You are on page 1of 120

P S

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL ISSN 1412-6133


Volume 5, Nomor 2, Mei 2006
emberdayaan Komunita Hal. 117 – 231

DAFTAR ISI

Matias Siagian Masalah Ketenagakerjaan dan Kebijakan Pembangunan


Pendidikan Nasional...........................……………………. 117 – 131

Ratih Utamaningsih & Implementasi Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan


Hayaruddin Siagian Kesejahteraan Keluarga Karyawan PT Asam Jawa
Medan.........…………………………..………................... 132 – 150

Fahru Izhar & Edward Analisis Tingkat Kesejahteraan Pensiunan pada Kantor
Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.....……. 151 – 167

Fronner M. D. S. Tinjauan Implementasi Hak Normatif dan Kesejahteraan


Karyawan PT H. M. Sampoerna Sales Division Batam............ 168 – 181

Mulatua P. Silalahi Pendidikan dan Pelatihan Entrepreneurship sebagai


Alternatif Pembukaan Lapangan Kerja Seluas-luasnya.......... 182 – 185

Mai Yusra & Hairani Program Pemberdayaan Anak Jalanan oleh Yayasan
Siregar AKMI Medan...................................................................... 186 – 212

Erika Revida Sistem Kekerabatan Masyarakat Suku Batak Toba


Sumatera Utara........................................................…….... 213 – 218

Tuti Atika Pekerja Anak dan Kontribusinya dalam Ekonomi Rumah


Tangga...........................................……….……................. 219 – 231

PK (JIKS) Vol. 5 No. 2 Hal. 117 – 231 Medan, Mei 2006 ISSN 1412-6133
2
MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL

Matias Siagian

Abstract

The unemployment problem in Indonesia is the product of two contradictory conditions.


The first, natural resources counted the widespread land and sea. The second, field of
work is limited and it is not proportional to the employee which always grow very fast.
This bad condition is very sad, especially know there are many islands in Indonesia still
virgin and have not touched. The unemployment problem as macro problem and the root
or source of many social problems in Indonesia is not only as a contribution of the small
investation but also caused of unsuitability of competency and skill of employee to
qualification demanded by employee user institutions. So Indonesia need the new
education development policy.

Keywords: education policy, unemployment, life skill

Pendahuluan Bekerja di negara lain merupakan jalan keluar


terhadap permasalahan ketidakseimbangan
Masalah pengangguran merupakan antara luas lahan di pedesaan dengan penduduk
masalah makro ketenagakerjaan. Selanjutnya di sana. Hal ini merupakan konsekuensi logis di
masalah pengangguran berubah wujud sehingga mana sektor pertanian masih berada di urutan
bukan lagi sekadar masalah, melainkan menjadi pertama penyerapan tenaga kerja di pedesaan.
akar permasalahan. Sebagai suatu akar (Simanjuntak, 1994: 43).
permasalahan, maka pengangguran akan Pada tahun 2004 penulis dengan beberapa
mengakibatkan kemiskinan, peningkatan angka orang dosen FISIP USU berkunjung ke
kriminalitas seperti pencurian, perampokan, Malaysia. Selain mengunjungi beberapa
penodongan, bahkan pelacuran. Di samping itu Perguruan Tinggi di negeri jiran yang memang
pengangguran yang dialami orang tua dalam mengalami kemajuan yang teramat cepat dalam
suatu keluarga sangat rentan terhadap terjunnya pendidikan, kami juga berkunjung ke KBRI di
anak ke dunia kerja. Di Jawa Tengah saja, Kuala Lumpur. Di sana, selain melakukan
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) mencatat seminar kecil dengan beberapa pejabat tinggi
terdapat 10.477 orang anak dipekerjakan. Secara KBRI, tidak lupa kami juga mengunjungi tempat
nasional, jumlah anak yang dipekerjakan bahkan penampungan TKI bermasalah yang memang
mencapai setengah juta orang (Kompas, 19 tempatnya di bagian belakang kompleks KBRI.
September 2006: 24). Salah seorang TKI bermasalah dan terangkat ke
Dari berbagai tayangan di televisi tentang permukaan melalui berbagai media adalah
demikian tragisnya nasib tenaga kerja Indonesia Nirmala Bonat. TKI asal Kupang, Nusa
di luar negeri pada umumnya dan tenaga kerja Tenggara Timur ini mengalami penganiayaan
wanita Indonesia pada khususnya terdeteksi yang luar biasa, terutama dari majikan
bahwa kepergian mereka ke berbagai negara perempuannya di Malaysia. Melalui
bukan merupakan pilihan utama, apalagi cita- perbincangan dan menyaksikan sendiri,
cita, melainkan merupakan keterpaksaan. Pada diketahui bahwa di sekujur tubuh Nirmala,
umumnya mereka berasal dari daerah pedesaan. termasuk di dada dan punggungnya terdapat

Matias Siagian adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

Koleksi BPAD Prov SU 117


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

luka bakar akibat disetrika dan mendapat keluarga maupun perusahaan akan selalu bebas
siraman air panas dari majikan. Selain itu, di melakukan apa saja terhadap para pekerja.
bagian kepalanya juga terdapat luka dan memar.
Nirmala hanyalah salah seorang dari Konsep-Konsep Ketenagakerjaan
ribuan orang yang mengalami penderitaan di
negeri orang. Harus diakui bahwa kisah TKI Sebelum kita memasuki wilayah masalah
yang mendapat siksaan, dianiaya, diperkosa, ketenagakerjaan di Indonesia, ada baiknya jika
ditipu, tidak dibayar gajinya, terjun dari gedung kita memahami terlebih dahulu tentang konsep-
tinggi, hingga meninggal tanpa diketahui pasti konsep yang ada dalam “ketenagakerjaan”, yang
penyebabnya sejak dahulu merupakan tergolong konsep-konsep makro dan umum.
langganan berita yang ditayangkan di berbagai Bagaimanapun, dalam upaya melakukan
media massa. Berbagai pihak menunjuk pengukuran besarnya angkatan kerja, angka
keberadaan PJTKI nakal sebagai biang pengangguran, kesempatan kerja, maupun
keladinya, di mana mereka tidak bertanggung aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan
jawab dan hanya mencari keuntungan (Kompas, konsep makro ketenagakerjaan, maka masalah
27 Juni 2004: 23). konsep dan definisi yang dipakai perlu
Terlepas dari tidak bertanggung jawabnya dipahami, karena terdapat peluang bagi
PJTKI dan tidak manusiawinya banyak majikan perbedaan konsep dan definisi yang dianut atau
di negeri orang, terdapat suatu hal yang harus dipakai di mana hal tersebut akan
kita sadari sebagai suatu akar permasalahan, mengakibatkan perbedaan makna sebagai
yakni ketidakseimbangan antara supply dan konsekuensi logis dari konsep-konsep yang
demand tenaga kerja nyata-nyata mengakibatkan berbeda tersebut.
tenaga kerja Indonesia, baik yang bekerja di
Referensi “waktu” yang dipakai untuk
dalam negeri maupun yang bekerja di luar
menilai apakah seseorang bekerja atau sedang
negeri merupakan akar permasalahan dari
mencari pekerjaan misalnya, akan
masalah ketenagakerjaan sebagai suatu masalah
mempengaruhi besarnya angka angkatan kerja
besar dan kompleks di Indonesia.
dan reit partisipasi angkatan kerja, reit
Kajian ilmiah tentang penyelesaian
pengangguran, dan perimbangan antarsektor dari
masalah menyatakan bahwa suatu masalah
penduduk yang tergolong angkatan kerja.
hanya dapat dipecahkan secara tuntas jika
penyelesaian masalah itu menyentuh Angkatan kerja (labour force) merupakan
substansinya. Substansi sebuah masalah adalah konsep yang menunjukkan economically active
“akar permasalahan” itu (Direktorat Jenderal population. Sebaliknya, yang bukan angkatan
Pendidikan Tinggi, Depdiknas, 2004: 31). Jika kerja adalah mereka yang tergolong non-
kita hanya menyelesaikan masalah, berarti economically active population. Konsep man
penyelesaian masalah yang sama tidak akan power juga menunjuk pada labour force.
pernah tuntas, bahkan akan terjadi akumulasi Konsep ini berbeda dengan konsep penduduk
masalah di masa mendatang, karena kita hanya usia kerja, karena tidak semua penduduk usia
akan menyelesaikan masalah lama, sedangkan kerja tergolong dalam konsep angkatan kerja.
masalah yang baru datang terus, sehingga terjadi Penetapan usia kerja sendiri tidak lepas
peningkatan jumlah masalah, karena dari masalah-masalah, antara lain umpamanya di
pertumbuhan masalah selalu lebih tinggi dari suatu masyarakat banyak anak yang tidak
penyelesaian masalah sesuai dengan tergolong ke dalam usia kerja tetapi
kemampuan yang dimiliki dalam penyelesaian kenyataannya bekerja. Sebagai contoh terjunnya
masalah tersebut. anak usia sekolah ke dunia kerja justru
Oleh karena itu upaya penyelesaian disebabkan oleh pengangguran orang tua,
masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus dengan tujuan untuk membantu keluarga.
menyentuh substansinya, yakni pengangguran. Sementara mungkin banyak orang yang
Selagi ada ketidakseimbangan antara penawaran tergolong usia pensiun, akan tetapi masih
dengan permintaan tenaga kerja sesuai dengan bekerja.
kualifikasi yang dibutuhkan, maka para pekerja Dalam perkembangan terminologi
tidak akan memiliki bargaining power terhadap ketenagakerjaan di Indonesia antara lain istilah
majikan. Akibatnya, majikan, baik dalam bentuk buruh yang diupayakan diganti dengan istilah
pekerja. Hal ini sebagaimana diusulkan oleh
118 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

Pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja berusia tua tidak bekerja atau sedang mencari
pada saat Kongres Federasi Buruh Seluruh pekerjaan. Biasanya Reit Partisipasi Angkatan
Indonesia (FBSI) Ke-2 Tahun 1985. Alasan Kerja untuk penduduk perempuan lebih rendah
Pemerintah menggunakan istilah pekerja dan dari penduduk laki-laki. Hal ini terlihat dari
meninggalkan istilah buruh adalah karena istilah hasil Sensus Penduduk 2001.
buruh dianggap kurang sesuai dengan Dengan demikian dapatlah kita ketahui
kepribadian bangsa Indonesia. Istilah buruh bahwa Reit Partisipasi Angkatan Kerja
lebih cenderung menunjuk pada golongan yang merupakan hasil perbandingan antara angkatan
selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain, kerja dengan penduduk usia kerja. Sebaliknya
yakni majikan. Perubahan istilah ini memang Reit Pengangguran hanya mempersoalkan
sangat logis, namun jika perubahan istilah komponen-komponen angkatan kerja, yaitu yang
tersebut tidak diikuti dengan perubahan nasib, bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan.
kebijakan, dan keberpihakan pemerintah Reit Pengangguran dapat didefinisikan sebagai
terhadap buruh, maka perubahan istilah tersebut jumlah penganggur per 100 orang yang
sesunguhnya tidak akan menghasilkan apa-apa. tergolong angkatan kerja.
Pada Ayat (1) Pasal 3 Undang-Undang Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk,
No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan dapat diketahui jumlah penduduk yang bekerja
disebutkan bahwa “pekerja adalah tenaga kerja biasanya dipandang sebagai fenomena yang
yang bekerja di luar maupun di dalam hubungan mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang
kerja pada pengusaha dengan menerima upah”. ada. Dalam pengertian ini maka “kesempatan
Dari pengertian pekerja tersebut jelaslah bahwa kerja” bukanlah “lapangan pekerjaan yang
hanya angkatan kerja yang sudah bekerja yang masih terbuka”, walaupun komponen yang
dapat disebut sebagai pekerja. terakhir ini akan menambah kesempatan kerja
Di sisi lain, untuk jaminan kecelakaan yang ada di masa mendatang. Memang dalam
kerja dalam perlindungan Jaminan Sosial suatu waktu “lapangan pekerjaan yang masih
Tenaga Kerja (Jamsostek) berdasarkan Undang- terbuka” cukup banyak, sementara jumlah
Undang No. 3 Tahun 1992, maka pengertian pencari kerja (penganggur) banyak pula. Hal ini
“pekerja” diperluas, sehingga di dalamnya dapat terjadi karena kurang baiknya distribusi
termasuk: “lapangan pekerjaan yang masih terbuka” yang
1) Magang dan murid yang bekerja pada mana hal seperti ini bertalian pada penyebaran
perusahaan, baik yang menerima upah penduduk yang tidak merata, atau karena alasan
maupun yang tidak; yang justru dominan saat ini, di mana
2) Mereka yang memborong pekerjaan kecuali keterampilan yang dituntut oleh pengguna
jika yang memborong adalah perusahaan; angkatan kerja justru tidak sesuai dengan
3) Nara pidana yang dipekerjakan di keterampilan yang dimiliki para penganggur
Perusahaan (Husni, 2001: 23) atau para pencari pekerjaan.
Pada kenyataannya tidak semua negara
Reit Partisipasi Angkatan Kerja dapat melalui pemerintah mampu menyediakan
dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang kesempatan kerja atau lapangan kerja bagi
tergolong angkatan kerja per 100 penduduk usia semua angkatan kerja yang ada di negara
kerja. Dalam hal ini, usia kerja dapat tersebut. Akibatnya, migrasi tenaga kerja dari
didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 satu negara ke negara lain menjadi alternatif
– 64 tahun. Selanjutnya Reit Partisipasi menarik. Di era perdagangan bebas ini tentu
Angkatan Kerja dapat juga dihitung untuk tiap terjadi tingkat kebebasan yang lebih nyata yang
golongan umur dan jenis kelamin. Misalnya, didukung oleh sarana dan prasarana
untuk penduduk laki-laki, golongan umur 15 – transformasi, komunikasi, dan informasi yang
19 tahun. makin lancar dan canggih. Dengan demikian,
Di era modern, Reit Partisipasi Angkatan migrasi tenaga kerja Indonesia, misalnya terjadi
Kerja umumnya rendah pada usia muda dan tua. sebagai akibat dari adanya perbedaan dalam
Masalahnya, sesuai dengan hak-hak anak, maka rangka memperoleh kesempatan di bidang
sebagian mereka yang berusia muda masih ekonomi pada umumnya dan pekerjaan pada
bersekolah, sementara sebagian mereka yang khususnya. Sebagai respons masyarakat
terhadap sulit bahkan tertutupnya memperoleh
Koleksi BPAD Prov SU 119
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

pekerjaan di dalam negeri, maka banyak di dibutuhkan oleh suatu perusahaan dalam proses
antara angkatan kerja menyadari tekanan yang produksi barang maupun jasa; 4) memungkinkan
nyata, sehingga melakukan migrasi ke negara negara-negara untuk menyesuaikan suplai
yang menjanjikan adanya kesempatan kerja bagi tenaga kerja sesuai dengan dinamika kegiatan
mereka dengan kesejahteraan yang baik pula. ekonomi, hal ini merupakan dampak dari fakta
Pada umumnya migrasi tenaga kerja di mana pertumbuhan ekonomi yang signifikan
diawali dengan migrasi intern negara, dalam arti dengan pertumbuhan investasi tidak selalu
perpindahan angkatan kerja dari suatu daerah ke sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja
daerah yang kelebihan tenaga kerja dan di negara tersebut; dan 5) menyediakan labor
berpenghasilan rendah menuju daerah yang services tanpa membiayai pembentukan human
kekurangan tenaga kerja dan dapat menawarkan capital yang diperlukan, hal ini merupakan
upah yang lebih tinggi dari daerah asal akibat kedatangan tenaga kerja terampil yang
(Bandiono, dalam Arief, 1999: 8). Dalam arti berasal dari negara lain, sehingga negara
luas, migrasi adalah perubahan tempat tinggal tersebut tidak perlu melakukan upaya besar
secara permanen atau semi permanen. Dalam hal untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang
ini tidak ada pembatasan, baik pada jarak ada di negaranya.
perpindahan maupun sifatnya, yakni apakah
tindakan itu bersifat suka rela atau terpaksa. Permasalahan Tenaga Kerja
Juga tidak diadakan perbedaan antara migrasi
dalam negeri dan migrasi ke luar negeri. Krisis ekonomi yang berkepanjangan
Stahl membedakan manfaat migrasi sejak akhir tahun 1997 melahirkan akibat negatif
internasional pada tingkat negara dan terhadap perekonomian nasional pada umumnya
perusahaan pemakai tenaga kerja. Pada tingkat dan kesempatan kerja pada khususnya. Di
negara, migrasi internasional berpotensi untuk: samping itu dalam jangka panjang Indonesia
1) mengurangi pengangguran negara pengirim mengalami instabilitas dalam bidang ekonomi.
jasa tenaga kerja; 2) sumber devisa bagi negara Kondisi negatif ini antara lain dapat dilihat dari
pengirim tenaga kerja; 3) meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang defisit
keterampilan bagi tenaga kerja, karena di sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto.
samping memperoleh upah tentu juga Kondisi mana menuntut Indonesia harus
memperoleh pengalaman kerja yang akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
menjadikan mereka lebih terampil; 4) yang minimal mencapai 6 persen. Hal ini
memperbaiki kesejahteraan material melalui merupakan tuntutan, di mana pertumbuhan
peningkatan pendapatan per kapita. ekonomi merupakan satu-satunya jawaban
Sementara jika kita lakukan analisis yang terhadap pengangguran yang angkanya makin
sama di tingkat perusahaan, maka pekerja asing membengkak, dan juga pertumbuhan angkatan
memungkinkan: 1) perusahaan merealisasi kerja Indonesia yang tetap tinggi.
economics of scale, hal ini merupakan akibat Indonesia dituntut mencapai angka
kurangnya tenaga kerja di negara tempat di pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar dapat
mana perusahaan itu berada atau kurangnya menyerap tenaga kerja yang sebesar-besarnya.
tenaga kerja terampil sesuai dengan kualifikasi Sebelum Indonesia mengalami krisis ekonomi
yang dibutuhkan yang bersumber dari angkatan yang berlanjut pada krisis multidimensi,
kerja negara di mana perusahaan itu berada; 2) pengangguran sudah merupakan masalah besar
mencegah inflasi upah pada industri-industri nasional. Namun krisis ekonomi yang melanda
yang mengalami kekurangan tenaga kerja, hal Indonesia justru mengakibatkan masalah
ini merupakan konsekuensi logis di mana jika pengangguran tersebut makin parah.
permintaan tenaga kerja lebih besar dari Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2003
penawaran tenaga kerja akan mengakibatkan misalnya hanya 3,3 persen, sementara setiap
peningkatan bargaining power bagi tenaga kerja satu persen PDB hanya mampu menyerap 400
sehingga mereka akan menuntut peningkatan ribu tenaga kerja. Dengan demikian maka pada
upah; 3) memungkinkan investasi dengan tahun 2003 tenaga kerja yang terserap hanya
menjamin bahwa suatu fasilitas dapat dijalankan sekitar 1,6 juta orang. Padahal setiap tahun
oleh staf yang memadai, hal ini merupakan pertumbuhan angkatan kerja Indonesia
tuntutan kualifikasi spesifik tenaga kerja yang mencapai 3 persen. Tingginya jumlah
120 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

pengangguran ini merupakan masalah lintas Tabel 1.


sektoral, yang berarti bahwa semua departemen Distribusi Pekerja Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000
dan kementerian semestinyalah ikut
bertanggung jawab untuk mengurangi jumlah
pengangguran (Waspada, 29 April 2003: 12). No Sektor Jumlah
Badan Perencanaan Pembangunan 1 Pertanian 40.676.713
2 Industri Pengolahan 11.641.756
Nasional (Bappenas) misalnya memperkirakan, 3 Bangunan 3.497.232
bahwa dalam lima tahun ke depan gambaran 4 Perdagangan, Hotel/ Restoran 18.498.005
soal angka pengangguran di Indonesia masih Angkutan, Komunikasi
menunjukkan kondisi yang sangat suram. 5 Keuangan, Asuransi, 4.553.855
6 Persewaan 882.600
Disebut sangat suram, karena tidak akan Jasa Kemasyarakatan
tersedianya lapangan kerja yang cukup untuk 7 Lainnya 9.574.009
angkatan kerja yang ada. Tahun 2004 angkatan 8 522.560
kerja akan mencapai 102,88 juta orang, Jumlah 89.837.730
termasuk di dalamnya angkatan kerja baru
Sumber: BPS, Sakernas 2000
berjumlah 2,10 juta orang. Tambahan lapangan
kerja yang tercipta hanya 10,83 juta orang. Hal
Berdasarkan tabel di atas dapat kita
ini berarti bahwa penciptaan lapangan kerja ketahui bahwa sektor pertanian merupakan
tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah paling dominan. Kondisi mana tentu
angkatan kerja baru, sehingga mengakibatkan sangat kontradiktif dengan fakta yang ada di
angka pengangguran terbuka tahun 2004 mana lahan yang tersedia justru menurun
meningkat manjadi 10,83 juta orang, atau luasnya sebagai akibat dari pembangunan
mencapai 10,32 persen dari angkatan kerja yang perumahan, perkantoran, sarana olah raga
ada. seperti lapangan golf, sepakbola, dan lain-lain.
Peningkatan angka pengangguran terbuka Di sisi lain terjadi pertumbuhan angkatan kerja,
ini terus berlanjut hingga tahun 2005, di mana yang rata-rata 3% per tahun.
angka pengangguran mencapai 11,19 juta orang Dominannya sektor pertanian dalam
atau 10,45 persen dari angkatan kerja yang ada. menampung tenaga kerja sebenarnya bukanlah
Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi karena sektor pertanian ini masih memiliki
Indonesia tahun 2004 dan 2005 masing-masing pesona bagi penduduk. Kondisi seperti ini
4,49 persen dan 5,03 persen, sehingga lapangan terjadi karena pada umumnya penduduk usia
kerja yang tercipta hanya untuk 1,75 juta orang kerja hanya memiliki kemampuan untuk bekerja
(Djimanto, Suara Merdeka, 12 Januari 2004). di sektor pertanian, di mana sektor ini tidak
Untuk membuka cakrawala kita terhadap menuntut kualifikasi yang ketat dibandingkan
permasalahan tenaga kerja ini, ada baiknya kita dengan sektor lain, seperti sektor industri dan
ketahui distribusi tenaga kerja berdasarkan jasa.
sektor di mana dia bekerja. Data BPS Bahkan kondisi di atas juga bertentangan
menunjukkan bahwa pada tahun 2000, sektor dengan kondisi nyata saat ini, di mana terjadi
pertanian masih tetap dominan dalam arus urbanisasi yang sangat tinggi. Hal ini
penyerapan tenaga kerja di Indonesia, mencapai menunjukkan bahwa sesunguhnya rasio lahan
40 juta orang lebih atau sekitar 45,3 % dari dengan jumlah penduduk di daerah pedesaan
jumlah tenaga kerja yang bekerja hampir 90 juta sudah makin mengkhawatirkan. Akibatnya,
orang. Di bawah ini data jumlah pekerja masalah pengangguran tak kentara di sektor
menurut sektor ekonomi tahun 2000. pertanian sudah makin tinggi. Kondisi ini
menimbulkan proses pembagian kemiskinan di
antara orang-orang miskin demi menjunjung
tinggi satu semboyan, “solidaritas”.
Di sisi lain, pemerintah sepertinya belum
memiliki political will yang baik bagi para
petani. Unjuk rasa petani dan organisasi yang
memberi perhatian pada nasib petani merupakan
fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Hal
ini terjadi, karena seringnya kebijakan

Koleksi BPAD Prov SU 121


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

pemerintah tidak sesuai dengan kepentingan Indonesia. Menurut data di Pemerintah Provinsi
para petani, sebagai bukti bahwa pemerintah Sumatera Utara, selama 2004 telah
belum berpihak pada petani yang justru menyelesaikan 508 kasus Pemutusan Hubungan
merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Hal Kerja. Pemutusan Hubungan Kerja tersebut
ini antara lain terlihat dari, kebijakan impor melibatkan 756 tenaga kerja serta 12 kasus
beras, kebijakan pupuk yang justru sering merupakan Perselisihan Hubungan Industrial
mencekik leher para petani. Di samping itu (PHI), dengan tuntutan yang bersifat
seringnya KUD hanya berupa plang nama. nonnormatif, seperti bantuan uang makan, dan
Sebagai contoh, pemerintah belum memiliki bantuan uang transport. Sementara itu tuntutan
sikap yang benar-benar konsekuen dalam nonnormatif yang muncul dan terdeteksi tahun
menampung produk pertanian dengan tingkat 2003 secara umum telah dapat diselesaikan
harga yang menjamin kesejahteraan petani itu secara tripatrit di tingkat perantaraan oleh
sendiri. Dengan demikian pidato para pejabat pegawai perantara Dinas Tenaga Kerja dan
yang sering mengesankan sesungguhnya hanya Transmigrasi. Penyelesaian kasus PHK dan PHI
lipstik politik yang tidak berdampak apapun dilakukan melalui Lembaga Panitia
bagi petani. Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah
Pengangguran yang tinggi akan (P4D) Sumatera Utara, yang terdiri dari unsur
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah Pemerintah, Pengusaha, dan Serikat Pekerja atau
sosial dan ekonomi. Dilihat dari segi sosial, Serikat Buruh (SIB, 3 Mei 2003: 9).
pengangguran dapat menimbulkan dampak Jumlah kasus Pemutusan Hubungan Kerja
negatif. Diperkirakan 90 persen angka kejahatan selama 2003 meningkat sekitar 4.486 kasus,
atau tindakan kriminal dilakukan oleh para yang meliputi 135.421 tenaga kerja. Sedangkan
penganggur. Tindakan kriminal tersebut antara tahun sebelumnya sebanyak 3.806 kasus, yang
lain pemerkosaan, pencurian, pengrusakan, meliputi 101.127 tenaga kerja. Dalam hal ini
pembunuhan, dan juga tindakan-tindakan yang terjadi kenaikan sebesar 18 persen kasus PHK
tidak berperikemanusiaan lainnya. Tindakan- dan 34 persen pada jumlah tenaga kerja yang
tindakan kriminal ini dilakukan oleh para terlibat dalam kasus tersebut. Jumlah tersebut
penganggur, karena kegiatannya tidak ada tentu belum termasuk pada kasus dan jumlah
sehingga memiliki waktu senggang yang sangat pekerja yang ter-PHK, yang tidak melaporkan
lama, sehingga berpeluang untuk diisi dengan diri ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
kegiatan yang negatif. Hal ini tentu sangat Buruknya rasio antara angkatan kerja dan
meresahkan masyarakat. lapangan kerja mengakibatkan mencari
Jika dilihat dari sisi ekonomi, maka pekerjaan ke negara lain merupakan alternatif
pengangguran dapat merugikan diri sendiri dan yang mau tidak mau harus ditempuh, meskipun
keluarga. Artinya, si penganggur akan menjadi dengan risiko yang amat berat. Fakta mana
tanggungan dari anggota keluarga yang bekerja mengundang berbagai pihak untuk
(angka ketergantungan) dalam rangka memanfaatkan kondisi buruk perekonomian
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengangguran Indonesia untuk kepentingan diri sendiri, dengan
dalam jangka waktu yang lama juga akan tidak memperhatikan nasib orang lain. Pihak
mengakibatkan keterampilan kerja yag dimiliki yang sering memanfaatkan kondisi tersebut
seseorang lama kelamaan akan berkurang atau adalah para calo tenaga kerja ke luar negeri yang
bahkan hilang, sehingga tidak dapat lagi berlomba-lomba merekrut calon tenaga kerja,
mengembangkan kemampuan dan keterampilan terutama tenaga kerja wanita ke desa-desa yang
yang telah dimiliki sebelumnya jika akan dianggap minim informasi.
bekerja, sebelum akhirnya ia dipecat dan Para calo ini mengiming-imingi gaji yang
menjadi pengangguran. Di samping itu, tinggi sebagai perbedaan utama antara bekerja di
kepercayaan diri si penganggur akan hilang dan negara lain dengan bekerja di negeri sendiri.
akan timbul rasa malas dan pesimis untuk Para calo tenaga kerja ini mengutamakan tenaga
mencari pekerjaan lagi (Sukirno, 1991: 173). kerja yang minus keterampilan, di mana mereka
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan ditempatkan sebagai PRT.
merupakan fenomena yang sering terjadi sejak Ketidakseimbangan antara luas lahan pertanian
Indonesia mengalami krisis multidimensi. dengan penduduk di daerah pedesaan
Pemutusan Hubungan Kerja tentu akan menjadikan informasi dari para calo TKI
menambah jumlah atau angka pengangguran di sebagai berita yang sangat menarik. Karena
122 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

desakan ekonomi maka pencari kerja wanita pengetahuan tentang visa. Mini mnya
mau saja menerima t a w a r a n p a r a c a l o pengetahuan tentang visa ini juga merupakan
T K I , t a n p a mempertimbangkan risiko yang indikator rendahnya pengetahuan TKI. Kondisi
ada. Misalnya, mereka yang berstatus ibu rumah ini justru dimanfaatkan para calo TKI, karena
tangga dan memiliki suami juga terpaksa tergiur mereka juga akan mendapat bagian dari majikan
dengan tingkat gaji yang dijanjikan para calo atau perusahaan tempat di mana TKI tersebut
TKI. Kemampuan para calo dalam memikat nantinya bekerja.
calon TKI justru tidak diimbangi dengan Permasalahan lain yang sering terjadi
profesionalisme mereka dalam mengelola bahwa TKI ternyata ditipu oleh calo tenaga kerja
pengiriman jasa TKI, khususnya dalam yang sering gentayangan di desa-desa. Mereka
penempatan TKI ke luar negeri. Setidaknya dari tertipu tentang jenis pekerjaan yang akan
sekitar 412 Perusahaan Jasa Tenaga Kerja dilakukan. Contoh, menurut perjanjian, mereka
Indonesia (PJTKI) yang ada hanya sekitar 20% akan ditempatkan bekerja di Perusahaan A,
yang dinilai profesional. ternyata sesampai di negara tempat bekerja,
(www.jurnalindonesia.com). mereka justru ditempatkan di Perusahaan B.
Ketidakprofesionalan PJTKI sangat Atau mereka dijanjikan akan bekerja di sebuah
merugikan TKI, karena potensi permasalahan pabrik elektronik, namun kenyataannya mereka
tergolong sangat tinggi. Calon TKI yang justru ditempatkan di rumah penduduk di negeri
seharusnya dibekali dengan pelatihan yang jiran sebagai PRT. Hal ini sengaja dilakukan,
memadai sesuai dengan bidang pekerjaan yang karena saat melakukan prospek, calon TKI
akan dilakoni ternyata tidak dilakukan, atau jika menyatakan ingin bekerja di sektor industri,
dilakukan hanya sekedar, tidak dilakukan secara bukan sebagai PRT. Namun agar calon
profesional sebagaimana mestinya. Di samping TKI mau diberangkatkan, maka calo TKI
itu kendala bahasa juga tidak mendapat melakukan penipuan, dengan tujuan: “pokoknya
perhatian atau diabaikan sama sekali sehingga calon TKI mau berangkat ke negeri jiran.”
sering terjadi permasalahan dari segi bahasa Jika perbedaan yang ada hanya dari satu
antara TKI dengan majikan. Padahal biaya untuk perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari
pelatihan sudah dikeluarkan oleh para TKI itu sektor industri ke sektor informal seperti
sendiri. menjadi PRT tidak apalah, meskipun
Akibat tidak profesionalnya PJTKI pada sesungguhnya hal semacam ini sudah
umumnya TKI di negara lain bekerja di sektor merupakan masalah yang cukup besar. Namun
informal, seperti PRT atau menjadi buruh masih banyak TKI yang mengalami nasib yang
perkebunan atau buruh bangunan. Dalam sangat tragis atau jauh lebih buruk lagi.
kondisi seperti ini maka upah yang diterima Misalnya, sebelumnya para calo TKI
masih berada di bawah upah tenaga kerja asing menjanjikan akan menempatkan mereka di
yang berasal dari negara lain. Hal ini terjadi sebuah perusahaan elektronik, ternyata mereka
karena kualitas yang dimiliki jauh di bawah dipaksa bekerja di sektor hiburan, bahkan
kualitas yang dibutuhkan sektor formal dan mereka dipaksa menjadi pekerja seks komersial.
pekerjaan yang menuntut keterampilan. Dengan Hal ini antara lain pernah dialami seorang
kata lain, kualitas TKI masih berada di bawah wanita muda yang justru memiliki pendidikan
kualitas tenaga kerja yang berasal dari negara akademi atau perguruan tinggi. Dirinya masuk
lain. Hasil survei yang dilakukan suatu lembaga ke dalam jebakan sindikat penjualan manusia
internasional terhadap kualitas tenaga kerja yang untuk diterjunkan ke dunia maksiat.
berasal dari 12 negara di Asia menunjukkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
bahwa kualitas tenaga kerja asal Indonesia di Era Kabinet Gotong Royong, Jacob Nuwa
menempati urutan terbawah. Wea menemukan 10 TKI wanita yang
Permasalahan lain yang sering menimpa ditempatkan secara ilegal oleh PJTKI yang
TKI di negara lain adalah banyaknya TKI yang justru memiliki Surat Ijin Usaha Penempatan
berstatus ilegal. Hal ini antara lain disebabkan resmi. Mukminah adalah salah seorang di antara
ketidaksesuaian visa, misalnya mereka 10 orang TKI yang sudah berada di Bandara
berangkat dengan menggunakan visa Internasional Dubai selama dua hari. Hingga
kunjungan, bukan visa untuk bekerja. Hal ini keberangkatannya, mereka ternyata tidak dilatih
antara lain terjadi karena TKI yang umumnya sama sekali oleh PJTKI. Mereka h a n y a
direkrut dari pedesaan tidak memiliki ditampung untuk kemudian

