You are on page 1of 7

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415

Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

OPTIMASI KONDISI PROSES EKSTRAKSI MINYAK BIJI PEPAYA

Murni Yuniwati1, Ani Purwanti2


1,2
Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Masuk: 29 April 2008, revisi masuk: 16 Juni 2008, diterima: 2 Juli 2008

ABSTRACT
The papaya (Carica papaya L.) is a member of the small class dycotyledoneae,
family caricaceae, and genus cariaca. This plant is native to the Central America and
West Indies. It grows well at the tropical region with elevation 600-700 m above the sea
level. Today papaya seed is only throwed away as a waste product, whereas in fact the
papaya seed contains fatty acids with higher economic value which is called papaya oil.
Oil of papaya seed can be obtained from solid - liquid extraction method. In this investiga-
tion, the extraction of papaya seed was carried out in the stirred reactor with ethanol as a
solvent. Solvent-extracted oil was distilled to separate papaya seed oil from solvent. The
variables of investigation were extraction temperature, stirring speed, ratio between sol-
vent volume and mass of papaya seed, and size of papaya seed. The extracted oil was a-
nalyzed by using gas chromatography to determine the fatty acid composition. The opti-
mum condition of papaya seed extraction were obtained at extraction temperature 300C,
stirring speed 397 rpm, ratio between solvent volume and mass of papaya seed at 25 : 1,
and size of papaya seed (-14/+20) mesh or average diameter 0.08 cm. The correlation
between mass transfer coefficient and these variables is shown in the dimensionless e-
quation below :
1 , 083
5 (0,7785) 0,9411  db 
Sh = 8,89 (10) Re . Sc .  With the average error is 0.9706%.
 dp 
Keywords: Extraction, Seed, Papaya

INTISARI
Buah pepaya (Carica papaya L.) dalam klasifikasinya termasuk dalam kelas dy-
cotyledoneae, ordo caricates, famili caricaceae dan genus cariaca. Tanaman ini berasal
dari Amerika Tengah dan Hindia Barat, tumbuh baik di daerah tropis pada ketinggian
600–700 m di atas permukaan laut. Saat ini biji buah pepaya hanya dibuang begitu saja
setelah pepaya diambil buahnya, padahal apabila biji pepaya diolah untuk diambil mi-
nyaknya akan sangat menguntungkan. Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk me-
ngambil minyak dari padatannya (dalam hal ini biji buah pepaya). Penelitian dilakukan de-
ngan mengekstrak minyak biji pepaya dengan menggunakan pelarut etanol, dalam labu
leher tiga yang dilengkapi dengan pemanas, pengaduk serta pendingin (kondensor), pe-
nelitian dilakukan dengan variasi suhu, kecepatan pengaduk, perbandingan pelarut dan
bahan serta ukuran butir biji pepaya. Hasil ekstraksi kemudian didistilasi untuk memisah-
kan minyak dari etanolnya. Hasil minyak dianalisis dengan menggunakan Gas Chroma-
tography.Kondisi proses ekstraksi minyak biji pepaya menggunakan etanol adalah de-
ngan menggunakan suhu 30oC, kecepatan pengaduk 397 rpm, perbandingan volume pe-
larut dengan biji pepaya 25:1, dan ukuran butir lolos ayakan 14 mesh dan tertahan ayak-
an 20 mesh (-14/20 ) atau diameter rata- rata 0,08 cm. Hubungan antara koefisien trans-
fer massa dengan variabel- variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan
persamaan dalam bentuk kelompok tak berdimensi sebagai berikut :
1 , 083
5 (0,7785) 0,9411  db 
Sh = 8,89 (10) Re . Sc .  Dengan ralat rata-rata 0,9706 %.
 dp 
Kata Kunci : Ekstraksi, Biji , Pepaya

