You are on page 1of 7

Penentuan Struktur Senyawa Kimia

29 12 2007

Bagi kalangan saintis, penentuan struktur suatu senyawa sudah menjadi kebutuhan
primer. Ibaratnya, mereka mencari struktur seperti seorang ibu yang mencari anaknya
yang hilang. Dahulu (sebelum tahun 1900 M), belum ada alat-alat modern (seperti IR,
NMR, MS, dll) untuk menentukan struktur, tetapi yang namanya saintis tetap saja
berusaha mengetahui struktur dari senyawa tertentu. Karena belum ada alat, dulunya para
saintis hanya bisa melakukan pembandingan antara struktur senyawa yang ingin
diketahui strukturnya dengan senyawa yang strukturnya sudah diketahui, yaitu dengan
membandingkan sifat fisik dan kimianya. Jika sifat-sifatnya sama, maka senyawanya
sama. Selain itu, dulu para saintis juga mengandalkan reaksi kimia dalam menentukan
struktur, jika memiliki respon reaksi yang sama terhadap dengan reagen tertentu, maka
struktur dari senyawa-senyawa tersebut diasumsikan sama. Misalnya, senyawa A dan B
sama-sama direaksikan dengan reagen fehling, ternyata kedua senyawa sama-sama
menghasilkan endapan merah bata, maka diasumsikan senyawanya adalah sama.

Padahal, hal itu jauh dari kebenaran, karena senyawa yang berbeda tetapi sama-sama
pada golongan aldehid, reaksi dengan reagen fehling hampir semuanya akan
menghasilkan endapan merah bata. Jadi, senyawa asetaldehid dengan butanaldehid sama-
sama akan menghasilkan endapan merah bata jika direaksikan dengan reagen fehling.
Sementara asetaldehid dan butanaldehid merupakan senyawa yang berbeda, sifat dan
fungsinya pun berbeda.

Kebutuhan untuk menentukan struktur menjadi meningkat sejak para saintis berusaha
mengisolasi atau mensintesis suatu senyawa. Isolasi adalah proses mengekstrak
(mengambil) suatu senyawa kimia tertentu yang terkandung pada suatu bahan (seperti
pada daun, batang, dll) dengan maksud tertentu. Umumnya, suatu senyawa diisolasi
karena diketahui bahwa senyawa tersebut memiliki aktivitas untuk mengobati penyakit.
Tentunya, senyawa yang diisolasi perlu ditentukan strukturnya agar diketahui senyawa
apa yang sebenarnya diperoleh dari hasil isolasi tersebut. Selain isolasi, para saintis juga
sering melakukan sintesis, yaitu membuat suatu senyawa yang diinginkan dari senyawa-
senyawa lain. Senyawa yang disintesis perlu ditentukan strukturnya untuk membuktikan
keberhasilan sintesis yang telah dilakukan.
http://yoad.wordpress.com/2007/12/29/penentuan-struktur-senyawa-kimia/