Koleksi BPAD Prov SU 123


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

diberangkatkan ke UEA. Anehnya tidak ada pada kuantitas pengiriman yang mana hal ini
laporan ke Departemen Tenaga Kerja dan berkorelasi positif dengan keuntungan yang
Transmigrasi maupun ke KBRI di Dubai perihal mereka peroleh. Dengan demikian, mereka tidak
pemberangkatan TKI ini. Akibatnya, pendidikan perduli pada proses atau tahap-tahap yang harus
dan pengetahuan yang sangat rendah, kemudian dilalui dan dilakukan bagi calon TKI sebelum
dikirim tanpa melalui pelatihan, mengakibatkan mereka dikirim ke negara tujuan.
mereka mendapat p e n o l a k a n dari Pada umumnya PJTKI menyadari
m a j i k a n . (www.suaramerdeka.com) perlunya program perlindungan bagi TKI setelah
Dengan status tenaga kerja ilegal jelas tenaga kerja yang mereka kirim terkait dengan
mengakibatkan nilai tawar TKI terhadap masalah di negara tempat mereka bekerja. Ada
majikan atau perusahaan mereka bekerja sangat juga PJTKI yang baru menyadari perlunya
rendah, jika tidak dikatakan nol sama sekali. Hal perlindungan tersebut setelah perusahaan
ini juga akan berdampak negatif jika TKI ilegal mereka mendapat teguran dari pemerintah, atau
tersebut mengalami nasib atau perlakuan yang bahkan setelah perusahaan mereka mendapat
tidak wajar dari majikan. Misalnya, upah yang sanksi dari pemerintah.
mereka terima tidak sesuai dengan yang Masalah ketenagakerjaan lainnya adalah
dijanjikan sebelum berangkat, tindakan kasus tentang pekerja anak. Masa kanak-kanak
sewenang-wenang yang dilakukan oleh seharusnya digunakan untuk bermain dan
pengguna atau pemberi pekerjaan tidak dapat sekolah sehingga suatu ketika dapat melakukan
terpantau, terjadi pelecehan terutama pada TKI aktivitas ekonomi, sesuai dengan keterampilan
wanita oleh majikan, perlindungan hukum yang dimiliki. Di samping itu, masa kanak-
terhadap mereka tidak mungkin dilakukan kanak seharusnya digunakan untuk memperoleh
karena memang keberadaan mereka tidak perlindungan dan belaian kasih sayang oleh
terpantau. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang tua. (Purwoko, et al., 1997: 1). Namun
kasus yang menimpa mereka. Dalam kurun fakta menyatakan demikian banyaknya anak-
waktu lima tahun terakhir, sedikitnya 76 orang anak yang tidak dapat menikmati masa kanak-
TKI wanita yang bekerja di negeri jiran justru kanak secara ideal sebagaimana dirumuskan.
tewas. Di samping itu terdapat banyak TKI Banyak di antara anak-anak yang ternyata terjun
wanita yang mengalami pelecehan seksual ke dunia kerja atau diharuskan bekerja oleh
maupun penganiayaan. Kondisi seperti ini orang tua dan kondisi yang dialami. Dewasa ini
dialami TKI wanita di berbagai negara, seperti jutaan anak-anak terlibat dalam berbagai jenis
di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Hongkong, pekerjaan. Mereka yang seharusnya berada di
Taiwan, Singapura, dan Malaysia. bangku sekolah terpaksa harus meninggalkan
Harus diakui bahwa masalah TKI di sekolah dan akhirnya terlibat dalam bekerja,
Indonesia dapat dirincikan menjadi tujuh masalah, seperti menjadi buruh, anak jalanan, pemulung,
seperti: 1) rendahnya kualitas sistem pelatihan yang dan berbagai pekerjaan lainnya.
diterapkan PJTKI; 2) pemalsuan dokumen; 3) Masalah keterlibatan anak bekerja
penipuan yang dilakukan sejak rekruitmen; 4) merupakan fenomena global di berbagai negara,
penempatan yang ilegal; 5) minimnya khususnya negara-negara sedang berkembang.
perlindungan hukum yang dilakukan negara Di Indonesia, fenomena anak bekerja bukanlah
melalui KBRI; 6) perjanjian kerja yang tidak suatu keanehan. Di berbagai sektor ekonomi,
selesai; 7) pemerasan serta kekerasan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di
pascapenempatan. Ketujuh masalah ini merupakan sektor formal (anak yang bekerja di pabrik)
faktor penghambat bagi pemerintah melalui maupun sektor informal (anak bekerja tidak
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam dalam struktur atau hubungan proses produksi di
menjadikan program penempatan TKI sebagai pabrik). Artinya, pekerja anak merupakan
industri tenaga kerja yang modern. (Wea, Gatra, 31 fenomena yang sangat mudah untuk ditemukan
Januari 2003). di negara-negara berkembang, terutama di
Permasalahan di atas antara lain terjadi Indonesia.
karena jumlah TKI yang diikutsertakan PJTKI Harus diakui, bahwa kondisi yang sangat
dalam program perlindungan sejak mereka tidak layak yang harus dihadapi oleh anak-anak
melakukan rekruitmen dan selama mereka Indonesia merupakan fakta yang menyedihkan.
bekerja di luar negeri masih sangat rendah. Hal Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak
ini diakibatkan karena PJTKI hanya berorientasi kunjung baik secara signifikan mengakibatkan
124 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

kondisi, di mana jumlah anak yang bekerja akan mengakibatkan kemiskinan. Sebaliknya,
justru makin meningkat. Dengan alasan kemiskinan pasti mengakibatkan
kemiskinan, anak-anak yang seharusnya ketidakmampuan masyarakat untuk
menikmati masa belajar harus drop out dan mendapatkan pendidikan yang memadai. Harus
berperan sebagai buruh, anak jalanan, diakui, pendidikan yang memadai masih
pemulung. Dalih seperti ini sepertinya sudah merupakan barang mahal di Indonesia, sehingga
mendapat justifikasi bagi anak-anak untuk untuk memperoleh tingkat pendidikan yang
dipekerjakan. tinggi dan berkualitas dibutuhkan pengorbanan
Setidaknya terdapat tiga faktor yang ekonomi yang signifikan.
menyebabkan seorang anak terjun ke dunia Sisi lain yang perlu dikaji sehubungan
kerja. Pertama, adalah faktor kemiskinan. Hal dengan masalah pekerja anak adalah
ini berarti, kondisi ekonomi keluarga yang permasalahan-permasalahan yang dialami anak-
buruk, dalam arti tidak mampu memenuhi anak Indonesia, yang mana masalah ini menjadi
kebutuhan keluarga mengakibatkan anak harus katalisator terjunnya anak-anak Indonesia ke
ikut menjadi pelaku ekonomi. Hal ini terutama dunia kerja. Adapun permasalahan tersebut
disebabkan oleh kondisi di mana pendapatan adalah: 1) kemiskinan dan kerawanan sosial
orang tua yang tidak mencukupi untuk ekonomi yang mengakibatkan anak mengalami
memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga anak kekurangan gizi (kalori, yodium, vitamin, dan
harus ikut membantu ekonomi keluarga dengan lain-lain), busung lapar, dan terhambatnya
cara bekerja. Kedua, faktor lingkungan juga perkembangan psikologis anak; 2) keterlantaran
sangat menentukan peningkatan jumlah anak yang mengakibatkan kirang/tidak terpenuhinya
yang bekerja. Hal ini antara lain disebabkan, dan tidak terjaminnya kebutuhan dasar anak
bahwa di lingkungan tempat tinggal si anak sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ternyata sudah banyak anak-anak yang terjun ke anak mengalami gangguan; 3) perlakuan salah
dunia kerja. Akibatnya, masalah anak terjun ke atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang
dunia kerja bukan lagi dianggap sebagai suatu tua, anggota keluarga, dan masyarakat; 4)
poersoalan, bahkan sekan-akan hal itu sudah eksploitasi ekonomi dalam dunia kerja yang
lumrah dan dapat diterima masyarakat sekitar. dilakukan oleh orang dewasa seperti eksploitasi
Di samping itu, banyaknya anak-anak yang anak-anak oleh orang tua/keluarga/masyarakat
sudah terjun ke dunia kerja mengakibatkan sebagai sumber penghasilan dengan tidak
banyak anak-anak yang mendapat pengaruh dan melindungi hak-hak anak (seperti: disuruh
bujukan dari anak-anak sebayanya yang sudah mengemis, dijual, dijadikan sumber bisnis
bekerja. Hal ini sering disebabkan majikan keluarga secara tidak wajar atau secara
mereka memotivasi pekerja anak untuk berlebihan); 5) perlakuan diskriminastif, seperti
mengajak teman mereka bekerja. Bagi perbedaan gender, agama, warna kulit, etnis,
pengusaha pekerja anak sering dianggap status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya;
alternatif terbaik, karena di samping upah yang 6) berada dalam situasi krisis dan
rendah juga dapat dieksploitasi demi membahayakan kelangsungan hidup anak serta
kepentingan perusahaan. Hal ini terjadi karena si hak-haknya rawan, tidak terlindungi, seperti:
anak belum memahami hak-haknya sebagai berada terus-menerus di jalanan, adanya
seorang pekerja. Ketiga, faktor rendahnya kerusuhan sosial, tindak kejahatan, perang
tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat antarsuku, perang antarnegara, dan sebagainya;
pendidikan mengakibatkan ketidakmampuan 7) berada dalam lingkungan yang tidak layak
masyarakat membawa masyarakat untuk keluar huni baik secara fisik maupun sosial, seperti
dari lingkaran kemiskinan. Harus diakui bahwa daerah permukiman kumuh, daerah permukiman
antara kemiskinan dan pendidikan terdapat tuna sosial, daerah yang terisolasi/terasing, dan
hubungan timbal balik. Kemiskinan dapat sebagainya; 8) mengalami cacat fisik dan
merupakan akibat pendidikan yang rendah, di mental, yang dialami sejak lahir atau karena
mana pendidikan yang rendah akan kecelakaan (cacat bawaan dan cacat bukan
mengakibatkan keterampilan juga rendah. bawaan); 9) berada dalam situasi keluarga retak
Akibatnya produktivitas dan prestasi kerja akan atau pecah (disorganisasi keluarga); dan 10)
rendah, di mana kedua faktor yang disebut berada dalam lingkungan keluarga yang
terakhir akan mengakibatkan pendapatan mengalami masalah sosial psikologis; keluarga
rendah, dan akhirnya pendapatan yang rendah yang mengalami aib, dampak dari pandemik

Koleksi BPAD Prov SU 125


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

(HIV/AIDS), penyakit mental (jiwa), depresi, kemudian dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD
dan bunuh diri. 1945, yakni Pasal 27 Ayat (2) yang
Selain masalah pengangguran, masalah menegaskan: bahwa tiap-tiap warga negara
ketenagakerjaan di Indonesia juga masih berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
banyak. Salah satu di antaranya adalah layak. Justru tanggung jawab konstitusional ini
rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja sebagai ternyata belum disadari dengan sungguh-
dampak dari rendahnya upah. Pemerintah telah sungguh oleh pemerintah.
melakukan intervensi dalam sistem pengupahan,
yakni dengan menetapkan Upah Minimum Kebijakan Pendidikan
Provinsi (UMP). Ada dua permasalahan tentang
UMP ini. Pertama, banyak pihak yang Jika kita berhenti pada kondisi ekonomi
berpendapat bahwa UMP terlalu rendah, negara yang belum mengalami perbaikan yang
sehingga belum mampu menjadikan hidup cukup berarti, terutama jika dikaitkan dengan
pekerja secara layak. Sebagai contoh, UMP kemampuan menampung tenaga kerja sesuai
yang hanya Rp 650.000,- mungkin hanya cukup dengan pertumbuhan angkatan kerja yang masih
untuk satu orang atau si pekerja. Bagaimana jika tinggi, kita akan bersikap pesimis dalam rangka
si pekerja sudah berkeluarga atau memiliki istri melakukan perbaikan, khususnya dalam
dan anak-anak? Dalam penetapan pengupahan, menyediakan lapangan kerja yang dapat
ternyata pemerintah lebih mendengar aspirasi memenuhi penawaran tenaga kerja yang tinggi.
para pengusaha daripada aspirasi pekerja, Jika kita ingin menjadikan bumi Indonesia
sehingga para pekerja merasa tidak mendapat bersahabat dengan manusia Indonesia sebagai
perlindungan dari pemerintah. penghuninya, kita harus melihat sisi positif yang
Di samping itu, walaupun UMP dianggap masih dimiliki Indonesia sebagai negara besar.
masih terlalu rendah, justru masih banyak Melalui cara berpikir seperti ini diharapkan
perusahaan yang belum menerapkan UMP. wilayah Indonesia yang terbentang amat luas dan
Artinya, masih banyak perusahaan yang benar-benar memiliki daya dukung terhadap
memberlakukan upah yang lebih rendah komunitasnya sehingga tenaga kerja Indonesia
daripada UMP. Kondisi seperti ini tentu sangat tidak harus bersusah payah mencari pekerjaan ke
memprihatinkan. Jika dengan upah menurut berbagai negara yang sering hanya memperoleh
UMP pekerja dan keluarganya belum mampu penderitaan.
menikmati hidup yang layak, bagaimana pula Permasalahan yang akut dalam
jika upah yang mereka terima justru lebih kecil ketenagakerjaan Indonesia adalah rendahnya
dari UMP? kualitas sumber daya manusia. Masalah kualitas
Penyediaan lapangan kerja dan sumber daya manusia harus dihadapi dan dicari
kesejahteraan buruh sesungguhnya merupakan solusi terbaik. Untuk itu, pendekatan melalui
tangung jawab konstitusional negara melalui teori human capital mungkin sangat tepat
Pemerintah. Oleh karena itu tingginya angka dilakukan.
pengangguran dan rendahnya kesejahteraan Melalui pendekatan teori human capital,
buruh merupakan bukti sah, bahwa pemerintah maka dibangun suatu paradigma baru, bahwa
negara itu lemah dan tidak mampu menjalankan investasi dapat dilakukan bukan hanya dalam
tanggung jawab konstitusionalnya. bidang usaha seperti yang biasa dikenal, akan
Tanggung jawab negara melalui tetapi juga dapat dilakukan dalam bidang
pemerintah akan ketersediaan lapangan kerja sumber daya manusia. Prinsip investasi di
dan kesejahteraan pekerja merupakan bidang usaha adalah mengorbankan konsumsi
konsekuensi logis dari keberadaan negara kita pada saat investasi dilakukan dalam upaya
yang tergolong ke dalam welfare state. Konsep memperoleh tingkat konsumsi di masa
welfare state menegaskan, bahwa negara bukan mendatang.
hanya bertanggung jawab atas ketertiban dan Sama halnya dengan investasi di bidang
keteraturan masyarakatnya, melainkan juga usaha tersebut, maka investasi di bidang sumber
harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan daya manusia adalah dengan mengorbankan
masyarakatnya. Secara konstitusional hal ini sejumlah dana yang akan dikeluarkan dan
ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 dan kesempatan memperoleh penghasilan selama
merupakan salah satu tujuan nasional, yakni proses investasi berlangsung. Melalui investasi
“memajukan kesejahteraan umum”. Hal ini di bidang sumber daya manusia akan diperoleh
126 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

hasil sebagai imbalannya adalah berupa tingkat disimpulkan jika kita hanya berpijak pada aspek
penghasilan yang lebih tinggi dalam upaya formalitasnya saja, yakni dari segi izajah yang
memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi dimiliki masyarakat.
pula di masa mendatang. Hal yang sangat perlu Mengapa kita harus hati-hati? Setidaknya
dipahami bahwa pengorbanan di awal akan jauh ada dua hal yang dapat menjebak kita dalam
lebih rendah dibandingkan dengan pertambahan menganalisis hubungan antara tingkat
nilai di masa mendatang, sehingga investasi di pendidikan dan kondisi perekonomian makro
bidang sumber daya manusia tidak akan pernah dan mikro seperti telah dikemukakan di atas.
mengalami kerugian. Investasi yang demikian Pertama, sistem pendidikan yang ada ternyata
ini dinamakan dengan human capital. Penerapan belum mampu memberi garansi akan adanya
investasi human capital adalah dalam hal 1) link dan match. Dengan kata lain, jurusan,
pendidikan dan latihan; 2) migrasi; dan 3) program studi, bahkan kurikulum yang dimiliki
perbaikan gizi dan kesehatan. antara lain bersifat statis, sementara tuntutan
Pendidikan dan latihan merupakan faktor kualifikasi tenaga kerja oleh institusi pengguna
penting dalam pengembangan sumber daya tenaga kerja sangat dinamis. Hal ini merupakan
manusia. Pendidikan dan latihan bukan saja konsekuensi logis dari arus globalisasi, di mana
menambah pengetahuan, akan tetapi juga secara geografis menjadikan Indonesia harus
meningkatkan keterampilan bekerja, dengan ikut arus globalisasi tersebut.
demikian akan berakibat pada peningkatan Ketidaksesuaian antara jurusan, program
produktivitas kerja di masa mendatang. studi, dan kurikulum yang dikembangkan dan
Walaupun sistem pendidikan sudah diterapklan oleh lembaga pendidikan
dikenal sejak dahulu, namun sering kali sistem mengakibatkan adanya kontraversi angka-angka
pendidikan di suatu negara ternyata belum ketenagakerjaan di Indonesia. Adapun
mendukung sepenuhnya human capital. Hal ini kontraversi ini antara lain, di satu sisi iklan
sangat menonjol di Indonesia, sebagai suatu lowongan kerja di berbagai media massa di
masalah yang berkepanjangan. Lemahnya sistem Indonesia sangat banyak, tidak pernah habis.
pendidikan di Indonesia antara lain terlihat dari Terdapat sekitar 350 – 500 orang
perubahan kurikulum, perubahan konsep, di (jabatan/posisi) yang ditawarkan setiap hari
mana perubahan tersebut sangat tergantung pada melalui media. Namun di sisi lain, angka
pergantian pejabat di jajaran departemen yang pengangguran tetap tinggi. Hal ini antara lain
mengelola pendidikan. Bahkan nama karena tenaga kerja yang menawarkan diri tidak
departemennya pun berubah, tanpa ada hasil dapat memenuhi kualifikasi yang dituntut oleh
perubahan yang dapat dirasakan. institusi pengguna tenaga kerja atau mereka
Sekalipun sistem pendidikan sudah ada yang menjadi pemasang iklan tadi. (Siagian,
sejak dahulu, namun barulah dua puluh tahun 2004: 12).
terakhir ini ada kesadaran tentang hubungan Sifat statis program studi antara lain
langsung antara sistem pendidikan dengan disebabkan oleh tidak mudahnya mengurus izin
segala perangkatnya dengan perekonomian program studi oleh suatu lembaga pendidikan,
nasional maupun perekonomian mikro. Hal ini khususnya perguruan tinggi. Saat keluar izin
antara lain dengan adanya temuan hasil program studi tersebut, maka sering kali
penelitian tentang adanya hubungan yang program studi itu sudah menuju kebasian.
signifikan antara tingkat pendidikan dan Terlebih jika pengelola pendidikan itu tidak
keterampilan penduduk dengan kondisi ekonomi melakukan terobosan dalam kurikulum.
negaranya. Artinya, semakin tinggi tingkat Dalam suatu seminar di FISIP USU 2005
pendidikan dan keterampilan masyarakat, maka yang lalu dikembangkan wacana agar sebuah
perekonomian negara pun akan semakin jurusan jangan hanya mengelola program studi,
meningkat pula. tetapi juga mengelola konsentrasi. Konsep
Hanya saja kita tidak boleh perpijak konsentrasi dianggap lebih dinamis, di mana
hanya pada aspek formalitas. Jika kita hanya konsentrasi mahasiswa misalnya akan lebih
berpijak pada aspek formalitas, maka kita akan variatif dan dapat berubah setiap tahun sesuai
terjebak dengan angka-angka yang dapat dengan permintaan pasar dan pilihan
mengakibatkan kita kecewa, bahwa tingkat mahasiswa. Namun demikian, istilah konsentrasi
pendidikan masyarakat Indonesia sesungguhnya ini belum tersosialisasi, sehingga Perguruan
meningkat sangat tajam. Hal ini dapat

Koleksi BPAD Prov SU 127


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

Tinggi masih tetap menempuh gaya pengelolaan Budaya schooling yang lebih parah lagi
pendidikan konvensional (Fahruddin, 2005: 7). adalah yang berkembang di antara banyak PNS,
Selain masalah link dan match yang terutama pejabat yang tugas belajar. Misalnya,
memprihatinkan, masalah yang lebih pelik lagi seorang PNS yang memiliki jenjang pendidikan
adalah budaya sekolah yang berkembang di S-1, dalam upaya mendapat karier yang lebih
masyarakat. Masyarakat Indonesia lebih cerah melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2.
cenderung mengembangkan budaya schooling Banyak di antara mereka tidak memiliki
daripada budaya learning. Adapun budaya motivasi untuk belajar. Mereka justru memilih
schooling ini ditandai dengan sikap institusi perguruan tinggi yang dapat meluluskan
mengutamakan aspek formalitas dari mereka dengan berbagai kemudahan, sehingga
pendidikan. Masyarakat lebih mengutamakan mereka dapat menyelesaikan studi tanpa harus
status formal daripada material. Misalnya, ada belajar secara keras dan sungguh-sungguh.
orang kuliah, tanpa memperhatikan pentingnya Jika kondisi maraknya sikap mental
belajar dan berlatih. Tujuan mereka hanya satu, budaya schooling ini tidak berubah menuju
yakni mendapatkan ijazah, tanpa budaya learning, maka lama kelamaan kualitas
mempertimbangkan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia akan terperosok
sumber daya manusia. jika dibandingkan dengan kualitas sumber daya
Hal ini terjadi karena banyaknya institusi manusia di negara lain. Kondisi seperti ini tentu
pengguna tenaga kerja yang lebih sangat kontraproduktif dengan arus globalisasi,
mengutamakan aspek formal, misalnya memiliki yang mana akan ditandai dengan persaingan
ijazah untuk tingkat pendidikan tertentu dan bebas dan era keterbukaan. Sungguh tragis nanti
untuk jurusan atau program studi tertentu. Hal nasib manusia Indonesia jika budaya schooling
ini antara lain menonjol dalam rangka mendapat itu tetap dipertahankan. Dalam hal ini institusi
kedudukan sebagai PNS di Indonesia, di mana pendidikan memikul dosa dari kondisi ini. Oleh
seleksinya belum dapat dipertanggungjawabkan karena itu pemerintah perlu melakukan
kejujurannya. kebijakan khusus untuk mengakhiri tradisi
Harus diakui, bahwa banyaknya muncul schooling yang sedang meracuni generasi
persoalan ketika hasil tes masuk menjadi PNS sekarang ini.
diumumkan mengindikasikan adanya permainan Kebijakan pendidikan lainnya yang perlu
atau KKN dalam proses seleksi calon PNS dibangun adalah kebijakan pendidikan yang
tersebut. Belum ada instansi yang melakukan lebih mengutamakan pemanfaatan sumber daya
seleksi yang demikian transparan, misalnya daerah. Untuk itu jenjang dan jenis pendidikan
diperiksa dengan komputer di hadapan orang yang mengembangkan keterampilan spesifik
banyak, termasuk di hadapan para calon PNS lokal perlu dimulai. Saat ini memang ada istilah
dan langsung diumumkan saat itu juga, sehingga muatan lokal dalam kurikulum sekolah, namun
dapat tertutup celah KKN. hal itu hanya sedikit, dan biasanya dikaitkan
Sepeti yang terjadi saat penerimaan calon dengan bahasa dan budaya, akan tetapi belum
PNS di Sumatera Utara, di mana lembar dikaitkan dengan potensi daerah yang dapat
jawaban ujiannya diperiksa oleh Pusat dikembangkan dalam rangka peningkatan
Komputer Universitas Sumatera Utara. Ketika kemajuan daerah dan kesejahteraan
dilakukan investigasi, ternyata berbeda ranking penduduknya.
yang dikeluarkan oleh Pusat Komputer Sebagai contoh hingga saat ini rumpun
Universitas Sumatera Utara dengan yang pendidikan SMK sangat sedikit dan seragam
diumumkan oleh Pemda. Mereka yang berada di untuk seluruh Indonesia. Semestinya kurikulum
ranking lebih rendah justru dinyatakan sebagai SMK itu dipersempit dan diperdalam. Jadi
pemenang, sebaliknya mereka yang memiliki jangan seperti selama ini di mana kurikulum
ranking yang lebih tinggi justru dinyatakan SMK itu cenderung diperluas, namun sangat
sebagai pihak yang kalah pada seleksi tersebut. dangkal. Banyak mata pelajaran yang tidak
Kondisi seperti ini jelas tidak mendidik. berhubungan dengan keterampilan inti harus
Mahasiswa merasa tidak perlu memiliki dipelajari oleh siswa, sehingga mereka tidak
keterampilan dan pengetahuan, sebab yang diuji dapat berkonsentrasi pada bidang keterampilan
bukan itu. Justru masalah seperti inilah yang yang harus ditekuni. Akibatnya, mereka tidak
kemudian mengembangkan budaya schooling terampil dan jauh dari tenaga siap pakai.
tersebut.
128 Koleksi BPAD Prov SU
Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

Sangat tragis, misalnya seorang lulusan indikator keberhasilan lembaga pendidikan


SMK Jurusan Elektronik yang telah belajar tersebut dalam menjalankan fungsi dan
selama tiga tahun memiliki keterampilan yang mencapai tujuannya.
jauh lebih rendah dari seseorang yang hanya Bagaimanapun juga, tujuan lembaga
mengikuti kursus elektronik selama tiga bulan. pendidikan bukan hanya meluluskan siswa dan
Hal ini tentu merupakan penerapan human mahasiswanya, melainkan dapat membantu
capital yang sangat merugi. Demikian halnya siswa dan mahasiswanya dalam mewujudkan
dengan seorang lulusan SMK Jurusan Mesin apa yang diinginkan dan dicita-citakan. Oleh
memiliki keterampilan yang jauh lebih rendah karena itu peningkatan keterampilan melalui
dibandingkan dengan seseorang yang mengikuti pendidikan harus signifikan, sehingga mereka
kursus montir hanya dalam tempo tiga bulan. tidak sia-sia memasuki suatu lembaga
Hal ini merupakan akibat dari kurikulum yang pendidikan dengan pengorbanan waktu, dana,
disusun terlalu melebar tetapi dangkal, terlalu dan tenaga yang teramat besar.
sarat dengan mata pelajaran yang sama sekali Dengan demikian, kebijakan pendidikan
tidak ada kaitannya dengan keterampilan yang harus fleksibel. Kebijakan mana harus
dilatih. dilengkapi dengan perencanaan strategis jangka
Pengembangan kurikulum SMK melalui panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
kebijakan pendidikan semestinya harus Untuk itulah sistem pendidikan harus diperkuat,
dilakukan dalam rangka pendayagunaan potensi sehingga operasional dan penjabarannya tidak
daerah di mana sekolah itu berada. Sebagai tergantung pada pribadi pejabat sebagaimana
contoh, SMK yang merupakan Jurusan terjadi selama ini, akan tetapi melalui
Pertanian dirasa terlalu luas dan dangkal. mekanisme yang teratur.
Mestinya dibangun dan dikembangkan SMK
Jurusan Palawija; SMK Jurusan Penyuluhan Kesimpulan
Petani; SMK Jurusan Kelapa Sawit, SMK
Jurusan Coklat, SMK Jurusan Tanaman Padi; Berdasarkan uraian di atas, penulis
SMK Jurusan Perikanan Laut; SMK Jurusan merumuskan kesimpulan sebagai berikut:
Perikanan Darat; SMK Jurusan Mesin Diesel; 1. Pengangguran yang mencapai di atas
SMK Jurusan Mesin Premium; SMK Jurusan sepuluh juta jiwa sungguh merupakan
Elektronik Audio, dan lain-lain. Sekali lagi, kondisi yang buruk dan memprihatinkan
semestinya SMK itu disesuaikan dengan potensi dari negara kita, budaya malu dan budaya
daerah, dan kurikulumnya didesain sedemikian tahu diri serta merasa gagal perlu
rupa sehingga bersifat menyempit dan dalam. dikembangkan di benak rezim penguasa.
Di samping itu, perlu dilakukan penelitian 2. Terdapat dua faktor utama yang
secara periodik menyangkut daya serap lulusan memberikan kontribusi terhadap tingginya
untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Hal angka pengangguran di Indonesia, yakni:
ini dapat dijadikan sebagai indikator apakah Pertama, adanya ketidaksebandingan antara
jurusan atau program studi dan atau konsentrasi pertumbuhan lapangan kerja dengan
tersebut masih layak dipertahankan atau lebih pertumbuhan angkatan kerja, sehingga
baik untuk ditutup. Hal ini sangat penting dalam lapangan kerja yang tersedia tidak mampu
rangka memelihara kesesuaian kompetensi dan menyerap seluruh angkatan kerja yang ada.
keterampilan sumber daya manusia di suatu Kedua, belum adanya link and match antara
daerah dengan potensi yang dapat lapangan kerja atau jenis pekerjaan dengan
dikembangkan di daerah tersebut. kualifikasi yang dituntut dengan kualifikasi
Selanjutnya semua institusi pendidikan tenaga kerja Indonesia sehingga tidak semua
diwajibkan melakukan pendataan tentang posisi jabatan dan pekerjaan yang ada atau
alumninya. Misalnya, harus ada data tentang ditawarkan dapat diduduki dan dilakoni oleh
masa tunggu kerja lulusan. Data tentang masa tenaga kerja Indonesia.
tunggu kerja lulusan artinya, berapa lama 3. Sistem pendidikan di Indonesia belum pas
seorang alumni mendapatkan pekerjaan yang dan kuat, sehingga kebijakan pendidikan
layak dan atau sesuai dengan jurusan atau sering bersifat temporer tanpa perencanaan
program studi atau keterampilan yang dimiliki. jangka panjang. Di samping itu, belum
Data ini harus dijadikan sebagai outcome sebuah kuatnya sistem pendidikan tersebut
lembaga pendidikan, dan termasuk sebagai mengakibatkan arah pengembangan
Koleksi BPAD Prov SU 129
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 117-131

pendidikan di Indonesia sering sangat 2. Iklim investasi harus ditata sedemikian rupa
tergantung pada pejabat yang menduduki sehingga Indonesia harus dianggap dan
Departemen Pendidikan Nasional. dirasakan sebagai surga oleh investor,
4) Pengembangan pendidikan, khususnya sehingga mereka berlomba-lomba
jurusan dan program studi dengan melakukan investasi di Indonesia sebagai
kurikulum yang ada masih bersifat satu-satunya cara untuk meningkatkan
konvensional. Sangat jarang lembaga lapangan kerj a sehingga dapat
pendidikan memperhatikan perkembangan mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja.
ketenagakerjaan yang sangat dinamis untuk 3. Perlu penguatan sistem pendidikan yang
dijadikan sebagai referensi dalam didukung oleh perencanaan starategis, baik
pengembangan kurikulum, program studi, jangka panjang, jangka menengah dan
dan jurusannya. jangka pendek, di mana perencanaan
5. Berkembangnya budaya schooling dalam tersebut harus bersifat akurat dan matang
melakoni pendidikan oleh masyarakat yang akan mengakibatkan pergantian
Indonesia menjadikan pendidikan belum pejabat pengelola pendidikan tidak
dijadikan dan belum berfungsi sebagai mengakibatkan arah kebijakan pembangunan
proses peningkatan kualitas sumber daya pendidikan yang sudah ada.
manusia. Hal ini mengakibatkan, bahwa 4. Pengembangan jurusan, program studi, dan
jenis dan tingkat pendidikan seseorang kurikulum harus memiliki nilai-nilai
sering tidak tercermin dalam kualifikasinya dinamika yang tinggi, dalam arti mengikuti
sebagai tenaga kerja. Artinya, prestasi studi perubahan struktur ekonomi di Indonesia.
dan ijazah sering tidak diikuti dan didukung Oleh karena itu, program studi sebaiknya
oleh kompetensi lulusan. diganti dengan konsentrasi, agar senantiasa
6. Rekruitmen tenaga kerja, terutama calon memiliki peluang untuk diubah setiap saat
PNS yang belum transparan dan belum sesuai dengan perubahan kualifikasi yang
menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan dituntut bagi tenaga kerja oleh institusi-
dan kebenaran mengakibatkan peserta didik institusi pengguna tenaga kerja.
tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam 5. Perlu dilakukan terobosan baru dalam
belajar selama mengikuti pendidikan. menghapus budaya schooling dan
Mereka merasa sia-sia untuk belajar keras mengubahnya menjadi budaya learning
karena tidak akan mendapat penghargaan melalui transparansi dan penerapan prinsip-
nantinya. prinsip keadilan dalam proses rekruitmen
7. Kurikulum dan jenis jurusan maupun tenaga kerja, baik sektor swasta maupun
program studi masih bersifat statis dan tidak pemerintah. Dengan cara seperti ini maka
mengikuti perubahan yang mendasar dalam peserta didik akan termotivasi untuk belajar
struktur ketenagakerjaan yang dibutuhkan dan berlatih menuju tenaga kerja yang
oleh lapangan kerja yang justru bersifat memiliki kualitas yang dapat memenuhi
dinamis. tuntutan institusi pengguna tenaga kerja.
8. Jurusan, program studi serta kurikulum yang 6. Perlu dilakukan diskusi secara berkala yang
dikembangkan di suatu daerah belum melibatkan stockholder atau pemangku
sepenuhnya sesuai dengan potensi daerah, pendidikan, misalnya pemerintah, pengelola
akibatnya meskipun banyak pengangguran, lembaga pendidikan, orang tua, organisasi
namun potensi daerah tidak dapat digunakan profesi, maupun institusi-institusi pengguna
secara maksimal untuk kemajuan daerah dan lulusan sehingga dapat dirumuskan
kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. kurikulum yang handal, yang memiliki link
dan match dengan lapangan kerja yang
Saran tersedia dengan segala kualifikasi yang
dituntut.
1. Pemerintah harus menyadari dan
bertanggung jawab atas penyediaan
lapangan pekerjaan bagi semua warga
negaranya dan demikian juga dengan tingkat
kesejahteraan pekerja di Indonesia.

130 Koleksi BPAD Prov SU


Siagian, Masalah Ketenagakejaan...

Daftar Bacaan Siagian, Matias, 2006, Pengembangan


Pendidikan dan Pemecahan Masalah
Danim, Sudarwan, 1995, Transformasi Sumber Pengangguran, Terowosan Mendesain
Daya Manusia, Sinar Grafika, Jakarta. Kurikulum Perguruan Tinggi, Makalah
Seminar, Medan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Simanjuntak, Payaman, J, 1993, Pengantar
2004, Program Hibah Kompetisi Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Perguruan Tinggi, Dirjen Dikti, Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Fahruddin, Adi, 2005, Penyusunan Kurikulum
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial ____ , 2002, Undang-Undang Yang Baru
Berbasis Kompetensi, Makalah Seminar, Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
Medan ILO/USA Declaration Project Indonesia,
jakarta
Fleisher, Belton, M, 1981, Labor Economics:
Theory and Evidence, Prentice-Hall, New Sofyan, Ahmad, Rinaldi, Emil, 1999, Kekerasan
Jersey Sesksual terhadap Anak Jermal, UGM
Press, Yogyakarta
Ikhsan, Edi, 1999, Pekerja Anak Jermal di
Sepanjang Pantai Timur Sumatera Utara, Sudarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan
Konvensi, Medan Produktivitas Kerja, CV Mandar Maju,
Bandung
Manik, Sulaiman, 1999, Kekerasan terhadap
Anak Dalam Wacana dan realitas, Pusat
Kajian dan Perlindungan Anak, Medan Sumber-sumber lain:

Martono, Susilo, 1996, Menajemen Sumber Hakiki, Jurnal Perlindungan Anak, Volume 1
Daya Manusia, BPFE UGM, Yogyakjarta No. 2, Nopember, 1999

Muhidin, Syarif, 1992, Pengantar Harian Kompas Jakarta, 19 September 2006


Kesejahteraan Sosial, STKS, Bandung
Harian Kompas Jakarta, 27 juni 2004
Purwoko, Widodo, 1997, Profil Buruh Anak di
Sektor Industri, Social Analysis and Harian Sinar Indonesia Baru Medan, 3 Mei 2004
Reseaqrch Institute (SARI), Surakarta
Harian Suara Merdeka Jakarta, 12 Januari 2004
Putranto, Pandji, 1994, Gambaran Umum
Mengenai Permasalahan Pekerja Anak di Harian Waspada Medan, 10 September 1993
Indonesia dan Penanggulangannya,
Makalah pada Seminar Sehari Profil Harian Waspada Medan, 29 April 2003
Pekerja Anak, Yogyakarta
Rusli, Said, 1982, Pengantar Ilmu Majalah Gatra Jakarta, 31 Januari 2004
Kependudukan, LP3ES, Jakarta

Koleksi BPAD Prov SU 131


IMPLEMENTASI JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA KARYAWAN
PT ASAM JAWA MEDAN

Ratih Utamaningsih & Hayaruddin Siagian

Abstract

The worker is very important in production process. In a company the worker is primary
element. To get the best from the workers require the company give the best for them.
The company has to do and fulfill the worker’s rights according to the law as the worker
social safety. In the fact there are many companies which have not fulfilled the worker’s
rights. It is one of the problems in Indonesia. This research studies how Asam Jawa
Medan Company implementated the worker’s rights according to the law. Researchers
collected data from 40 officials of Asam Jawa Medan Company. Data analysis shows that
Asam Jawa Medan Company has fulfilled the worker’s rights.

