menguasai kecakapan khusus yang diharapkan setelah selesai
mengikuti proses pembelajaran. Materi pada pembelajaran praktek ibadah sebenarnya
ibadah oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam Komptensi Dasar yang
maka entering behaviornya adalah siswa dapat melafalkan bacaan sebelum dsan
sesudah wudhu, siswa sudah dapat mengetahui tata urutan berwudu. Sehingga
entering behavior berperan sebagi pretest dan akan ditindak lanjuti dengan proses
ialah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam hubungan
upaya untuk membawa peserta didik dari keadaanya ke keadaan yang yang
tentang sifat gerak mengajar dan tanggung jawab mengajar yang akan
pretest sebagai upaya untuk mendapatkan data kemampuan dasar siswa sebelum
pelaksanaan pembelajaran.
24
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” (Bandung; PT Remaja Rosda Karya,
2005) hal. 57
1. Kesiapan siswa; adalah kapasitas yang tepat untuk menghadapai tujuan
bahan baru akan lebih berhasil bila seseorang tersebut sudah pernah memp[erlajari
materi yang sama sebelumnya. Seseoreang yanga mengerjakan persamaan setiap hari
akan lebih cepat dan tepat mengerjakan tugas seperti itu bila ia mengahdapinya.
Peningkatan kecepatan dan ketepatan seperti ini akan terjadi karena ia telah
setelah mengetahui dengan jelas akan kesiapan dan kematangan siswa terhadap
materi yang akan diajarkan serta tujuan yang hendak dicapai.Juga berfungsi sebgai
data siswa untuk mengelompokan siswa akan kemampuan dasar yang telah dimiliki
pembenaran maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan, antara
lain;
guru bidang studi. Yang menuntut kesiapan pengelolaa berbagai tingkatan untuk
26
Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2006).hal. 162.
pengelola pendidikan mampu memberdayakan sumber daya sekolah dan instansi
Kurikulum muatan lokal adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
mengacu pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar isi (SI)
Guru pendidikan agama Islam masa kini, bukan hanya berperan sebagai
pengajar dalam arti yang sempit, tetapi juga sebagai pendidik. Disamping itu, ia harus
zaman yang terjadi, tetapi tidal terbawa arus perubahan dunia yang semakin global.
siswa secara utuh. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kasus kenakalan siswa
kenakalan remaja tidak semata-mata disebabkan oleh pendidikan agama yang gagal,
tetapi sering kali guru pendidikan agama Islam menjadi tumpuan harapan
terbentuknya akhlakul karimah, sehingga apabila terjadi kenakalan siswa, guru agama
Islam sering menjadi sasaran. Persepsi ini tidak selamanya benar, dan juga tidak
semuanya salah. Karena guru agama Islam dianggap sebagai penjaga moral di
lingkungan sekolah, sehingga baik buruknya akhlak siswa sering di alamatkan kepada
sebenarnya merupakan salah satu indikasi bahwa, guru pendidikan agama Islam
dalam pembelajaran pendidikan agama selama ini masih dianggap kurang berhasil
dan belum memenuhi logika zamannya. Pendidikan agama yang diberikan telah jatuh
di kepala sebentar menjelang dan saat-saat ujian, dan sesudah itu terlupakan, tidak
pernah masuk ke hati para siswa, dan tidak pernah dilaksanakan dalam kehidupan.
massa. Setiap hari guru pendidikan agama Islam dalam membelajarkan pendidikan
agama harus menghadapi tantangan berat yang hadir di ruang pikiran siswa, yaitu
berbagai tayangan atau program acara yang ada pada media masa. Terlepas dari
kelebihannya, banyak tayangan atau acara pada media masa yang sebenarnya
Melihat kondisi demikian nampak bahwa tugas guru pendidikan agama Islam
sangatlah berat, belum lagi ditambah dengan beban-beban administratif yang dapat
kemoderenan, semakin terabaikan. Untuk itu, guru pendidikan agama Islam harus
yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara lengkap dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Kognitif
dengan kognitif adalah ”Kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari
sebelumnya.
27
Depag RI, Ibid. Hal 98
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan
kriteria tertentu.28
2. Afektif
28
Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press
Jakarta, 2007), hal. 23
Krathwohl bahwa ”Hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen
afektif.”29 Apabila seorang peserta didik tidak memiliki minat terhadap mata ajar
tertentu, maka tentunya peserta didik tersebut akan mengalami kesulitan untuk
mencapai ketuntasan belajar. Dalam hal ini tentunya peran guru harus mampu
kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Hal yang berkaitan dengan
kegiatan adalah responding, pada peringkat ini siswa tidak saja mengunjungi
pada keinginan dan kepuasan dalam memberikan respons. Level tertinggi pada
kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil
29
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, (Jakarta : Depdiknas, 2004), hal. 5
30
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, ( Jakarta : Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004 ), hal. 5
dan kesenangan. Misalnya kesenangan dalam membaca buku. Valuing adalah
sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat. Hal ini
menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan. Hasil
belajar siswa pada tingkat ini berhubungan dengan prilaku yang konsisten dan
dan apresiasi.
Pada peringkat organization, nilai yang satu dengan nilai yang lainnya
dikaitkan dan konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai
konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Peringkat ranah afektif tertinggi
adalah characterization atau nilai yang komplek. Pada tingkat ini siswa memiliki
sistem nilai yang mampu mengendalikan prilaku sampai pada suatu waktu
3. Psikomotor
belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan atau skill dan
dimulai dari pengukuran hasil belajar peserta didik, namun demikian terdapat
31
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2006),
hal. 57
adanya perbedaan antara keduanya yaitu pengukuran hasil belajar ranah kognitif
menjadi dua cara yaitu penilaian kelas dan penilaian berkala. Dengan demikian
proses dan produk. Penilaian psikomotor dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau dapat juga
Islam memandang perlu adanya tambahan jam pembelajaran yang menekankan pada
sangat penting pada saat anak-anak masih memerlukan bimbingan dalam kaitannnya
pembentukan kebiasaan.