78
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

PENDAHULUAN ngambilan minyak biji pepaya dengan ca-


Dalam kehidupan sehari-hari, pe- ra ekstraksi, dan rencana selanjutnya a-
paya sangat dikenal semua lapisan ma- dalah perancangan alat dengan kondisi
syarakat. Indonesia berpotensi sangat proses tersebut untuk memperoleh hasil
besar dalam hal tanaman pepaya ini. Pe- dengan kuantitas dan kualitas yang mak-
nyebabnya ialah masyarakat telah terbia- simal.
sa membudidayakan tanaman tersebut. Pemanfaatan biji pepaya untuk
Di Indonesia pepaya tumbuh subur dan diambil minyaknya akan dapat mening-
tersebar di seluruh wilayah Nusantara, katkan nilai ekonomi dari biji buah pe-
dari ujung utara Pulau Sumatera hingga paya yang selama ini hanya dibuang
ujung timur Papua. menjadi minyak yang bisa digunakan se-
Tanaman pepaya merupakan sa- bagai minyak pangan yang tentunya a-
lah satu sumber protein nabati (Hadiwi- kan mempunyai nilai jual yang cukup
yoto, 1977). Buah papaya dan daunnya tinggi. Menurut Winarno (1986) ekstraksi
sudah lama dinikmati sebagai bahan ma- merupakan salah satu cara untuk me-
kanan dan obat-obatan. Buah matangnya ngambil minyak dari padatannya (dalam
sangat digemari sebagai buah meja dan hal ini biji buah pepaya), untuk memper-
sering dihidangkan sebagai buah pencuci oleh hasil yang maksimal baik kuantitas
mulut setelah makan. Dikarenakan cita maupun kualitasnya perlu dilakukan opti-
rasanya enak, kaya vitamin A dan C, masi dengan melakukan percobaan un-
serta berkhasiat memperlancar pencer- tuk mengetahui pengaruh berbagai varia-
naan. Buah pepaya muda sering dibuat bel terhadap kuantitas dan kualitas hasil
sayur oleh sebagian besar penduduk. yang diperoleh. Harapan kami dari perco-
Pepaya merupakan tanaman serba guna, baan yang dilakukan dapat disusun per-
selain daging buahnya yang banyak samaan dalam bentuk kelompok tak ber-
disukai orang, akar, bunga, kulit, dan ge- dimensi yang dapat dimanfaatkan dalam
tahnya dapat diambil kegunaannya (Ha- perancangan alat .
diwiyoto, 1977), sedangkan biji pepaya Biji Pepaya (carica papaya, L) da-
digunakan untuk keperluan pembibitan, lam klasifikasinya termasuk dalam kelas
sebenarnya biji pepaya mempunyai po- dycotyledoneae, ordo caricates, famili ca-
tensi yang cukup besar karena mem- ricaceae dan genus cariaca. Tanaman ini
punyai sifat sebagai obat masuk angin berasal dari Amerika Tengah dan Hindia
dan cacingan dan didalamnya mengan- barat, tumbuh baik di daerah tropis pada
dung minyak dan protein yang tinggi. ketinggian 600–700 m di atas permukaan
Kandungan minyaknya lebih tinggi diban- laut (Hadiwiyoto, 1978).
ding minyak kedelai atau biji bunga mata- Kandungan biji dalam buah pe-
hari dan hampir sama dengan buah kela- paya kira-kira 14,3% dari keseluruhan
pa (Chan et al. 1978). Minyak biji pepaya berat pepaya. Minyak biji pepaya meru-
merupakan mi-nyak dengan kandungan pakan minyak nabati yang memiliki kan-
lemak kecil yang bisa digunakan sebagai dungan asam lemak tak jenuh yang ting-
minyak pangan atau untuk keperluan lain gi, yaitu asam oleat dan palmitat. Hal ini
sesuai karakteristiknya, sehingga mem- merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh
punyai nilai ekonomis yang lebih tinggi minyak nabati tumbuhan tropis dan sub-
dibanding biji pepaya. tropis (Chan et al., 1978). Komposisi biji
Saat ini biji buah pepaya hanya pepaya, komposisi minyak biji pepaya
dibuang begitu saja setelah pepaya di- maupun karakteristik minyak biji pepeya
ambil buahnya, padahal apabila biji pe- dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
paya diolah untuk diambil minyaknya a-
kan sangat menguntungkan. Pengambi- Tabel 1. Komposisi biji pepaya
lan minyak dari padatannya bisa dilaku- Komponen Prosen berat
kan antara lain dengan cara ekstraksi. Minyak 9,5
Minyak biji pepaya bisa diambil dengan Protein 8,5
ekstraksi menggunakan pelarut etanol, Abu 1,47
untuk itu selanjutnya ingin dipelajari Karbohidrat 9,44
kondisi proses yang tepat dalam pe- Cairan 71,89