Keywords: worker’s right, social safety

Pendahuluan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Dalam suatu


perusahaan berskala besar dan berskala kecil,
Di Indonesia saat ini pembangunan tenaga kerja merupakan modal dasar
menitikberatkan pada bidang ekonomi yang terlaksananya proses produksi serta memajukan
menjadi penggerak utama. Hal ini perusahaan. Pada perusahaan tenaga kerja atau
mengakibatkan banyak perusahaan yang tidak karyawan sebagai pelaksana utama tidak
terlepas dari konsekuensinya, di antaranya yang terlepas dari risiko yang dihadapinya. Risiko-
paling pelik adalah masalah tenaga kerja. risiko yang menimpa para karyawan tersebut
Dalam forum diskusi kompleksitas dapat terjadi sewaktu-waktu baik pada waktu
masalah tenaga kerja dikemukakan kerja maupun di luar kerja demi tuntutan
permasalahan-permasalahan yang masih hangat perusahaan. Adapun risiko yang terjadi tidak
dibicarakan adalah ketentuan upah minimum dapat sepenuhnya dihindari yang tentunya akan
yang disesuaikan dengan daerah masing-masing, membutuhkan biaya. Risiko yang menimpa
pemutusan hubungan kerja (PHK), tenaga kerja karyawan dapat menimbulkan cacat sebahagian,
di bawah usia kerja, syarat-syarat kerja, cacat seumur hidup, bahkan dapat menimbulkan
perlindungan tenaga kerja, penyelesaian kematian. Semua risiko yang dialami
perselisihan, kebebasan berserikat, hubungan kebanyakan diakibatkan dari hubungan kerja.
industrial, serta hubungan kerja sama Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian
internasional dan jaminan sosial bagi tenaga dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial
kerja. Semuanya mengandung dimensi ekonomi. Kemandirian berarti tidak bergantung
ekonomis, dan sosial. Dengan kata lain, masalah pada orang lain dalam membiayai perawatan
ketenagakerjaan tersebut mempunyai pada waktu sakit, kehidupan di hari tua maupun
multidimensi, cakupannya sangat luas dan keluarganya, bila meninggal dunia. Harga diri
sangat kompleks. (www.nakertrans.go.id) berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak,
Salah satu yang akan dibicarakan dalam dan bukan belas kasihan orang lain.
masalah tenaga kerja adalah mengenai jaminan Wajarlah apabila perhatian yang lebih
Ratih Utamaningsih adalah Staf di Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender Medan,
Hayaruddin Siagian adalah Peneliti LIPI bidang Budaya

132 Koleksi BPAD Prov SU


Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

serius ditujukan kepada karyawan. Terutama bagi pengusaha dan karyawan berdasarkan
karena sebagaian besar karyawan berasal dari Undang-Undang No.3 Tahun 1992, berupa
lapisan kedudukan kondisi sosial ekonomi yang santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan
kebanyakan relatif rendah dan sudah menjadi kewajiban peserta adalah tertib administrasi dan
kodrat bahwa manusia itu berkeluarga membayar iuran.
berkewaj iban menanggung kebutuhan Dengan terbentuknya landasan hukum
keluarganya. tenaga kerja diharapkan akan menjamin
Kesejahteraan yang perlu diberikan bukan ketentraman dan keselamatan kerja serta
hanya karyawan sendiri tetapi juga keluarga kehidupan yang layak bagi kesejahteraan
yang harus tetap terpelihara termasuk saat keluarga tenaga kerja khususnya. Untuk itu
karyawan kehilangan sebagaian atau seluruh peneliti merasa tertarik mengkaji lebih dalam
penghasilannya akibat risiko kerja seperti dengan mengangkat judul “Implementasi
kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
hari tua. Keluarga Karyawan PT Asam Jawa Medan.”
Oleh karena itu perusahaan diwajibkan Manusia dalam hidupnya menghadapi
mengikutsertakan pekerjanya dalam program ketidakpastian, baik itu ketidakpastian spekulatif
Jamsostek. Program ini memberikan maupun ketidakpastian murni yang selalu
perlindungan yang bersifat dasar, untuk menjaga menimbulkan kerugian. Ketidakpastian ini
harkat dan martabat manusia jika mengalami disebut dengan risiko (Asikin, et al., 1993: 77).
risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan Kebutuhan rasa aman merupakan motif yang
yang terjangkau oleh perusahaan dan karyawan. kuat di mana manusia menghadapi sejumlah
Pasalnya, menjadi peserta program Jamsostek ketidakpastian yang cukup besar dalam
merupakan hak bagi karyawan yang dijamin kehidupan, misalnya untuk memperoleh
oleh undang-undang. pekerjaan, dan untuk memperoleh jaminan
Di Indonesia sebanyak 115.000 kehidupan apabila karyawan tertimpa musibah.
perusahaan dengan jumlah peserta yang pernah Menurut Teori Abraham Maslow kebutuhan
terdaftar dan menerima kartu peserta Jamsostek, akan rasa aman merupakan tingkat kebutuhan
sampai akhir 2005 mencapai 28.809.000 yang kedua setelah kebutuhan psikologi seperti
karyawan. Namun dari jumlah itu yang makan, minum, sandang, papan dan kebutuhan
diketahui sebagai peserta aktif hanya 7,9 juta fisiologinya. Kebutuhan akan rasa aman ini
karyawan. Padahal dalam UU No. 3 Tahun bermacam-macam, salah satunya yakni rasa
1992 tentang Jamsostek menyebutkan suatu akan aman masa depan dan sebagainya (Siagian,
perusahaan wajib menjadi peserta Jamsostek 1999: 287). Untuk menghadapi risiko ini
jika mereka mempekerjakan lebih dari 10 diperlukan alat yang dapat mencegah atau
karyawan dengan upah di atas Rp1000.000,- mengurangi timbulnya risiko itu yang disebut
(www.yahoi.com). jaminan sosial.
Peserta Program Jamsostek diatur secara Dengan demikian salah satu upaya
wajib melalui Undang-Undang No. 3 Tahun pemberian perlindungan tenaga kerja adalah
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, jaminan sosial tenaga kerja seperti yang terdapat
sedangkan pelaksanaannya dituangkan dalam dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, berbunyi sebagai berikut:
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang “Perlindungan tenaga kerja yang meliputi
Penyakit yang Timbul pada Hubungan Kerja hak berserikat dan berunding bersama,
dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja keselamatan dan kesehatan kerja, dan jaminan
No.Per.05/Men/1993 tentang Petunjuk Teknis sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari
Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan
Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek. terhadap kecelakaan, dan jaminan kematian
Jamsostek adalah program publik yang serta syarat-syarat kerja lainnya perlu
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dikembangkan secara terpadu dan bertahap
untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dengan mempertimbangkan dampak ekonomi
yang penyelenggaraannya menggunakan dan moneternya, kesiapan sektor terkait, kondisi
mekanisme Asuransi Sosial. Sebagai program pemberian kerja, lapangan kerja dan
publik, Jamsostek memberikan hak dan kemampuan tenaga kerja. (Christine, 1997: 127)
membebani kewajiban secara pasti (copulsory)

Koleksi BPAD Prov SU 133


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

Bertitik tolak dari hal tersebutlah Dari pengertian di atas, dapat ditarik
mendorong lahirnya program yang memberikan kesimpulan bahwa jaminan sosial mempunyai
jaminan perlindungan bagi tenaga kerja. Di beberapa aspek, antara lain:
berbagai negara diatur pada umumnya melalui 1. Memberikan perlindungan dasar untuk
berbagai bentuk. Di Indonesia hal ini dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
dilihat pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1969 tenaga kerja serta keluarganya.
tentang Pokok Ketenagakerjaan serta diperkuat 2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 akan memberikan kepastian berlangsungnya
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang arus penerimaan penghasilan, sebagai
merupakan langkah awal dalam memberikan pengganti atau seluruh penghasilan yang
landasan hukum penyelenggaraan jaminan hilang.
sosial. 3. Menciptakan ketenangan kerja karena
ILO (Internasional Labour adanya upaya perlindungan terhadap
Organization) yang merupakan salah satu dari risiko ekonomi maupun sosial.
Badan Khusus PBB, juga memberikan 4. Karena adanya upaya perlindungan dan
pengertian jaminan sosial (Sosial Security) terciptanya ketenangan tenaga kerja akan
secara luas yaitu: berdampak meningkatkan produktivitas
“Social security pada prinsipnya adalah kerja.
sistem perlindungan yang diberikan oleh 5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada
masyarakat untuk warganya, melalui berbagai akhirnya mendukung kemandirian dan harga
usaha dalam menghadapi risiko-risiko ekonomi diri manusia dalam menerima dan
atau sosial yang dapat mengakibatkan menghadapi risiko sosial ekonomi.
terhentinya/sangat berkurangnya penghasilan
(Husni, 2003: 53). Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Senada dengan hal ini Kertonegoro 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
mengatakan bahwa: Mengenai Tenaga Kerja menyebutkan bahwa
“Jaminan sosial merupakan konsepsi tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu
kesejahteraan yang melindungi risiko baik sosial melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di
maupun ekonomi masyarakat dan membantu luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau
perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
ketidakadilan distribusi penghasilan dengan (Manulang, 2001: 3).
memberikan bantuan kepada golongan ekonomi Dari definisi di atas, dapat lebih dipahami
rendah (Sentanoe, 1993: 10). bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja yang
Jelas di sini jaminan sosial menjamin melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja
santunan sehingga tenaga kerja terlindungi adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan
terhadap ketidakmampuan bekerja dalam pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau
penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi perorangan dengan menerima upah, termasuk
keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga tenaga kerja yang melakukan pekerjaaan di luar
nilai-nilai manusia terhadap ketidakpastian dan hubungan kerja. Sedangkan tenaga kerja yang
keputusasaan. melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja
Pengertian Jamsostek yang tegas lagi adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan
dinyatakan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun dengan perusahaan atau perorangan, biasa disebut
1992 Pasal 1 Ayat (1), yang dimaksud dengan tenaga kerja bebas, misalnya dokter yang
Jamsostek adalah sebagai berikut: membuka praktik, pengacara (advokat), petani
“Suatu perlindungan bagi tenaga kerja yang menggarap sawahnya sendiri dan lain-lain.
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai Keberadaan program Jamsostek sebagai
pengganti penghasilan yang hilang atau upaya perlindungan hidup tenaga kerja di suatu
berkurang dalam pelayanan sebagaimana akibat perusahaan sangat besar manfaatnya. Selain
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga mempunyai dampak positif bagi usaha-usaha
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, peningkatan disiplin kerja dan peningkatan
bersalin, hari tua dan meninggal produktivitas kerja juga salah satu cara untuk
dunia”(Manulang, 2001: 131). meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.

134 Koleksi BPAD Prov SU


Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

Upaya perlindungan karyawan perusahaan 4. Terlaksananya pola pemeliharaan


dalam bentuk penaikan upah, pemberian bonus kesehatan yang efektif, efisien dan rasional
dan program kesejahteraan lainnya, dirasakan (Majalah JAMSOSTEK, 1995: 42).
belum menunjukan suatu jaminan karyawan
terutama dalam kelangsungan hidupnya dengan Dengan demikian program Jamsostek, di
tingkat kesejahteraan yang memuaskan. Oleh samping menguntungkan bagi perusahaan
sebab itu perusahaan hendaknya: karena bisa mengalihkan risiko yang harus
a. Menganggap tenaga kerja sebagai patner ditanggung kepada pihak lain, juga dapat
yang aman membantu untuk mensukseskan meningkatkan produksi perusahaan. Jamsostek
tujuan usaha. juga sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk
b. Memberikan imbangan yang layak terhadap menjaga harga dirinya agar tidak terkesan untuk
jasa-jasa yang sudah dikerahkan oleh patner minta dikasihani bila terkena musibah.
yaitu, berupa penghasilan yang layak dan Dari penjelasan di atas menunjukan
jaminan-jaminan sosial tertentu, agar bahwa program Jamsostek berdasarkan Undang-
dengan demikian patnernya itu lebih Undang Nomor 3 Tahun 1993 beserta peraturan-
terangsang untuk bekerja lebih produktif peraturan pelaksanaannya bersifat dan bertujuan
(berdaya guna dan berhasil guna). untuk melindungi karyawan.
c. Menjalin hubungan yang baik dengan para Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun
pekerjanya sehingga mereka merasa bahwa 1993 Pasal 6 ayat (1), bahwa ruang lingkup
tenaga kerjanya itu perlu dikerahkan dengan jaminan sosial meliputi: Jaminan Kecelakaan
baik, seakan-akan mereka bekerja pada Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua,
perusahaan miliknya, perusahaan yang perlu dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
dikembangkan dengan penuh tanggung Kecelakaan kerja merupakan peristiwa
jawab. (Kartasaputra, et al., 1989: 7). yang dapat menyebabkan kerugian harta benda
dan atau hilangnya nyawa manusia yang
Perusahaan dapat berkembang dan akibatnya dapat merugikan tenaga kerja, serta
berjalan lancar apabila didukung oleh jumlah pengusaha dan masyarakat pada umumnya.
tenaga kerja yang cukup, upah yang disesuaikan Setiap kecelakaan menyebabkan penderitaan
dengan kondisi kebutuhan dan tersedianya bagi keluarganya. Apabila kecelakaan kerja itu
Jamsostek. Terciptanya suasana hal di atas akan mengakibatkan kematian atau cacat permanen
membentuk hubungan kerja yang saling maka keluarganya akan menderita kesusahan.
membutuhkan dan saling menguntungkan. Selain itu setiap kecelakaan akan
Sebagai langkah yang ditempuh dalam mengakibatkan kerugian, baik berupa upah
menjamin hidup karyawan, perusahaan sangat maupun waktu.
perlu untuk memasukkan para karyawannya Anggapan bahwa kecelakaan itu
dalam program Jamsostek. Program ini merupakan takdir adalah suatu pemikiran yang
dikelolah oleh PT Jamsostek (Persero) keliru. Setiap kecelakaan selalu ada faktor
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 penyebabnya dan penyebab itu tentunya dapat
Tahun 1995 tentang Penetapan Badan dicegah dan dikurangi.
Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Sebab-sebab kecelakaan bisa
Kerja. dikelompokan menjadi dua sebab utama yaitu
Beberapa tujuan program jaminan sosial sebab teknis dan sebab manusia. Sebab-sebab
meliputi: teknis biasanya menyangkut masalah-masalah
1. Meningkatkan produktivitas pada karyawan kondisi di pabrik, misalnya peralatan kerja tidak
perusahaan, sehingga meni mbul kan diberi pengamanan, ventilasi tidak cukup.
peningkatan produksi perusahaan. Sedangkan sebab-sebab manusia biasanya
2. Mempercepat terjadinya proses pemerataan dikarenakan oleh sikap ceroboh, tidak mampu
hasil pembangunan, mengurangi kesenjangan menjalankan tugas dengan baik, mengantuk dan
dalam bidang pemeliharaan dan pelayanan sebagainya.
kesehatan bagi masyarakat, tenaga kerja dan Oleh karena itu untuk menanggulangi
keluarga. kecelakaan kerja yang berpengaruh terhadap
3. Meningkat kan peran serta sektor hilangnya sebahagian atau seluruh penghasilan,
perusahaan swasta secara bergotong royong maka perlu adanya bantuan jaminan kecelakaan
bersama-sama dengan pemerintah. kerja. Mengingat gangguan mental akibat

Koleksi BPAD Prov SU 135


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

kecelakaan kerja relatif sifatnya sehingga sulit Di samping itu juga dapat disebut sebagai
ditetapkan derajat cacatnya maka jaminan atau kecelakaan kerja UU No. 3 1992: 13 adalah
santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacat sebagai berikut:
mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja 1. Suatu kasus meninggal mendadak dalam
yang bersangkutan tidak bekerja lagi. hubungan kerja karena suatu alasan, baik di
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak lokasi kerja karena satu alasan, baik di
diinginkan mengenai kecelakaan kerja, maka lokasi kerja maupun dalam perjalanan dalam
perlu disebutkan hal-hal apa saja yang lokasi kerja, tanpa sempat mengalami rawat
merupakan kecelakaan kerja sebagai patokan inap atau mengalami rawat inap tetapi tidak
baik karyawan, perusahaan maupun lembaga melebihi 24 jam terhitung sejak pada jam di
yang ditunjuk sebagai pengelola atas jaminan tangan dokter/para medis langsung
kecelakaan kerja, agar mudah dipahami dan meninggal dunia.
dimengerti sehingga di kemudian hari tidak 2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
salah paham. Hal-hal yang dapat dimasukan yang terjadi secara tiba-tiba melalui proses
sebagai kecelakaan kerja dalam UU No. 3 dalam jangka waktu tertentu.
Tahun 1992 adalah sebagai berikut: 3. Cacat akibat kecelakaan kerja (Christine,
1. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau 1997: 140).
di lingkungan tempat kerja.
Begitu pula penyakit yang ditimbulkan
2. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
perjalanan berangkat dan pulang ke dan dari
atau lingkungan kerja dan masyarakat umum
tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan
biasanya tidak terkena. Daftar penyakit yang
yang wajar dan biasa dilakukan setiap hari.
timbul dalam hubungan kerja dapat dilihat
3. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat lain
dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia
dalam rangka tugas atau secara langsung
Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
bersangkut paut dengan penugasan dan tidak
Timbul karena Hubungan Kerja, yaitu:
ada unsur kepentingan pribadi.
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu
4. Kecelakaan kerja yang terjadi di luar jam
mineral pembentuk jaringan parut (sisikosis,
kerja tetapi masih dalam waktu kerja seperti
ant r akosi l i kosi s, asbest osi s) dan
jam istirahat sebagaimana diatur oleh
silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan
undang-undang.
faktor utama penyebab cacat atau kematian.
5. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan
melakukan kerja lembur yang harus
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
dibuktikan dengan surat perintah lembur.
debu kapas, vlas, henep, sisal (bissinosis).
6. Perkelahian di tempat kerja, termasuk
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan
kecelakaan kerja (Christine, 1997: 135).
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
Selain yang temasuk kecelakaan kerja debu logam keras.
pada waktu kerja di atas, juga di luar waktu 4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh
kerja dapat dikelompokan sebagai kecelakaan penyebab sensitisasi dan zat perangsang
kerja, seperti: yang dikenal dalam proses pekerjaan.
1. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu 5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh
melaksanakan kegiatan olah raga yang harus faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
dibuktikan dengan surat tugas dari debu organik.
perusahaan. 4. Penyakit lainnya yang telah ditetapkan
2. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu kepada keputusan ini (Christine, 1997: 143).
mengikuti pendidikan yang merupakan
tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan Dari uraian di atas dapat diambil
dengan surat tugas. kesimpulan bahwa kecelakaan kerja, baik yang
3. Kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah terjadi pada waktu kerja atau di luar waktu kerja
perkemahan yang berada di lokasi kerja, di dan timbul penyakit akibat kerja, kesemua itu
luar jam kerja dan di luar waktu kerja menimbulkan kerugian bagi karyawan dan
(waktu istirahat) serta bersangkutan bebas berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja.
dari setiap urusan pekerjaan (Christine, Kecelakaan kerja merupakan tanggung
1997: 137). jawab perusahaan. Oleh sebab itu pembiayaan

136 Koleksi BPAD Prov SU


Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

program ini sepenuhnya ditanggung oleh Dari pengertian di atas menunjukan


perusahaan. Artinya iuran kecelakaan kerja dari bahwa karyawan dipandang sebagai insani yang
setiap tenaga kerja ditanggung oleh pengusaha. perlu dibantu, sehingga keluarga yang
Dengan demikian karyawan yang mendapat ditinggalkan tidak terbebankan dengan putusnya
kecelakaan kerja berhak mendapat jaminan kerja nafkah keluarga, dan sebaliknya keluarga yang
sesuai dengan Permenaker No: Per –04 ditinggalkan dapat memanfaatkan santunan yang
/MEN/1993 yang terdiri dari: diberikan untuk mencari nafkah lain.
1. Pengangkutan dari tempat kejadian ke Jaminan kematian dibayarkan sekaligus
rumah sakit yang terdekat ataupun ke sebesar Rp 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu
rumahnya. rupiah) yang terdiri dari:
2. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di 1. Santunan kematian sebesar Rp 1000.000,-
rumah sakit. 2. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-
3. Biaya pemakamam (Sendjun, 2001: 94). (Kertonegoro, et al., 1993: 36).

Selain jaminan di atas, kepada tenaga Tunjangan kematian yang diberikan


kerja yang tertimpa kecelakaan kerja juga terhadap karyawan diambil dari iuran setiap
diberikan santunan berupa uang yang terdiri bulannya yang dibayarkan kepada PT
dari: Jamsostek. Besarnya iuran menurut peraturan
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja yang berlaku adalah sebesar 0,30% dari upah
sebagai pengganti upah. sebulan (PP No. 14 1993 Pasal 9) dan
b. Santunan cacat sebagaian untuk selama- sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan.
lamanya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14
c. Santunan cacat total untuk selama-lamanya. Tahun 1993, orang yang berhak menerima
d. Santunan kematian (Sendjun, 2001: 94). warisan ditetapkan sebagai berikut:
1. Jaminan kematian dibayarkan sekaligus
Besarnya santunan jaminan kecelakaan
kepada janda/duda, atau anak.
kerja yang dialami karyawan sesuai dengan PP
2. Dalam hal ahli waris atau wasiat lainnya
No.14 tahun 1993 dapat dibagi sebagai:
tidak ada biaya pemakaman dibayarkan
1. Santunan sementara tidak mampu bekerja
kepada pengusaha atau pihak lain yang
(STMB) 4 bulan pertama 100 % x upah
mengurus pemakamannya.
sebulan dan bulan seterusnya 50 % x upah
sebulan.
Dari uraian di atas dengan menetapkan
2. Santunan cacat:
yang berhak menjadi ahli waris dari jaminan
a. Santunan cacat sebahagian untuk
kematian akan memberikan dampak yang
selama-lamanya dibayarkan secara
positif, artinya orang yang sepatutnya menerima
sekaligus dengan besarnya % sesuai
warisan tidak diklaim orang lain, dan warisan
tabel x 60 % sesuai tabel x 60 bulan
yang diterima kepada keluarga yang berhak
upah.
menerimanya dapat dimanfaatkan untuk bekal
b. Santunan berskala sebesar Rp 25.000,-
hidup.
(dua puluh lima ribu rupiah) selama 24
Hari tua merupakan risiko kehidupan
bulan.
yang dapat mengakibatkan terputusnya upah,
c. Biaya pemakaman sebesar Rp 200.000,-
karena pada usia tua umumnya kemampuan
(Sendjun, 2001: 96).
bekerja sudah berkurang sehingga karyawan
diberhentikan dari pekerjaannya. Dengan
Jaminan kematian adalah suatu jaminan
terputusnya pekerjaan dan upah dari perusahaan
bagi tenaga kerja yang meninggal dunia bukan
tentunya biaya hidup adalah hasil tabungan
diakibatkan kecelakaan kerja yang
semasa kerja. Namun dapat dibayangkan kondisi
mengakibatkan terputusnya penghasilan dan
tenaga kerja di Indonesia dengan upah yang
sangat berpengaruh pada kehidupan sosial
belum begitu layak dengan kata lain hanya
ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan
cukup untuk kehidupan sehari-hari. Dengan
(Manulang, 2001: 134). Diperlukan jaminan
demikian kesempatan tenaga kerj a untuk
kematian dalam upaya meringankan beban
menyisihkan sebagai an penghasilannya
keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman
kemungkinannya sangat kecil.
maupun santunan dalam bentuk uang.

Koleksi BPAD Prov SU 137


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

Melihat permasalahan di atas, maka produktivitas menjadi rendah. Berbagai


sangat perlu diadakan program yang sangat program kesehatan kebijaksanaan dari
berpengaruh bagi masa depan/hari tua bagi perusahaan terhadap karyawannya menandakan
karyawan terutama yang penghasilannya rendah. bahwa pihak perusahaan, menyadari akan
Program Jaminan hari tua pentingnya faktor kesehatan dalam menunjang
diselenggarakan dengan cara atau sistem peningkatan produktivitas kerja karyawan.
tabungan hari tua (provident fund), di mana Program jaminan pemeliharaan kesehatan
iuran dari pengusaha dan tenaga kerja setiap yang merupakan salah satu dari program
bulan dikredit pada rekening tenaga kerja secara Jamsostek, bukan saja untuk memelihara tingkat
individual, dan mendapat bunga setiap tahun. produktivitas atau disiplin tetapi juga
Kemanfaatan dari jaminan hari tua berupa memelihara eksistensi dan kualitas hidup tenaga
pembayaran saldo tabungan pada saat timbul kerja.
hak peserta yaitu: Jika dibandingkan dengan tingkat rata-
1. Mencapai umur 55 tahun, rata pendapatan tenaga kerja, biaya pelayanan
2. Mengalami cacat total dan tetap sehingga kesehatan relatif cukup mahal. Bahkan dari
tidak bisa bekerja lagi, waktu ke waktu mengalami peningkatan
3. Meninggal dunia, pembiayaan, sehingga iuran jaminan
4. Mengalami PHK setelah peserta setidak- sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan. Bagi
tidaknya lima tahun, yang masih lajang sebesar 3 % dari upah
5. Pergi keluar negeri atau pulang ke negeri sebulan dan yang sudah berkeluarga sebesar 6 %
asal untuk tidak kembali lagi dari upah sebulan.
(Kertonegoro, et al., 1993: 35). Dengan mengikuti jaminan pemeliharaan
kesehatan manfaat yang diperoleh bagi
Besarnya saldo tabungan tersebut karyawan adalah:
tergantung dari iuran, bunga dan masa 1. Memperoleh kepastian pelayanan medis
kepesertaan. Menurut Undang-Undang Nomor 3 pada saat membutuhkan.
Tahun 1992, besarnya iuran jaminan hari tua 2. Tidak lagi diperlukan pembiayaan dokter,
ditetapkan sebagai berikut: obat, uang muka dan biaya rumah sakit/ dan
a. Pengusaha menanggung iuran sebesar 3,70 bersalin.
%. 3. Terpeliharanya kesehatan bagi diri dan
b. Tenaga kerja menanggung iuran sebesar 2 % keluarga demi kelangsungan dan
(Christine, 1997: 140). kebahagiaan hidup

Jadi besarnya iuran yang harus dibayar Sementara itu, bagi perusahaan juga
pengusaha setiap bulannya adalah sebesar 5,7 % memperoleh manfaat sebagai berikut:
yang dihitung dari upah sebulan dari tenaga 1. Kepastian pembiayaan kesehatan tenaga
kerja. Pembayaran jaminan hari tua dapat kerja serta keluarganya.
dibayarkan sekaligus atau secara berkala. 2. Tidak lagi direpotkan dengan berbagai
Pembayaran sekaligus dapat dilakukan apabila masalah kesehatan tenaga kerja serta
jumlah seluruh jaminan hari tua kurang dari Rp keluarganya.
3.000.000,- (tiga juta rupiah). Pembayaran 3. Diperolehnya atau didapatkannya tenaga
secara berkala dapat dilakukan apabila seluruh kerja yang sehat, stabil dan produktif
jaminan hari tua mencapai Rp 3.000.000,- atau (Majalah Jamsostek, 1996: 3).
lebih dilakukan paling lama 5 tahun (PP No. 14
1993 pasal 24). Jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga
Pembayaran jaminan hari tua secara kerja dan keluarganya memerlukan pelayanan
sekaligus atau berkala merupakan pilihan dari medis dan spesifik dan pembiayaan yang
tenaga yang bersangkutan sendiri. rasional untuk menghindari berbagai
Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan penyalahgunaan dan biaya yang berlebihan.
perusahaan tidak dapat dilepaskan sebagai Usaha ini hanya bisa dilakukan oleh badan
sarana penunjang dalam meningkatkan penyelenggara yang khusus dan profesional
produktivitas serta kesejahteraan karyawan yang serta bisa diperoleh efisiensi dan efektivitas
buruk akan mengakibatkan kecenderungan yang tinggi melalui prinsip gotong-royong
tingkat absensi yang meningkat, sehingga antara peserta yang jumlahnya besar dan merata.
138 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

Jaminan pemeliharaan kesehatan samping itu JKK juga memberi prothetse


diberikan dalam bentuk pelayanan medis anggota badan dan alat bantu seperti kursi roda
sebagai paket jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penderita cacat tenaga kerja, Jaminan
dasar, paket tersebut dari: Pemeliharaan Kesehatan (JPK) juga ikut
1. Rawat inap tingkat pertama, terutama membantu upaya-upaya pendidikan kesehatan,
berupa: pemeriksaan dan pengobatan oleh pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan.
dokter umum dan dokter gigi, pemeriksaan Dengan demikian kemanfaatan JKK
kehamilan, tindakan medis sederhana. meliputi usaha-usaha prevensi, kompensasi, dan
2. Rawat jalan lanjutan, terutama berupa: rehabilitasi. JPK memberi pelayanan promotif
pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter (peningkatan), preventif pencegahan, kuratif
spesialis. (penyembuhan dan rehabilitatif). Sedangkan
3. Rawat inap di rumah sakit, antara lain jaminan hari tua dan jaminan kematian dapat
berupa: pemeriksaan dan pengobatan oleh membantu biaya pendidikan anak-anak tenaga
dokter, tindakan medis, menginap dan kerja secara selektif melalui pemberian
makan pada kelas II rumah sakit pemerintah beasiswa.
atau kelas III rumah sakit swasta. Lamanya
hari rawat yang ditanggung maksimum 60 Metode Penelitian
hari per kasus per tahun, sudah termasuk
perawatan khusus (ICCU/ICU) ditanggung Tipe penelitian yang digunakan adalah
maksimum 20 hari per kasus per tahun. metode deskriptif analisis. Penelitian ini
4. Pertolongan persalinan, terutama berupa: bertujuan untuk memberikan gambaran atau
tindakan medis oleh dokter atau bidan yang melukiskan kenyataan yang ada tentang
menginap di rumah sakit. masyarakat atau kelompok orang tertentu di
5. Penunjang diagnosis, terutama berupa: lapangan secara analisis yang prosesnya
pemeriksaan laboraturium, radiologi, meliputi penguraian hasil observasi dari suatu
Electro Encephalogy (EEG), Electro gejala yang diteliti atau lebih (Irawan, 2004: 35).
Cardiography (ECG), Ultrasonography Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
(USG), Computerized Tomography (CT) menggambarkan suatu objek yang diteliti dalam
Scaning sesuai tersedianya fasilitas tersebut. hal ini adalah menggambarkan implementasi
6. Pelayanan khusus terutama berupa jaminan sosial tenaga kerja dan kesejahteraan
penggantian maksimum biaya kacamata Rp keluarga karyawan yang diberikan PT Asam Jawa
50.000,-, prothese mata Rp 100.000,-, Medan.
prothese gigi Rp 80.000,-, prothese tangan Adapun populasi dalam penelitian ini
Rp 125.000,-, prothese kaki Rp 150.000,-, adalah seluruh karyawan yang bekerja di Kantor
alat Bantu dengan Rp 1.000.000,-. Pusat PT Asam Jawa Medan yang berjumlah 40
7. Pelayanan gawat darurat, terutama berupa: orang. Sampel adalah suatu bagian dari populasi
pemeriksaaan, pengobatan, tindakan yang akan diteliti yang dianggap dapat
medis dan rawat inap (jika perlu) ( menggambarkan populasinya. Menurut
Kertonegoro, 1993: 36). Arikunto, Jika populasi kurang dari 100 maka
sampel dapat diambil seluruhnya, tetapi apabila
Jaminan pemeliharaan kesehatan bukan lebih dari 100 orang maka diambil sampel
saja dilaksanakan terhadap tenaga kerja itu sebesar 25% (Arikunto, 2002: 149). Dalam hal
sendiri tentu juga keluarga tenaga kerja dengan ini karena populasi kurang dari 100 orang maka
3 orang anak. Dengan demikian tenaga kerja dan seluruhnya dijadikan sampel. Maka sampel dari
keluarganya dapat meningkatkan kesehatannya penelitian ini adalah semua karyawan yang
tanpa harus memikirkan biaya kesehatan dan bekerja di kantor pusat PT Asam Jawa Medan.
kesejahteraan keluarganya dapat tercapai. Penelitian ini dilaksanakan di PT Asam
Jamsostek tidak hanya memberi ganti rugi Jawa yang berkantor pusat di Jalan Gajahmada
dan pelayanan penyembuhan semata-mata, No. 40 Medan. Perusahaan ini bergerak di
tetapi lebih komprehensif. Kemanfaatan lainnya bidang perkebunan kelapa sawit dan merupakan
adalah seperti: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) perusahaan perkebunan swasta nasional. Di
ikut menunjang usaha-usaha pencegahan samping itu perusahaan ini telah melaksanakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui program Jamsostek dengan memasukkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Di karyawannya sebagai peserta Jamsostek. PT
Koleksi BPAD Prov SU 139
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

Asam Jawa juga telah melaksanakan berbagai huni. Di kebun semua karyawan mendapat
bentuk pemberian kesejahteraan bagi karyawan perumahan yang layak huni dengan
juga keluarga karyawan tersebut. fasilitas listrik dan air. Bagi karyawan
Untuk mengetahui data atau informasi, yang belum memiliki rumah sendiri, diberi
keterangan atau fakta yang diperlukan peneliti kompensasi rumah sebesar 25 % dari gaji
dengan menggunakan teknik pengumpulan tiap bulannya. Sedangkan untuk karyawan
berupa observasi dan penyebaran angket. pusat perusahaan memberikan bantuan
Analisis data yang digunakan dalam rumah dengan memberikan tunjangan
penelitian ini adalah teknik analisis data tidak tetap berupa penggantian uang sewa
deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara rumah yang diperoleh setiap tahun.
menjabarkan data yang diperoleh dari penelitian,
kemudian dilakukan analisis data dengan b. Pelayanan Kesehatan
menggambarkan kenyataan yang ada di tempat Pemeliharaan kesehatan karyawan beserta
penelitian yang tersusun dalam bentuk tabel keluarganya merupakan faktor yang
tunggal untuk memberikan penjelasan dan menentukan keluarga tersebut dapat
komentar-komentar. dikatakan sejahtera, atau dengan kata lain
aspek kesehatan adalah salah satu
Hasil Penelitian dan Pembahasan indikator tingkat kesejahteraan.
Sehubungan dengan hal tersebut, biaya
Pada Perusahaan PT Asam Jawa Medan pengobatan dan rawat inap seluruhnya
Jamsostek diselenggarakan oleh Badan menjadi tanggung jawab perusahaan yang
Penyelenggara Jamsostek yakni PT Astek akan diklaim oleh PT Astek. Perusahaan
(Asuransi Tenaga Kerja) yang berkantor di juga memberikan immunisasi hepatitis B
Jalan Patimura No. 334 Medan. kepada karyawan. Secara periodik
Setiap bulannya karyawan yang telah melaksanakan Medical Chek Up kepada
ditunjuk oleh perusahaan sebagai pelaksana karyawan dan staf. perusahaan telah
Jamsostek memberikan iuran kepada PT Astek mengadakan 1 unit kendaraan ambulans
(persero). Iuran berdasarkan jumlah yang yang dapat mempercepat pelayanan
tercantum dalam formulir Daftaran Tenaga darurat ke rumah sakit PTP IV Torgamba
Kerja yang telah diisi oleh karyawan yang (45 km) dari lokasi kebun, Rantau Prapat
bertugas sebagai pelaksana Jamsostek atas atau Medan. Sedangkan untuk karyawan
keterangan karyawan yang akan menjadi peserta pusat perusahaan juga mempunyai rumah
Jamsostek. Dengan berpedoman pada Peraturan sakit rujukan seperti RSU Permata Bunda
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia dan RSU Gleneagles Medan.
Nomor PER-05/MEN/1993 tentang Petunjuk
Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran c. Pendidikan
Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Untuk meringankan beban tanggungan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. karyawan, maka perusahaan akan
Jamsostek yang telah dilaksanakan oleh menanggung anggota keluarga karyawan
perusahaan, yaitu program Jaminan Kecelakaan dengan berupa tunjangan tetap pendidikan
Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Kesehatan yang diperoleh setiap tahun, dengan
serta Jaminan Hari Tua yang juga dilaksanakan ketentuan sebagai berikut:
oleh perusahaan sendiri yakni yayasan perusahaan 1. Maksimal 3 (tiga) orang anak dari
dana pensiun PT Asam Jawa Medan. hasil perkawinan yang sah (termasuk
Selain pelaksanaan jaminan sosial yang anak angkat/tiri yang sah), berusia di
dijelaskan sebelumnya, juga di dalam keputusan bawah 19 tahun, belum kawin dan
kerja bersama antara karyawan dengan tidak mempunyai penghasilan sendiri
perusahaan menetapkan hal- hal yang atau berusia di bawah 24 (dua puluh
berhubungan dengan pemberian kesejahteraan empat tahun) tetapi masih sekolah/
keluarga karyawan yaitu: kuliah dengan dibuktikan surat
keterangan dari sekolah/universitas.
a. Rumah Tempat Tinggal 2. Untuk yang masih sekolah perusahaan
Kebutuhan yang amat mendasar salah juga memberikan 2 stel pakaian
satunya adalah rumah tinggal yang layak seragam sekolah setiap tahun.
140 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

d. Program Pensiun h. Menunaikan Ibadah Haji


Pimpinan PT Asam Jawa tidak akan Karyawan diberikan kesempatan untuk
membiarkan karyawannya yang purna tugas menunaikan ibadah haji dengan biaya
akan kehilangan penghasilannya, karena itu sendiri. Untuk mendapatkan cuti
ditetapkan program pensiun. Hal ini menunaikan ibadah haji seorang karyawan
ditujukan untuk kesejahteraan karyawan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
yang purna tugas tersebut. Program pensiun berikut:
di PT Asam Jawa dilaksanakan oleh PT 1. Telah bekerja sekurang-kurangnya
Astek dan juga oleh yayasan perusahaan selama 3 tahun.
sendiri. Setiap bulannya 5,7 % dari saldo 2. Hanya untuk 1 (satu) kali naik haji.
gaji akan disetor ke PT Astek sedangkan 3. Surat permohonan ibadah haji harus
yayasan yang dimiliki perusahaan tidak dilengkapi dengan surat resmi dari
memungut iuran dari karyawannya tetapi Departemen Agama mengenai quota
perusahaan memberikan 8,4 % dari gaji yang diperoleh.
mereka untuk masa pensiun mereka tiba.
Dengan peranan yayasan ini, semua Karakteristik umum responden terbagi ke
karyawan telah mengetahui, bahwa pada dalam 6 pertanyaan yang meliputi: jenis
saat sesudah purna tugas nanti hidupnya kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan
akan tetap terjamin. formal, lama bekerja, dan jumlah anak.

e. Bantuan Fasilitas Olah Raga Tabel 1.


