Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dan dalam pengelolaan mulai dari penambilan pengiriman dan lain-lainnya juga
berkaaitan dengan mikroorganisme yang ada didalam feses atau darah tersebut
maka pembahasan dalam makalah ini merupakan hal yang saling berkaitan karena
salah cara atau metode dalam pengelolaan specimen maka akan menimbulkan
infeksi oleh specimen yang mengandung n\mikroorganisme tersebut.
BAB 2
Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan
menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak
zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk
membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang
diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan
bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.
Produk Antibiotika
Penemuan antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke
era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi
fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-obat yang
manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi
menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi.
Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat
dengan rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi
berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan
banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain dalam jumlah
besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis
sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba
lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia;
amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk
penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh
dari biakan mikroorganisme.
Beberapa bahan dasar yang terutama tersedia dalam jumlah besar, seperti minyak
bumi, gas bumi, dan selulosa hanya dapat diolah oleh mikroorganisme dan dapat
mengubahnya kembali menjadi bahan sel (biomassa) atau produk antara yang
disekresi oleh sel.
Kejelasan mengenai mekanisme pemindahan gen pada bakteri dan peran dari
unsur-unsur ekstrakromosom, telah membuka kemungkinan untuk memindahkan
DNA asing ke dalam bakteri. Manipulasi genetik memungkinkan untuk
memasukkan sepotong kecil pembawa informasi genetik dari manusia ke dalam
bakteri sehingga terjadi sintesis senyawa protein yang bersangkutan. Kegiatan ini
sering dilakukan dalam hal pembuatan hormon, antigen, dan antibodi.
Beberapa peranan yang dimiliki oleh mikroorganisme antara lain sebagai berikut:
Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri
yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme dapat
mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap merupakan
mikroorganisme pembusuk. Dalam pembusukan daging, mikroorganisme yang
menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak protein-protein. Pada proses
pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik mampu merombak
bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan
(Tarigan, 1988). Mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast) dan kapang
(mould) dapat menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada penampakan
visual, bau, tekstur atau rasa suatu makanan. Mikroorganisme ini dikelompokkan
berdasarkan tipe aktivitasnya, seperti proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan
kebutuhan hidupnya seperti termofilik, halofilik, dll.
· Menimbulkan pencemaran
Materi fekal yang masuk ke dalam badan air, selain membawa bakteri patogen
juga akan membawa bakteri pencemar yang merupakan flora normal saluran
pencernaan manusia, misalnya E. coli. Kehadiran bakteri ini dapat digunakan
sebagi indicator pencemaran air oleh materi fekal.
Dan manfaat yang sangat nyata digunakan dalam mbidang kesehatan adalah
pembuatan vaksin dari maikroorganisme,yang digunakan dalam imunisasa namun
saat ini banyak orangtua yang enggan melakukankan imunisasi karena berbagai
informasi yang beredar di masyarakat mengenai efek samping vaksinasi yang
dapat terjadi, misalnya vaksinasi MMR menyebabkan autisme, beberapa vaksinasi
menyebabkan sindroma kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome),
kadar thimerosal (zat pengawet) yang terdapat dalam vaksin begitu tinggi
sehingga bisa menyebabkan keracunan merkuri, dan lain sebagainya. Informasi-
informasi tersebut menyebabkan penurunan drastis jumlah bayi-bayi yang
mendapatkan imunisasi dan secara langsung menyebabkan jumlah penderita
infeksi kembali meningkat. Ternyata pendapat-pendapat tersebut tidak
berdasarkan bukti-bukti ilmiah, hanya berupa dugaan belaka. Berbagai penelitian
yang telah dilakukan tidak menemukan hubungan secara langsung kejadian-
kejadian tersebut dengan pemberian vaksinasi. Selain itu, berbagai teknologi terus
dikembangkan untuk membuat vaksin yang lebih aman dan tidak menimbulkan
efek samping.
Sekali lagi harus diingat bahwa setiap tindakan yang dilakukan manusia selalu ada
risikonya namun janganlah hanya mengkhawatirkankan risiko yang mungkin
terjadi dari suatu tindakan yang akan dilakukan tanpa mempertimbangkan
manfaat yang akan didapat. Jelas-jelas manfaat pemberian imunisasi jauh lebih
besar dari kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Begitu juga dengan cara kelahiran bayi. Penelitian telah membuktikan bayi yang
lahir melalui bedah Caesar memiliki indikasi kekebalan tubuh yang lebih rendah
daripada bayi yang lahir secara normal. Meski begitu, jika kelahiran secara bedah
Caesar tidak dapat dihindarkan, kekebalan tubuh bayi dapat didongkrak dengan
beberapa cara, misalnya dengan memberikan probiotik. Probiotik sebagai bakteri
hidup yang menguntungkan berfungsi sebagai zat yang dapat membentuk sistem
daya tahan tubuh bayi. Probiotik salah satunya terdapat pada air susu ibu (ASI).
