Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Fahru Izhar & Edward Analisis Tingkat Kesejahteraan Pensiunan pada Kantor
Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.....……. 151 – 167
Mai Yusra & Hairani Program Pemberdayaan Anak Jalanan oleh Yayasan
Siregar AKMI Medan...................................................................... 186 – 212
PK (JIKS) Vol. 5 No. 2 Hal. 117 – 231 Medan, Mei 2006 ISSN 1412-6133
2
MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL
Matias Siagian
Abstract
Matias Siagian adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU
luka bakar akibat disetrika dan mendapat keluarga maupun perusahaan akan selalu bebas
siraman air panas dari majikan. Selain itu, di melakukan apa saja terhadap para pekerja.
bagian kepalanya juga terdapat luka dan memar.
Nirmala hanyalah salah seorang dari Konsep-Konsep Ketenagakerjaan
ribuan orang yang mengalami penderitaan di
negeri orang. Harus diakui bahwa kisah TKI Sebelum kita memasuki wilayah masalah
yang mendapat siksaan, dianiaya, diperkosa, ketenagakerjaan di Indonesia, ada baiknya jika
ditipu, tidak dibayar gajinya, terjun dari gedung kita memahami terlebih dahulu tentang konsep-
tinggi, hingga meninggal tanpa diketahui pasti konsep yang ada dalam “ketenagakerjaan”, yang
penyebabnya sejak dahulu merupakan tergolong konsep-konsep makro dan umum.
langganan berita yang ditayangkan di berbagai Bagaimanapun, dalam upaya melakukan
media massa. Berbagai pihak menunjuk pengukuran besarnya angkatan kerja, angka
keberadaan PJTKI nakal sebagai biang pengangguran, kesempatan kerja, maupun
keladinya, di mana mereka tidak bertanggung aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan
jawab dan hanya mencari keuntungan (Kompas, konsep makro ketenagakerjaan, maka masalah
27 Juni 2004: 23). konsep dan definisi yang dipakai perlu
Terlepas dari tidak bertanggung jawabnya dipahami, karena terdapat peluang bagi
PJTKI dan tidak manusiawinya banyak majikan perbedaan konsep dan definisi yang dianut atau
di negeri orang, terdapat suatu hal yang harus dipakai di mana hal tersebut akan
kita sadari sebagai suatu akar permasalahan, mengakibatkan perbedaan makna sebagai
yakni ketidakseimbangan antara supply dan konsekuensi logis dari konsep-konsep yang
demand tenaga kerja nyata-nyata mengakibatkan berbeda tersebut.
tenaga kerja Indonesia, baik yang bekerja di
Referensi “waktu” yang dipakai untuk
dalam negeri maupun yang bekerja di luar
menilai apakah seseorang bekerja atau sedang
negeri merupakan akar permasalahan dari
mencari pekerjaan misalnya, akan
masalah ketenagakerjaan sebagai suatu masalah
mempengaruhi besarnya angka angkatan kerja
besar dan kompleks di Indonesia.
dan reit partisipasi angkatan kerja, reit
Kajian ilmiah tentang penyelesaian
pengangguran, dan perimbangan antarsektor dari
masalah menyatakan bahwa suatu masalah
penduduk yang tergolong angkatan kerja.
hanya dapat dipecahkan secara tuntas jika
penyelesaian masalah itu menyentuh Angkatan kerja (labour force) merupakan
substansinya. Substansi sebuah masalah adalah konsep yang menunjukkan economically active
“akar permasalahan” itu (Direktorat Jenderal population. Sebaliknya, yang bukan angkatan
Pendidikan Tinggi, Depdiknas, 2004: 31). Jika kerja adalah mereka yang tergolong non-
kita hanya menyelesaikan masalah, berarti economically active population. Konsep man
penyelesaian masalah yang sama tidak akan power juga menunjuk pada labour force.
pernah tuntas, bahkan akan terjadi akumulasi Konsep ini berbeda dengan konsep penduduk
masalah di masa mendatang, karena kita hanya usia kerja, karena tidak semua penduduk usia
akan menyelesaikan masalah lama, sedangkan kerja tergolong dalam konsep angkatan kerja.
masalah yang baru datang terus, sehingga terjadi Penetapan usia kerja sendiri tidak lepas
peningkatan jumlah masalah, karena dari masalah-masalah, antara lain umpamanya di
pertumbuhan masalah selalu lebih tinggi dari suatu masyarakat banyak anak yang tidak
penyelesaian masalah sesuai dengan tergolong ke dalam usia kerja tetapi
kemampuan yang dimiliki dalam penyelesaian kenyataannya bekerja. Sebagai contoh terjunnya
masalah tersebut. anak usia sekolah ke dunia kerja justru
Oleh karena itu upaya penyelesaian disebabkan oleh pengangguran orang tua,
masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus dengan tujuan untuk membantu keluarga.
menyentuh substansinya, yakni pengangguran. Sementara mungkin banyak orang yang
Selagi ada ketidakseimbangan antara penawaran tergolong usia pensiun, akan tetapi masih
dengan permintaan tenaga kerja sesuai dengan bekerja.
kualifikasi yang dibutuhkan, maka para pekerja Dalam perkembangan terminologi
tidak akan memiliki bargaining power terhadap ketenagakerjaan di Indonesia antara lain istilah
majikan. Akibatnya, majikan, baik dalam bentuk buruh yang diupayakan diganti dengan istilah
pekerja. Hal ini sebagaimana diusulkan oleh
118 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...
Pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja berusia tua tidak bekerja atau sedang mencari
pada saat Kongres Federasi Buruh Seluruh pekerjaan. Biasanya Reit Partisipasi Angkatan
Indonesia (FBSI) Ke-2 Tahun 1985. Alasan Kerja untuk penduduk perempuan lebih rendah
Pemerintah menggunakan istilah pekerja dan dari penduduk laki-laki. Hal ini terlihat dari
meninggalkan istilah buruh adalah karena istilah hasil Sensus Penduduk 2001.
buruh dianggap kurang sesuai dengan Dengan demikian dapatlah kita ketahui
kepribadian bangsa Indonesia. Istilah buruh bahwa Reit Partisipasi Angkatan Kerja
lebih cenderung menunjuk pada golongan yang merupakan hasil perbandingan antara angkatan
selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain, kerja dengan penduduk usia kerja. Sebaliknya
yakni majikan. Perubahan istilah ini memang Reit Pengangguran hanya mempersoalkan
sangat logis, namun jika perubahan istilah komponen-komponen angkatan kerja, yaitu yang
tersebut tidak diikuti dengan perubahan nasib, bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan.
kebijakan, dan keberpihakan pemerintah Reit Pengangguran dapat didefinisikan sebagai
terhadap buruh, maka perubahan istilah tersebut jumlah penganggur per 100 orang yang
sesunguhnya tidak akan menghasilkan apa-apa. tergolong angkatan kerja.
Pada Ayat (1) Pasal 3 Undang-Undang Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk,
No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan dapat diketahui jumlah penduduk yang bekerja
disebutkan bahwa “pekerja adalah tenaga kerja biasanya dipandang sebagai fenomena yang
yang bekerja di luar maupun di dalam hubungan mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang
kerja pada pengusaha dengan menerima upah”. ada. Dalam pengertian ini maka “kesempatan
Dari pengertian pekerja tersebut jelaslah bahwa kerja” bukanlah “lapangan pekerjaan yang
hanya angkatan kerja yang sudah bekerja yang masih terbuka”, walaupun komponen yang
dapat disebut sebagai pekerja. terakhir ini akan menambah kesempatan kerja
Di sisi lain, untuk jaminan kecelakaan yang ada di masa mendatang. Memang dalam
kerja dalam perlindungan Jaminan Sosial suatu waktu “lapangan pekerjaan yang masih
Tenaga Kerja (Jamsostek) berdasarkan Undang- terbuka” cukup banyak, sementara jumlah
Undang No. 3 Tahun 1992, maka pengertian pencari kerja (penganggur) banyak pula. Hal ini
“pekerja” diperluas, sehingga di dalamnya dapat terjadi karena kurang baiknya distribusi
termasuk: “lapangan pekerjaan yang masih terbuka” yang
1) Magang dan murid yang bekerja pada mana hal seperti ini bertalian pada penyebaran
perusahaan, baik yang menerima upah penduduk yang tidak merata, atau karena alasan
maupun yang tidak; yang justru dominan saat ini, di mana
2) Mereka yang memborong pekerjaan kecuali keterampilan yang dituntut oleh pengguna
jika yang memborong adalah perusahaan; angkatan kerja justru tidak sesuai dengan
3) Nara pidana yang dipekerjakan di keterampilan yang dimiliki para penganggur
Perusahaan (Husni, 2001: 23) atau para pencari pekerjaan.
Pada kenyataannya tidak semua negara
Reit Partisipasi Angkatan Kerja dapat melalui pemerintah mampu menyediakan
dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang kesempatan kerja atau lapangan kerja bagi
tergolong angkatan kerja per 100 penduduk usia semua angkatan kerja yang ada di negara
kerja. Dalam hal ini, usia kerja dapat tersebut. Akibatnya, migrasi tenaga kerja dari
didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 satu negara ke negara lain menjadi alternatif
– 64 tahun. Selanjutnya Reit Partisipasi menarik. Di era perdagangan bebas ini tentu
Angkatan Kerja dapat juga dihitung untuk tiap terjadi tingkat kebebasan yang lebih nyata yang
golongan umur dan jenis kelamin. Misalnya, didukung oleh sarana dan prasarana
untuk penduduk laki-laki, golongan umur 15 – transformasi, komunikasi, dan informasi yang
19 tahun. makin lancar dan canggih. Dengan demikian,
Di era modern, Reit Partisipasi Angkatan migrasi tenaga kerja Indonesia, misalnya terjadi
Kerja umumnya rendah pada usia muda dan tua. sebagai akibat dari adanya perbedaan dalam
Masalahnya, sesuai dengan hak-hak anak, maka rangka memperoleh kesempatan di bidang
sebagian mereka yang berusia muda masih ekonomi pada umumnya dan pekerjaan pada
bersekolah, sementara sebagian mereka yang khususnya. Sebagai respons masyarakat
terhadap sulit bahkan tertutupnya memperoleh
Koleksi BPAD Prov SU 119
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131
pekerjaan di dalam negeri, maka banyak di dibutuhkan oleh suatu perusahaan dalam proses
antara angkatan kerja menyadari tekanan yang produksi barang maupun jasa; 4) memungkinkan
nyata, sehingga melakukan migrasi ke negara negara-negara untuk menyesuaikan suplai
yang menjanjikan adanya kesempatan kerja bagi tenaga kerja sesuai dengan dinamika kegiatan
mereka dengan kesejahteraan yang baik pula. ekonomi, hal ini merupakan dampak dari fakta
Pada umumnya migrasi tenaga kerja di mana pertumbuhan ekonomi yang signifikan
diawali dengan migrasi intern negara, dalam arti dengan pertumbuhan investasi tidak selalu
perpindahan angkatan kerja dari suatu daerah ke sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja
daerah yang kelebihan tenaga kerja dan di negara tersebut; dan 5) menyediakan labor
berpenghasilan rendah menuju daerah yang services tanpa membiayai pembentukan human
kekurangan tenaga kerja dan dapat menawarkan capital yang diperlukan, hal ini merupakan
upah yang lebih tinggi dari daerah asal akibat kedatangan tenaga kerja terampil yang
(Bandiono, dalam Arief, 1999: 8). Dalam arti berasal dari negara lain, sehingga negara
luas, migrasi adalah perubahan tempat tinggal tersebut tidak perlu melakukan upaya besar
secara permanen atau semi permanen. Dalam hal untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang
ini tidak ada pembatasan, baik pada jarak ada di negaranya.
perpindahan maupun sifatnya, yakni apakah
tindakan itu bersifat suka rela atau terpaksa. Permasalahan Tenaga Kerja
Juga tidak diadakan perbedaan antara migrasi
dalam negeri dan migrasi ke luar negeri. Krisis ekonomi yang berkepanjangan
Stahl membedakan manfaat migrasi sejak akhir tahun 1997 melahirkan akibat negatif
internasional pada tingkat negara dan terhadap perekonomian nasional pada umumnya
perusahaan pemakai tenaga kerja. Pada tingkat dan kesempatan kerja pada khususnya. Di
negara, migrasi internasional berpotensi untuk: samping itu dalam jangka panjang Indonesia
1) mengurangi pengangguran negara pengirim mengalami instabilitas dalam bidang ekonomi.
jasa tenaga kerja; 2) sumber devisa bagi negara Kondisi negatif ini antara lain dapat dilihat dari
pengirim tenaga kerja; 3) meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang defisit
keterampilan bagi tenaga kerja, karena di sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto.
samping memperoleh upah tentu juga Kondisi mana menuntut Indonesia harus
memperoleh pengalaman kerja yang akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
menjadikan mereka lebih terampil; 4) yang minimal mencapai 6 persen. Hal ini
memperbaiki kesejahteraan material melalui merupakan tuntutan, di mana pertumbuhan
peningkatan pendapatan per kapita. ekonomi merupakan satu-satunya jawaban
Sementara jika kita lakukan analisis yang terhadap pengangguran yang angkanya makin
sama di tingkat perusahaan, maka pekerja asing membengkak, dan juga pertumbuhan angkatan
memungkinkan: 1) perusahaan merealisasi kerja Indonesia yang tetap tinggi.
economics of scale, hal ini merupakan akibat Indonesia dituntut mencapai angka
kurangnya tenaga kerja di negara tempat di pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar dapat
mana perusahaan itu berada atau kurangnya menyerap tenaga kerja yang sebesar-besarnya.
tenaga kerja terampil sesuai dengan kualifikasi Sebelum Indonesia mengalami krisis ekonomi
yang dibutuhkan yang bersumber dari angkatan yang berlanjut pada krisis multidimensi,
kerja negara di mana perusahaan itu berada; 2) pengangguran sudah merupakan masalah besar
mencegah inflasi upah pada industri-industri nasional. Namun krisis ekonomi yang melanda
yang mengalami kekurangan tenaga kerja, hal Indonesia justru mengakibatkan masalah
ini merupakan konsekuensi logis di mana jika pengangguran tersebut makin parah.
permintaan tenaga kerja lebih besar dari Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2003
penawaran tenaga kerja akan mengakibatkan misalnya hanya 3,3 persen, sementara setiap
peningkatan bargaining power bagi tenaga kerja satu persen PDB hanya mampu menyerap 400
sehingga mereka akan menuntut peningkatan ribu tenaga kerja. Dengan demikian maka pada
upah; 3) memungkinkan investasi dengan tahun 2003 tenaga kerja yang terserap hanya
menjamin bahwa suatu fasilitas dapat dijalankan sekitar 1,6 juta orang. Padahal setiap tahun
oleh staf yang memadai, hal ini merupakan pertumbuhan angkatan kerja Indonesia
tuntutan kualifikasi spesifik tenaga kerja yang mencapai 3 persen. Tingginya jumlah
120 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...
pemerintah tidak sesuai dengan kepentingan Indonesia. Menurut data di Pemerintah Provinsi
para petani, sebagai bukti bahwa pemerintah Sumatera Utara, selama 2004 telah
belum berpihak pada petani yang justru menyelesaikan 508 kasus Pemutusan Hubungan
merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Hal Kerja. Pemutusan Hubungan Kerja tersebut
ini antara lain terlihat dari, kebijakan impor melibatkan 756 tenaga kerja serta 12 kasus
beras, kebijakan pupuk yang justru sering merupakan Perselisihan Hubungan Industrial
mencekik leher para petani. Di samping itu (PHI), dengan tuntutan yang bersifat
seringnya KUD hanya berupa plang nama. nonnormatif, seperti bantuan uang makan, dan
Sebagai contoh, pemerintah belum memiliki bantuan uang transport. Sementara itu tuntutan
sikap yang benar-benar konsekuen dalam nonnormatif yang muncul dan terdeteksi tahun
menampung produk pertanian dengan tingkat 2003 secara umum telah dapat diselesaikan
harga yang menjamin kesejahteraan petani itu secara tripatrit di tingkat perantaraan oleh
sendiri. Dengan demikian pidato para pejabat pegawai perantara Dinas Tenaga Kerja dan
yang sering mengesankan sesungguhnya hanya Transmigrasi. Penyelesaian kasus PHK dan PHI
lipstik politik yang tidak berdampak apapun dilakukan melalui Lembaga Panitia
bagi petani. Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah
Pengangguran yang tinggi akan (P4D) Sumatera Utara, yang terdiri dari unsur
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah Pemerintah, Pengusaha, dan Serikat Pekerja atau
sosial dan ekonomi. Dilihat dari segi sosial, Serikat Buruh (SIB, 3 Mei 2003: 9).
pengangguran dapat menimbulkan dampak Jumlah kasus Pemutusan Hubungan Kerja
negatif. Diperkirakan 90 persen angka kejahatan selama 2003 meningkat sekitar 4.486 kasus,
atau tindakan kriminal dilakukan oleh para yang meliputi 135.421 tenaga kerja. Sedangkan
penganggur. Tindakan kriminal tersebut antara tahun sebelumnya sebanyak 3.806 kasus, yang
lain pemerkosaan, pencurian, pengrusakan, meliputi 101.127 tenaga kerja. Dalam hal ini
pembunuhan, dan juga tindakan-tindakan yang terjadi kenaikan sebesar 18 persen kasus PHK
tidak berperikemanusiaan lainnya. Tindakan- dan 34 persen pada jumlah tenaga kerja yang
tindakan kriminal ini dilakukan oleh para terlibat dalam kasus tersebut. Jumlah tersebut
penganggur, karena kegiatannya tidak ada tentu belum termasuk pada kasus dan jumlah
sehingga memiliki waktu senggang yang sangat pekerja yang ter-PHK, yang tidak melaporkan
lama, sehingga berpeluang untuk diisi dengan diri ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
kegiatan yang negatif. Hal ini tentu sangat Buruknya rasio antara angkatan kerja dan
meresahkan masyarakat. lapangan kerja mengakibatkan mencari
Jika dilihat dari sisi ekonomi, maka pekerjaan ke negara lain merupakan alternatif
pengangguran dapat merugikan diri sendiri dan yang mau tidak mau harus ditempuh, meskipun
keluarga. Artinya, si penganggur akan menjadi dengan risiko yang amat berat. Fakta mana
tanggungan dari anggota keluarga yang bekerja mengundang berbagai pihak untuk
(angka ketergantungan) dalam rangka memanfaatkan kondisi buruk perekonomian
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengangguran Indonesia untuk kepentingan diri sendiri, dengan
dalam jangka waktu yang lama juga akan tidak memperhatikan nasib orang lain. Pihak
mengakibatkan keterampilan kerja yag dimiliki yang sering memanfaatkan kondisi tersebut
seseorang lama kelamaan akan berkurang atau adalah para calo tenaga kerja ke luar negeri yang
bahkan hilang, sehingga tidak dapat lagi berlomba-lomba merekrut calon tenaga kerja,
mengembangkan kemampuan dan keterampilan terutama tenaga kerja wanita ke desa-desa yang
yang telah dimiliki sebelumnya jika akan dianggap minim informasi.
bekerja, sebelum akhirnya ia dipecat dan Para calo ini mengiming-imingi gaji yang
menjadi pengangguran. Di samping itu, tinggi sebagai perbedaan utama antara bekerja di
kepercayaan diri si penganggur akan hilang dan negara lain dengan bekerja di negeri sendiri.
akan timbul rasa malas dan pesimis untuk Para calo tenaga kerja ini mengutamakan tenaga
mencari pekerjaan lagi (Sukirno, 1991: 173). kerja yang minus keterampilan, di mana mereka
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan ditempatkan sebagai PRT.
merupakan fenomena yang sering terjadi sejak Ketidakseimbangan antara luas lahan pertanian
Indonesia mengalami krisis multidimensi. dengan penduduk di daerah pedesaan
Pemutusan Hubungan Kerja tentu akan menjadikan informasi dari para calo TKI
menambah jumlah atau angka pengangguran di sebagai berita yang sangat menarik. Karena
122 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...
desakan ekonomi maka pencari kerja wanita pengetahuan tentang visa. Mini mnya
mau saja menerima t a w a r a n p a r a c a l o pengetahuan tentang visa ini juga merupakan
T K I , t a n p a mempertimbangkan risiko yang indikator rendahnya pengetahuan TKI. Kondisi
ada. Misalnya, mereka yang berstatus ibu rumah ini justru dimanfaatkan para calo TKI, karena
tangga dan memiliki suami juga terpaksa tergiur mereka juga akan mendapat bagian dari majikan
dengan tingkat gaji yang dijanjikan para calo atau perusahaan tempat di mana TKI tersebut
TKI. Kemampuan para calo dalam memikat nantinya bekerja.
calon TKI justru tidak diimbangi dengan Permasalahan lain yang sering terjadi
profesionalisme mereka dalam mengelola bahwa TKI ternyata ditipu oleh calo tenaga kerja
pengiriman jasa TKI, khususnya dalam yang sering gentayangan di desa-desa. Mereka
penempatan TKI ke luar negeri. Setidaknya dari tertipu tentang jenis pekerjaan yang akan
sekitar 412 Perusahaan Jasa Tenaga Kerja dilakukan. Contoh, menurut perjanjian, mereka
Indonesia (PJTKI) yang ada hanya sekitar 20% akan ditempatkan bekerja di Perusahaan A,
yang dinilai profesional. ternyata sesampai di negara tempat bekerja,
(www.jurnalindonesia.com). mereka justru ditempatkan di Perusahaan B.
Ketidakprofesionalan PJTKI sangat Atau mereka dijanjikan akan bekerja di sebuah
merugikan TKI, karena potensi permasalahan pabrik elektronik, namun kenyataannya mereka
tergolong sangat tinggi. Calon TKI yang justru ditempatkan di rumah penduduk di negeri
seharusnya dibekali dengan pelatihan yang jiran sebagai PRT. Hal ini sengaja dilakukan,
memadai sesuai dengan bidang pekerjaan yang karena saat melakukan prospek, calon TKI
akan dilakoni ternyata tidak dilakukan, atau jika menyatakan ingin bekerja di sektor industri,
dilakukan hanya sekedar, tidak dilakukan secara bukan sebagai PRT. Namun agar calon
profesional sebagaimana mestinya. Di samping TKI mau diberangkatkan, maka calo TKI
itu kendala bahasa juga tidak mendapat melakukan penipuan, dengan tujuan: “pokoknya
perhatian atau diabaikan sama sekali sehingga calon TKI mau berangkat ke negeri jiran.”
sering terjadi permasalahan dari segi bahasa Jika perbedaan yang ada hanya dari satu
antara TKI dengan majikan. Padahal biaya untuk perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari
pelatihan sudah dikeluarkan oleh para TKI itu sektor industri ke sektor informal seperti
sendiri. menjadi PRT tidak apalah, meskipun
Akibat tidak profesionalnya PJTKI pada sesungguhnya hal semacam ini sudah
umumnya TKI di negara lain bekerja di sektor merupakan masalah yang cukup besar. Namun
informal, seperti PRT atau menjadi buruh masih banyak TKI yang mengalami nasib yang
perkebunan atau buruh bangunan. Dalam sangat tragis atau jauh lebih buruk lagi.
kondisi seperti ini maka upah yang diterima Misalnya, sebelumnya para calo TKI
masih berada di bawah upah tenaga kerja asing menjanjikan akan menempatkan mereka di
yang berasal dari negara lain. Hal ini terjadi sebuah perusahaan elektronik, ternyata mereka
karena kualitas yang dimiliki jauh di bawah dipaksa bekerja di sektor hiburan, bahkan
kualitas yang dibutuhkan sektor formal dan mereka dipaksa menjadi pekerja seks komersial.
pekerjaan yang menuntut keterampilan. Dengan Hal ini antara lain pernah dialami seorang
kata lain, kualitas TKI masih berada di bawah wanita muda yang justru memiliki pendidikan
kualitas tenaga kerja yang berasal dari negara akademi atau perguruan tinggi. Dirinya masuk
lain. Hasil survei yang dilakukan suatu lembaga ke dalam jebakan sindikat penjualan manusia
internasional terhadap kualitas tenaga kerja yang untuk diterjunkan ke dunia maksiat.
berasal dari 12 negara di Asia menunjukkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
bahwa kualitas tenaga kerja asal Indonesia di Era Kabinet Gotong Royong, Jacob Nuwa
menempati urutan terbawah. Wea menemukan 10 TKI wanita yang
Permasalahan lain yang sering menimpa ditempatkan secara ilegal oleh PJTKI yang
TKI di negara lain adalah banyaknya TKI yang justru memiliki Surat Ijin Usaha Penempatan
berstatus ilegal. Hal ini antara lain disebabkan resmi. Mukminah adalah salah seorang di antara
ketidaksesuaian visa, misalnya mereka 10 orang TKI yang sudah berada di Bandara
berangkat dengan menggunakan visa Internasional Dubai selama dua hari. Hingga
kunjungan, bukan visa untuk bekerja. Hal ini keberangkatannya, mereka ternyata tidak dilatih
antara lain terjadi karena TKI yang umumnya sama sekali oleh PJTKI. Mereka h a n y a
direkrut dari pedesaan tidak memiliki ditampung untuk kemudian
diberangkatkan ke UEA. Anehnya tidak ada pada kuantitas pengiriman yang mana hal ini
laporan ke Departemen Tenaga Kerja dan berkorelasi positif dengan keuntungan yang
Transmigrasi maupun ke KBRI di Dubai perihal mereka peroleh. Dengan demikian, mereka tidak
pemberangkatan TKI ini. Akibatnya, pendidikan perduli pada proses atau tahap-tahap yang harus
dan pengetahuan yang sangat rendah, kemudian dilalui dan dilakukan bagi calon TKI sebelum
dikirim tanpa melalui pelatihan, mengakibatkan mereka dikirim ke negara tujuan.
mereka mendapat p e n o l a k a n dari Pada umumnya PJTKI menyadari
m a j i k a n . (www.suaramerdeka.com) perlunya program perlindungan bagi TKI setelah
Dengan status tenaga kerja ilegal jelas tenaga kerja yang mereka kirim terkait dengan
mengakibatkan nilai tawar TKI terhadap masalah di negara tempat mereka bekerja. Ada
majikan atau perusahaan mereka bekerja sangat juga PJTKI yang baru menyadari perlunya
rendah, jika tidak dikatakan nol sama sekali. Hal perlindungan tersebut setelah perusahaan
ini juga akan berdampak negatif jika TKI ilegal mereka mendapat teguran dari pemerintah, atau
tersebut mengalami nasib atau perlakuan yang bahkan setelah perusahaan mereka mendapat
tidak wajar dari majikan. Misalnya, upah yang sanksi dari pemerintah.
mereka terima tidak sesuai dengan yang Masalah ketenagakerjaan lainnya adalah
dijanjikan sebelum berangkat, tindakan kasus tentang pekerja anak. Masa kanak-kanak
sewenang-wenang yang dilakukan oleh seharusnya digunakan untuk bermain dan
pengguna atau pemberi pekerjaan tidak dapat sekolah sehingga suatu ketika dapat melakukan
terpantau, terjadi pelecehan terutama pada TKI aktivitas ekonomi, sesuai dengan keterampilan
wanita oleh majikan, perlindungan hukum yang dimiliki. Di samping itu, masa kanak-
terhadap mereka tidak mungkin dilakukan kanak seharusnya digunakan untuk memperoleh
karena memang keberadaan mereka tidak perlindungan dan belaian kasih sayang oleh
terpantau. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang tua. (Purwoko, et al., 1997: 1). Namun
kasus yang menimpa mereka. Dalam kurun fakta menyatakan demikian banyaknya anak-
waktu lima tahun terakhir, sedikitnya 76 orang anak yang tidak dapat menikmati masa kanak-
TKI wanita yang bekerja di negeri jiran justru kanak secara ideal sebagaimana dirumuskan.
tewas. Di samping itu terdapat banyak TKI Banyak di antara anak-anak yang ternyata terjun
wanita yang mengalami pelecehan seksual ke dunia kerja atau diharuskan bekerja oleh
maupun penganiayaan. Kondisi seperti ini orang tua dan kondisi yang dialami. Dewasa ini
dialami TKI wanita di berbagai negara, seperti jutaan anak-anak terlibat dalam berbagai jenis
di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Hongkong, pekerjaan. Mereka yang seharusnya berada di
Taiwan, Singapura, dan Malaysia. bangku sekolah terpaksa harus meninggalkan
Harus diakui bahwa masalah TKI di sekolah dan akhirnya terlibat dalam bekerja,
Indonesia dapat dirincikan menjadi tujuh masalah, seperti menjadi buruh, anak jalanan, pemulung,
seperti: 1) rendahnya kualitas sistem pelatihan yang dan berbagai pekerjaan lainnya.
diterapkan PJTKI; 2) pemalsuan dokumen; 3) Masalah keterlibatan anak bekerja
penipuan yang dilakukan sejak rekruitmen; 4) merupakan fenomena global di berbagai negara,
penempatan yang ilegal; 5) minimnya khususnya negara-negara sedang berkembang.
perlindungan hukum yang dilakukan negara Di Indonesia, fenomena anak bekerja bukanlah
melalui KBRI; 6) perjanjian kerja yang tidak suatu keanehan. Di berbagai sektor ekonomi,
selesai; 7) pemerasan serta kekerasan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di
pascapenempatan. Ketujuh masalah ini merupakan sektor formal (anak yang bekerja di pabrik)
faktor penghambat bagi pemerintah melalui maupun sektor informal (anak bekerja tidak
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam dalam struktur atau hubungan proses produksi di
menjadikan program penempatan TKI sebagai pabrik). Artinya, pekerja anak merupakan
industri tenaga kerja yang modern. (Wea, Gatra, 31 fenomena yang sangat mudah untuk ditemukan
Januari 2003). di negara-negara berkembang, terutama di
Permasalahan di atas antara lain terjadi Indonesia.
karena jumlah TKI yang diikutsertakan PJTKI Harus diakui, bahwa kondisi yang sangat
dalam program perlindungan sejak mereka tidak layak yang harus dihadapi oleh anak-anak
melakukan rekruitmen dan selama mereka Indonesia merupakan fakta yang menyedihkan.
