You are on page 1of 16

Laporan

Hasil Pengamatan Korosi Pada Besi

Disusun Oleh :

Dimas Dewa Kristianto

Kelas XII IPA 3

SMA Muhammadiyah 2, Sidoarjo


Tahun Pelajaran 2009-2010
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga laporan pengamatan ini dapat terselesaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan. Dan saya sangat ingin mengucapakan terima kasih kepada Ibu Siti Zuhroh
sebagai guru pembimbing mata pelajaran kimia atas bimbingan dari beliau.

Dalam penyusunan laporan pengamatan ini yang berisi tentang mengamati korosi
(perkaratan) pada besi, saya bertujuan agar semua pihak dapat mengetahui bagaimana proses
terjadinya sebuah korosi dan bagaimana cara pencegahan terjadinya korosi. Maka dari itu
saya membuat laporan ini, selain itu saya mengharapkan agar adik – adik kelas dapat
menambah wawasan ilmunya dalam bidang kimia setelah membaca laporan yang
berdasarkan data – data yang nyata ini.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan masih perlu ditingkatkan
lagi. Oleh karna itu saran dan keritik dari anda sangat saya harapkan, agar laporan ini menjadi
sebuah laporan yang benar-benar terjamin kebenarannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Daftar Isi

2
Cover………………………………………………………………………………. 1

Kata Pengantar……………………………………………………………………....
2

Daftar Isi………………………………………………………………………........ 3

Bab 1 Pendahuluan…………………………………………………………………...
4

 Judul pengamatan

 Tujuan Pengamatan

 Dasar Teori

Bab 2 Metode Percobaan……………………………………………………………..


9

 Alat-alat Percobaan

 Bahan-bahan Percobaan

 Langkah-langkah Kerja

 Tabel hasil pengamatan sebelum terjadinya korosi

 Tabel hasil pengamatan sesudah tejadinya korosi

Bab 3 Penutup……………………………………………………………………... 12

 Kesimpulan

 Pertanyaan

 Jawaban

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….. 14

3
Bab 1 Pendahuluan

Judul pengamatan

 Mengamati terjadinjya korosi

Tujuan

 Mengetahui faktor – faktortor penyebab terjadinya korosi (karat) pada besi

Dasar Teori

Korosi

Adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari material. Contohnya, LIHAT pagar
besi di halaman rumah kamu, atau di sekolah kamu, atau
paku-paku yang tertancap di
kayu, besi rongsokan, apa yang
menarik perhatian kamu?
Apakah kamu melihat ada noda
coklat yang menempel pada
besi tersebut? semacam kerak
coklat, apakah itu? Kerak itu
tidak hanya sekedar menutupi
permukaan besi tadi, tapi juga
menghancurkan besi tersebut
solah “memakan” nya. Itulah
Karat, atau disebut juga Korosi.
Yaitu persenyawaan yang terjadi karena unsur besi ber-reaksi
dengan udara dan air. Mungkin kamu juga sudah sedikit
mempelajarinya di sekolah, bahwa beberapa unsur kimia
dapat dengan mudah ber-reaksi dengan okigen (yang ada di
udara) membentuk senyawa oksida, peristiwa ini disebut oksidasi. Jadi syarat terjadinya karat
adalah adanya besi, udara dan air. Besi dan udara saja tidak bisa menimbulkan karat, atau
besi dan air saja. Namun di udara, kita akan menemukan uap air dan di dalam air juga kita
dapat menemukan udara terlarut. Maka proses korosif tetap bisa berlanjut.Korosi dapat
semakin cepat terjadi dengan kehadiran garam. Misal air laut, kamu tentu bisa melihat

4
bagaimana kapal-kapal laut lebih mudan berkarat, dan juga tiang-tiang pancang pelabuhan
yang juga mudah berkarat. Dan logam besi di alam bebas dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Deret volta
dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat melihat terjadinya korosi. Kecepatan korosi
sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan
oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat
berbeda bila masih bersih dari oksida.

