You are on page 1of 8

Landasan Teoritis

Definisi Fasade Bangunan

Fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna
sebuah bangunan (Krier, 1988: 122). Fasade tidaklah semata-mata mengenai memenuhi
‘persyaratan alami’ yang ditentukan oleh organisasi dan ruang di baliknya. Fasade menyampaikan
keadaan budaya saat bangunan itu dibangun; fasade mengungkap kriteria tatanan dan penataan,
dan berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan dekorasi.

Akar kata ‘fasade’ (facade) diambil dari kata latin ‘facies’ yang merupakan sinonim dari ‘face’ (wajah)
dan ‘appearance’ (penampilan). Oleh karena itu, membicarakan wajah sebuah bangunan, fasade,
yang kita maksudkan adalah bagian depan yang menghadap jalan.

Sebagai suatu keseluruhan, fasade tersusun dari elemen tunggal, suatu kesatuan tersendiri dengan
kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Elemn-elemen tersebut – alas, jendela,
atap, dan sebagainya – karena sifat alaminya merupakan benda-benda yang berbeda sehingga
memiliki bentuk, warna dan bahan yang berbeda (Krier, 1988: 123). Semua bagian ini harus dikenali
secara individu, walau bahasa umum yang mempersatukan mereka sebagai suatu keseluruhan juga
harus ditemukan. Jika kita tidak melakukan pendekatan terhadap rancangan fasade sebagai suatu
karya seni swatantra melainkan dalam konteksnya perlu menggunakan elemen yang berbeda
sebagai pemisah antara bentuk yang baru dari bentuk yang lama, selain sebagai penyambung atau
penghubung antara keduanya. Jadi, pemilihan elemen-elemen ini pertama-tama harus dikaitkan
dengan bahasa fasade sebelumnya.

Kontinuitas sejati hanya dapat dipahami pada saat kualitas independen fasade yang baru beserta
kondisi-kondisi serta tuntutan-tuntutannya yang baru dapat dipertahankan. Hubungan antara yang
lama dan yang baru pada setiap kasus dapat diumpamakan sebagai sebuah dialog, percakapan
antara masa lampau dan masa kini.

Komponen Fasade

Fasade adalah representasi atau ekspresi dari berbagai aspek yang muncul dan dapat diamati secara
visual. Dalam konteks arsitektur kota, fasade bangunan tidak hanya bersifat dua dimensi saja akan
tetapi bersifat tiga dimensi yang dapat merepresentasikan masing-masing bangunan tersebut dalam
kepentingan publik (kota) atau sebaliknya. Untuk itu komponen fasade bangunan yang diamati
meliputi: Krier (1983: 61-66)

Gerbang dan Pintu Masuk (Entrance)

Saat memasuki sebuah bangunan dari arah jalan, seseorang melewati berbagai gradasi dari sesuatu
yang disebut “publik”. Posisi jalan masuk dan makna arsitektonis yang dimilikinya menunjukkan
peran dan fungsi bangunan tersebut. Pintu masuk menjadi tanda transisi dari bagian publik
(eksterior) ke bagian privat (interior). Pintu masuk adalah elemen pernyataan diri dari penghuni
bangunan.

Terkadang posisi entrance memberi peran dan fungsi demonstratif terhadap bangunan. Lintasan dari
gerbang ke arah bangunan membentuk garis maya yang menjadi datum dari gubahan. Di sini dapat
diamati apakah keseimbangan yang terjadi merupakan simetri mutlak atau seimbang secara
geometri saja.

Zona Lantai Dasar

Zona lantai dasar merupakan elemen urban terpenting dari fasade. Alas dari sebuah bangunan, yaitu
lantai dasarnya, merupakan elemen perkotaan terpenting dari suatu fasade. Karena berkaitan
dengan trasnisi ke tanah, sehingga pemakaian material untuk zona ini harus lebih tahan lama
dibandingkan dengan zona lainnya.