Sejak penemuan struktur elektronik atom-atom oleh ahli kimia dan ahli fisika mampu
menyelidiki cara-cara atom dari jenis yang satu bergabung dengan jenis yang lain. Atom-
atom bergabung satu sama lain dengan menggunakan elektron-elektronnya dalam
tingkatan energi terluar. Antara aksi elektron menghasilkan gaya-gaya tarik yang kuat,
ikatan kimia yang mengikat atom-atom bersama-sama dalam senyawa. Jenis ikatan kimia
yang akan dipelajari dalam percobaan ini adalah ikatan ion dan kovalen. Ikatan kovalen
terjadi karena pemakaian elektron secara bersama-sama, sedangkan ikatan ion terjadi
karena adanya transfer elektron (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).
Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik antara atom sehingga membentuk suatu senyawa
karena atom tidak berada dalam keadaan bebas (kecuali gas mulia He, Ne, Ar, Kr, Xe,
dan Rn) dan atom yang berikatan lebih stabil. Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif
dan negatif, karena partikel yang muatannya berlawanan tarik menarik. Ion positif dan
negatif dapat terbentuk bila terjadi serah terima elektron antar atom. Atom yang melepas
elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya atom yang menerima akan menjadi ion
negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang-seling
membentuk molekul raksasa dan akan mempunyai sifat tertentu. Sifat-sifat itu antara lain
adalah kebanyakan menunjukkan titik leleh tinggi, pada umumnya senyawa ion larut
dalam pelarut polar (seperti air dan amoniak). Senyawa ion berwujud padat tidak
menghantarkan listrik, karena ion positif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Akan
tetapi cairan senyawa ion akan menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar,
misalnya air karena terionisasi. Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif,
maka senyawa ion berupa padatan dan berbentuk kristal. Senyawa ion juga memiliki sifat
hampir tidak terbakar (Syukri, 1999).
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara dua atom yang dengan pemakaian
bersama sepasang elektron atau lebih. Ikatan kovalen dapat terjadi antara atom yang sama
dengan atom yang berbeda. Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan
menunjukkan titik leleh rendah, pada suhu kamar terbentuk cairan atau gas. Larut dalam
pelarut nonpolar dan sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah
terbakar dan banyak yang berbau (Syukri, 1999).
Dalam pembentukkan ikatan ion maupun kovalen atau senyawa, atom mempunyai
keadaan yang sama yaitu konfigurasi elektron gas mulia yang mantap. Dalam ikatan ion,
keadaan ini terjadi malalui pengalihan elektron. Dalam ikatan kovalen, dicapai dengan
berpatungan elektron. Elektron yang secara nyata merupakan gabungan antara dua atom
yang dihitung dua kali (Anthony dan Michael, 1992).
Jika jumlah antara molekul air dan sebuah ion meningkat, ikatan diantara ion dan ion-ion
disebelahnya dalam struktur kristal melemah dan akhirnya ion yang terdehidrasi
(misalnya karbon tetraklorida, heksana) kecuali senyawa kovalen yang mampu berikatan
hidrogen dengan air. Senyawa organik yang memiliki kandungan oksigen atau nitrogen
(seperti amina dan anida yang berbobot molekul rendah) dengan empat karbon atau
kurang biasanya larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen (Bird, 1987).
Semua senyawa yang bersifat organik maupun anorganik. Banyak dan aneka ragamnya
senyawa organik disebabkan oleh kemampuan atom karbon untuk membentuk rantai atau
cincin dalam molekul, serta sekaligus membentuk 4 ikatan kovalen kebanyakan ikatan ini
adalah ikatan tunggal (sepasang elektron yang dipersahamkan) namun ikatan rangkap (2
pasang) dan ikatan ganda tiga (tiga pasang) juga biasa. Suatu macam ikatan yang
dijumpai dalam banyak senyawaan anorganik adalah ikatan kovalen koordinasi (Keenan,
1991).
Kekuatan ikatan antar partikel menyebabkan perbedaan titik leleh senyawa kovalen dan
senyawa ion. Gaya tarik van der walls yang ada di antara molekul dalam senyawa
kovalen jauh lemah dibandingkan dalam senyawa ion. Karena itu hanya sedikit energi
(kalor lebih rendah) yang diperlukan oleh molekul dari senyawa kovalen untuk merusak
keadaan padatnya yang teratur dan berubah menjadi keadaan cair yang lebih acak.
Dengan kata lain, senyawa kovalen meleleh pada suhu yang lebih rendah dibandingkan
senyawa ion. Polimer berbobot molekul tinggi (plastik, protein, pati, dan lain-lain) yang
banyak mengandung ikatan kovalen, tentunya memiliki titik didih yang amat tinggi,
tetapi kebanyakan terurai menjadi molekul yang lebih kecil jauh sebelm titik didih
tercapai (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).
Ikatan pada berbagai senyawa kovalen dapat dijelaskan melalui struktur Lewis, dan
bentuk molekul senyawa kovalen dapat diramalkan melalui teori VSEPR. Lewis
mengajukan teori yang menyatakan bahwa atom-atom membentuk ikatan kovalen dengan
cara membentuk pasangan elektron hasil sumbangan kedua atom yang berikatan. Teori
Lewis mengenai ikatan kovalen disebut oktet. Menurut teori ini, untuk membentuk satu
ikatan kovalen tunggal setiap atom menyumbangkan satu elektron kulit terluarnya. Bila
antara kedua atom terbentuk ikatan kovalen ganda (lengkap) maka setiap atom akan
diberi elektron sesuai dengan derajat penggandaannya. Teori VSEPR yang dikemukakan
oleh N.V. Sidgwiok dan H.M. Dowell pada tahun 1957 dapat digunakan untuk
meramalkan bentuk molekul. Dostulat dasar dari teori VSEPR adalah bahwa untuk
mencapai kestabilan molekul yang maksimum, pasangan-pasangan elektron pada kulit
terluar atom pusat harus tersusun dalam ruang sedemikian rupa, sehingga terpisah satu
sama lain sejauh mungkin untuk meminimkan tolakan (Syarifuddin, 1994).
Ternyata tidak semua senyawa kovalen memenuhi teori oktet, misalnya PCl5 dimana
atom P dikelilingi oleh 10 elektron dan BF3 dimana atom B hanya dikelilingi oleh 6
elektron. Dari eksperimen diketahui bahwa pada molekul BF3 tidak terdapat ikatan
rangkap. Demikian juga halnya dengan PCl5. Dari dua contoh tersebut dapat dilihat
bahwa berbagai sifat senyawa kovalen dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh senyawa
tersebut, tidak seluruhnya dapat dijelaskan G.N. Lewis dengan teori oktetnya. Karena itu
setelah pendekatan dengan mekanika kuantum berhasil menjelaskan masalah-masalah
mengenai struktur atom, maka dicoba pula untuk menerapkan mekanika kuantum dalam
menjelaskan masalah-masalah yang berhubungan dengan ikatan kimia melalui teori
orbital molekul dan teori ikatan valensi (Syarifuddin, 1994).
Contoh pembentukkan senyawa ionis, yaitu pasa senyawa NaF. Elektron yang dilepaskan
oleh atom Na, diterima oleh atom F, sehingga baik ion Na+ maupun ion F- yang
terbentuk mempunyai konfigurasi elektron yang sama dengan konfigurasi elektron atom
neon. Molekul senyawa Natrium Flourida yang terbentuk terdiri dari ion Na+ dan ion F-,
yang terikat satu sama lain oleh gaya elektrostatis (Syarifuddin, 1994).
Mudah atau sukarnya senyawa ionis terbentuk ditentukan oleh ionisasi potensial, afinitas
elektron dari atom unsur pembentuk senyawa ion dan energi kisi senyawa ion tersebut.
Makin kecil ionisasi potensial, makin besar afinitas elektron serta makin besar energi kisi,
makin mudah senyawa ion terbentuk. Dalam keadaan padat, senyawa ionis terdapat
dalam bentuk kristal dengan susunan tertentu (Syarifuddin, 1994).