Penyebab Korosi

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal
dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik
pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran
udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia
yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi)
terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi.
Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan
elektronik yang
ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya
dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa
bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak
digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam
bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri
umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat
pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak
harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke
udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas gas
asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila
dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan
penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx)
dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah
menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel
kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan
bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas
tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab
itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut
di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat ! berinteraksi dengan apa saja, termasuk
komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses
korosi tidak dapat dihindari lagi.

Proses Terjadinya Korosi


Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada
dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam
besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak

5
kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan
melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi
electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion
hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam
udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :

Anoda {Fe(s)→ Fe2+(aq) + 2e} x2


Katoda O2(g)+ 4H+(aq) + 4 e → 2 H2O(l) +
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini,
yaitu E0 sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H + sebagian
dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion
Fe2+ yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk
besi (III) oksida :

4 Fe2+(aq) + O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh
migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses
korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :

O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam
kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa
tersedia karena kompleks kalium
heksasianoferat (III). Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan
senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara
maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif
ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3,
yang melapisinya tidak bersifat porous
sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

Dampak Dari Korosi


Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami
kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam
kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan
terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan
secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi
material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan
sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan

6
proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel
yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima electron (katoda).
Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-
atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam
tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati
logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam. Dampak yang
ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun
sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga
126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan
akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi
gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini
semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi secara
baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktifitas produksi karena
terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan produk
akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih
atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan
pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya.
Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu
korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan
korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500 oC.

Bentuk-Bentuk Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa; korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi
celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi
retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi
erosi.
 Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam,
oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan
dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata
berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan.
Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan
peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
 Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada
di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi,
sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam
yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.

7
 Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan
lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi
penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan
menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran
ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga
dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
 Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih
banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi
katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk
celah yang terkorosi.
 Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan ammonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat.
 Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan
korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen
kedalam kisi paduan.
 Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi
pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 –
815 oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan
krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan
menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
 Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan
salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan
tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi
pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya
lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan
larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain
selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa
pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah
pada pipa.
 Korosi erosi adalah korosi yang terjadi adanya kombinasi antara fluida yang korosif
dan kecepatan aliran yang tingg, seperti yang terjadi pada pipa baja yang digunakan
untuk mengalirkan uap yang mengandung air.Pengukuran laju korosi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Pengukuran yang paling sederhana biasanya dilakukan dengan
cara mengukur kehilangan logam (berdasarkan perbedaan beratnya). Meskipun
demikian beberapa metoda pegukuran laju korosi yang dapat diterapkan antara lain
adalah dengan mengukur ion logam yang terdapat dilingkungan, mengukur
konduktivitas lingkungan, mengukur berat jenis lingkungan atau berdasarkan reaksi
dengan metoda elektrokimia.

8
Begitu banyaknya bentuk bentuk korosi yang dapat terjadi, sehingga seyogianya korosi
tersebut dikenali dengan baik untuk dikendalikan, terutama bagi mereka yang menangani
bidang perencanaan dan perawatan peralatan pabrik, sarana transportasi dan fasilitas umum
lainnya. Sehingga kedepan diharapkan dapat meningkatkan umur (life time) peralatan yang
digunakan dan yang lebih penting
lagi dapat menghindari terjadinya kecelakaan akibat kegagalan material yang menimbulkan
korban jiwa.