Lantai dasar memiliki suatu makna tertentu dalam kehidupan perkotaan. Karena daerah ini
merupakan bagian yang paling langsung diterima oleh manusia, seringkali lantai dasar menjadi
akomodasi pertokoan dan perusahaan-perusahaan komersil lainnya.

Jendela dan Pintu Masuk ke Bangunan

Jendela dan pintu dilihat sebagai unit spasial yang bebas. Elemen ini memungkinkan pemandangan
kehidupan urban yang lebih baik, yaitu adanya bukaan dari dalam bangunan ke luar bangunan

Fungsi jendela sebagai sumber cahaya bagi ruang interior, yaitu efek penetrasi cahaya pada ruang
interior. Jendela juga merupakan bukaan bangunan yang memungkinkan pemandangan dari dan ke
luar bangunan. Selain memenuhi kebutuhan fungsionalnya, jendela juga dapat menjadi elemen
dekoratif pada bidang dinding.

Pintu memainkan peran yang menentukan dalam konteks bangunan, karena pintu mempersiapkan
tamu sebelum memasuki ruang, karena itu makna pintu harus dipertimbangkan dari berbagai sudut
pandang (Krier, 1988: 96). Kegiatan memasuki ruang pada sebuah bangunan pada dasarnya adalah
suatu penembusan dinding vertikal, dapat dibuat dengan berbagai desain dari yang paling sederhana
seperti membuat sebuah lubang pada bidang dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas
dan rumit.

Posisi pintu pada sebuah bangunan sangat penting untuk lebih mempertegas fungsi pintu sebagai
bidang antara ruang luar dan ruang dalam bangunan. Karena letak atau posisi sebuah pintu sangat
erat hubungannya dengan bentuk ruang yang dimasuki, dimana akan menentukan konfigurasi jalur
dan pola akitivitas di dalam ruang.

Pagar Pembatas (railing)

Suatu pagar pembatas (railing) dibutuhkan ketika terdapat bahaya dalam penggunaan ruangan.
Pagar pembatas juga merupakan pembatas fisik yang digunakan jika ada kesepakatan-kesepakatan
sosial mengenai penggunaan ruang.

Atap dan Akhiran Bangunan

Ada 2 macam tipe atap: yaitu tipe atap mendatar dan atap (face style) yang lebih sering dijumpai
yaitu tipe atap menggunung (alpine style). Atap adalah bagian atas dari bangunan. Akhiran atap
dalam konteks fasade di sini dilihat sebagai batas bangunan dengan langit. Garis langit (sky-line)
yang dibentuk oleh deretan fasade dan sosok bangunannya, tidak hanya dapat dilihat sebagai
pembatas, tetapi sebagai obyek yang menyimpan rahasia dan memori kolektif warga penduduknya.
Tanda –tanda (signs) dan ornamen pada fasade

Tanda-tanda (signs) adalah sesuatu yang dipasang oleh pemilik toko, perusahaan, kantor, bank,
restoran, dan lain-lain pada tampak muka bangunannya, dapat berupa papan informasi, iklan dan
reklame. Tanda-tanda ini dapat dibuat menyatu dengan bangunan, dapat juga dibuat terpisah dari
bangunan.

Tanda pada bangunan berupa papan informasi, iklan atau reklame merupakan hal yang penting
untuk semua jenis bangunan fungsi komersial. Karena tanda-tanda tersebut merupakan bentuk
komunikasi visual perusahaan kepada masyarakat (publik) yang menginformasikan maksud-maksud
yang ingin disampaikan oleh perusahaan komersial.

Sedangkan ornamen merupakan kelengkapan visual sebagai unsur estetika pada fasade bangunan.
Ornamentasi pada fasade bangunan fungsi komersial, selain sebagai unsur dekoratif bangunan juga
merupakan daya tarik atau iklan yang ditujukan untuk menarik perhatian orang.