Kegiatan olah raga bagi karyawan Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
merupakan salah satu usaha peningkatan
kesehatan karyawan. Olah raga yang No. Jenis Kelamin F %
menonjol di perusahaan ini adalah sepak 1. Pria 25 62,5
bola, bola voli, tenis meja, bulu tangkis, 2. Wanita 15 37,5
catur, bela diri dan golf khusus untuk Jumlah 40 100,0
karyawan staf dan untuk tingkat asisten ke Sumber: Data Primer
atas. Semua jenis olah raga tersebut
mendapat fasilitas dari perusahaan, baik Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
peralatan maupun lapangan dan waktu bahwa dari keseluruhan responden yang
latihan. Olah raga massal biasanya diadakan berjumlah 40 orang, responden yang berjenis
pada saat menjelang 17 Agustus pada setiap kelamin pria sebanyak 25 orang (62,5 %) dan
tahunnya. responden yang berjenis kelamin wanita
sebanyak 15 orang (40 %). Tabel di atas
f. Rekreasi menunjukkan responden yang berjenis kelamin
Rekreasi bersama dilaksanakan setiap 1 pria lebih dominan daripada responden wanita.
tahun secara priodik dengan biaya Banyaknya responden yang berjenis kelamin
akomodasi, konsumsi dan transport pria pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap
ditanggung perusahaan. Begitu pula dengan hasil penelitian ini.
penginapan karyawan bebas memilih
penginapan yang diinginkan di Berastagi, Tabel 2.
Prapat dan tempat lain. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

g. Tempat Ibadah No. Usia F %


Untuk karyawan yang beragama Islam sebuah 1. < 25 tahun 0 0
mesjid sudah dibangun permanen di 2. 25-35 tahun 18 45,0
emplasmen induk yang dapat menampung 3. 36- 46 tahun 16 40,0
4. >46 tahun 6 15,0
±200 orang. Sedangkan untuk karyawan
Jumlah 40 100,0
yang beragama Kristen, di emplasmen induk
di bangun gereja yang biasanya menampung Sumber: Data Primer
100 jemaat. Untuk karyawan pusat
disediakan mushalla di kantor.
Koleksi BPAD Prov SU 141
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

Pada Tabel 2 di atas dapat diketahui Tabel 4.


responden yang berusia 36-46 tahun berjumlah Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
16 orang (40 %) dan responden yang berumur
25-35 tahun sebanyak 18 orang (45%). No. Lama Bekerja F %
Sedangkan responden yang berumur > 46 tahun 1. < 1 Tahun 0 0
berjumlah hanya 6 orang. Kita tahu bahwa di 2. 1-10 tahun 8 20,0
3. 11-20 tahun 25 62,5
atas umur 45 tahun adalah umur yang sangat 4. > 20 tahun 7 17,5
produktif, menanggapi hal ini perusahaan Jumlah 40 100,0
merasa bahwa untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan, maka perusahaan Sumber: Data Primer
harus mencari sumber daya manusia yang
produktif, dalam hal ini perusahaan tidak Pada Tabel 4 di atas dapat diketahui
memfokuskan pada usia produktif, akan tetapi bahwa rata-rata responden bekerja di atas 11- 20
difokuskan pada kemampuan responden tahun yakni sebanyak 25 orang (62,5%). Para
menemukan ide-ide baru yang mampu meraih responden pada umumnya bekerja pada kurun
serta meningkatkan produksi perusahaan. waktu yang cukup lama disebabkan kemauan
Responden yang berumur kurang dari 25 tahun yang kuat dari dalam diri responden tersebut
tidak ada. untuk meningkatkan karier melalui prestasi di
perusahaan. Hal ini juga karena responden
Tabel 3. merasa aman dan nyaman bekerja. Apalagi
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan sekarang ini sangat sulit mencari pekerjaan.
Meskipun gaji mereka terbatas namun gaji
No. Pendidikan F % tersebut mampu mencukupi kebutuhan mereka.
1. Sarjana 21 52,5 Juga Terdapat sebanyak 7 orang (17,5)
2. Diploma 10 25,0 responden yang telah mengabdi lama selama
3. SMU/ Sederajat 9 22.5 lebih dari 20 tahun. Sedangkan Pada jawaban
Jumlah 40 100,0 responden diketahui hanya 8 orang (20%) yang
Sumber: Data Primer
bekerja di bawah 1-10 tahun, hal ini disebabkan
karena mereka baru bergabung dengan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perusahaan.
mayoritas responden PT Asam Jawa Medan
dengan jumlah 21 orang (52,5%) adalah sarjana, Tabel 5.
Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
dan menyandang gelar diploma adalah 10 orang
(25%). Sedangkan pendidikan formal minimal
No. Status Perkawinan F %
SMU/Sederajat berjumlah hanya 9 orang
1. Tidak Menikah 1 2,5
(2,5%). Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 2. Menikah 35 87,5
pendidikan formal mayoritas responden adalah 3. Janda 3 7,5
sarjana. Hal ini disebabkan perusahaan 4 Duda 1 2,5
mengadakan penyaringan sumber daya Jumlah 40 100,0
manusianya guna meningkatkan kualitas dan
kuantitas produktivitas perusahaan. Sedangkan Sumber: Data Primer
karyawan yang memiliki pendidikan SMA
Pada Tabel 5 di atas dapat diamati bahwa
ternyata dapat memberikan dedikasi yang dapat
jumlah responden PT Asam Jawa Medan yang
disejajarkan dengan para karyawan yang sarjana sudah menikah cukup tinggi yakni berjumlah 35
ataupun diploma. Rata-rata yang berpendidikan orang (87,5%) dari jumlah seluruh karyawan
SMA merupakan karyawan yang telah bekerja sebanyak 40 orang. Sedangkan yang belum
cukup lama dan berada pada posisi di kantor menikah hanya satu orang saja (2,5%) dan
pun cukup dihormati. Ini membuktikan bahwa bukanlah karyawan yang baru bekerja tetapi
perusahaan juga sangat menuntut prestasi dan merupakan karyawan lama. Begitu pula terdapat
dedikasi karyawan mereka. 3 karyawan yang janda dan 1 karyawan duda.
Dalam UU No. 3 1992 tentang Jamsostek
meyebutkan suatu perusahaan wajib menjadi

142 Koleksi BPAD Prov SU


Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

peserta Jamsostek jika mereka mempekerjakan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk soal
lebih dari 10 karyawan dengan upah di atas Rp makanan, pekerjaan, perumahan dan perawatan
1000.000,-. Tanpa melihat status karyawan kesehatan serta usaha-usaha sosial yang
tersebut. diperlukan dan berhak atas jaminan di waktu
mengalami pengangguran, janda, lanjut usia,
Tabel 6.
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
atau mengalami kekurangan nafkah lain-lain
karena diluar kekuasaannya”.
No. Jumlah Anak F % Tabel 8.
1. 0 1 2,5 Persepsi Responden tentang Prosedur Menjadi Peserta
2. 1 –2 28 70,0 Jamsostek
3. 3-4 11 27,5
4. 5-6 0 0
Jumlah 40 100,0 No. Kategori F %
1. Sangat mudah 9 22,5
Sumber: Data Primer 2. Mudah 31 77,5
3. Sulit 0 0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Jumlah 40 100,0
bahwa responden yang memiliki jumlah anak 3-
4 anak adalah 11 orang (27,5%) dan jumlah 1-2 Sumber: Data Primer
anak sebanyak 28 orang (70%). Rata-rata
responden telah memiliki anak. Juga anak-anak Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa
mereka telah duduk di bangku sekolah yang mayoritas responden menyatakan mudah sebanyak
rata-rata masih SLTP. 31 orang (77,5 %) bagi mereka memperoleh
Jamsostek. Bahkan sebanyak 9 orang (22,5 %)
Tabel 7. menyatakan sangat mudah untuk mendapatkan
Distribusi Responden Berdasarkaan Kesertaan pada
Program Jamsostek jaminan sosial tersebut. Di perusahaan diketahui
bahwa bagian pelaksana Jamsostek adalah
karyawan yang berada pada jabatan Pelaksana
No Kategori F %
Administrasi Kesejahteraan Karyawan. Mereka
1. Semua program 40 100,0
2. Sebagian program 0 0 mengutip iuran dari karyawan dan melaporkan
3. Belum menjadi peserta 0 0 kepada PT Astek. Berdasarkan pendapat seorang
Jumlah 40 100,0 responden perusahaan tidak pernah mempersulit
responden untuk mendapatkan jaminan tersebut,
Sumber: Data Primer
sebaliknya perusahaan membantu dalam mengurus
jaminan sosial yang harus diterima oleh
Berdasarkan distribusi jawaban responden
responden.
pada Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa
karyawan telah menjadi peserta seluruh program Tabel 9.
Jamsostek. Hal ini terlihat dari jawaban Penerimaan Santunan oleh Responden
responden (N = 40) yang menyatakan telah
menjadi peserta Jamsostek dengan bukti
No. Kategori F %
memiliki kartu peserta Jamsostek dan saldo
1. Pernah 31 82,5
Jaminan Hari Tua. Program Jamsostek yang 2. Beberapa jenis Jamsostek 9 17,5
diikuti yakni Jaminan Kecelakaan Kerja, 3. Tidak Pernah 0 0
Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jumlah 40 100,0
Jaminan Kesehatan. Karyawan dinyatakan
menjadi peserta Jamsostek dihitung setelah Sumber: Data Primer
menjadi pegawai PT Asam Jawa Medan. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
Dengan demikian karyawan telah mempunyai mayoritas responden yang terdiri dari 40 orang
hak untuk mendapatkan upah dan perlindungan telah menerima santunan sebanyak 31 orang
kesehatan, perlindungan kecelakaan kerja dan (77,5%) dan sebanyak 9 orang (22,5%) hanya
lainnya sesuai dengan pasal 25 ayat (1) beberapa menerima santunan. Hal ini
Declaration of Human Right sebagai berikut: dimungkinkan karyawan yang akan menerima
“Setiap warga negara berhak atas hidup santunan seperti jaminan kesehatan yang
yang menjamin kesehatan dan keadaan baik disediakan karyawan tidak dipergunakan dengan
alasan karyawan tersebut malas karena fasilitas
Koleksi BPAD Prov SU 143
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

kesehatan jauh dari rumah/tempat tinggal Tabel 11.


karyawan. Selain santunan kesehatan juga salah Pembayaran Gaji Karyawan yang Belum Bekerja
Karena Kecelakaan Kerja
satunya adalah santunan kemalangan atau
kematian, beberapa karyawan mengaku
bersyukur karena tidak menerima santunan No. Kategori F %
kematian . 1. Semua dibayar 34 90,0
2. Sebagaian dibayar 6 10,0
3. Tidak dibayar 0 0
Tabel 10.
Penggantian Biaya dari Perusahaan Jika Responden Jumlah 40 100,0
Mengalami Kecelakaan Kerja
Sumber: Data Primer

No. Kategori F % Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat


1. Memadai 35 87,5 diketahui bahwa perusahaan memberikan
2. Kurang memadai 5 12.,5 perhatian yang besar kepada karyawan dengan
3. Tidak memadai 0 0
tetap membayarkan gaji terhadap karyawan
Jumlah 40 100,0
yang tidak dapat bekerja. Perusahaan tidak
Sumber: Data Primer tinggal diam membiarkan karyawannya yang
terkena musibah atau yang sedang dalam
Pada Tabel 10 di atas dapat diketahui kesulitan. Tetapi perusahaan tetap memotong
bahwa perusahaan sangat memperhatikan uang transport karyawan yang tidak dapat
karyawannya ini dapat terlihat pada data di atas bekerja dikarenakan sakit. Menurut beberapa
bahwa mayoritas responden menjawab memadai responden mereka merasa perusahaan cukup
sebanyak 35 orang (87,5 %). Perusahaan memperhatikan sehingga kesejahteran karyawan
mengganti seluruh biaya akibat kecelakaan tetap diutamakan. Terlihat dari data mayoritas
kerja. Responden hanya perlu menunjukan responden menjawab perusahaan tetap
bukti-bukti kecelakaan dengan memberikan membayar sebanyak 34 orang (90%). Tentunya
fotokopi kuitansi dari rumah sakit dan apotek ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan
tempat mereka berobat. Karyawan yang kebutuhan keluarga karyawan tentunya.
mengalami kecelakaan kerja akan dirawat di Sedangkan responden yang menjawab hanya
rumah sakit rujukan dari perusahaan setelah itu sebagian saja hal ini dikarenakan responden
fotokopi kuitansi tersebut akan menjadi bukti tersebut adalah karyawan yang baru masuk
untuk mengajukan klaim ke Jamsostek yakni PT bekerja.
Astek. Begitu pula apabila karyawan mengalami
kecelakaan yang cukup berat dan rumah sakit Tabel 12.
yang telah dirujuk tidak dapat menanganinya Santunan Bagi Karyawan yang Meninggal
maka perusahaan pun bersedia memindahkan
karyawan tersebut ke rumah sakit lain yang No. Kategori F %
lebih baik. Responden mengaku untuk biaya 1. Diberikan santunan 34 90,0
kesehatan bagi mereka perusahaan telah 2. Hanya orang tertentu 6 10,0
memberikan yang terbaik. Dapat kita ketahui 3. Tidak diberikan 0 0
bahwa pengobatan kesehatan betul-betul mahal Jumlah 40 100,0
harganya apalagi di era seperti sekarang ini. Sumber: Data Primer
Sehingga tidak dapat dipungkiri biaya kesehatan
yang diberikan perusahaan telah mempengaruhi Pada Tabel 12 di atas dapat diketahui
peningkatan kesejahteraan mereka dan bahwa perusahaan memberikan informasi pada
ketentraman serta perasaan aman karyawan karyawan tentang pemberian tunjangan kematian
dalam bekerja pun dapat lebih produktif lagi. tentunya perusahaan akan melaksanakan
Sedangkan responden yang menjawab kurang kewajibannya dengan memberikan santunan
memadai hanya 5 orang (12,5%). Hal ini kematian kepada karyawannya. Bagitu pula
dimungkinkan karyawan tersebut baru bekerja. dengan biaya pemakaman. Mereka memberikan
kepada pihak keluarga yang ditinggalkan.
Menurut pengakuan responden, pemberian
santunan kematian tersebut sangat membantu
keluarga yang ditinggalkan Hal ini diketahui
144 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

dari jawaban responden sebanyak 34 orang Pada data Tabel 14 di atas dapat diketahui
(90%) dan hanya 6 orang (10%) saja yang fasilitas yang disediakan oleh perusahaan cukup
menjawab hanya orang tertentu saja. Hal ini memadai. Hal ini diketahui dari jawaban
responden adalah karyawan yang baru bekerja. responden sebanyak 24 orang (60%). Responden
Hanya saja mayoritas responden tidak yang menjawab memadai berjumlah hanya 16
mengetahui secara pasti berapa besar jumlah orang (40 %). Fasilitas yang diberikan
biaya yang biasa diberikan kepada ahli waris perusahaan meliputi rawat inap, berobat, check
sebagai santunan apabila ada karyawan yang up, penggantian lensa kaca mata setiap tahun
meninggal dunia. Pihak perusahaan akan serta perobatan dan perawatan gigi. Ini berlaku
mengurus klaim jaminan kematian segera bagi seluruh anggota keluarga karyawan.
sehingga pihak keluarga karyawan yang Responden mengaku bahwa saat ini biaya
ditinggalkan tidak perlu mengurus jaminan rumah sakit sangat mahal sehingga jelas
kematian tersebut. Selain itu sebagai rasa bela fasilitas yang diberikan oleh perusahaan telah
sungkawa para karyawan memberikan membantu karyawan untuk menjaga kesehatan
sumbangan ala kadarnya untuk memberikan mereka. Tentunya dengan kesehatan yang cukup
kepada ahli waris tanpa mengurus biaya baik karyawan dapat bekerja lebih produktif lagi
pemakaman. dan kesejahteraan keluarga mereka dapat
terpenuhi.
Tabel 13.
Pemberian Bantuan Bagi Keluarga Karyawan yang Tabel 15.
Meninggal Jaminan Hari Tua dari Perusahaan
No. Kategori F %
1. Semua mendapat 36 90,0 No. Kategori F %
2. Hanya orang tertentu 4 10,0 1. Cukup Memadai 21 52,5
3. Tidak diberikan 0 0 2. Memadai 19 47,5
Jumlah 40 100,0 3. Tidak Memadai 0 0
Jumlah 40 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 13 di atas dapat diketahui
bahwa perusahaan juga turut serta membantu Pada Tabel 15 dapat diketahui rata-rata
keluarga karyawan yang mengalami musibah responden mengaku bahwa jaminan hari tua
sekalipun di luar hubungan kerja. Hal ini yang akan mereka terima memadai sebanyak 19
diketahui dari jawaban responden yang orang (47,5%). Bahkan 21 orang (52.5%)
menjawab point 1 sebanyak 36 orang (90%). menjawab sangat memadai. Walaupun mereka
Sedangkan sebanyak 4 orang (10%) menjawab juga mengakui bahwa responden itu sendiri
hanya orang tertentu saja. Hal ini dimungkinkan tidak tahu berapa besar jumlah pesangon yang
karyawan tersebut relatif baru bekerja dalam akan mereka terima. Tetapi dengan pembayaran
kata lain dalam proses masuk peserta jaminan iuran yang berasal dari gaji mereka responden
kematian. Anggota keluarga yang mendapatkan yakin perusahaan pasti memberikan yang terbaik
bantuan hanya istri/suami dan anak. Selain itu kepada karyawannya. Masa kepesertaan
sebagai rasa bela sungkawa para karyawan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun semenjak
memberikan sumbangan ala kadarnya untuk pembayaran iuran pertama program jaminan hari
memberikan kepada ahli waris tanpa mengurus tua.
biaya pemakaman. Tabel 16.
Distribusi Karyawan Berdasarkan Gaji per Bulan
Tabel 14.
Fasilitas Kesehatan
No. Kategori (Rp) F %
1. > 3.000.000 11 55,0
No. Kategori F % 2. 1.500.000-3.000.000 22 27,5
1. Cukup Memadai 24 60,0 3. 650.000-1.500.000 7 17,5
2. Memadai 16 40,0 Jumlah 40 100,0
3. Tidak Memadai 0 0
Jumlah 40 100,0 Sumber: Data Primer

Sumber: Data Primer

Koleksi BPAD Prov SU 145


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Berdasarkan data Tabel 18 di atas dapat
responden yang berpenghasilan Rp 650.000,- – diketahui responden yang menerima bonus
Rp 1.500.000,- berjumlah 7 orang (17,5%) dan sebanyak 40 (100%). Hal ini berarti perusahaan
yang berpenghasilan Rp 1.500.000- – Rp memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
3.000.000,- berjumlah 22 orang (55%) dan di atas Menurut responden apabila perusahaan telah
Rp 3.000.000 berjumlah 11 orang (17%). Ini mencapai target produksi yang telah ditentukan
berarti PT Asam Jawa telah menerapkan oleh perusahaan maka bonus yang diterima
penghasilan karyawannya sesuai dengan UMR karyawan minimum sekali setahun dengan jumlah
yang berlaku. Gaji pokok yang diberikan oleh PT lebih besar dari gaji karyawan. Selain bonus
Asam Jawa Medan kepada seluruh karyawanya tunjangan tidak tetap yang diberikan perusahaan
adalah di atas Upah Minimum Provinsi (UMP) meliputi tunjangan sekolah anak karyawan,
yakni Rp 660.000,-perbulan Tahun 2005. lembur, tunjangan jabatan, tunjangan golongan
Beberapa responden merasa gaji yang mereka dan natura dan tunjangan kehadiran yang
terima dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka diberikan saat penerimaan gaji pokok bulanan.
tetapi ada juga responden yang merasa gaji yang Tunjangan diberikan berdasarkan jabatan dan
mereka terima saat ini walaupun sudah melebihi golongan reseponden masing-masing. Beberapa
UMP tetap belum mencukupi kebutuhan mereka responden mengakui bahwa mereka juga sering
dikarena harga-harga yang terus naik dan menerima tunjangan tidak tetap berupa uang
sebagainya. pengganti transportasi terutama apabila responden
melakukan perjalanan dinas keluar kota maka
Tabel 17.
Penerimaan Tunjangan Hari-Hari Besar Agama perusahaan mengeluarkan Surat Perintah Perjalan
Dinas (SPPD). Sedangkan Responden mengaku
dengan pemberian berbagai tunjangan tidak tetap
No. Kategori F %
tersebut dapat meningkatkan serta
1. Menerima 40 100,0
2. Kadang- kadang 0 0 mempertahankan kesejahteraan bagi keluarga
3. Tidak menerima 0 0 karyawan. Responden betul-betul merasa terbantu
Jumlah 40 100,0 dalam mencukupi kebutuhan sehari- hari mereka
tanpa menggangu gaji yang mereka terima.
Sumber: Data Primer
Tabel 19.
Pada Tabel 17 di atas dapat diketahui Cara Karyawan Memperoleh Tempat Tinggal
bahwa mayoritas responden menjawab
menerima 40 orang (100%). Hal ini berarti No. Kategori F %
perusahaan memperhatikan karyawan dari segi
1. Bantuan perusahaan 23 57,5
tunjangan-tunjangan hari besar seperti Idul Fitri, 2. Bantuan keluarga 17 42,5
Natal dan hari besar keagamaan lainnya. dan Perusahaan
Responden mengakui dengan pemberian 3. Diperoleh sendiri 0 0
tunjangan tersebut responden tidak terlalu Jumlah 40 100,0
terbebani dalam mencukupi kebutuhan
Sumber: Data Primer
menjelang perayaan hari besar meliputi uang
belanja kebutuhan makanan dan baju baru yang Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat diketahui
tentunya sangat besar biayanya apalagi bahwa responden 57,5 % atau sebanyak 23 orang
disangkutkan dengan gaji yang mereka peroleh bertempat tinggal sendiri atas bantuan dari
sehingga mereka betul-betul merasa senang perusahaan. Ini membuktikan adanya perhatian
dengan tunjangan yang diberikan perusahaan.
Tabel 18.
perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga
Penerimaan Bonus oleh Karyawan karyawan. Bantuan perusahaan dimasukkan ke
dalam tunjangan perumahan. Tunjangan
perumahan diberikan kepada responden
No. Kategori F %
berdasarkan jenjang dan golongan responden
1. Sangat sering 0 0
2. Sering 40 100,0
masing-masing. Responden yang menjawab poin 2
3. Tidak pernah 0 0 sebanyak 17 orang (42,5%). Menurut pengakuan
Jumlah 40 100,0 responden mereka memperoleh bantuan keluarga
berasal dari warisan.
Sumber: Data Primer

146 Koleksi BPAD Prov SU


Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

Tabel 20. bersekolah. Jelas hampir seluruh responden


Harapan Memiliki Rumah yang Layak Huni merasa terbantu dengan pemberian beasiswa
tersebut. Karena gaji yang mereka peroleh dapat
No. Kategori F % dipergunakan untuk kebutuhan yang lain.
1. Optimis 32 100,0
2. Tidak terlalu optimis 8 20,0 Tabel 22.
3. Pesimis 0 0 Perilaku Frekuensi Menabung Responden
Jumlah 40 100,0

Sumber: Data Primer No. Kategori F %


1. Ya, ditabung 31 77,5
Pada Tabel 20 di atas dapat diketahui 2. Kadang- kadang 9 22,5
3. Tidak di tabung 0 0
bahwa gaji yang diberikan dapat memiliki rumah
Jumlah 40 100,0
yang layak bagi mereka. Hal ini diketahui dari
jawaban responden yang menjawab poin 1 Sumber: Data Primer
sebanyak 32 orang (80%). Oleh karena itu
karyawan dapat menyisihkan tabungan mereka Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
untuk membeli rumah bagi mereka tinggal mayoritas responden setiap bulannya
bersama dengan keluarga tercinta. Seperti telah menyisihkan sebagian gaji yang diterima untuk
diketahui di atas bahwa perusahaan telah ditabung sebanyak 31 orang (77,5%). Hal ini
memberikan tunjangan perumahan kepada berarti gaji yang diterima cukup layak dalam
karyawan. Tunjangan perumahan yang diberikan memenuhi kebutuhan. Sedangkan responden
kepada karyawan berdasarkan golongan dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9
jabatan masing-masing responden. Dan beberapa orang (22,5 %) dimungkinkan gaji yang diterima
karyawan mengaku bahwa tunjangan yang karyawan dipergunakan lebih besar dalam
diberikan menambah gaji pokok yang diberikan memenuhi kebutuhan keluarga sehingga
dan selain itu tunjangan tersebut juga cukup untuk kesempatan untuk menabung tidak kontinu.
mendapatkan rumah yang layak dalam persepsi Dari hasil penelitian dengan
masing-masing. Sedangkan karyawan menjawab menggunakan penyebaran kuesioner dan
kurang mencukupi sebanyak 8 (20 %). Hal ini memberikan tabulasi ke dalam tabel tunggal
dikarenakan karyawan tersebut belum memiliki maka dapat diambil kesimpulan umum bahwa
jabatan yang tinggi sehingga tunjangan implementasi Jamsostek dan kesejahteraan
perumahan yang diberikan tidak terlalu besar. keluarga karyawan telah berjalan dengan baik di
PT Asam Jawa Medan. Dalam hal mengenai
Tabel 21. Jamsostek dapat kita lihat pada Tabel 7 bahwa
Keinginan dan Optimisme Responden Menyekolahkan 100 % karyawan telah terdaftar menjadi peserta
Anak
Jamsostek. Pelaksanaan Jamsostek telah
seluruhnya diikuti oleh perusahaan seperti
No Kategori F % jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan,
1. Optimis 40 100,0 jaminan hari tua dan jaminan kematian. Dilihat
2. Kurang optimis 0 0 pada Tabel 8 Karyawan juga tidak merasa
3. Tidak optimis 0 0
kesulitan memahami prosedur Jamsostek
Jumlah 40 100,0
terbukti jawaban karyawan 77,5 % hal ini
Sumber: Data Primer dikarenakan dalam pelaksanaannya perusahaan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui betul-betul terlibat dalam memberikan
bahwa mayoritas responden mempunyai keterangan mengenai Jamsostek.
keinginan besar menyekolahkan anaknya sampai Dalam hal penerimaan Jamsostek pada
pada pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini Tabel 9 sebanyak 77,5 % karyawan telah
diketahui dari jawaban responden di atas yang menerima santunan berupa santunan kesehatan
menjawab “ya” ada sebanyak 40 orang (100%) dan santunan kematian sedangkan sisanya 22,5
sehingga dimungkinkan kondisi kesejahteraan % karyawan bersyukur belum pernah menerima
karyawan sudah membaik. Responden mengaku santunan kematian. Pada Tabel 12 juga dapat
pada saat ini biaya sekolah sangat besar dan dilihat bahwa 90 % mengaku bahwa perusahaan
mahal harganya. Apalagi diketahui bahwa rata- juga mengurus pemberian santunan biaya
rata responden memiliki anak yang telah
Koleksi BPAD Prov SU 147
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

pemakaman dan juga hal ini berlaku bagi mengaku selain bantuan perusahaan juga
keluarga karyawan. mendapatkan bantuan dari keluarga mereka
Dalam hal penggantian biaya yang yang merupakan hasil dari warisan. Pada Tabel
diberikan perusahaan terhadap karyawan yang 20 sebanyak 80 % karyawan merasa dapat
mengalami kecelakaan juga cukup memadai mempunyai harapan memiliki rumah yang
pada Tabel 10 sebanyak 87 % karyawan layak.
mengatakan dengan tercukupinya biaya Dalam hal menyekolahkan anak karyawan
kesehatan yang diberikan tentunya mereka tidak pada Tabel 21 karyawan 100 % berkeinginan
perlu memikirkan biaya pengobatan sekarang menyekolahkan anak dan 90 % karyawan
yang begitu besar sehingga kebutuhan hidup merasa sangat bersemangat untuk
tidak terganggu. Begitu juga pada Tabel 14 menyekolahkan anak mereka sampai
dapat dilihat karyawan mengaku dengan keperguruan tinggi terlihat pada Tabel 22.
pemberian fasilitas kesehatan yang telah Tetapi sebanyak 10 % karyawan kurang
disediakan oleh perusahaan bagi keluarga bersemangat hal ini dikarenakan bahwa
mereka, sebanyak 40 % karyawan merasa dibandingkan perusahaan perkebunan swasta
senang karena fasilitas kesehatan yang diberikan lainnya beasiswa yang mereka terima sangat
perusahaan memadai bahkan 60 % karyawan minim.
mengatakan sangat memadai. Pada Tabel 23 sebanyak 77,5 % karyawan
Pada Tabel 15 sebanyak 47,5 % karyawan dapat menabung sehingga ini membuktikan
mengatakan bahwa jaminan hari tua yang akan bahwa pemenuhan kebutuhan mereka telah
mereka dapat kelak memadai bahkan yang tercukupi. Sedangkan sebanyak 22,5 %
menjawab cukup memadai sebanyak 52,5%. hal menjawab kadang-kadang ditabung, hal ini
ini jelas membuktikan karyawan tidak perlu dimungkinkan kebutuhan yang mereka yang
merasa kuatir apabila masa purna tugas itu tiba terlalu besar sehingga menabung pun tidak
karena jaminan hari tua yang mereka dapat kontinu.
kelak dilaksanakan dengan baik dan jujur oleh
perusahaaan. Kesimpulan
Selain J amsostek pemberian
kesejahteraan keluarga karyawan oleh PT Asam Dari hasil penelitian yang dilakukan
Jawa Medan juga telah terlaksana dengan baik mengenai Implementasi Jamsostek dan
hal ini dapat kita lihat pada Tabel 16 bahwa Kesejahteraan Keluarga Karyawan maka
perusahaan telah menetapkan pemberian upah di kesimpulan umum yang dapat diperoleh adalah:
atas UMR yang berlaku. Pemberian tunjangan- 1. Seluruh karyawan PT Asam Jawa telah
tunjangan oleh perusahaan juga telah berjalan memper oleh Jamsostek. Umumnya
dengan baik dapat kita lihat pada Tabel 17 responden merasa dengan adanya Jamsostek
sebanyak 100 % karyawan telah menerima perusahaan peduli terhadap kesejahteraan
tunjangan hari besar. Karyawan mengaku bahwa keluarga karyawan itu sendiri. Baik di saat
tunjangan hari besar yang mereka terima sudah terjadi kecelakaan kerja maupun kematian.
dapat membantu mencukupi kebutuhan Jamsostek juga merupakan penghargaan
menjelang hari raya. terhadap kar yawan yang telah
Pada Tabel 18 karyawan mengaku menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada
sebanyak 100 % karyawan menjawab sering perusahaan tempat mereka bekerja.
menerima bonus. Selain bonus terlihat 2. Jaminan hari tua selain dilaksanakan oleh
perusahaan juga memberikan kepada karyawan PT Astek juga dijalankan oleh Yayasan
berupa tunjangan kehadiran, tunjangan Dana Pensiun Perusahaan. Seluruh
golongan, natura, tunjangan jabatan, tunjangan responden merasa pemberian jaminan hari
perumahan. Karyawan mengaku dengan adanya tua mereka memadai sehingga mereka tidak
banyak tunjangan yang diberikan dapat perlu kuatir apabila masa purna tugas itu
meningkatkan serta mempertahankan kesejahteraan tiba.
bagi keluarga mereka. 3. Jaminan kesehatan juga sangat membantu
Dalam hal menerima tunjangan karyawan dalam memperoleh kesehatan
perumahan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa bagi keluarga mereka. Apalagi di saat ini
57 % karyawan memperoleh bantuan dari biaya kesehatan yang sangat mahal sangat
perusahaan sedangkan 42,4 % karyawan
148 Koleksi BPAD Prov SU
Utamaningsih dan Siagian, Implementasi Jaminan Sosial...

mempengaruhi karyawan dalam memenuhi 2. Pihak perusahaan PT Asam Jawa Medan


kehidupan bagi keluarga mereka. sudah memberikan kebijakan yang arif
4. Wujud kepedulian PT Asam Jawa Medan tentang pelaksanaan Jamsostek begitu pula
juga ditujukan oleh pemberian berbagai ditambah dengan pemberian tunjangan tetap
tunjangan dan fasilitas-fasilitas kerja bagi dan tunjangan tidak tetap. Hal ini
karyawannya seperti tunjangan tidak tetap menunjukan bahwa PT Asam Jawa sudah
yang diterima dalam bentuk tunjangan memberikan contoh yang baik dalam usaha
kehadiran, penggantian uang transport, upah peningkatan kesej ahteraan karyawan.
lembur, dan lain- lain. Berdasarkan hasil Untuk itu agar cara yang sudah ditempuh
penelitian responden mengaku karyawan dapat dipertahankan dan dapat ditingkatkan.
merasa terbantu dalam mencukupi 3. Dalam tingkat mencapai tujuan
kehidupannya. kesejahteraan karyawan yang lebih optimal
5. Dalam hal kepemilikan rumah PT Asam ternyata PT Asam Jawa Medan telah
Jawa Medan juga memberikan tunjangan memberikan apa yang menjadi hak
perumahan bagi kar yawannya. karyawan. Untuk itu kepada karyawan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa diharapkan dapat meningkat kan
tunjangan perumahan yang diberikan dapat produktivitasnya agar pemberian
memberikan harapan kepada karyawan kesej ahteraan dapat ditingkatkan
untuk memiliki rumah yang layak bagi dan dipertahankan.
keluarga tercinta.
6. Berdasarkan hasil penelitian dengan adanya
beasiswa yang diberikan oleh PT Asam Jawa
Daftar Pustaka
terhadap keluarga karyawan dirasakan
Abud, Abdul Ghani, 1987, Keluarga Muslim
sangat membantu dalam menyekolahkan
dan Berbagai Macam Masalahnya,
anak mereka sampai ke perguruan tinggi.
Pustaka Bandung.
Mereka juga sangat bersemangat dalam
menyekolahkan anak mereka setinggi-
Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian
tingginya walaupun didapatkan beberapa
Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
responden mengaku bahwa beasiswa yang
Yogyakarta, 1993
diberikan perusahaan terhadap karyawannya
sangat minim dibandingkan perusahaan
perkebunan kelapa sawit swasta lainnya. Asikin, Zainal, et al, 1993, Dasar-dasar Hukum
Perburuhan, Raja Grafindo Persada
7. Implementasi Jamsostek dan kesejahteraan
Indonesia
keluarga karyawan yang telah dilakukan
oleh PT Asam Jawa Medan ternyata sangat
Cohen, Bruce C. 1992, Sosiologi Suatu
membantu karyawannya dalam mencapai
kesejahteraan bagi keluarga mereka Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.