BAB III
KONDISI UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BADAU
dari sejarah kerajaan yang ada di Pulau Belitung. Untuk itu penulis mencoba
mencari sumber data yang diyakini kebenaran yaitu dari dokumen yang ada di
Desa Badau. Pada dokumen tersebut dipaparkan tentang asal muasal nama Desa
“Sebelum Belanda menjajah pulau Belitong yaitu berkisar tahun 1500 Masehi,
seorang bangsawan tanah Jawa dari kerajaan Majapahit datang ke pulau Belitong
dengan tujuan mencari obat, melalui Kesultanan Palembang bangsawan ini adalah
Ronggo alias adalah Ronggo Udo, yang oleh masyarakat dikenal dengan nama
Karang dan menetap di sana. Oleh karena pada masa itu banyaknya gangguan dan
ancaman dari lanun, yang selalu singgah diperkampungan, beliau pun pindah
sampai pada hulu sungai Bersing dan menetap dikaki gunong Lilangan. Di tempat
pengetahuannya tentang pengolohan besi. Dan sampai suatu ketika datang utusan
dari Tanah Jawa melalui Kesultanan Palembang dan menetapkan beliau sebagai
Kepala Pemerintahan di Pulau Belitong dan bergelar Ngabehi Tanah Yuda atau
kepada putra tunggalnya Batin Badau dengan gelar Ngabehi Batin Badau, Batin
Badau mempunyai satu orang anak bernama Badi Pattah dan saat beliau wafat
kekusaan diserahkan kepada anaknya dan bergelar Ngabehi Badi Pattah. Dan
Ngabehi Badi Pattah ini memiliki seorang anak laki-laki, yang setelah wafat alat-
Palembang dan gelar yang diberikan oleh Sultan Palembang kepada yaitu Datuk
Badu dan oleh orang-orang asing (Belanda dan Cina) waktu itu disebut Badaro
Pada jaman penjajahan Belanda, pulau Belitung sebagai daerah distrik dengan
di muara sungai Curucuk yang dikenal dengan Tanjungpandan. Dan saat Badau
hanya dikenal sebagai sebuah desa yang menjadi pusat Pemerintahan Kecamatan
Desa saat sebagai desa marginal yang tidak mencerminkan sebagai desa bekas
pusat kerajaan Badau, karena situs-situs sejarah yang dapat ditemukan sangat
32
Intisari dari dokumentasi Desa Badau pada tahun 1980.
minim. Hanya sebuah musium yang menyimpan benda-benda peninggalan
kerajaan Badau.
Belitung dan merupakan Ibu Kota dari Kecamatan Badau. Yang memiliki batas –
Kabupaten Belitung.
Luas wilayah Desa Badau 11.200 Ha, yang merupakan daratan secara
keseluruhan, dan memiliki jalur penghubung berupa sarana transportasi yang dapat
dilalui dari berbagai jurusan seperti Tanjung pandan, Manggar, Gantung dan
Dendang.
33
Dokumentasi Desa Badau tahun 2009.
SD Negeri 1 Badau merupakan sekolah perintis di Kecamatan Badau.
Sebelum berubah menjadi SD Negeri, sekolah ini bernama Sekolah Rakyat (SR) Pada
memindahkan Sekolah Rakyat (SR) Dari balai Desa ke lokasi baru. Karena beliau
mewakafkan tanah warisan dari orang tua beliau,luasnya satu hektar,serta mencari
dana untuk membuat bangunan sebanyak enam lokal, gedung SD semi permanen
dengan sistim padat karya mengikutsertakan warga desa setempat. Tahun 1971
sekolah ini mulai menerima murid baru,dan sekolah ini pun dijuluki SD Padat Karya.
Pada masa itu masyarakat Badau dan warga kampung sekitarnya seperti,
Dusun Ibul, Kelekak Datuk, Air Mungkui, Air Asam, Bantan,menyambut antusias
anaknya untuk masuk Sekolah.Dan lebih seratus murid kelas satu yang terdaftar
disekolah ini pada tahun 1971 Mereka dibagi dalam dua ruangan kelas. Pada waktu
itu murid-murid pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, bahkan ada juga yang jalan
Dan guru yang mengajar hanya lima orang, ketika dua tahun pendidikan
berjalan,dan sudah ada murid kelas dua,proses pembelajaran dilakukan pagi dan sore
hari .Guru yang pertama mengajar disekolah ini adalah Ilyas Makruf merangkap
sebagai Kepala Sekolah Asmali, Marzuki ( Alm ) Mahbun ( Alm ) dan Arbaen.
Setelah 36 tahun kemudian menempati tanah wakaf tersebut bangunan
Gedung SD Negeri 1 Badau sudah beton permanen lantainya sudah keramik dan
fasilitas penerangan sudah memadai, sehingga anak – anak dengan mudah melakukan
Proses Pembelajaran di sekolah tersebut dan tidak sedikit alumni SD Negeri 1 Badau
yang sudah berhasil ada yang di Pemerintahan, Pegawai Swasta , banyak pula yang
berkarir di luar Belitung, bahkan sebagian besar guru-guru yang mengajar adalah
alumni dari SD Negeri 1 Badau. tersebut.dan pada tahun ajaran 2008 / 2009 jumlah
sekolah. Jumlah Siswa sebanyak 135 orang dari kelas 1 sampai kelas 6.