Komposisi pada Fasade Bangunan

Perkembangan fasade sebuah bangunan itu sendiri sangat bergantung pada perubahan-perubahan
sosial budaya masyarakat. Keberagaman tampilan fasade bangunan merupakan modifikasi berbagai
unsur desain yang dari waktu ke waktu mengalami transformasi. Menurut Ching (1979: 50-51)
“Perlengkapan visual bentuk yang menjadi objek transformasi dan modifikasi bentuk elemen pada
fasade bangunan meliptui sosok, ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi dan inersia visual.” Selain
tradisi lokal, budaya luar melalui informasi yang didapat masyarakat memberikan pengaruh yang
kuat terhadap pemilihan perlengkapan visual bentuk sehingga tampilan sosok, warna, ukuran,
tekstur, dan lain-lain seringkali menggambarkan bagaimana kondisi serta trend apa yang sedang
muncul pada saat desain fasade itu dibuat.

Untuk mengevaluasi atau melakukan studi pada arsitektur fasade menurut DK Ching (1979):
“Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari fasade bangunan dapat
diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip gagasan formatif yang menekankan pada
geometri, simetri, kontras, ritme, proporsi, dan skala.”

Geometri pada fasade yaitu gagasan formatif dalam arsitektur yang mewujudkan prinsip-prinsip
geometri pada bidang maupun benda suatu lingkungan binaan, segitiga, lingkaran, segi empat,
beserta varian-variannya.

Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui keseimbangan yang
terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi menjadi; simetri dengan keseimbangan
mutlak, simetri dengan keseimbangan geometri, simetri dengan keseimbangan diagonal.

Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simtri harus jauh lebih dominan dari asimetri.
Fasade harus memiliki ‘wajah-wajah’ yang mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi
tetap simetris di dalam diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia). Tampak samping,
seperti yang terlihat, dapat memainkan peran minor dalam menyeimbangkan tampak depan dan
belakang.
Kontras Kedalaman yaitu gagasan formatif yang memepertimbagnkan warna dan pencahayaan
kedalaman menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada elemen fasade. Tingkat perbedaan
dikategorikan menjadi 3; sangat gelap, gelap, terang.

Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukkan komponen bangunan dalam bentuk repetisi baik
dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang dimaskud dapat berupa kolom, pintu,
jendela, atau ornamen. Semakin sedikit ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton,
semakin banyak dikategorikan dinamis.

Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya pada salah satu elemen
fasade. Dalam menentukan proporsi bangunan biasanya mempertimbangkan batasan-batasan yang
diterapkan pada bentuk, sifat alami bahan, fungsi struktur atau oleh proses produksi. Penentuan
proporsi bentuk dan ruang untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan bentuk-
bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam penetuan proporsi tersebut
ada dasarnya.

Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan
elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada konteks fasade bangunan, skala merupakan
proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasade.

Secondary Skin

Definisi

Yang dimaksud secondary skin (kulit atau lapis kedua) adalah lapisan kedua pada fasad bangunan.
Setelah tembok, jendela, skylight, dan elemen lain, di luar dinding terluar bangunan itu teerdapat
lapisan lain yang dipasang ke tembok.

Manfaat dari penggunaan secondary skin adalah mampu menangkal sinar matahari langsung.
Meskipun daya tangkalnya tidak 100%, namun kulit terluar bangunan ini cukup optimal menahan
laju suhu panas matahari yang dapat merusak jendela, termasuk dinding wajah bangunan.

Secondary skinyang terpasang pada jarak tertentu dari dinding bangunan, dengan tujuan
menciptakan ruang kosong untuk sirkulasi udara. Udara panas yang terbawa sinar matahari dapat
ditekan ke atas oleh pergerakkan angin yang berputar di ruang kosong tadi.

Pada desain tertentu, fungsinya juga sebagai bidang transparan yang menetralkan suhu dalam
ruang, misalnya secondary skin sebagai kisi-kisi. Lubang kisi-kisi itu, jika tersorot sinar matahari akan
menciptakan efek bayangan di belakangnya. Efek bayangan ini membuat dinding menjadi tidak
panas.