Mencegah Terjadinya Korosi


Bagaimana cara kamu mencegah karat? Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk
dan kontak antara permukaan besi dengan air dan udara. Caranya bisa bermacam-macam,
misal dengan cara pengecatan, dan melapisi besi dengan bahan lain misal chrom, nekel (misal
pada pelg roda sepeda kamu), penyepuhan atau galvanisasi.
Ada juga logam yang dibentuk
dari campuran besi sedemikian
rupa namun tetap kuat yang
disebut dengan STAINLESS
STELL atau baja tahan karat,
biasanya digunakan untuk
pisau, alat dapur dan atau alat-
alat kedokteran/kesehatan. Cara lainnya adalah dengan apa
yang diesbut dengan PROTEKSI KATODIK, yaitu
melindungi benda besi dari karat dengan menjadikannya benda ditu sebagai KATODA,
secara sederhana bisa dijelaskan bahwa sebatang besi akan lebih mudah terkena karat
dibandingkan tembaga, maka dengan "menempelkan" besi pada sebuah tembaga, maka karat
yang muncul akan "terserap" menuju besi, bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan
untuk jalur pipa yang panjang, menara tinggi, dan juga mulai dikembangkan dalam teknologi
pencegah karat di kendaraan mobil. Coba deh lihat menara menara antena, terbuat dari besi
kan? Lalu kenapa mereka tidak bisa berkarat? Betul, setiap beberapa waktu selalu di cat
ulang, tidak menyisakan tempat bagi udara dan air bertemu dengan permukaan besi
membentuk karat.

9
Bab 2 metoda percobaan

Alat

 Gelas plastik bening @ 9 Gelas


 Paku kecil (sudah diamplas) @ 7 Paku
 Paku besar (sudah diamplas) @ 2 Paku
 Tembaga (Sudah diamplas) @ 1 Buah
 Plastik bening @ 5 Buah
 Karet gelang @ 5 Buah

Bahan

 Larutan Hcl 0,1 M


 Air

Langkah kerja

1. Berikan tanda label , contoh; A,B,C,…..,I pada masing – masing gelas


2. Masukan 9 buah paku, diantaranya 1 paku yang sudah dililit tembaga dan 2
paku yang lebih besar ukurannya kedalam gelas yang telah diberikan label
3. Pada gelas berlabel D,H,I diisi dengan Hcl 0,1 M, gelas berlabel B,C,F,G diisi
dengan air, dan gelas berlabel A dan E hanya berisi paku saja
4. 5 gelas berlabel (E,F,G,H,I) ditutup dengan plastik bening, dan 4 gelas
berlabel (A,B,C,D) dibiarkan terbuka
5. Amatilah perubahan yang terjadi pada keesokan harinya atau ±24 jam.

10
Hasil Percobaan

1.0 Tabel Pengamatan Sebelum terjadinya korosi

Warna Larutan Warna Paku


Jenis Sebelum Sebelum Keadaan
Label Posisi Paku Keterangan
Larutan Terjadinya Terjadinya Paku
Korosi Korosi

Tidak
A Abu – abu, Tidak Tercelup Gelas Terbuka
- - bersih Miring Air

Abu – abu, Tidak Tercelup


B Gelas Terbuka
Air Bening bersih Miring Air

Abu – abu, Tercelup


C Gelas Terbuka
Air Bening bersih Miring Air

Abu – abu, Tidak Tercelup


D Gelas Terbuka
Hcl 0,1 M Bening bersih Miring Hcl 0,1 M

Tidak
E Abu – abu, Tidak Tercelup Gelas Tertutup
- - bersih Miring Air

Abu – abu, Tidak Tercelup


F Gelas Tertutup
Air Bening bersih Miring Air

G Air Bening Miring Gelas Tertutup


Abu – abu, Tercelup

11
bersih Air

Abu – abu, Tidak Tercelup


H Gelas Tertutup
Hcl 0,1 M Bening bersih Miring Hcl 0,1 M

Abu – abu, Tidak Tercelup


I Gelas Tertutup
Hcl 0,1 M Bening bersih Miring Hcl 0,1 M

1.1 Tabel pengamatan sesudah terjadinya korosi

Warna
Warna Paku
Larutan
Jenis Sesudah Keadaan
Label Sesudah Posisi Paku Keterangan
Larutan Terjadinya Paku
Terjadinya
Korosi
Korosi