1. Visi
Negeri 1 Badau adalah mayoritas berstatus PNS, dan ada beberapa guru yang
berstatus non PNS. Keadaan guru yang demikian, ada keterjaminan kualifikasi guru
Tabel 1
Keadaan Guru Menurut Status dan Golongan
No Nama Status Golongan Tugas Mengajar
1 NURATIKA Kepala Sekolah III / d PKn 4,5 dan 6
2 NASIR Guru PNS IV / a Guru kelas 6
3 GUSNIAH Guru PNS II / d Guru kelas 4
4 SUPIYATI Guru PNS III / c Guru Penjaskes I - 6
5 TITIN FITRIANTI Guru PNS II / b Guru kelas 3
6 LESTIYAH Guru PNS II / a kelas
Guru kelas 2
7 DERIHAN Guru PNS II / d Guru PAI I - 6
8 ROSDIANA Guru PNS II / b Guru Kelas I
9 RESIDI PNS I/d Tata Usaha
10 ANGGA SAPUTRA Guru Honor - Pengelola
11 ANITA Guru Honor - SBKL
Perpustakaan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa guru yang mengajar di SDN 1 Badau
sudah berpengalaman. Karena dari guru PNS terdapat 9 guru yang bergolongan III
dan kedudukan yang demikian ini dan dapat diketahui bahwa keadaan guru di SD
Neger1 badau sudah memenuhi syarat yang ideal. Masing masing kelas dan
rombongan belajar dengan enam kelas dan enam rombongan belajar sudah ada guru
kelasnya. Adapun Kepala sekolah yang tetap mengajar Bidang studi tertentu, adalah
merupakan syarat profesional yang harus dipenuhi selaku Kepala Sekolah minimal 6
jkam pelajaran perminggu. Adanya dua orang guru GTT diperlukan untk
Keadaan kualifikasi guru adalah merupakan standar yang harus dipenuhi oleh
sebuah lembaga pendidikan. Semakin tinggi kualifikasi guru yang dimiliki maka
jaminan sekolah semakin bermutu akan lebih mudah untuk digapai.Keadaan guru di
Tabel 2
Guru Menurut Tingkat Pendidikan dan Status
Di SD 1 Negeri Badau
Tingkat Status
No
Guru Tetap Guru Guru Tidak Tetap
1 Pendidikan
S1 1 - -
2 D3 - 1
3 D2 8 - 1
4 SMA/SPG
Jumlah 9 - 2
Hanya satu guru yang merangkap sebagai kepala sekolah yang berpendidikan Strata
guru masih belum memenuhi syarat sesuai dengan PP Nomor 19 btahun 2005 pasal
28 ayat (5) yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimal Diploma Empat (DIV) atau Sarjana (S-1)
G. Keadaan Siswa dan Agama Yang dianut Siswa SD Negeri 1 Badau
Tahun Pelajaran 2008/2009
Tabel 3
Agama dan Kepercayaan Siswa SDN 1 Badau
Kelas AGAMA Total
Islam Katholik Protestan Budha
I 16 17 33 16 17 33
II 7 9 16 7 9 16
III 77 16 27 77 16 27
IV 77 15 26 77 15 26
V 9 10 17 9 10 17
VI 10 6 16 10 6 16
Jmlh 52 73 135 52 73 135
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kedaan siswa yang bergama di SD
tertentu untuk kegiatan yang dapat menopang pencapaiab tujuan pendidikan Agama
Islam. Maka kebijakan sekolah menggunakan waktu muatan lokal atau memberikan
keadaan siswa yang mayoritas beragama Islam dijadikan unggulan kegitan- kegiatan
prasaran penunjang. Dan pihak sekolah berserta guru pembimbing dituntut untuk
meyediakan kurikulum yang diperghunakan. Apabila pembelajaran ini dijadikan
kurikulumnya bersifat sparated subyek kurikulum yang artinya memecah bidang sudi
menjadi dua atau lebih bidang studi tambahan.Apalagi sistem manajeman sekolah
Keadaan yang jumlah siswa di SD ini padat ini sedikit banyak akan
yang ada di daerah pinggiran kota atau pedesaan di Kabupaten Belitung, yang jumlah
Kabupaten Belitung sudah lebih dari cukup, bahkan terdapat satu desa lebih dari satu
penduduk. Bahkan ada sebagian desa di wilayah kabupaten belitung yang memilki
jumlah SD lebih dari satu. Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduknya lebih
padat. Namun ada juga beberapa SD yang mengalami relokasi (penggabungan) dari
Keadaan sarana yang berupa ruang dan bangunan pada SD ini hanya sebatas
memenuhi syarat. Dan SD ini tidak memilki sarana ibadah, artinya jika ada pelajaran
ditempat lain atau ruangan lain. Dan SD ini bersama SD Negeri 1 Badau .
Pada pengamatan, penulis bangunan SD Negeri yang ada di Kecamatan Badau
diambilkan dari dana APBN/ APBD. Berbeda dengan sekolah swasta, yang dana
pembangunan/ rehabiltasi sebagian besar merupakan dana swadaya. Oleh kartena itu
jika bangunan suatu SD Negeri itu cukup atau kurang, pada hakekatnya pada
atau kegiatan pendukung pembelajaran, maka kegiatan tersebutr akan lancar dan
efektif. Tata letak ruang dan gedung di SD Negeri 1 Badau ini masih memungkinkan
untuk dikembangkan. Jika ada anggaran pengembangan sarana dan prasarana dari
anggaran pemerintah maka SD ini masih memilki lahan yang cukup luas untuk
Tabel 4
Sarana dan Parasarana SDN 1 Badau
No Ruang Jumlah Luas (m²)
(1) (2) (3) (4)
1 Kepala Sekolah 1 12
2 Tata Usaha - -
3 Guru 1 56
4 Kelas 6 336
5 Keterampilan - -
6 Perpustakaan 1 56
7 UKS 1 12
8 Ibadah 1 56
10 WC Guru 1 12
11 WC Siswa 2 24
yang dimiliki SD Negeri 1 Badau telah mencukupi. Ruang tata usaha dan ruang
ketrampilan yang masih minus. Namun hal ini tidaklah mengurangi aktifitas yang
sebenarnya sudah cukup, namun jika ada penambahan siswa dalam satu kelas ada 40
orang siswa, tentunya mushola ini tidak mencukupi. . Begitu juga dengan sarana
berwudhu yang menjadi pelengkap sebuah mushola dari jumlahnya dengan jumlah
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BERBASIS PRAKTEK IBADAH PADA SISWA KELAS VI
DI SD NEGERI 1 BADAU
melakukan penelitian dengan menggunakan analisis data . Dari data yang diperoleh
melalui angket akan dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan item pertanyaan dan
ketrampilan atau ranah psikomotor siswa agar tercipta ketrampilan ibadah khususnya
ibadah sholat. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mengoptimalkan tujuan
sholat. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru agama Islam SD Negeri 1 Badau saat
praktek ibadah untuk siswa kelas VI”34 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel 5
Pembelajaran praktek Ibadah hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah Dasar
Pertanyaan fn %
1Apakah anda mengetahui bahwa pembelajaran
praktek ibadah merupakan bagian dari pendidikan
34
Wawancara dengan Bapak Derihan , tanggal 3 Pebruari 2010, jam 09.30 WIB.