79
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

Ada 3 cara yang dapat digu- semakin tinggi akan memperbesar daya
nakan untuk pengambilan minyak dari larut minyak ke dalam pelarutnya, namun
bahan yang diduga mengandung minyak semakin tinggi suhu akan menyebabkan
yaitu rendering (pemanasan), pengepres- komponen minyak yang volatil banyak
an, dan ekstraksi (Winarno, 1982). yang menguap. Kecepatan pengadukan,
turbulensi dalam larutan akan meningkat
Tabel 2. Komposisi minyak biji pepaya dengan adanya kenaikan kecepatan
Komponen Prosen berat pengadukan, tetapi bila terlalu cepat
Laurat 0,13 akan menimbulkan forteks yang akan
menurunkan turbulensi dalam larutan,
Miristat 0,16 turbulensi yang semakin besar akan
Palmitat 15,13 memperbesar koefisien trnsfer massa.
Stearat 3,61 Waktu ekstraksi. Semakin besar waktu
Oleat 71,6 yang digunakan maka kesempatan untuk
Linoleat 7,68 bertumbukan semakin besar, sehingga
Linolenat 0,6 semakin besar pula jumlah minyak yang
Arasidat 0,87 larut sampai dicapai keseimbangan.
Bahenat 0,22 Proses ekstraksi padat - cair,
transfer massa solut dari padatan ke cair-
Rendering merupakan suatu pro- an berlangsung melalui dua tahapan pro-
ses pemanasan yang sering digunakan ses, yaitu difusi dari dalam padatan ke
untuk mengekstraksi minyak hewan. Pe- permukaan padatan dan transfer massa
manasan dapat dilakukan dengan meng- dari permukaan padatan ke cairan
gunakan sejumlah air panas (wet render- Karena butir padatan cukup kecil, maka
ing), minyak akan mengapung dipermu- diambil asumsi bahwa konsentrasi solut
kaan sehingga dapat dipisahkan. Secara dalam padatan selalu homogen atau
umum rendering dilakukan dengan me- serba sama, jadi dalam hal ini tidak ada
makai ketel vaccum (Sudarmaji, 1976). gradien konsentrasi dalam padatan.
Pengepresan minyak merupakan Dengan kata lain, difusivitas efektif dalam
salah satu pengambilan minyak dari biji- padatan diabaikan. Dengan demikian,
bijian yang mengalami perlakuan penda- perpindahan massa dalam padatan di-
huluan, misal dipotong-potong atau di- anggap tidak mengontrol perpindahan
hancurkan, kemudian dipres dengan te- massa secara keseluruhan. Karena difu-
kanan tinggi menggunakan tekanan hi- sivitas efektif diabaikan, maka yang me-
droulik atau screw press. Sisa minyak ngontrol perpindahan massa overall ada-
yang masih ada dalam bahan dipress la- lah perpindahan massa antarfase (Smith,
gi dengan filter press (Winarno, 1982). 1981), dalam hal ini harga kLa merupa-
Ekstraksi dengan menggunakan kan faktor yang menentukan. Dengan de-
pelarut adalah suatu cara pemisahan di- mikian dapat disusun neraca massa solut
mana komponen dari padatan atau cair- dalam cairan sebagai berikut :
an dipindahkan ke cairan yang lain yang Kecepatan masuk – Kecepatan keluar =
berfungsi sebagai pelarut. Ekstraksi Kecepatan terakumulasi
dapat dilakukan untuk campuran yang
mempunyai titik didih berdekatan, se-
dC L
kLa (CS – CL ) VL = VL
hingga tidak dapat dipisahkan dengan dt
cara distilasi. dC L
Faktor-faktor yang berpengaruh = kLa (CS – CL )
dalam proses ekstraksi (Sudarmaji, 19- dt
76) diantaranya Jenis pelarut, semakin dC L
baik mutu pelarutnya, maka semakin baik = kLa dt
(C S  C L )
pula mutu minyak biji pepaya.
Perbandingan berat bahan dengan vo-  ln
CL
 k La t ............. (1)
lume pelarut. akan mempengaruhi te- (C s  C L )
gangan permukaan dari butir-butir ba-
han dan berpengaruh terhadap proses Dengan mengamati konsentrasi larutan
keluarnya minyak dari biji pepaya. Suhu setiap saat dapat dibuat grafik hubungan