Tidak
Abu – abu, Tidak
A - - Tercelup Gelas Terbuka
bersih Miring
Air

Kuning Tidak Tercelup


B Air Kuning Gelap Gelas Terbuka
Kecoklatan Miring Air

Tercelup
Kuning
C Air Kuning Gelap Miring Air Gelas Terbuka
Kecoklatan
Sebagian

Tidak Tercelup
D Hcl 0,1 M Bening Hitam Gelas Terbuka
Miring Hcl 0,1 M

E - - Abu – abu, Tidak Tidak Gelas Tertutup

12
Tercelup
bersih Miring
Air

Tidak Tercelup
F Air Kuning Cerah Kuning Gelas Tertutup
Miring Air

Tercelup
G Air Kuning Cerah Kuning Miring Air Gelas Tertutup
Sebagian

Tidak Tercelup
H Hcl 0,1 M Bening Hitam Gelas Tertutup
Miring Hcl 0,1 M

Tidak Tercelup
I Hcl 0,1 M Bening Hitam Gelas Tertutup
Miring Hcl 0,1 M

Bab 3 penutup

Kesimpulan

Jadi Besi yang cepat berkarat adalah besi yang di dalam air yang terbuka artinya pengaruh
oksigen dan air sangat kuat. Faktor penyebab besi berkarat adalah O2 dan H2O Agar tidak
terjadi perkaratan yang tidak kita kehendaki, maka kita harus melapisi logam besi dengan cat
atau logam yang tahan korosi agar tidak di pengaruhi oleh O2 dan H2O

13
Pertanyaan

1. Paku pada gelas manakah yang menjadi berkarat ?


2. Samakah kecepatan terjadinya karat pada setiap paku? Jika bebeda, urutkan paku
berdasarkan kecepatan terjadinya karat!
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan besi berkarat ?
4. Jika besi diganti dengan logam lain, misalnya alumunium, apa yang terjadi? Jelaskan

Jawaban

1. Semua paku dalam gelas yang di isi air atau Hcl.

14
2. Tidak sama,
1. Paku dalam gelas berisi Hcl 0,1 M tanpa di tutup
2. Paku dalam gelas yang berisi Hcl 0,1 M dan di tutup
3. Paku yang dililit tembaga dalam gelas yang berisi Hcl 0,1 M dan di tutup
4. Paku dalam gelas yang di isi air tanpa di tutup
5. Paku kondisi miring dalam gelas yang di isi air tanpa di tutup
6. Paku dalam gelas yang di isi air dan di tutup
7. Paku kondisi miring dalam gelas yang di isi air dan di tutup
8. Paku dalam gelas kosong yang terbuka
9. Paku dalam gelas kosong dan ditututup

3. Faktor penyebab terjadinya korosi :


 Direct corosion : pengrusakan kimiawi
 Electrochemical corocion : disebabkan karena pengaruh lingkungan dari bahan
baku, misal plat kapal dengan uap air laut
 Oxidation : diakibatkan oleh reaksi oksigen pada temperatur yang tinggi
 Evolusi hidrogen
 Penyerapan oxygen
 Kelembaban udara
 Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
 Lapisan pada permukaan logam
 Letak logam dalam deret potensial reduksi

4. Alumunium tersebut tidak akan berkarat, karena logam alumunium memiliki pori-pori
yang sangat kecil pada permukaannya dan Eo dalam alumunium tinggi.

Daftar Pustaka

15
Akhadi, Muklis. 2002. Ahli Peneliti Muda Bidang Fisika di Bidang Tenaga Nuklir Indonesia.
Jakarta: Migas Indonesia

Aris, Tri S. dan Antonio Gomes. 2009. Bahan Konstruksi Alat Proses dan Korosi. Malang:
Institut Teknologi Malang

Sumber Internet:
http:// id.answer.yahoo.com
http:// migas-indonesia.com
http:// onkynefra.blogspot.com
http:// wikipedia.org/wiki/karat
http:// www.google.com
http:// www.google.com/books
http:// www.gordonengland.co.uk
http:// www.korananakindonesia.com
http:// www.lenntech.com
http:// www.scribd.com
http:// facebook.com

16

You might also like