Agama Islam ?
a. Ya 16 100
b. Tidak - -
c. ragu- ragu - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menyatakan bahwa
praktek ibadah merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam ada 16 orang
bahwa seluruh siswa mengetahui bahwa pembelajaran berbasis pratek ibadah yang
Agama Islam.
pembimbing, agar dalam pelaksanaannnya dapat berjalan dengan tertib. dan yang
syar’i. Yaitu sesuai dengan petunjuk yang ada dalam Nash Alquran dan hadist.
Keadaan yang demikian sesuai dengan pengamatan penulis selama beberapa kali
dalam rangka penelitian ini. Hasil pengamatan menunjukan bahwa guru Agama Islam
praktek ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dari
Tabel 6
Pembimbing pembelajaran praktek Ibadah SD
Pertanyaan fn %
2. Kalau anda mengetahui , siapakah yang
membimbing pembelajaran praktek ibadah
a. Guru Agama Islam 15 93.75
b. Guru Agama Islam dan Kepsek -
c. Guru Agama dan guru lainnya 1 6,25
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab pembimbing
pembelajaran praktek ibadah adalah guru Agama Islam, ada 15 orang atau 93,75 %
dan yang menjawab guru agama dan guru lainnya ada seorang atau 6, 25 %.
Kenyataan ini menunjukan bahwa peranan guru Agama Islam dalam pembelajaran
penting bagi tercapainya tujuan pengajaran. Begitu pula, keadaan siswa yang sudah
mengetahui dan menyikapi dengan benar akan adanya pembelajaran praktek ibadah
ini, tentunya hasil pembelajaran akan lebih optimal. Penuturan Nasir, selaku guru
kelas mengatakan bahwa ketika siswa baru memasuki jenjang kelas VI , maka kami
selaku guru kelas VI, mengatakan bahwa ada mata pelajaran praktek ibadah untuk
mengisi jam pelajaran muatan lokal yang harus diikuti oleh siswa-siswa kelas VI.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.3
Tabel 7
Kesiapan siswa menghadapi pembelajaran praktek Ibadah
Pertanyaan fn %
3. Pada saat anda baru naik kelas VI, apakah sudah
mengetahui bahwa di kelas VI ada pelajaran
praktek ibadah ?
a. ya 13 81,25
b. belum 2 12,50
c. ragu- ragu 1 6,25
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 13 orang
atau 81, 25 %, dan responden yang menjawab belum mengetahui ada 2 orang atau
12, 50 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 1 orang atau 6, 25 %. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak semua siswa kelas VI pada awal masuk kelas VI
menggunakan ruang mushola. Sehingga sangat rentan bagi siswa untuk tidak
adanya jeda dan jarak serta perubahan situasi dari pembelajaran klasikal pada
“bebas” bagi siswa. Dalam hal ini jika tidak disikapi dengan bijaksana akan
praktek Ibadah dari lima kali pengamatan, terlihat dengan jelas bahwa guru
pembimbing selalu membuat daftar hadir siswa dan mengadakan absen. Dengan
demikian guru pembimbing telah mengadakan kontrol pada siswa, namun ada juga
beberapa siswa yang tidak mengikuti dengan alasan tertentu. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.4
Tabel 8
Guru dalam mengontrol kehadiran siswa
Pertanyaan fn %
4. Dalam kegiatan praktek ibadah, apakah guru
pembimbing selalu membuat daftar hadir ?
a. ya 7 43,75
b. tidak - -
c. kadang-kadang 9 56,25
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab guru
melaksanakan absensi siswa ada 7 orang atau 43,75 % dan responeden yang
orang atau 56,25 %. Hal ini menunjukan bahwa keseriusan guru pembimbing dalam
guru dalam menyikapi situasi dan kondisi yang terjadi saat itu dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Kebiasaan guru yang mengajar yang bersifat
monoton, dan terpaku pada langkah-langkah pembelajaran yang sering dilakukan,
tentunya akan membuat siswa jenuh dan bosan. Pembelajaran praktek ibadah yang
menekankan pada segi psikomotor dan kognitif yaitu menghafal dan mengingat
serta menerapkan, menuntut guru untuk lebih variatif dalam cara penyampaian
pembelajaran ini. Kenyataan ini didukung oleh hasil pengamatan penulis yang
Sehingga siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar. Namun yang selalu menjadi
sholat dan lafal-lafal dzikir setelah sholat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 9
Bimbingan guru dalam menuntun doa-doa praktek ibadah
Pertanyaan fn %
5. Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah
guru pembimbing terlebih dahulu menuntun
hafalan bacaan-bacaan sholat ?
a. ya 13 81,25
b. tidak 3 18,75
c. kadang-kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 13
orang atau 81, 25 % dan yang menjawab tidak ada 3 orang atau 18,75 %. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua murid dibimbing hafalanb lafal-lafal
doa sholat oleh guru pembimbing pada waktu pelaksanaan praktek ibadah.