http://apapunaku.blogspot.com/2010/10/perbandingan-sifat-fisika-dan-kimia.html

. Keisomeran karena atom karbon asimetrik, keisomeran optik

Sebelum ada teori valensi, kimiawan/fisiologis Perancis Louis Pasteur (1822-1895) telah
mengenali pengaruh struktur molekul individual pada sifat gabungan molekul. Ia berhasil
memisahkan asam rasemat tartarat (sebenarnya garam natrium amonium) menjadi (+) dan
(-) berdasarkan arah muka hemihedral kristalnya (1848).
Kedua senyawa memiliki sifat fisika (misalnya titik leleh) dan kimia yang sama, tetapi
ada perbedaan dalam sifat optik dalam larutan masing-masing senyawa. Keduanya
memutar bidang polarisasi cahaya, dengan kata lain mempunyai keaktifan optik. Rotasi
jenis kedua senyawa, yang mengkur kekuatan rotasi kedua senyawa, memiliki nilai
absolut yang sama, namun tandanya berlawanan. Karena molekul berada bebas dalam
larutan, perbedaan ini tidak dapat dijelaskan karena perbedaan struktur kristal. Sayangnya
waktu itu, walaupun teori atom sudah ada, teori valensi belum ada. Dengan kondisi
seperti ini Pasteur tidak dapat menjelaskan penemuannya.