bekerja di luar negeri masih sangat rendah. Hal Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak
ini diakibatkan karena PJTKI hanya berorientasi kunjung baik secara signifikan mengakibatkan
124 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...
kondisi, di mana jumlah anak yang bekerja akan mengakibatkan kemiskinan. Sebaliknya,
justru makin meningkat. Dengan alasan kemiskinan pasti mengakibatkan
kemiskinan, anak-anak yang seharusnya ketidakmampuan masyarakat untuk
menikmati masa belajar harus drop out dan mendapatkan pendidikan yang memadai. Harus
berperan sebagai buruh, anak jalanan, diakui, pendidikan yang memadai masih
pemulung. Dalih seperti ini sepertinya sudah merupakan barang mahal di Indonesia, sehingga
mendapat justifikasi bagi anak-anak untuk untuk memperoleh tingkat pendidikan yang
dipekerjakan. tinggi dan berkualitas dibutuhkan pengorbanan
Setidaknya terdapat tiga faktor yang ekonomi yang signifikan.
menyebabkan seorang anak terjun ke dunia Sisi lain yang perlu dikaji sehubungan
kerja. Pertama, adalah faktor kemiskinan. Hal dengan masalah pekerja anak adalah
ini berarti, kondisi ekonomi keluarga yang permasalahan-permasalahan yang dialami anak-
buruk, dalam arti tidak mampu memenuhi anak Indonesia, yang mana masalah ini menjadi
kebutuhan keluarga mengakibatkan anak harus katalisator terjunnya anak-anak Indonesia ke
ikut menjadi pelaku ekonomi. Hal ini terutama dunia kerja. Adapun permasalahan tersebut
disebabkan oleh kondisi di mana pendapatan adalah: 1) kemiskinan dan kerawanan sosial
orang tua yang tidak mencukupi untuk ekonomi yang mengakibatkan anak mengalami
memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga anak kekurangan gizi (kalori, yodium, vitamin, dan
harus ikut membantu ekonomi keluarga dengan lain-lain), busung lapar, dan terhambatnya
cara bekerja. Kedua, faktor lingkungan juga perkembangan psikologis anak; 2) keterlantaran
sangat menentukan peningkatan jumlah anak yang mengakibatkan kirang/tidak terpenuhinya
yang bekerja. Hal ini antara lain disebabkan, dan tidak terjaminnya kebutuhan dasar anak
bahwa di lingkungan tempat tinggal si anak sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ternyata sudah banyak anak-anak yang terjun ke anak mengalami gangguan; 3) perlakuan salah
dunia kerja. Akibatnya, masalah anak terjun ke atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang
dunia kerja bukan lagi dianggap sebagai suatu tua, anggota keluarga, dan masyarakat; 4)
poersoalan, bahkan sekan-akan hal itu sudah eksploitasi ekonomi dalam dunia kerja yang
lumrah dan dapat diterima masyarakat sekitar. dilakukan oleh orang dewasa seperti eksploitasi
Di samping itu, banyaknya anak-anak yang anak-anak oleh orang tua/keluarga/masyarakat
sudah terjun ke dunia kerja mengakibatkan sebagai sumber penghasilan dengan tidak
banyak anak-anak yang mendapat pengaruh dan melindungi hak-hak anak (seperti: disuruh
bujukan dari anak-anak sebayanya yang sudah mengemis, dijual, dijadikan sumber bisnis
bekerja. Hal ini sering disebabkan majikan keluarga secara tidak wajar atau secara
mereka memotivasi pekerja anak untuk berlebihan); 5) perlakuan diskriminastif, seperti
mengajak teman mereka bekerja. Bagi perbedaan gender, agama, warna kulit, etnis,
pengusaha pekerja anak sering dianggap status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya;
alternatif terbaik, karena di samping upah yang 6) berada dalam situasi krisis dan
rendah juga dapat dieksploitasi demi membahayakan kelangsungan hidup anak serta
kepentingan perusahaan. Hal ini terjadi karena si hak-haknya rawan, tidak terlindungi, seperti:
anak belum memahami hak-haknya sebagai berada terus-menerus di jalanan, adanya
seorang pekerja. Ketiga, faktor rendahnya kerusuhan sosial, tindak kejahatan, perang
tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat antarsuku, perang antarnegara, dan sebagainya;
pendidikan mengakibatkan ketidakmampuan 7) berada dalam lingkungan yang tidak layak
masyarakat membawa masyarakat untuk keluar huni baik secara fisik maupun sosial, seperti
dari lingkaran kemiskinan. Harus diakui bahwa daerah permukiman kumuh, daerah permukiman
antara kemiskinan dan pendidikan terdapat tuna sosial, daerah yang terisolasi/terasing, dan
hubungan timbal balik. Kemiskinan dapat sebagainya; 8) mengalami cacat fisik dan
merupakan akibat pendidikan yang rendah, di mental, yang dialami sejak lahir atau karena
mana pendidikan yang rendah akan kecelakaan (cacat bawaan dan cacat bukan
mengakibatkan keterampilan juga rendah. bawaan); 9) berada dalam situasi keluarga retak
Akibatnya produktivitas dan prestasi kerja akan atau pecah (disorganisasi keluarga); dan 10)
rendah, di mana kedua faktor yang disebut berada dalam lingkungan keluarga yang
terakhir akan mengakibatkan pendapatan mengalami masalah sosial psikologis; keluarga
rendah, dan akhirnya pendapatan yang rendah yang mengalami aib, dampak dari pandemik
(HIV/AIDS), penyakit mental (jiwa), depresi, kemudian dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD
dan bunuh diri. 1945, yakni Pasal 27 Ayat (2) yang
Selain masalah pengangguran, masalah menegaskan: bahwa tiap-tiap warga negara
ketenagakerjaan di Indonesia juga masih berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
banyak. Salah satu di antaranya adalah layak. Justru tanggung jawab konstitusional ini
rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja sebagai ternyata belum disadari dengan sungguh-
dampak dari rendahnya upah. Pemerintah telah sungguh oleh pemerintah.
melakukan intervensi dalam sistem pengupahan,
yakni dengan menetapkan Upah Minimum Kebijakan Pendidikan
Provinsi (UMP). Ada dua permasalahan tentang
UMP ini. Pertama, banyak pihak yang Jika kita berhenti pada kondisi ekonomi
berpendapat bahwa UMP terlalu rendah, negara yang belum mengalami perbaikan yang
sehingga belum mampu menjadikan hidup cukup berarti, terutama jika dikaitkan dengan
pekerja secara layak. Sebagai contoh, UMP kemampuan menampung tenaga kerja sesuai
yang hanya Rp 650.000,- mungkin hanya cukup dengan pertumbuhan angkatan kerja yang masih
untuk satu orang atau si pekerja. Bagaimana jika tinggi, kita akan bersikap pesimis dalam rangka
si pekerja sudah berkeluarga atau memiliki istri melakukan perbaikan, khususnya dalam
dan anak-anak? Dalam penetapan pengupahan, menyediakan lapangan kerja yang dapat
ternyata pemerintah lebih mendengar aspirasi memenuhi penawaran tenaga kerja yang tinggi.
para pengusaha daripada aspirasi pekerja, Jika kita ingin menjadikan bumi Indonesia
sehingga para pekerja merasa tidak mendapat bersahabat dengan manusia Indonesia sebagai
perlindungan dari pemerintah. penghuninya, kita harus melihat sisi positif yang
Di samping itu, walaupun UMP dianggap masih dimiliki Indonesia sebagai negara besar.
masih terlalu rendah, justru masih banyak Melalui cara berpikir seperti ini diharapkan
perusahaan yang belum menerapkan UMP. wilayah Indonesia yang terbentang amat luas dan
Artinya, masih banyak perusahaan yang benar-benar memiliki daya dukung terhadap
memberlakukan upah yang lebih rendah komunitasnya sehingga tenaga kerja Indonesia
daripada UMP. Kondisi seperti ini tentu sangat tidak harus bersusah payah mencari pekerjaan ke
memprihatinkan. Jika dengan upah menurut berbagai negara yang sering hanya memperoleh
UMP pekerja dan keluarganya belum mampu penderitaan.
menikmati hidup yang layak, bagaimana pula Permasalahan yang akut dalam
jika upah yang mereka terima justru lebih kecil ketenagakerjaan Indonesia adalah rendahnya
dari UMP? kualitas sumber daya manusia. Masalah kualitas
Penyediaan lapangan kerja dan sumber daya manusia harus dihadapi dan dicari
kesejahteraan buruh sesungguhnya merupakan solusi terbaik. Untuk itu, pendekatan melalui
tangung jawab konstitusional negara melalui teori human capital mungkin sangat tepat
Pemerintah. Oleh karena itu tingginya angka dilakukan.
pengangguran dan rendahnya kesejahteraan Melalui pendekatan teori human capital,
buruh merupakan bukti sah, bahwa pemerintah maka dibangun suatu paradigma baru, bahwa
negara itu lemah dan tidak mampu menjalankan investasi dapat dilakukan bukan hanya dalam
tanggung jawab konstitusionalnya. bidang usaha seperti yang biasa dikenal, akan
Tanggung jawab negara melalui tetapi juga dapat dilakukan dalam bidang
pemerintah akan ketersediaan lapangan kerja sumber daya manusia. Prinsip investasi di
dan kesejahteraan pekerja merupakan bidang usaha adalah mengorbankan konsumsi
konsekuensi logis dari keberadaan negara kita pada saat investasi dilakukan dalam upaya
yang tergolong ke dalam welfare state. Konsep memperoleh tingkat konsumsi di masa
welfare state menegaskan, bahwa negara bukan mendatang.
hanya bertanggung jawab atas ketertiban dan Sama halnya dengan investasi di bidang
keteraturan masyarakatnya, melainkan juga usaha tersebut, maka investasi di bidang sumber
harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan daya manusia adalah dengan mengorbankan
masyarakatnya. Secara konstitusional hal ini sejumlah dana yang akan dikeluarkan dan
ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 dan kesempatan memperoleh penghasilan selama
merupakan salah satu tujuan nasional, yakni proses investasi berlangsung. Melalui investasi
“memajukan kesejahteraan umum”. Hal ini di bidang sumber daya manusia akan diperoleh
126 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...
hasil sebagai imbalannya adalah berupa tingkat disimpulkan jika kita hanya berpijak pada aspek
penghasilan yang lebih tinggi dalam upaya formalitasnya saja, yakni dari segi izajah yang
memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi dimiliki masyarakat.
pula di masa mendatang. Hal yang sangat perlu Mengapa kita harus hati-hati? Setidaknya
dipahami bahwa pengorbanan di awal akan jauh ada dua hal yang dapat menjebak kita dalam
lebih rendah dibandingkan dengan pertambahan menganalisis hubungan antara tingkat
nilai di masa mendatang, sehingga investasi di pendidikan dan kondisi perekonomian makro
bidang sumber daya manusia tidak akan pernah dan mikro seperti telah dikemukakan di atas.
mengalami kerugian. Investasi yang demikian Pertama, sistem pendidikan yang ada ternyata
ini dinamakan dengan human capital. Penerapan belum mampu memberi garansi akan adanya
investasi human capital adalah dalam hal 1) link dan match. Dengan kata lain, jurusan,
pendidikan dan latihan; 2) migrasi; dan 3) program studi, bahkan kurikulum yang dimiliki
perbaikan gizi dan kesehatan. antara lain bersifat statis, sementara tuntutan
Pendidikan dan latihan merupakan faktor kualifikasi tenaga kerja oleh institusi pengguna
penting dalam pengembangan sumber daya tenaga kerja sangat dinamis. Hal ini merupakan
manusia. Pendidikan dan latihan bukan saja konsekuensi logis dari arus globalisasi, di mana
menambah pengetahuan, akan tetapi juga secara geografis menjadikan Indonesia harus
meningkatkan keterampilan bekerja, dengan ikut arus globalisasi tersebut.
demikian akan berakibat pada peningkatan Ketidaksesuaian antara jurusan, program
produktivitas kerja di masa mendatang. studi, dan kurikulum yang dikembangkan dan
Walaupun sistem pendidikan sudah diterapklan oleh lembaga pendidikan
dikenal sejak dahulu, namun sering kali sistem mengakibatkan adanya kontraversi angka-angka
pendidikan di suatu negara ternyata belum ketenagakerjaan di Indonesia. Adapun
mendukung sepenuhnya human capital. Hal ini kontraversi ini antara lain, di satu sisi iklan
sangat menonjol di Indonesia, sebagai suatu lowongan kerja di berbagai media massa di
masalah yang berkepanjangan. Lemahnya sistem Indonesia sangat banyak, tidak pernah habis.
pendidikan di Indonesia antara lain terlihat dari Terdapat sekitar 350 – 500 orang
perubahan kurikulum, perubahan konsep, di (jabatan/posisi) yang ditawarkan setiap hari
mana perubahan tersebut sangat tergantung pada melalui media. Namun di sisi lain, angka
pergantian pejabat di jajaran departemen yang pengangguran tetap tinggi. Hal ini antara lain
mengelola pendidikan. Bahkan nama karena tenaga kerja yang menawarkan diri tidak
departemennya pun berubah, tanpa ada hasil dapat memenuhi kualifikasi yang dituntut oleh
perubahan yang dapat dirasakan. institusi pengguna tenaga kerja atau mereka
Sekalipun sistem pendidikan sudah ada yang menjadi pemasang iklan tadi. (Siagian,
sejak dahulu, namun barulah dua puluh tahun 2004: 12).
terakhir ini ada kesadaran tentang hubungan Sifat statis program studi antara lain
langsung antara sistem pendidikan dengan disebabkan oleh tidak mudahnya mengurus izin
segala perangkatnya dengan perekonomian program studi oleh suatu lembaga pendidikan,
nasional maupun perekonomian mikro. Hal ini khususnya perguruan tinggi. Saat keluar izin
antara lain dengan adanya temuan hasil program studi tersebut, maka sering kali
penelitian tentang adanya hubungan yang program studi itu sudah menuju kebasian.
signifikan antara tingkat pendidikan dan Terlebih jika pengelola pendidikan itu tidak
keterampilan penduduk dengan kondisi ekonomi melakukan terobosan dalam kurikulum.
negaranya. Artinya, semakin tinggi tingkat Dalam suatu seminar di FISIP USU 2005
pendidikan dan keterampilan masyarakat, maka yang lalu dikembangkan wacana agar sebuah
perekonomian negara pun akan semakin jurusan jangan hanya mengelola program studi,
meningkat pula. tetapi juga mengelola konsentrasi. Konsep
Hanya saja kita tidak boleh perpijak konsentrasi dianggap lebih dinamis, di mana
hanya pada aspek formalitas. Jika kita hanya konsentrasi mahasiswa misalnya akan lebih
berpijak pada aspek formalitas, maka kita akan variatif dan dapat berubah setiap tahun sesuai
terjebak dengan angka-angka yang dapat dengan permintaan pasar dan pilihan
mengakibatkan kita kecewa, bahwa tingkat mahasiswa. Namun demikian, istilah konsentrasi
pendidikan masyarakat Indonesia sesungguhnya ini belum tersosialisasi, sehingga Perguruan
meningkat sangat tajam. Hal ini dapat
Tinggi masih tetap menempuh gaya pengelolaan Budaya schooling yang lebih parah lagi
pendidikan konvensional (Fahruddin, 2005: 7). adalah yang berkembang di antara banyak PNS,
Selain masalah link dan match yang terutama pejabat yang tugas belajar. Misalnya,
memprihatinkan, masalah yang lebih pelik lagi seorang PNS yang memiliki jenjang pendidikan
adalah budaya sekolah yang berkembang di S-1, dalam upaya mendapat karier yang lebih
masyarakat. Masyarakat Indonesia lebih cerah melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2.
cenderung mengembangkan budaya schooling Banyak di antara mereka tidak memiliki
daripada budaya learning. Adapun budaya motivasi untuk belajar. Mereka justru memilih
schooling ini ditandai dengan sikap institusi perguruan tinggi yang dapat meluluskan
mengutamakan aspek formalitas dari mereka dengan berbagai kemudahan, sehingga
pendidikan. Masyarakat lebih mengutamakan mereka dapat menyelesaikan studi tanpa harus
status formal daripada material. Misalnya, ada belajar secara keras dan sungguh-sungguh.
orang kuliah, tanpa memperhatikan pentingnya Jika kondisi maraknya sikap mental
belajar dan berlatih. Tujuan mereka hanya satu, budaya schooling ini tidak berubah menuju
yakni mendapatkan ijazah, tanpa budaya learning, maka lama kelamaan kualitas
mempertimbangkan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia akan terperosok
sumber daya manusia. jika dibandingkan dengan kualitas sumber daya
Hal ini terjadi karena banyaknya institusi manusia di negara lain. Kondisi seperti ini tentu
pengguna tenaga kerja yang lebih sangat kontraproduktif dengan arus globalisasi,
mengutamakan aspek formal, misalnya memiliki yang mana akan ditandai dengan persaingan
ijazah untuk tingkat pendidikan tertentu dan bebas dan era keterbukaan. Sungguh tragis nanti
untuk jurusan atau program studi tertentu. Hal nasib manusia Indonesia jika budaya schooling
ini antara lain menonjol dalam rangka mendapat itu tetap dipertahankan. Dalam hal ini institusi
kedudukan sebagai PNS di Indonesia, di mana pendidikan memikul dosa dari kondisi ini. Oleh
seleksinya belum dapat dipertanggungjawabkan karena itu pemerintah perlu melakukan
kejujurannya. kebijakan khusus untuk mengakhiri tradisi
Harus diakui, bahwa banyaknya muncul schooling yang sedang meracuni generasi
persoalan ketika hasil tes masuk menjadi PNS sekarang ini.
diumumkan mengindikasikan adanya permainan Kebijakan pendidikan lainnya yang perlu
atau KKN dalam proses seleksi calon PNS dibangun adalah kebijakan pendidikan yang
tersebut. Belum ada instansi yang melakukan lebih mengutamakan pemanfaatan sumber daya
seleksi yang demikian transparan, misalnya daerah. Untuk itu jenjang dan jenis pendidikan
diperiksa dengan komputer di hadapan orang yang mengembangkan keterampilan spesifik
banyak, termasuk di hadapan para calon PNS lokal perlu dimulai. Saat ini memang ada istilah
dan langsung diumumkan saat itu juga, sehingga muatan lokal dalam kurikulum sekolah, namun
dapat tertutup celah KKN. hal itu hanya sedikit, dan biasanya dikaitkan
Sepeti yang terjadi saat penerimaan calon dengan bahasa dan budaya, akan tetapi belum
PNS di Sumatera Utara, di mana lembar dikaitkan dengan potensi daerah yang dapat
jawaban ujiannya diperiksa oleh Pusat dikembangkan dalam rangka peningkatan
Komputer Universitas Sumatera Utara. Ketika kemajuan daerah dan kesejahteraan
dilakukan investigasi, ternyata berbeda ranking penduduknya.
yang dikeluarkan oleh Pusat Komputer Sebagai contoh hingga saat ini rumpun
Universitas Sumatera Utara dengan yang pendidikan SMK sangat sedikit dan seragam
diumumkan oleh Pemda. Mereka yang berada di untuk seluruh Indonesia. Semestinya kurikulum
ranking lebih rendah justru dinyatakan sebagai SMK itu dipersempit dan diperdalam. Jadi
pemenang, sebaliknya mereka yang memiliki jangan seperti selama ini di mana kurikulum
ranking yang lebih tinggi justru dinyatakan SMK itu cenderung diperluas, namun sangat
sebagai pihak yang kalah pada seleksi tersebut. dangkal. Banyak mata pelajaran yang tidak
Kondisi seperti ini jelas tidak mendidik. berhubungan dengan keterampilan inti harus
Mahasiswa merasa tidak perlu memiliki dipelajari oleh siswa, sehingga mereka tidak
keterampilan dan pengetahuan, sebab yang diuji dapat berkonsentrasi pada bidang keterampilan
bukan itu. Justru masalah seperti inilah yang yang harus ditekuni. Akibatnya, mereka tidak
kemudian mengembangkan budaya schooling terampil dan jauh dari tenaga siap pakai.
tersebut.
128 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...
pendidikan di Indonesia sering sangat 2. Iklim investasi harus ditata sedemikian rupa
tergantung pada pejabat yang menduduki sehingga Indonesia harus dianggap dan
Departemen Pendidikan Nasional. dirasakan sebagai surga oleh investor,
4) Pengembangan pendidikan, khususnya sehingga mereka berlomba-lomba
jurusan dan program studi dengan melakukan investasi di Indonesia sebagai
kurikulum yang ada masih bersifat satu-satunya cara untuk meningkatkan
konvensional. Sangat jarang lembaga lapangan kerj a sehingga dapat
pendidikan memperhatikan perkembangan mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja.
ketenagakerjaan yang sangat dinamis untuk 3. Perlu penguatan sistem pendidikan yang
dijadikan sebagai referensi dalam didukung oleh perencanaan starategis, baik
pengembangan kurikulum, program studi, jangka panjang, jangka menengah dan
dan jurusannya. jangka pendek, di mana perencanaan
5. Berkembangnya budaya schooling dalam tersebut harus bersifat akurat dan matang
melakoni pendidikan oleh masyarakat yang akan mengakibatkan pergantian
Indonesia menjadikan pendidikan belum pejabat pengelola pendidikan tidak
dijadikan dan belum berfungsi sebagai mengakibatkan arah kebijakan pembangunan
proses peningkatan kualitas sumber daya pendidikan yang sudah ada.
manusia. Hal ini mengakibatkan, bahwa 4. Pengembangan jurusan, program studi, dan
jenis dan tingkat pendidikan seseorang kurikulum harus memiliki nilai-nilai
sering tidak tercermin dalam kualifikasinya dinamika yang tinggi, dalam arti mengikuti
sebagai tenaga kerja. Artinya, prestasi studi perubahan struktur ekonomi di Indonesia.
dan ijazah sering tidak diikuti dan didukung Oleh karena itu, program studi sebaiknya
oleh kompetensi lulusan. diganti dengan konsentrasi, agar senantiasa
6. Rekruitmen tenaga kerja, terutama calon memiliki peluang untuk diubah setiap saat
PNS yang belum transparan dan belum sesuai dengan perubahan kualifikasi yang
menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan dituntut bagi tenaga kerja oleh institusi-
dan kebenaran mengakibatkan peserta didik institusi pengguna tenaga kerja.
tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam 5. Perlu dilakukan terobosan baru dalam
belajar selama mengikuti pendidikan. menghapus budaya schooling dan
Mereka merasa sia-sia untuk belajar keras mengubahnya menjadi budaya learning
karena tidak akan mendapat penghargaan melalui transparansi dan penerapan prinsip-
nantinya. prinsip keadilan dalam proses rekruitmen
7. Kurikulum dan jenis jurusan maupun tenaga kerja, baik sektor swasta maupun
program studi masih bersifat statis dan tidak pemerintah. Dengan cara seperti ini maka
mengikuti perubahan yang mendasar dalam peserta didik akan termotivasi untuk belajar
struktur ketenagakerjaan yang dibutuhkan dan berlatih menuju tenaga kerja yang
oleh lapangan kerja yang justru bersifat memiliki kualitas yang dapat memenuhi
dinamis. tuntutan institusi pengguna tenaga kerja.
8. Jurusan, program studi serta kurikulum yang 6. Perlu dilakukan diskusi secara berkala yang
dikembangkan di suatu daerah belum melibatkan stockholder atau pemangku
sepenuhnya sesuai dengan potensi daerah, pendidikan, misalnya pemerintah, pengelola
akibatnya meskipun banyak pengangguran, lembaga pendidikan, orang tua, organisasi
namun potensi daerah tidak dapat digunakan profesi, maupun institusi-institusi pengguna
secara maksimal untuk kemajuan daerah dan lulusan sehingga dapat dirumuskan
kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. kurikulum yang handal, yang memiliki link
dan match dengan lapangan kerja yang
Saran tersedia dengan segala kualifikasi yang
dituntut.
1. Pemerintah harus menyadari dan
bertanggung jawab atas penyediaan
lapangan pekerjaan bagi semua warga
negaranya dan demikian juga dengan tingkat
kesejahteraan pekerja di Indonesia.
Martono, Susilo, 1996, Menajemen Sumber Hakiki, Jurnal Perlindungan Anak, Volume 1
Daya Manusia, BPFE UGM, Yogyakjarta No. 2, Nopember, 1999
Abstract
The worker is very important in production process. In a company the worker is primary
element. To get the best from the workers require the company give the best for them.
The company has to do and fulfill the worker’s rights according to the law as the worker
social safety. In the fact there are many companies which have not fulfilled the worker’s
rights. It is one of the problems in Indonesia. This research studies how Asam Jawa
Medan Company implementated the worker’s rights according to the law. Researchers
collected data from 40 officials of Asam Jawa Medan Company. Data analysis shows that
Asam Jawa Medan Company has fulfilled the worker’s rights.
serius ditujukan kepada karyawan. Terutama bagi pengusaha dan karyawan berdasarkan
karena sebagaian besar karyawan berasal dari Undang-Undang No.3 Tahun 1992, berupa
lapisan kedudukan kondisi sosial ekonomi yang santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan
kebanyakan relatif rendah dan sudah menjadi kewajiban peserta adalah tertib administrasi dan
kodrat bahwa manusia itu berkeluarga membayar iuran.
berkewaj iban menanggung kebutuhan Dengan terbentuknya landasan hukum
keluarganya. tenaga kerja diharapkan akan menjamin
Kesejahteraan yang perlu diberikan bukan ketentraman dan keselamatan kerja serta
hanya karyawan sendiri tetapi juga keluarga kehidupan yang layak bagi kesejahteraan
yang harus tetap terpelihara termasuk saat keluarga tenaga kerja khususnya. Untuk itu
karyawan kehilangan sebagaian atau seluruh peneliti merasa tertarik mengkaji lebih dalam
penghasilannya akibat risiko kerja seperti dengan mengangkat judul “Implementasi
kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
hari tua. Keluarga Karyawan PT Asam Jawa Medan.”
Oleh karena itu perusahaan diwajibkan Manusia dalam hidupnya menghadapi
mengikutsertakan pekerjanya dalam program ketidakpastian, baik itu ketidakpastian spekulatif
Jamsostek. Program ini memberikan maupun ketidakpastian murni yang selalu
perlindungan yang bersifat dasar, untuk menjaga menimbulkan kerugian. Ketidakpastian ini
harkat dan martabat manusia jika mengalami disebut dengan risiko (Asikin, et al., 1993: 77).
risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan Kebutuhan rasa aman merupakan motif yang
yang terjangkau oleh perusahaan dan karyawan. kuat di mana manusia menghadapi sejumlah
Pasalnya, menjadi peserta program Jamsostek ketidakpastian yang cukup besar dalam
merupakan hak bagi karyawan yang dijamin kehidupan, misalnya untuk memperoleh
oleh undang-undang. pekerjaan, dan untuk memperoleh jaminan
Di Indonesia sebanyak 115.000 kehidupan apabila karyawan tertimpa musibah.
perusahaan dengan jumlah peserta yang pernah Menurut Teori Abraham Maslow kebutuhan
terdaftar dan menerima kartu peserta Jamsostek, akan rasa aman merupakan tingkat kebutuhan
sampai akhir 2005 mencapai 28.809.000 yang kedua setelah kebutuhan psikologi seperti
karyawan. Namun dari jumlah itu yang makan, minum, sandang, papan dan kebutuhan
diketahui sebagai peserta aktif hanya 7,9 juta fisiologinya. Kebutuhan akan rasa aman ini
karyawan. Padahal dalam UU No. 3 Tahun bermacam-macam, salah satunya yakni rasa
1992 tentang Jamsostek menyebutkan suatu akan aman masa depan dan sebagainya (Siagian,
perusahaan wajib menjadi peserta Jamsostek 1999: 287). Untuk menghadapi risiko ini
jika mereka mempekerjakan lebih dari 10 diperlukan alat yang dapat mencegah atau
karyawan dengan upah di atas Rp1000.000,- mengurangi timbulnya risiko itu yang disebut
(www.yahoi.com). jaminan sosial.
Peserta Program Jamsostek diatur secara Dengan demikian salah satu upaya
wajib melalui Undang-Undang No. 3 Tahun pemberian perlindungan tenaga kerja adalah
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, jaminan sosial tenaga kerja seperti yang terdapat
sedangkan pelaksanaannya dituangkan dalam dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, berbunyi sebagai berikut:
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang “Perlindungan tenaga kerja yang meliputi
Penyakit yang Timbul pada Hubungan Kerja hak berserikat dan berunding bersama,
dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja keselamatan dan kesehatan kerja, dan jaminan
No.Per.05/Men/1993 tentang Petunjuk Teknis sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari
Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan
Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek. terhadap kecelakaan, dan jaminan kematian
Jamsostek adalah program publik yang serta syarat-syarat kerja lainnya perlu
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dikembangkan secara terpadu dan bertahap
untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dengan mempertimbangkan dampak ekonomi
yang penyelenggaraannya menggunakan dan moneternya, kesiapan sektor terkait, kondisi
mekanisme Asuransi Sosial. Sebagai program pemberian kerja, lapangan kerja dan
publik, Jamsostek memberikan hak dan kemampuan tenaga kerja. (Christine, 1997: 127)
membebani kewajiban secara pasti (copulsory)
Bertitik tolak dari hal tersebutlah Dari pengertian di atas, dapat ditarik
mendorong lahirnya program yang memberikan kesimpulan bahwa jaminan sosial mempunyai
jaminan perlindungan bagi tenaga kerja. Di beberapa aspek, antara lain:
berbagai negara diatur pada umumnya melalui 1. Memberikan perlindungan dasar untuk
berbagai bentuk. Di Indonesia hal ini dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
dilihat pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1969 tenaga kerja serta keluarganya.
tentang Pokok Ketenagakerjaan serta diperkuat 2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 akan memberikan kepastian berlangsungnya
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang arus penerimaan penghasilan, sebagai
merupakan langkah awal dalam memberikan pengganti atau seluruh penghasilan yang
landasan hukum penyelenggaraan jaminan hilang.
sosial. 3. Menciptakan ketenangan kerja karena
ILO (Internasional Labour adanya upaya perlindungan terhadap
Organization) yang merupakan salah satu dari risiko ekonomi maupun sosial.