Selain fungsi meredam panas, secondary skin dapat berperan sebagai elemen untuk mempercantik
wajah bangunan. Dan boleh saja, perannya sebagai kosmetik bangunan bagian dinding yang jelek
dan kurang terawat. Karena sebagai penghias, penempatannya tidak harus pada area bukaan
jendela, lubang angin, dan pintu menuju balkon. Ia dapat dipasang pada seluruh bagian dinding
depan bangunan dengan jarak lebih pendek. Lebih dari itu, lapisan kedua ini juga cukup ditempel
sebagai aksen bangunan.
Tata Letak dan Penempatan

Bagaimana menempatkannya, sehingga wajah bangunan indah dan ruangan tidak menjadi panas?
Tata letak dan penempatan tergantung peruntukkan. Untuk fungsi meredam sinar matahari,
pemasangan dapat dilakukan [ada bukaan berupa jendela, lubang angin, pintu menuju balkon, jalan
masuk, dan teras rumah.

Berbeda jika penempatannya sekedar pemanis bangunan. Penempatannya tidak harus berada pada
area bukaan. Tata letaknya bisa di mana saja, asalkan sesuai dengan konsep dan skala bidang dinding
rumah.

Jendela dan Lubang Angin

Penempatan secondary skin menempel pada luar jendela. Jarak penempatan sesuai dengan bentuk
dan ukuran jendela. Jarak untuk memudahkan daun jendela dapat dibuka dan ditutup, termasuk
untuk perawatan, misalnya membersihkan debu, atau sarang laba-laba yang bercokol di sekitarnya.
Jarak minimal disesuaikan dengan lebar daun jendela. Cara yang sama juga berlaku untuk
penempatan secondary skin untuk lubang angin.

Pintu dan Balkon

Karena terdapat balkon, maka penempatannya menempel pada railing balkon, lantai, juga atap.
Jarak secondary skin sesuai lebar dan panjang balkon. Hanya saja, penempatan pada tepi lantai
perlu diimbangi dengan cara pasang yang tepat. Karena jika tidak tepat, secondary skin bisa
menyebabkan kesulitan untuk pemeliharaannya dan bahaya keselamatan penghuni.

Jalan Masuk Teras

Penempatan berada pada area pafon, jalan masuk, dan teras. Tata letak ini untuk menutupi
sekaligus manghalau sinar matahari yang menerobos ke teras. Namun pastikan pemasangan tidak
mengganggu sirkulasi orang yang keluar masuk teras. Ketinggian harus disesuaikan agar ridak
membentur kepala orang yang lewat. Perhatikan juga ukuran secondary skin dan luas bidang atap
jalan masuk dan teras, sehingga fungsinya optimal.

Pada Dinding

Penempatan ini untuk fungsi estetika saja. Oleh sebab itu, boleh di bagian mana saja, asalkan
harmonis dengan luas bidang fasad. Kalau sebagai penutup wajah bangunan, penempatannya
memenuhi 2/3 dari luas bidang fasad. Namun jika sebagai pemanis saja cukup 1/3 dari luas bidang
fasad; cukup pas sebagai pemanis wajah bangunan.

Mengolah Bentuk dan Memilih Material

Pada awalnya bentuk secondary skin berongga, mirip dinding rooster yang terpasang pada depan
rumah. Bentuk ini menempel permanen dan menjadi bagian dari struktur fasad bangunan. Material
terbuat dari beton, dan bata yang berplester semen. Namun belakangan, material ini kurang populer
karena pengerjaannya cukup rumit di samping memerlukan biaya cukup besar.
Bentuk lainnya adalah bidang transparan dan berkisi-kisi. Kisi-kisi itu dihasilkan dari material kayu,
bilah papan, alumunium, besi hollow, dan logam lain. Karena berkisi-kisi, maka strukturnya
menggunakan rangka yang semipermanen. Rangka itu menempel pada dinding luar bangunan.
Karena menempel, maka bebannya pun cukup ringan, dan tidak memerlukan struktur yang berat
seperti halnya material beton.