80
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

CL
antara t versus  ln kLa = K.ρc1.µ-c1.DL1+c1-c6.dp-2-c5+2c6.dbc5.Nc6
(C s  C L )
……... (11)
Dari data pengamatan akan diperoleh c1 c5 2 c6

grafik garis lurus dengan intersepnya kLa = K   .D L   db   N .dp   D L 


    dp   D   2 
koefisien transfer massa kLa. Peubah-      L   dp 
peubah yang diperkirakan berpengaruh ……... (12)
c6
terhadap koefisien perpindahan massa k L a.dp 2 =K  .DL  c1  db c5  N.dp2     c6    c6
antarfasa pada proses ekstraksi padat- DL     dp  D       
     L     
cair dengan menggunakan tangki ber-
……… (13)
pengaduk adalah: densitas larutan, c1 c5 c6 c6
viskositas larutan, difusivitas larutan, dia- k L a.dp = K .DL  db N.dp    
2 2

   dp     .D 
meter pengaduk, diameter butir padatan, DL        L
kecepatan putar pengaduk. …....... (14)
Hubungan antara variabel-variabel dapat c6 c6c1 c5

dinyatakan dengan persamaan : k L a.dp 2 = K  N.dp2       db


     
DL     .DL   dp
kLa = f ( ρ, µ, DL, dp, db, N ) ............ (2) ……… (15)
bila : c6 = a
Persamaan (2) dapat dinyatakan dengan c6 – c1 = b
hubungan antara kelompok tak berdi- c5 = c
mensi sebagai berikut : maka :
kLa = K . ρc1. µc2. DLc3. dpc4. dbc5. Nc6 a b c
k L a.dp 2 = K  N .dp 2       db 
............... (3)      
Dengan sistem MLT, maka diperoleh DL      .D L   dp 
…….... (16)
T-1 = K(ML-3)c1(ML-1T-1)c2(L2T-1)c3  
c

(L)c4(L)c5(T-1)c6 ..........… (4) Sh = K . Rea. Scb.  db  ……..... (17)