Hasibuan, S.P. Malayu, H., 2003, Manjemen


Saran
Sumber Day Manusia. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hasil penelitian ini pada akhirnya
mencoba memberi masukan atau saran yang
Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum
ditujukan kepada semua pihak yang
Ketenagakerjaan Indonesia, PT Rineka
berkepentingan, di sini penulis mencoba
Cipta, Jakarta.
memberi saran antara lain:
Kansil, Christine, 1997, Pokok- Pokok Hukum
1. Pemberian beasiswa yang minim dirasakan
JAMSOSTEK, Pustaka Sinar Harapan.
beberapa karyawan sehingga untuk
menyekolahkan anak mereka tidak begitu
Kertonegoro, Sentanoe. Et al, 1993, Prinsip dan
dapat mencukupi biaya sekolah yang besar
Praktik Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
sehingga diharapkan kepada pihak PT Asam
Jakarta.
Jawa dapat lebih meningkatkan jumlah
pemberian beasiswa tersebut agar semua
karyawan merasa senang dan terbantu.

Koleksi BPAD Prov SU 149


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 132-150

Lanny, Ramli, 1997, Jaminan sosial tenaga Soehartono,Irawan, 2004, Metode Penelitian
kerja Indonesia, Airlangga Universitas Sosial, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Press.
Suharsimi, Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian,
Manulang, Sendjun, 2001, Pokok Hukum Bina Aksara, Jakarta
Ketenagakerjaan Indonesia, PT Rineka
Cipta, Jakarta. Wahab, Solichin Abdul, 1991, Analisis
Kebijaksanaan Dari Formulasi
Nawawi, Hadari, 1991, Metode Penelitian Keimplementasi Kebijakan Negara, Bumi
Bidang Sosial, Gajah Mada Universitas Aksara, Jakarta..
Press, Yogyakarta.

Nurdin, Fahdi, 1989, Pengantar Studi Pekerjaan Sumber-sumber lain:


Sosial, Angkasa Bandung.
Majalah Jamsostek, Edisi 4 April – Mei 1996
Partowisastro, Koestoer, 1983, Dinamika
Psikologi Sosial, Gajah Mada Universitas Majalah Jamsostek, Edisi 7 Oktober –
Press, Yogyakarta. September 1995

Siagian S.P, 1999, Manajemen Sumber Daya www.yahoi.com (Jamsostek, Jakarta), Suara
Manusia, PTRajawali Press, Jakarta. Karya “Jamsostek TingkatkanTarget
Laba dan Kepesertaan” Minggu, 19
Simanjuntak, Payaman, J, 1994, Pengantar Februari 2006.)
Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE
Universitas Indonesia, Jakarta www.nakertrans.go.id. (Prof. Dr. Payaman J.
Simanjuntak.)

Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Forum Diskusi Kompleksitas Masalah Tenaga
Survei, LEP3S, Jakarta. Kerja.

150 Koleksi BPAD Prov SU


ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PENSIUNAN PADA
KANTOR PUSAT PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I
MEDAN

Fahru Izhar & Edward

Abstract

The goal of research about retired state company officials welfare is shows the fact how is
the level of welfare of retired state company in centre office of Pelabuhan Indonesia I PT
in Medan. The life style of retired officials contribute to reach the happiness and welfare
retired time for officials. The happiness and welfare mention that they are good in health,
have money enough, and well in social interaction and their environment. This is a
descriptive research shows how are their condition in 5 years later. The research data
collected from 46 retired officials of centre office Pelabuhan Indonesia I in Medan. The
research result shows that retired state company officials have economy activities in
formal and informal field. They have house good for lived, good in social interaction and
environment, and have two income resources are the company and new economy activity.

Keywords: welfare, happiness

Pendahuluan berkurang untuk meneruskan aktivitas bekerja.


Data di atas menunjukkan bahwa pada umur
Kemajuan zaman yang diiringi dengan tertentu manusia akan mengalami penurunan
kemajuan teknologi memiliki pengaruh yang produktivitas, penurunan produktivitas tersebut
sangat besar terhadap generasi tua. Teknologi mengharuskan manusia untuk mengurangi,
maju telah menciptakan ribuan pekerjaan baru bahkan melepaskan keterlibatan diri dari
yang menuntut pendidikan dan keahlian, tetapi berbagai pekerjaan.
teknologi maju juga membatasi dan menurunkan Di Indonesia, golongan karyawan
kebutuhan ribuan pekerjaan yang membutuhkan merupakan salah satu faktor yang ikut
keahlian rendah. Salah satunya adalah pekerja menentukan di dalam gerak roda ekonomi
tua. Pekerja tua cenderung memiliki pendidikan bangsa. Jika diperhatikan pada saat ini,
dan keahlian yang terbatas dan keahlian mereka kecenderungan yang terjadi adalah semakin
mungkin tidak sesuai dengan industri modern, meningkatnya penduduk berusia 55 tahun ke
sehingga para pekerja tua sering menjadi hasil atas dan meningkatnya batas umur produktif.
penolakan dari pasar tenaga kerja. Hal ini Pada masa aktif bekerja karyawan memiliki
dikarenakan para pekerja tua dianggap sebagai jadwal kerja yang terencana dan ketat,
manusia yang memiliki produktivitas yang menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk
rendah, bahkan sama sekali tidak produktif. Dari menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
segi umur dan produktivitas, data yang ada Pekerjaan dilakukan untuk kemajuan karier dan
menunjukkan bahwa menurut kelompok umur, perusahaan serta demi mendapatkan upah atau
mereka yang produktivitasnya rendah ditentukan di gaji guna memenuhi kebutuhan hidup.
kelompok umur 60-64 tahun Setelah memasuki masa pensiun, aktivitas
(www.depnaker.co.id). Ini menunjukkan bahwa bekerja seorang karyawan akan berkurang,
pada umur tersebut kekuatan manusia mulai bahkan putus sama sekali. Setelah berhenti dari

Fahru Izhar adalah Staf di Centra Mitra Remaja Medan, Edward adalah Staf Pengajar Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

Koleksi BPAD Prov SU 151


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

pekerjaan, pensiunan akan kehilangan aktivitas lainnya yang hidup dan tumbuh dalam
kesehariannya. Tidak ada lagi rutinitas kerja masyarakat tersebut.
yang padat dan terencana. Status dan peranan Dalam uraian ini akan dikutip beberapa
dalam lingkungan kerja pun ditinggalkan. definisi kesejahteraan sosial, yang dimaksudkan
Sebagian besar karyawan mengimpikan untuk mencari landasan yang jelas tentang
kebahagiaan di masa pensiunnya (adanya pengertian kesejahteraan sosial. Secara umum
jaminan pendapatan dari berbagai sumber, yang dimaksud dengan “kesejahteraan sosial”
seperti dana pensiun, jaminan sosial, tunjangan adalah keadaan sejahtera, pada umumnya
pribadi, dan lain-lain), tetapi hanya sebagian meliputi jasmani, rohani dan sosial. Menurut
kecil yang mengalami hal itu. Sebagian lagi Walter A. Friedlander (dalam Nurdin, 1990: 26)
karyawan “tidak makmur” pada masa mengatakan:
pensiunnya (Coleman, 1987: 253). “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang
Karyawan yang tidak makmur masa terorganisir dari pelayanan-pelayanan
pensiunnya merasa khawatir menghadapi masa sosial dan lembaga-lembaga yang
pensiun. Kekhawatiran ini semakin besar, bertujuan untuk membantu individu dan
ditambah lagi terdapatnya unsur pokok yang kelompok untuk mencapai standar hidup
menjadikan dasar untuk tetap melakukan dan kesehatan yang memuaskan, dan
hubungan kerja. Pada umumnya, mengingat relasi-relasi pribadi dan sosial yang
keadaan ekonomi dan tingkat ekonomi memungkinkan mereka mengembangkan
masyarakat tenaga kerja, pemutusan hubungan kemampuannya sepenuh mungkin dan
kerja karena usia lanjut tidaklah diterima dengan meningkatkan kesejahteraan selaras
gembira (Poerwono, 1982: 150). dengan kebutuhan keluarga dan
Ditinjau secara harfiah, kesejahteraan masyarakat.”
(sejahtera) mempunyai arti “aman, sentosa,
makmur atau selamat (terlepas dari sagala Undang-Undang Dasar 1945 merumuskan
macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya). bahwa perjuangan bangsa Indonesia antara lain
Sedangkan istilah “sosial” menurut Dr. J. A bertujuan untuk mencapai kesejahteraan sosial
Ponsion mempunyai dua arti yang berbeda, bagi seluruh rakyat Indonesia, karena itu setiap
yaitu: warga negara Indonesia berhak atas
1. Sebagai suatu indikasi dari kehidupan kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya. Agar
bersama makhluk manusia, umpama dalam kesejahteraan sosial itu dapat dicapai, maka
kebersamaan rasa, berpikir, bertindak dan setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib
dalam hubungan dengan manusia. menurut kemampuannya masing-masing untuk
2. Sejak abad ke-19 istilah sosial mempunyai sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha
konotasi yang berbeda, lebih sentimental kesejahteraan sosial.
dan karena itu menjadi agak kabur, seperti Dalam penjelasan umum tentang
istilah yang serupa yang dikaitkan dengan Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan
persoalan kemiskinan dan ketelantaran Sosial, yang dituangkan dalam Undang-Undang
orang, sebagai contoh: pekerja sosial, No. 6 Tahun 1974, bahwa setiap warga negara
pelayanan sosial, aksi sosial dan berhak hidup layak, bebas dari penindasan dan
semacamnya (Coleman, 1987: 23). penghisapan, bebas dari kehinaan dan
kemiskinan. Maka dalam hal ini usaha-usaha
Dari konotasi ini, kemudian berkembang kesejahteraan sosial harus dilaksanakan oleh
dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pemerintah dan seluruh masyarakat secara
pembaharuan masyarakat yang bertujuan bersama-sama atas dasar kekeluargaan.
menanggulangi kemiskinan dan ketelantaran. Perkembangan perikehidupan sosial yang sehat
Permasalahan kesejahteraan sosial yang begitu akan tumbuh dari masyarakat itu sendiri, tanpa
luas dan kompleks telah menyebabkan adanya paksaan dari luar. Sebaliknya
timbulnya beraneka pemahaman konsepsi dan pemerintah wajib memberikan pengarahannya
usaha perwujudan kesejahteraan itu dalam serta menetapkan garis-garis kebijaksanaan yang
masyarakat setiap negara. Setiap negara diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran
mempunyai batasan pengertian sendiri tentang tertentu.
kesejahteraan sosial dan penggunaannya Usaha-usaha kesejahteraan sosial itu
dipengaruhi oleh sejarah, nilai budaya dan faktor mewujudkan sarana utama untuk secara
152 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

langsung dapat memperbaiki syarat-syarat menempatkan buruh dan keluarganya


kehidupan dan penghidupan rakyat, sehingga dalam penghidupan yang sangat sulit.”
rakyat akan lebih mampu dan bersedia untuk
aktif ikut serta dalam usaha-usaha pembangunan Gaji yang diterima pada masa aktif kerja
nasional. Oleh karena itu usaha-usaha pada umumnya cukup untuk memenuhi
kesejahteraan sosial tersebut perlu kebutuhan hidup. Memasuki masa pensiun
diselenggarakan sebagai bagian integral dari jumlah pendapatan yang diterima sejumlah
usaha-usaha pembangunan nasional ke arah karyawan mengalami pengurangan yang cukup
mempertinggi taraf hidup seluruh rakyat besar. “.... Hanya sebagian kecil penduduk di
Indonesia. Indonesia yang menerima tunjangan di hari tua,
Usaha kesejahteraan sosial merupakan yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai
usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan swasta. Untuk golongan ini pun pendapatan
manusia. Elizabeth Nicholds mengemukakan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan
empat dasar kebutuhan manusia, yaitu: sehari-hari.” (Simanjuntak, 1985: 16).
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan Pada umumnya para karyawan pada
rasa aman, kebutuhan untuk mencapai sesuatu Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang
dan kebutuhan agar diterima dalam kelompok. memasuki masa pensiun mendapatkan penghasilan
Sedangkan Laird (dalam Ellinor, 1995: 217) yang jauh lebih rendah dibandingkan pada masa
menguraikan lima tingkat kebutuhan manusia aktif bekerja. Pada masa aktif bekerja gaji yang
sebagai berikut: diterima disesuaikan dengan golongan dan
1. Kebutuhan untuk hidup jabatan pada perusahaan yag bersangkutan,
2. Kebutuhan merasa aman sedangkan pada masa pensiun, gaji yang
3. Kebutuhan untuk bertingkah laku sosial diterima oleh karyawan disesuaikan pada tingkat
4. Kebutuhan untuk dihargai golongan di kalangan pegawai negeri (Peraturan
5. Kebutuhan melakukan pekerjaan yang Dana Pensiun Perusahaan Pelabuhan dan
disenangi Pengerukan, 2001).
Pendapatan yang rendah tersebut dapat
Pengelompokan lain yang cukup dikenal dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
adalah dari Maslow, yaitu: hidup apabila ada penambahan dari berbagai
1. Kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, sumber dana seperti dana pensiun, jaminan
makan dan sebagainya) sosial, tabungan pribadi, dan lain-lain. Akan
2. Kebutuhan akan rasa aman tetapi hanya sebagian kecil yang dari mereka
3. Kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi mengalami hal itu. Ada beberapa perusahaan
4. Kebutuhan untuk penghargaan yang hanya memberikan gaji tanpa ada
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri dan penambahan sumber dana lain kepada
bertumbuh (Maslow, 1982: 24). karyawannya yang memasuki masa pensiun.
Permasalahan dari segi lain adalah faktor-
Oleh karena itu maka usaha kesejahteraan faktor sosial-ekonomis. Bagaimanapun
sosial merupakan usaha serta strategi untuk pemutusan hubungan kerja akan membuat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, perubahan-perubahan kemasyarakatan dan
seperti kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan di ekonomis dari karyawan yang bersangkutan.
atas. Untuk mengatasi keadaan dan tingkat Tidak semua karyawan yang telah lanjut usianya
ekonomi dari tenaga kerja terlihat pemerintah telah selesai dengan tugas kemasyarakatannya,
menetapkan upah minimum yang cenderung misalnya menyiapkan anak-anaknya menjadi
naik setiap tahun. Sasarannya adalah paling anggota masyarakat sepenuhnya. Pemutusan
sedikit cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup hubungan kerja akan mempengaruhi tugas
karyawan dan keluarganya. Seperti yang kemasyarakatannya. Juga, tidak semua
dikatakan Hadi Poerwono (1982: 5): karyawan karena mencapai usia lanjut berkurang
“Kalau pada umumnya upah yang kebutuhan hidupnya. Berkurang atau
diterima buruh di Indonesia belum berhentinya hasil-hasil yang diterima setelah
merupakan upah buruh, maka terjadinya pemutusan hubungan kerja akan
penghentian dari pekerjaan disertai mempengaruhi juga kehidupannya (Poerwono,
dengan berkurangnya pendapatan dan 1982: 150).
terputusnya sumber hidup akan

Koleksi BPAD Prov SU 153


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti waktunya dengan hal-hal yang digemari.
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Biasanya pensiunan akan melakukan
tingkat kesejahteraan pekerja pada masa aktivitas liburan dan bepergian.
pensiun. Oleh sebab itu peneliti akan meneliti b. Tahap Kesengsaraan (Disenchantment)
mengenai Analisis Tingkat Kesejahteraan Tidak semua pensiunan melewati tahap
Pensiunan pada Kantor Pusat PT (Persero) ini. Hanya mereka yang tidak
Pelabuhan Indonesia I Medan. mempersiapkan diri yang biasanya
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun mengalami tahap ini. Setelah tahap
1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun bulan madu mulai membosankan,
Janda/Duda Pegawai, pensiun adalah banyak pensiunan yang mengalami
pemberhentian dengan hormat kepada pegawai kekecewaan hidup depresi, “post power
atau karyawan yang telah mencapai batas sidrom” dan merasa tidak punya apa-
ketentuan usia dan masa kerja sesuai dengan apa lagi, ditambah dengan lingkungan
aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. sosial baru yang membuat pensiunan
Beberapa ahli sosiologi mencoba merasa asing.
memahami tahap-tahap kehidupan setiap
manusia. Adapun tahap-tahap tersebut adalah: 3. Pensiun
1. Tahap Masa Mempersiapkan Pensiun (pre- a. Tahap Reorientasi (Reorientation)
retirement) Pada tahap ini pensiunan mulai
Tahapan ini adalah masa persiapan hingga mengadakan kaji ulang dan melakukan
sampai tibanya masa pensiun yang penyesuaian diri terhadap kehidupan
sesungguhnya. Di kalangan instansi yang baru. Bantuan yang diterima dari
pemerintah tahapan ini dikenal dengan Masa lingkungan sekitar dan lembaga-
Persiapan Pensiun (MPP). Tahapan ini lembaga yang mempunyai program
dibedakan atas dua, yaitu: untuk itu.
a. Tahap Jauh (Remote) b. Tahap Stabilitas (Stability)
Pada tahap ini karyawan berada di Pada tahap ini, pensiunan mulai
beberapa tahun sebelum tibanya masa menyadari bahwa ia harus dapat
pensiun. Suatu kenyataan adalah tidak menyesuaikan diri dengan gaya hidup
ada karyawan yang ingin lebih awal dan peran-peran sosialnya yang baru.
untuk pensiun, dan tidak ada karyawan Pensiunan akan melakukan rutinitas
yang tetap bekerja terus sampai mati. Di kegiatan yang baru.
dalam pikiran karyawan telah terlintas
pikiran bahwa akan tiba saatnya bagi 4. Akhir Pensiun (Termination)
mereka untuk keluar dari tempat Tidak semua pensiunan mengalami tahap ini
bekerja. Dengan demikian antisipasi dan dikarenakan kematian. Di dalam tahap ini
penyesuaian diri terhadap masa pensiun ditandai dengan semakin bertambahnya
dilakukan. umur, kondisi fisik yang semakin lemah.
b. Tahap Dekat (Near) Kegiatan rutin dalam tahap stabilitas
Di tahap ini, karyawan berada di mana berkurang yang berangsur-angsur lepas.
tibanya masa pensiun, karyawan merasa Hidup yang tergantung pada orang lain atau
teman-teman di sekeliling lembaga. Pensiunan semakin dekat dengan
memandangnya dalam perspektif jangka kematiannya. Dari tahap-tahap pensiun di
pendek. Beberapa pekerjaan dikurangi, atas terlihat bahwa masa pensiun tidaklah
adakalanya diminta untuk datang secara tiba-tiba. Karena itu,
melatih/membimbing penggantinya. sebenarnya dapat dilakukan berbagai
persiapan yang direncanakan sebelum masa
2. Peristiwa Pensiun pensiun (Flippo, 1992: 285)
a. Tahap Bulan Madu (Honeymoon) Kelangsungan bekerja, untuk sebagian
Tahap ini terjadi setelah pensiunan pensiunan merupakan hal yang tidak
memasuki masa pensiun. Pada tahap ini diinginkan lagi. Meskipun, mereka telah
pensiunan merasakan masa pensiun menyadari bahwa telah mencapai usia jauh
sebagai suatu masa yang menyenangkan, di bawah batas produktivitasnya, bahkan
meraih kebebasan untuk mengisi
154 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

kadang-kadang telah segan untuk terus Dengan adanya masalah yang dihadapi
bekerja. Tetapi demi mempertahankan dalam hal pendapatan di masa pensiun,
kelangsungan sumber penghidupan, mereka untuk sebagian besar pensiunan mengalami
terpaksa mempertahankan untuk tetap ketakutan. James Coleman mengatakan
bekerja. cukuplah beralasan bagi sebagian besar
Dalam hal ini bagaimanakah potensi dan orang untuk takut mengenai keuangan
kemampuan karyawan yang bekerja setelah (Coleman, 1987: 252). Untuk memenuhi
pensiun? Alsop dan Wojahn mengatakan kita kebutuhan hidup sehari-hari, pensiunan
tidak perlu menghilangkan bakat dan mengandalkan dari satu atau beberapa
produktivitas karyawan dan rencana pensiun sumber pendapatan. Menurut Bernard
di masa depan. Mungkin terlalu dini tidak Benjamin rumah tangga pensiunan
perlu membebani dengan peningkatan jam mengandalkan dari antara beberapa sumber
kerja penuh. Dengan menciptakan yaitu pekerjaan, tabungan, sumber yang
pemecahan seperti pilihan pekerjaan yang dimiliki, tunjangan jaminan sosial
sebagian waktu atau kurang mementingkan (Benjamin, 1987: 159).
fisik (Craig, 1984: 545). James Coleman dan Donald Cressey
Hadi Poerwono mengatakan di dalam mengemukakan mayoritas terbesar dari
masyarakat bentuk-bentuk usaha di orang tua menerima sebagian besar
Indonesia kini tampak gejala-gejala untuk pendapatan mereka dari tunjangan jaminan
sedapat mungkin mempertahankan tenaga sosial dan pensiun pribadi atau pemerintah
kerja lama, terlebih lagi dalam tugas-tugas (Coleman, 1987: 26).
pekerjaan yang memerlukan kemahiran dan
keahlian. Bahkan tampak pula 6. Hubungan Antar-pribadi Pensiun
kecenderungan untuk menerima tenaga baru Salah satu unsur yang mempengaruhi dalam
yang berasal dari perusahaan lain atau masa pensiun adalah hubungan antar-
instansi pemerintah yang telah diberhentikan pribadi. Hubungan antar-pribadi merupakan
(Poerwono, 1982: 153). gambaran dari status dan peranan seseorang.
Hubungan antar-pribadi dalam masa
5. Pendapatan Pensiunan pensiunan artinya adalah bagaimana
Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa pensiunan membawa diri dalam hubungan
kendala utama dari seorang karyawan untuk dengan orang lain, terutama dengan mereka
pensiun salah satunya adalah pendapatan. Di yang hampir selalu berada di dekatnya.
mana pendapatan akan mempengaruhi Robert C. Atchly mengatakan sebagian
faktor-faktor yang lain seperti aktivitas besar interaksi yang dihargai untuk sebagian
bekerja, kebutuhan sandang dan pangan, besar usia lanjut adalah dengan anggota
biaya pengobatan, perlengkapan rumah, keluarganya, khususnya anak dewasa
penampilan. Menurut David Popenoe dan mereka. Keintiman antara anak dan orang
Robert C. Athcly bahwa pendapatan tua dapat dilihat dalam beberapa cara.
pensiunan akan berkurang dengan tibanya Pertama, jarak rumah anak dan rumah orang
masa pensiun. Umumnya sebesar setengah tua tidak lebih dari satu jam perjalanan.
dari pendapatan mereka sebelum pensiun Dua, sering mengunjungi untuk melihat dan
(Coleman, 1987: 256). berbicara pada anak cucu. Tiga, orang tua
Namun Grace Craig mengatakan untuk sering memberi nasehat, hadiah, bahkan
sebagian besar orang, pensiun tidaklah uang (Thio, 1986: 272).
berarti benar-benar kehilangan secara Pensiunan juga berhubungan dengan
ekonomis, tetapi dibutuhkan untuk hidup lingkungan sosialnya terutama dengan
setengah dari pendapatan mereka terakhir. kelompok seumur. Logino, Mc Celland dan
Berarti pensiunan harus belajar untuk hidup Peterson (dalam Thio, 1986: 275)
sesuai dengan pendapatan beberapa tahun mengatakan :
sebelum pensiun. Biasanya pendapatan “Ditemukan bukti bahwa usia lanjut
beberapa tahun sebelum pensiun merupakan lebih sering senang berinteraksi
titik puncak pendapatan masa kerja (Craig, dengan orang tua lain. Usia lanjut
1984: 542). berinteraksi dengan kelompok seumur

Koleksi BPAD Prov SU 155


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

mereka daripada dengan orang-orang mengumpulkan data melalui wawancara yang juga
dari usia lain, membentuk orientasi dipandu dengan kuesioner dan observasi.
kesadaran-kesadaran politis sebagai Data yang dikumpulkan dianalisis secara
kelompok mereka sendiri, dan deskriptif kualitatif, di mana pengolahan data
mengembangkan suatu kekuatan, dilakukan dengan manual. Data dikumpulkan dari
gambaran diri yang lebih positif.” hasil kuesioner dan wawancara, kemudian
ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi
Metode Penelitian dan kemudian dianalisis. Data penelitian dianalisis
berdasarkan perhitungan persentase dari setiap
Penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan tabel. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek yang bersifat uji statistik karena analisis ini hanya
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada, bersifat deskriptif.
yang dikumpulkan melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara. Adapun yang Hasil Penelitian dan Pembahasan
digambarkan dalam penelitian ini adalah
gambaran beberapa faktor sosial dan ekonomi Dalam bagian ini, penulis mencoba
dari karyawan dalam masa pensiun. Gambaran menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil
pensiunan melakukan aktivitas bekerja, kuesioner dan wawancara yang diajukan kepada
pendapatan pada waktu pensiun, hubungan responden, yaitu para pensiunan Kantor Pusat
pribadi yang dilakukan dan kondisi rumah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
tempat tinggal di masa pensiun. terhitung mulai 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari
Lokasi penelitian dilakukan di Kantor tahun 2000 – 2005 yang berjumlah 187 orang,
Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang diwakili oleh 46 orang. Adapun data-data
Medan dan pada alamat pensiunan yang yang dianalisis dalam bab ini adalah:
dijadikan sampel penelitian, yaitu hanya para
pensiunan yang berdomisili di Kota Medan. Tabel 1.
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
pensiunan di Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan, terhitung dari tahun 2000 – No Usia F %
2005, menurut data dari pihak Pelabuhan 1 58 – 62 27 58,7
Indonesia adalah sebanyak 187 orang. 2 63 – 67 13 28,3
3 68 – 72 6 13,0
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
Jumlah 46 100,0
yang diteliti. Jika peneliti mempunyai beberapa
ratus subjek dalam populasi, maka dapat Sumber: Data Primer
ditentukan sampel sebesar 25 – 30% dari jumlah
subjek tersebut (Suharsini, 2003: 125). Maka Data dari Tabel 1 di atas menunjukkan
sampel yang diambil adalah 25% dari 187 orang, bahwa 27 responden (58,70%) berada pada
yaitu sebanyak 46 orang. Teknik yang digunakan kelompok usia 58 – 62 tahun, 13 responden
dalam pengambilan sampel adalah dengan Teknik (28,26%) berada pada kelompok usia 63 – 67
Purposive Sampling, di mana sampel dipilih tahun, dan 6 responden (13,04%) berada pada
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu kelompok usia 68 – 72 tahun. Dengan demikian
sesuai dengan variabel penelitian (Singarimbun, dapat disimpulkan bahwa responden didominasi
1989: 155). pada kelompok usia 58 – 62 tahun.
Untuk menjaring data dari responden dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Tabel 2.
sebagai berikut: memperoleh data sekunder, Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
melalui studi kepustakaan yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan data-data yang No Jenis Kelamin F %
diperlukan dan diperoleh dari buku-buku, artikel,
surat kabar, dan lain-lain sesuai dengan masalah 1 Laki-laki 41 89,1
yang diteliti. Memperoleh data primer dilakukan 2 Perempuan 5 10,9
penelitian lapangan, yaitu suatu cara yang Jumlah 46 100,0
dilakukan dengan turun ke lapangan untuk
Sumber: Data Primer

156 Koleksi BPAD Prov SU


Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

Data temuan jenis seperti yang Tabel 5 menyajikan bahwa 100% dari
digambarkan pada Tabel 2 di atas bahwa responden mempunyai pendidikan formal.
responden laki-laki terdapat sebanyak 41 orang Responden yang mempunyai tingkat pendidikan
(89,13%) dan hanya 5 orang perempuan tinggi sebanyak 21,74%. Responden yang
(10,87%). Responden laki-laki merupakan mempunyai tingkat pendidikan SMU sebanyak
jumlah terbanyak dibandingkan dengan 78,26%.
perempuan dari keseluruhan responden.
Tabel 6.
Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Kelas Terakhir
Identitas Responden Berdasarkan Tahun Pensiun
No Kelas F %
No Tahun Pensiun F % 1 1–5 2 4,4
2 6–9 14 30,4
3 10 - 16 30 65,2
1. 2000 – 2002 3 6,5
2. 2003 – 2005 43 93,5 Jumlah 46 100,0

Jumlah 46 100,0 Sumber: Data Primer

Sumber: Data Primer Data pada Tabel 6 menyajikan kelas


terakhir yang diduduki responden semasa aktif
Data temuan tahun pensiun dari bekerja di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
responden menggambarkan bahwa 3 orang Medan. Sebanyak 65,22% dari responden
(6,52%) berada pada kelompok tahun pensiun menjawab bahwa kelas terakhir pensiunnya
2000 – 2002, sedangkan sebanyak 43 orang adalah kelas 10 – 16. Responden yang
(93,48%) responden berada pada kelompok menduduki kelas 6 – 9 sebanyak 30,43%.
tahun pensiun 2003 – 2005. Responden yang menduduki kelas 1 – 5
sebanyak 4,35%.
Tabel 4.
Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel 7.
Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan
No Masa Kerja (tahun) F %
1 31 – 33 9 19,6 No Status F %
2 34 – 36 37 80,4 1 Kawin 45 97,8
Jumlah 46 100,0 2 Belum Kawin - -
3 Cerai - -
4 Janda 1 2,2
Sumber: Data Primer
Jumlah 46 100,0
Data pada Tabel 4 di atas menunjukkan Sumber: Data Primer
bahwa masa kerja responden berkisar antara 31 tahun
sebagai masuknya yang paling singkat dan 36 tahun Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa
sebagai masa kerja yang paling panjang. Masa kerja 98% responden masih didampingi pasangan
35 tahun sebagai masa kerja yang paling banyak perkawinannya. Hanya 2% dari responden yang
dijalani responden. Masa kerja 31 – 33 tahun tidak mempunyai pasangan perkawinannya lagi
(19,57%) merupakan masa kerja yang paling yaitu status janda.
sedikit dijalani responden.
Tabel 8.
Tabel 5. Lama Persiapan Menghadapi Pensiun
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Waktu F %
No Tingkat Pendidikan F %
1 Sejak mulai bekerja 3 6,5
1 Pendidikan Tinggi 10 21,7 2 2-5 tahun 22 47,8
2 SMU 36 78,3 3 < 2 tahun 16 34,8
3 SLTP - - 4 Tanpa persiapan 5 10,9
4 SD - -
Jumlah 46 100,0
Jumlah 46 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer

Koleksi BPAD Prov SU 157


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

Di dalam menjawab pertanyaan tentang Tabel 10.