Badan Khusus PBB, juga memberikan 4. Karena adanya upaya perlindungan dan
pengertian jaminan sosial (Sosial Security) terciptanya ketenangan tenaga kerja akan
secara luas yaitu: berdampak meningkatkan produktivitas
“Social security pada prinsipnya adalah kerja.
sistem perlindungan yang diberikan oleh 5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada
masyarakat untuk warganya, melalui berbagai akhirnya mendukung kemandirian dan harga
usaha dalam menghadapi risiko-risiko ekonomi diri manusia dalam menerima dan
atau sosial yang dapat mengakibatkan menghadapi risiko sosial ekonomi.
terhentinya/sangat berkurangnya penghasilan
(Husni, 2003: 53). Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Senada dengan hal ini Kertonegoro 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
mengatakan bahwa: Mengenai Tenaga Kerja menyebutkan bahwa
“Jaminan sosial merupakan konsepsi tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu
kesejahteraan yang melindungi risiko baik sosial melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di
maupun ekonomi masyarakat dan membantu luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau
perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
ketidakadilan distribusi penghasilan dengan (Manulang, 2001: 3).
memberikan bantuan kepada golongan ekonomi Dari definisi di atas, dapat lebih dipahami
rendah (Sentanoe, 1993: 10). bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja yang
Jelas di sini jaminan sosial menjamin melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja
santunan sehingga tenaga kerja terlindungi adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan
terhadap ketidakmampuan bekerja dalam pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau
penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi perorangan dengan menerima upah, termasuk
keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga tenaga kerja yang melakukan pekerjaaan di luar
nilai-nilai manusia terhadap ketidakpastian dan hubungan kerja. Sedangkan tenaga kerja yang
keputusasaan. melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja
Pengertian Jamsostek yang tegas lagi adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan
dinyatakan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun dengan perusahaan atau perorangan, biasa disebut
1992 Pasal 1 Ayat (1), yang dimaksud dengan tenaga kerja bebas, misalnya dokter yang
Jamsostek adalah sebagai berikut: membuka praktik, pengacara (advokat), petani
“Suatu perlindungan bagi tenaga kerja yang menggarap sawahnya sendiri dan lain-lain.
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai Keberadaan program Jamsostek sebagai
pengganti penghasilan yang hilang atau upaya perlindungan hidup tenaga kerja di suatu
berkurang dalam pelayanan sebagaimana akibat perusahaan sangat besar manfaatnya. Selain
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga mempunyai dampak positif bagi usaha-usaha
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, peningkatan disiplin kerja dan peningkatan
bersalin, hari tua dan meninggal produktivitas kerja juga salah satu cara untuk
dunia”(Manulang, 2001: 131). meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.
kecelakaan kerja relatif sifatnya sehingga sulit Di samping itu juga dapat disebut sebagai
ditetapkan derajat cacatnya maka jaminan atau kecelakaan kerja UU No. 3 1992: 13 adalah
santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacat sebagai berikut:
mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja 1. Suatu kasus meninggal mendadak dalam
yang bersangkutan tidak bekerja lagi. hubungan kerja karena suatu alasan, baik di
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak lokasi kerja karena satu alasan, baik di
diinginkan mengenai kecelakaan kerja, maka lokasi kerja maupun dalam perjalanan dalam
perlu disebutkan hal-hal apa saja yang lokasi kerja, tanpa sempat mengalami rawat
merupakan kecelakaan kerja sebagai patokan inap atau mengalami rawat inap tetapi tidak
baik karyawan, perusahaan maupun lembaga melebihi 24 jam terhitung sejak pada jam di
yang ditunjuk sebagai pengelola atas jaminan tangan dokter/para medis langsung
kecelakaan kerja, agar mudah dipahami dan meninggal dunia.
dimengerti sehingga di kemudian hari tidak 2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
salah paham. Hal-hal yang dapat dimasukan yang terjadi secara tiba-tiba melalui proses
sebagai kecelakaan kerja dalam UU No. 3 dalam jangka waktu tertentu.
Tahun 1992 adalah sebagai berikut: 3. Cacat akibat kecelakaan kerja (Christine,
1. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau 1997: 140).
di lingkungan tempat kerja.
Begitu pula penyakit yang ditimbulkan
2. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
perjalanan berangkat dan pulang ke dan dari
atau lingkungan kerja dan masyarakat umum
tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan
biasanya tidak terkena. Daftar penyakit yang
yang wajar dan biasa dilakukan setiap hari.
timbul dalam hubungan kerja dapat dilihat
3. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat lain
dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia
dalam rangka tugas atau secara langsung
Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
bersangkut paut dengan penugasan dan tidak
Timbul karena Hubungan Kerja, yaitu:
ada unsur kepentingan pribadi.
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu
4. Kecelakaan kerja yang terjadi di luar jam
mineral pembentuk jaringan parut (sisikosis,
kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti
ant r akosi l i kosi s, asbest osi s) dan
jam istirahat sebagaimana diatur oleh
silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan
undang-undang.
faktor utama penyebab cacat atau kematian.
5. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan
melakukan kerja lembur yang harus
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
dibuktikan dengan surat perintah lembur.
debu kapas, vlas, henep, sisal (bissinosis).
6. Perkelahian di tempat kerja, termasuk
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan
kecelakaan kerja (Christine, 1997: 135).
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
Selain yang temasuk kecelakaan kerja debu logam keras.
pada waktu kerja di atas, juga di luar waktu 4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh
kerja dapat dikelompokan sebagai kecelakaan penyebab sensitisasi dan zat perangsang
kerja, seperti: yang dikenal dalam proses pekerjaan.
1. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu 5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh
melaksanakan kegiatan olah raga yang harus faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
dibuktikan dengan surat tugas dari debu organik.
perusahaan. 4. Penyakit lainnya yang telah ditetapkan
2. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu kepada keputusan ini (Christine, 1997: 143).
mengikuti pendidikan yang merupakan
tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan Dari uraian di atas dapat diambil
dengan surat tugas. kesimpulan bahwa kecelakaan kerja, baik yang
3. Kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah terjadi pada waktu kerja atau di luar waktu kerja
perkemahan yang berada di lokasi kerja, di dan timbul penyakit akibat kerja, kesemua itu
luar jam kerja dan di luar waktu kerja menimbulkan kerugian bagi karyawan dan
(waktu istirahat) serta bersangkutan bebas berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja.
dari setiap urusan pekerjaan (Christine, Kecelakaan kerja merupakan tanggung
1997: 137). jawab perusahaan. Oleh sebab itu pembiayaan
Jadi besarnya iuran yang harus dibayar Sementara itu, bagi perusahaan juga
pengusaha setiap bulannya adalah sebesar 5,7 % memperoleh manfaat sebagai berikut:
yang dihitung dari upah sebulan dari tenaga 1. Kepastian pembiayaan kesehatan tenaga
kerja. Pembayaran jaminan hari tua dapat kerja serta keluarganya.
dibayarkan sekaligus atau secara berkala. 2. Tidak lagi direpotkan dengan berbagai
Pembayaran sekaligus dapat dilakukan apabila masalah kesehatan tenaga kerja serta
jumlah seluruh jaminan hari tua kurang dari Rp keluarganya.
3.000.000,- (tiga juta rupiah). Pembayaran 3. Diperolehnya atau didapatkannya tenaga
secara berkala dapat dilakukan apabila seluruh kerja yang sehat, stabil dan produktif
jaminan hari tua mencapai Rp 3.000.000,- atau (Majalah Jamsostek, 1996: 3).
lebih dilakukan paling lama 5 tahun (PP No. 14
1993 pasal 24). Jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga
Pembayaran jaminan hari tua secara kerja dan keluarganya memerlukan pelayanan
sekaligus atau berkala merupakan pilihan dari medis dan spesifik dan pembiayaan yang
tenaga yang bersangkutan sendiri. rasional untuk menghindari berbagai
Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan penyalahgunaan dan biaya yang berlebihan.
perusahaan tidak dapat dilepaskan sebagai Usaha ini hanya bisa dilakukan oleh badan
sarana penunjang dalam meningkatkan penyelenggara yang khusus dan profesional
produktivitas serta kesejahteraan karyawan yang serta bisa diperoleh efisiensi dan efektivitas
buruk akan mengakibatkan kecenderungan yang tinggi melalui prinsip gotong-royong
tingkat absensi yang meningkat, sehingga antara peserta yang jumlahnya besar dan merata.
138 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...
Asam Jawa juga telah melaksanakan berbagai huni. Di kebun semua karyawan mendapat
bentuk pemberian kesejahteraan bagi karyawan perumahan yang layak huni dengan
juga keluarga karyawan tersebut. fasilitas listrik dan air. Bagi karyawan
Untuk mengetahui data atau informasi, yang belum memiliki rumah sendiri, diberi
keterangan atau fakta yang diperlukan peneliti kompensasi rumah sebesar 25 % dari gaji
dengan menggunakan teknik pengumpulan tiap bulannya. Sedangkan untuk karyawan
berupa observasi dan penyebaran angket. pusat perusahaan memberikan bantuan
Analisis data yang digunakan dalam rumah dengan memberikan tunjangan
penelitian ini adalah teknik analisis data tidak tetap berupa penggantian uang sewa
deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara rumah yang diperoleh setiap tahun.
menjabarkan data yang diperoleh dari penelitian,
kemudian dilakukan analisis data dengan b. Pelayanan Kesehatan
menggambarkan kenyataan yang ada di tempat Pemeliharaan kesehatan karyawan beserta
penelitian yang tersusun dalam bentuk tabel keluarganya merupakan faktor yang
tunggal untuk memberikan penjelasan dan menentukan keluarga tersebut dapat
komentar-komentar. dikatakan sejahtera, atau dengan kata lain
aspek kesehatan adalah salah satu
Hasil Penelitian dan Pembahasan indikator tingkat kesejahteraan.
Sehubungan dengan hal tersebut, biaya
Pada Perusahaan PT Asam Jawa Medan pengobatan dan rawat inap seluruhnya
Jamsostek diselenggarakan oleh Badan menjadi tanggung jawab perusahaan yang
Penyelenggara Jamsostek yakni PT Astek akan diklaim oleh PT Astek. Perusahaan
(Asuransi Tenaga Kerja) yang berkantor di juga memberikan immunisasi hepatitis B
Jalan Patimura No. 334 Medan. kepada karyawan. Secara periodik
Setiap bulannya karyawan yang telah melaksanakan Medical Chek Up kepada
ditunjuk oleh perusahaan sebagai pelaksana karyawan dan staf. perusahaan telah
Jamsostek memberikan iuran kepada PT Astek mengadakan 1 unit kendaraan ambulans
(persero). Iuran berdasarkan jumlah yang yang dapat mempercepat pelayanan
tercantum dalam formulir Daftaran Tenaga darurat ke rumah sakit PTP IV Torgamba
Kerja yang telah diisi oleh karyawan yang (45 km) dari lokasi kebun, Rantau Prapat
bertugas sebagai pelaksana Jamsostek atas atau Medan. Sedangkan untuk karyawan
keterangan karyawan yang akan menjadi peserta pusat perusahaan juga mempunyai rumah
Jamsostek. Dengan berpedoman pada Peraturan sakit rujukan seperti RSU Permata Bunda
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia dan RSU Gleneagles Medan.
Nomor PER-05/MEN/1993 tentang Petunjuk
Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran c. Pendidikan
Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Untuk meringankan beban tanggungan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. karyawan, maka perusahaan akan
Jamsostek yang telah dilaksanakan oleh menanggung anggota keluarga karyawan
perusahaan, yaitu program Jaminan Kecelakaan dengan berupa tunjangan tetap pendidikan
Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Kesehatan yang diperoleh setiap tahun, dengan
serta Jaminan Hari Tua yang juga dilaksanakan ketentuan sebagai berikut:
oleh perusahaan sendiri yakni yayasan perusahaan 1. Maksimal 3 (tiga) orang anak dari
dana pensiun PT Asam Jawa Medan. hasil perkawinan yang sah (termasuk
Selain pelaksanaan jaminan sosial yang anak angkat/tiri yang sah), berusia di
dijelaskan sebelumnya, juga di dalam keputusan bawah 19 tahun, belum kawin dan
kerja bersama antara karyawan dengan tidak mempunyai penghasilan sendiri
perusahaan menetapkan hal- hal yang atau berusia di bawah 24 (dua puluh
berhubungan dengan pemberian kesejahteraan empat tahun) tetapi masih sekolah/
keluarga karyawan yaitu: kuliah dengan dibuktikan surat
keterangan dari sekolah/universitas.
a. Rumah Tempat Tinggal 2. Untuk yang masih sekolah perusahaan
Kebutuhan yang amat mendasar salah juga memberikan 2 stel pakaian
satunya adalah rumah tinggal yang layak seragam sekolah setiap tahun.
140 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...
peserta Jamsostek jika mereka mempekerjakan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk soal
lebih dari 10 karyawan dengan upah di atas Rp makanan, pekerjaan, perumahan dan perawatan
1000.000,-. Tanpa melihat status karyawan kesehatan serta usaha-usaha sosial yang
tersebut. diperlukan dan berhak atas jaminan di waktu
mengalami pengangguran, janda, lanjut usia,
Tabel 6.
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
atau mengalami kekurangan nafkah lain-lain
karena diluar kekuasaannya”.
No. Jumlah Anak F % Tabel 8.
1. 0 1 2,5 Persepsi Responden tentang Prosedur Menjadi Peserta
2. 1 –2 28 70,0 Jamsostek
3. 3-4 11 27,5
4. 5-6 0 0
Jumlah 40 100,0 No. Kategori F %
1. Sangat mudah 9 22,5
Sumber: Data Primer 2. Mudah 31 77,5
3. Sulit 0 0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Jumlah 40 100,0
bahwa responden yang memiliki jumlah anak 3-
4 anak adalah 11 orang (27,5%) dan jumlah 1-2 Sumber: Data Primer
anak sebanyak 28 orang (70%). Rata-rata
responden telah memiliki anak. Juga anak-anak Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa
mereka telah duduk di bangku sekolah yang mayoritas responden menyatakan mudah sebanyak
rata-rata masih SLTP. 31 orang (77,5 %) bagi mereka memperoleh
Jamsostek. Bahkan sebanyak 9 orang (22,5 %)
Tabel 7. menyatakan sangat mudah untuk mendapatkan
Distribusi Responden Berdasarkaan Kesertaan pada
Program Jamsostek jaminan sosial tersebut. Di perusahaan diketahui
bahwa bagian pelaksana Jamsostek adalah
karyawan yang berada pada jabatan Pelaksana
No Kategori F %
Administrasi Kesejahteraan Karyawan. Mereka
1. Semua program 40 100,0
2. Sebagian program 0 0 mengutip iuran dari karyawan dan melaporkan
3. Belum menjadi peserta 0 0 kepada PT Astek. Berdasarkan pendapat seorang
Jumlah 40 100,0 responden perusahaan tidak pernah mempersulit
responden untuk mendapatkan jaminan tersebut,
Sumber: Data Primer
sebaliknya perusahaan membantu dalam mengurus
jaminan sosial yang harus diterima oleh
Berdasarkan distribusi jawaban responden
responden.
pada Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa
karyawan telah menjadi peserta seluruh program Tabel 9.
Jamsostek. Hal ini terlihat dari jawaban Penerimaan Santunan oleh Responden
responden (N = 40) yang menyatakan telah
menjadi peserta Jamsostek dengan bukti
No. Kategori F %
memiliki kartu peserta Jamsostek dan saldo
1. Pernah 31 82,5
Jaminan Hari Tua. Program Jamsostek yang 2. Beberapa jenis Jamsostek 9 17,5
diikuti yakni Jaminan Kecelakaan Kerja, 3. Tidak Pernah 0 0
Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jumlah 40 100,0
Jaminan Kesehatan. Karyawan dinyatakan
menjadi peserta Jamsostek dihitung setelah Sumber: Data Primer
menjadi pegawai PT Asam Jawa Medan. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
Dengan demikian karyawan telah mempunyai mayoritas responden yang terdiri dari 40 orang
hak untuk mendapatkan upah dan perlindungan telah menerima santunan sebanyak 31 orang
kesehatan, perlindungan kecelakaan kerja dan (77,5%) dan sebanyak 9 orang (22,5%) hanya
lainnya sesuai dengan pasal 25 ayat (1) beberapa menerima santunan. Hal ini
Declaration of Human Right sebagai berikut: dimungkinkan karyawan yang akan menerima
“Setiap warga negara berhak atas hidup santunan seperti jaminan kesehatan yang
yang menjamin kesehatan dan keadaan baik disediakan karyawan tidak dipergunakan dengan
alasan karyawan tersebut malas karena fasilitas
Koleksi BPAD Prov SU 143
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150
dari jawaban responden sebanyak 34 orang Pada data Tabel 14 di atas dapat diketahui
(90%) dan hanya 6 orang (10%) saja yang fasilitas yang disediakan oleh perusahaan cukup
menjawab hanya orang tertentu saja. Hal ini memadai. Hal ini diketahui dari jawaban
responden adalah karyawan yang baru bekerja. responden sebanyak 24 orang (60%). Responden
Hanya saja mayoritas responden tidak yang menjawab memadai berjumlah hanya 16
mengetahui secara pasti berapa besar jumlah orang (40 %). Fasilitas yang diberikan
biaya yang biasa diberikan kepada ahli waris perusahaan meliputi rawat inap, berobat, check
sebagai santunan apabila ada karyawan yang up, penggantian lensa kaca mata setiap tahun
meninggal dunia. Pihak perusahaan akan serta perobatan dan perawatan gigi. Ini berlaku
mengurus klaim jaminan kematian segera bagi seluruh anggota keluarga karyawan.
sehingga pihak keluarga karyawan yang Responden mengaku bahwa saat ini biaya
ditinggalkan tidak perlu mengurus jaminan rumah sakit sangat mahal sehingga jelas
kematian tersebut. Selain itu sebagai rasa bela fasilitas yang diberikan oleh perusahaan telah
sungkawa para karyawan memberikan membantu karyawan untuk menjaga kesehatan
sumbangan ala kadarnya untuk memberikan mereka. Tentunya dengan kesehatan yang cukup
kepada ahli waris tanpa mengurus biaya baik karyawan dapat bekerja lebih produktif lagi
pemakaman. dan kesejahteraan keluarga mereka dapat
terpenuhi.
Tabel 13.
Pemberian Bantuan Bagi Keluarga Karyawan yang Tabel 15.
Meninggal Jaminan Hari Tua dari Perusahaan
No. Kategori F %
1. Semua mendapat 36 90,0 No. Kategori F %
2. Hanya orang tertentu 4 10,0 1. Cukup Memadai 21 52,5
3. Tidak diberikan 0 0 2. Memadai 19 47,5
Jumlah 40 100,0 3. Tidak Memadai 0 0
Jumlah 40 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 13 di atas dapat diketahui
bahwa perusahaan juga turut serta membantu Pada Tabel 15 dapat diketahui rata-rata
keluarga karyawan yang mengalami musibah responden mengaku bahwa jaminan hari tua
sekalipun di luar hubungan kerja. Hal ini yang akan mereka terima memadai sebanyak 19
diketahui dari jawaban responden yang orang (47,5%). Bahkan 21 orang (52.5%)
menjawab point 1 sebanyak 36 orang (90%). menjawab sangat memadai. Walaupun mereka
Sedangkan sebanyak 4 orang (10%) menjawab juga mengakui bahwa responden itu sendiri
hanya orang tertentu saja. Hal ini dimungkinkan tidak tahu berapa besar jumlah pesangon yang
karyawan tersebut relatif baru bekerja dalam akan mereka terima. Tetapi dengan pembayaran
kata lain dalam proses masuk peserta jaminan iuran yang berasal dari gaji mereka responden
kematian. Anggota keluarga yang mendapatkan yakin perusahaan pasti memberikan yang terbaik
bantuan hanya istri/suami dan anak. Selain itu kepada karyawannya. Masa kepesertaan
sebagai rasa bela sungkawa para karyawan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun semenjak
memberikan sumbangan ala kadarnya untuk pembayaran iuran pertama program jaminan hari
memberikan kepada ahli waris tanpa mengurus tua.
biaya pemakaman. Tabel 16.
Distribusi Karyawan Berdasarkan Gaji per Bulan
Tabel 14.
Fasilitas Kesehatan
No. Kategori (Rp) F %
1. > 3.000.000 11 55,0
No. Kategori F % 2. 1.500.000-3.000.000 22 27,5
1. Cukup Memadai 24 60,0 3. 650.000-1.500.000 7 17,5
2. Memadai 16 40,0 Jumlah 40 100,0
3. Tidak Memadai 0 0
Jumlah 40 100,0 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Berdasarkan data Tabel 18 di atas dapat
responden yang berpenghasilan Rp 650.000,- – diketahui responden yang menerima bonus
Rp 1.500.000,- berjumlah 7 orang (17,5%) dan sebanyak 40 (100%). Hal ini berarti perusahaan
yang berpenghasilan Rp 1.500.000- – Rp memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
3.000.000,- berjumlah 22 orang (55%) dan di atas Menurut responden apabila perusahaan telah
Rp 3.000.000 berjumlah 11 orang (17%). Ini mencapai target produksi yang telah ditentukan
berarti PT Asam Jawa telah menerapkan oleh perusahaan maka bonus yang diterima
penghasilan karyawannya sesuai dengan UMR karyawan minimum sekali setahun dengan jumlah
yang berlaku. Gaji pokok yang diberikan oleh PT lebih besar dari gaji karyawan. Selain bonus
Asam Jawa Medan kepada seluruh karyawanya tunjangan tidak tetap yang diberikan perusahaan
adalah di atas Upah Minimum Provinsi (UMP) meliputi tunjangan sekolah anak karyawan,
yakni Rp 660.000,-perbulan Tahun 2005. lembur, tunjangan jabatan, tunjangan golongan
Beberapa responden merasa gaji yang mereka dan natura dan tunjangan kehadiran yang
terima dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka diberikan saat penerimaan gaji pokok bulanan.
tetapi ada juga responden yang merasa gaji yang Tunjangan diberikan berdasarkan jabatan dan
mereka terima saat ini walaupun sudah melebihi golongan reseponden masing-masing. Beberapa
UMP tetap belum mencukupi kebutuhan mereka responden mengakui bahwa mereka juga sering
dikarena harga-harga yang terus naik dan menerima tunjangan tidak tetap berupa uang
sebagainya. pengganti transportasi terutama apabila responden
melakukan perjalanan dinas keluar kota maka
Tabel 17.
Penerimaan Tunjangan Hari-Hari Besar Agama perusahaan mengeluarkan Surat Perintah Perjalan
Dinas (SPPD). Sedangkan Responden mengaku
dengan pemberian berbagai tunjangan tidak tetap
No. Kategori F %
tersebut dapat meningkatkan serta
1. Menerima 40 100,0
2. Kadang- kadang 0 0 mempertahankan kesejahteraan bagi keluarga
3. Tidak menerima 0 0 karyawan. Responden betul-betul merasa terbantu
Jumlah 40 100,0 dalam mencukupi kebutuhan sehari- hari mereka
tanpa menggangu gaji yang mereka terima.
Sumber: Data Primer
Tabel 19.
Pada Tabel 17 di atas dapat diketahui Cara Karyawan Memperoleh Tempat Tinggal
bahwa mayoritas responden menjawab
menerima 40 orang (100%). Hal ini berarti No. Kategori F %
perusahaan memperhatikan karyawan dari segi
1. Bantuan perusahaan 23 57,5
tunjangan-tunjangan hari besar seperti Idul Fitri, 2. Bantuan keluarga 17 42,5
Natal dan hari besar keagamaan lainnya. dan Perusahaan
Responden mengakui dengan pemberian 3. Diperoleh sendiri 0 0
tunjangan tersebut responden tidak terlalu Jumlah 40 100,0
terbebani dalam mencukupi kebutuhan
Sumber: Data Primer
menjelang perayaan hari besar meliputi uang
belanja kebutuhan makanan dan baju baru yang Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat diketahui
tentunya sangat besar biayanya apalagi bahwa responden 57,5 % atau sebanyak 23 orang
disangkutkan dengan gaji yang mereka peroleh bertempat tinggal sendiri atas bantuan dari
sehingga mereka betul-betul merasa senang perusahaan. Ini membuktikan adanya perhatian
dengan tunjangan yang diberikan perusahaan.
Tabel 18.
perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga
Penerimaan Bonus oleh Karyawan karyawan. Bantuan perusahaan dimasukkan ke
dalam tunjangan perumahan. Tunjangan
perumahan diberikan kepada responden
No. Kategori F %
berdasarkan jenjang dan golongan responden
1. Sangat sering 0 0
2. Sering 40 100,0
masing-masing. Responden yang menjawab poin 2
3. Tidak pernah 0 0 sebanyak 17 orang (42,5%). Menurut pengakuan
Jumlah 40 100,0 responden mereka memperoleh bantuan keluarga
berasal dari warisan.
Sumber: Data Primer
pemakaman dan juga hal ini berlaku bagi mengaku selain bantuan perusahaan juga
keluarga karyawan. mendapatkan bantuan dari keluarga mereka
Dalam hal penggantian biaya yang yang merupakan hasil dari warisan. Pada Tabel
diberikan perusahaan terhadap karyawan yang 20 sebanyak 80 % karyawan merasa dapat
mengalami kecelakaan juga cukup memadai mempunyai harapan memiliki rumah yang
pada Tabel 10 sebanyak 87 % karyawan layak.
mengatakan dengan tercukupinya biaya Dalam hal menyekolahkan anak karyawan
kesehatan yang diberikan tentunya mereka tidak pada Tabel 21 karyawan 100 % berkeinginan
perlu memikirkan biaya pengobatan sekarang menyekolahkan anak dan 90 % karyawan
yang begitu besar sehingga kebutuhan hidup merasa sangat bersemangat untuk
tidak terganggu. Begitu juga pada Tabel 14 menyekolahkan anak mereka sampai
dapat dilihat karyawan mengaku dengan keperguruan tinggi terlihat pada Tabel 22.
pemberian fasilitas kesehatan yang telah Tetapi sebanyak 10 % karyawan kurang
disediakan oleh perusahaan bagi keluarga bersemangat hal ini dikarenakan bahwa
mereka, sebanyak 40 % karyawan merasa dibandingkan perusahaan perkebunan swasta
senang karena fasilitas kesehatan yang diberikan lainnya beasiswa yang mereka terima sangat
perusahaan memadai bahkan 60 % karyawan minim.
mengatakan sangat memadai. Pada Tabel 23 sebanyak 77,5 % karyawan
Pada Tabel 15 sebanyak 47,5 % karyawan dapat menabung sehingga ini membuktikan
mengatakan bahwa jaminan hari tua yang akan bahwa pemenuhan kebutuhan mereka telah
mereka dapat kelak memadai bahkan yang tercukupi. Sedangkan sebanyak 22,5 %
menjawab cukup memadai sebanyak 52,5%. hal menjawab kadang-kadang ditabung, hal ini
ini jelas membuktikan karyawan tidak perlu dimungkinkan kebutuhan yang mereka yang
merasa kuatir apabila masa purna tugas itu tiba terlalu besar sehingga menabung pun tidak
karena jaminan hari tua yang mereka dapat kontinu.
kelak dilaksanakan dengan baik dan jujur oleh
perusahaaan. Kesimpulan
Selain J amsostek pemberian
kesejahteraan keluarga karyawan oleh PT Asam Dari hasil penelitian yang dilakukan
Jawa Medan juga telah terlaksana dengan baik mengenai Implementasi Jamsostek dan
hal ini dapat kita lihat pada Tabel 16 bahwa Kesejahteraan Keluarga Karyawan maka
perusahaan telah menetapkan pemberian upah di kesimpulan umum yang dapat diperoleh adalah:
atas UMR yang berlaku. Pemberian tunjangan- 1. Seluruh karyawan PT Asam Jawa telah
tunjangan oleh perusahaan juga telah berjalan memper oleh Jamsostek. Umumnya
dengan baik dapat kita lihat pada Tabel 17 responden merasa dengan adanya Jamsostek
sebanyak 100 % karyawan telah menerima perusahaan peduli terhadap kesejahteraan
tunjangan hari besar. Karyawan mengaku bahwa keluarga karyawan itu sendiri. Baik di saat
tunjangan hari besar yang mereka terima sudah terjadi kecelakaan kerja maupun kematian.
dapat membantu mencukupi kebutuhan Jamsostek juga merupakan penghargaan
menjelang hari raya. terhadap kar yawan yang telah
Pada Tabel 18 karyawan mengaku menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada
sebanyak 100 % karyawan menjawab sering perusahaan tempat mereka bekerja.
menerima bonus. Selain bonus terlihat 2. Jaminan hari tua selain dilaksanakan oleh
perusahaan juga memberikan kepada karyawan PT Astek juga dijalankan oleh Yayasan
berupa tunjangan kehadiran, tunjangan Dana Pensiun Perusahaan. Seluruh
golongan, natura, tunjangan jabatan, tunjangan responden merasa pemberian jaminan hari
perumahan. Karyawan mengaku dengan adanya tua mereka memadai sehingga mereka tidak
banyak tunjangan yang diberikan dapat perlu kuatir apabila masa purna tugas itu
meningkatkan serta mempertahankan kesejahteraan tiba.
bagi keluarga mereka. 3. Jaminan kesehatan juga sangat membantu
Dalam hal menerima tunjangan karyawan dalam memperoleh kesehatan
perumahan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa bagi keluarga mereka. Apalagi di saat ini
57 % karyawan memperoleh bantuan dari biaya kesehatan yang sangat mahal sangat
perusahaan sedangkan 42,4 % karyawan
148 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...
Lanny, Ramli, 1997, Jaminan sosial tenaga Soehartono,Irawan, 2004, Metode Penelitian
kerja Indonesia, Airlangga Universitas Sosial, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Press.
Suharsimi, Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian,
Manulang, Sendjun, 2001, Pokok Hukum Bina Aksara, Jakarta
Ketenagakerjaan Indonesia, PT Rineka
Cipta, Jakarta. Wahab, Solichin Abdul, 1991, Analisis
Kebijaksanaan Dari Formulasi
Nawawi, Hadari, 1991, Metode Penelitian Keimplementasi Kebijakan Negara, Bumi
Bidang Sosial, Gajah Mada Universitas Aksara, Jakarta..