 dp 
Dimensi ruas kiri dan ruas kanan dari Difusivitas solut ke dalam pelarut didekati
persamaan (4) harus sama, sehingga di- dengan persamaan Wilke-Chang (Trey-
peroleh persamaan sebagai berikut : bal, 1981 ) :
(117.3.10 18 )(M B ) 0.5 T
M : 0 = c1 + c2 DL =
c1= -c2 ....….. (5)  A 0.6
L : 0 = -3c1 – c2 + 2c3 + c4 + c5 ....... (6) dengan :
DL = difusivitas zat A ke dalam zat
Persamaan (5) disubstitusi ke persa- B, cm2/detik
maan (6) : φ = faktor asosiasi pelarut
MB = berat molekul pelarut
0 = 2c2 + 2c3 + c4 + c5 T = temperatur, K
c4 = -2c2 - 2c3 – c5 ……..... (7) µ = viskositas larutan, g/cm.detik
T : -1 = -c2 - c3 – c6 …......... (8) A = volum solut molal pada titik
didih normal, cm3/gmol
Persamaan(5) disubstitusi ke persamaan
(8) : Dari persamaan-persamaan di a-
-1 = c1 – c3 – c6 tas, dengan menggunakan variasi suhu,
c3 = 1 + c1 – c6 ............. (9) kecepatan pengaduk dan diameter butir,
Persamaan (5)&(9) disubstitusi ke per- maka konstanta-konstanta pada persa-
samaan (7) : maan tersebut dapat ditentukan, serta
kondisi operasi optimum bisa diketahui.
c4 = -2 – c5 + 2c6 ……..... (10) Pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi operasi yang
Persamaan (5), (9)&(10) disubstitusi ke optimal serta menyusun persamaan hu-
persamaan (3) : bungan koefisien transfer massa ini de-

81
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

ngan variabel yang mempengaruhi pro- larutan etanol akan semakin kecil dengan
ses ekstraksi minyak dari biji pepaya kata lain konsentrasi minyak dalam eta-
dengan menggunakan pelarut etanol nol semakin kecil, dan berakibat dalam
pada tangki berpengaduk. Variabel yang perhitungan koefisien transfer massa mi-
dipelajari dalam penelitian ini adalah nyak ke dalam etanol semakin kecil.
diameter partikel biji pepaya, kecepatan
putar pengaduk, suhu ekstraksi, dan 0,008
perbandingan bahan dengan pelarut. 0,007

Koefisien transfer massa


Dari data yang diperoleh dapat disusun 0,006
persamaan dalam kelompok tak berdi-
0,005

(kLa,1/menit)
mensi yang dapat dimanfaatkan dalam
0,004
perancangan alat, serta dapat diketahui y = 2E-07x2 - 5E-05x + 0,008
0,003
kondisi operasi yang optimal untuk
proses ekstraksi tersebut. 0,002
Bahan yang digunakan pada 0,001
penelitian ini adalah biji pepaya yang 0
diperoleh dari pepaya sudah masak 0 50 100
(warna buah merah) dan Etanol yang Suhu (oC)
merupakan etanol teknis dengan kadar
95 %,. Peralatan yang digunakan dalam Gambar 2. Hubungan antara suhu
penelitian ini adalah seperangkat alat dengan koefisien transfer massa
ekstraksi dan seperangkat alat distilasi.
Variasi kecepatan pengaduk, percobaan
PEMBAHASAN dilakukan dengan menggunakan 10 gram
Percobaan dilakukan dengan va- biji pepaya dengan ukuran -20/+30 mesh,
riasi suhu, kecepatan pengaduk, perban- suhu 60 oC, perbandingan pelarut de-
dingan pelarut dengan bahan, dan ukur- ngan bahan 40 mL/gr bahan, hasilnya
an butir biji pepaya. Hasil percobaan da- kemudian digunakan untuk menghitung
pat dilihat pada tabel I, II, III, IV untuk koefisien transfer massa, dan hubungan
masing masing variabel.Variasi suhu, antar kecepatan pengadukan dengan
Percobaan dilakukan dengan mengguna- koefisien transfer massa dapat dilihat
kan 10 gram biji pepaya dengan ukuran - pada Gambar 3.
20/+30 mesh, kecepatan pengadukan Pada Gambar 3 menggunakan
300rpm, dengan perbandingan pelarut perhitungan metode optimasi menunjuk-
bahan 40 mL/gr, hasilnya kemudian dihi- kan kondisi yang paling baik dilakukan
tung nilai koefisien transfer massa (kLa) pada kecepatan pengaduk 397 rpm,
pada berbagai suhu yang dapat dilihat dengan kecepatan pengaduk terlalukecil,
pada Gambar 2. frekuensi tumbukan padatan dan cairan
Pada Gambar 2 menggunakan kecil, per-pindahan massa ke dalam
perhitungan dengan metode optimasi larutan menjadi lambat atau koefisien
menunjukkan bahwa kondisi yang paling transfer massa kecil, sebaliknya bila
baik dilakukan pada suhu kamar (300C), pengadukan terlalu cepat, akan terjadi
selain ditinjau dari segi proses, dari segi forteks yang menyebabkan turbulensi
ekonomipun sangat baik bila dilakukan dalam larutan berkurang sehingga per-
pada suhu kamar karena tidak memerlu- pindahan massa minyak ke dalam eta-
kan biaya pemananasan pada umumnya nolpun berkurang.
daya larut akan naik atau konstan de- Variasi perbandingan volume pe-
ngan adanya kenaikan suhu, namun da- larut terhadap bahan. Pada percobaan
lam penelitian ini terlihat koefisien trans- dilakukan dengan menggunakn 10 gram
fer massa minyak ke dalam etanol turun biji pepaya dengan ukuran -20/+30 mesh,
dengan adanya kenaikan suhu, hal ini metode optimasi, menunjukkan kondisi
disebabkan, dengan adanya pemanasan yang paling baik dilakukan pada perban-
yang semakin tinggi, komponen minyak dingan volume pelarut terhadap massa
yang volatile akan semakin banyak yang bahan 25ml pelarut/gram biji pepaya.
menguap, sehingga hasil minyak dalam Jumlah pelarut semakin banyak akan
memudahkan perpindahan tramsfer mas-