Di tahun 1860-an, kimiawan Jerman Johannes Adolf Wislicenus (1835-1902)


menemukan bahwa dua jenis asam laktat yang diketahui waktu itu keduanya adalah asam
α-hidroksipropanoat CH3CH(OH)COOH, bukan asam β- hidroksipropanoat
HOCH2CH2COOH. Ia lebih lanjut menyarankan bahwa konsep baru untuk stereoisomer
harus dibuat untuk menjelaskna fenomena ini. Konse baru ini menyatakan bahwa kedua
senyawa yang memiliki rumus struktur yang sama dalam dua dimensu dapat menjadi
stereoisomer bila susunan atom-atomnya di ruang berbeda.

Di tahun 1874, van’t Hoff dan Le Bel secara independen mengusulkan teori atom karbon
tetrahedral. Menurut teori ini, kedua asam laktat yang dapat digambarkan di Gambar 4.4.
Salah satu asam laktat adalah bayangan cermin asam laktat satunya. Dengan kata lain,
hubungan kedua senyawa seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri, dan oleh
karena itu disebut dengan antipoda atau enantiomer. Berkat teori van’t Hoff dan Le Bel,
bidang kimia baru, stereokimia, berkembang dengan cepat.

Stereoisomer asam laktat.


Kedua isomer atau antipoda, berhubungan layaknya tangan kanan dan kiri

Pada atom karbon pusat di asam laktat, empat atom atau gigus yang berbeda terikat.
Atom karbon semacam ini disebut dengan atom karbon asimetrik. Umumnya, jumlah
stereoisomer akan sebanyak 2n, n adalah jumlah atom karbon asimetrik. Asam tartarat
memiliki dua atom karbon asimetrik. Namun, karena keberadaan simetri molekul, jumlah
stereoisomernya kurang dari 2n, dan lagi salah satu stereoisomer secara optik tidak aktif
(Gambar 4.5). Semua fenomena ini dapat secara konsisten dijelaskan dengan teori atom
karbon tetrahedral.

b. Isomer geometri

Van’t Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan rotasi di
ikatan ganda, suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik. Isomer
jenis ini disebut dengan isomer geometri. Dalam bentuk trans subtituennya (dalam
kasus asam fumarat dan maleat, gugus karboksil) terletak di sisi yang berbeda dari ikatan
rangkap, sementara dalam isomer cis-nya subtituennya terletak di sisi yang sama.
Dari dua isomer yang diisoasi, van’t Hoff menamai isomer yang mudah melepaskan air
menjadi anhidrida maleat isomer cis sebab dalam isomer cis kedua gugus karboksi dekat
satu sama lain. Dengan pemanasan sampai 300 °C, asam fuarat berubah menjadi
anhidrida maleat. Hal ini cukup logis karena prosesnya harus melibatkan isomerisasi cis-
trans yang merupakan proses dengan galangan energi yang cukup tinggi (Gambar
4.6).

Karena beberapa pasangan isomer geometri telah diketahui, teori isomer geometri
memberikan dukunagn yang baik bagi teori struktural van’t Hoff.

asam fumarat asam maleat anhidrida maleat

Gambar 4.6 Isomer geometri asam maleat (bentuk cis) mempunyai dua gugus karboksil
yang dekat, dan mudah melepas air menjadi anhidrida (anhidrida maleat).

Latihan 4.3 Isomer dikhloroetilena

Gambarkan rumus struktur semua isomer dikhloroetilena C2H2Cl2.

Jawab: Dua atom khlorin dapat terikat pada atom karbon yang sama, atau pada atom
karbon yang

berbeda. Dan pada kasus yang kedua akan ada isomer geometri.

Struktur benzen

Struktur benzen menjadi enigma beberapa tahun. Di tahun 1865, Kekulé mengusulkan
struktur siklik planar dengan tiga ikatan tunggal dan tiga ikatan ganda yang terhubungkan
secara bergantian. Strukturnya disebut dengan struktur Kekulé. Bukti struktur semacam
ini datang dari jumlah isomer benzen tersubstitusi. Dengan struktur Kekulé, akan ada tiga
isomer kresol, yakni, o, m- dan p-kresol (Gambar 4.7).