2. Pemberian contoh keserasian lafal doa dengan gerakan- gerakan sholat.
Dalam menjalankan ibadah ada tuntutan yang harus dipenuhi yaitu keserasian
anatara bacaan/ doa dan gerakan. Hal ini menuntut pembiasaan. Dalam
guru pembimbing dalam memberikan contoh keserasian gerak dan bacaan sangat
dituntut. Agar hasil yang diharapkan tidak hanya memenuhi tujuan kurikuler tetapi
juga sesuai dengan tujuan syar’i yaitu beribadah sesuai dengan nash Alquran dan
memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 10
Guru dalam memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan
Pertanyaan fn %
6.Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah
pembimbing mempraktekan keserasian antara
gerakan dan bacaan sholat ?
a. ya 14 87,5
b. tidak 2 12,5
c.kadang-kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 14
orang atau 87, 5 % dan yang menjawab tidak ada 2 orang atau 12,5 %. Hal ini
sholat.
harus dapat diukur dan diamati dengan cara mengadakan evaluasi. Untuk
mengadakan evaluasi tidak perlu harus menunggu pada akhir program, tetapi pada
dengan post test. Terlebih lagi jika digabungkan dengan metode demontrasi, yang
tehnis pelaksanaannya, salah satu siswa atau sebagian siswa dapat dijadikan model
mempraktekan dan menghafal doa tertentu. Guru pembimbing akan menuntun dan
fasih.Selain itu, bagi siswa guru juga menyuruh siswa dengan perseorangan untuk
mempraktekan kaifiyat sholat beserta bacaannya. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik terhadap kemampuan daya serap siswa, serta sebagai evaluasi pembelajaran
praktek ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini, dari
Tabel 11
Guru menyuruh siswa memberi contoh keserasian gerakan dan bacaan
Pertanyaan fn %
7.Dalam pembelajaran praktek ibadah, Apakah
guru pembimbing menyuruh siswa mempraktekan
contoh gerakan dan bacaan sholat yang telah
diberikan guru?
a. ya 9 56,25
b. tidak 7 43,75
c. kadang- kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 9
orang atau 56,25 % dan yang menjawab tidak ada 7 orang atau 43,75 %. Hal ini
rekannya.
yang tertera pada jadwal pelajaran, kegiatan pembelajaran ini mendekati waktu
pembelajaran ini mengatakan bahwa: Kami biasanya belajar wudhu terlebih dahulu
dengan sempurna, kemudian belajar doa-doa sholat serta gerakan gerakan sholat ,
kemudian kami sholat dzuhur berjamaah, dan ditutup dengan melafalkan doa- doa
dzikir, pada kegiatan pembelajaran praktek ibadah ini peran kami sebagai guru PAI
sekaligus guru pembimbing praktek ibadah lebih aktif dan tekun dalam
membimbing siswa melafalkan wirid, dzikir dan doa-doa. Tujuannnya agar siswa
menguasai hafalan dzikir dan doa dengan baik dan benar serta dapat
jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini, dari angket pertanyaan angket no. 8.
Tabel 12
Guru Langsung Mengajak sholat
Pertanyaan fn %
8. Dalam pembelajaran praktek ibadah , apakah
guru pembimbing langsung mengajak sholat
berjamaah dzuhur ?
a. ya 7 43,75
b. tidak 9 56,25
c. kadang – kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang siswa yang menjawab
langsung sholat dhuhur berjamaah ada 7 orang atau 43,75 % dan siswa yang
menjawab tidak langsung sholat dhuhur ada 9 orang atau 56,25 %. Hal ini
metode demontrasi dan drill sambil menunggu waktu sholat dzuhur tiba.
35
Wawancara dengan Bapak Derihan guru pendidikan Agama Islam SDN 1 Badau tanggal 12
Januari 2010 jam 11.30 WIB.
1. Materi berwudhu
wudhu akan menjadi prasyarat kesempurnaan sholat. Siswa yang sedang dalam
setiap harinya akan dapat dilaksanakan dengan tertib terpenuhi syarat dan rukun
wudhu. Hal senada diungkapkan oleh Kepala Sekolah saat diwawancarai oleh
kepada guru pembimbing agar terlebih dahulu membimbing praktek wudhu. Kami
dari sekolah telah berusaha melengkapi sarana dan prasarana untuk berwudhu,
sehingga pelaksanaan praktek ibadah yang dimulai dengan praktek berwudhu terlebih
dahulu.” Adapun materi wudhu dapat dijabarkan dari silabus Pendidikan Agama
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Materi berwudhu
- Niat wudhu
- Urutan rukun wudhu dengan tertib
- Doa wudhu
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan
angket no.9
Tabel 13
Bimbingan Wudhu
Pertanyaan fn %
9. Sebelum praktek ibadah dimulai, apakah diajari
terlebih dahulu tata cara berwudu?
a. ya 14 87,5
b. tidak 2 12,5
c. kadang- kadang - -
Jumlah 16 100
orang atau 87,5% dan yang menjawab tidak ada 2 orang atau 12,5 %. Bukti ini
memberikan gambaran bahwa ada sebagian siswa yang merasa bahwa dirinya
pernah mendapat bimbingan cara ibadah khususnya praktek berwudhu oleh guru
pembimbingnya.
sholat dilanjutkan dengan pembacaan lafal- lafal wirid dan doa. Penulis mengamati
36
Depag RI, Pedoman Umum PAI Sekolah Umum dan SLB, ( Jakarta:Dirjen Bimbaga RI, 2003)
hal.8
dokumentasi dari materi doa yang diajarkan oleh guru pembimbing untuk sebagai
berikut :
Pengamatan penulis selama lima kali pengamatan mendapati bahwa siswa
dipimpin dan dibimbing dalam pembacaan lafal-lafal wirid dan doa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan pertanyaan angket no.10
Tabel 13
Bimbingan Wirid dan Doa
Pertanyaan fn %
10. Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah
dipelajari juga tata cara wirid dan doa selesai sholat ?
a. ya 16 100
b. tidak - -
c. kadang- kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, semua atau 100% responden menjawab
mengikuti pembelajaran tata cara wirid dan doa seelah selesai sholat fardhu .