Press, Yogyakarta.
Siagian S.P, 1999, Manajemen Sumber Daya www.yahoi.com (Jamsostek, Jakarta), Suara
Manusia, PTRajawali Press, Jakarta. Karya “Jamsostek TingkatkanTarget
Laba dan Kepesertaan” Minggu, 19
Simanjuntak, Payaman, J, 1994, Pengantar Februari 2006.)
Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE
Universitas Indonesia, Jakarta www.nakertrans.go.id. (Prof. Dr. Payaman J.
Simanjuntak.)
Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Forum Diskusi Kompleksitas Masalah Tenaga
Survei, LEP3S, Jakarta. Kerja.
Abstract
The goal of research about retired state company officials welfare is shows the fact how is
the level of welfare of retired state company in centre office of Pelabuhan Indonesia I PT
in Medan. The life style of retired officials contribute to reach the happiness and welfare
retired time for officials. The happiness and welfare mention that they are good in health,
have money enough, and well in social interaction and their environment. This is a
descriptive research shows how are their condition in 5 years later. The research data
collected from 46 retired officials of centre office Pelabuhan Indonesia I in Medan. The
research result shows that retired state company officials have economy activities in
formal and informal field. They have house good for lived, good in social interaction and
environment, and have two income resources are the company and new economy activity.
Fahru Izhar adalah Staf di Centra Mitra Remaja Medan, Edward adalah Staf Pengajar Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU
pekerjaan, pensiunan akan kehilangan aktivitas lainnya yang hidup dan tumbuh dalam
kesehariannya. Tidak ada lagi rutinitas kerja masyarakat tersebut.
yang padat dan terencana. Status dan peranan Dalam uraian ini akan dikutip beberapa
dalam lingkungan kerja pun ditinggalkan. definisi kesejahteraan sosial, yang dimaksudkan
Sebagian besar karyawan mengimpikan untuk mencari landasan yang jelas tentang
kebahagiaan di masa pensiunnya (adanya pengertian kesejahteraan sosial. Secara umum
jaminan pendapatan dari berbagai sumber, yang dimaksud dengan “kesejahteraan sosial”
seperti dana pensiun, jaminan sosial, tunjangan adalah keadaan sejahtera, pada umumnya
pribadi, dan lain-lain), tetapi hanya sebagian meliputi jasmani, rohani dan sosial. Menurut
kecil yang mengalami hal itu. Sebagian lagi Walter A. Friedlander (dalam Nurdin, 1990: 26)
karyawan “tidak makmur” pada masa mengatakan:
pensiunnya (Coleman, 1987: 253). “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang
Karyawan yang tidak makmur masa terorganisir dari pelayanan-pelayanan
pensiunnya merasa khawatir menghadapi masa sosial dan lembaga-lembaga yang
pensiun. Kekhawatiran ini semakin besar, bertujuan untuk membantu individu dan
ditambah lagi terdapatnya unsur pokok yang kelompok untuk mencapai standar hidup
menjadikan dasar untuk tetap melakukan dan kesehatan yang memuaskan, dan
hubungan kerja. Pada umumnya, mengingat relasi-relasi pribadi dan sosial yang
keadaan ekonomi dan tingkat ekonomi memungkinkan mereka mengembangkan
masyarakat tenaga kerja, pemutusan hubungan kemampuannya sepenuh mungkin dan
kerja karena usia lanjut tidaklah diterima dengan meningkatkan kesejahteraan selaras
gembira (Poerwono, 1982: 150). dengan kebutuhan keluarga dan
Ditinjau secara harfiah, kesejahteraan masyarakat.”
(sejahtera) mempunyai arti “aman, sentosa,
makmur atau selamat (terlepas dari sagala Undang-Undang Dasar 1945 merumuskan
macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya). bahwa perjuangan bangsa Indonesia antara lain
Sedangkan istilah “sosial” menurut Dr. J. A bertujuan untuk mencapai kesejahteraan sosial
Ponsion mempunyai dua arti yang berbeda, bagi seluruh rakyat Indonesia, karena itu setiap
yaitu: warga negara Indonesia berhak atas
1. Sebagai suatu indikasi dari kehidupan kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya. Agar
bersama makhluk manusia, umpama dalam kesejahteraan sosial itu dapat dicapai, maka
kebersamaan rasa, berpikir, bertindak dan setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib
dalam hubungan dengan manusia. menurut kemampuannya masing-masing untuk
2. Sejak abad ke-19 istilah sosial mempunyai sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha
konotasi yang berbeda, lebih sentimental kesejahteraan sosial.
dan karena itu menjadi agak kabur, seperti Dalam penjelasan umum tentang
istilah yang serupa yang dikaitkan dengan Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan
persoalan kemiskinan dan ketelantaran Sosial, yang dituangkan dalam Undang-Undang
orang, sebagai contoh: pekerja sosial, No. 6 Tahun 1974, bahwa setiap warga negara
pelayanan sosial, aksi sosial dan berhak hidup layak, bebas dari penindasan dan
semacamnya (Coleman, 1987: 23). penghisapan, bebas dari kehinaan dan
kemiskinan. Maka dalam hal ini usaha-usaha
Dari konotasi ini, kemudian berkembang kesejahteraan sosial harus dilaksanakan oleh
dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pemerintah dan seluruh masyarakat secara
pembaharuan masyarakat yang bertujuan bersama-sama atas dasar kekeluargaan.
menanggulangi kemiskinan dan ketelantaran. Perkembangan perikehidupan sosial yang sehat
Permasalahan kesejahteraan sosial yang begitu akan tumbuh dari masyarakat itu sendiri, tanpa
luas dan kompleks telah menyebabkan adanya paksaan dari luar. Sebaliknya
timbulnya beraneka pemahaman konsepsi dan pemerintah wajib memberikan pengarahannya
usaha perwujudan kesejahteraan itu dalam serta menetapkan garis-garis kebijaksanaan yang
masyarakat setiap negara. Setiap negara diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran
mempunyai batasan pengertian sendiri tentang tertentu.
kesejahteraan sosial dan penggunaannya Usaha-usaha kesejahteraan sosial itu
dipengaruhi oleh sejarah, nilai budaya dan faktor mewujudkan sarana utama untuk secara
152 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti waktunya dengan hal-hal yang digemari.
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Biasanya pensiunan akan melakukan
tingkat kesejahteraan pekerja pada masa aktivitas liburan dan bepergian.
pensiun. Oleh sebab itu peneliti akan meneliti b. Tahap Kesengsaraan (Disenchantment)
mengenai Analisis Tingkat Kesejahteraan Tidak semua pensiunan melewati tahap
Pensiunan pada Kantor Pusat PT (Persero) ini. Hanya mereka yang tidak
Pelabuhan Indonesia I Medan. mempersiapkan diri yang biasanya
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun mengalami tahap ini. Setelah tahap
1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun bulan madu mulai membosankan,
Janda/Duda Pegawai, pensiun adalah banyak pensiunan yang mengalami
pemberhentian dengan hormat kepada pegawai kekecewaan hidup depresi, “post power
atau karyawan yang telah mencapai batas sidrom” dan merasa tidak punya apa-
ketentuan usia dan masa kerja sesuai dengan apa lagi, ditambah dengan lingkungan
aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. sosial baru yang membuat pensiunan
Beberapa ahli sosiologi mencoba merasa asing.
memahami tahap-tahap kehidupan setiap
manusia. Adapun tahap-tahap tersebut adalah: 3. Pensiun
1. Tahap Masa Mempersiapkan Pensiun (pre- a. Tahap Reorientasi (Reorientation)
retirement) Pada tahap ini pensiunan mulai
Tahapan ini adalah masa persiapan hingga mengadakan kaji ulang dan melakukan
sampai tibanya masa pensiun yang penyesuaian diri terhadap kehidupan
sesungguhnya. Di kalangan instansi yang baru. Bantuan yang diterima dari
pemerintah tahapan ini dikenal dengan Masa lingkungan sekitar dan lembaga-
Persiapan Pensiun (MPP). Tahapan ini lembaga yang mempunyai program
dibedakan atas dua, yaitu: untuk itu.
a. Tahap Jauh (Remote) b. Tahap Stabilitas (Stability)
Pada tahap ini karyawan berada di Pada tahap ini, pensiunan mulai
beberapa tahun sebelum tibanya masa menyadari bahwa ia harus dapat
pensiun. Suatu kenyataan adalah tidak menyesuaikan diri dengan gaya hidup
ada karyawan yang ingin lebih awal dan peran-peran sosialnya yang baru.
untuk pensiun, dan tidak ada karyawan Pensiunan akan melakukan rutinitas
yang tetap bekerja terus sampai mati. Di kegiatan yang baru.
dalam pikiran karyawan telah terlintas
pikiran bahwa akan tiba saatnya bagi 4. Akhir Pensiun (Termination)
mereka untuk keluar dari tempat Tidak semua pensiunan mengalami tahap ini
bekerja. Dengan demikian antisipasi dan dikarenakan kematian. Di dalam tahap ini
penyesuaian diri terhadap masa pensiun ditandai dengan semakin bertambahnya
dilakukan. umur, kondisi fisik yang semakin lemah.
b. Tahap Dekat (Near) Kegiatan rutin dalam tahap stabilitas
Di tahap ini, karyawan berada di mana berkurang yang berangsur-angsur lepas.
tibanya masa pensiun, karyawan merasa Hidup yang tergantung pada orang lain atau
teman-teman di sekeliling lembaga. Pensiunan semakin dekat dengan
memandangnya dalam perspektif jangka kematiannya. Dari tahap-tahap pensiun di
pendek. Beberapa pekerjaan dikurangi, atas terlihat bahwa masa pensiun tidaklah
adakalanya diminta untuk datang secara tiba-tiba. Karena itu,
melatih/membimbing penggantinya. sebenarnya dapat dilakukan berbagai
persiapan yang direncanakan sebelum masa
2. Peristiwa Pensiun pensiun (Flippo, 1992: 285)
a. Tahap Bulan Madu (Honeymoon) Kelangsungan bekerja, untuk sebagian
Tahap ini terjadi setelah pensiunan pensiunan merupakan hal yang tidak
memasuki masa pensiun. Pada tahap ini diinginkan lagi. Meskipun, mereka telah
pensiunan merasakan masa pensiun menyadari bahwa telah mencapai usia jauh
sebagai suatu masa yang menyenangkan, di bawah batas produktivitasnya, bahkan
meraih kebebasan untuk mengisi
154 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...
kadang-kadang telah segan untuk terus Dengan adanya masalah yang dihadapi
bekerja. Tetapi demi mempertahankan dalam hal pendapatan di masa pensiun,
kelangsungan sumber penghidupan, mereka untuk sebagian besar pensiunan mengalami
terpaksa mempertahankan untuk tetap ketakutan. James Coleman mengatakan
bekerja. cukuplah beralasan bagi sebagian besar
Dalam hal ini bagaimanakah potensi dan orang untuk takut mengenai keuangan
kemampuan karyawan yang bekerja setelah (Coleman, 1987: 252). Untuk memenuhi
pensiun? Alsop dan Wojahn mengatakan kita kebutuhan hidup sehari-hari, pensiunan
tidak perlu menghilangkan bakat dan mengandalkan dari satu atau beberapa
produktivitas karyawan dan rencana pensiun sumber pendapatan. Menurut Bernard
di masa depan. Mungkin terlalu dini tidak Benjamin rumah tangga pensiunan
perlu membebani dengan peningkatan jam mengandalkan dari antara beberapa sumber
kerja penuh. Dengan menciptakan yaitu pekerjaan, tabungan, sumber yang
pemecahan seperti pilihan pekerjaan yang dimiliki, tunjangan jaminan sosial
sebagian waktu atau kurang mementingkan (Benjamin, 1987: 159).
fisik (Craig, 1984: 545). James Coleman dan Donald Cressey
Hadi Poerwono mengatakan di dalam mengemukakan mayoritas terbesar dari
masyarakat bentuk-bentuk usaha di orang tua menerima sebagian besar
Indonesia kini tampak gejala-gejala untuk pendapatan mereka dari tunjangan jaminan
sedapat mungkin mempertahankan tenaga sosial dan pensiun pribadi atau pemerintah
kerja lama, terlebih lagi dalam tugas-tugas (Coleman, 1987: 26).
pekerjaan yang memerlukan kemahiran dan
keahlian. Bahkan tampak pula 6. Hubungan Antar-pribadi Pensiun
kecenderungan untuk menerima tenaga baru Salah satu unsur yang mempengaruhi dalam
yang berasal dari perusahaan lain atau masa pensiun adalah hubungan antar-
instansi pemerintah yang telah diberhentikan pribadi. Hubungan antar-pribadi merupakan
(Poerwono, 1982: 153). gambaran dari status dan peranan seseorang.
Hubungan antar-pribadi dalam masa
5. Pendapatan Pensiunan pensiunan artinya adalah bagaimana
Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa pensiunan membawa diri dalam hubungan
kendala utama dari seorang karyawan untuk dengan orang lain, terutama dengan mereka
pensiun salah satunya adalah pendapatan. Di yang hampir selalu berada di dekatnya.
mana pendapatan akan mempengaruhi Robert C. Atchly mengatakan sebagian
faktor-faktor yang lain seperti aktivitas besar interaksi yang dihargai untuk sebagian
bekerja, kebutuhan sandang dan pangan, besar usia lanjut adalah dengan anggota
biaya pengobatan, perlengkapan rumah, keluarganya, khususnya anak dewasa
penampilan. Menurut David Popenoe dan mereka. Keintiman antara anak dan orang
Robert C. Athcly bahwa pendapatan tua dapat dilihat dalam beberapa cara.
pensiunan akan berkurang dengan tibanya Pertama, jarak rumah anak dan rumah orang
masa pensiun. Umumnya sebesar setengah tua tidak lebih dari satu jam perjalanan.
dari pendapatan mereka sebelum pensiun Dua, sering mengunjungi untuk melihat dan
(Coleman, 1987: 256). berbicara pada anak cucu. Tiga, orang tua
Namun Grace Craig mengatakan untuk sering memberi nasehat, hadiah, bahkan
sebagian besar orang, pensiun tidaklah uang (Thio, 1986: 272).
berarti benar-benar kehilangan secara Pensiunan juga berhubungan dengan
ekonomis, tetapi dibutuhkan untuk hidup lingkungan sosialnya terutama dengan
setengah dari pendapatan mereka terakhir. kelompok seumur. Logino, Mc Celland dan
Berarti pensiunan harus belajar untuk hidup Peterson (dalam Thio, 1986: 275)
sesuai dengan pendapatan beberapa tahun mengatakan :
sebelum pensiun. Biasanya pendapatan “Ditemukan bukti bahwa usia lanjut
beberapa tahun sebelum pensiun merupakan lebih sering senang berinteraksi
titik puncak pendapatan masa kerja (Craig, dengan orang tua lain. Usia lanjut
1984: 542). berinteraksi dengan kelompok seumur
mereka daripada dengan orang-orang mengumpulkan data melalui wawancara yang juga
dari usia lain, membentuk orientasi dipandu dengan kuesioner dan observasi.
kesadaran-kesadaran politis sebagai Data yang dikumpulkan dianalisis secara
kelompok mereka sendiri, dan deskriptif kualitatif, di mana pengolahan data
mengembangkan suatu kekuatan, dilakukan dengan manual. Data dikumpulkan dari
gambaran diri yang lebih positif.” hasil kuesioner dan wawancara, kemudian
ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi
Metode Penelitian dan kemudian dianalisis. Data penelitian dianalisis
berdasarkan perhitungan persentase dari setiap
Penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan tabel. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek yang bersifat uji statistik karena analisis ini hanya
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada, bersifat deskriptif.
yang dikumpulkan melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara. Adapun yang Hasil Penelitian dan Pembahasan
digambarkan dalam penelitian ini adalah
gambaran beberapa faktor sosial dan ekonomi Dalam bagian ini, penulis mencoba
dari karyawan dalam masa pensiun. Gambaran menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil
pensiunan melakukan aktivitas bekerja, kuesioner dan wawancara yang diajukan kepada
pendapatan pada waktu pensiun, hubungan responden, yaitu para pensiunan Kantor Pusat
pribadi yang dilakukan dan kondisi rumah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
tempat tinggal di masa pensiun. terhitung mulai 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari
Lokasi penelitian dilakukan di Kantor tahun 2000 – 2005 yang berjumlah 187 orang,
Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang diwakili oleh 46 orang. Adapun data-data
Medan dan pada alamat pensiunan yang yang dianalisis dalam bab ini adalah:
dijadikan sampel penelitian, yaitu hanya para
pensiunan yang berdomisili di Kota Medan. Tabel 1.
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
pensiunan di Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan, terhitung dari tahun 2000 – No Usia F %
2005, menurut data dari pihak Pelabuhan 1 58 – 62 27 58,7
Indonesia adalah sebanyak 187 orang. 2 63 – 67 13 28,3
3 68 – 72 6 13,0
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
Jumlah 46 100,0
yang diteliti. Jika peneliti mempunyai beberapa
ratus subjek dalam populasi, maka dapat Sumber: Data Primer
ditentukan sampel sebesar 25 – 30% dari jumlah
subjek tersebut (Suharsini, 2003: 125). Maka Data dari Tabel 1 di atas menunjukkan
sampel yang diambil adalah 25% dari 187 orang, bahwa 27 responden (58,70%) berada pada
yaitu sebanyak 46 orang. Teknik yang digunakan kelompok usia 58 – 62 tahun, 13 responden
dalam pengambilan sampel adalah dengan Teknik (28,26%) berada pada kelompok usia 63 – 67
Purposive Sampling, di mana sampel dipilih tahun, dan 6 responden (13,04%) berada pada
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu kelompok usia 68 – 72 tahun. Dengan demikian
sesuai dengan variabel penelitian (Singarimbun, dapat disimpulkan bahwa responden didominasi
1989: 155). pada kelompok usia 58 – 62 tahun.
Untuk menjaring data dari responden dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Tabel 2.
sebagai berikut: memperoleh data sekunder, Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
melalui studi kepustakaan yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan data-data yang No Jenis Kelamin F %
diperlukan dan diperoleh dari buku-buku, artikel,
surat kabar, dan lain-lain sesuai dengan masalah 1 Laki-laki 41 89,1
yang diteliti. Memperoleh data primer dilakukan 2 Perempuan 5 10,9
penelitian lapangan, yaitu suatu cara yang Jumlah 46 100,0
dilakukan dengan turun ke lapangan untuk
Sumber: Data Primer
Data temuan jenis seperti yang Tabel 5 menyajikan bahwa 100% dari
digambarkan pada Tabel 2 di atas bahwa responden mempunyai pendidikan formal.
responden laki-laki terdapat sebanyak 41 orang Responden yang mempunyai tingkat pendidikan
(89,13%) dan hanya 5 orang perempuan tinggi sebanyak 21,74%. Responden yang
(10,87%). Responden laki-laki merupakan mempunyai tingkat pendidikan SMU sebanyak
jumlah terbanyak dibandingkan dengan 78,26%.
perempuan dari keseluruhan responden.
Tabel 6.
Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Kelas Terakhir
Identitas Responden Berdasarkan Tahun Pensiun
No Kelas F %
No Tahun Pensiun F % 1 1–5 2 4,4
2 6–9 14 30,4
3 10 - 16 30 65,2
1. 2000 – 2002 3 6,5
2. 2003 – 2005 43 93,5 Jumlah 46 100,0
perasaan biasa-biasa saja, karena mereka tidak mengisi masa persiapan pensiun dengan
terlalu menghiraukan masa pensiun, dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk masa
alasan masa pensiun dapat dipikirkan nanti pensiun seperti membangun rumah dan mencari
setelah pensiun itu tiba. Sedangkan terdapat peluang usaha. 8 responden (17,39%)
sebanyak 6 responden (13,04%) memiliki menyatakan mengisi masa persiapan pensiun
perasaan gembira menjelang datangnya masa dengan melakukan rekreasi. Berdasarkan hasil
pensiun. Hal ini dikarenakan oleh anggapan wawancara dengan responden, yaitu Bapak
mereka akan segera bebas dari rutinitas sehari- Martumpal Lumbangaol, SE (56 tahun) Kelas:
hari di kantor yang menurut mereka sangat 10, dan Bapak Drs. Ridwan Kadri (58 tahun)
melelahkan, baik fisik maupun pikiran. Perasaan Kelas : 10, pensiunan PT (Persero) Pelabuhan
tersebut terutama dijumpai pada responden yang Indonesia I, mengatakan bahwa rekreasi dapat
sewaktu aktifnya memegang jabatan penting di mereka lakukan karena mereka telah
perusahaan atau yang menduduki kelas 1–5. mempersiapkan hal-hal yang penting untuk
masa pensiun sejak beberapa tahun setelah
Tabel 12. bekerja.
Keikutsertaan dalam Program Persiapan Pensiun dari
Perusahaan
Tabel 14.
Perasaan pada Minggu Pertama Pensiun
No Jawaban Responden F %
1 Mengikuti 46 100,0 No Jawaban Responden F %
2 Tidak mengikuti - -
1 Gembira 4 8,7
Jumlah 46 100,0 2 Biasa-biasa saja 35 76,1
3 Gelisah dan bingung 7 15,2
Sumber: Data Primer
Jumlah 46 100,0
Data pada Tabel 12 di atas menunjukkan Sumber: Data Primer
keikutsertaan responden dalam program
persiapan pensiun dari perusahaan. Seluruh Data pada Tabel 14 di atas menunjukkan
responden 100% menyatakan bahwa mereka bahwa pada minggu-minggu pertama masa
mengikuti Program Persiapan Pensiun yang pensiun, 4 responden (8,69%) menyatakan
diselenggarakan oleh perusahaan. Hal itu berarti gembira, karena seperti yang telah disebutkan
seluruh responden menyadari betapa pentingnya bahwa mereka telah terbebas dari rutinitas
persiapan untuk menghadapi dan menjalani pekerjaan yang melelahkan, 35 responden
masa pensiun. (76,09%) menyatakan biasa-biasa saja, dan 7
responden (15,22%) menyatakan gelisah dan
Tabel 13. bingung, karena mereka tidak tahu apa yang harus
Kegiatan pada Masa Persiapan Pensiun (MPP) dikerjakan selanjutnya untuk mengisi hari-hari
pensiun dan mengatasi masalah keuangan.
No Kegiatan F %
1 Santai di rumah 11 23,9 Tabel 15.
2 Mempersiapkan diri 27 58,7 Kegiatan yang Dilakukan pada Masa Pensiun
3 Rekreasi 8 17,4
Jumlah 46 100,0 No Kegiatan F %
Sumber: Data Primer 1 Santai di rumah 3 6,5
2 Keagamaan 17 37,0
3 Menyalurkan hobi 26 56,5
Data pada Tabel 13 di atas menunjukkan
Jumlah 46 100,0
kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan responden
pada Masa Persiapan Pensiun (MPP). Jawaban Sumber: Data Primer
responden terdapat 3 variasi, yaitu santai di
rumah, mempersiapkan masa pensiun, dan Data pada Tabel 15 di atas menunjukkan
melakukan rekreasi. Pada tabel di atas terdapat bahwa 3 responden (6,52%) hanya santai di
11 responden (23,91%) melakukan kegiatan rumah, 17 responden (36,96%) menyatakan
pada masa persiapan pensiun dengan santai di mengisi hari-hari pensiun dengan mengikuti
rumah saja, 27 responden (58,70%) menyatakan kegiatan-kegiatan keagamaan, dan 26 responden
(56,52%) mengisi hari-hari pensiun dengan formal setelah mereka pensiun (misalnya
menyalurkan hobi mereka, seperti bercocok bekerja di kantor dan lain-lain). Berdasarkan
tanam, beternak dan berkebun, di mana kegiatan hasil wawancara dengan responden, yaitu Bapak
tersebut hanya sebatas untuk menyalurkan hobi Drs. Ridwan Kadri (58 tahun), Kelas: 10,
dan mengisi waktu luang, bukan sebagai sumber pensiunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I,
pendapatan. mengatakan bahwa pada umumnya para
pensiunan sudah jenuh dengan rutinitas di
Tabel 16. kantor, dan ingin beristirahat sambil menikmati
Rekan Berinteraksi Sosial Sehari-hari hari tua. Mereka hanya bekerja di sektor
informal yang mana tidak membutuhkan terlalu
No Jawaban Responden F % banyak tenaga dan tidak terikat dengan waktu.
1 Bekas teman sekerja 8 17,4
2 Warga sekitar rumah 16 34,8 Tabel 18.
3 Anggota keluarga 22 47,8 Keterampilan/Keahlian Khusus yang Dimiliki
Jumlah 46 100,0
Data pada Tabel 17 di atas dapat Data pada tabel di atas menunjukkan
diketahui bahwa seluruh responden (100%) bahwa sebanyak 2 responden (4,35%) yang
tidak ada yang bekerja kembali dalam sektor mendapatkan uang pensiun per bulannya di atas
Rp 1.000.000,00. Mereka adalah yang pada
160 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...
1 50 – 100 m² 4 8,7
2 100 – 150 m² 10 21,7 No Alat Penerangan F %
3 > 150 m² 32 69,6 1 PLN 44 95,6
Jumlah 46 100,0 2 PLN dan genset 2 4,4
Jumlah 46 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Flippo, Edwirn B., Manajemen Personalia, Jilid Poerwono Hadi, Tata Personalia, Cetakan V,
2, Edisi Enam, Erlangga, Jakarta, 1992. Djambatan, Bandung 1982
Fronner M. D. S.
Abstract
Implementation worker rights according to the law by H.M. Sampoerna Company is the
subject of research. It is very important to know how in fact, because government put it to
effect worker’s social welfare. This research is descriptive research and shows two issues.
The first, how did H.M. Sampoerna Company implement worker rights according to the
law. Second, how is life condition of the workers, especially about their social welfare. If
H.M. Sampoerna Company implemented the worker right as taken in the law so the
worker’s social welfare will be good. According to the data analysis, H.M. Sampoerna
Company has implemented worker rights very well, and worker’s social welfare is good.
masih relatif rendah atau tidak sesuai dengan adalah kecenderungan perusahaan melakukan
kebutuhan pekerja atau buruh, yaitu rata-rata pemutusan hubungan kerja (PHK) secara
besarnya Upah Minimum Propinsi (UMP) sepihak tanpa mempertimbangkan kondisi
Sumatera Utara sebesar Rp 600.000 per bulan. pekerja. Hal ini tercermin dari banyaknya aksi-
Upah sejumlah Rp 600.000 sangat menyiksa aksi dari pekerja, seperti aksi mogok ratusan staf
perasaan buruh dalam menutupi kebutuhan dan manajer PT Tolan Tiga Indonesia yang
hidupnya sehari-hari. Untuk biaya hidup sehari- menuntut hak-hak normatif seperti kenaikan
hari antara lain makan (dengan harga paling upah dan pemberian fasilitas dengan
murah dan tanpa rokok), transportasi dan biaya menyetarakan dengan perusahaan PMA lainnya
lainnya mencapai Rp 12.000. Memang jika seperti PT Lonsum dan PT Socfin. Diskriminasi
dibandingkan, Upah Minimum Provinsi (UMP) antarkaryawan pribumi dan karyawan
tahun 2003 sebesar Rp 537.000 terdapat nonpribumi sangat mencolok (SIB, Sabtu 3 Mei
kenaikan 11,73 persen, namun kenaikan ini 2003: 9).
sangat tidak wajar sehingga perlu ditinjau Pembangunan nasional merupakan
kembali upah yang dinilai layak agar semangat pengamalan Pancasila dan UUD 1945 yang
kerja pekerja meningkat, sehingga masalah diarahkan pada peningkatan harkat, martabat
pemenuhan kebutuhan pekerja/buruh sedikit dan kemampuan manusia serta kepercayaan
teratasi. Secara minimum kebutuhan sebulan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan
mencapai Rp 360.000, artinya yang diperoleh masyarakat adil dan makmur, baik material
pekerja setelah menutupi biaya hidup yang maupun spiritual. Dalam mewujudkan
minimum hanya Rp 240.000. Upah yang layak kesejahteraan kehidupan warganya, Pemerintah
bagi pekerja saat ini minimal Rp 900.000 per menekankan pada terwujudnya masyarakat yang
bulan. Dengan jumlah ini, pekerja memperoleh adil dan makmur secara merata. Ini berarti
pendapatan yang layak (Analisis, Selasa 21 bahwa Indonesia bertekad untuk mewujudkan
Desember 2004: 6). kesejahteraan bagi seluruh Bangsa Indonesia,
PTPN III, yang merupakan perusahaan bukan hanya bagi sekelompok atau sebahagian
yang bergerak dalam bidang perkebunan, dapat masyarakat tertentu saja. Dilihat dari tujuan
dikatakan telah mengimplementasikan hak-hak pembangunan nasional maka negara RI
normatif pekerja dengan baik. Perusahaan ini menganut tipe negara kesejahteraan (welfare
dapat sebagai contoh bagi perusahaan yang lain, state).
karena perusahaan ini peduli terhadap Berbicara mengenai hak pekerja berarti
kesejahteraan karyawannya. Salah satunya kita membicarakan hak-hak asasi maupun hak
adalah membangun perumahan karyawan Griya yang bukan asasi. Hak asasi adalah hak yang
Nusantara yang bekerja sama dengan Developer melekat pada diri pekerja itu sendiri yang
Trisna yang dibiayai dengan dana kredit Bank dibawa sejak lahir dan jika hak tersebut terlepas
Niaga Cabang Medan. Seluruh karyawan dari diri pekerja akan menjadi turun derajat dan
memiliki kesempatan mendapat fasilitas rumah harkatnya sebagai manusia, sedangkan hak yang
dengan pedoman tipe bangunan yang berbeda- bukan asasi berupa hak pekerja yang telah diatur
beda, sesuai dengan kemauan dan kemampuan dalam peraturan perundang-undangan yang
karyawan membayar kredit per bulan. Pihak sifatnya nonasasi.
manajemen PTPN III melihat, dengan gaji atau Hak asasi sebagai konsep moral dalam
upah yang standar untuk seorang karyawan bermasyarakat dan bernegara bukanlah suatu
biasa tidak akan dapat memenuhi seluruh konsep yang lahir seketika dan bersifat
kebutuhannya, maka dengan adanya fasilitas menyeluruh. Hak asasi lahir setahap demi
yang disediakan oleh perusahaan dapat setahap melalui periode-periode tertentu di
meringankan beban ekonomi karyawan, karena dalam sejarah perkembangan masyarakat.
konsep utama perusahaan adalah untuk Sebagai suatu konsep moral, hak asasi dibangun
mensejahterakan karyawan dengan dan dikembangkan berdasarkan pengalaman-
mengoptimalkan seluruh kemampuan yang ada pengalaman kemasyarakatan manusia itu sendiri.