82
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

sa minyak ke dalam etanol, tetapi apabila kontak padatan dengan larutan lebih ba-
terlalu banyak menyebabkan beban pe- gus sehingga perpindahan massa mi-
ngaduk menjadi lebih berat sehingga nyak dalam padatan akan lebih mudah
turbulensi menurun dan perpindahan 0,007
massa minyak ke dalam pelarut menu-

Koefisien transfer massa


0,006
run. 0,005

(kLa, 1/menit)
0,0069
0,004
0,0068
Koefisien transfer massa

0,0067 0,003
0,0066 0,002
(kLa, 1/menit)

0,0065 y = -0,428x2 + 0,068x + 0,003


0,001
0,0064
0
0,0063
y = 2E-07x2 + 1E
0,0062 -05x + 0.0038 0 0,05 0,1 0,15
0,0061
0,006
Diameter butir (cm)
0,0059
Gambar 4. Hubungan antara diameter
0 200 400 600 800
butir dengan koefisien transfer massa
Kecepatan pengaduk (rpm)

Koefisien transfer massa


0,0072
Gambar 3. Hubungan antara kecepatan
0,007
pengaduk dengan koefisien transfer
massa. (kLa, 1/menit) 0,0068
Apabila diinginkan turbulensi 0,0066
yang sama maka harus menggunakan 0,0064
jumlah total bahan yang diproses (biji 0,0062
y = -4E-06x2 + 0,000x
+ 0,004
pepaya dan etanol) tetap, hal ini akan 0,006
menyebabkan kapasitas produksi menja-
0 20 40 60
di kecil, atau untuk kapasitas yang sama
membutuhkan ukuran alat yang lebih Pelarut/bahan (ml/gr)
besar.
Penggunakan jumlah pelarut se- Gambar 5. Hubungan antara Perban-
makin banyak akan mengakibatkan kon- dingan volume pelarut terhadap massa.
sentrasi minyak dalam larutan kecil, un- bahan dengan koefisien transfer massa
tuk pemisahannya dibutuhkan alat de-
ngan ukuran besar dan kebutuhan energi sehingga koefisien transfer massa akan
panas yang banyak.Variasi ukuran butir lebih besar, akan tetapi apabila ukuran
percobaan dilakukan dengan mengguna- butir terlalu kecil ternyata semakin ba-
kan 10gram biji pepaya, suhu 60oC, ke- nyak butiran yang terapung dan menem-
cepatan pengaduk 600rpm, perbandi- pel pada pengaduk sehingga proses se-
ngan pelarut dan bahan 60, hasilnya ke- makin tidak efektif. Hasil analisis dengan
mudian digunakan untuk menghitung ko- menggunaan Gas Chromatography (GC)
efisien transfer massa, danhubungan an- komposisi minyak biji pepaya disajikan
tara perbandingan volume pelarut terha- dalam Tabel 1 berikut:
dap berat han dengan koefisien transfer
massa dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 1. Hasil Uji Minyak Biji Pepaya
Gambar 5 menggunakan perhi-
tungan optimasi menunjukkan kondisi Parameter Uji Hasil Satuan
yang paling baik dilakukan dengan Uji
menggunakan ukuran butir biji pepaya Asam Kaprat 14,83 % relatif
dengan diameter 0.08 cm, yang dapat Asam Laurat 5,34 % relatif
diperoleh dengan menggiling dan meng- Asam Miristat 8,71 % relatif
ayak butir biji pepaya dengan ukuran a- Asam Miristoleat 2,07 % relatif
yakan –14/+20 (lolos 14 mesh tertahan Asam palmitat 18,91 % relatif
20 mesh). Asam Oleat 49,99 % relatif
Ukuran butir yang semakin kecil Asam Linoleat 0,99 % relatif
Asam Arasidat 1,09 % relatif
akan menyebabkan luas permukaan Asam Behenat 0,06 % relatif