Mengapa bayi yang lahir secara normal memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik
daripada bayi yang lahir melalui bedah Caesar? Pada persalinan normal, bayi akan
mengalami kontak dengan bakteri dari flora ibu, yakni dari feses atau jalan lahir
(vagina) ibu. Bakteri tersebut bersifat ‘baik’ dan dapat membantu mempercepat
tumbuhnya mikroflora usus pada bayi. Mikroflora ini merupakan salah satu
komponen yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara itu bayi yang lahir melalui bedah Caesar tidak memiliki kesempatan
kontak dengan bakteri baik tadi. Yang ada malah tingginya pertumbuhan bakteri
merugikan seperti E. Coli dan Clostridium. Kondisi ini mengakibatkan daya tahan
tubuh bayi yang lahir secara bedah Caesar tidak sebaik bayi yang dilahirkan
secara normal sehingga mereka lebih berisiko terhadap infeksi saluran pencernaan
dan penyakit alergi.
Telah diketahui bahwa ASI adalah yang terbaik bagi bayi. Sangat dianjurkan
untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama. ASI terbukti
memiliki bakteri menguntungkan dan zat-zat yang dibutuhkan bayi untuk
membentuk mikroflora usus yang penting untuk sistem daya tahan tubuh bayi.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana jika ASI tidak dapat diberikan karena
berbagai alasan? Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, ada dua hal yang bisa
dilakukan. Cara yang pertama adalah memberikan makanan yang tinggi laktosa,
rendah phosphat, dan rendah protein. Ibu dapat bertanya ke dokter anak mengenai
jenis diet ini. Diet ini akan membentuk kondisi optimal yang memungkinkan
bakteri baik dapat tumbuh secara alami.
Cara yang kedua adalah tentu saja memberikan asupan nutrisi atau suplemen yang
mengandung probiotik bagi bayi. Probiotik dapat membantu pori-pori usus bayi
menutup—karena bayi yang lahir secara bedah Caesar memiliki pori-pori usus
yang lebih besar, sehingga bisa mencegah masuknya bakteri merugikan.
Akibatnya, ketahanan tubuh bayi dapat ditingkatkan.
Asupan probiotik dapat mengurangi kejadian diare dan alergi pada bayi. Maka
asupan nutrisi yang mengandung probiotik sangat dianjurkan untuk bayi yang
kurang beruntung tidak dapat dilahirkan melalui persalinan normal dan tidak
mendapat ASI, yang akibatnya tidak memiliki kesempatan membentuk sistem
kekebalan tubuh yang bisa diperoleh akibat kontak dengan bakteri baik dari flora
ibu. (niq)
Komponen Darah
Darah fase akut harus diambil dan dikirim sesegera mungkin. Jika mungkin
spesimen fase konvalesen (3-4 minggu setelah pengambilan darah primer).
Cara pengambilan sampel:
Diambil 5?10 ml darah vena dalam tabung steril (5 ml dari anak-anak dan 10 ml
dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan kewaspadaan universal
secara ketat).
Urine
Urine hanya diambil pada fase akut. Untuk mendapatkan virus yang optimal, 50
ml urin disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. Sentrifugasi
hanya dilakukan di Badan Litbangkes/NAMRU-2, Jakarta. Spesimen disimpan
dalam tabung poli propilen 50 ml. Tutup rapat-rapat dan lapis dengan para film.
Masukkan dalam kotak pengiriman primer setelah dilindungi dengan kertas tissu
atau kertas koran yang diremas.
Tinja
Tinja sebanyak 10-50 gram ditempatkan dalam konteiner tinja transparan. Ditutup
rapat-rapat dan dilapisi dengan parafilm. Kemudian dimasukkan ke dalam kotak
pengriman primer. Spesimen harus dikirim dalam keadaan dingin (4o C).
Spesimen Jaringan
Jaringan dapat diambil dari semua organ tubuh (paru, trakhea, jantung, limpa,
hati, otak, ginjal, kelenjar adrenal). Jarinagn difiksasi dalam formalin/paraffin.
Jaringan yang telah difiksasi tidak dinyatakan sebagai biohazard. Jaringan
disimpan dan dikirim dalam suhu kamar. Diberi tulisan: *Do not freeze fixed
tissues*.
Jaringan segar beku dari paru dan saluran nafas atas harus diambil secara aseptic
secepat mungkin. Cara dan waktu pengambilan akan berpengaruh terhadap
kontaminasi.
Gunakan instrumen steril secara terpisah untuk setiap pengambilan di daerah
tubuh tertentu. Letakkan setiap spesimen dalam wadah yang terpisah yang berisi
media transport virus (Hanks BSS/PBS). Simpan dan kirim dalam keadaan beku.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain:
DAFTAR PUSTAKA