Pelakasaan pembelajaran ini ialah guru agama membimbing dan menuntun bacaan
wirid dan doa dan semua siswa mengikuti dan menirukan. Dan proses yang
demikian dilangsung setiap selesai melaksanakan praktek sholat fardhu dhuhur
berjamaah.
1. Pengambilan penilaian.
Salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah
ketrampilaan secara demontrasi adalah alat untuk melakukan penilaian. Hal demikian
sejalan dengan yang diungkapkan oleh guru pembimbing praktek ibadah yang
mengatakan bahwa: ” Setiap akhir semester kami mengadakan ulangan praktek untuk
mendapatkan nilai dari siswa dari pelajaran praktek ibadah”. Untuk lebih jelasnya
Tabel 14
Pengambilan Nilai siswa
Pertanyaan fn %
11.Apakah guru pembimbing pernah menilai
paraktek ibadah masing – masing siswa ?
a. ya 14 87,5
b. tidak 2 12,5
c. kadang- kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 14
orang atau 87,5 % dan yang menjawab tidak ada 12, 5%. Hal ini menunjukan bahwa
tidak semua siswa pernah disuruh guru untuk mempraktekan gerakan dan lafal-lafal
dari silabus sampai pada RPP tentunya mempunyai program evaluasi tersendiri yang
kemudian nilainya tercantum di dalam raport terpisah dari Pendidikan Agama Islam.
kedudukan yang kuat. Keadaan yang demikian diperkuat dengan pengakuan Kepala
dengan pendidikan agama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 15
Penilaian Dalam raport
Pertanyaan fn %
12.Apakah praktek ibadah ada nilai tersediri dalam
raport ?
a. ya 9 56,25
b. ragu-ragu 3 18,75
c. tidak tahu 4 25,00
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden menjawab ya ada 9 orang atau
56,25 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 3 oarang atau18,75% dan yang
menjawab tidak tahu ada 4 orang atau 25 %. Kenyataan ini memberi gambaran
bahwa tidak semua siswa mengetahui bahwa pembelajaran praktek ibadah ada
memberikan rasa bangga pada seseorang dan akan menjadi motivasi untuk
dorongan seseorang melakukan perbuatan serta tujuan dari perbuatan yang dia
lakukan.37 Keadaan ini sesuai dengan yang dituturkan Kepala Sekolah SDN 1
Badau yang menyatakan bahwa selesai pembelajaran praktek ibadah atau anak
tamat dari SD maka bagi siswa yang dinilai aktif akan diberikan piagam
penghargaan. . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan
pertanyaan no.13
Tabel 16
Pemberian piagam penghargaan
Pertanyaan fn %
13. Apakah anda setelah lulus dari SD dijanjikan
mendapat piagam tentang penghargaan telah
mengikuti praktek ibadah dikelas VI ?
a. ya 2 12,5
b. ragu-ragu 5 31,25
c. tidak tahu 9 56,25
Jumlah 16 100
37
Ngalim Purwanto MP, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hal. 81
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjwab ya ada 2 orang
atau 12,5 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 5 orang atau 31,25 % dan yang
menjawab tidak tahu ada 9 orang atau 56 %. Gambaran yang dapat diambil dari
tabel diatas menyimpulkan bahwa pihak sekolah mapun guru pembimbing kurang
adanya prasarana dan sarana yang dimilikinya atau yang tersedia, walaupun bukan
hak milik. Kenyataan ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Kepala Sekolah yang
menyatakan bahwa sekolah telah mencoba mencukupi segala sarana dan prasarana
periabadatan khusunya untuk siswa yang beragama Islam. Sekolah berupaya untuk
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.14
Tabel 17
Sarana dan Prasarana Praktek Ibadah
Pertanyaan fn %
14. Milik siapakah alat-alat praktek ibadah yang
digunakan itu ?
a.milik sekolah 16 100
b.milik masjid - -
c.tidak tahu - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab alat-alat
ibadah yang digunakan untuk pembelajaran praktek ibadah milik sekolah sebanyak
seratus persen. Dengan demikian, pihak sekolah telah menyediakan peralatan praktek
ibadah seperti karpet, sajadah, mukena telah disediakan oleh pihak sekolah yang
dilaksanakan lebih dari satu kali dalam seminggu. Jika ini terjadi akan ada
menggunakan alokasi waktu dua jam pertemuan. Pengamatan penulis yang dilakukan
SDN 1 Badau dilaksanakan setiap seminggu sekali pada 2 jam terakhir jadwal
pelajaran dengan jumlah waktu 35 menit perjam mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya
Tabel 18
Alokasi waktu
Pertanyaan fn %
15. Pada pembelajaran praktek ibadah, berapa kali
dalam semingggu dilaksanakan ?
a. satu kali 9 56,25
b. dua kali 6 37,5
c. tiga kali 1 6,25
Jumlah responden item soal no. 15 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 15 yang berkenaan
praktek ibadah terdapat responden yang menjawab satu kali ada 9 orang atau
56,25%, dan yang menjawab dua kali ada 6 orang atau 37,5% dan yang menjawab
ada 11 orang atau 68,75 % dan tidak seorangpun responden yang menjawab antara
jam 09.00 – 10.00 WIB, dan responden yang menjawab antara waktu 07-00 – 09.00
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang dipergunakan
adalah waktu dhuhur, walaupun sekali- kali menggunakan waktu pagi hari.