lama mengadakan persiapan untuk menghadapi Pendapat Umur Pensiun 56 Tahun
masa pensiun ada beberapa variasi jawaban yang
diberikan. Terdapat 16 responden (34,78%) No Jawaban Responden F %
menyatakan melakukan persiapan kurang dari 2 1 Setuju 45 97,8
2 Kurang setuju 1 2,2
tahun sebelum masa pensiun, 22 responden 3 Tidak setuju - -
(47,83%) menyatakan melakukan persiapan 2–5
Jumlah 46 100,0
tahun sebelum pensiun, 5 responden (10,87%)
menyatakan melakukan persiapan setelah Sumber: Data Primer
pensiun dimulai, dan 3 responden (6,52%)
menyatakan melakukan persiapan jauh hari Data pada Tabel 10 di atas menunjukkan
sebelum masa pensiun atau sejak mulai bekerja. pendapat responden mengenai peraturan
Dari hasil wawancara dengan responden, yaitu perusahaan yang menetapkan umur 56 tahun
sebagai batas usia pensiun. Tabel tersebut
Bapak Slamet A. Sumka, SE (55 tahun), Kelas:
menggambarkan bahwa ada 2 pendapat
12, Staf Ahli Bidang Administrasi dan
responden mengenai penetapan umur pensiun.
Kesejahteraan SDM, beliau mengatakan bahwa Sebanyak 45 responden (97,83%) di antaranya
sebagian besar responden melakukan persiapan menyatakan setuju dengan peraturan tersebut,
pada Masa Persiapan Pensiun (MPP). Hal ini sedangkan hanya 1 responden (2,17%) saja yang
dilakukan karena pada Masa Persiapan Pensiun menyatakan tidak setuju. Sebagai pertimbangan,
itulah responden baru benar-benar memikirkan menurut hasil wawancara dengan responden,
masa pensiunnya. yaitu Bapak Slamet A. Sumka, SE (55 tahun),
Kelas: 12, Staf Ahli Administrasi dan
Tabel 9. Kesejahteraan SDM, beliau mengatakan bahwa
Jenis Persiapan yang Dilakukan batas usia pensiun tersebut tergantung dari
kondisi kesehatan karyawan. Jika kondisi
No Jenis Persiapan F % kesehatan mereka tidak memungkinkan untuk
1 Menabung di bank 16 34,8 pensiun pada usia yang telah ditetapkan, mereka
2 Membeli tanah 3 6,5 dapat mengajukan pensiun dipercepat atau
3 Membangun rumah 27 58,7 pensiun muda dengan alasan kesehatan.
Jumlah 46 100,0
Tabel 11.
Sumber: Data Primer Perasaan Menjelang Pensiun

Data pada Tabel 9 di atas menunjukkan No Jawaban Responden F %


bahwa 16 responden (34,78%) melakukan
1 Gelisah/takut 4 8,7
persiapan menabung di Bank untuk 2 Biasa-biasa saja 36 78,3
mempersiapkan masa pensiunnya, 3 responden 3 Gembira 6 13,0
(6,52%) membeli tanah, dan sebanyak 27 Jumlah 46 100,0
responden (58,70%) melakukan persiapan untuk
Sumber: Data Primer
rumah tempat tinggal. Tetapi persiapan yang
paling dini yang dilakukan oleh responden Data pada Tabel 11 di atas menunjukkan
adalah rumah tempat tinggal, sesuai dengan bahwa 4 responden (8,70%) memiliki perasaan
hasil wawancara dengan responden, yaitu Bapak gelisah/takut menjelang pensiun. Berdasarkan
Drs. Ridwan Kadri (58 tahun), Kelas: 10, hasil wawancara dengan responden, hal ini
pensiunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, terjadi karena mereka merasa belum memiliki
beliau menyatakan bahwa rumah tempat tinggal persiapan yang matang untuk menghadapi masa
lebih dini dipersiapkan. Hal ini terjadi karena, pensiun. Terutama bagi responden yang pada
ada responden yang pada awal bekerja, tinggal masa aktif bekerja menempati rumah dinas dari
beberapa lama di rumah perusahaan sebelum perusahaan lengkap dengan fasilitasnya.
pindah ke rumah sendiri.
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa
sebanyak 36 responden (78,26%) memiliki

158 Koleksi BPAD Prov SU


Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

perasaan biasa-biasa saja, karena mereka tidak mengisi masa persiapan pensiun dengan
terlalu menghiraukan masa pensiun, dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk masa
alasan masa pensiun dapat dipikirkan nanti pensiun seperti membangun rumah dan mencari
setelah pensiun itu tiba. Sedangkan terdapat peluang usaha. 8 responden (17,39%)
sebanyak 6 responden (13,04%) memiliki menyatakan mengisi masa persiapan pensiun
perasaan gembira menjelang datangnya masa dengan melakukan rekreasi. Berdasarkan hasil
pensiun. Hal ini dikarenakan oleh anggapan wawancara dengan responden, yaitu Bapak
mereka akan segera bebas dari rutinitas sehari- Martumpal Lumbangaol, SE (56 tahun) Kelas:
hari di kantor yang menurut mereka sangat 10, dan Bapak Drs. Ridwan Kadri (58 tahun)
melelahkan, baik fisik maupun pikiran. Perasaan Kelas : 10, pensiunan PT (Persero) Pelabuhan
tersebut terutama dijumpai pada responden yang Indonesia I, mengatakan bahwa rekreasi dapat
sewaktu aktifnya memegang jabatan penting di mereka lakukan karena mereka telah
perusahaan atau yang menduduki kelas 1–5. mempersiapkan hal-hal yang penting untuk
masa pensiun sejak beberapa tahun setelah
Tabel 12. bekerja.
Keikutsertaan dalam Program Persiapan Pensiun dari
Perusahaan
Tabel 14.
Perasaan pada Minggu Pertama Pensiun
No Jawaban Responden F %
1 Mengikuti 46 100,0 No Jawaban Responden F %
2 Tidak mengikuti - -
1 Gembira 4 8,7
Jumlah 46 100,0 2 Biasa-biasa saja 35 76,1
3 Gelisah dan bingung 7 15,2
Sumber: Data Primer
Jumlah 46 100,0
Data pada Tabel 12 di atas menunjukkan Sumber: Data Primer
keikutsertaan responden dalam program
persiapan pensiun dari perusahaan. Seluruh Data pada Tabel 14 di atas menunjukkan
responden 100% menyatakan bahwa mereka bahwa pada minggu-minggu pertama masa
mengikuti Program Persiapan Pensiun yang pensiun, 4 responden (8,69%) menyatakan
diselenggarakan oleh perusahaan. Hal itu berarti gembira, karena seperti yang telah disebutkan
seluruh responden menyadari betapa pentingnya bahwa mereka telah terbebas dari rutinitas
persiapan untuk menghadapi dan menjalani pekerjaan yang melelahkan, 35 responden
masa pensiun. (76,09%) menyatakan biasa-biasa saja, dan 7
responden (15,22%) menyatakan gelisah dan
Tabel 13. bingung, karena mereka tidak tahu apa yang harus
Kegiatan pada Masa Persiapan Pensiun (MPP) dikerjakan selanjutnya untuk mengisi hari-hari
pensiun dan mengatasi masalah keuangan.
No Kegiatan F %
1 Santai di rumah 11 23,9 Tabel 15.
2 Mempersiapkan diri 27 58,7 Kegiatan yang Dilakukan pada Masa Pensiun
3 Rekreasi 8 17,4
Jumlah 46 100,0 No Kegiatan F %
Sumber: Data Primer 1 Santai di rumah 3 6,5
2 Keagamaan 17 37,0
3 Menyalurkan hobi 26 56,5
Data pada Tabel 13 di atas menunjukkan
Jumlah 46 100,0
kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan responden
pada Masa Persiapan Pensiun (MPP). Jawaban Sumber: Data Primer
responden terdapat 3 variasi, yaitu santai di
rumah, mempersiapkan masa pensiun, dan Data pada Tabel 15 di atas menunjukkan
melakukan rekreasi. Pada tabel di atas terdapat bahwa 3 responden (6,52%) hanya santai di
11 responden (23,91%) melakukan kegiatan rumah, 17 responden (36,96%) menyatakan
pada masa persiapan pensiun dengan santai di mengisi hari-hari pensiun dengan mengikuti
rumah saja, 27 responden (58,70%) menyatakan kegiatan-kegiatan keagamaan, dan 26 responden

Koleksi BPAD Prov SU 159


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

(56,52%) mengisi hari-hari pensiun dengan formal setelah mereka pensiun (misalnya
menyalurkan hobi mereka, seperti bercocok bekerja di kantor dan lain-lain). Berdasarkan
tanam, beternak dan berkebun, di mana kegiatan hasil wawancara dengan responden, yaitu Bapak
tersebut hanya sebatas untuk menyalurkan hobi Drs. Ridwan Kadri (58 tahun), Kelas: 10,
dan mengisi waktu luang, bukan sebagai sumber pensiunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I,
pendapatan. mengatakan bahwa pada umumnya para
pensiunan sudah jenuh dengan rutinitas di
Tabel 16. kantor, dan ingin beristirahat sambil menikmati
Rekan Berinteraksi Sosial Sehari-hari hari tua. Mereka hanya bekerja di sektor
informal yang mana tidak membutuhkan terlalu
No Jawaban Responden F % banyak tenaga dan tidak terikat dengan waktu.
1 Bekas teman sekerja 8 17,4
2 Warga sekitar rumah 16 34,8 Tabel 18.
3 Anggota keluarga 22 47,8 Keterampilan/Keahlian Khusus yang Dimiliki
Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Primer No Keterampilan F %


1 Bidang elektronik 7 15,2
Data dari Tabel 16 di atas menunjukkan 2 Bidang otomotif 2 4,4
3 Bidang pertanian 13 28,3
bahwa untuk menjalani hari-hari pensiun, 4 Tidak ada 24 52,1
responden perlu berinteraksi. Sebanyak 8 Jumlah 46 100,00
responden (17,39%) lebih banyak melakukan
interaksi dengan bekas teman sekerjanya, 16 Sumber: Data Primer
responden (34,78%) melakukan interaksi sosial
lebih banyak dengan warga masyarakat sekitar Data pada Tabel 18 di atas menggambarkan
tempat tinggal, sedangkan 22 responden tentang keterampilan/keahlian khusus yang
(47,83%) lebih banyak melakukan interaksi dimiliki oleh responden. Dari tabel di atas juga
sosial sehari-hari dengan anggota keluarganya di dapat dilihat bahwa 7 responden (15,22%)
rumah, seperti dengan istri, anak dan cucu. menyatakan mereka mempunyai keterampilan
Aspek ini memainkan peran yang sangat dibidang elektronik, 2 responden (4,35%)
penting dan menentukan dalam kehidupan masa mempunyai keterampilan di bidang otomotif, 13
pensiun. Berinteraksi sosial bagi pensiunan responden (28,26%) mempunyai keterampilan di
artinya adalah bagaimana pensiunan membawa bidang pertanian dan 24 responden (52,17%) tidak
diri dalam hubungan dengan orang lain, mempunyai keterampilan khusus. Walaupun
terutama dengan mereka yang hampir selalu sebagian dari mereka mempunyai keahlian khusus
berada di sekitarnya, dengan pasangan, dengan di bidang tertentu, yang jika dimanfaatkan akan
anggota keluarga lainnya, dengan teman serta sangat membantu, tetapi seperti yang telah
dengan masyarakat sekitar. Bagaimanapun juga, dijelaskan pada tabel sebelumnya bahwa mereka
dalam pensiun kemungkinan besar lebih dari tidak ingin bekerja kembali dengan alasan faktor
separuh waktu akan dijalani dengan pasangan. usia dan hanya ingin beristirahat dan menikmati
masa pensiun.
Tabel 17.
Apakah Setelah Pensiun Bekerja Kembali dalam Tabel 19.
Sektor Formal Jumlah Uang Pensiun per Bulan

No Jawaban Responden F % No Jumlah (Rp) F %


1 Ya - - 1 500.000– 1.000.000 44 95,6
2 Tidak 46 100,0 2 > 1.000.000,00 2 4,4
Jumlah 46 100,0 Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Primer Sumber: Data Primer

Data pada Tabel 17 di atas dapat Data pada tabel di atas menunjukkan
diketahui bahwa seluruh responden (100%) bahwa sebanyak 2 responden (4,35%) yang
tidak ada yang bekerja kembali dalam sektor mendapatkan uang pensiun per bulannya di atas
Rp 1.000.000,00. Mereka adalah yang pada
160 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

masa aktif bekerjanya menduduki kelas 1 – 5. Tabel 21.


Sedangkan selebihnya sebanyak 44 responden Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan
(95,65%) mendapatkan uang pensiun per
bulannya Rp 500.000,00 – 1.000.000,00. Uang No Jumlah (Rp) F %
merupakan syarat yang akan menopang
kehidupan para pensiunan beserta keluarga. Jadi 1 100.000 – 500.000 - -
2 500.000 – 1.000.000 37 80,4
uang merupakan salah satu sumber kehidupan,
3 1.000.000 keatas 9 19,6
tetapi sumber ini pasti akan habis. Oleh sebab
Jumlah 46 100,0
itu sudah semestinya pensiunan memiliki
sumber keuangan lain dalam masa pensiun, Sumber: Data Primer
seperti tabungan, deposito, investasi dan
sebagainya. Berdasarkan wawancara dengan Pada Tabel 21 di atas dapat dilihat berapa
responden, yaitu Bapak Binsar Marupa Sibuea besarnya jumlah pengeluaran responden rata-
(58 tahun), Kelas: 11, pensiunan PT (Persero) rata per bulan, 37 responden (80,43%)
Pelabuhan Indonesia I, beliau mengatakan selain menyatakan bahwa mereka memiliki
uang pensiun per bulannya, mereka mendapat pengeluaran Rp 500.000,00 – 1.000.000,00 per
bantuan keuangan dari sumber lain. bulan, dan 9 responden (19,57%) menyatakan
mereka memiliki pengeluaran rumah tangga Rp
Tabel 20. 1.000.000,00 ke atas. Dapat kita lihat dari data
Pendapatan dari Sumber Lain
terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin besar pendapatan responden maka
No Sumber Keuangan F % semakin besar pula pengeluarannya, karena
1 Bantuan anak 34 73,9 semakin banyak kebutuhannya.
2 Dana pensiun 5 10,9
3 Sewa rumah 5 10,9
Tabel 22.
4 Angkutan kota 2 4,4
Status Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal
Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Primer No Status F %


1 Milik sendiri 43 93,5
Data pada Tabel 20 di atas menunjukkan 2 Kontrak / sewa 3 6,5
bahwa selain uang pensiun per bulannya, Jumlah 46 100,0
responden juga memiliki pendapatan dari
Sumber: Data Primer
sumber lain. Sebanyak 34 responden (73,91%)
memiliki pendapatan lain dari bantuan anak
Data pada Tabel 22 di atas menunjukkan
setiap bulannya, 5 responden (10,87%) memiliki
bahwa seluruh responden telah memiliki rumah
pendapatan lain dari uang pensiun
tempat tinggal pada masa pensiun dengan
suami/istrinya, 5 responden (10,87%) memiliki
berbagai status. Dapat dilihat bahwa 43
pendapatan lain dari hasil penyewaan rumah,
responden (93,48%) menyatakan bahwa status
dan sebanyak 2 responden (4,35%) memiliki
kepemilikan rumah mereka adalah milik sendiri,
pendapatan lain dari hasil angkutan kota yang
yang telah mereka beli sebelum mereka pensiun,
dimilikinya. Berdasarkan wawancara dengan
3 responden (6,52%) menyatakan bahwa status
responden, yaitu Bapak Martumpal
kepemilikan rumah mereka adalah
Lumbangaol, SE (56 tahun), Kelas: 10, dan
kontrak/sewa, karena berdasarkan hasil
Bapak Drs. Ridwan Kadri (58 tahun), Kelas: 10,
wawancara dengan responden, yaitu Bapak
pensiunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I,
Martumpal Lumbangaol, SE (56 tahun), Kelas:
mengatakan bahwa mereka senang dengan
10, dan Bapak Drs. Ridwan Kadri (58 tahun),
adanya pendapatan lain ini, yang dapat
Kelas: 10, pensiunan PT (Persero) Pelabuhan
menunjang pendapatan selain uang pensiun.
Indonesia I, mereka lebih mementingkan biaya
pendidikan anak-anak mereka yang cukup
tinggi.

Koleksi BPAD Prov SU 161


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

Tabel 23. memiliki luas rumah cukup besar menyatakan


Tipe Rumah yang Dimiliki bahwa mereka sangat kesepian karena satu per
satu anak mereka mulai meninggalkan rumah
No Bentuk F % untuk membina rumah tangga yang baru
1 Permanen 33 71,7 (menikah). Tetapi sebagian responden ada yang
2 Semi permanen 2 4,4 menyewakan rumah mereka dan tinggal bersama
3 Permanen bertingkat 11 23,9 anak mereka yang sudah menikah. Hal ini
Jumlah 46 100,0 dilakukan untuk menekan biaya hidup masa
Sumber: Data Primer pensiun.

Dari data pada tabel di atas dapat dilihat Tabel 25.


Luas Halaman yang Dimiliki
terdapat bentuk-bentuk rumah responden, seperti
permanen, semi permanen dan permanen
bertingkat. Sebanyak 33 responden (71,74%) No Luas (m²) F %
memiliki rumah permanen, 2 responden (4,35%) 1 500 – 1000 m² 12 26,1
memiliki rumah semi permanen dan sebanyak 11 2 1000 – 1500 m² 31 67,4
3 > 1500 m² 3 6,5
responden (23,91%) memiliki rumah permanen
Jumlah 46 100,0
bertingkat. Rumah tempat tinggal setelah pensiun
merupakan salah satu unsur pokok yang Sumber: Data Primer
mempengaruhi kesejahteraan diri. Rumah
tempat tinggal pada dasarnya tempat yang Data di atas menunjukkan bahwa
paling banyak waktu untuk menghabiskan sisa mayoritas responden memiliki halaman rumah
hidupnya. Terlebih bagi pensiunan yang tidak yang cukup untuk dikatakan sebagai tepat
beraktivitas bekerja kembali. Rumah tempat tinggal yang layak. Dapat diketahui bahwa 12
tinggal erat hubungannya dengan kondisi responden (26,09%) memiliki luas halaman 500
pendapatan sebelum ataupun setelah pensiun. – 1000 m², 31 responden (67,39%) memiliki
Beberapa hal yang dipertimbangkan di luas halaman 1000 – 1500 m², dan sebanyak 3
dalam menentukan rumah tempat tinggal. responden (6,52%) memiliki luas halaman
Sebagian besar rumah yang dibutuhkan usia rumah di atas 1500m². Menurut responden, luas
lanjut adalah jarak ke pelayanan, dekat dengan tanah yang mereka miliki ada yang berasal dari
fasilitas kesehatan, pusat hiburan, pasar, warisan orang tua dan ada yang memang khusus
transportasi, relatif aman dari tindakan kriminal, dibeli untuk masa pensiun. Selain memiliki
yang dapat mengembangkan dan melanjutkan tanah untuk rumah, ada beberapa responden
minat dan pengalaman mereka. yang memiliki tanah diluar tempat tinggal
mereka, yang dijadikan sebagai kebun atau
Tabel 24. sawah.
Luas Rumah yang Dimiliki
Tabel 26.
No Luas (m²) F % Alat Penerangan Rumah

1 50 – 100 m² 4 8,7
2 100 – 150 m² 10 21,7 No Alat Penerangan F %
3 > 150 m² 32 69,6 1 PLN 44 95,6
Jumlah 46 100,0 2 PLN dan genset 2 4,4
Jumlah 46 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer

Data pada Tabel 24 di atas menunjukkan


Untuk alat penarangan rumah, seluruh
bahwa 4 responden (8,70%) memiliki luas
responden sudah berlangganan dengan PLN, hal
rumah 50 – 100 m2, 10 responden (21,74%)
ini terlihat dari sebanyak 44 responden
memiliki luas rumah 100 – 150 m², dan (95,65%). Sedangkan sebanyak 2 responden
sebanyak 32 responden (69,56%) memiliki luas
(4,35%) memiliki mesin penbangkit listrik
rumah di atas 150 m². Menurut responden, dari
sendiri, dengan alasan sebagai sumber listrik
hasil wawancara ada sebagian rumah yang
cadangan jika PLN melakukan pemadaman
sudah dimodifikasi dari bentuk awalnya
aliran listrik di permukiman mereka.
sehingga jauh lebih besar. Responden yang
162 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

Tabel 27. (80,43%) menyatakan hal tersebut. Sedangkan 9


Sumber Air yang Digunakan responden (19,57%) lebih sering ke tempat-
tempat rekreasi sebagai tujuan perjalanan atau
No Sumber Air F % rekreasi. Alasan mereka lebih memilih ke rumah
1 Air PDAM 46 100,0 anak atau famili adalah di sana mereka dapat
2 Sumur bor - - bertemu dengan anggota keluarga mereka,
Jumlah 46 100,0 terutama dengan cucu-cucu mereka. Sedangkan
Sumber: Data Primer
bagi mereka yang memilih tempat-tempat
rekreasi sebagai tujuan perjalanan dengan alasan
Keseluruhan dari responden telah di sana mereka dapat menikmati suasana yang
menggunakan sumber air yang berasal dari tidak mereka dapatkan di rumah, melihat
PDAM, hal ini terlihat dari data pada Tabel 27 pemandangan indah, menghirup udara segar,
di atas. Mereka menggunakan sumber air merupakan sesuatu yang mereka idamkan.
tersebut dengan alasan lebih bersih.
Tabel 30.
Frekuensi Memeriksakan Kesehatan
Tabel 28.
Frekuensi Rekreasi
No Jawaban Responden F %
No Jawaban Responden F % 1 Sering 36 78,3
2 Kadang-kadang 8 17,4
1 Sering 11 23,9 3 Tidak pernah 2 4,3
2 Kadang-kadang 35 76,1
3 Tidak pernah - - Jumlah 46 100,0
Jumlah 46 100,0 Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Bagi pensiunan yang memiliki gangguan
Rekreasi merupakan hal yang sangat kesehatan berat maupun ringan pasti selalu
penting dalam menjalani hidup. Dengan memeriksakan kesehatan mereka secara berkala.
melakukan perjalanan atau rekreasi dapat Apalagi di usia mereka yang tergolong lanjut
menenangkan pikiran, jiwa dan perasaan ini, tubuh mereka dapat mudah terserang
seseorang. Dari data pada Tabel 28 di atas dapat penyakit. Untuk itu pemeriksaan kesehatan
dilihat 11 responden (23,91%) menyatakan sangatlah penting. Hal ini dapat dilihat pada
sering melakukan perjalanan, 35 responden Tabel 30, 36 responden (78,26%) menyatakan
(76,09%) menyatakan kadang-kadang/jarang sering memeriksakan kesahatan mereka,
melakukan perjalanan, dan tidak satupun walaupun tidak ada gejala-gejala penyakit
responden yang menyatakan tidak pernah tertentu yang mereka alami. Sedangkan 8
melakukan perjalanan/rekreasi. Menurut responden (17,39%) menyatakan kadang-
responden yang jarang melakukan kadang/jarang memeriksakan kesehatan, mereka
perjalanan/rekreasi, hal ini dikarenakan dalam hanya memeriksakan diri jika sudah mengalami
usaha untuk menekan biaya hidup. suatu gejala penyakit tertentu. Berdasarkan data
pada tabel di atas juga hanya 2 responden
Tabel 29. (4,35%) yang tidak pernah memeriksakan
Tujuan Perjalanan/Rekreasi kesehatannya dengan alasan kesehatan mereka
sudah cukup baik.
No Tujuan F %
Tabel 31.
1 Tempat rekreasi 9 19,6 Tempat Pemeriksaan Kesehatan/Berobat
2 Rumah anak/famili 37 80,4
Jumlah 46 100,0
No Tempat F %
Sumber: Data Primer 1 RS Perusahaan 37 80,4
2 RS Swasta 3 6,5
Perjalanan ke rumah anak atau ke rumah 3 RS Pemerintah 6 13,1
famili merupakan tujuan yang paling banyak Jumlah 46 100,0
ditempuh oleh para responden, hal ini terlihat
Sumber: Data Primer
pada Tabel 29, sebanyak 37 orang responden

Koleksi BPAD Prov SU 163


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

Berhubung para pensiunan masih penyakit tekanan darah tinggi, 4 responden


diberikan fasilitas pengobatan gratis, maka (8,70%) menyatakan tingkat kolesterol tinggi,
berdasarkan Tabel 31 di atas, poliklinik/rumah dan 23 responden (50,00%) menyatakan kondisi
sakit perusahaan masih merupakan pilihan kesehatan mereka cukup baik.
utama sebagai tempat untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan/berobat, hal ini terlihat Tabel 34.
pada data di atas sebanyak 37 responden Apakah Sudah Merasa Bahagia pada Masa Pensiun
(80,43%) memilih poliklinik/rumah sakit
perusahaan sebagai tempat pemeriksaan No Jawaban Responden F %
kesehatan, 3 responden (6,52%) memilih rumah 1 Bahagia 39 84,8
sakit swasta dan 6 responden (13,04%) memilih 2 Kurang bahagia 7 15,2
rumah sakit pemerintah sebagai tempat untuk 3 Tidak bahagia - -
memeriksakan kesehatan atau berobat. Jumlah 46 100,0
Responden yang memilih rumah sakit swasta Sumber: Data Primer
beralasan bahwa di sana kualitas pengobatannya
lebih baik, sedangkan responden yang memilih Data pada Tabel 34 di atas menunjukkan
ke rumah sakit pemerintah beralasan di sana bahwa 39 responden (84,78%) menyatakan
biaya lebih murah dengan kualitas yang tidak bahagia pada masa pensiun, bahagia di sini
kalah dibandingkan rumah sakit swasta. artinya tidak mengalami gangguan, baik fisik,
keuangan maupun gangguan dalam
Tabel 32. bersosialisasi. Sebanyak 7 responden (15,22%)
Jenis Pemeriksaan yang Dilakukan
menyatakan masa pensiun mereka kurang
bahagia, dikarenakan masalah keuangan dan
No Jenis Pemeriksaan F % kesehatan.
1 Gula darah 26 56,5
2 Tekanan darah 12 26,1
3 Kolesterol 8 17,4
Kesimpulan
Jumlah 46 100,0
Berdasarkan analisis data yang telah
Sumber: Data Primer diuraikan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:
Data pada Tabel 32 di atas menunjukkan 1. Pensiunan PT (Persero) Pelabuhan
bahwa 26 responden (56,52%) memeriksakan Indonesia I lima tahun terakhir yaitu dari
kadar gula dalam darah mereka, 12 responden tahun 2000 – 2005, berdasarkan hasil
(26,09%) memeriksakan tekanan darah mereka, penelitian lebih didominasi oleh kaum pria,
dan 8 responden (17,39%) memeriksakan kadar mayoritas beragama islam, berstatus
kolesterol dalam darah mereka. Hal ini menikah, berusia antara 58 – 62 tahun dan
membuktikan bahwa tingkat kesadaran akan mempunyai masa kerja rata-rata 35 tahun.
kesehatan pada diri pensiunan sudah cukup 2. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I sebagai
tinggi. perusahaan pengelola pelabuhan aktif
memberikan perhatian yang besar terhadap
Tabel 33. kesejahteraan karyawannya pada masa
Jenis Penyakit yang Diderita
pensiun. Hal ini terbukti dengan adanya
Masa Persiapan Pensiun sebagai masa
No Jawaban Responden F % latihan untuk menghadapi pensiun.
1 Diabetes 11 23,9 3. Persiapan masa pensiun sedini mungkin
2 Tekanan darah tinggi 8 17,4 sangatlah penting, jika pensiunan ingin
3 Kolesterol tinggi 4 8,7
4 Tidak ada penyakit 23 50,0
menikmati masa pensiun yang bahagia,
dalam arti menjalani masa pensiun tanpa
Jumlah 46 100,0
adanya sesuatu yang dirisaukan. Dari hasil
Sumber: Data Primer penelitian yang telah dilakukan, 48%
pensiunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
Data pada Tabel 33 menunjukkan bahwa di Medan telah melakukan persiapan 2 – 5
11 responden (23,91%) mengidap penyakit tahun sebelum pensiun.
diabetes, 8 responden (17,39%) mengidap
164 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

4. Dimasa pensiun, pensiunan PT (Persero) mempengaruhi kesejahteraan diri. Rumah


Pelabuhan Indonesia I di Medan tidak tempat tinggal pada dasarnya tempat yang
melakukan aktivitas bekerja kembali pada paling banyak waktu untuk menghabiskan
suatu instansi ataupun lembaga formal. Hal sisa hidup. Rumah tempat tinggal erat
ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa hubungannya dengan kondisi pendapatan
tidak ada seorangpun pensiunan yang sebelum ataupun sesudah pensiun. Hasil
bekerja kembali. Mereka hanya beraktivitas penelitian membuktikan pensiunan PT
untuk menyalurkan hobi dan mengisi waktu (Persero) Pelabuhan Indonesia I telah
luang, seperti berkebun, bercocok tanam, memiliki rumah sebelum mereka pensiun,
beternak dan kegiatan lain yang sifatnya 72% responden memiliki rumah permanen,
non-profit. 24% responden memiliki rumah permanen
5. Uang merupakan salah satu syarat yang bertingkat dan hanya 4% responden yang
akan menopang kehidupan para pensiunan. memiliki rumah semi permanen.
Jadi uang merupakan sumber kehidupan 9. Hubungan antarpribadi (interaksi sosial),
pensiunan dan sebagaimana yang kita aspek ini memainkan peran yang sangat
ketahui sumber dapat habis, karena itu perlu penting dan menentukan dalam kehidupan
pengelolaan yang baik. Dalam masa masa pensiun. Interaksi sosial artinya di sini
pensiun, pensiunan harus memiliki sumber adalah bagaimana pensiunan membawa diri
keuangan lain seperti dana bantuan dari dalam hubungan dengan orang lain,
anak, dana pensiun pasangannya (bagi terutama dengan mereka yang di sekitar
pasangan yang bekerja) dan hasil usaha orang yang ada di sekitar lingkungannya.
mereka lainnya. Pensiunan PT (Persero) Pelabuhan
6. Kehidupan seseorang dalam masa pensiun
Indonesia I, berdasarkan hasil penelitian,
sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan
persentase terbesar 48%, lebih sering
fisik dan mentalnya. Akan tetapi
berinteraksi dengan keluarga mereka.
sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi
10. Mereka yang berhasil menjalani masa
kesehatan bersifat dinamis bukan statis, jadi
pensiun yang bermakna dan bahagia karena
kesehatan seseorang itu, terutama yang
mereka mempunyai tekad dan berupaya
berusia 50 tahun keatas, semakin menurun
dan renta terhadap penyakit. Hasil penelitian dengan sungguh-sungguh. Mereka
membuktikan bahwa tingginya kesadaran mempunyai kemampuan untuk belajar
pensiunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia terutama dari pengalaman orang lain,
I akan kondisi kesehatannya. Sebanyak 50% memperoleh gagasan dan informasi dari
pensiunan tidak memiliki penyakit tertentu. berbagai sumber, menganalisisnya,
Mereka sering memeriksakan kesehatan, memanfaatkan peluang yang mereka
tetapi hanya sebatas pemeriksaan bukan jumpai, meyesuaikan dengan situasi dan
pengobatan. kondisi, menyusun menjadi suatu rencana
7. Sikap positif sangat diperlukan terutama masa pensiun lalu mengaplikasikannya,
ketika seseorang menghadapi masa pensiun mengarahkan sepenuh daya dan upaya,
dan dalam kehidupannnya masa pensiun itu waktu dan energi mereka untuk
sendiri. Mereka yang bisa meraih usia 56 mewujudkannya. Keberhasilan para
tahun dan pensiun haruslah disyukuri dan pensiunan disebabkan oleh kesungguhan
mencintai apa yang dimiliki. Mencintai apa hati mereka dalam mencapai apa yang
yang dimiliki artinya selalu menjaga dan diinginkan.
memeliharanya, tidak ada yang disia-siakan.
Dengan demikian seseorang akan lebih Saran
mudah memandang segala sesuatunya lebih
positif, lebih konstruktif artinya mengarah 1. Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan
kesegi yang bermanfaat dan bermakna. Indonesia I Medan yang berpartisipasi aktif
Pandangan dan sikap positif sangat berguna dalam peningkatan kesejahteraan para
dalam memandang dan merencanakan hari pensiunannya, hendaknya dapat
esok, dalam manjalani masa pensiun. memberikan pembekalan dalam persiapan
8. Rumah tempat tinggal setelah pensiun menghadapi masa pensiun. Pembekalan ini
merupakan salah satu unsur pokok yang diberikan kepada para pensiunan pada
Koleksi BPAD Prov SU 165
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 151-167

Program Persiapan Pensiun. Adapun


pembekalan yang dapat diberikan seperti: Nurdin, Fadhil, Drs, Pengantar Studi Ilmu
Pengembangan keterampilan dan potensi Kesejahteraan Sosial, Angkasa, Bandung,
diri yang dimiliki para pensiunan. Hal ini 1990.
dimaksudkan agar para pensiunan dapat
mengisi masa pensiunnya dengan aktivitas Parkison C. Northcote, Rustomji, M K, Walter
yang bermanfaat dan tidak merasakan E, Masa Pensiun Yang Bahagia, Binarupa
kebosanan. Aksara, Jakarta, 1990.
2. Untuk para pensiunan, hendaknya dapat
memanfaatkan masa pensiun dengan Simanjuntak, Payaman J. Pengantar Ekonomi
melakukan berbagai aktivitas yang bisa Sumber Daya Manusia, LPFE VI, Jakarta,
menghasilkan, jika kondisi kesehatan masih 1985.
memungkinkan. Hal ini dimaksudkan agar
para pensiunan dapat berkarya pada masa Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survay,
pensiunnya dan dapat memenuhi kebutuhan LP3ES, Jakarta, 1989.
dari hasil karyanya tersebut.
Soemodiwirjo, Soegiono, Pensiun Yang
Bermakna, CV. Gino, Jakarta, tanpa
Daftar Pustaka
tahun.
Allen, Jr, Everett J., et al, Pension Planning,
Soepomo, Pensiun Tanpa Kegelisahan,
Sixth Edition, Irwin, Illnois, 1988.
Rimbow, Medan, tanpa tahun.
Benjamin, B., et al, Pensions ; The Problem of
Suharsini, Arikunto, Manajemen Penelitian,
Today and Tomorrow, Allen & Unwin,
Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Inc, London, 1987.
Sumarnonugroho, Sistem Intervensi
Coleman, James, Cressey, Donald, Social Kesejahteraan Sosial, PT Hanindita,
Problem, Third Edition, Harper & Row Yogyakarta, 1987.
Publishers, New York, 1987.
Thio, Alex, Sociology an Introduction, Harper &
Craig, Grace, Human Development, Fourth Row Publishers, New York, 1986.
Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1984.
"Undang-undang Republik Indonesia No. 03
Elinor Lenz & Adams Linda, Be Your Best, Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995. Tenaga Kerja.

Flippo, Edwirn B., Manajemen Personalia, Jilid Poerwono Hadi, Tata Personalia, Cetakan V,
2, Edisi Enam, Erlangga, Jakarta, 1992. Djambatan, Bandung 1982

Haradi Nawawi, Metode Penelitian Bidang


Sosial, Cetakan III, Gajah Mada Sumber-sumber lain:
University Press, Yogyakarta, 1987.
Buku Kerja, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
Hughes, Fergus P., Neppe, Moyd D., Human I, “Pendirian Perusahaan”, 1997.
Development; A Cross Life Span, West
Publishing, Minnesota, 1985. Pedoman Peraturan Perusahaan Bidang
Sumber Daya Manusia (Administrasi &
Ichsan Achmad, Tata Administrasi Kesejahteraan Sumber Daya Manusia PT
Kekaryawanan, Penerbit Djambatan, (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan),
Jakarta, 1992. 2002.

