Professional Documents
Culture Documents
nasrulzaman
TUGAS I
T611008005 Pokok Bahasan:
PENGERTIAN PENYULUHAN
Mata Kuliah
DASAR-DASAR PENYULUHAN
S-3 CSR Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
Pengampu:
Prof. Dr. Totok Mardikanto, MS
PENGERTIAN PENYULUHAN
SEJARAH PENYULUHAN
Kelahiran penyuluhan modern sebenarnya baru dimulai di Irlandia pada tahun 1847 yaitu
ketika terjadinya krisis penyakit tanaman kentang (Jones, 1982) 1. Selanjutnya Inggris
mempergunakan istilah “university extension” atau “extension of the university” yang
juga digunakan pada tahun 1840an dan pertamakali disampaikan oleh James Stuart dari
Trinity College (Cambridge) pada ceramahnya di depan perkumpulan pekerja wanita dan
pria di Inggris Utara2. Kemudian dilakukan di Amerika Serikat tahun 1862 oleh Abraham
Lincoln dengan Morril Act, diikuti modernisasi penyuluhan di Jerman abad XIX dan
menyebar ke Denmark, Swiss, Hungaria dan Rusia.
Sejak awal abad ke-20 istilah “penyuluhan” mulai digunakan secara umum di Amerika
Serikat untuk menunjukkan bahwa sasaran pengajaran di universitas tidak hanya terbatas
di lingkungan kampus tetapi telepas dari semua pihak yang hidup di lingkungan
manapun. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan orang dewasa
yang pengajarnya berasal dari universitas3.
sehingga pada perkebangan terakhir, dewasa ini penyuluh telah diakui sebagai suatu
sistem penyampaian informasi dan pemberian nasehat penggunaan input dalam pertanian
modern.
Penyuluh (extension work) adalah sistem pendidikan luar sekolah yang mana orang
dewasa dan pemuda belajar bersama dari pengalaman masing-masing, yang
dilakukandengan kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat yang
1
Lincoln DK and Cannon CH, cooperative Extension Work, CPA Newyork 1955
2
A.W. Van den Ban & H.S. Hawkins, Penyuluhan Pertanian, Kanisius 1999
3
A.W. Van den Ban & H.S. Hawkins, Penyuluhan Pertanian, Kanisius 1999
4
Mardikanto Totok, SIsitem Penyuluhan Pertanian, LPP UNS 2009
memberikan pelayanan dan pendidikan untuk menemukan kebutuhan penduduk dengan
tujuan dasarnya membangun masyarakat5. Pelayanan penyuluhan mengelola kerjasama
dan hubungan antara pemerintah, perusahaan dan organisasi lain yang memiliki
tanggung jawab dan ketertarikan dalam bidang tersebut. Program penyuluhan memiliki
tujuan dasar yang akan membangun masyarakat, penekanan pada filosofis pemenuhan
kebutuhan dasar warga negara.
Kebutuhan terhadap ilmu penyuluhan dalam bidang pertanian tersebut pada awal abad
ke-19 ditekankan karena6;
PENYULUHAN DI INDONESIA
Di Indonesia kelahiran penyuluhan dimulai bersamaan lahirnya Kebun Raya Bogor pada
1817 namun beberapa pihak menyatakan dimulai pada tahun 1905 ketika dibukanya
Departemen Pertanian7. Istilah “extension” atau penyuluhan dalam Bahasa Belanda
digunakan kata voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong
seseorang menemukan jalannya. Istilah tersebut digunakan pada masa kolonial bagi
negara-negara jajahan Belanda termasuk Indonesia yang terus menggunakan istilah
penyuluhan hingga saat ini8.
Indonesia terdiri dari 500 kabupaten/kota dan 300.000an desa dengan jumlah penduduk
yang mencapai 271 juta jiwa yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Oleh
pendidikan merupakan komponen utama dari pembangunan maka metode yang masih
utama digunakan pemerintah dalam menjembatani kesenjangan yang ada di masyarakat
adalah tetap menggunakan “penyuluhan”.
Meski masih belum jelas target dan capaian yang telah dihasilkan oleh aktifitas
penyuluhan di masyarakat, namun pemrintah telah melembagakan penyuluh dalam
bentuk BIPP (Balai Informasi Penyuluh Pertanian) di setiap kabupaten, “penyuluh” juga
memiliki peran penting setelah terbitnya Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, bahwa arti penyuluh adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya meningkatkan produktifitas,
efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Saat ini, pasca tumbangnya orde baru sebagai rezim represif maka telah muncul cukup
banyak inisiatif masyarakat dalam melakukan penyuluhan, seperti yang dilakukan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat, Pihak Perusahaan, dan bahkan ada yang ditemukan juga
dilakukan secara swadaya oleh kelompok mayarakat.
DEFENISI PENYULUHAN
Secara harfiah penyuluhan bersumber pada kata “suluh” yang berarti obor ataupun alat
untuk menerangi keadaan yang gelap sehingga penyuluhan dimaksudkan untuk member
penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi agar tidak lagi berada
dalam kegelapan mengnai masalah tertentu11.
Claar et al. 1984 penyuluhan diartikan sebagai fungsi pemerintah yang memperluas
(extending) berbagai pelayanan kepada para petani sekaligus melaksanakan peraturan-
peraturan yang berlaku dan bahkan menegakkan kebijakan yang berkaitan dengan
pertanian, sehinga Claar mendefenisiskan penyuluhan sebagai pendidikan khusus untuk
pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang megajarkan
sesuatu, mendemonstrasikan dan memotivasi tapi tidak melakukan pengaturan
(regulating) dan juga tidak melakukan pendidikan yang non-edukatif.