83
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 1 No. 1 Agustus 2008

Data hasil perhitungan tersebut, ngan persamaan dalam bentuk kelompok


selanjutnya digunakan untuk menentu- tak berdimensi sebagai berikut :
kan persamaan hubungan antara koefi- k L a.dp 2 = 8,89.105 x
sien transfer massa dengan variabel-va- DL
riabel yang mempengaruhinya dalam (0,7785) 0,9411 1,0837
 N.dp2       db
bentuk kelompok tak berdimensi.      dp
Analisis perhitungan mengguna-     .DL   
kan metode regresi linier, dengan hasil atau
sebagai berikut : Sh = 8,89 (10)5 Re(0,7785). Sc 0,9411.
1 , 083
k L a.dp 2 = 8,89.105 x  db 
 dp 
DL  
 N.dp2  
(0,7785)
  
0,9411 1,0837
 db Dengan ralat rata-rata 0,9706 %
     dp
    .DL   
DAFTAR PUSTAKA
atau Chan, H.T., Hev., C.S., Tang, E.N., Oka-
1 , 083
Sh = 8,89 (10)5 Re(0,7785). Sc 0,9411.  db  zaki, and Ishzaki, 1978, : Compo-
 dp 
  sition of Papaya Seeds”, J. Food
Sci. 43, pp. 225–256, I.F.I. Scien-
Dengan ralat rata-rata 0,9706 % tific Editor, West Lafayatte, USA.
Hadiwiyoto, S., 1977, “Pepaya dari Getah
KESIMPULAN sampai Buahnya Berguna”, Shin-
Kondisi proses ekstraksi minyak ta II.3, 82-83.
biji pepaya menggunakan etanol adalah Smith, J.M., 1981, Chemical Engineer-
dengan menggunakan suhu 30oC, Kece- ing Kinetics, Mc. Graw Hill Book
patan pengaduk 397rpm, perbandingan Co., Inc., Singapore.
volume pelarut dengan biji pepaya 25:1, Sudarmadji, S., 1976, Prosedur Analisa
dan ukuran butir lolos ayakan 14 mesh untuk Bahan Makanan dan Per-
dan tertahan ayakan 20 mesh (-14/20) tanian, hal. 61-78, Fakultas Tek-
atau dia meter rata- rata 0,08cm. nologi Pertanian, UGM, Yogya-
Hubungan antara koefisien trans- karta.
fer massa dengan variabel-variabel yang Winarno, F.G., 1986, Kimia Pangan dan
mempengaruhinya dapat dinyatakan de- Gizi, hal. 88-99, Gramedia, Ja-
karta.

84

You might also like