Maslow A. Motivasi dan Kepribadian, PT


Pustaka Biman Pressindo, Jakarta, 1982.
166 Koleksi BPAD Prov SU
Izhar & Edward, Analisis Tingkat Kesejahteraan...

Peraturan Dana Pensiun Perusahaan Profil Organisasi Perusahaan PT (Persero)


Pelabuhan & Pengerukan (DP4), 12 / Pelabuhan Indonesia I, 2002
2001
Situs http://www.inaport1.com
PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia I, “Daftar
Pensiun Pegawai, Pensiun Situs www.depnaker.co.id
Janda/Duda/Yatim-Piatu PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I”, 2004.

Koleksi BPAD Prov SU 167


TINJAUAN IMPLEMENTASI HAK NORMATIF DAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PT H. M. SAMPOERNA
SALES DIVISION BATAM

Fronner M. D. S.

Abstract

Implementation worker rights according to the law by H.M. Sampoerna Company is the
subject of research. It is very important to know how in fact, because government put it to
effect worker’s social welfare. This research is descriptive research and shows two issues.
The first, how did H.M. Sampoerna Company implement worker rights according to the
law. Second, how is life condition of the workers, especially about their social welfare. If
H.M. Sampoerna Company implemented the worker right as taken in the law so the
worker’s social welfare will be good. According to the data analysis, H.M. Sampoerna
Company has implemented worker rights very well, and worker’s social welfare is good.

Keywords: worker right, law, social welfare

Pendahuluan Interaktif, Selasa 21 Desember 2004, 12:24


WIB.).
Ribuan pekerja berunjuk rasa mendatangi Di lain pihak, ratusan karyawan PT
gedung Gubernur Provinsi Kepulauan Riau di Semen Andalas Indonesia yang tergabung dalam
Batam Center, Batam. Para demonstran menolak Gabungan Solidaritas Pekerja Merdeka
Ketetapan Pemerintah Kota soal Upah Minimum Indonesia (Gaspermindo) berunjuk rasa di depan
Kota (UMK) Batam sebesar Rp 635.000,- (enam perusahaan tersebut, di Gabion Belawan.
ratus tiga puluh lima ribu rupiah). Sebelumnya Mereka menuntut Upah Minimum Provinsi
pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja (UMP) dan menolak dialihkannya status
Metal Indonesia di Batam telah melakukan aksi karyawan menjadi karyawan kontraktor. Selama
serupa dengan tuntutan serupa pula. ini karyawan hanya menerima gaji di bawah
Ada empat pokok yang menjadi tuntutan UMP sebanyak Rp 380.000 per bulannya.
mereka. Pertama, menolak UMK yang Kemudian pihak perusahaan malah mengalihkan
ditetapkan Pemerintah Kota Batam sebesar Rp status karyawan kepada pihak koperasi dan
635.000,-, dengan alasan, Kebutuhan Hidup kontraktor PT Rico. Sementara itu status
Minimum (KHM) telah ditetapkan sebesar perusahaan tersebut tidak dapat diketahui secara
Rp728.000,- (tujuh ratus dua puluh delapan ribu pasti. Keputusan pengalihan status karyawan
rupiah). Kedua, turunkan harga sembilan bahan dinilai sepihak, sebab tanpa diketahui karyawan
pokok di Batam, karena tidak ada gunanya saat itu. Karyawan yang ingin bekerja tidak
menaikkan upah, bila harga terus merangkak diperbolehkan masuk perusahaan tersebut,
naik. Ketiga, usir tenaga kerja asing yang dengan alasan karyawan yang tergabung dalam
mengambil alih posisi pekerja Indonesia. PT Rico saja yang boleh bekerja. Akibatnya
Keempat, agar pemerintah mendesak perusahaan status karyawan tidak jelas (Analisis, Rabu 23
untuk memberikan pakaian keselamatan (safety) April 2003: 2).
kepada pekerja seperti safety shoes, hand glove, Kesejahteraan pekerja/buruh pada tahun
safety goggles, dan welding mask. (Tempo 2004 bila dilihat dari upah atau penghasilannya

Fronner M. D. S. adalah Staf di Yayasan Anak Jalanan AGAPE Medan

168 Koleksi BPAD Prov SU


Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

masih relatif rendah atau tidak sesuai dengan adalah kecenderungan perusahaan melakukan
kebutuhan pekerja atau buruh, yaitu rata-rata pemutusan hubungan kerja (PHK) secara
besarnya Upah Minimum Propinsi (UMP) sepihak tanpa mempertimbangkan kondisi
Sumatera Utara sebesar Rp 600.000 per bulan. pekerja. Hal ini tercermin dari banyaknya aksi-
Upah sejumlah Rp 600.000 sangat menyiksa aksi dari pekerja, seperti aksi mogok ratusan staf
perasaan buruh dalam menutupi kebutuhan dan manajer PT Tolan Tiga Indonesia yang
hidupnya sehari-hari. Untuk biaya hidup sehari- menuntut hak-hak normatif seperti kenaikan
hari antara lain makan (dengan harga paling upah dan pemberian fasilitas dengan
murah dan tanpa rokok), transportasi dan biaya menyetarakan dengan perusahaan PMA lainnya
lainnya mencapai Rp 12.000. Memang jika seperti PT Lonsum dan PT Socfin. Diskriminasi
dibandingkan, Upah Minimum Provinsi (UMP) antarkaryawan pribumi dan karyawan
tahun 2003 sebesar Rp 537.000 terdapat nonpribumi sangat mencolok (SIB, Sabtu 3 Mei
kenaikan 11,73 persen, namun kenaikan ini 2003: 9).
sangat tidak wajar sehingga perlu ditinjau Pembangunan nasional merupakan
kembali upah yang dinilai layak agar semangat pengamalan Pancasila dan UUD 1945 yang
kerja pekerja meningkat, sehingga masalah diarahkan pada peningkatan harkat, martabat
pemenuhan kebutuhan pekerja/buruh sedikit dan kemampuan manusia serta kepercayaan
teratasi. Secara minimum kebutuhan sebulan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan
mencapai Rp 360.000, artinya yang diperoleh masyarakat adil dan makmur, baik material
pekerja setelah menutupi biaya hidup yang maupun spiritual. Dalam mewujudkan
minimum hanya Rp 240.000. Upah yang layak kesejahteraan kehidupan warganya, Pemerintah
bagi pekerja saat ini minimal Rp 900.000 per menekankan pada terwujudnya masyarakat yang
bulan. Dengan jumlah ini, pekerja memperoleh adil dan makmur secara merata. Ini berarti
pendapatan yang layak (Analisis, Selasa 21 bahwa Indonesia bertekad untuk mewujudkan
Desember 2004: 6). kesejahteraan bagi seluruh Bangsa Indonesia,
PTPN III, yang merupakan perusahaan bukan hanya bagi sekelompok atau sebahagian
yang bergerak dalam bidang perkebunan, dapat masyarakat tertentu saja. Dilihat dari tujuan
dikatakan telah mengimplementasikan hak-hak pembangunan nasional maka negara RI
normatif pekerja dengan baik. Perusahaan ini menganut tipe negara kesejahteraan (welfare
dapat sebagai contoh bagi perusahaan yang lain, state).
karena perusahaan ini peduli terhadap Berbicara mengenai hak pekerja berarti
kesejahteraan karyawannya. Salah satunya kita membicarakan hak-hak asasi maupun hak
adalah membangun perumahan karyawan Griya yang bukan asasi. Hak asasi adalah hak yang
Nusantara yang bekerja sama dengan Developer melekat pada diri pekerja itu sendiri yang
Trisna yang dibiayai dengan dana kredit Bank dibawa sejak lahir dan jika hak tersebut terlepas
Niaga Cabang Medan. Seluruh karyawan dari diri pekerja akan menjadi turun derajat dan
memiliki kesempatan mendapat fasilitas rumah harkatnya sebagai manusia, sedangkan hak yang
dengan pedoman tipe bangunan yang berbeda- bukan asasi berupa hak pekerja yang telah diatur
beda, sesuai dengan kemauan dan kemampuan dalam peraturan perundang-undangan yang
karyawan membayar kredit per bulan. Pihak sifatnya nonasasi.
manajemen PTPN III melihat, dengan gaji atau Hak asasi sebagai konsep moral dalam
upah yang standar untuk seorang karyawan bermasyarakat dan bernegara bukanlah suatu
biasa tidak akan dapat memenuhi seluruh konsep yang lahir seketika dan bersifat
kebutuhannya, maka dengan adanya fasilitas menyeluruh. Hak asasi lahir setahap demi
yang disediakan oleh perusahaan dapat setahap melalui periode-periode tertentu di
meringankan beban ekonomi karyawan, karena dalam sejarah perkembangan masyarakat.
konsep utama perusahaan adalah untuk Sebagai suatu konsep moral, hak asasi dibangun
mensejahterakan karyawan dengan dan dikembangkan berdasarkan pengalaman-
mengoptimalkan seluruh kemampuan yang ada pengalaman kemasyarakatan manusia itu sendiri.
(Analisis, 23 Desember 2004: 6). Pengalaman-pengalaman dari kelompok-
Banyak perusahaan yang belum kelompok sosial dalam masyarakat bernegara
memberikan hak-hak normatif sesuai ketentuan itulah yang mewarnai konsep hak asasi.
perundang-undangan menjadi salah satu pemicu Di Indonesia konsep hak asasi manusia
munculnya tuntutan dari pekerja. Persoalan lain telah secara tegas dan jelas diakui

Koleksi BPAD Prov SU 169


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 168-181

keberadaannya di dalam UUD 1945 dan peraturan dan perundangan-undangan. Tetapi


dilaksanakan oleh negara di dalam masyarakat. dalam pelaksanaannya banyak perusahaan yang
Hak asasi pekerja yaitu hak untuk memperoleh tidak bertanggung jawab atas kesejahteraan
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan yang karyawannya dengan tidak
telah diakui keberadaannya dalam UUD 1945 mengimplementasikan dengan baik hak-hak
merupakan hak konstitusional. Itu berarti bahwa normatif para pekerjanya. Pada kenyataannya
negara tidak diperkenankan mengeluarkan usaha yang telah dilakukan dalam rangka
kebijakan yang dimaksudkan untuk mengurangi perlindungan itu belum berjalan seperti yang
substansi dari hak konstitusional. Bahkan di diharapkan, hal ini terbukti dengan banyaknya
dalam negara hukum modern (negara kasus unjuk rasa, pemogokan yang dilakukan
kesejahteraan) negara berkewajiban untuk pekerja yang bertujuan untuk peningkatan
menjamin pelaksanaan hak konstitusional itu. kesejahteraan, namun ada kasus unjuk rasa,
Demikian juga hak-hak yang bukan asasi pemogokan tersebut yang berakhir dengan
mengalami proses sesuai dengan kepentingan pemutusan hubungan kerja yang berakibat
dan perkembangan masyarakat diatur dalam memperpanjang barisan pengangguran.
peraturan perundang-undangan. Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang No. 13
Di dalam Undang-Undang No. 13 Tahun Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2003 tentang Ketenagakerjaan ditentukan bahwa memberikan pengertian tenaga kerja yaitu setiap
pembangunan tenaga kerja dilaksanakan dalam orang yang bekerja dengan menerima upah atau
rangka pembangunan manusia Indonesia imbalan dalam bentuk lain.
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Perlindungan tenaga kerja mendapat
Indonesia yang seluruhnya, untuk meningkatkan perhatian dalam Hukum Ketenagakerjaan. Hal
harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja serta ini tercermin dalam beberapa pasal dalam
mewujudkan masyarakat adil, makmur dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
merata baik material maupun spiritual. Ketenagakerjaan, yaitu:
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan 1. Salah satu tujuan pembangunan tenaga kerja
kesempatan yang sama untuk memperoleh adalah memberikan perlindungan kepada
pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa tenaga kerja dalam mewujudkan
membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama kesejahteraan (pasal 4 huruf c).
dan aliran politik sesuai dengan minat dan 2. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan
kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, yang sama tanpa diskriminasi untuk
termasuk perlakuan yang sama terhadap memperoleh pekerjaan (pasal 5).
penyandang cacat. Pengusaha harus memberikan 3. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
hak dan kewajiban pekerja tanpa membedakan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit dan pengusaha (pasal 6).
aliran politik. 4. Setiap tenaga kerja berhak untuk
Maka suatu undang-undang tergantung memperoleh dan atau meningkatkan dan
pada pelaksanaannya. Artinya, walaupun suatu atau mengembangkan kompetensi kerja
undang-undang itu adalah baik tetapi pada sesuai dengan bakat, minat dan
pelaksanaannya tidak baik, maka pelaksanaan kemampuannya melalui pelatihan kerja
undang-undang tersebut akan menjadi tidak (pasal 11).
baik. Begitu pula, walaupun suatu undang- 5. Setiap pekerja memiliki kesempatan yang
undang tidak begitu baik tetapi bila sama untuk mengikuti pelatihan kerja (pasal
pelaksanaannya baik, maka pelaksanaan 12 ayat 3).
undang-undang tersebut akan menjadi baik. 6. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan
Karena itu, para pelaksana Undang-Undang No. kesempatan yang sama untuk memilih,
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan harus mendapatkan atau pindah pekerjaan dan
menyadari jiwa atau azas dari undang-undang memperoleh penghasilan yang layak di
tersebut, yaitu untuk meningkatkan harkat, dalam atau di luar negeri (pasal 31).
martabat dan harga diri tenaga kerja serta 7. Setiap pekerja berhak memperoleh
mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, perlindungan atas keselamatan dan
makmur dan merata. kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
Hak-hak normatif tenaga kerja telah lain-lain yang sesuai dengan harkat dan
diatur dan dilindungi negara dalam berbagai
170 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

martabat manusia serta nilai-nilai agama kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
(pasal 86 ayat 61). bersalin, hari tua dan meninggal dunia (Pasal 1
8. Setiap pekerja berhak memperoleh Ayat 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992
penghasilan yang memenuhi penghidupan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
yang layak bagi kemanusiaan (pasal 88 ayat Beberapa hal penting berkenaan dengan
1). hak normatif pekerja dalam jaminan sosial
9. Setiap pekerja dan keluarganya berhak tenaga kerja adalah:
untuk memperoleh jaminan sosial tenaga 1. Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan
kerja (pasal 99 ayat 1). sosial tenaga kerja (Pasal 3 Ayat 2 UU
10. Setiap pekerja berhak membentuk dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
menjadi anggota serikat pekerja atau serikat 2. Setiap tenaga kerja yang tertimpa
buruh (pasal 104 ayat 1). kecelakaan kerja, yang menderita penyakit
11. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan akibat hubungan kerja berhak menerima
serikat pekerja dilakukan secara sah, tertib Jaminan Kecelakaan Kerja (Pasal 8 Ayat 1
dan damai sebagai akibat gagalnya UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Pasal
perundingan (pasal 137). 2 Keppres. RI No. 22 Tahun 1993).
3. Setiap perusahaan wajib melaksanakan
Perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi program Jamsostek bagi tenaga kerja yang
3 (tiga) macam, yaitu: melakukan pekerjaan berdasarkan hubungan
1. Perlindungan Ekonomis, yaitu perlindungan kerja (Pasal 4 Ayat 1 dan pasal 17 UU
tenaga kerja dalam bentuk pengahasilan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak 4. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan
mampu bekerja diluar kehendaknya. karena kecelakaan kerja, ahli warisnya
2. Perlindungan Sosial, yaitu perlindungan berhak atas Jaminan Kematian (Pasal 12
tenaga kerja dalam bentuk jaminan Ayat 1 UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
kesehatan kerja dan kebebasan berserikat 5. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak
dan perlindungan hak untuk berorganisasi. atas Jaminan Hari Tua (Pasal 14 dan 15 UU
3. Perlindungan Teknis, yaitu perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan 6. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak
keselamatan kerja (Soepomo, 1993: 76). memperoleh Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (Pasal 16 UU Jaminan Sosial
Keselamatan dan kesehatan kerja Tenaga Kerja).
merupakan salah satu hak dasar pekerja (pasal
86 ayat 1 huruf a UU Tenaga Kerja). Untuk itu Pengupahan termasuk sebagai salah satu
pengusaha wajib melaksanakan secara sistematis aspek penting dalam perlindungan pekerja (hak
dan terintegrasi dengan sistem manajemen normatif pekerja). Hal ini secara tegas diatur
perusahaan. dalam Pasal 88 Ayat 1 UU Tenaga Kerja, bahwa
Keselamatan kerja adalah keselamatan setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan
yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
bahan dan proses pengelolahannya, landasan kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang
tempat kerja dan lingkungannya. (Sumakmur, layak di mana jumlah pendapatan pekerja dari
1987: 1). Objek keselamatan kerja adalah segala hasil pekerjaannya mampu memenuhi kebutuhan
tempat kerja. Kesehatan kerja adalah bagian dari hidup pekerja dan keluarganya secara wajar, yang
ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja meliputi makanan dan minuman, sandang, papan,
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari
baik fisik, mental maupun sosial, sehingga tua.
memungkinkan dapat bekerja secara optimal Pemerintah menetapkan kebijakan
(Depnaker, 1994/ 1995: 11). pengupahan yang melindungi pekerja yang
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja meliputi (Hardijan Rusli, 2004: 115):
adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja 1. Upah minimum,
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai 2. Upah kerja lembur,
pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang 3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan,
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat 4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kegiatan lain di luar pekerjaannya,

Koleksi BPAD Prov SU 171


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 168-181

5. Upah karena menjalankan hak waktu menggunakan kuesioner. Data yang


istirahat kerjanya, dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, dengan
6. Bentuk dan cara pembayaran, cara memeriksa data yang diperoleh dari
7. Hal-hal yang diperhitungkan dengan upah, penelitian, kemudian dicari frekuensi dan
8. Sturktur dan skala pengupahan yang persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel
proporsional, serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif.
9. Upah untuk pembayaran pesangon, Untuk memperoleh kesimpulan yang general,
10. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan. digunakan sistem penskoran Skala Likert.

Secara umum yang dimaksud dengan Hasil Penelitian dan Pembahasan


kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera
pada umumnya yang meliputi jasmani, rohani Sebelum dilakukan analisis data, terlebih
dan sosial. Kesejahteraan sosial adalah sistem dahulu digambarkan secara umum identitas dari
yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan responden yang disajikan dalam bentuk tabel.
sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan
untuk membantu individu dan kelompok untuk Tabel 1.
mencapai standar hidup dan kesehatan yang Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi
Pekerjaan
memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial
yang memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuannya sepenuh mungkin dan No Posisi F %
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan 1 Manajer 1 2,6
kebutuhan keluarga dan masyarakat (Walter A. 2 Supervisor 2 5,1
3 Administrasi 8 20,5
Friedlander, 1961). 4 Salesman 15 38,5
5 Driver 6 15,4
Metode Penelitian 6 Security 3 7,7
7 Gudang 3 7,7
8 Helper 1 2, 6
Penelitian ini mencoba menjawab
masalah yang dirumuskan, yakni: bagaimana Total 39 100,0
implementasi hak-hak normatif karyawan PT Sumber: Data Primer
H.M. Sampoerna Sales Division Batam dalam
mempengaruhi kesejahteraan karyawan tersebut Hal pertama yang perlu diketahui adalah
dan bagaimana kesejahteraan karyawan PT pengetahuan karyawan perihal hak berupa
H.M. Sampoerna Sales Division Batam ditinjau perlindungan tenaga kerja.
dari implementasi hak normatif tersebut?
Penelitian ini tergolong penelitian Tabel 2.
deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan Pengetahuan Responden tentang Perlindungan
terhadap Tenaga Kerja
subjek atau objek penelitian lembaga seseorang
dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya No Ketagori F (%)
(Nawawi, 1990: 63). 1 Tahu 39 100,0
Penelitian dilakukan di PT H.M. 2 Tidak tahu 0 0
Sampoerna Sales Division Batam yang berlokasi Total 39 100,0
di Blok Komplek Nagoya Center Batam No. 1-3 Sumber: Data Primer
Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Alasan
memilih lokasi tersebut di atas adalah karena Berdasarkan data yang disajikan pada tabel
perusahaan tersebut merupakan perusahaan di atas dapat diketahui bahwa semua responden
swasta nasional yang tergolong besar, yang mengetahui perihal perlindungan terhadap tenaga
terletak di kawasan industri Pulau Batam. kerja. Dapat dijelaskan bahwa pengetahuan
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan responden dalam perlindungan tenaga kerja ini di
karyawan Sales Division PT H.M. Sampoerna dapat dari Buku Panduan Peraturan Perusahaan
Batam yang berjumlah 39 orang. Semua Sampoerna.
populasi dijadikan sampel.
Teknik pengumpulan data yang akan
digunakan adalah wawancara dengan
172 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

Tabel 3. memberikan kontribusi terbaiknya demi kemajuan


Hak dan Peluang dalam Melamar Pekerjaan perusahaan.

No Ketagori F % Tabel 6.
1 Sama 39 100,0 Standard Kompetisi dalam Pelatihan Kerja
2 Diskriminasi 0 0
Total 39 100,0 No Jawaban F %
1 Ya 33 84,6
Sumber: Data Primer
2 Tidak 6 13,4

Dalam melamar pekerjaan di PT H.M. Total 39 100,0


Sampoerna, seluruh responden merasa bahwa Sumber: Data Primer
mereka diberikan kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi. Bila ada lowongan pekerjaan, Dari data yang disajikan pada tabel di atas
maka perusahaan mengambil kebijakan dapat diketahui bahwa tidak semua karyawan
memasang iklan lowongan pekerjaan di koran- memperoleh pelatihan kerja yang mengacu pada
koran lokal, dan dalam melamar pekerjaan ini, standar kompetensi kerja dengan tujuan untuk
perusahaan memberi kesempatan yang sama memaksimalkan kontribusi dalam bekerja yang
tanpa diskriminasi. dilakukan oleh karyawan. Contohnya, bagi
salesman diberikan pelatihan yang berkala
Tabel 4. selama 6 (enam) bulan sekali untuk dapat
Perlakuan Pengusaha atau Pimpinan
menembus target pemasaran di pasar, dan dapat
dijelaskan bahwa sebanyak 6 (enam) orang
No Ketagori F % responden yang tidak menerima pelatihan kerja
1 Sama 39 100,0 seperti data yang disajikan di atas dikarenakan
2 Tidak sama 0 0 posisi pekerjaan mereka sebagai driver (supir),
Total 39 100,0 yang pada hakikatnya tidak perlu untuk
diberikan pelatihan kerja oleh perusahaan, sebab
Sumber: Data Primer
hanya membawa kendaraan pengangkut barang
yang akan didrop ke pasar.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa
keseluruhan responden dalam bekerja sehari- Tabel 7.
hari di perusahaan merasa diperlakukan dengan Hak yang Sama dalam Memilih atau Pindah Bidang
baik, sama tanpa diskriminasi oleh pimpinan PT Pekerjaan
H.M. Sampoerna Sales Division Batam.
Kenyamanan dalam bekerja diharapkan akan No Jawaban F %
memberikan kontribusi terbaiknya demi 1 Ya 39 100,0
kemajuan perusahaan. 2 Tidak 0 0
Total 39 100,0
Tabel 5.
Perlakuan dalam Karier Sumber: Data Primer

No Jawaban F % Berdasarkan data yang disajikan pada


1 Sama 39 100,0 tabel di atas dapat diketahui bahwa semua
2 Diskriminasi 0 0 responden mengaku mendapatkan kesempatan
Total 39 100,0 yang sama tanpa diskriminasi dalam memilih,
mendapatkan atau pindah bidang pekerjaan.
Sumber: Data Primer
Tentu saja dengan syarat-syarat tertentu, yaitu
karyawan yang hendak memilih, mendapatkan
Dari data tersebut di atas semua responden atau pindah bidang pekerjaan tersebut
mengaku merasa mendapatkan perlakuan yang memenuhi berbagai kriteria yang diperlukan
sama dari perusahaan dalam meniti karier di untuk suatu bidang pekerjaan tersebut.
perusahaan ini. Dalam hal ini diharapkan
terciptanya dan bertambahnya motivasi karyawan
dalam bekerja yang pada akhirnya karyawan dapat

Koleksi BPAD Prov SU 173


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 168-181

Tabel 8. 1) poliklinik atau dokter perusahaan, 2)


Hak Mendapatkan Alat-Alat Perlindungan Kerja Sampoerna Human Resources Policy (sistem
dan prosedur biaya pengobatan yang diberikan
No Jawaban F % oleh PT H.M. Sampoerna kepada karyawan), 3)
1 Ya 13 33,3 bantuan dana untuk biaya melahirkan karyawan
2 Kadang-kadang 17 43,6 wanita, tunjangan kesehatan dan fasilitas
3 Tidak 9 23,1 pengobatan untuk karyawan, suami/ istri
Total 39 100,0 karyawan dan 3 (tiga) orang anak karyawan, 4)
Sumber: Data Primer perawatan gigi yang berkala, dan 5) tunjangan
alat bantu koreksi penglihatan.
Dalam hal hak mendapatkan fasilitas
perlindungan kerja, ternyata terjadi perbedaan Tabel 11.
Adanya Ketentuan atau Langkah-Langkah Demi
jawaban, yaitu karyawan bagian gudang, driver Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan satpam. Adapun alat-alat perlindungan kerja
tersebut adalah seperti: helm dan sarung tangan
No Jawaban F %
untuk karyawan gudang, perangkat PPPK, racun
api dan kelengkapan satpam. 1 Ya 39 100,0
2 Kadang-kadang 0 0
3 Tidak ada 0 0
Tabel 9.
Ketersediaan Alat Perlindungan Kerja Total 39 100,0

Sumber: Data Primer


No Jawaban F %
1 Ya 37 94,9 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
2 Kadang-kadang 2 5,1 keseluruhan responden mengaku adanya
3 Tidak ada 0 0 ketentuan atau langkah-langkah yang diterapkan
Total 39 100,0 perusahaan gunna menjamin keselamatan dan
Sumber: Data Primer
kesehatan kerja. Salah satu langkah tersebut
adalah dengan adanya SOP (Standard
Data di atas menginformasikan, bahwa Operational Procedure) yang harus dilakukan
ada 2 orang responden yang menyatakan hanya karyawan untuk meminimalisir kecelakaan
kadang-kadang alat-alat perlindungan kerja di kerja, larangan merokok di ruangan yang
perusahaan dirasakan cukup memadai, menggunakan pendingin udara dan di dalam
sedangkan 37 orang responden menganggap alat gudang stok barang, demi kesehatan bersama
perlindungan kerja yang tersedia di perusahaan dan keselamatan barang, dan untuk bagian
sudah memadai. Padahal pihak perusahaan administrasi, demi mencegah kebakaran, maka
mengaku telah semaksimal mungkin mematikan alat-alat elektronik ketika hendak
memberikan perlindungan kerja yang baik dan pulang kerja.
memadai kepada pekerjanya.
Tabel 12.
Besarnya Upah Dibandingkan dengan UMR Kota
Tabel 10. Batam
Ketersediaan Fasilitas dan Program Kesehatan

No Jawaban F %
No Jawaban F %
1 Lebih besar 39 100,0
1 Ya 39 100,0 2 Sama 0 0
2 Kadang-kadang 0 0 3 Lebih kecil 0 0
3 Tidak 0 0
Total 39 100,0
Total 39 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data yang disajikan di atas,
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
diketahui bahwa responden secara keseluruhan
semua responden mendapatkan fasilitas dan
mengetahui dengan jelas bahwa upah yang
program kesehatan dari perusahaan. Adapun
mereka dapatkan adalah lebih besar dari UMP
fasilitas dan program kesehatan tersebut adalah:
Riau/Batam.
174 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

Tabel 13. Dan dapat dijelaskan bahwa perusahaan berhak


Keikutsertaan dalam Program Jamsostek membatalkan Hak Cuti Tahunan tersebut bila
tidak diambil atau digunakan karyawan pada
No Jawaban F % tahun tersebut. Selanjutnya para karyawan pun
1 Ya 39 100,0 mengaku bahwa tidak akan mengambil Cuti
2 Tidak 0 0 Tahunan bila tidak ada keperluan penting di luar
Total 39 100,0 pekerjaan.
Sumber: Data Primer
Tabel 16.
Keterlibatan dalam Membuat Perjanjian Kerja
Dari data di atas menunjukkan bahwa, Bersama
semua responden ikut serta dalam Program
Jamsostek. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa No Jawaban F %
memang ada peraturan di PT H.M. Sampoerna
1 Ya 0 0
untuk mewajibkan setiap karyawan permanen 2 Tidak 39 100,0
atau karyawan tetap untuk ikut serta dalam Total 39 100,0
Program Jamsostek tersebut.
Sumber: Data Primer
Tabel 14.
Hak untuk Istirahat Setiap Minggu sebagai Istirahat Dari data yang disajikan pada tabel di
Mingguan atas dapat diketahui, bahwa semua responden
tidak pernah dilibatkan dalam pembuatan
No Kategori F % Perjanjian Kerja Bersama. Berarti dapat
1 Selalu 39 100,0 disimpulkan bahwa responden tidak ada yang
2 Kadang-kadang 0 0 menjadi pengurus Serikat Pekerja pada PT
3 Tidak pernah 0 0 H.M. Sampoerna, sehingga tidak dilibatkan
Total 39 100,0 membuat Perjanjian Kerja Bersama. Seperti
Sumber: Data Primer yang diketahui bahwa, Undang-Undang
Diketahui bahwa seluruh responden selalu Tenaga Kerja mengatur bahwa yang membuat
mendapatkan hak untuk libur setiap minggunya Perjanjian Kerja Bersama itu adalah pengusaha
sebagai Hari Istirahat Mingguan. Dan hak untuk dengan perwakilan dari serikat pekerja
libur setiap minggu ini tak pernah disia-siakan perusahaan.
oleh para karyawan untuk beristirahat setelah 6
hari kerja yang melelahkan. Dan seperti Tabel 17.
Pengetahuan Perihal Hak untuk Mogok Kerja
kebisaaan di seluruh dunia Hari Istirahat
Mingguan tersebut adalah Hari Minggu.
No Jawaban F %
Tabel 15. 1 Ya 0 0
Hak Cuti Tahunan 2 Tidak 39 100,0
Total 39 100,0
No Jawaban F % Sumber: Data Primer
1 Ya 39 100,0
2 Tidak 0 0 Data yang disajikan di atas merupakan
Total 39 100,0 hal yang menarik, karena keseluruhan
Sumber: Data Primer responden tidak mengetahui perihal hak
untuk mogok kerja bagi karyawan atau
Perusahaan memberikan hak Cuti pekerja, padahal hak tersebut adalah salah
Tahunan kepada karyawannya, sebagaimana satu hak normatif tenaga kerja dan dengan
yang diakui oleh seluruh responden. Cuti jelas diatur dan dilindungi oleh pemerintah
Tahunan tersebut sebanyak 12 hari dalam dalam UU Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003.
setahun, tapi tidak boleh sekaligus digunakan Ditelusuri lebih lanjut bahwa responden
oleh para karyawan, yaitu harus 2 kali ambil cuti hanya mengetahui hal-hal tentang
tahunan, sehingga dalam sekali Cuti Tahunan perlindungan kerja dari Buku Pedoman
hanya boleh diambil sebanyak 6 hari cuti saja. Peraturan Perusahaan Sampoerna, sedangkan

Koleksi BPAD Prov SU 175


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 168-181

di dalam buku peraturan perusahaan tersebut disebabkan oleh posisi pekerjaan yang berbeda
tidak dimuat dan diatur mengenai Hak dan lamanya masa kerja karyawan tersebut di
Mogok Kerja. Diyakini perusahaan memang perusahaan. Ada kebijakan dari perusahaan
sengaja tidak menjelaskannya pada para bahwa setiap tahunnya gaji atau upah karyawan
karyawannya, demi kepentingan bisnis itu meningkat sebesar 8% (delapan persen) s.d.
semata. 13% (tiga belas persen). Sedangkan tunjangan
dan dana pendapatan lainnya tidak ada sama
Tabel 18. sekali diberikan oleh perusahaan, sebab bantuan
Perolehan Buku Pedoman tentang Peraturan dan tunjangan bagi karyawan semuanya telah
Perusahaan
diatur dalam Sampoerna Human Resources
Policy (Sistem dan Prosedur Biaya Pengobatan,
No Jawaban F % Tunjangan Serta Dana Bantuan dan
1 Ya 39 100,0 Kesejahteraan yang diberikan oleh PT H.M.
2 Tidak 0 0 Sampoerna kepada karyawan). Dari gaji pokok
Total 39 100,0 setiap karyawan dipotong sebanyak 2% (dua
persen) tiap bulannya untuk Asuransi Tenaga
Sumber: Data Primer
Kerja (Astek).
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 20.
tabel di atas, semua responden mengaku Kecukupan dan Kelayakan Upah yang Diperoleh
mendapatkan Buku Pedoman Peraturan
Perusahaan. Adapun pihak perusahaan juga No Jawaban F %
dengan sengaja membagi buku pedoman
1 Sudah cukup 39 100,0
tersebut dengan gratis dengan tujuan untuk 2 Tidak selalu cukup 0 0
dapat memberikan pengetahuan tentang tata 3 Tidak pernah cukup 0 0
tertib perusahaan dan perlindungan kerja Total 39 100,0
karyawan. Dan tidak lain tujuan dari hal
tersebut adalah demi terciptanya suasana Sumber: Data Primer
kerja yang aman, kondusif, nyaman dan tertib
agar perusahaan dapat berjalan dengan baik Berdasarkan data di atas, keseluruhan
dengan mendapatkan income yang baik pula. responden mengaku sudah menerima gaji atau
upah yang sudah layak dan mencukupi.
Tabel 19.
Distribusi Jawaban Responden tentang Penghasilan Tabel 21.
atau Upah Adanya Bonus Selain Upah

No Jawaban F % No Jawaban F %
1 Rp 1.000.000,- 1 2,6 1 Ya 39 100,0
2 Rp 1.200.000,- 3 7,7 2 Tidak 0 0
3 Rp 1.400.000,- 1 2,6 Total 39 100,0
4 Rp 1.500.000,- 8 20,5
5 Rp 1.600.000,- 2 5,1 Sumber: Data Primer
6 Rp 1.800.000,- 1 2,6
7 Rp 2.000.000,- 10 25,6 Bonus selain upah yang diberikan oleh
8 Rp 2.500.000,- 8 20,5
9 Rp 3.500.000,- 2 5,1
perusahaan kepada karyawannya berdasarkan
10 Rp 4.500.000,- 2 5,1 omzet dan target yang dicapai perusahaan. Jadi
11 Rp 6.000.000,- 1 2,6 hal ini membuat seluruh responden mengakui
Total 39 100,0 adanya bonus setiap tiga bulannya selain upah
atau gaji yang mereka terima setiap bulannya.
Sumber: Data Primer
Alasan diberikannya bonus adalah sebagai
motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik
Dari data yang disajikan pada tabel di atas
dan diharapkan dapat mencapai target yang telah
dapat diketahui bahwa, gaji atau upah para
ditentukan perusahaan. Bonus yang diberikan
karyawan PT H.M. Sampoerna Sales Division
sesuai dengan target yang dicapai karyawan dan
Batam sangat bervariatif. Hal ini tentunya

176 Koleksi BPAD Prov SU


Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

perusahaan dan bisa saja bonus tersebut sebesar sisa penghasilan atau upah yang dapat ditabung
gaji atau upah yang diterima oleh karyawan. serta responden yang pandai berhemat.