Untuk menempelkannya, dinding kisi-kisi itu disekrup ke dinding. Tujuannya, agar rangka dan
dinding tidak mudah goyah. Penyekrupan juga memudahkan pemasangan dan perbaikan jika ingin
mengganti material.

Sudah tentu, jika material itu sangat mempengaruhi kualitas bentuk dan tampilan akhir sebagai
pemanis wajah rumah. Pilihan material alami antara lain kayu, bambu, rotan hingga tanaman
rambat. Material-material ini memilki kekuatan yang mampu menahan matahari langsung dan
guyuran air hujan.

Material pabrikasi juga kerap digunakan sebagai pilihan. Jenisnya seperti besi hollow, alumunium,
pelat baja, baja ringan, dan kombinasi. Pada rancangan tertentu, sangat dimungkinkan ada
kombinasi baja dan kayu, maupun besi, dan bambu.

Modifikasi bentuk dan material boleh saja menggunakan sliding wall atau dinding geser yang tipis
yang dapat ditarik-dorong sesuai kebutuhan. Bahan tipis seperti gedek, anyaman rotan, yang
bertumpu pada rangka kayu dan bambu mudah diaplikasikan.

Modifikasi bentuk lainnya, adalah tanaman rambat yang terpasang pada bagian secondary skin tadi.
Bahkan pada desain tertentu, sangat dimungkinkan adanya aplikasi kain terpal yang menggunakan
sistem tali dengan rol.

Bentuk Geometri Besi Hollow

Besi hollow berbentuk kotak dengan badan yang kopong. Warnanya kelabu pucat, namun dapat di-
finishing dengan cat. Berukuran 2cm X 2cm, hingga 2cm X 4cm, besi jenis ini mudah dirangkai
menjadi dinding berkisi-kisi.

Untuk membuatnya, antar besi disejajarkan pada jarak 2cm sampai 10cm, tergantung kebutuhan.
Semakin rapat jaraknya, semakin baik fungsi sebagai penghalau sinar matahari langsung. Kerapatan
juga membuat tampilan rapi. Pemasangan antar besi hollow menggunakan sekrup. Penyekrupan
dilakukan pada tiap ujung-ujung batang. Penyekrupan juga berlaku saat rangkaian besi hollow akan
dipasang ke dinding.

Susunan Horisontal Alumunium

Alumunium, sebagai material pabrikasi, lebih tipis daripada besi hollow. Material berjenis logam tipis
ini, memiliki tebal 0,8mm – 1,5mm. Ketebalan ini dapat diolah menjadi kotak dengan ukuran yang
sangat bervariasi.

Sebagai material secondary skin, sosok alumunium menjadi pengubah wajah bangunan. Ia mampu
menetralkan warna dan memberikan karakter keras. Tidak heran jika bangunan bergaya
kontemporer , alumunium sering menjadi pilihan aplikasi. Batang-batang alumunium itu dirangkai,
dan disekrup seperti halnya saat akan ditempel ke dinding. Pada desain tertentu, batang alumunium
ada yang ditempel pada tepi atap maupun lantai balkon. Sebagai perekatnya, pada ujung batang
alumunium diperkuat dengan sealant.

Jajaran Batang Bambu

Bambu yang berbentuk batang bundar memiliki kulit yang khas. Kulitnya yang menguning dan
cenderung kasar membuatnya tampil indah. Batang bambu itu disusun berjajar pada bagian fasad.

Penyangganya berupa besi siku yang menempel pada dinding, lantai, dan atap. Antar besi siku dilas
sehingga kuat menahan berat bambu. Bambunya dipasak dan diikat kawat. Posisi bambu pun
menjadi tetap tegak meskipun angin menerpa.