(Analisis, 23 Desember 2004: 6). Pengalaman-pengalaman dari kelompok-
Banyak perusahaan yang belum kelompok sosial dalam masyarakat bernegara
memberikan hak-hak normatif sesuai ketentuan itulah yang mewarnai konsep hak asasi.
perundang-undangan menjadi salah satu pemicu Di Indonesia konsep hak asasi manusia
munculnya tuntutan dari pekerja. Persoalan lain telah secara tegas dan jelas diakui
martabat manusia serta nilai-nilai agama kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
(pasal 86 ayat 61). bersalin, hari tua dan meninggal dunia (Pasal 1
8. Setiap pekerja berhak memperoleh Ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992
penghasilan yang memenuhi penghidupan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
yang layak bagi kemanusiaan (pasal 88 ayat Beberapa hal penting berkenaan dengan
1). hak normatif pekerja dalam jaminan sosial
9. Setiap pekerja dan keluarganya berhak tenaga kerja adalah:
untuk memperoleh jaminan sosial tenaga 1. Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan
kerja (pasal 99 ayat 1). sosial tenaga kerja (Pasal 3 Ayat 2 UU
10. Setiap pekerja berhak membentuk dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
menjadi anggota serikat pekerja atau serikat 2. Setiap tenaga kerja yang tertimpa
buruh (pasal 104 ayat 1). kecelakaan kerja, yang menderita penyakit
11. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan akibat hubungan kerja berhak menerima
serikat pekerja dilakukan secara sah, tertib Jaminan Kecelakaan Kerja (Pasal 8 Ayat 1
dan damai sebagai akibat gagalnya UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Pasal
perundingan (pasal 137). 2 Keppres. RI No. 22 Tahun 1993).
3. Setiap perusahaan wajib melaksanakan
Perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi program Jamsostek bagi tenaga kerja yang
3 (tiga) macam, yaitu: melakukan pekerjaan berdasarkan hubungan
1. Perlindungan Ekonomis, yaitu perlindungan kerja (Pasal 4 Ayat 1 dan pasal 17 UU
tenaga kerja dalam bentuk pengahasilan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak 4. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan
mampu bekerja diluar kehendaknya. karena kecelakaan kerja, ahli warisnya
2. Perlindungan Sosial, yaitu perlindungan berhak atas Jaminan Kematian (Pasal 12
tenaga kerja dalam bentuk jaminan Ayat 1 UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
kesehatan kerja dan kebebasan berserikat 5. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak
dan perlindungan hak untuk berorganisasi. atas Jaminan Hari Tua (Pasal 14 dan 15 UU
3. Perlindungan Teknis, yaitu perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan 6. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak
keselamatan kerja (Soepomo, 1993: 76). memperoleh Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (Pasal 16 UU Jaminan Sosial
Keselamatan dan kesehatan kerja Tenaga Kerja).
merupakan salah satu hak dasar pekerja (pasal
86 ayat 1 huruf a UU Tenaga Kerja). Untuk itu Pengupahan termasuk sebagai salah satu
pengusaha wajib melaksanakan secara sistematis aspek penting dalam perlindungan pekerja (hak
dan terintegrasi dengan sistem manajemen normatif pekerja). Hal ini secara tegas diatur
perusahaan. dalam Pasal 88 Ayat 1 UU Tenaga Kerja, bahwa
Keselamatan kerja adalah keselamatan setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan
yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
bahan dan proses pengelolahannya, landasan kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang
tempat kerja dan lingkungannya. (Sumakmur, layak di mana jumlah pendapatan pekerja dari
1987: 1). Objek keselamatan kerja adalah segala hasil pekerjaannya mampu memenuhi kebutuhan
tempat kerja. Kesehatan kerja adalah bagian dari hidup pekerja dan keluarganya secara wajar, yang
ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja meliputi makanan dan minuman, sandang, papan,
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari
baik fisik, mental maupun sosial, sehingga tua.
memungkinkan dapat bekerja secara optimal Pemerintah menetapkan kebijakan
(Depnaker, 1994/ 1995: 11). pengupahan yang melindungi pekerja yang
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja meliputi (Hardijan Rusli, 2004: 115):
adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja 1. Upah minimum,
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai 2. Upah kerja lembur,
pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang 3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan,
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat 4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kegiatan lain di luar pekerjaannya,
No Ketagori F % Tabel 6.
1 Sama 39 100,0 Standard Kompetisi dalam Pelatihan Kerja
2 Diskriminasi 0 0
Total 39 100,0 No Jawaban F %
1 Ya 33 84,6
Sumber: Data Primer
2 Tidak 6 13,4
No Jawaban F %
No Jawaban F %
1 Lebih besar 39 100,0
1 Ya 39 100,0 2 Sama 0 0
2 Kadang-kadang 0 0 3 Lebih kecil 0 0
3 Tidak 0 0
Total 39 100,0
Total 39 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data yang disajikan di atas,
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
diketahui bahwa responden secara keseluruhan
semua responden mendapatkan fasilitas dan
mengetahui dengan jelas bahwa upah yang
program kesehatan dari perusahaan. Adapun
mereka dapatkan adalah lebih besar dari UMP
fasilitas dan program kesehatan tersebut adalah:
Riau/Batam.
174 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...
di dalam buku peraturan perusahaan tersebut disebabkan oleh posisi pekerjaan yang berbeda
tidak dimuat dan diatur mengenai Hak dan lamanya masa kerja karyawan tersebut di
Mogok Kerja. Diyakini perusahaan memang perusahaan. Ada kebijakan dari perusahaan
sengaja tidak menjelaskannya pada para bahwa setiap tahunnya gaji atau upah karyawan
karyawannya, demi kepentingan bisnis itu meningkat sebesar 8% (delapan persen) s.d.
semata. 13% (tiga belas persen). Sedangkan tunjangan
dan dana pendapatan lainnya tidak ada sama
Tabel 18. sekali diberikan oleh perusahaan, sebab bantuan
Perolehan Buku Pedoman tentang Peraturan dan tunjangan bagi karyawan semuanya telah
Perusahaan
diatur dalam Sampoerna Human Resources
Policy (Sistem dan Prosedur Biaya Pengobatan,
No Jawaban F % Tunjangan Serta Dana Bantuan dan
1 Ya 39 100,0 Kesejahteraan yang diberikan oleh PT H.M.
2 Tidak 0 0 Sampoerna kepada karyawan). Dari gaji pokok
Total 39 100,0 setiap karyawan dipotong sebanyak 2% (dua
persen) tiap bulannya untuk Asuransi Tenaga
Sumber: Data Primer
Kerja (Astek).
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 20.
tabel di atas, semua responden mengaku Kecukupan dan Kelayakan Upah yang Diperoleh
mendapatkan Buku Pedoman Peraturan
Perusahaan. Adapun pihak perusahaan juga No Jawaban F %
dengan sengaja membagi buku pedoman
1 Sudah cukup 39 100,0
tersebut dengan gratis dengan tujuan untuk 2 Tidak selalu cukup 0 0
dapat memberikan pengetahuan tentang tata 3 Tidak pernah cukup 0 0
tertib perusahaan dan perlindungan kerja Total 39 100,0
karyawan. Dan tidak lain tujuan dari hal
tersebut adalah demi terciptanya suasana Sumber: Data Primer
kerja yang aman, kondusif, nyaman dan tertib
agar perusahaan dapat berjalan dengan baik Berdasarkan data di atas, keseluruhan
dengan mendapatkan income yang baik pula. responden mengaku sudah menerima gaji atau
upah yang sudah layak dan mencukupi.
Tabel 19.
Distribusi Jawaban Responden tentang Penghasilan Tabel 21.
atau Upah Adanya Bonus Selain Upah
No Jawaban F % No Jawaban F %
1 Rp 1.000.000,- 1 2,6 1 Ya 39 100,0
2 Rp 1.200.000,- 3 7,7 2 Tidak 0 0
3 Rp 1.400.000,- 1 2,6 Total 39 100,0
4 Rp 1.500.000,- 8 20,5
5 Rp 1.600.000,- 2 5,1 Sumber: Data Primer
6 Rp 1.800.000,- 1 2,6
7 Rp 2.000.000,- 10 25,6 Bonus selain upah yang diberikan oleh
8 Rp 2.500.000,- 8 20,5
9 Rp 3.500.000,- 2 5,1
perusahaan kepada karyawannya berdasarkan
10 Rp 4.500.000,- 2 5,1 omzet dan target yang dicapai perusahaan. Jadi
11 Rp 6.000.000,- 1 2,6 hal ini membuat seluruh responden mengakui
Total 39 100,0 adanya bonus setiap tiga bulannya selain upah
atau gaji yang mereka terima setiap bulannya.
Sumber: Data Primer
Alasan diberikannya bonus adalah sebagai
motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik
Dari data yang disajikan pada tabel di atas
dan diharapkan dapat mencapai target yang telah
dapat diketahui bahwa, gaji atau upah para
ditentukan perusahaan. Bonus yang diberikan
karyawan PT H.M. Sampoerna Sales Division
sesuai dengan target yang dicapai karyawan dan
Batam sangat bervariatif. Hal ini tentunya
perusahaan dan bisa saja bonus tersebut sebesar sisa penghasilan atau upah yang dapat ditabung
gaji atau upah yang diterima oleh karyawan. serta responden yang pandai berhemat.
No Jawaban F % No Jawaban F %
1 Cukup 24 61,5
1 Ya 39 100,0 2 Kadang-kadang 0 0
2 Tidak 0 0 3 Tidak cukup 0 0
3 Perlu ditingkatkan 0 0 4 Tidak tahu 15 38,5
Total 39 100,0
Total 39 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Dengan alasan bahwa bantuan atas Dapat diketahui dari data yang tersaji
kesejahteraan yang cukup melalui Sampoerna pada tabel di atas yaitu sebanyak 61,54%
Human Resources Policy (Sistem dan Prosedur responden mengaku mendapatkan biaya
Biaya Pengobatan, Tunjangan Serta Dana perjalanan dinas dan penginapan yang cukup.
Bantuan dan Kesejahteraan yang diberikan oleh Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu
PT H.M. Sampoerna kepada karyawan) dan atas adalah mereka yang belum dan tidak pernah
bonus yang memuaskan, maka didapat data yang pergi untuk perjalanan dinas, yaitu bagian
menjelaskan bahwa keseluruhan responden administrasi, gudang dan security. Adapun
responden yang pernah dan bahkan selalu
merasa puas atas bantuan dan bonus yang
melakukan perjalanan dinas adalah salesman,
diberikan perusahaan kepada mereka. driver, supervisor sales dan manajer. Dapat
dijelaskan bahwa biaya perjalanan dinas tersebut
Tabel 23. sebesar Rp 79.000,- per harinya dan biaya untuk
Peluang Menabung Karyawan
menginap sebesar Rp 140.000,- per malammya.
satupun responden yang bertempat tinggal pada Dari data yang disajikan pada tabel di atas
rumah dinas perusahaan. dapat disimpulkan bahwa sebanyak 37
orang responden mengaku merasa terlindungi
Tabel 26. dalam hal kesehatan, yaitu dalam hal biaya
Bantuan Sewa Tempat Tinggal
pengobatan dan perawatan medis. Rasa
No Jawaban F % terlindunginya kesehatan responden ini bisa
1 Ya 0 0 dipastikan karena budget untuk pengobatan dan
2 Tidak 39 100,0 kesehatan karyawan PT H.M. Sampoerna yang
Total 39 100,0 lumayan besar jumlahnya, yaitu sebesar Rp
Sumber: Data Primer 3.000.000,- per tahun per orang. Tapi ada juga
sedikit responden yang merasa belum
Perusahaan tidak memberikan bantuan sepenuhnya terlindungi kesehatannya, yaitu
kepada karyawan dalam hal bantuan biaya sejumlah 2 orang responden. Tidak dapat
perumahan bila karyawan menyewa atau diketahui dengan jelas apa alasan mereka
mengontrak tempat tinggalnya. Hal ini dapat sehingga merasa kadang-kadang saja
diketahui dari data yang disajikan pada tabel di terlindungi.
atas. Dan memang pihak PT H.M. Sampoerna
Batam menjelaskan bahwa dalam hal bantuan Tabel 29.
Perolehan Pakaian Seragam untuk Bekerja dari
biaya menyewa atau mengontrak tempat tinggal Perusahaan
bagi karyawan, perusahaan tidak ada
mengalokasikan dana untuk itu. Jadi bila
menyewa atau mengontrak tempat tinggal, No Jawaban F %
karyawan hanya dapat berharap dari gaji atau 1 Ya 39 100,0
penghasilannya saja ditambah dengan bonus 2 Tidak 0 0
yang diterimanya.
Total 39 100,0
Tabel 27. Sumber: Data Primer
Bantuan Perumahan
karyawan statusnya sudah sebagai karyawan driver, security, helper gudang dan juga
tetap, maka karyawan mendapatkan dana salesman.
pensiun, yang didapat berdasarkan pemotongan
terhadap gaji setiap bulannya sesuai ketentuan Tabel 33.
perundangan tentang Jamsostek. Kepuasan Bekerja
Likert, bahwa perusahaan tersebut telah menabung dari penghasilan tersebut. Jaminan
berusaha dengan memberikan yang terbaik kesehatan bagi karyawan PT H.M. Sampoerna
dalam hal kesejahteraan karyawannya sesuai Sales Division Batam juga sangat dirasakan sangat
kemampuan perusahaan tersebut, dan diketahui baik oleh karyawannya, hal ini karena didukung
bahwa pengakuan keseluruhan responden dapat oleh Sampoerna Human Resources Policy.
dikatakan sebagai pengakuan yang positif secara Sedangkan untuk jaminan hari tua, maka
signifikan (dengan bobot nilai = 0,33 s.d. 1). karyawan mendapatkan dana pensiun dari
perusahaan, tapi bukan secara langsung
Kesimpulan perusahaan memberikannya dan menetapkan
besarnya dana, melainkan diberikan berdasarkan
Implementasi hak normatif tenaga kerja dana yang berasal dari pemotongan terhadap
oleh PT H.M. Sampoerna Sales Division Batam penghasilan karyawan yang didapatkan setiap
telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat bulannya yang dikelola oleh Dana Pensiun
diketahui dari pengakuan responden yang Sampoerna.
sebagian besar positif secara signifikan, Secara umum dengan pengunaan Skala
mencerminkan kebijakan-kebijakan perusahaan Likert, bahwa perusahaan tersebut telah
menyangkut hak normatif karyawan sesuai dengan berusaha dengan memberikan yang terbaik
peraturan dan perundang-undangan yang dalam hal kesejahteraan karyawannya sesuai
berlaku. kemampuan perusahaan tersebut, dan diketahui
Dengan adanya perlakuan-perlakuan yang bahwa pengakuan keseluruhan responden dapat
sama tanpa diskriminasi oleh pengusaha atau dikatakan sebagai pengakuan yang positif secara
pimpinan dalam kesempatan melamar, suasana signifikan (dengan bobot nilai =
kerja yang baik, perlakuan dalam berkarier yang 0,33 s.d. 1).
sama dan lain-lain, maka PT H.M. Sampoerna
Sales Division Batam sudah berusaha memenuhi Saran
hak-hak dasar karyawannya. Mengenai
perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan Melihat upaya-upaya PT H.M. Sampoerna
kerja, PT H.M. Sampoerna Sales Division Sales Division Batam yang telah dideskripsikan
Batam juga telah memberikan fasilitas dan di atas dalam menciptakan kesejahteraan para
menjalankan program yang menunjang karyawannya, maka dapat diberikan saran yang
kesehatan para karyawannya. ditujukan bagi karyawan PT H.M. Sampoerna
Implementasi hak-hak normatif tenaga Sales Division Batam agar meningkatkan mutu
kerja di PT H.M. Sampoerna Sales Division kerjanya sehingga perusahaan dapat
Batam secara umum bersifat positif secara memperoleh laba yang meningkat dari tahun-
signifikan (bobot nilai = 0,33 s.d. 1), sebab tahun sebelumnya. Bagi pihak PT H.M.
sebagian besar jawaban responden tentang PT Sampoerna Sales Division Batam dapat
H.M. Sampoerna Sales Division Batam yang diberikan saran yaitu, pertama agar pihak
telah mengimplementasikan dengan baik hak- perusahaan dapat memikirkan dan mewujudkan
hak normatif tenaga kerja sebagaimana fasilitas perumahan (seperti mess atau rumah
dimaksudkan dalam undang-undang. dinas) bagi karyawannya. Memang penghasilan
Kesejahteran karyawan telah terwujud yang diberikan perusahaan kepada karyawannya
cukup besar dan diyakini telah mencukupi untuk
dengan baik, hal ini dapat dilihat melalui upaya-
biaya tempat tinggal, tapi alangkah baiknya bila
upaya dalam hal kesejahteraan karyawannya yang
fasilitas perumahan tersebut dapat terwujud
dilakukan oleh PT H.M. Sampoerna Sales
demi lebih terjaminnya kesejahteraan karyawan,
Division Batam dengan sangat baik. Apalagi atau paling tidak perusahaan dapat memberikan
bila dilihat perwujudan kesejahteraan yang baik bantuan berupa dana untuk biaya tempat tinggal
tersebut dari segi penghasilan yang cukup, para karyawannya. Kedua, agar perusahaan pada
suasana kerja yang kondusif dan usaha tahun-tahun berikutnya dapat mengeluarkan
menjamin keselamatan dan kesehatan serta kebijakan-kebijakan yang lebih lagi
jaminan sosial karyawannya. Adapun upah, memperhatikan dan mengutamakan hak-hak
tunjangan, bonus dan biaya perjalanan yang normatif karyawannya tanpa membebani
diberikan oleh perusahaan tersebut sudah perusahaan lebih berat, sehingga diharapkan
dirasakan cukup oleh seluruh responden dan tidak terjadinya aksi-aksi yang mengkritisi tajam
bahkan sebahagian besar karyawannya dapat
180 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...
Azwar, Saifuddin, 1992, Sikap Manusia: Teori Sumarnonugroho, T, 1987, Sistem Intervensi
dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Kesejahteraan Sosial, Penerbit PT
Yogyakarta. Hanindita, Yogyakarta.
Bahder, Johan, Nasution, 2004, Hukum Tenaga Walter A. Friedlander, Introduction to Social
Kerja Kebebasan Berserikat Bagi Welfare 3th Edition, Englewood Cliffs,
Pekerja, Mandar Maju. New Jersey, Prentice Hall Inc., 1968.
Erna Widodo & Mukhtar, 2000, Konstruksi Harian Analisis, Medan, Rabu, 23 April 2003: 2.
Kearah Penelitian Deskriptif, Avyrouz,
Yogyakarta. Harian Analisis, Medan, Selasa, 21 Desembrer
2004: 6.
Hadari, Nawawi, 1991, Metode Penelitian
Bidang Sosial, Gadjah Mada University Harian Analisis, Medan, Kamis, 23 Desember
Press, Yogyakarta. 2004: 6.
Hardijan Rusli, 2004, Hukum Tenaga Kerja Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, Sabtu, 3
2003, Ghalia Indonesia, Jakarta. Mei 2003: 9.
Kansil, 1997, Pokok-Pokok Hukum Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Pustaka Sinar Peraturan Perusahaan Sampoerna 2003-2005.
Harapan, Jakarta.
Tempo Interaktif, Selasa 21 Desember 2004,
Lalu, Husni, 2003, Pengantar Hukum Tenaga 12:24 WIB.
Kerja Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.
Mulatua P. Silalahi
Abstract
The unemployment high level in Indonesia is the national big problem. We have to
appreciate that 37 million unemployment is the large number and the government has to
do something. Economic growth planned by the government, 7 – 8 percents curtained not
enough to supply the need number of field of work, especially to solve the latest
unemployment problem in Indonesia. As we know that 1 percent economic grow can
supply the new field of work for 300.000 – 400.000 workers. This means that Indonesia
only can supply the new field of work for 2,1 – 2,4 millions workers in one year.
Mulatua P. Silalahi adalah Staf Pengajar Jurusan Manajemen STIE Tricom Medan
Abstract
The economical poverty is very significant to social problem. The street children are the
social problem caused by the economical poverty. This research try to know how The
YAKMI (foundation) help the poor children which have the street children status. This
research especially to know how the change in the mind of the street children after got the
treatment program which be done by YAKMI. The result of this research shows, there are
some positive changes in the street children’s selves. After got the treatment program by
YAKMI they tried change their selves as good as they can and try to prepare their future.
Mai Yusra adalah Staf PT Satelindo Dumai, Hairani Siregar adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP USU
186 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...
kasus yang ada dari 12 bentuk kekerasan. orang anak. Dari data bahwa alasan berkelahi
Sedangkan bentuk kekerasan Konflik dengan yang paling banyak karena diganggu (53,6%).
Hukum berada di urutan kedua dengan 50 kasus Dari 27 anak perempuan, 22 anak memakai
(Elvayani dalam Lintas Anak-PPAI, 2004: 3). alasan ini (81%). Tidak ada perempuan
Anak merupakan potensi sumber daya berkelahi karena membela teman. Dari data ini
insani bagi pembangunan nasional, dimulai terlihat bahwa lingkungan membentuk perilaku
sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara buruk pada anak.
optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Menanggapi kompleksitas masalah
Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas tersebut, harus ada upaya-upaya konkret untuk
generasi bangsa (termasuk di dalamnya anak melakukan perbaikan atas situasi anak jalanan
jalanan) tidak dapat dilepaskan dari upaya atau bahkan – yang bersifat utopis –
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada menghilangkan keberadaan anak jalanan. Upaya
umumnya, dan khususnya anak yang diwarnai ini akan berdampak besar apabila ada
dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, keterlibatan dan jalinan kerja sama berbagai
kesehatan, keagamaan, intelektualitas. pihak seperti pemerintah, organisasi non –
Menurut Dr. E.M. Sweeting dkk., pemerintah (NGO), organisasi sosial dan
mengatakan bahwa rata-rata anak yang putus kemasyarakatan, akademis dan masyarakat
sekolah diperkirakan karena masalah ekonomi umum.
yang buruk. Namun kadang-kadang ada yang Salah satu upaya yang dapat dilakukan
terus-menerus sakit dan malah ada pula anak- adalah dengan upaya pemberdayaan, ini sangat
anak yang berhenti dari sekolah karena penting dilakukan agar anak jalanan dapat
membantu menambah penghasilan keluarga. keluar dari kondisi marjinal. Pemberdayaan
Sehingga mereka terpaksa tidak memperdalam tidak hanya dilakukan dalam segi ekonomi
pendidikan mereka. Apalagi pembentukan (pekerjaan dan penghasilan) tapi juga
perilaku mereka di jalan terutama perilaku buruk pendidikan yang akan merupakan investasi bagi
(Sweeting,1998: 15). mereka dalam meraih pekerjaan yang lebih baik
Dari data baseline survey (penelitian di masa dewasanya. Pendidikan yang dimaksud
dasar) ditemukan, perilaku buruk anak jalanan di bisa berupa pendidikan formal maupun
Kota Medan dalam hal pemakaian napza pada pendidikan informal berupa keterampilan.
anak jalanan yang paling umum adalah ngelem Pemberdayaan menjadi peluang untuk
dan alkohol masing-masing sekitar 27%, anak jalanan dapat berkembang menjadi lebih
kumudian ganja/cimeng 21%. Sementara dalam baik. Agar mereka dapat terhindar dari ancaman
mengkonsumsi rokok ditemukan sekitar 50% dan masalah penyalahgunaan dirinya di jalanan.
anak jalanan telah mengkonsumsinya. Jumlah Sehingga anak jalanan menjadi lebih produktif
batang rokok bervariasi dari 1 sampai 24 batang dengan memanfaatkan peluang di jalan maupun
per hari, di mana anak laki-laki yang berusia di luar lingkungan jalanan sehingga pada
di atas 15 tahun umumnya mengkonsumsi akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup
rokok hingga 6 batang per hari. Sementara mereka.
penyakit yang paling banyak ditemukan pada Menindaklanjuti masalah di atas, maka
anak jalanan adalah penyakit kulit sekitar 46,8% diharapkan berpartisipasi LSM dalam
dibandingkan diare dan penyakit kelamin penanganan masalah anak jalanan tersebut.
(Kencana, 2001: 32). Yayasan Kesejahtraan Masyarakat Indonesia
Jenis perilaku anak jalanan yang sering (YAKMI) sebagai salah satu organisasi non
dilakukan salah satunya adalah berkelahi. pemerintahan, secara berkelanjutan melakukan
Perilaku yang sering berkelahi pada anak program pemberdayaan terhadap anak jalanan.
jalanan dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Program yang dilakukan antara lain meliputi
Data ini diperoleh dari hasil survei yang pemberian bantuan kepada anak jalanan seperti
dilakukan kepada anak jalanan dari empat LSM pelayanan pendidikan dan keterampilan,
yang didanai oleh Save The Children. LSM beasiswa, bimbingan dan motivasi, pemberian
tersebut meliputi KKSP, PKPA, YAKMI, bantuan modal.
KARANG yang dilakukan pada masing-masing Pada umumnya anak yang didampingi
lokasi Rumah Singgah tersebut. lembaga YAKMI adalah anak yang Vulnarabel
Dari data pada tabel di atas terlihat bahwa yaitu 89,8% dari jumlah anak dampingan (360
anak yang tidak berkelahi adalah 8 % atau 20 anak). Mereka tinggal bersama orang tua/
keluarga dan ada yang hidup mengontrak Adapun populasi dalam penelitian ini
bersama teman-teman (5,5%). Mereka yang adalah anak jalanan yang mendapat program
mengontrak pada umumnya berasal dari luar pemberdayaan oleh Yayasan Kesejahtraan
Kota Medan, yaitu kabupaten terdekat seperti Masyarakat Indonesia (YAKMI) yang berjumlah
Deli Serdang dan Langkat. Sekarang 48,8% dari 318 Anak. Dalam penelitian ini peneliti
jumlah anak dalam keadaan putus sekolah. mengambil 10% dari 318 orang anak jalanan
Jika didasari dari teori behavioralisme yang mendapat program pemberdayaan oleh
yaitu teori yang mengungkapkan bahwa perilaku YAKMI. Dengan demikian sampel yang diambil
sesorang terbentuk dari proses belajar terhadap berjumlah 32 orang. Sedangkan teknik
lingkungan yang bersangkutan. Maka perilaku pengambilan sampel yang digunakan adalah
anak jalanan terbentuk dari kehidupan mereka di sampel kuota, yaitu teknik sampling yang tidak
jalanan karena hampir sebahagian waktu mereka mendasarkan kepada strata atau daerah, tetapi
habiskan di jalanan maka terbentuknya perilaku mendasarkan diri pada jumlah yang sudah
buruk dari proses peniruan. Oleh sebab itu ditentukan. Biasanya yang dihubungi adalah
YAKMI sebagai lembaga swadaya masyarakat subjek yang mudah ditemui (Arikunto, 1997:
yang bergerak pada anak jalanan memiliki 119).
program untuk menekan perilaku buruk pada Untuk mendapatkan informasi yang
anak. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan dibutuhkan peneliti menggunakan metode
peneliti untuk mengakaji program tersebut pengumpulan data berupa studi pustaka dan
terlaksana dalam kaitan merubah perilaku anak studi lapangan. Data studi lapangan diperoleh
jalanan. Karena pada hakikatnya anak jalanan melalui observasi (pengamatan), dilakukan
bagaimanapun merupakan generasi penerus dengan memperhatikan dan mengamati
sehingga perilaku buruk tersebut harus segera kehidupan anak jalanan sehari-hari yang menjadi
dirubah. Oleh karena itu masalah ini harus responden. Di samping itu juga dilakukan
segera diteliti agar program tersebut memiliki wawancara yaitu peneliti dalam memperoleh dan
dampak perubahan terhadap sasaran ataupun mengumpulkan data, akan mengadakan dialog
sebaliknya. secara langsung dengan mengajukan pertanyaan
mengenai persoalan perilaku pada anak jalanan
Metode Penelitian yang dibahas dalam penelitian ini kepada
responden yaitu anak jalanan yang telah
Tipe penelitian tergolong penelitian
ditetapkan. Selain itu tambahan informasi dari
penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur
wanwancara pendamping anak selama ini serta
pemecahan masalah yang diselidiki dengan
teman anak tersebut. Data yang diperoleh
menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian
dianalisis secara deskriptif.