Pemilihan waktu dhuhur untuk melaksanakan pembelajaran praktek ibadah ini, agar
siswa terbiasa untuk melaksanakan sholat dhuhur diamanpun siswa berada. Dan
waktu ini dipandang sangat tepat karena siswa sebenarnya sudah lelah untuk belajar
F. Pemberian motivasi
Peran motivasi dalam pribadi sesorang sangat mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang mempunyai motivasi kuat akan
melaksnakan kegiatan pembelajaran bagi siwa juga akan menjadikan siswa yang
diperlukan oleh motivasi, hasil belajar akan menjadi optimal,kalau ada motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. 38Hal
demikian sesuai dengan pernyataan Nasir guru kelas VI SDN 1 Badau, yang
menyatakan bahwa anak-anak kelas VI akan bersemangat dalam belajar jika guru
senantiasa memberikan motivasi untuk belajar dan serta keterangan tentang manfaat
belajar praktek ibadah. Pemberian motivasi ini bisa berujud pada pemberian nasehat-
38
Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar-mengajar,(Jakarta:PT RajaGrafindo press,2006)hal.75
serta fadhilah-fadhilah jika orang melaksanakan perintah Allah SWT khususnya
beribadah kepada Allah SWT. Penulis saat mengadakan observasi mendapati, guru
dan siswa siswa- siswanya mendengarkan dengan tekun dan khusuk, sehingga
pelaksanaan praktek ibadah dapat diikuti oleh para siswa dengan keadaan yang
tertib.39 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan no.17
Tabel 19
Pemberian motivasi
Pertanyaan fn %
17.Apakah guru pembimbing pernah memberi
nasehat agar selalu mengikuti pembelajaran praktek
ibadah karena banyak manfaatnya ?
a. ya 15 93,75
b. tidak 1 6,25
c. kadang-kadang - -
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 15
orang atau 93,75% dan yang menjawab tidak ada 1 orang atau 6,25%, namun tidak
telah melaksnakan salah satu fungsi sebagai pendidik yaitu memberikan motivasi atau
39
Wawancara dengan Bapak Nasir, tanggal 3 Pebruari 2010, jam 09.30 WIB .
G. Hukuman dan Hadiah
Murid yang selalu mengingat akan sangsi hukuman jika melanggar tata tertib
akan berhati-hati untuk menghindari dirinya terkena sangsi. Juga pemberian hadiah
bagi siswa yang berprestasi merupakan usaha untuk memberikan dorongan dan
praktek ibadah dengan hasil yang memuaskan. Pemberian hadiah dan sangsi adalah
bentuk dari upaya memberikan motivasi kepada siswa agar dapart mmengikuti
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha meniadakan aatau
mengelakan perasaan tidak suka itu40 Begitu juga bagi siswa yang melanggar tata
Tabel 20
Hukuman dan Hadiah
Pertanyaan fn %
18. Apakah guru pembimbing praktek ibadah memberi
hukuman bagi siswa yang beragama Islam yang
membolos dalam pembelajaran praktek Ibadah ?
a. ya 11 68,75
b. tidak 4 25,00
c. kadang- kadang 1 6,25
Jumlah responden item soal no. 18 16 100
19.Apakah guru pembimbing pernah memberi hadiah
bagi siswa yang aktif dan mendapat nilai yang bagus
40
I Sardiman, Op.Cit .hal.75
dalam praktek ibadah ?
a. ya 1 6,25
b. tidak 14 87,5
c. kadang-kadang 1 6,25
Jumlah responden item soal no. 19 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 18 yang berkenaan
dengan pemberian sangsi hukuman bagi siswa yang membolos oleh guru/ sekolah,
responden yang menjawab ya ada 11 responden atau 68,75 %, yang menjawab tidak
ada 4 responden atau 25 % dan yang menjawab kadang-kadang ada satu orang atau
6, 25 %.
Dan pada item pertanyaan no.19 yang berkenaan dengan pemberian hadiah
bagi siswa yang aktif dan berprestasi, responden yang menjawab ya hanya satu orang
atau 6,25 %, dan responden yang menjawab tidak ada 14 orang atau 87,5 % dan yang
diterapkan agak lebih intensif dibanding dengan pemberian hadiah yang rata-rata
responden menjawab gruru pembimbing tidak pernah memberi hadiah sebagai bentuk
motivasi.
kegiatan tersebut walaupun sekali kali. Begitu juga bila guru- guru yang lain juga
alat-alat sholat,sajadah, mukena dan lainnya yang merupakan bagian yang tak
dengan sarana air untuk praktek berwudhu kedaannnya harus mencukupi baik sarana
Begitu juga dengan tempat yang khusus yang dipergunakannnya juga harus
faktor yang sangat dominan yang harus ada. Sebab jika tempatnya tidak
memungkinkan atau jauh dari lokasi sekolah maka banyak kendala yang dihadapi
Keadaan sarana dan prasarana yang demikian, menurut Kepala sekolah sudah
agamis yang salah satu indikatornya adanya ruang sholat yang lengkap dengan
prosentase kehadiran siswa kelas VI. Banyaknya murid yang hadir akan menjadikan
semangat bagi siswa lainnya untuk terus mengikuti pemebelajaran ini. Namun jika
setiap kali pelaksanaan pembelajaran ada siswa yang membolos tanpa alasan yang
pasti, maka hal demikian akan menjadikan penghambat dari ketercapaian kesusksesan
membolos.