A.W. van den Ban & H.S. Hawkins, 1999 mencoba mendekati kesemua defenisi tersebut
dalam kalimat “penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan
pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar” 12.
10
A.W. Van den Ban & H.S. Hawkins, Penyuluhan Pertanian, Kanisius 1999
11
Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya, Rajawali Pers,
Jakarta 1998
12
A.W. Van den Ban & H.S. Hawkins, Penyuluhan Pertanian, Kanisius 1999
13
Sastraatmaja Entang, Penyuluhan Pertanian; Falsafah Masalah dan Strategi, ALUMNI 1993
Penyuluh pertanian14 dapat dilakukan atas dasar;
Sebagai proses pendidikan maka penyuluhan pertanian haruslah mampu menjadi alat
yang dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh kaum tani di pedesaan,
mulai dari yang menyangkut maslah peningkatan produksi masalah pemasaran hasil
pertanian yang efesien hingga kepada masalah-masalah kehidupan petani lainnya,
sehingga dapat diartikan sebagai usaha yang tak kenal waktu tanpa batas dan tanpa
hambatan yang dilaksanakan sepanjang masa15.
Menurut Mardikanto T. 200916, dalam penyuluhan ada beberapa faktor yang berkaitan;
1. bahan baku yaitu penerima manfaat (calon) yang terdiri dari semua pemangku
kepentingan kegiatan seperti petani dan keluarganya, tokoh mayarakat dan pelaku
bisnis, serta pemerintah dan penyuluhnya sendiri.
2. input instrument, yang mencakup penyuluh dan fasilitator, materi dan perlengkapan
penyuluhan, serta program penyuluhan.
3. input lingkungan, baik lingkungan fisik, sarana prasarana, kelembagaan dan
lingkungan sosial di tempat penyelenggaraan penyuluhan mapun lingkungan
peneriman manfaat dari penyuluhan dimaksud.
4. proses, merupakan keseluruhan dari kegiatan penyelenggaraan penyuluhan.
5. hasil yang berupa perubahan perilaku penerima manfaat.
6. dampak dan manfaat yaitu semua akibat dari kegiatan penyuluhan yang ditandai
dengan perubahan ekonomi, sosial, politk, maupun lingkungan fisik penerima
manfaat.
14
Samsudin, Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian, Bina Cipta, 1976.
15
Sastraatmaja Entang, Penyuluhan Pertanian; Falsafah Masalah dan Strategi, ALUMNI 1993
16
Mardikanto T. Sistem Penyuluhan Pertanian, UNS Press 2009
Oleh karena itu jelaslah bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai proses komunikasi dari
pengambil kebijakan ke masyarakatnya dan komunikasi antar masyarakat untuk
mendapatakan nilai tambah dan peningkatan kualitas hidup.
17
Lincoln DK and Cannon CH, cooperative Extension Work, CPA Newyork 1955
18
Lincoln DK and Cannon CH, cooperative Extension Work, CPA Newyork 1955
19
Mardikanto T. Sistem Penyuluhan Pertanian, UNS Press 2009
segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan
menerima manfaat dari kegiatan penyuluhan sehinga beneficiaries benar-benar
memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluhnya. Penyuluhan tidak boleh
dilakukan secara “searah” atau dari penyuluh sendiri tetapi harus mampu melakukan
secara “dua arah” atau timbale balik antara penyuluh dengan beneficiaries.
3) Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, proses ini dilakukan secara terus-
menerus dan tidak pernah berhenti oleh penyuluh sehingga terjadi perubahan
perilaku seperti yang diharapkan. Perubahan perilaku ini tidak hanya diupayakan
terjadi pada beneficiaries saja tetapi juga perubahan pada semua parapihak yang
terlibat (LSM, perusahaan, tokoh masyarakat, dll), dan bisa terus berjalan karena
sudah dianggap oeh parapihak sebagai kebutuhan mereka.
4) Penyuluhan sebagai proses belajar, artinya kegiatan penyebaran informasi dan
penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku
yang dilakukan melalui proses pendidikan atau belajar.
5) Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek
perubahan sosial seperti politik dan ekonomi pada jangka panjang yang secara
bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki
kehidupan masyarakatnya.
6) Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial, yaitu upaya yang dilakukan untuk
menyiapkansumber daya manusia agar merka tahu, mau dan mampu melaksanakan
peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosial masing-masing.
Rekayasa sosial yang dimaksud jangan sampai hanya untuk mencapai kehidupan
yang sejahtera dari kelompok sasaran yang mengacu pada kehendak dan keinginan
perekayasa saja.
7) Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial, artinya dalam tahap ini konsep dan
teori pemasaran masuk dalam proses perubahan sosial, sehingga apa yang ditawarkan
oleh penyuluh sangat ditentukan oleh beneficiaries bukan oleh perekayasa.
Masyarakat dapat dan mampu menawar bahkan menolak segala sesuatu yang dinilai
tidak bermanfaat, merugikan atau membawa konsekuensi keharusan berkorban atau
mengorbankan sesuatu yang lebih besar dari manfaat yang diperolehnya.
8) Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan melakukan
penguatan kemampuan masyarakat sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam
seluruh proses pembangunan.
9) Penyuluhan sebagai proses penguatan kapasitas, yaitu melakukan penguatan
individu, kelembagaan, maupun hubungan jejaring antar individu, kelompok
organisasi sosial, serta pihak lain diluar sistem masyarakatnya hingga batas-batas
global.
10) Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, yaitu dengan menumbuh
kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan seperti menyadarkan
masyarakat agar mau secara suka rela bukan paksaan atau ancaman untuk aktif dalam
pembangunan, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam hal fisik, mental,
inteligensia, ekonomis dan non-ekonomis, serta memberikan kesempatan yang luas
bagi masyarakat untuk berpartisipasi.