(seseorang masyarakat dan lain-lain) pada saat
ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 63).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam hal ini menggunakan tipe penelitian
Yayasan kesejahteraan masyarakat
deskriptif ingin membuat gambaran atau
Indonesia (YAKMI) merupakan lembaga
melukiskan secara sistematis aktual dan akurat
kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha
tentang Program Pemberdayaan Anak Jalanan
kesejahteraan sosial yang pada saaat ini
terhadap Perilaku Anak Jalanan yang dibimbing
memusatkan perhatian pada pembinaan,
oleh YAKMI.
pemberdayaan dan perlindungan anak jalanan
Penelitian ini dilakukan di lembaga swadaya
melalui model sanggar belajar anak jalanan.
masyarakat yaitu Yayasan Kesejahteraan
Yayasan ini berdiri pada tahun 1999
Masyarakat Indonesia (YAKMI) yang berada di
berdasarkan ide dan prakarsa murni pekerja
jalan Gajah Mada/Jl. Dame No.8 dan Sanggar
sosial profesional sehingga kinerja kegiatannya
PKBM Ganesa di Jalan Sei Lepan No. 09.
berorientasi pada metode pekerja sosial.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah
Landasan hukum lembaga YAKMI berakte
karena Yayasan Kesejahteraan Masyarakat
notaris No. 78/ Tanggal 22 Mei 2000 dan
Indonesia (YAKMI) secara aktif terlibat dalam
terdaftar pada Dinas Sosial Sumatera Utara No.
menangani perilaku anak jalanan dengan
467.6/17 Tanggal 11 Januari 2001.
memberikan pemberdayaan guna merubah
LembagaYAKMI saat ini memusatkan
penyimpangan perilaku anak jalanan.
pembina anak jalanan di wilayah pasar petisah
190 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...
tidak adanya biaya sekolah dari orang tua. daripada laki-laki.” (dalam Trisnadi,
Selain tidak adanya biaya ternyata kurangnya 2004: 72)
motivasi dari anak maupun lingkungan yang Sehingga dalam hal ini jelas alasan anak
dibarengi dengan malas juga mempengaruhi jalanan perempuan lebih sedikit jumlahnya.
anak untuk menamatkan sekolah. Dari hasil Jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak tidak
wawancara terhadap responden; Muamar yang terkait dengan persoalan jenis pekerjaan anak di
ngamen di Simpang Seikambing. Alasan ia tidak jalan karena tidak ada peran gender pada
bersekolah karena ikut orang tuanya pindah dari pekerjaan anak jalanan. Ini juga dibuktikan dari
Aceh. Sebelumnya Muamar sekolah SD di hasil penelitian Dinas Sosial Sumatera Utara dan
Lansa tetapi sewaktu umur Muamar 9 tahun Universitas Atmajaya pada tahun 2002, bahwa
orang taunya pindah ke Medan. Hingga umur anak jalanan di Kota Medan didominasi oleh
Amar 15 tahun saat ini Muamar tidak bersekolah anak laki-laki. Begitu juga anak jalanan
lagi dan sekarang dia mengikuti program belajar dampingan YAKMI umumnya laki-laki.
kelompok yang dibuat oleh YAKMI.
Tabel 4.
Tabel 3. Distribusi Daerah Titik Mangkal Responden
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
No Daerah Mangkal F %
No Pendidikan F (%) 1 Pajak Setia luhur 6 18,8
1 Laki-laki 28 87,5 2 Lampu Merah Seikambing 7 21,9
2 Perempuan 4 12,5 3 Simpang Golden 4 12,5
4 Belakang Petisah Baru 11 34,4
Jumlah 32 100,0
5 Titi Layang Brayan 4 12,5
Sumber: Data Primer Jumlah 32 100,0
Khusus daerah Belakang Petisah Baru dan saja yang mereka pelajari dan mereka anggap
Simpang Lampu Merah Seikambing, di mana baik di luar.
orang tuanya ikut serta khususnya ibu. Mereka Frekuensi pulang ke rumah yang
ikut serta tidak hanya mengontrol anak yang dimaksud pada tabel di atas adalah seberapa
sedang bekerja di jalanan namun mereka juga sering anak-anak tersebut pulang ke rumah
terlibat bekerja di jalan. Hal ini dipertegas oleh orang tua mereka. Semakin jarang anak pulang
Wiwied trisnadi, bahwa adanya dua kategori maka semakin besar proses pembentukan
lokasi tempat kerja anak-anak jalanan: perilaku yang muncul pada diri anak dari
“Lokasi kerja anak-anak jalanan dapat pengaruh lingkungan luar. Anak-anak
dipilah menjadi dua kelompok, dampingan YAKMI didominasi oleh seringnya
perempatan di tengah kota dan mereka pulang ke rumah karena mereka masih
perempatan di pinggir kota. Anak yang bersekolah. Sementara yang memilih pulang 6
bekerja dipusat kota umunya bekerja kali dalam seminggu alasan mereka karena
bersama-sama dengan keluarganya, malam minggu dan hari minggu mereka
biasanya kecuali bapaknya. Sementara si habiskan bersama teman-teman mereka di jalan
bapak biasanya bekerja di sektor maupun di kontrakan teman mereka dan di hari
informal, seperti tukang beca, pemulung, lain mereka pulang karena mereka masih
buruh, bangunan, dsb. Sianak bersama sekolah. Namun dari koresponden yang
ibunya berangkat dari pagi hari dan memilih 2 kali dan 3 hingga 4 kali frekuensi
pulang sore hari. Bagi anak yang pulang ke rumah adalah anak-anak yang remaja
bersekolah pagi hari, maka ia akan yang tidak bersekolah lagi sementara 4 hingga
bekerja sepulang sekolah. Sianak 5 kali adalah anak yang rumahnya jauh seperti
biasanya meletakkan peralatan sekolah Muamar yang rumahnya di Binjai dan dan
dan berganti baju dan kemudian Hesekharianto yang mengaku malas pulang.
bergabung dengan anggota keluarganya
yang lain di jalanan”(Trisnadi, 2004: Tabel 6.
37). Distribusi Responden Menurut Lamanya Berada di
Jalanan dalam Sehari
Tabel 5.
Frekuensi Responden Pulang ke Rumah dalam No. Lama di Jalanan F %
Seminggu 1. < 4 jam 2 6.3
2. 4 sampai 5 jam 22 68.8
No. Pulang ke Rumah F % 3. 6-7 jam 3 9.4
per Minggu 4. 8 sampai 10 jam 2 6.3
5. > 11 jam 3 9.4
1 2 kali 2 6.3 Total 32 100.0
2 3-4 kali 4 12.5
3 4-5 kali 2 6.3 Sumber: Data Primer
4 6 kali 4 12.5
5 setiap hari 20 62.5 Dari data tabel di atas terlihat bahwa
Total 32 100.0 sekitar 68% anak-anak yang dibimbing
Sumber: Data Primer YAKMI berada di jalan selama 4 sampai 5 jam
per hari. Ini membuktikan bahwa anak-anak
Budaya dalam kehidupan anak jalanan masih meluangkan waktu berada di rumah.
terbangun dari interaksi mereka selama berada Waktu anak berada di rumah digunakan untuk
di jalan. Kehidupan di jalan indentik liar dan belajar maupun beristirahat. Seperti halnya Juli
bebas sangat tidak cocok bagi anak seusia Opariani yang bekerja berdagang di Pajak
mereka. Apalagi bahaya-bahaya yang Tradisional Setia Luhur, mengaku bekerja
kemungkinan akan menimpa mereka. Rumah selama kurang lebih 5 jam per hari dan sisanya
adalah salah satu tempat ternyaman untuk “saya buat PR kak, walaupun jualanya habis
mereka tinggali dan proses pendidikan maupun tidak”. Sedangkan anak-anak yang
berlangsung. Jarangnya anak-anak pulang ke frekuensinya pulang ke rumah lebih dari 5 jam
rumah akan membentuk perilaku tidak baik per hari dihabiskan untuk melaklukan aktivitas
karena proses imitasi anak terbentuk dari apa di jalan seperti bekerja, bermain, mejeng
Lembaga ini sudah ada sejak tahun 2000 oleh sebelum makan kan kak, supaya gak
karena itu anak paling lama ikut lembaga ini cacingan. Ada lagi Kak itu..harus sering
sekitar 4 tahun. mandi, sikat gigi eee…cuma itu yang
ingat Kak”
Tabel 10. Begitulah ungkapan dari responden Yanti.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Namun ada beberapa responden yang tidak
Kesehatan Dasar
mengetahui pendidikan kesehatan dasar.
kadang kala sengaja kami gak mandi Tabel di atas dapat diketahui bahwa
supaya bisa cari banyak duit.” jumlah anak-anak jalanan yang tidak pernah
Tapi berbeda dengan yang dijawab oleh menyikat gigi menurun sekitar 28.1%, anak
responden yang satu ini: anak yang menyikat gigi satu kali naik 31.3%,
“Aku mandi kak kalau hujan, lebih enak anak-anak yang mengaku menyikat gigi dua kali
lagi kak, langsung di jalan. Sekalian aku dalam sehari sedikit menurun 3.1% sementara
sampoan di sini. Sekalian nyari duit yang menjawab lain-lain mengaku menyikat gigi
sekalian juga aku mandi.. he..he..” lebih dari dua kali tetap 6.3%. Responden yang
Ada juga responden yang menjawab lain- menjawab lebih dua kali ini mengaku menyikat
lain maksudnya adalah mereka mengaku mandi gigi sebelum tidur dan sesudah makan. ini
lebih dari 2 kali dalam sehari seperti anak-anak membuktikan adanya kemajuan anak-anak
ini menjawab: setelah mengikuti program YAKMI.
“Kalau kami kak mandi lebih lah 3 kali Frekuensi menyikat gigi anak jalanan
sehari, mandi pagi, mandi sore terus sebelum mengikuti program Pendidikan
mandi hujan…kan tiga kali kak” kesehatan dasar dari 32 responden lebih banyak
“Aku kak suka mandi 3 kali dalam sehari, mengaku tidak pernah. Alasan meraka
bangun pagi, mau pergi sekolah siang, menjawab tidak pernah dikarenakan malas. Tapi
karena aku masuk sekolah siang kak, trus ada juga anak yang menjawab dua kali seperti
pulang ngamen kak.” Novita mengaku:
Jadi alasan anak-anak jalan yang masih “Aku menyikat gigi dua kali dulu kak tapi
jarang mandi setelah menerima program sekarang tidak lagi kak. Dulu mamakku
pendidikan kesehatan dasar dari YAKMI yaitu belum sibuk jualan jadi aku dimarahi
dikarenakan kurangnya motivasi anak dan kalau tidak sikat gigi tapi sekarang aku
keluarga. Selain dari kurang perhatian ada juga malas kak.”
anak-anak yang mengaku mandi tetapi kondisi Motivasi mereka untuk menyikat gigi
sebenarnya tidak menunjukan kebersihan diri sebenarnya kurang sehingga mereka cenderung
yaitu disebabkan cara mandi anak yang tidak tidak mau menyikat gigi. Motivasi itu lebih
benar seperti tidak menggunakan air yang banyak berasal dari diri mereka sendiri yang
bersih, mandi tanpa sabun dan mandi tanpa air tidak mau peduli.
yang cukup dan juga sengaja tidak mandi untuk Kemudian YAKMI memberikan program
meminta belas kasihan orang lain. kebersihan tubuh. Adapun materi yang diberikan
yaitu kebersihan tubuh dengan topik pola
Tabel 12a.
Distribusi Frekuensi Responden Menyikat Gigi dalam
kebersihan gigi. Materi yang diberikan oleh
Sehari Sebelum Mengikuti Program YAKMI tentang kebersihan gigi yaitu
membangun kesadaran anak tentang pentingnya
No. Menyikat Gigi F % menyikat gigi, cara menyikat gigi yang benar
1 Tak pernah 15 46.9 dan penggunaan pasta gigi. Dalam
2 Satu kali 5 15.6
3 Dua kali 9 28.1
menyampaikan materi tentang kebersihan gigi
4 Lain-lain 2 6.3 pada anak dengan menggunakan alat peraga
5 Ragu 1 3.1 seperti: metaplan, sikat gigi, pasta gigi. Kemudian
Total 32 100.0 masing-masing anak-anak dibagikan sikat gigi
oleh pendamping dan diminta memperagakan
Sumber: Data Primer
menyikat gigi secara benar.
Tabel 12b. Setelah anak-anak menerima program
Distribusi Frekuensi Responden Menyikat Gigi dalam pendidikan kesehatan dasar, hasilnya
Sehari Sesudah Mengikuti Program
menunjukkan bahwa frekuensi anak jalanan
No. Menyikat Gigi F % menyikat gigi lebih didominasi satu kali dalam
1 Tak pernah 6 18.8 sehari dan ada juga tidak pernah menyikat gigi
2 Satu kali 15 46.9 dalam sehari. Menurut pengakuan mereka tidak
3 Dua kali 8 25.0
pernahnya karena mereka kecapean setelah
4 Lain-lain 2 6.3
5 Ragu 1 3.1 pulang kerja. Seperti yang diungkapkan oleh
Total 32 100.0
seorang responden:
“Kalau udah pulang kak mana ada ingat orang tua sehingga menekan keinginan mereka
lagi mau menggosok gigi. Udah capek dalam berhubungan seks. Sedangkan responden
habisnya kak.” yang menjawab jarang berkurang jumlahnya
Sementara anak yang memilih jarang sekitar 3.2% dari hasil wawancara mereka
alasanya adalah kelupaan: diketahui anak-anak jalanan telah mengetahui
“Aku rajin kan tapi kalau aku di rumah, bahaya berhubungan seks yang menyimpang.
kalau udah keluar, udah lupa kak.” Sementara responden yang menjawab sering
berhubungan seks tidak ada.
Tabel 13a. Program kesehatan dasar dengan topik
Distribusi Responden Melakukan Hubungan Seks penyakit IMS dilakukan YAKMI guna
Bebas Sebelum Mengikuti Program
mengantisipasi anak-anak jalanan terinfeksi
penyakit menular seksual. Materi yang dibawa
No. Frekuensi Hubungan Seks F % guna mencegah bahaya penyakit ini dengan
Bebas memberi pemahaman kepada anak-anak tentang
1 Tak pernah 26 81.3 peyakit IMS, akibat penyakit IMS, upaya
2 Jarang 2 6.3
3 Sering 2 6.3
pencegahan dengan tidak melakukan seks
4 Tidak menjawab 2 6.3 menyimpang. Metode yang dipakai oleh
Total 32 100.0 YAKMI sendiri adalah peer educator
(pendidikan sebaya) dan penyuluhan.
Sumber: Data Primer
Tabel 14a.
Tabel 13b. Distribusi Frekuensi Jumlah Batang Rokok Responden
Distribusi Responden Melakukan Hubungan Seks Merokok dalam Sehari Sebelum Mengikuti Program
Bebas Sesudah Mengikuti Program
batang per hari, namun ada juga beberapa dari anak-anak yang keramas setiap hari sekitar 6.3%
anak-anak jalanan yang merokok hingga satu telah menyadari penting menjaga kebersihan
bungkus dan lebih. Responden yang mengaku rambut dikarenakan mereka yang sebahagian
merokok mencapai satu bungkus per hari besar waktu berada di jalanan dengan kondisi
umumnya anak-anak jalanan yang tergolong penuh debu. Sedangkan anak-anak yang
remaja. mengaku mencuci rambut seminggu sekali pun
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat masih banyak dan sedikit sekali mengalami
Indonesia mengadakan suatu program mengenai perubahan ini dapat dilihat sekitar 9.4%. Ini
bahaya merokok bagi anak-anak. Program yang dikarenakan anak tidak peduli dengan
dibuat yaitu penyakit yang ditimbulkan dari kebersihan tubuhnya dan ada juga anak yang
merokok seperti penyakit TBC dan kesehatan mengaku tidak ada sampo di rumahnya serta ada
paru-paru. Materi yang disampaikan meliputi beberapa anak yang mengaku dikarenakan
kesehatan paru-paru, penyakit yang rentan paru- kelelahan setelah bekerja dan langsung tidur.
paru dan penyuluhan tentang bahaya merokok. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa anak:
Metode yang dipakai adalah diskusi dan tanya “Di rumah aku kak gak ada sampo, jadi
kayak mana kami mau keramas sering-
jawab bersama anak-anak jalanan.
sering, lagian pun udah ngantuknya kak
Setelah program tersebut diberikan
kami pulang kerja, kalau pagi udah buru-
kepada anak-anak jalanan perubahan perilaku
buru mau kesekolah kak.”
anak jalanan merokok sedikit berkurang.
Selain itu maksud pilihan anak-anak ke
Pengurangan ini kemajuan yang sangat berarti
lain-lain adalah bahwa anak-anak diberi
karena merokok merupakan suatu kebiasaan
kebebasan menjawab berapa kali mereka
yang sulit dirubah.
keramas dalam seminggu. Adapun dari hasil
Tabel 15a. angket diketahui beberapa di antara responden
Distribusi Frekuensi Responden Keramas dalam menjawab 3 kali sampai 4 kali dalam seminggu
Seminggu Sebelum Mengikuti Program mereka keramas.
Kecenderungan anak-anak sebelum
No. Frekuensi Hubungan Seks F % menerima program dari YAKMI, anak-anak
Bebas mengaku jarang mencuci rambut dikarenakan
1 Tak pernah 6 18.8 kurangnya motivasi dari mereka ini dapat dilihat
2 Tiap hari 8 25.0 dari anak pada tabel di atas bahwa banyak anak-
3 Tiap minggu 14 43.8 anak yang mengaku mencuci rambut hanya satu
4 Lain-lain 4 12.5 kali dalam seminggu dengan alasan tidak ada
Total 32 100.0 sampo di rumah mereka.
Sumber: Data Primer Melihat kondisi anak-anak di atas maka
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia
Tabel 15a. membuat program tentang pola hidup sehat pada
Distribusi Frekuensi Responden Keramas dalam anak jalanan. Pola hidup sehat ini meliputi
Seminggu Sesudah Mengikuti Program kebersihan rambut. Materi pola kebersihan
rambut meliputi: membangun kesadaran anak
No. Frekuensi Keramas Dalam F % tentang pentingnya kebersihan rambut, cara
Seminggu mencuci rambut yang benar, frekuensi mencuci
1 Tak pernah 5 15.6 rambut. Adapun metode yang digunakan adalah
2 Tiap hari 10 31.3 modeling di mana anak diminta keramas dengan
3 Tiap minggu 11 34.4
4 Lain-lain 6 18.8 menggunakan sampo dan air yang bersih lalu
Total 32 100.0
anak tersebut diminta mengungkapkan
kesegaran yang anak rasakan setelah mencuci
Sumber: Data Primer rambut kepada teman-teman yang lain.
Setelah program diberikan maka hasil
Dari tabel dapat diketahui bahwa anak yang dicapai dapat diketahui dari tabel di atas
jalanan keramas dalam seminggu mengalami yaitu anak-anak masih banyak yang menjawab
sedikit kemajuan sekitar 3.2% dari anak yang seminggu sekali. Anak-anak yang menjawab
sebelumnya mengaku tidak pernah keramas ini seminggu sekali dikarenakan kurangnya
dikarenakan tidak ada keinginan mereka untuk dukungan terhadap anak baik dari diri anak
menjaga kebersihan diri seperti diungkapkan sendiri maupun dari keluarga anak tentang
oleh mereka: “males kak”. Kemudian pada
200 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...
kebersihan tubuh. Selain kurangnya motivasi Sedangkan bagi anak yang menjawab jarang
juga anak-anak mengaku pengaruh kesibukan tetap tidak mengalami kemajuan maupun
anak diluar rumah sehingga mereka kelelahan kemunduran yang artinya tidak mengalami
setelah tiba di rumah. perubahan apapun. Dan bagi yang anak-anak yang
mengaku sering memakai alas kaki mengalami
Tabel 16a. kemajuan sekitar 25%. Bagi anak yang jarang
Distribusi Frekuensi Responden Memakai Alas Kaki
Sebelum Mengikuti Program
memakai alas kaki dikarenakan selalu hilang saat
bekerja. Seperti salah satu responden mengatakan:
“Payah kali aku kak, pantang di lepas
No. Frekuensi Memakai Alas F % sebentar udah hilang. Habis uang ku aja beli
Kaki
sendal terus-terusan. Mending aku gak pake
1 Tak pernah 13 40.6
2 Jarang 15 46.9
sendal. Mana ada duit ku beli sepatu.”
3 Sering 4 12.5 Kecenderungan anak jalanan jarang dan
Total 32 100.0 hampir tidak pernah memakai alas kaki dikarenakan
kelalaian mereka dalam menjaga sendal sehingga
Sumber: Data Primer sering hilang, dan ada juga anak-anak yang tidak
memakai sendal dikarenakan malas malahan ada
Tabel 16b.
Distribusi Frekuensi Responden Memakai Alas Kaki
beberapa anak yang mengaku tidak memiliki sendal
Sesudah Mengikuti Program maupun sepatu.
Melihat kondisi anak-anak jalanan yang
jarang memakai alas kaki menyebabkan Yayasan
No. Frekuensi Memakai Alas F %
Kaki Kesejahteraan Mayarakat Indonesia membuat
1 Tak pernah 5 15.6
penyuluhan memakai alas kaki saat keluar rumah
2 Jarang 15 46.9 terutama saat bekerja. Materi yang dipakai adalah
3 Sering 12 37.5 membangun kesadaran anak tentang bahaya ketika
Total 32 100.0 anak-anak tidak menggunakan alas kaki saat
bekerja. Metode yang dipakai adalah metaplan,
Sumber: Data Primer
diskusi dan tanya jawab terhadap anak.
Setelah diberikan program hasil yang dicapai
Menggunakan alas kaki bagi setiap orang
ternyata anak-anak masih jarang memakai alas kaki
adalah hal yang sangat penting dan begitu juga
alasan mereka karena masih sering hilang. Namun
pada anak, apa lagi anak jalanan yang mereka
tidak sedikit juga anak-anak yang sering
setiap harinya berada di jalan. Alas kaki
menggunakan alas kaki. Ini menunjukan kesadaran
dimaksud di sini termasuk sepatu maupun
anak telah terbangun mengenai bahaya bila tidak
sendal. Alas kaki ini sangat membantu anak
memakai alas kaki saat keluar rumah.
jalanan terhindar dari bahaya luka yang bisa
disebabkan oleh pecahan kaca, paku maupun Tabel 17a.
yang lainya. Distribusi Frekuensi Responden Membersihkan
Dari Tabel 16a dan 16b di atas dapat Telinga dalam Seminggu Sebelum Mengikuti Program
diketahui kesadaran anak memakai alas kaki
dapat dilihat dari frekuensi mereka sebelum No. Frekuensi Membersihkan F %
menerima program dengan setelah mengikuti Telinga
program yang dibuat YAKMI, yaitu anak-anak 1 Tak pernah 8 25,0
menjawab tidak pernah memakai alas kaki 2 Jarang 7 21,9
berkurang sekitar 25% ini dikarenakan mereka 3 Sering 16 50,0
4 Lain-lain 1 3,1
telah menyadari bahaya mereka di jalanan tanpa
alas kaki, apalagi bagi anak-anak pemulung Total 32 100.0
yang mereka harus berada pada tong-tong Sumber: Data Primer
sampah besar. Sedangkan anak yang masih tetap
tidak mau memakai alas kaki mengaku bahwa
mereka tidak memiliki sendal maupun sepatu.
“Kek mana aku mau pake sepatu kak, sendal aja
aku gak punya”, ungkap seorang responden.
pake baju ini lagi.” Hal ini di iyakan oleh YAKMI ternyata hanya berkurang sekitar 3.2%
kawan-kawanya pada saat itu berada di samping karena ini dipengaruhi dari situasi anak di
gunawan. jalanan yang sulit mendapatkan air. Sedangkan
Melihat kondisi anak jalanan maka dibuat anak jalanan yang jarang mencuci tangan hanya
program mengenai kebersihan diri meliputi berkurang 6.3%, dan juga pada anak-anak yang
kebersihan pakaian. Metode yang digunakan sering mencuci tangan naik menjadi 9.4%,
adalah modeling atau pemberian contoh dalam hal ini anak lebih banyak menyadari
langsung. Setelah anak-anak diminta mandi pentingnya mencuci tangan.
kemudian anak-anak diminta memakai pakaian Kecenderungan anak jalanan jarang
ganti yang bersih yang telah disediakan oleh mencuci tangan dikarenakan kesulitan anak untuk
lembaga. Pakaian yang disediakan berasal dari memperoleh air yang bersih di jalan sehingga
sumbangan masyarakat maupun gereja. Dari anak-anak mengaku sering menggunakan plastik
tabel 5.21 dapat dilihat hasilnya meliputi anak- untuk menutupi tangan yang kotor ketika makan.
anak yang sebelumnya jarang mengganti Selain itu responden juga menjawab penggunaan
pakaian mengalami penurunan drastis menjadi sendok membantu mereka untuk tidak perlu
tidak ada sama sekali. Sedangkan pada anak- mencuci tangan. Seperti yang diungkapkan
anak yang jarang mengganti pakaian berkurang responden berikut ini:
sekitar 6.3%, dan pada anak-anak yang sering “Kek mana kak kami mau cuci tangan,
mengganti pakaian naik sekitar 28.1% ini mana ada air di jalan ini kak, paling kalu
menunjukkan YAKMI berhasil membuka hujan aja baru ada air kak. Ya udah aku
kesadaran anak jalanan untuk menjaga makan aja kak yang penting udah aku lap
kebersihan diri mereka. pake baju aku sebelum makan.”
“Aku makan kan kak pake sendok, jadi
Tabel 19a. gak perlu aku cuci tangan kak. Kadang
Distribusi Frekuensi Responden Mencuci Tangan aku bawa sendok dari rumah kak. Tapi
Sebelum dan Sesudah Makan Sebelum Mengikuti
Program kalo lupa bawa sendok aku pake plastik
aja kak, kan sama ajanya kak.”
Pengadaan program YAKMI mengenai
No. Frekuensi Mencuci Tangan F %
Sebelum dan Sesudah
mencuci tangan diberikan ketika pemeriksaan
Makan kesehatan di mana anak-anak dijelaskan
1 Tak pernah 6 18.8 mengenai penyakit yang sering diderita anak
2 Jarang 19 59.4 ketika makan tidak bersih. Salah satu penyebab
3 Sering 7 21.9 penyakit itu melalui tangan. Metode
Total 32 100.0 penyampaian adalah ceramah dan gambar. Hasil
yang dicapai setelah program tersebut
Sumber: Data Primer
dilaksanakan anak-anak masih jarang mencuci
Tabel 19b. tangan. Ini dikarenakn anak-anak masih
Distribusi Frekuensi Responden Mencuci Tangan menganggap sulit memperoleh air di jalan.
Sebelum dan Sesudah Makan Sesudah Mengikuti Namun ada beberapa anak yang menjawab
Program
memakai sendok.
Frekuensi anak jalanan tidak pernah Frekuensi anak-anak jalanan tidak pernah
menggunakan narkoba adalah anak jalanan sama mabuk maksudnya yaitu dalam kehidupan anak
sekali tidak mencoba menggunakan narkoba, sama sekali anak jalanan tersebut tidak pernah
sedangkan dimaksud sering yaitu anak jalanan minum minuman beralkohol. Sedangkan jarang
menggunakan narkoba berulang-ulang hingga adalah anak jalanan pernah mencoba mabuk
sekarang. Dari tabel di atas terlihat bahwa namun tidak dilakukan terus-menerus atau
hampir semua anak-anak jalanan dampingan berulang-ulang. Sedangkan frekuensi sering
YAKMI tidak menggunankan narkoba. Ini maksudnya adalah anak jalanan mabuk dilakukan
dikarenakan mereka masih berhubungan teratur terus-menerus hingga sekarang. Dari tabel di atas
dengan orang tua dan juga mereka masih hampir semua anak-anak jalanan menjawab tidak
sekolah sehingga masih adanya peraturan- pernah mabuk. Alasan mereka tidak pernah
peraturan yang melarang mereka menggunakan mabuk karena mereka tau kalau hal itu tidak baik
narkoba baik itu dari sekolah maupun dari orang bagi kesehatan mereka seperti yang diungkap kan
tua. Adapun anak mengaku jarang yaitu mereka:
alasanya anak pernah sekali mencoba narkoba “Untuk apa mabuk kak, mending aku
jenis ganja namun tidak diteruskan. Anak ini main PS daripada habis uang ku beli
mengaku keterlibatan ia menggunakan narkoba kamput. Nantik aku dimarahi pula sama
karena ajakan teman. mamak aku kalau udah pulang.”
Pada Tabel 5.23 terlihat bahwa anak yang “Kalau aku kak gak mau minum-
menggunakan narkoba baik sebelum mengikuti minuman kek gituan, kan gak bagus untuk
program kesehatan dasar hingga setelah kesehatan. Nantik aku bisa ketagihan
mengikuti pendidikan kesehatan dasar kak.”
cenderung tidak berubah, hal ini dikarenakan Responden yang mengaku jarang minum,
anak-anak dampingan YAKMI sebelumnya menurut pengakuan mereka pernah mencoba
tidak menggunakan narkoba dan begitu juga tetapi tidak dilakukan berulang-ulang. Ini
setelahnya. Seperti yang terlihat dari data-data dikarenakan mereka terpengaruh teman
pada tabel sebelumnya bahwa anak dampingan sekeliling mereka yang peminum dan juga
YAKMI masih berhubungan teratur dengan pengaruh orang tua yang peminum:
orang tua. Sehingga masih ada pengontrolan “Aku kak pernah sekali minum tapi
orang tua yang ketat. sekarang gak lagi, aku gak beli kak bapak
aku bawa minuman ke rumah trus aku
Tabel 22a. coba sikit, tapi paling sering kalo natal
Distribusi Frekuensi Responden Mabuk Sebelum dan tahun baru kak.”
Mengikuti Program Responden yang mengaku sering minum,
menurut pengakuan mereka adalah “kalau udah
No. Frekuensi Mabuk F % malam minggu kak, kan biasa ngumpul-ngumpul
1 Tak pernah 23 71.9 gitu lho”. Pada umumnya yang menjawab ini
2 Jarang 6 18.8 adalah anak jalanan yang udah remaja. Mereka
3 Sering 2 6.3
sering tidak pulang ke rumah setiap malam
4 Lain-lain 1 3.1
minggu. Pada Tabel 22a dan 22b terlihat bahwa
Total 32 100.0
anak-anak jalanan yang tidak pernah mabuk
Sumber: Data Primer baik sebelum mendapat pendidikan kesehatan
dasar maupun setelah mendapat pendidikan “Aku mukul dia kak karena dia pukul aku
kesehatan dasar terlihat ada kemajuan sekitar dulu, ya…aku balas lah kak.”
52% anak-anak yang tidak pernah mabuk. Program yang diberikan Yayasan
Sedangkan anak-anak yang jarang mabuk sekitar Kesejahteraan Masyarakat Indonesia untuk menekan
berkurang sekitar 15.7%, sedangkan yang sering perilaku memukul pada anak yaitu etika bergaul.
yang sebelum masuk pendidikan kesehatan Materi yang disampaikan yaitu cara bergaul yang
dasar mabuk namun setelah masuk pendidikan baik, menghargai teman dan melarang anak
kesehatan dasar menjadi tidak ada sama sekali. melakukan kekerasan. Metode yang dipakai untuk
menyampaikan materi tersebut yaitu menonton
Tabel 23a. tayangan dari VCD kartun yang mengandung
Distribusi Frekuensi Responden Memukul Sebelum nasehat berperilaku, kemudian anak-anak diminta
Mengikuti Program
untuk mempresentasikan bergaul yang baik sesama
teman-temanya.