Struktur Kekulé tidak dapat menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan
struktur benzene. Bila benzene memiliki struktur seperti yang diusulkan Kekulé, akan ada
dua isomer okresol, yang tidak diamati. Kekulé mempostulatkan bahwa ada
kesetimbangan cepat, yang disebut dengan resonansi antara kedua struktur. Istilah
resonansi kemudian digunakan dalam mekanika kuantum.
d. Struktur etana: analisis konformasional

Teori atom karbon tetrahedral dan struktur benzene memberikan fondasi teori struktur
senyawa organik. Namun, van’t Hoff dan kimiawan lain mengenali bahwa masih ada
masalah yang tersisa dan tidak dapat dijelaskan dengan teori karbon tetrahedral. Masalah
itu adalah keisomeran yang disebabkan oleh adanya rotasi di sekitar ikatan tunggal.

Bila rotasi di sekitar ikatan C-C dalam 1,2-dikhloroetana CH2ClCH2Cl terbatas


sebagaimana dalam kasus asam fumarat dan maleat, maka akan didapati banyak sekali
isomer. Walaupun van’t Hoff awalnya menganggap adanya kemungkinan seperti itu, ia
akhirnya menyimpulkan bahwa rotasinya bebas (rotasi bebas) karena tidak didapati
isomer rotasional akibat batasan rotasi tersebut. Ia menambahkan bahwa struktur yang
diamati adalah rata-rata dari semua struktur yang mungkin.

Di tahun 1930-an dibuktikan dengan teori dan percobaan bahwa rotasi di sekitar ikatan
tunggal tidak sepenuhnya bebas. Dalam kasus etana, tolakan antara atom hidrogen yang
terikat di atom karbon dekatnya akan membentuk halangan bagi rotasi bebas, dan
besarnya tolakan akan bervariasi ketika rotasi tersebut berlangsung. Gambar 4.8(a) adalah
proyeksi Newman etana, dan Gambar 4.8(b) adalah plot energi-sudut torsi.

Dalam gambar (a) (proyeksi Newman), Anda dapat melihat molekul di arah ikatan C-C.
Atom karbon depan dinyatakan dengan titik potong tiga garis pendek (masing-masing
mewakili ikatan CH) sementara lingkaran mewakili arom karbon yang belakang.
Keseluruhan gambar akan berkaitan dengan proyeksi molekul di dinding di belakangnya.
Demi kesederhanaan atom hidrogennya tidak digambarkan (b) Bila sudut orsinya 0°,
120°, 240° dan 360°, bagian belakang molekul “berimpitan” eclipsed dengan bagian
depan. Bila anda menggambarkan proyeksi Newman dengan tepat berimpit, anda sama
sekali tidak dapat melihat bagian belakang. Secara konvensi, bagian belakang diputar
sedikit agar dapat dilihat.

Bila sudut rotasi (sudut torsi) 0°, 60°, 120° dan 180°, energi molekul kalau tidak
maksimum akan minimum. Struktur (konformasi) dengan sudut torsi 0° atau 120° disebut
dengan bentuk eklips, dan konformasi dengan sudut torsi 60°atau 180° disebut bentuk
staggered. Studi perubahan >struktur molekular yang diakibatkan oleh rotasi di sekitar
ikatan tunggal disebut dengan analisis konformasional. Analisis ini telah berkembang
sejak tahun 1950-an hingga kini.

Analisis konformasional butana CH3CH2CH2CH3 atas rotasi di sekitar ikatan C-C pusat,
mengungkapkan bahwa ada dua bentuk staggered. Bentuk trans, dengan dua gugus metil
terminal di sisi yang berlawanan, berenergi 0,7 kkal mol–1 lebih rendah (lebih stabil)
daripada isomer gauche yang dua gugus metilnya berdekatan.

Hasil ini dapat diperluas ke senyawa-senyawa semacam pentana dan heksana yang
memiliki lingkungan metilena tambahan, dan akhirnya pada poloetilena yang dibentuk
oleh sejumlah besar metilen yang terikat. Dalam semua analisis ini, struktur trans, yakni
struktur zig zag, adalah yang paling stabil. Namun, ini hanya benar dalam larutan. Untuk
wujud padatnya faktor lain harus ikut
diperhatihttp://belajarbareng.unimedcenter.org/repositori/fmipa/kimia.html

You might also like