Sebagai pemanis, bagian lantai terpasang lampu sorot. Lampu untuk menyorot jajaran bambu yang
menjulang. Gradasi cahaya membuat penampilan bambu menjadi eksotik dan tidak membosankan.
Bambu memiliki diameter bermacam-macam. Kisaran diameternya: 4cm – 10cm. Panjang bambu
antara 2m – 10m. Meski panjang, batang bambu tidak bisa lurus 100%. Ada batang bambu yang
melengkung, bahkan bengkok.

Baja Ringan

Tebalnya mirip dengan alumunium berkisar 0,3mm – 0,4mm. Bentuknya berupa pelat baja ringan
yang terpasang vertikal. Meski vertikal, susunan tiang itu dibuat tidak sama, melainkan miring 30 o.
Sebagian miring ke kiri, sebagian lainnya miring ke kanan. Jarak antar tiang 5cm sehingga ada celah
untuk aliran udara. Susunan tiang yang beda miring itu membentuk komposisi garis sebagai aksen
fasad. Tiang baja ringan bertumpu pada rangka fasad rumah. Antartiang dan balok pelat bajanya
diskrup. Balok sebagai dudukan merupakan bagian dari konstruksi fasad rumah yang berbentuk
kantilever. Tampilannya seolah menyatu dengan dinding fasad.

Baja ringan berbentuk lemabaran. Ada juga yang berupa batangan. Kedua bentuk ini dapat dipesan
ke distributor baja ringan.

Susunan Bilah Papan

Berukuran lebar 20cm, tebal 2cm, papan menjadi kulit terluar sekaligus pemberi aksen pada fasad.
Bilah papan itu dipasang horisontal dan vertikal dengan sudut kemiringan 30 o. Jarak antarpapan
12cm, sehingga menciptakan celah aliran udara. Bilah papan bertumpu pada rangka balok kayu yang
ditanam dalam tembok. Balok juga berperan untuk menyalurkan beban papan, pergerakkan angin,
juga balok itu sendiri. Untuk menjaga kestabilan, rangka balok kayu ditopang oleh baja profil.
Pengikatnya menggunakan dinabolt sehingga tak mudah goyah. Badan baja dicat agar tak mudah
korosi akibat kelembaban udara.

Dinding Gedek

Material kulit bambu atau gedek juga bisa menjadi pilihan lain. Selain sebagai dinding tipis, ia juga
berperan sebagai kulit bangunan. Kulit terluarnya dapat meredam panas. Karena mudah digeser,
dinding gedek menjadi lebih praktis sebagai jendela rumah. Berjumlah dua lapis, dinding itu
bertumpu pada rangka bambu. Masing-masing memliki ukuran sama besar, 180cm X 180cm. Kedua
ujungnya terikat pada batang bambu yang terpasang horisontal.
Batang bambu menjadi “roda” untuk menggelindingkan dinding. Batang bambu disangga tiang yang
terpasang pada tepi dinding rumah. Tiap bambu bagian atas dan bawah disekrup ke tembok. Fungsi
tiang juga sebagai penerima beban batang bambu dan gedek ke dalam dinding fasad.

Tanaman Rambat

Aneka jenis tanaman merambat terpasang pada rangka yang menempel pada dinding bangunan.
Antar rangka disekrup agar tak goyah. Selain rangka, dapat menggunakan jejaring kabel baja yang
disematkan pada tiang-tiang yang menempel ke dinding.

Jejaring terpasang pada jarak 10cm, sehingga tanaman rambat dapat tumbuh dan berkembang
merambat. Pilihan lainnya, adalah rangka yang dibentuk menjadi kotak sebagai wadah tanaman pot.
Ukuran tiap wadah disesuaikan dengan diameter pot kecil 15cm.

Tanaman pot memiliki keuntungan, karena mudah dipindah-pindah jika bosan atau ingin mengganti
tanaman lain. Tanaman menjadi bahan yang mampu menetralkan suhu panas. Hanya saja
perawatannya mesti rutin, misalnya memangkas daun yang kering.

You might also like