No. Frekuensi Memukul Orang F % Setelah mengikuti program etika hasilnya
Lain
anak-anak jalanan menunjukan kemajuan yaitu di
1 Tak pernah 2 6.3 mana anak-anak yang sebelum mengikuti program
2 Jarang 13 40.6
3 Sering 17 53.1 tergolong sering namun setelah mengikuti anak-
Total 32 100.0
anak menjadi jarang berkelahi. Perubahan ini tidak
begitu signifikan dikarenakan berkelahi
Sumber: Data Primer merupakan kebiasaan yang sering dilakukan pada
anak-anak jalanan. Namun di kalangan anak-anak
Tabel 23b. yang lebih kecil lebih sering dipukul oleh anak-
Distribusi Frekuensi Responden Memukul Sesudah
Mengikuti Program anak jalanan yang lebih besar namun mereka tidak
membela maupun membalas, seperti yang
diungkapkan responden berikut ini:
No. Frekuensi Memukul Orang F %
Lain
“Kami kak kalau memukul jarang tapi
dipukul sama anak-anak yang besar itu
1 Tak pernah 2 6.3
2 Jarang 19 59.4 kak. Kadang mereka kompas kami terus
3 Sering 11 34.4 ditokoknya kepala kami kak. Mana berani
Total 32 100.0 kami membalas kak, takut lah.”
Selisih perubahan anak-anak yang sering
Sumber: Data Primer memukul sebelum dan sesudah menerima
program etika berkurang sekitar 18.7%, selisih
Frekuensi responden memukul sebelum perubahan perilaku anak-anak yang jarang
mengikuti program pendidikan etika didominasi memukul sebelum dan sesudah menerima
oleh anak-anak yang mengaku sering memukul. program etika naik sekitar 18.8%, sedangkan
Arti sering di sini yaitu anak-anak pernah untuk anak-anak yang tidak pernah memukul
memukul dalam setiap hari baik terhadap teman dalam jumlah yang tetap.
maupun terhadap saudara kandung. Anak-anak
sering memukul dikarenakan konflik kecil Tabel 24a.
dalam pergaulan anak-anak di jalanan. Konflik Distribusi Frekuensi Responden Berkelahi Sebelum
ini disebabkan adanya ketidaksenangan anak Mengikuti Program
dalam perkawanan. Namun umumnya konflik
ini tidak berlangsung lama, dari ungkapan No. Frekuensi Berkelahi F %
responden mengaku bahwa berkelahi merupakan
kebiasaan sesama mereka. Dari hasil wawancara 1 Tak pernah 2 6.3
terungkap bahwa: 2 Jarang 19 59.4
“Memang kak kami sering pukul-pukulan 3 Sering 11 34.4
sebentar aja palingan besok udah 4 Lainnya 0 0
kawanan lagi. Kadang karena berebut, Total 32 100.0
tapi kak paling sering kami ngomong
jorok daripada mukul.” Sumber: Data Primer
Anak-anak jalanan tidak terlepas dari pola Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
perilaku yang konsumtif. Pembentukan pola kecenderungan anak jalanan bolos sekolah lebih
perilaku konsumtif ini dipengaruhi oleh banyak menjawab tidak pernah. Anak-anak
kemudahan anak-anak jalanan seusia mereka jalanan tidak pernah bolos dikarenakan anak-
memperoleh duit. Sehingga tidak jarang anak- anak tersebut masih dalam pengontrolan orang
anak jalanan membelajakan uang mereka tanpa tua sehingga anak-anak tidak pernah bolos. Dan
adanya batasan. Namun adanya juga anak-anak anak-anak yang memilih tidak menjawab
jalanan yang mengaku memberikan semua uang dikarenakan mereka tidak bersekolah lagi.
mereka kepada orang tua anak. Sedangkan anak-anak yang mengaku sering
Dari tabel di atas terlihat bahwa dikarenakan ajakan teman.
kecenderungan anak-anak jalanan jarang Setelah adanya program dari yayasan
menabung sebelum mengikuti program Kesejahteraan masyarakat indonesia tentang
dikarenakan anak-anak selalu menghabiskan program etika budi perkerti yang di dalamnya
uang untuk bermain game maupun berbelanja tentang tidak bolos sekolah. Materi yang
atau jajan. Namun ada juga anak-anak jalanan disampaikan pemberian pengarahan dalam
yang rajin menabung dengan orang tuanya dan masing-masing kelompok belajar yang
sewaktu-waktu dapat diminta kembali.
mengandung makna bahwa tidak baik bolos
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat
sekolah. Metode yang dipakai adalah peraturan-
Indonesia mengadakan program giat menabung
peraturan yang dibuat saat kelompok belajar.
kepada anak-anak jalanan. Metode yang dipakai
Hasil dari program tersebut ternyata anak
adalah lembaga menyediakan celengan untuk
masing-masing anak agar mereka menyisihkan jalanan yang sering bolos sekolah telah
pendapatan yang mereka terima setiap harinya. berkurang sekitar 12.5%, sedangkan untuk anak
Dan sewaktu-waktu mereka bisa mengambilnya yang tidak pernah bolos masih dalam jumlah
kembali. Setelah program tersebut dilakukan yang tetap.
ternyata hasilnya anak-anak yang menabung
semakin bertambah 43.8%. Sementara anak-
anak yang tidak pernah menabung 9.3%
berkurang.
Kesimpulan
Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sweeting, Dr, E.M. 1998. Beberapa Penyebab
Sosiologi Kesehatan. UIP, Jakarta. Murid Mengulan Kelas, Putus sekolah,
Dan Melanjutkan Sekolah Dari SD ke
Nawawi, Hadari, H. 1983. Metode Penelitian SLTP. Departemen pendidikan Dan
Bidang sosial. Gajah Mada University kebudayaan, Direktorat jendral
Perss, Jogyakarta. Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Proyek INS/94/077 Kerja sama UNDP & DEP Tunggal, Setia, Hadi, SH. 2000. Konvensi Hak-
SOSIAL R.I, 1997. Pedoman Hak Anak. Cetakan kedua, Harvarindo,
Penyelenggara Rumah Singgah Program Jakarta.
Iji Coba Anak Jalanan Di 7 Propinsi. -,
Jakarta. Walpole, Ronald. E. 1993. Pengantar Statistik.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Schellenberg, A, James. 1997. Tokoh-Tokoh
Psikologi Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.
Sumber-sumber lain:
Soedijar, Z, A.1990. Penelitian Anak Jalanan Di
DKI Jakarta. Badan Penelitian Dan artikel: yanto_sagu@yahoo.com
Pengembangan Sosial, Jakarta.
PPAI, 2004. Lintas Anak. PPAI, Medan.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989.
Metode Penelitian Survay, LP3ES, www.bpk.go.id
Erika Revida
Abstract
Batak Toba people is one of some Batak ethnics in North Sumatra. This ethnic professes
patrilineal system who pull descent line from father. Batak Toba people prohibits the
marriage with the same clan. The woman has been married came to her husband’s clan
group. So she does not have the right to get her parent’s property, because ti is specially
for her brother. The work ethic in Batak Toba people are (1) Boras Pati Ni Tano (the
land’s rice) and (2) Hamoraon, hagabeon, hasangapon (Property, descents, and honor).
The children are the best and highest property or the property which has highest price in
Batak Toba people. So, they have motto: My children are my property. They also do
anything to reach their children’s success in life.
Erika Revida adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan Program
Pascasarjana USU
Koleksi BPAD Prov SU 213
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 213-218
banyak harta. Hal ini diungkapkan dalam leher. Demikianlah pengantin diharapkan dapat
untaian lagu yaitu “Anakkonhi do Hamoraon di melahirkan anak laki-laki yang melekat dalam
Ahu” (anakku adalah harta yang paling berharga adat dan melahirkan anak perempuan yang
bagiku). Orang Batak Toba bekerja siang dan mempunyai sifat keibuan. Kelahiran anak laki-
malam hari adalah demi untuk kepentingan dan laki dan anak perempuan dalam suatu keluarga
keperluan anak-anaknya, karena itu segala senantiasa merupakan kebahagiaan (Hagabeon)
pikiran, tenaga serta harga diri senantiasa yang tumbuh dalam keluarga tersebut.
dikorbankan demi anak-anaknya. Hal ini juga
diungkap dalam syair lagu: “hugogoh pe 4.2.3. Hasangapon (Kehormatan)
mansari arian nang bodari laho pasingkolahkon Hasangapon atau kehormatan adalah
gelengki” (kuatpun saya bekerja siang dan suatu kedudukan seseorang yang dimiliki di
malam adalah untuk keperluan sekolah anakku). dalam lingkungan masyarakat, yang biasanya
Keluarga yang mempunyai anak berhasil dalam status perolehannya melalui proses belajar.
sekolah dan pekerjaan adalah merupakan Orang yang dianggap terhormat itu adalah orang
keberhasilan orang tua yang telah bersusah payah yang memiliki status tertentu, seperti guru,
membesar kannya, mereka merupakan orang kaya, kepala desa, pengurus gereja atau
kebanggaan orang tua dan sekaligus anak adalah tokoh-tokoh adat yang dapat dijadikan tauladan.
harta yang dibangga-banggakan orang tua. Karena itu, dengan status tertentu harus
Setelah panen selesai warga masyarakat berperilaku sesuai dengan statusnya.
suku Batak Toba melakukan berbagai kegiatan Kedudukan sosial dapat dikatakan sebagai
adat istiadat, yang berkaitan dengan harga diri. suatu kehormatan (hasangapon), sebagi panutan
Harkat dalam kehidupan sosial dalam masyarakat dianggap suatu kehormatan bagi
masyarakat selalu diukur materi atau kekayaan. dirinya. Sebenarnya pada semua lapisan
Setiap pelaksanaan pesta adat yang dilakukan masyarakat memiliki konsep Hasangapon, yang
selalu memperhitungkan akan kesempurnaan menilai apakah seseorang itu dianggap baik
material untuk melakukan pesta adat. dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan
peran masyarakat menurut keinginan
4.2.2. Hagabeon (Kebahagiaan) masyarakat.
Hagabeon sama artinya dengan Dalam masyarakat suku Batak Toba,
kebahagiaan atau kesejahteraan. Kebahagian konsep 3 H merupakan kepemilikan adat dalam
dalam hal ini adalah kebahagian dalam kehidupan masyarakat yang harus menjadi milik
keturunan, dalam arti keturunan yang memberi setiap individu. Manusia hidup untuk
harapan hidup, karena keturunan itu adalah memperoleh Kekayaan (Hamoraon),
suatu kebahagian yang tidak ternilai bagi orang Kebahagian (Hagabeon) dan Kehormatan
tua, kerabat dan keluarga. (Hasangapon). Sebagai tujuan hidup, maka
Harapan keluarga adalah kelahiran anak setiap masyarakat Batak Toba dalam
laki-laki, yang sesuai dengan peran garis kehidupannya harus mencerminkan ketiga
keturunan laki-laki pada sistem kekerabatan konsep ini.
masyarakat Batak Toba. Keluarga yang tidak
mempunyai keturunan anak laki-laki Kesimpulan
menganggap hidup ini tidak mempunyai
kebahagian hidup, sebab anak perempuan juga Sistem kekerabatan masyarakat Batak
didambakan oleh keluarga Batak Toba. Anak Toba pada dasarnya menganut sistem
perempuan yang tidak mempunyai saudara laki- kekerabatan “patrilineal”, yaitu menarik garis
laki dianggap hambar dan kurang mendapat keturunan melalui garis dari marga ayah.
kehormatan di mata pemuda Batak Toba. Hal ini Sistem perkawinan dalam masyarakat
disebabkan tidak adanya tempat berlindung dan batak Toba adalah perkawinan “eksogami”.
bertaut bagi anak perempuan. Perkawinan dari luar klen atau perkawinan yang
Pada setiap pemberkatan perkawinan melarang kawin dengan satu marganya sendiri.
orang Batak Toba seringkali terdengar syair Harta dalam masyarakat Batak Toba yang
bahwa “Lak-lak ma tutu singkoru, tubuan anak telah kawin terpisah dari orang tuanya. Harta
ma hamu jala tubuan boru” (bagaikan kulit dalam masyarakat Batak Toba terdiri dari
kayu yang melekat pada batangnya dan “hauma (sawah), jabu (rumah), omas (emas),
bagaimana manik-manik yang dikalungkan di pinahan (ternak), dan hepeng (uang)”..
Koleksi BPAD Prov SU 217
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 213-218
Pengadaan harta untuk rumah tangga yang baru Keller, Suzanne. 1984. Penguasa Dan
dapat bersumber dari kedua belah pihak. Kelompok Elite. Pernanan Elite Penentu
Sistem pewarisan dalam masyarakat Dalam Masyarakat Modern. Jakarta.
Batak Toba ditentukan oleh susunan Penerbit Rajawali.
kekeluargaan. Apabila tidak mempunyai anak
laki-laki, maka yang menjadi ahli waris adalah Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
bapaknya sendiri, dan kalau bapaknya sudah Antropologi. Jakarta. Penerbit Rineka
meninggal yang menjadi ahli waris adalah Cipta.
saudara kandung laki-laki dari bapaknya.
Etos kerja dalam masyarakat Batak Toba ____ , 1996. Kebudayaan Mentalitas Dan
terdiri dari dua hal yaitu Lambang Boras Pati ni Pembangunan. Jakarta. Penerbit PT
Tano dan konsep 3 H yaitu Hamoraon, Gramedia Pustaka Utama.
Hagabeon dan Hasangapon. Lambang Boras
Pati ni Tano adalah dianggap sebagai dewa ____ , 1990. Manusia dan kebudayaan Di
pelindung dan pemberi berkat. Konsep 3 H Indonesia. Jakarta. Penerbit Jambatan.
merupakan tujuan hidup masyarakat Batak Toba
dan selalu melekat dan mendarah daging dalam Malau, Gens. 2000. Budaya Batak. Jakarta.
pola pemikiran masyarakat Batak Toba. Penerbit Yayasan BinaBudaya Nusantara
TaoToba NusaBudaya.
Daftar Pustaka
Pelly, Usman.1985. Konflik Dan Persesuaian
Bruner, Edward H. 1990. The Expression Of Antar Etnik. Jakarta. Fajar Agung.
Tethnicity In Indonesia. Dalam Urban
Ethnicity. Abner Cohen (Ed).London. Sihombing, TM. 1977. Filsafat Batak. Jakarta.
Taviscook. Pemerbit Balai Pustaka.
Garna, Judistira. 1989. Pembauran Dan Batas Sugihan, Barhein T. 1996. Sosiologi Pedesaan.
Interaksi Antar Etnik. Bandung. Program Jakarta. Penerbit PT RajaGrafindo
Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Persada.
Tuti Atika
Abstract
The child worker is the common phenomenon in Indonesia, such in rural and especially in
urban area. Generally the child worker phenomenon is a authentication that poverty still a
big problem in Indonesia. The child worker is a human resources for a poor family. They
justificated that poverty is a reason to carry their children to economic activity and get
family’s income. To understand about the children’s need, especially their future make us
aware that child worker is a big problem in the future, because there are many children
who have not prepared to get the good future as a long run need. But the fact shows that
the child worker problem is not only the poor family’s problem, but the national problem.
So the government must make the program how to up grade the poor people’s economy
to make the children go to school and learning to prep ear their selves.
Tuti Atika adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU
Hal ini sejalan dengan asumsi yang stasiun untuk memperoleh penghasilan dari
menyatakan bahwa anak-anak yang bekerja profesi penjaja makanan.
mencari nafkah mempunyai kaitan erat dengan Di Stasiun Tebing Tinggi inilah para
keadaan sosial ekonomi rumah tangga suatu pekerja anak melakukan aktivitas, berinteraksi
masyarakat. Pada umumnya negara berkembang dengan penumpang dan masyarakat yang
seperti Indonesia mempunyai kemampuan berbaur di stasiun untuk menjajakan makanan.
ekonomi yang terbatas dalam menghadapi Hal yang menarik dan membedakan mereka
masalah penduduknya. Beban ekonomi tidak dengan penumpang kereta api, biasanya mereka
hanya cukup dipikul oleh orang tua. Dalam berjalan lebih sigap, bahkan mereka berlari,
kasus demikian anak akan ikut bekerja untuk naik, melompat dari satu gerbong ke gerbong
menunjang ekonomi keluarga. Bahkan yang lain.
menarik untuk diperhatikan dari fenomena Melihat dari situasi pekerjaan, sebenarnya
pekerja anak adalah isu bahwa anak yang pekerjaan yang mereka lakoni termasuk kategori
bekerja adalah wujud partisipasinya terhadap yang berbahaya. Bila kondisi mereka kurang fit
ekonomi orang tuanya (www.depdiknas.go.id). atau kurang hati-hati, maka kecelakaan akan
Dengan demikian ada semacam benang merah menimpa mereka. Dilihat dari sisi jam kerja,
terhadap munculnya anggapan bahwa anak beberapa di antara mereka beraktivitas sekitar
adalah tenaga kerja alias sebagai pemasok 12 jam. Hal ini tentunya bertentangan dengan
pendapatan bagi keluarga. Anggapan seperti ini Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000 yang
juga dapat dijumpai dari fenomena pekerja anak memberikan pengecualian anak yang terpaksa
di kota-kota besar di Indonesia. bekerja membantu orang tua maksimal 3 jam
Meskipun jumlah pekerja anak tidak sehari.
diketahui secara pasti, Kota Tebing Tinggi Ditinjau dari sisi usia, usia mereka
seperti halnya dengan kota-kota lainnya yang bervariasi antara 6-18 tahun dan kebanyakan
ada di Indonesia, tidak luput dari persoalan dari mereka sudah tidak bersekolah lagi. Dan
pekerja anak. Hal ini terlihat di beberapa tempat satu hal yang menarik lagi bila liburan tiba,
keramaian, misalnya di kawasan Terminal maka pekerja anak semakin banyak, mereka
Bandar Kajum, Pajak Mini dan stasiun kereta mengisi waktu liburan dengan berjualan. Rata-
api. Banyak anak-anak yang menawarkan jasa rata dari mereka berdomisili di sekitar
atau menawarkan dagangannya dengan harapan lingkungan stasiun kereta api. Namun yang
mendapatkan uang. menjadi informan adalah pekerja anak yang
Salah satu kegiatan yang mereka tetap (yang keberadaannya tidak dipengaruhi
lakukan adalah menjajakan makanan di musim liburan).
stasiun kereta api. Stasiun Kereta Api Tebing Tidak dapat dihindari bahwa para
Tinggi termasuk salah satu yang terbesar pekerja anak itu mempunyai kaitan yang erat
setelah Stasiun Kereta Api Medan. Sebagai dengan keluarganya masing-masing. Menurut
stasiun kereta api terbesar kedua, Stasiun pra survei yang dilakukan penulis bahwa
Tebing Tinggi merupakan tempat berhenti (5- penjaja makanan ini memperoleh pendapatan
30 menit) bagi kereta api jurusan Medan, rata-rata Rp 5.000 sampai Rp 15.000 per hari.
Pematang Siantar, Kisaran dan Rantau Jumlah ini mereka peroleh dengan bekerja
Prapat. Kereta api dapat dibedakan atas dua dari pagi sampai sore, bahkan ada juga yang
jenis yaitu kereta api barang yang sampai malam hari. Di dalam bekerja mereka
mengangkut hasil hutan dan produk juga mempunyai motivasi dan yang pasti
perkebunan yang antara lain berupa kayu, keberadaan pekerja anak dilatarbelakangi
karet, sawit dan lain sebagainya. Kemudian oleh beberapa hal tertentu yang menyebabkan
ada juga kereta api penumpang yang setiap mereka harus beraktivitas sedemikian rupa
harinya melayani masyarakat untuk yang terkadang bisa membahayakan
bepergian. Tentu saja selama selang waktu keselamatan mereka. Ini merupakan hal yang
perjalanan pun pekerja dan penumpang di menarik untuk diteliti mengapa mereka
Stasiun Tebing Tinggi membutuhkan bekerja, bagaimana kehidupan sosial
makanan kecil. Gejala ini menunjukkan ekonomi orang tua mereka sehari-hari
peluang pasar yang membuka kesempatan menjalankan dunia kerjanya dengan berbagai
bagi penduduk termasuk anak-anak di sekitar masalah yang terkait di dalamnya. Di
samping itu, penelitian ini menarik karena
dari beberapa sumber bacaan yang penulis Menurut karakteristik pekerjaan yang
baca, belum ada peneliti yang melakukan dilakukannya, pekerja anak adalah anak-anak
penelitian terhadap pekerja anak di Stasiun yang bekerja kurang lebih seperti pekerja pada
Kereta Api Tebing Tinggi. umumnya yang bertujuan untuk membiayai
kehidupan ekonomi untuk dirinya dan
Pekerja Anak keluarganya. T. Jandraningsih memberi definisi
anak tanpa menyebut batas usia, tetapi adanya
Masalah pekerja anak makin ramai aktivitas ekonomi yang dilakukan anak-anak,
dibicarakan dan menjadi program aksi dengan mencurahkan waktu yang besar, banyak
pemerintah dan badan-badan nonpemerintah. dan mendapatkan upah. Menurutnya pekerja
Membicarakan masalah pekerja anak, lebih anak adalah anak-anak yang melakukan
dahulu berangkat dari definisi pekerja anak atau pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya atau
konsep pekerja anak itu. Definisi pekerja anak untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah
tidak sederhana dan bisa memperlihatkannya besar waktu, dengan menerima imbalan maupun
dengan terang begitu saja. Sebab konsep pekerja tidak (penelitian T. Jandraningsih 1995).
anak meliputi batasan yang sulit mengenai: Bila merujuk pada Undang-Undang No.
“anak” (child), “bekerja” (work) dan, “pekerja” 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan di
(ILO, dalam M. Joni, 1996). sebutkan bahwa pekerja anak adalah anak-anak
Sulit menentukan sejak kapan batasan yang berusia di bawah 18 tahun. Kemudian
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, menurut keputusan menteri dalam negeri dan
karena banyak anak-anak yang telah terintegrasi otonomi daerah tentang penanggulangan pekerja
dengan kehidupan sosial ekonomi dan tradisi anak pasal 1 dinyatakan bahwa pekerja anak
dari masa kanak-kanak (childhood) kepada masa adalah anak-anak yang melakukan semua jenis
dewasa (adulthood) berlangsung secara pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan
bertahap. Keadaan demikian menjadi salah satu menghambat proses belajar serta tumbuh
alasan mengapa begitu sulit membuat definisi kembang. Yang dimaksud tumbuh kembang
pekerja anak, sehingga menentukan berapa anak adalah tumbuh dalam arti bertambahnya
jumlah pekerja anak itupun sulit dan variatif. ukuran dan masa yaitu tinggi, berat badan,
Pengertian yang ekstrim menyebutkan tulang dan pancaindra tumbuh sesuai dengan
bahwa semua anak pada usia tertentu yang tidak usia dan kembang dalam arti bertambahnya
bersekolah, tidak mempunyai waktu yang luang dalam kematangan fungsi tubuh yaitu
dapat dihitung sebagai pekerja anak. Sementara pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan
ada yang menyatakan pekerja anak hanya anak tanggung jawab.
yang melakukan aktivitas ekonomi dalam Kemudian ILO berpendapat bahwa
curahan waktu yang panjang (Grotaert dan pekerja anak adalah anak-anak di bawah usia
Kanburt dalam Muhammad Joni, 1996), masalah kerja yang melakukan pekerjaan yang
yang muncul dari pendefinisian pekerja anak itu, membahayakan kesehatannya, menghambat
karena pada umumnya diskursus mengenai tumbuh kembangnya dan kehilangan
pekerja anak dipahami oleh banyak orang kesempatannya untuk memperoleh pendidikan
sebagai anak-anak yang bekerja dalam keadaan dasar, sebagai contoh:
buruk. - Bekerja di tempat dan kondisi berbahaya.
Secara juridis formal, berbagai negara di - Bekerja terlalu muda.
dunia, mengikuti batasan yang diberikan hukum - Bekerja dengan jam kerja yang panjang.
nasional mengenai usia pekerja anak sangat - Bekerja karena ijon dan perbudakan.
variatif. Dalam konvensi hak anak yang telah - Bekerja terlalu berat.
diratifikasi dengan Kepres Nomor 36 Tahun - Bekerja yang berhubungan dengan eksploitasi
1990, batasan usia seorang anak adalah 18 seks.
tahun. Sementara itu, undang-undang - Bekerja yang berhubungan dengan
kesejahteraan anak (UU No. 4 Tahun 1979) kekerasan dan kerja paksa.
memberikan definisi anak sebagai orang yang - Bekerja yang melibatkan terlalu banyak
belum berusia 21 tahun dan belum pernah tanggung jawab.
kawin. Konteks anak dan pekerja anak Bila dilihat menurut status pekerjaan,
batasannya masih bervariasi menurut rujukan anak-anak lebih banyak bekerja di sektor
tiap regulasi yang berlaku. nonformal dibandingkan sektor formal. Sektor
222 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...
nonformal terdiri atas berusaha sendiri misalnya laki. Dilihat dari jam kerjanya, ternyata mereka
penjual makanan, penjual koran, penyemir bekerja dengan tidak mengenal waktu, bahkan
sepatu, tukang parkir atau jenis pekerjaan lain. dapat dikatakan mereka bekerja dengan jam
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan kerja yang panjang, yaitu mereka mulai
bahwa secara umum pekerja anak dapat beraktivitas sekitar pukul 09.00 WIB. Sebagian
didefinisikan sebagai anak yang bekerja, baik di mengakhirinya pada pukul 16.00 WIB. Bahkan
sektor formal maupun informal dengan batasan banyak dari mereka yang melanjutkannya
usia 18 tahun ke bawah dan mendapatkan upah sampai pukul 21.00 WIB.
dari apa yang dikerjakannya, terlepas apakah Pekerjaan sebagai penjaja makanan lebih
mereka itu bekerja dengan atau tanpa majikan. bersifat jasa, pekerjaan ini dapat tercipta karena
Artinya pekerja anak ada yang bekerja kondisi dan situasi lingkungan pekerjaan yang
berdasarkan sistem majikan, seperti anak yang mendesak dan memaksa dalam upaya memenuhi
bekerja di pabrik, industri rumah tangga maupun kebutuhan yang makin meningkat. Dalam
sektor bangunan. Untuk pekerja anak yang melaksanakan pekerjaannya, mereka tidak saja
bekerja pada sektor seperti ini biasanya mereka menjual makanan di sekitar stasiun kereta api
telah mempunyai standar pendapatan sendiri. tetapi terkadang mereka ikut kereta api ke
Untuk pekerjaan anak yang bekerja di sektor jurusan lain misalnya ke Kisaran, Tanjung Balai,
informal, biasanya pendapatan mereka sangat dan Rantau Prapat, dengan membawa
tergantung dari seberapa giat mereka melakukan dagangannya, bila kereta api tersebut transit di
pekerjaan tersebut. stasiun kereta api Tebing Tinggi. Dalam
Berbicara mengenai pekerjaan anak, pembagian dimensi kerangka tipologi pekerjaan
Tjandraningsih membagi pekerjaan anak anak yang ditawarkan oleh Rodgers dan
menjadi dua yaitu pekerjaan reproduksi dan Standing, maka pekerjaan penjaja makanan
produksi. Pekerjaaan reproduksi yaitu kegiatan termasuk dalam kerja usaha sendiri dengan
kerja yang tidak mempunyai implikasi langsung penghasilan sendiri.
terhadap penghasilan, tetapi memberikan Bila kita mengamati pekerjaan dan
kesempatan bagi orang lain untuk melakukan aktivitas pekerja anak sesungguhnya ada banyak
pekerjaan produksi. Sedangkan pekerjaan masalah yang dihadapi pekerja anak dalam
produksi adalah pekerjaan yang berimplikasi kehidupan mereka sehari-hari. Secara umum ciri
kepada penghasilan dan memperoleh yang menandai pekerja anak adalah marjinal,
imbalan/upah. Pekerjaan produksi yang rentan dan eksploitatif.
dilakukan anak-anak bertujuan untuk menambah Dikatakan rentan, karena risiko yang
penghasilan keluarga atau rumah tangga harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat
(Tjandraningsih, 1995: 8). Dari dua jenis panjang, benar-benar dari segi kesehatan
pekerjaan di atas dapat dikategorikan bahwa maupun sosial sangat rawan, sedangkan disebut
aktivitas yang dilakukan pekerja anak termasuk eksploitatif karena mereka biasanya memiliki
pekerjaan produksi. posisi tawar-menawar (bargaining position)
Rodger dan Standing membuat kerangka yang sangat lemah, terkoordinasi dan cenderung
tipologi anak-anak yang bekerja, yang terbagi menjadi objek perlakuan yang sewenang-
atas 4 dimensi dari hubungan kerja anak, yaitu: wenang dari pihak yang tidak bertanggung
1. Kerja atas usaha sendiri versus kerja untuk jawab.
pihak lain. Sehubungan dengan hal yang di atas,
2. Kerja “reproduksi” versus kerja “produksi”. Stephen J. Wordhouse, kepala perwakilan
3. Dalam kasus kerja bagi pihak lain untuk UNICEF untuk Indonesia dan Malaysia
siapa anak bekerja (orang tua, kerabat menyatakan bahwa isu sentral pekerja anak di
lainnya atau pihak lain). Indonesia, bukan terletak pada pekerjaannya,
4. Kerja yang dibayar versus kerja yang tidak tetapi lebih pada pengaruh negatif yang tumbuh
dibayar (Rodger dan Standing, 1991: 20). dan terpaksa dialami anak-anak akibat mereka
terlalu dini bekerja (Konvensi edisi September
Berdasarkan pengamatan peneliti, penjaja 1997: 3).
makanan di Stasiun Kereta Api Tebing Tinggi Kemudian Grootear dan Kanbur (dalam
banyak yang digolongkan pada usia anak-anak. Konvensi Vol III, September 1999) menyatakan
Pada umumnya anak-anak penjaja makanan ini secara empirik, banyak bukti menunjukkan
adalah anak-anak yang berjenis kelamin laki- bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktivitas
ekonomi, baik di sektor formal maupun informal membantu di rumah atau membantu aktivitas
yang terlalu dini cenderung rawan eksploitasi, orang tuanya di luar. Aktivitas tersebut sering
terkadang berbahaya dan bahkan tidak mustahil didukung oleh orang-orang dewasa dalam
dapat mengganggu perkembangan fisik, keluarga, karena hal itu dianggap akan
psikologis dan sosial anak. bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Anak-
Menurut ILO-IPEC (2002:19), dampak anak belajar bertanggung jawab dan merasa
pekerjaan terhadap anak adalah perkembangan bangga dapat mengerjakan tugas-tugas orang
fisik, emosi dan sosial. Dan yang sering terjadi dewasa dalam mempertahankan hidup
bahwa anak-anak yang bekerja tidak mendapat keluarganya.
kesempatan untuk melakukan kegiatan penting Bekerja semacam itu dianggap sebagai
yang merupakan bagian dari masa pertumbuhan pengenalan awal menuju dunia orang
seperti pergi sekolah dan bermain. Mereka tidak dewasa/dunia kerja dan merupakan bagian dari
mendapat pendidikan dasar yang diperlukan proses kehidupan dari masa anak-anak
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan memasuki masa dewasa.
dan mereka juga tidak mendapat kesempatan Kenyataannya, pekerjaan yang mereka
untuk berinteraksi dengan orang lain dan ikut lakukan sering tidak sesuai dengan apa yang
berpartisipasi aktif di tengah masyarakat dan diharapkan, karena ternyata pekerjaan yang
menikmati hidup secara wajar. Kegiatan seperti mereka lakukan itu justru menghambat tumbuh
itu terpaksa mereka tinggalkan, karena harus kembang mereka dan sama sekali tidak
bekerja dan sebagai akibatnya mereka terdorong memberikan dampak positif bagi kehidupan
masuk ke dunia orang dewasa sebelum mereka. Adanya pepatah yang berkembang di
waktunya dan melakukan pekerjaan yang sebagian masyarakat di Indonesia yang
seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. menyatakan “banyak anak banyak rezeki”.