Menurut pengamatan penulis selama lima kali, keadaan murid yang hadir
senantiasa stabil artinya kehadiran murid untuk mengikuti pembelajaran ini sudah
maksimal berarti guru telah dapat menguasai kelas serta dapat mengendalikan siswa
serta keadaaan menjadi situasi dan kondisi yang diinginkan. Sebaliknya jika kelas
Memang terkadang ada murid yang tidak mengikuti karena halangan yang bersifat
syar’iah. Dalam hal ini kesempatan bagi guru untuk menjelaskan duduk persoalan
secara fikiyah sehingga semua siswa memahami perbedaan secara syariah antara
kaum laki-laki dan kaum perempuan. Untuk mengetahui kejelasan keadaan tersebut
diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini yang merupakan jawaban dari pertanyaan
Tabel 21
Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanan Pembelajaran berbasis Praktek
Ibadah
Pertanyaan fn %
20.Apakah guru pembimbing pernah mengajak Kepala
Sekolah atau guru lainnya untuk ikut membimbing praktek
ibadah ?
a. ya 1 6,25
b. tidak 14 87,5
c. kadang- kadang 1 6,25
Jumlah responden item soal no. 20 16 100
21. Apakah alat- alat untuk praktek ibadah mencukupi untuk
setiap siswa ?
a. ya 9 56,25
b. tidak 7 43,75
c. berlebihan - -
Jumlah responden item soal no. 21 16 100
22. Apakah keadaan air untuk kelancaran berwudhu
mencukupi?
a. ya 14 87,5
b. tidak 2 12,5
c. berlebihan - -
Jumlah responden item soal no. 22 16 100
23. Banyakkah siswa yang membolos saat praktek ibadah ?
a. sedikit 2 12,5
b. sebagian 2 12,5
c. semua selalu ikut 12 75,00
Jumlah responden item soal no. 23 16 100
24. Diamanakah dilaksanakan pembelajaran praktek ibadah?
a. dimushola sekolah 16 100
b. di masjid - -
c. memakai ruang kelas - -
Jumlah responden item soal no. 24 16 100
25.Saat praktek ibadah apakah semua siswa tertib dan tekun
mengikuti ?
a. ya 8 50,00
b. sebagaian besar 8 50,00
c. tidak tahu. - -
Jumlah responden item soal no. 25 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 20 yang berkenaan
dengan kehadiran Kepala Sekolah, responden yang menjawab ya ada ada satu orang
atau 6,25 %, dan yang menjawab tidak ada 14 orang atau 87,50%, dan yang
praktek ibadah persiswa, responden yang menjawab ya ada 9 orang atau 56,25%, dan
yang menjawab tidak ada 43,75% dan tidak satu orangpun yang menjawab
berlebihan.
untuk berwudhu responden yang menjawab 14 orang atau 87,5 dan menjawab tidak
mencukupi ada 2 atau 12, 5%, dan tidak seorangpun yang menjawab berlebihan .
siswa yang membolos saat pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, yang menjawab
sedikit ada 2 oarang atao 12, 50 %, dan yang menjawab sebagian ada 2 orang atau
sekolah mencapai 100% atau semua respoden dan tidak satupun yang menjawab di
atau 50 % dan yang menjawab menjawab sebagaian besar ada 8 orang atau 50%, dan
kepala sekolah sebagai wujud dari dukungan serta memotivasi siswa masih sangat
minim.Dan untuk peralatan ibadah yang tersedia masih belum mencukupi atau baru
pelaksanaan wudhu sudah mencukupi. Dan faktor siswa yang tidak mengikuti
pembelaran ada sebagian kecil namun hampir semua siswa mengikuti pembelajaran
praktek ibadah berbagai kemungkinan siswa tidak mengikuti dengan alasan- alasan
yang dibenarkan. Dan untuk tempat pelaksanaan pembelajaran ini sudah tersedia
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Agama Islam yang berbasis praktek ibadah di SDN 1 Badau, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis praktek ibadah
di kelas VI SD Negeri 1 Badau, secara rutin setiap dua kali dalam satu minggu
dan guru lainnya yang merasa peduli terhadap pelaksanaan praktek ibadah.
metode oleh guru yang terasa monoton dan terkadang kurang tepat. Di tambah
pemberian motivasi- motivasi pada siswa akan manfaat pembelajaran ini serta
mendatangkan nara sumber yang lain seperti Kepala sekolah atau guru kelas
B. Saran- saran
mutu pendidikan.
Agama semata, akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara orang
Sebagai kata terakhir penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, dan tidak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, karena penulis
MAHTARIDI
Fakultas Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Syaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung
ABSTRAK
Depag RI, Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam ; Sekolah Umum dan Sekolah
Luar Biasa, (Jakarta : Dirjen Bimbaga Depag, 2003) hal. 12
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Jakarta : PT Remaja Rosda Karya, 2005)
hal.150
Ida Bagus Mantra dan Kastro, Metode Penelitian Survey (Jakarta : LP3ES, 1984),
hal20
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, Pusat Bahasa, 2007) hal 892
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Arab,1988), hal.24
Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002) hal. 73
Wawancara dengan Bapak Derihan Guru Pendidikan Agam Islam (SD Negeri 1
Badau Tanggal 12 januari dan 3 Februari 2010 ) Jam 09.30 WIB
Zakiah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara,
2001) hal.
KISI-KISI SOAL ANGKET
SDN 1 Badau khususnya cara melaksanakan praktek ibadah sholat untuk siswa
kelas VI ?
berjamaah ?
1. ISMANTO 13 VI
2. IWAN SEFTIADI 13 VI
3. RINGGA NATA 13 VI
4. BAYU PRATAMA 13 VI
5. GUNAWAN 12 VI
6. SELLY 12 VI
7. GRILIANTI 12 VI
8. DELIA 12 VI
9. M.SUBARKA 12 VI
10. SITTI SAHADA 12 VI
11. BADRIANSYAH 12 VI
12 DESY MAYANGSARI 12 VI
13 MAIDY LESTARI 12 VI
14 MOHAMMAD SAMSUL HIDAYAT 12 VI
15 MERYAN 12 VI
16 SAPTA PRADA 12 VI
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengantar Angket
4. Pedoman Wawancara
5. Daftar Responden
6. Piagam