Demikian juga halnya dengan anak yang Pepatah tersebut menunjukkan bahwa anak
bekerja menjual makanan di stasiun kereta api, masih dianggap modal yang besar untuk dapat
posisi mereka sangat rentan sekali, disebabkan membantu menjalankan perokonomian rumah
jam kerja yang tidak menentu dan bahkan terlalu tangga. Hal tersebut dilakukan dengan cara
panjang tidak sesuai dengan usia mereka. mencurahkan tenaga si anak membantu
Mereka sangat rawan dengan kecelakaan, karena pekerjaan orang tuanya (Koentjaraningrat, 1990:
dengan menjajakan makanan mereka harus sigap 14). Anggapan tersebut nantinya berimbas pada
berlari, melompat dari satu gerbong ke gerbong tidak optimalnya pemberian perhatian orang tua
lain, bahkan terkadang mereka harus melompat terhadap anaknya. Umumnya ini terjadi pada
dari kereta api ketika kereta api telah mulai masyarakat golongan bawah, karena mereka
melaju. Keadaan demikian tentu berbahaya bagi dihadapkan pada adanya tuntutan pemenuhan
fisik, psikologis dan sosial anak. ekonomi agar tetap bertahan dalam menjalani
Dari kasus-kasus yang dialami pekerja kehidupan ini (Tjondronegoro dalam Haryadi,
anak, dapat disimpulkan bahwa permasalahan 1995: XIII).
pekerja anak sebenarnya hampir menyerupai Sampai saat sekarang ini jumlah pekerja
gunung es, kompleksitas pada dasar permasalahan anak belum terdata secara pasti. Pekerja anak
tidak tampak. Sedangkan aktualisasi pada tersebar baik di pedesaan maupun di perkotaan.
permukaan berupa tindakan-tindakan eksploitasi Pekerja anak di daerah pedesaan lebih banyak
terhadap anak yang muncul hanya sedikit, melakukan pekerjaan di bidang pertanian,
budaya masyarakat lebih cenderung bersifat perkebunan, perikanan, pertambangan maupun
patrilineal dan kemiskinan struktural kegiatan ekonomi di lingkungan ekonomi
menciptakan suatu iklim yang permisif terhadap keluarga.
pekerja anak Indonesia.
memandang banyak faktor yang menyebabkan informal di kota bekerja keras untuk
anak-anak bekerja, misalnya karena budaya mendapatkan upah. Sebab hanya dengan
masyarakat setempat, karena kemiskinan, memperoleh upah mereka dapat meringankan
pendidikan yang kurang, perubahan yang relatif beban orang tua. Hanya dengan upah pula si
cepat serta gesekan-gesekan sosial, berikut ini. anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
Akan dijalankan pendapat mereka mengenai sendiri yang nota bene selalu berkembang
faktor-faktor anak terlibat dalam kegiatan karena gesekan-gesekan sosial dan
ekonomi rumah tangga. lingkungannya (Bali Post Perspektif 26 Maret
I. Kosa dan IK Zole dalam bukunya 1997).
Proverty and Health menyatakan bahwa kondisi Menurut Irwanto dkk. (1995) yang
miskin sebagai lingkungan sosial di mana anak- mengutip pendapat Talcott menyebutkan banyak
anak dibesarkan tidak mendukung atau anak bekerja karena alasan ekonomi bukan
membantu terbentuknya watak atau sifat-sifat karena budaya. Pernyataan Talcott ini diperkuat
pribadi yang dapat mendobrak kemiskinannya. pada penelitian Irwanto dkk. (1995) di Medan,
Hal ini berhubungan dengan beberapa kondisi Jakarta dan Surabaya yang menunjukkan
keluarga miskin bahwa pola sosialisasi di mana kesusahan ekonomi merupakan faktor
seseorang dibimbing khusus untuk mencari pendorong utama anak bekerja. Namun
pekerjaan yang layak. Karena cara-cara mencari demikian penelitian Irwanto juga menunjukkan
nafkah dari keluarga miskin ditandai faktor pendorong lain anak-anak bekerja yaitu:
ketidakpastian dan ketidak-mantapan dalam 1. Wanita sebagai kepala rumah tangga.
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi keluarga Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja
miskin, anak-anak bekerja pada usia yang sangat sebagai pencari nafkah utama keluarga.
muda justru belajar dan harus mengalami Terjadinya hal tersebut disebabkan karena
sesuatu bahwa yang penting adalah untuk segera terjadinya perceraian orang tua, atau suami
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti yang tidak pernah memberikan uang belanja
sandang, pangan, dan papan, sehingga ia justru kepada istri.
belajar bagaimana ia dapat memenuhi 2. Situasi keluarga bermasalah.
kebutuhan-kebutuhan ini dalam berbagai Situasi keluarga yang sarat masalah.
tindakan yang selalu tidak sesuai dengan Kejadian ini bisa disebabkan oleh adanya
harapan lingkungan sosial pada umumnya pertentangan orang tua, orang tua dengan
(Sadly, 1986: 128). anak atau antara anak dengan anak.
Menurut laporan UNICEF (1990), anak- 3. Jumlah anggota keluarga yang besar.
anak sering terdorong untuk bekerja pada bidang 4. Pandangan masyarakat mengenai kesiapan
kerja yang mengganggu tumbuh kembangnya, anak untuk bekerja
karena tiga faktor utama: eksploitasi yang lahir Hal ini terjadi terutama pada pandangan
dari kemiskinan, kurangnya pendidikan yang orang tua yang menginginkan dan
relevan, serta tradisi dan pola sosial yang menentukan kapan seorang anak sudah
menempatkan anak pada posisi yang rentan. layak bekerja.
Kemiskinan akan mendorong anak-anak masuk
bidang pekerjan yang membahayakan. Orang Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor
tua sering kali menganggur dan dalam usaha ekonomi merupakan alasan utama seorang anak
mencari nafkah anak-anak disuruh bekerja, terpaksa bekerja. Tetapi terdapat faktor lainnya
karena mereka lebih muda dieksploitasi. Situasi yang turut mendorong meningkatnya jumlah
ini sebenarnya juga berkaitan dengan struktur pekerja anak antara lain faktor budaya dan
pasar kerja, faktor penting yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat setempat yang melatih
tingkat upah kerja anak, situasi ekonomi yang anak bekerja secara dini, minimnya tingkat
mempengaruhi kalau banyak lapangan kerja pengetahuan, kesadaran dan kepedulian tentang
untuk orang dewasa harus ditutup. Karena hak-hak anak oleh orang tua dan masyarakat,
situasi ekonomi yang tidak kondusif, anak-anak sehingga keberadaan anak yang dipaksakan
akan segera masuk kerja yang eksploitatif. bekerja, dianggap sesuatu yang taken for
Sejalan dengan hal di atas, menurut granted (Nani Indriati, Kompas 25 Juli 2001).
Talcott fakta bahwa lebih banyak anak yang Apapun latar belakang yang menyebabkan
bekerja karena alasan ekonomi dibandingkan mereka menjadi pekerja anak, yang pasti dalam
alasan-alasan budaya. Pekerja anak di sektor bekerja mereka mempunyai motivasi masing-
226 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...
masing. Motivasi erat kaitannya dengan salah satu cara untuk tetap
kebutuhan, bahkan motivasi timbul karena bersekolah.
adanya kebutuhan (Abu Ahmadi, 1999: 191). Kedua : Globalisasi ide tentang gaya hidup
Secara umum, motivasi sering diartikan menyebarnya budaya konsumen
sebagai faktor yang mendorong atau menyebabkan pentingnya dimulai
menggerakkan seseorang untuk melakukan akses terhadap uang bagi anak
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau Ketiga : Kenyataan yang menunjukkan
tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat begitu banyak pengangguran di
Terry (1986 : 132) yang mengatakan bahwa kalangan orang tua menyebabkan
motivasi adalah keinginan-keinginan yang anak segera terjun ke dunia kerja.
terdapat pada diri individu yang merangsangnya Keempat : Khususnya untuk anak perempuan,
untuk melakukan tindakan-tindakan. tekanan dari orang tua agar tetap
Seperti yang dijelaskan sebelumnya tinggal di rumah untuk melakukan
adanya seperangkat kebutuhan-kebutuhan, akan pekerjaan domestik dan tak perlu
merangsang orang untuk bertingkah laku. sekolah atau memasuki pasar
Dengan demikian semakin banyak kebutuhan tenaga kerja menimbulkan
manusia, maka manusia akan mencari alternatif persoalan khusus yang sering kali
untuk melaksanakan tindakan tertentu sama justru mendorong lahirnya
dengan motivasinya (Wijaya 1987: 24). keputusan yang diambil oleh anak
Hal ini juga dialami oleh pekerja anak, perempuan itu sendiri untuk
adanya berbagai masalah-masalah yang berkaitan masuk ke pasar tenaga kerja.
dengan kebutuhan tersebut memunculkan dorongan
dalam diri anak untuk memuaskan kebutuhan Kegiatan Ekonomi Kaum Miskin di
tersebut. Kebutuhan dan dorongan tadi Daerah Perkotaan
sebenarnya merangsang anak untuk berbuat atau
bertingkah laku yaitu dengan bekerja. Berdasarkan penelitian Irwanto (1995)
Dalam menjalankan pekerjaan tersebut, dinyatakan bahwa urbanisasi dipandang
tentunya anak tidak terlepas dari motivasinya. signifikan terhadap problema pekerja anak.
Di mana motivasi anak dalam bekerja dapat Karena dari penelitian tersebut menunjukkan
dipengaruhi dari dalam keluarga, dari anak itu bahwa kasus pekerja anak di kota-kota besar
sendiri maupun dari pihak lain. merupakan “korban” urbanisasi. Orang tua
Berhubungan dengan hal di atas, menurut responden sebagian besar hanya tamatan sekolah
Tjandraningsih, keberadaan pekerja anak dasar (sekitar 43 persen) dan mencari nafkah
tersebut berkaitan dengan bekerja hal yaitu: sebagai buruh tidak terampil, hampir 60 persen
1. Adanya tekanan ekonomi orang tua. dari orang tua responden berpenghasilan kurang
2. Adanya paksaan dari orang yang lebih dari Rp 4.000 per hari.
dewasa. Sebagaimana kita ketahui bahwa dengan
3. Adanya paksaan orang tua. semakin sempitnya lahan pertanian di pedesaan,
4. Adanya keinginan anak untuk mencari uang kemudian terbukanya kesempatan dan harapan-
sendiri. harapan yang tinggi untuk meningkatkan
5. Adanya asumsi dengan bekerja bisa kehidupan, menyebabkan orang-orang desa
digunakan sarana bermain. pindah ke daerah perkotaan. Hal ini sejalan
6. Adanya pembenaran budaya bahwa sejak dengan pendapat Todaro dan Stilkind (dalam
kecil anak harus bekerja. Manning dan Effendi, 1985: 35), yang
menyatakan bahwa dorongan utama untuk
Lebih jauh White dan Tjandraningsih berimigrasi ke kota adalah untuk memperoleh
(1998: XII) dalam studi mereka tentang pekerja penghasilan yang lebih baik. Apabila di suatu
anak di Indonesia secara lengkap menyimpulkan daerah kebutuhan ekonomi maupun non-
sejumlah hal kontradiktif yang menjadi dilema ekonomi seseorang belum terpenuhi, maka ia
anak di Indonesia, khususnya anak-anak yang akan mencari informasi tentang daerah lain yang
dilahirkan dalam tekanan kemiskinan. bisa memberi atau memenuhi kebutuhannya.
Pertama : Di kalangan anak-anak dari Daerah perkotaan di setiap negara telah
keluarga miskin, bekerja adalah dijadikan tempat yang paling lumrah untuk
menampung surplus penduduk. Keadaan ini
Koleksi BPAD Prov SU 227
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231
menimbulkan permasalahan yang besar bagi masyarakatnya, masih saja terdapat kelompok
perkotaan. Dengan memasuki daerah perkotaan, masyarakat yang hidup dalam keadaan yang
maka timbullah berbagai macam permasalahan, menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar
mulai dari mencari atap untuk tempat berteduh hidup yang layak. Golongan inilah yang
sampai bagaimana cara mempertahankan hidup dimaksudkan golongan miskin di kota.
di daerah perkotaan. Oscar Lewis mengemukakan bahwa
Fenomena yang menonjol pada kemiskinan itu mempunyai ciri-ciri:
masyarakat kota adalah dikotomi dalam struktur a. Tingkat mortalitas yang tinggi atau harapan
sosialnya, yakni adanya lapisan bawah dan hidup yang rendah.
lapisan atas. Perbedaan-perbedaan khas itu b. Tingkat pendidikan yang rendah.
tampak selanjutnya di dalam cara berperilaku, c. Partisipasi yang rendah dalam organisasi-
cara bicara dan berpakaian, juga masing-masing organisasi sosial seperti organisasi buruh,
kelas mengawasi anggotanya dalam hal politik dan lain sebagainya.
demikian itu. d. Tidak atau jarang ambil bagian dalam
Perbedaan itu juga tampak dalam pola perawatan medis dan program-program
permukiman dan perkampungan di kota. Pusat kesejahteraan lainnya.
kota terutama menjadi tempat permukiman e. Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas
orang elite, di mana terdapat gedung-gedung kota seperti toko-toko, museum dan bank.
pemerintahan dan pusat-pusat agama. Kelas f. Upah yang rendah atau keamanan kerja
bawah bermukim di tempat-tempat seputar kota yang rendah.
itu juga. g. Tingkat keterampilan yang rendah.
Kegiatan rumah tangga dan kegiatan mata h. Tidak memiliki tabungan.
pencaharian terpisah, kelas atas memiliki i. Tidak memiliki persediaan makanan dalam
kecenderungan yang kuat untuk mempertahankan rumah untuk hari esok.
posisi-posisi yang menguntungkan, baik bagi diri j. Kehidupan mereka tanpa kerahasian pribadi.
sendiri maupun bagi anak cucu mereka, k. Sering terjadi tindak kekerasan, termasuk
sehingga timbullah penonjolan-penonjolan pemukulan anak-anak.
perbedaan itu dengan jalan menciptakan simbol- l. Perkawinan sering berdasarkan konsensus,
simbol dan tanda-tanda yang membedakan kelas sehingga sering terjadi perceraian dan
yang satu dengan kelas yang lainnya. pembuangan anak.
Sedangkan kelas bawah untuk m. Keluarga bertumpu pada ibu.
mempertahankan hidup di kota cenderung n. Kehidupan keluarga adalah otoriter.
bekerja sebagai buruh kasar bangunan, tukang o. Penyerahan diri pada nasib.
becak dan lain sebagainya. Tidak jarang pula p. Besarnya hyper masculinity complex di
terlihat dalam keluarga kelas bawah di kota kalangan pria dan marty complex di
mempergunakan potensi seluruh keluarga untuk kalangan wanita (S. Menno, 1992:61).
melaksanakan kegiatan perekonomian di kota. Kalau diperhatikan bahwa masyarakat
Di sini peran istri dan anak sangat menonjol kota yang digolongkan pada ciri-ciri di atas,
untuk turut serta dalam kegiatan perekonomian kebanyakan mereka ini adalah orang yang
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pegawai
mendesak. Istri terkadang bekerja sebagai rendahan di kantor-kantor dan toko-toko kecil,
tukang masak bagi keluarga kelas atas, bisa juga buruh, pembantu rumah tangga, tukang becak
sebagai tukang cuci dan juga penjaga anak. dan sebagainya. Mereka biasanya tidak
Begitu juga dengan keadaan anak-anak terpaksa mempunyai keterampilan khusus, memiliki
meninggalkan bangku sekolah atau sekolah pendidikan yang rendah dan sering menjadi
sambil bekerja untuk memperoleh penghasilan korban dari majikan-majikan yang jahat atau
sendiri atau membantu perekonomian keluarga. organisasi-organisasi kejahatan. Singkatnya
Anak-anak dalam kelas bawah mengambil mereka itu adalah para pekerja yang mempunyai
kegiatan perekonomian dapat sebagai penjaja pendapatan yang sangat rendah. Hal ini sesuai
makanan, penyemir sepatu, penjual asongan, dengan pendapat dari Sumardi dan Hans Dieter
tukang parkir, pencuci mobil, penyewa payung ever yang menyatakan bahwa golongan
dan lain sebagainya. berpenghasilan rendah atau golongan miskin
Meskipun kota telah mempunyai hampir adalah golongan yang memperoleh pendapatan
seluruh fasilitas untuk meningkatkan taraf hidup atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja
228 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...
mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit, jika rumah tangga yang tidak mempunyai atau hanya
dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya berpendidikan formal sangat rendah. Dan hal
(Sumardi dan Hans Dieter ever, 1995 : VI). yang penting dari temuan tersebut menunjukkan
Studi yang dilakukan Bagong Suyanto bahwa semakin makmur kondisi ekonomi suatu
dkk. (1997-1998) menunjukkan bahwa rumah tangga, semakin rendah kemungkinan
kelompok masyarakat miskin umumnya buta adanya pekerja anak dalam rumah tangga.
hukum, jauh dari akses pelayanan publik, Bila diamati sebenarnya kemiskinan ini
terisolasi dari informasi dan koneksi, tidak merupakan masalah yang sangat pelik, hal ini
memiliki patron yang kuat, sehingga sangat juga terjadi bagi pekerja anak dengan tingkat
tergantung pada sedikit penghasilan tertentu. ekonomi keluarga yang rendah, pendidikan
Akibat kerentanan yang diderita, kelompok merupakan masalah/persoalan yang dilematis.
masyarakat miskin tersebut sering jatuh sakit, Di satu sisi kemiskinan yang membuat mereka
lemah jasmani. Dan hal ini cenderung terjadi tidak bersekolah, tetapi dipihak lain karena tidak
terus-menerus akibat konsumsi yang kurang bersekolah, mereka sulit untuk keluar dari
layak dan jauh dari syarat-syarat kesehatan dan lingkaran kemiskinan. Bagi mereka sekolah
gizi. adalah beban, karena terlalu banyak biaya yang
Akibat dari pertumbuhan penduduk yang dikeluarkan dan kurang dapat memberikan
tidak sebanding dengan lajunya pembangunan jaminan akan masa depan yang lebih baik.
antara lain seperti penyediaan fasilitas kota, Seandainya pun mereka sekolah, bekerja tentu
kesempatan kerja dan tanah-tanah permukiman dapat menghambat proses sekolah/belajar,
dikota, timbullah masalah seperti pengangguran, pekerja anak sangat mungkin akan tumbuh
kejahatan, istri-istri yang tidak berpendidikan dewasa sebagai orang yang kurang mengenyam
turut dalam kegiatan perekonomian untuk pendidikan dan kemungkinan besar, ketika
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang pekerja anak ini dewasa dan berkeluarga, anak-
mendesak. Begitu juga dengan keadaan anak- anak mereka juga akan masuk dalam pasar kerja
anak. Anak-anak mau tidak mau terpaksa ikut dengan tingkat keterampilan yang rendah dan
andil dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. upah yang rendah pula.
Kesemuanya ini membawa efek terhadap ILO (International Labour Organization)
meningkatnya jumlah kemiskinan di kota. memperkirakan akibat krisis ekonomi yang
Achdian Aminuddin (1995: 15) berkepanjangan jumlah anak Indonesia telah
menyatakan bahwa kemiskinan yang lekat menjadi enam sampai delapan juta (Waspada 29
dengan golongan lapisan bawah pada sebagian Juni 2002). Seperti yang kita ketahui bahwa
terbesar masyarakat Indonesia, sering dijadikan krisis ekonomi yang dialami Indonesia
sebuah alasan pembenaran terhadap praktik mengakibatkan Indonesia merosot kembali
mempekerjakan anak dalam usaha memenuhi menjadi negara miskin di dunia. Tingkat
kebutuhan keluarga, baik oleh orang tuanya kemiskinan yang semula mengalami perbaikan
sendiri maupun pihak pengusaha. Keluarga dan mendekati angka 20 juta, ternyata kemudian
miskin terpaksa mengerahkan sumberdaya melonjak beberapa kali lipat kembali. Akibatnya
keluarga untuk secara kolektif memenuhi muncul “orang-orang miskin baru” (Suyanto
kebutuhan hidup. Kondisi demikian mendorong dalam Konvensi edisi ketiga).
anak-anak yang belum mencapai usia untuk Secara teoretis, kelompok masyarakat
bekerja terpaksa harus bekerja. yang diperkirakan paling terpukul dengan
Hasil studi “SMERU” yang dirancang adanya situasi krisis ekonomi yang
untuk mengetahui pilihan antara bersekolah dan berkepanjangan adalah mereka yang termasuk
bekerja, bagi anak-anak usia 5-14 tahun pada kelompok masyarakat yang tidak stabil, mudah
masa krisis ekonomi dengan menggunakan tergeser, rapuh dan jauh dari jangkauan
survei 100 desa tahun 1998-1999 menunjukkan pembangunan. Kelompok inilah yang lazim
bahwa terdapat kaitan erat antara pekerja anak disebut massa rentan, kelompok marjinal atau
dengan kemiskinan. Profil pekerja anak secara masyarakat miskin. Di wilayah perkotaan
umum mencerminkan profil kemiskinan. Hasil keberadaan kelompok tersebut dengan mudah
studi mendukung pendapat bahwa ada lingkaran ditemui di permukiman kumuh atau
setan antara kemiskinan dan pekerja anak. perkampungan liar di sudut-sudut kota.
Sebagaimana telah ditunjukkan, pasokan pekerja Salah satu konsekuensi dari meningkatnya
anak kebanyakan dari rumah tangga dan kepala kemiskinan bagi dunia anak dan pendidikan adalah
terjadinya penurunan angka partisipasi anak-anak hasil kerja mereka, misalnya untuk membeli
yang bersekolah. Menurut perkiraan Bapenas, pakaian, membeli alat-alat elektronik,
karena krisis, potensi angka putus sekolah menikmati hiburan, biaya sekolah, diberikan
meningkat tajam, dari 2,8 juta menjadi 8 juta kepada orang tua, dan menabung (untuk
pertahun (Tjandraningsih dkk. dalam Konvensi beberapa/sedikit orang).
edisi ketiga). Dan yang memprihatinkan,
bersamaan dengan makin tingginya Saran
kecenderungan anak putus sekolah adalah
kemungkinan bertambahnya anak-anak usia Kemiskinan sering sekali dijadikan alasan
sekolah yang terpaksa bekerja untuk membantu secara langsung dan tidak langsung untuk
ekonomi keluarga. Kendati kebiasaan untuk memaksa anak agar mau terjun ke dunia kerja.
melatih anak bekerja sejak dini bukanlah hal yang Akibat dari kemiskinan, maka sulit rasanya
baru, khususnya di kalangan keluarga miskin, keluarga mengirimkan anaknya ke sekolah,
tetapi sejak krisis ekonomi melanda Indonesia mengingat biaya yang tidak dapat mereka
pertengahan tahun 1997 lalu, diperkirakan jangkau. Seandainya biaya pendidikan dasar
jumlahnya melonjak cukup besar. dibiayai pemerintah secara menyeluruh, tentu
Berdasarkan keterangan di atas dapat masih ada masalah lain yang tersisa. Peran
disimpulkan bahwa jumlah penduduk miskin di seorang anak dalam keluarga miskin sebagai
Indonesia cukup tinngi dan golongan ini salah satu pencari nafkah dalam keluarga akan
merupakan penghuni terbesar di dalam terganggu. Sehingga apabila si anak bersekolah,
masyarakat perkotaan. Sejumlah besar rakyat kemampuan keluarga untuk memperoleh
miskin, memang mau tak mau harus tetap hidup pendapatan akan berkurang. Hal ini
di kota-kota besar untuk jangka waktu yang menggambarkan bahwa diperlukan adanya
lama. Kenyataan aspek demografi di Indonesia koordinasi antara usaha-usaha pendidikan
adalah cepatnya pertumbuhan penduduk, dan dengan usaha-usaha yang memberi perhatian
adanya sejumlah besar orang miskin pedesaan pada masalah kemiskinan.
yang bersedia menambah jumlah orang miskin Pemerintah perlu membentuk zona-zona
di perkotaan. bebas pekerja anak, sehingga kesadaran akan
Arus urbanisasi di kota-kota besar sebagai kedudukan anak sebagai generasi penerus yang
proses perpindahan penduduk dari desa ke kota harus dirintis masa depannya bagi orang tua
merupakan masalah yang perlu diperhatikan. meningkat. Hal ini merupakan jawaban pada
Makin besar laju perpindahan dari desa ke kota, fakta: demikian mudahnya orang tua menyuruh
maka makin besar persentase dari seluruh anak terjun ke dunia kerja dan begitu mudahnya
penduduk kota yang hidup di bawah garis orang tua mengabaikan sekolah anak.
kemiskinan, kecuali apabila ada perkembangan
yang cepat sekali dalam perluasan kesempatan Daftar Pustaka
kerja serta permukiman. Dengan kata lain
mungkin akan terjadi, bahwa daerah pedesaan Ahmadi, Alan, 1992, Psikologi Sosial, Rineka
akan mengekspor kemiskinannya ke kota melalui Cipta, Jakarta
urbanisasi.
Arikunto, Suharsimih, 1985, Prosedur
Kesimpulan Penelitian, Bina Aksara, Jakarta
1. Pada dasarnya anak bekerja tidak terlepas Ever, Dieter Hans, 1985, Sosiologi Perkotaan,
dari kondisi sosial ekonomi keluarga yang LP3ES, Jakarta
rendah (miskin/serba kekurangan). Tampaknya
anak bekerja merupakan suatu pilihan dalam Faisal, Sanafiah, 1990, Penelitian Kualtatif,
keadaan sosial ekonomi yang demikian. dasar-dasar dan Aplikasi, Asih Asuh,
2. Motivasi anak untuk bekerja antara lain Malang
untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang
tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh orang Fisip, USU & ILO IPEC, 2003, Rapid
tua, untuk membantu pemenuhan kebutuhan Assesment Child Labour in Off Shore
keluarga, dan ingin mempunyai penghasilan Fishing, Jakarta
sendiri. Motivasi ini terlihat dari alokasi uang
230 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...
Gerungan, 1991, Psikologi Sosial, Eresco, Mulandar, Surya, 1996, Dehumanisasi Anak
Bandung Marginal, Akatiga, Bandung
Gunarsa, Singgih, 1995, Psikologi Praktis, Rogers & Standing Guy, 1991, Child Work
Anak, Remaja, dan Keluarga, Gunung Poverty and Underdevelopment, Genewa,
Mulia, Jakarta
Sadly, Saparna, 1986, Gelandangan, Rajawali,
Gunawan, Yusuf, 1992, Pengantar Bimbingan Jakarta
dan Konseling, PT Gramedia, Jakarta
Sofyan, Ahmad, 1986, Buruh Anak Jermal,
ILO IPEC, Kondisi Pekerja Anak Jermal di POusat Kajian dan Perlindungan Anak,
Kawasan Perairan Pantai Timur Medan
Sumatera Utara, LAAI, Medan
Suparlan, Parsudi, 1986, Kemiskinan di
Kartono, Kartini, 1986, Psikologi nak dan Perkotaan, Yayasan Obor, Jakarta
Remaja, Rajawali Press, Jakarta
Sumardi & Hans Dieter Ever, 1985, Kemiskinan
Kuntjaraningrat, 1984, Masalah-masalah dan Kebutuhan Pokok, LP3ES, Jakarta
Pembangunan Bunga Rampai Antropologi
Terapan, LP3ES, Jakarta Sumarnonugroho, T, 1991, Sistem Intervensi
Manning, Chris dan TN Effendi, 1985, Kesejahteraan Sosial, PT Hanindita Graha
Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Widya, Yogyakarta
Informal di Kota, Gramedia, Jakarta
Widyaja, A, W, 1995, Pernanan Motivasi dalam
Mendelevic, 1990, Children at Work, ILO, Kepemimpoinan Akademi, Pressindo,
Geneva Jakarta.
emberdayaan Komunita S
INFORMASI BERLANGGANAN
Nama : _______________________________________________
Alamat : _______________________________________________
Instansi : _______________________________________________
_______________________________________________
Transfer melalui:
Bank Mandiri Cabang USU Medan
A.n. Matias Siagian
No. Rekening: 106-00-9302992-7