Tabel 22. Tabel 24.


Kepuasan Karyawan Atas Bantuan dan Bonus Kecukupan Biaya untuk Perjalanan Dinas

No Jawaban F % No Jawaban F %
1 Cukup 24 61,5
1 Ya 39 100,0 2 Kadang-kadang 0 0
2 Tidak 0 0 3 Tidak cukup 0 0
3 Perlu ditingkatkan 0 0 4 Tidak tahu 15 38,5
Total 39 100,0
Total 39 100,0
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer

Dengan alasan bahwa bantuan atas Dapat diketahui dari data yang tersaji
kesejahteraan yang cukup melalui Sampoerna pada tabel di atas yaitu sebanyak 61,54%
Human Resources Policy (Sistem dan Prosedur responden mengaku mendapatkan biaya
Biaya Pengobatan, Tunjangan Serta Dana perjalanan dinas dan penginapan yang cukup.
Bantuan dan Kesejahteraan yang diberikan oleh Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu
PT H.M. Sampoerna kepada karyawan) dan atas adalah mereka yang belum dan tidak pernah
bonus yang memuaskan, maka didapat data yang pergi untuk perjalanan dinas, yaitu bagian
menjelaskan bahwa keseluruhan responden administrasi, gudang dan security. Adapun
responden yang pernah dan bahkan selalu
merasa puas atas bantuan dan bonus yang
melakukan perjalanan dinas adalah salesman,
diberikan perusahaan kepada mereka. driver, supervisor sales dan manajer. Dapat
dijelaskan bahwa biaya perjalanan dinas tersebut
Tabel 23. sebesar Rp 79.000,- per harinya dan biaya untuk
Peluang Menabung Karyawan
menginap sebesar Rp 140.000,- per malammya.

No Jawaban F % Tabel 25.


Status Tempat Tinggal Karyawan
1 Dapat 24 61,5
2 Kadang-kadang 11 28,2
3 Tidak dapat 4 10,3 No Jawaban F %
Total 39 1 Milik sendiri 2 5,1
100,0 2 Menyewa 32 82,1
3 Rumah dinas 0 0
Sumber: Data Primer 4 Menumpang 5 12,8
Total 39 100,0
Berdasarkan data yang tersaji pada tabel
Sumber: Data Primer
di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden, yaitu 61,5% mengaku dapat
Dapat diketahui dari data yang tersaji
menabung dari penghasilan atau upah yang pada tabel di atas bahwa sebahagian besar, yaitu
mereka terima setiap bulannya. Sedangkan 82,1% responden menyewa atau mengontrak
sebanyak 28,2% responden mengaku kadang- rumah dan menyewa kamar kost. Sedangkan
kadang dapat menabung dari gaji atau yang memiliki tempat tinggal sendiri hanya
penghasilan mereka, selebihnya, yakni 10,3% sebanyak 2 orang responden saja dan yang
Bila jawaban responden dikaitkan dengan biaya menumpang (bisa pada tempat tinggal saudara
hidup di Kota Batam yang relatif besar, dapat atau masih bersama orang tua) ada sebanyak 5
ditarik gambaran bahwa responden yang tidak orang responden. Dapat digambarkan bahwa,
dapat menabung dari gaji tersebut adalah sebanyak 32 responden yang tempat tinggalnya
menyewa atau mengontrak adalah bukan warga
responden yang berpenghasilan pas-pasan
asli Kota Batam, tetapi para pekerja yang
dengan biaya hidupnya, dan yang dapat mencari kerja ke Kota Batam dari luar Kota
menabung adalah responden yang mempunyai Batam (ada yang dari Pekanbaru, Dumai,
Medan, dan Jakarta). Dan rupanya tidak ada

Koleksi BPAD Prov SU 177


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 168-181

satupun responden yang bertempat tinggal pada Dari data yang disajikan pada tabel di atas
rumah dinas perusahaan. dapat disimpulkan bahwa sebanyak 37
orang responden mengaku merasa terlindungi
Tabel 26. dalam hal kesehatan, yaitu dalam hal biaya
Bantuan Sewa Tempat Tinggal
pengobatan dan perawatan medis. Rasa
No Jawaban F % terlindunginya kesehatan responden ini bisa
1 Ya 0 0 dipastikan karena budget untuk pengobatan dan
2 Tidak 39 100,0 kesehatan karyawan PT H.M. Sampoerna yang
Total 39 100,0 lumayan besar jumlahnya, yaitu sebesar Rp
Sumber: Data Primer 3.000.000,- per tahun per orang. Tapi ada juga
sedikit responden yang merasa belum
Perusahaan tidak memberikan bantuan sepenuhnya terlindungi kesehatannya, yaitu
kepada karyawan dalam hal bantuan biaya sejumlah 2 orang responden. Tidak dapat
perumahan bila karyawan menyewa atau diketahui dengan jelas apa alasan mereka
mengontrak tempat tinggalnya. Hal ini dapat sehingga merasa kadang-kadang saja
diketahui dari data yang disajikan pada tabel di terlindungi.
atas. Dan memang pihak PT H.M. Sampoerna
Batam menjelaskan bahwa dalam hal bantuan Tabel 29.
Perolehan Pakaian Seragam untuk Bekerja dari
biaya menyewa atau mengontrak tempat tinggal Perusahaan
bagi karyawan, perusahaan tidak ada
mengalokasikan dana untuk itu. Jadi bila
menyewa atau mengontrak tempat tinggal, No Jawaban F %
karyawan hanya dapat berharap dari gaji atau 1 Ya 39 100,0
penghasilannya saja ditambah dengan bonus 2 Tidak 0 0
yang diterimanya.
Total 39 100,0
Tabel 27. Sumber: Data Primer
Bantuan Perumahan

No Jawaban F % Semua responden mengaku mendapatkan


1 Ada 0 0 pakaian seragam untuk bekerja dari perusahaan.
2 Tidak ada 39 100,0 Adapun tujuan perusahaan memberikan pakaian
Total 39 100,0 seragam pada karyawannya adalah supaya
identitas perusahaan tergambar pada karyawannya
Sumber: Data Primer
dan juga sebagai prasarana untuk menciptakan
suasana kerja yang baik dan kondusif.
Dari distribusi jawaban responden di atas
dapat diketahui bahwa PT H.M. Sampoerna Tabel 30.
Sales Division Batam tidak memberikan bantuan Mendapatkan Dana Pensiun
perumahan, seperti mess ataupun rumah dinas
kepada keseluruhan responden. Dan memang
No Jawaban F %
perusahaan tidak ada memiliki rumah dinas
perusahaan ataupun mess untuk para 1 Ya 39 100,0
2 Tidak 0 0
karyawannya, sehingga sebagian besar
Total 39 100,0
karyawan menyewa atau mengontrak tempat
tinggal atau bahkan menumpang di tempat Sumber: Data Primer
tinggal saudara. Dari distribusi jawaban responden pada tabel
Tabel 28. di atas dapat diketahui bahwa semua responden
Rasa Terlindungi dalam Hal Biaya Pengobatan dan
Perawatan
mendapatkan dana pensiun dari pensiun. Tapi bukan
secara langsung perusahaan memberikannya dan
No Jawaban F % menetapkan besarnya dana, melainkan diberikan
1 Ya 37 94,9 berdasarkan dana yang dikelola oleh Dana Pensiun
2 Kadang-kadang 2 5,1 Sampoerna. Adapun dana pensiun yang didapatkan
3 Tidak 0 0
kelak oleh para karyawan adalah dari pemotongan
Total 39 100,0
gaji setiap bulannya sesuai ketentuan perundangan
Sumber: Data Primer tentang Jamsostek. Sehingga bila seorang
178 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

karyawan statusnya sudah sebagai karyawan driver, security, helper gudang dan juga
tetap, maka karyawan mendapatkan dana salesman.
pensiun, yang didapat berdasarkan pemotongan
terhadap gaji setiap bulannya sesuai ketentuan Tabel 33.
perundangan tentang Jamsostek. Kepuasan Bekerja

Tabel 31. No Jawaban F %


Merasa Aman, Nyaman dan Kondusif dalam Bekerja 1 Puas 34 87,2
2 Kadang-kadang 5 12,8
No Jawaban F % 3 Tidak puas 0 0
1 Ya 29 74,3 Total 39 100,0
2 Kadang-kadang 10 25,7
Sumber: Data Primer
3 Tidak 0 0
Total 39 100,0
Pada distribusi jawaban responden di atas,
Sumber: Data Primer diketahui bahwa 87,18% karyawan merasa puas
dalam bekerja di PT H.M. Sampoerna Sales
Dapat dilihat pada data yang tersaji pada Division Batam. Dan sisanya sejumlah 5 orang
tabel di atas, bahwa sebanyak 10 orang responden responden hanya kadang-kadang saja merasakan
merasa hanya kadang-kadang saja merasa suasana kepuasan dalam bekerja pada perusahaan
yang aman, nyaman dan kondusif dalam bekerja. tersebut. Adapun sebagian responden merasa
Sedangkan selebihnya sebanyak 29 orang responden hanya kadang-kadang saja puas bekerja adalah
mengaku merasakan suasana aman, nyaman dan dikarenakan oleh responden yang memang tak
kondusif, karena perusahaan berusaha semaksimal berniat bekerja atau meniti karier pada
mungkin menciptakan suasana kerja yang aman, perusahaan tersebut, atau hanya sebagai batu
nyaman dan kondusif. Lebih jelas lagi bahwa loncatan dan mencari pengalaman kerja dan
responden yang merasa kadang-kadang saja aman, sebagainya. Tapi meskipun begitu, melihat
nyaman dan kondusif dapat dikatakan dikarenakan usaha yang dilakukan oleh PT H.M. Sampoerna
oleh suasana Kota Batam yang hiruk pikuk dengan dalam kesejahteraan karyawannya sudah cukup
aktivitas setiap warganya, sehingga mempengaruhi baik, apalagi bila dilihat dari segi penghasilan
karyawan yang bekerja turun ke lapangan tidak yang cukup, suasana kerja yang kondusif dan
mendapatkan suasana kerja yang kondusif usaha menjamin keselamatan dan kesehatan
seperti suasana kerja di kantor perusahaan. karyawannya.

Tabel 32. Nilai Skala Likert


Rasa Terjamin dan Terlindunginya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Setelah berbagai gambaran dan penjelasan
yang disajikan di atas tentang implementasi hak-
No Jawaban F (%) hak normatif tenaga kerja di PT H.M.
1 Ya 26 66,7 Sampoerna Sales Division Batam, maka secara
2 Kadang-kadang 13 33,3
3 Tidak 0 0
umum dapat dikatakan mempunyai pengakuan
yang positif secara signifikan (bobot nilai = 0,33
Total 39 100,0
s.d. 1), sebab rata-rata sebahagian besar
Sumber: Data Primer, 2005 distribusi jawaban responden adalah
Rasa terjamin dan terlindunginya memberikan keterangan tentang PT H.M.
keselamatan dan kesehatan kerja responden Sampoerna Sales Division Batam yang telah
berdasarkan data yang tersaji di atas, ditarik mengimplementasikan dengan baik hak-hak
kesimpulan bahwa sebesar 66,67% responden normatif tenaga kerja sebagaimana dimaksudkan
yang merasakannya. Sedangkan 33,33% responden dalam undang-undang.
merasa kadang-kadang saja terlindungi Atas dasar keseluruhan distribusi jawaban
keselamatannya dan kesehatannya dalam responden tentang kesejahteraan karyawaan PT
bekerja. Ditelusuri lebih lanjut bahwa, H.M. Sampoerna Sales Division Batam yang
responden yang hanya kadang-kadang saja telah digambarkan dan dijelaskan di atas, maka
merasa terjamin keselamatannya adalah diketahui secara umum dengan pengunaan Skala
karyawan yang di antaranya bekerja pada posisi
Koleksi BPAD Prov SU 179
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 168-181

Likert, bahwa perusahaan tersebut telah menabung dari penghasilan tersebut. Jaminan
berusaha dengan memberikan yang terbaik kesehatan bagi karyawan PT H.M. Sampoerna
dalam hal kesejahteraan karyawannya sesuai Sales Division Batam juga sangat dirasakan sangat
kemampuan perusahaan tersebut, dan diketahui baik oleh karyawannya, hal ini karena didukung
bahwa pengakuan keseluruhan responden dapat oleh Sampoerna Human Resources Policy.
dikatakan sebagai pengakuan yang positif secara Sedangkan untuk jaminan hari tua, maka
signifikan (dengan bobot nilai = 0,33 s.d. 1). karyawan mendapatkan dana pensiun dari
perusahaan, tapi bukan secara langsung
Kesimpulan perusahaan memberikannya dan menetapkan
besarnya dana, melainkan diberikan berdasarkan
Implementasi hak normatif tenaga kerja dana yang berasal dari pemotongan terhadap
oleh PT H.M. Sampoerna Sales Division Batam penghasilan karyawan yang didapatkan setiap
telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat bulannya yang dikelola oleh Dana Pensiun
diketahui dari pengakuan responden yang Sampoerna.
sebagian besar positif secara signifikan, Secara umum dengan pengunaan Skala
mencerminkan kebijakan-kebijakan perusahaan Likert, bahwa perusahaan tersebut telah
menyangkut hak normatif karyawan sesuai dengan berusaha dengan memberikan yang terbaik
peraturan dan perundang-undangan yang dalam hal kesejahteraan karyawannya sesuai
berlaku. kemampuan perusahaan tersebut, dan diketahui
Dengan adanya perlakuan-perlakuan yang bahwa pengakuan keseluruhan responden dapat
sama tanpa diskriminasi oleh pengusaha atau dikatakan sebagai pengakuan yang positif secara
pimpinan dalam kesempatan melamar, suasana signifikan (dengan bobot nilai =
kerja yang baik, perlakuan dalam berkarier yang 0,33 s.d. 1).
sama dan lain-lain, maka PT H.M. Sampoerna
Sales Division Batam sudah berusaha memenuhi Saran
hak-hak dasar karyawannya. Mengenai
perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan Melihat upaya-upaya PT H.M. Sampoerna
kerja, PT H.M. Sampoerna Sales Division Sales Division Batam yang telah dideskripsikan
Batam juga telah memberikan fasilitas dan di atas dalam menciptakan kesejahteraan para
menjalankan program yang menunjang karyawannya, maka dapat diberikan saran yang
kesehatan para karyawannya. ditujukan bagi karyawan PT H.M. Sampoerna
Implementasi hak-hak normatif tenaga Sales Division Batam agar meningkatkan mutu
kerja di PT H.M. Sampoerna Sales Division kerjanya sehingga perusahaan dapat
Batam secara umum bersifat positif secara memperoleh laba yang meningkat dari tahun-
signifikan (bobot nilai = 0,33 s.d. 1), sebab tahun sebelumnya. Bagi pihak PT H.M.
sebagian besar jawaban responden tentang PT Sampoerna Sales Division Batam dapat
H.M. Sampoerna Sales Division Batam yang diberikan saran yaitu, pertama agar pihak
telah mengimplementasikan dengan baik hak- perusahaan dapat memikirkan dan mewujudkan
hak normatif tenaga kerja sebagaimana fasilitas perumahan (seperti mess atau rumah
dimaksudkan dalam undang-undang. dinas) bagi karyawannya. Memang penghasilan
Kesejahteran karyawan telah terwujud yang diberikan perusahaan kepada karyawannya
cukup besar dan diyakini telah mencukupi untuk
dengan baik, hal ini dapat dilihat melalui upaya-
biaya tempat tinggal, tapi alangkah baiknya bila
upaya dalam hal kesejahteraan karyawannya yang
fasilitas perumahan tersebut dapat terwujud
dilakukan oleh PT H.M. Sampoerna Sales
demi lebih terjaminnya kesejahteraan karyawan,
Division Batam dengan sangat baik. Apalagi atau paling tidak perusahaan dapat memberikan
bila dilihat perwujudan kesejahteraan yang baik bantuan berupa dana untuk biaya tempat tinggal
tersebut dari segi penghasilan yang cukup, para karyawannya. Kedua, agar perusahaan pada
suasana kerja yang kondusif dan usaha tahun-tahun berikutnya dapat mengeluarkan
menjamin keselamatan dan kesehatan serta kebijakan-kebijakan yang lebih lagi
jaminan sosial karyawannya. Adapun upah, memperhatikan dan mengutamakan hak-hak
tunjangan, bonus dan biaya perjalanan yang normatif karyawannya tanpa membebani
diberikan oleh perusahaan tersebut sudah perusahaan lebih berat, sehingga diharapkan
dirasakan cukup oleh seluruh responden dan tidak terjadinya aksi-aksi yang mengkritisi tajam
bahkan sebahagian besar karyawannya dapat
180 Koleksi BPAD Prov SU
Fronner M. D. S., Tinjauan Implementasi Hak Normatif...

kebijakan perusahaan yang biasanya disertai


dengan pemogokan kerja, yang bila pada Nurdin, Fadhil, 1990, Pengantar Studi
akhirnya hal tersebut terjadi, maka hanya Kesejahteraan Sosial, PT Angkasa,
mendatangkan kerugian yang sangat besar bagi Bandung.
kedua belah pihak.
Bagi pihak perusahaan dan karyawan agar Poedarminta, W. J. S, 1996, Kamus Umum
lebih lagi meningkatkan suasana kerja yang Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka,
lebih baik dan menjaga agar semangat kerja Jakarta.
karyawannya meningkat dan terutama target
perusahaan dapat tercapai, yang pada akhirnya Singarimbun, Masri, 1985, Metode Penelitian
akan mempengaruhi kesejahteraan karyawan Survei, LP3S, Jakarta.
dan kemajuan serta kesuksesan PT H.M.
Sampoerna Sales Division Batam. Soepomo, 1993, Hukum Perburuhan,
Djambatan, Jakarta.
Daftar Pustaka
Sumakmur, 1987, Keselamatan Kerja dan
Abdul, Hakim, 2004, Hukum Tenaga Kerja Pencegahan Kecelakaan Kerja, Haji Mas
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, Agung, Jakarta.
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Syarif, Muhidin, 1981, Pengantar
Arikunto, Suharsini, 1998, Prosedur Penelitian, Kesejahteraan Sosial, STKS,
Aneka Cipta, Jakarta. Bandung.

Azwar, Saifuddin, 1992, Sikap Manusia: Teori Sumarnonugroho, T, 1987, Sistem Intervensi
dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Kesejahteraan Sosial, Penerbit PT
Yogyakarta. Hanindita, Yogyakarta.

Bahder, Johan, Nasution, 2004, Hukum Tenaga Walter A. Friedlander, Introduction to Social
Kerja Kebebasan Berserikat Bagi Welfare 3th Edition, Englewood Cliffs,
Pekerja, Mandar Maju. New Jersey, Prentice Hall Inc., 1968.

Depnakertrans, RI, 2005, Evaluasi


Depnakertrans Tahun 2004, Jakarta. Sumber-sumber lain:

Erna Widodo & Mukhtar, 2000, Konstruksi Harian Analisis, Medan, Rabu, 23 April 2003: 2.
Kearah Penelitian Deskriptif, Avyrouz,
Yogyakarta. Harian Analisis, Medan, Selasa, 21 Desembrer
2004: 6.
Hadari, Nawawi, 1991, Metode Penelitian
Bidang Sosial, Gadjah Mada University Harian Analisis, Medan, Kamis, 23 Desember
Press, Yogyakarta. 2004: 6.

Hardijan Rusli, 2004, Hukum Tenaga Kerja Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, Sabtu, 3
2003, Ghalia Indonesia, Jakarta. Mei 2003: 9.
Kansil, 1997, Pokok-Pokok Hukum Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Pustaka Sinar Peraturan Perusahaan Sampoerna 2003-2005.
Harapan, Jakarta.
Tempo Interaktif, Selasa 21 Desember 2004,
Lalu, Husni, 2003, Pengantar Hukum Tenaga 12:24 WIB.
Kerja Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.

Koleksi BPAD Prov SU 181


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENTREPRENEURSHIP
SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUKAAN LAPANGAN KERJA
SELUAS-LUASNYA

Mulatua P. Silalahi

Abstract

The unemployment high level in Indonesia is the national big problem. We have to
appreciate that 37 million unemployment is the large number and the government has to
do something. Economic growth planned by the government, 7 – 8 percents curtained not
enough to supply the need number of field of work, especially to solve the latest
unemployment problem in Indonesia. As we know that 1 percent economic grow can
supply the new field of work for 300.000 – 400.000 workers. This means that Indonesia
only can supply the new field of work for 2,1 – 2,4 millions workers in one year.

Keywords: entrepreneur, job creation

Pendahuluan kebijakan makro ekonomi lainnya seperti


pengendalian inflasi yang terukur, suku bunga
Angka pengangguran yang mencapai yang kompetitif untuk membuat sektor riel
puluhan juta orang saja bagi negara berpenduduk bergairah melakukan usahanya, iklim investasi
200 juta jiwa lebih sesungguhnya sudah yang transparan dan efisien.
merupakan problema yang sangat besar. Bagi Tidak tersedianya lapangan kerja yang
pemerintah atau penguasa baru sesungguhnya cukup akan membuat pengangguran menjadi
kondisi buruk seperti ini bahkan dianggap sudah pemicu masalah di tengah-tengah masyarakat.
merupakan alasan kuat untuk mengajak jajaran Pengangguran yang tidak segera dicarikan jalan
kabinetnya untuk segera angkat koper. Hal ini keluar yang tepat, pada akhirnya dapat menjadi
terjadi karena Pemerintah ternyata tidak mampu pemicu masalah dalam kehidupan berbangsa dan
melakukan sesuatu yang merupakan kewajiban bernegara. Adapun dampak buruk dari
dasarnya, yakni untuk memenuhi kebutuhan pengangguran dapat berpengaruh kepada kondisi
dasar bagi warga negaranya. sosial ekonomis, psikologis, maupun secara makro
Menyadari realitas yang ada, maka perlu ekonomi. Kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh
dicari suatu terobosan yang tepat dan terarah rumah tangga yang mengalami pengangguran
serta berkesinambungan, agar lapangan membuat retaknya harmonisasi hubungan
pekerjaan dapat terbuka seluas-luasnya. Salah keluarga. Individu yang menganggur cukup lama,
satu kebijakan yang perlu dilakukan adalah berakibat kondisi mental semakin tertekan dan
melalui "pendidikan dan pelatihan cenderung untuk bertindak negatif. Pada
entrepreneurship sebagai alternatif pembukaan akhirnya, dapat dipastikan tidak
lapangan kerja seluas-luasnya". Terowosan ini produktifnya sumber daya manusia akan menjadi
dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi beban bila diukur dari produktivitas nasional.
bahwa semua komponen bangsa harus bahu Mengingat dampak pengangguran yang
membahu untuk menciptakan lapangan begitu luas, maka masalah pengangguran adalah
pekerjaan, dan bukan berlomba-lomba untuk prioritas yang harus diselesaikan oleh pemerintah
mencari lapangan pekerjaan. Kebijakan ini harus sesegera mungkin. Pembukaan lapangan kerja
dapat dilaksanakan secara komprehensif dengan seluas-luasnya di dalam negeri akan mengurangi

Mulatua P. Silalahi adalah Staf Pengajar Jurusan Manajemen STIE Tricom Medan

182 Koleksi BPAD Prov SU


Silalahi, Pendidikan dan Pelatihan...

citra bahwa bangsa ini adalah bangsa kelas produksinya.


"kuli/budak" bagi bangsa lain. Pembukaan
lapangan kerja seluas-luasnya di dalam negeri Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi
diharapkan dapat membuat bangsa ini menjadi Tumbuhnya Entrepreneurship
bangsa yang terhormat dan bermartabat.
Beberapa negara maju khususnya Amerika
Beberapa Konsep Serikat, Korea Selatan, dan negara-negara di Asia
Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan
Entrepreneur adalah individu atau Singapura, ternyata dapat mencapai perkembangan
sekelompok individu yang memiliki ekonomi yang tergolong sangat cepat, karena
kemampuan mengkombinasikan faktor-faktor didukung oleh banyak entrepreneur yang cakap
produksi (land, labor, dan capital) untuk dan tangguh. Sementara Uni Soviet masih
menghasilkan produk dan jasa yang baru. Pada ketinggalan dalam pembangunan
dasarnya seorang entrepreneur memerlukan dan entrepreneurshipnya, walaupun negara tersebut
mengusahakan agar manpower, material, dan sudah berusaha memperbaiki undang-undang yang
capital dapat secara optimal digunakan. berkaitan dengan entrepreneurship.
Entrepreneurship adalah kemampuan Beberapa negara di mana
seseorang atau sekelompok orang yang dapat entrepreneurshipnya sudah mencapai tingkat yang
menggunakan faktor-faktor produksi yang ada
mapan, seperti Inggris, telah memiliki banyak
untuk dapat menghasilkan suatu produk/jasa
industri yang dapat menghasilkan pesawat, mobil,
yang baru. Ada tiga komponen yang penting
yang pada awalnya diproduksi oleh perusahaan-
dari pengertian entrepreneurship ini, yakni:
perusahaan negara, tetapi pada akhirnya industri
1. The pursuit of opportunities
tersebut kini lebih didominasi oleh private
Seorang entrepreneur adalah orang yang
mencari peluang untuk dapat meningkatkan ownership.
bisnisnya melalui perubahan dan transformasi, Pengelolaan perusahaan yang banyak
hingga pengenalan atas produk dan jasa dilakukan oleh pihak swasta mampu
yang dihasilkan. memberikan kondisi yang positif kepada
2. Innovation pemerintah, karena pemerintah dapat lebih
Mampu menggunakan faktor produksi yang mudah melakukan bimbingan dan pengarahan,
ada (land, labor, dan capital) untuk dapat sebagai konsekuensi peran pemerintah di dalam
menghasilkan produk yang baru. pembangunan ekonomi.
3. Growth Ada dua faktor ekonomi yang perlu
Seorang entrepreneur akan berusaha diidentifikasikan sebagai faktor yang dapat
semaksimal mungkin agar usahanya dapat mempengaruhi tumbuhnya entrepreneurship,
terus mengalami pertumbuhan. yaitu:
1. Economic factors (faktor ekonomi)
Perbedaan Entrepreneurship dengan Pada dasarnya entrepreneurship dapat
Manajemen tumbuh melalui promosi atas perubahan
ekonomi ditinjau dari sudut pertumbuhan
Entrepreneurship adalah kemampuan (growth) dan pengembangan (development).
mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk Bentuk yang dapat dilakukan dalam hal ini
menghasilkan suatu produk/jasa baru. adalah melalui insentif pasar (market
Sedangkan manajemen adalah kemampuan incentives), tersedianya dana/modal yang
untuk dapat mengkoordinasikan aktivitas/ proses cukup untuk mendukung berkembangnya
produksi yang sedang berjalan. aktivitas para entrepreneur.
Jadi jelaslah bahwa untuk dapat Di sinilah peran lembaga perbankan sangat
memberikan kesempatan perusahaan memenangkan diharapkan untuk dengan cepat dan tanggap
kompetisi, diperlukan entrepreneurship yang membuka akses yang lebih luas lagi agar
tangguh, sehingga perubahan apapun yang talenta ataupun benih entrepreneurship terus
terjadi di masa yang akan datang, dapat membuat digali dan ditumbuhkembangkan.
produk/jasa yang dihasilkan memberikan nilai 2. Noneconomic factors (faktor nonekonomi)
tambah yang besar bagi perusahaan dan seluruh Pada mulanya Uni Soviet begitu tertinggal
pihak yang berkepentingan terhadap proses jauh kesejahteraannya dibandingkan dengan
Amerika Serikat, tetapi sejak Mikhail
Koleksi BPAD Prov SU 183
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 182-185

Gorbachev melakukan pembaharuan dan pengembangan, dan pada praktiknya


(glasnost/perestroika), kesejahteraan mampu memberikan hasil lebih dari 95%
masyarakat secara perlahan tetapi pasti produk-produk terbaru yang dapat
mengalami peningkatan yang cukup berarti. dikembangkan lebih lanjut.
Mengapa Amerika begitu maju 2. Number of New Start-Ups
perekonomiannya? Jawabannya adalah Kehadiran entrepreneur akan menjadi
karena di Amerika para politikus dan ekonom pendorong lahirnya pelaku-pelaku bisnis
telah memiliki visi dan misi yang sama yang baru. Untuk dapat lebih banyak
tentang pentingnya kemapanan melahirkan pelaku bisnis yang lain, maka
entrepreneurship bagi kemapanan pemerintah seharusnya memberikan peluang
pertumbuhan ekonominya. yang lebih luas lagi agar entrepreneurship
Faktor nonekonomis lain yang dapat dapat ditumbuhkembangkan lagi. Jika kita
mempengaruhi pengembangan setuju bahwa entrepreneur mampu
entrepreneurship adalah nilai-nilai sosial menghasilkan bisnis baru yang inovatif dan
yang ada di masyarakat. Di India, yang mampu meraih laba serta mampu
masyarakatnya dikelompokkan atas kasta meningkatkan skala pertumbuhan usahanya,
(tingkatan sosial), sehingga masyarakatnya maka entrepreneurship secara keseluruhan
dibagi atas kegiatan ekonomi tertentu, telah memberikan kontribusi yang sangat
misalnya sebagai petani atau nelayan. luas untuk tumbuhnya pelaku-pelaku bisnis
Dampak dari adanya kasta membuat seorang yang lain.
anak yang lahir dari ayah tukang kayu akan 3. Job Creation
sulit untuk dapat dikembangkan menjadi Kita mengetahui bahwa job creation
seorang yang memiliki entrepreneurship (penciptaan lapangan kerja) sangatlah
tangguh. Jadi dapat diperkirakan apabila penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka
struktur sosial masyarakat tidak akomodatif panjang bagi suatu masyarakat, wilayah,
terhadap nilai entrepreneurship, maka dapat ataupun negara. Data yang paling akhir
diperkirakan sulit untuk mengembangkan menunjukkan bahwa dapat dilakukan
semangat kewirausahaan (entrepreneurship) perekrutan pegawai baru sebanyak 500
menjadi bagian gerakan nasional. pegawai dengan lahirnya perusahaan baru,
sebagai akibat dari proses entrepreneurship
Mengapa Penting Entrepreneurship? yang konsisten. Sedangkan bagi kelompok
usaha kecil (yang mempekerjakan 20 orang
Entrepreneurship dalam kelanjutan pegawai) yang didirikan oleh entrepreneur,
perkembangannya adalah sangat penting bagi mampu mengalami peningkatan
sektor industri khususnya di Amerika Serikat, pertumbuhan lebih kurang 77,2%.
dan kebanyakan negara-negara maju lainnya.
Pada dasarnya ada 3 (tiga) hal yang membuat Sekolah Calon Juragan di Bantul
mengapa entrepreneurship itu menjadi penting, sebagai Model Pendidikan dan
karena entrepreneurship dapat meliputi Pelatihan Entrepreneurship
Innovation, Number of New Start-Ups, dan Jobs
Creation. Untuk memberikan gambaran betapa
1. Innovation pentingnya pendidikan dan pelatihan
Innovation (pembaharuan) adalah suatu entrepreneurship sebagai alternatif pembukaan
proses perubahan, percobaan, transformasi, lapangan kerja yang seluas-luasnya, sekolah
dan revolusi yang menjadi kunci utama dari calon juragan di Bantul, yang dikenal dengan
proses entrepreneurship. Seorang nama Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I
entrepreneur adalah juga sebagai "agent of Pandak, Bantul, Yogyakarta, yang dipimpin oleh
change" untuk mempersiapkan suatu produk Rakhmat Sulistyobudi dapat dijadikan contoh.
baru yang akan dihasilkan. Saudara Rakhmat Sulistyobudi mampu
Peran statistik pada tahapan ini menjadi menghidupkan budaya learning by doing di
sangat perlu dan penting. Organisasi lingkungan sekolah tersebut untuk dapat
berskala kecil yang baru akan membuat 24 menempa mental siswanya menjadi
jam sebagai waktu melakukan inovasi wirausahawan sejak dini. Persepsi mahasiswa
produk-produk baru melalui suatu penelitian
184 Koleksi BPAD Prov SU
Silalahi, Pendidikan dan Pelatihan...

yang pada awalnya tidak berminat terhadap Kesimpulan


program kelas wirausaha, mampu diubah
menjadi program yang bergengsi dan diminati Pengangguran yang masih begitu besar
oleh siswanya. jumlahnya perlu dijadikan prioritas yang penting
Adapun prestasi yang dicapai oleh untuk dapat diselesaikan oleh pemeritah.
sekolah juragan ini adalah mengembangkan Pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
1000 ekor ayam, 25 ekor sapi, 15000 tanaman penting untuk diperkenalkan sejak dini kepada
anggrek, juga memproduksi minuman instan siswa/masyarakat, agar masyarakat mampu
seperti temulawak, jahe, kunyit putih, sirup, dan mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
mampu menghasilkan 100 ton beras per Kebijakan dalam merencanakan pendidikan
tahunnya dengan merek Borobudur SMK nasional seharusnya "match" dengan kebijakan
Pandak. Perlu dicatat bahwa beras yang pembangunan di bidang ekonomi, sehingga output
dihasilkan oleh sekolah juragan ini bebas pupuk dari pendidikan nasional dapat mendorong
kimia dan pestisida. aktivitas perekonomian secara komprehensif.
Sekolah berbasis Broad Base Curriculum Pembinaan dan pengembangan
ini didukung dengan fasilitas laboratorium entrepreneurship sangat tergantung dari goodwill
fisika, biologi, kimia, peternakan, unit produksi pemerintah, dalam bentuk kebijakan yang dapat
ayam potong dan sapi potong, hingga asrama memihak kepada lahirnya entrepreneur yang cakap
siswa ini mampu memberikan insentif bagi dan tangguh, serta sangat tergantung kepada
siswanya secara proporsional. Untuk anggrek struktur sosial masyarakat yang terbuka akan
misalnya siswa mendapat 70% dari hasil jual pentingnya pengembangan nilai entrepreneurship.
anggrek, dengan pertimbangan bahwa siswa Pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
yang melakukan pembibitan dan perawatan. perlu dijadikan alternatif kebijakan oleh
Juga diberikan pinjaman modal kepada siswa pemerintah untuk membuka lapangan kerja
yang ingin mengembangkan usaha sendiri, seluas-luasnya.
namun bila setelah dievaluasi merugi, maka
kerugian tersebut ditanggung oleh sekolah. Daftar Pustaka
Dengan ini diharapkan siswa dapat "belajar"
dari kegagalan berwirausaha. Robbins and Coulter, Management, 7th Edition,
Dengan biaya sekolah yang relatif tidak Prentice Hall International Inc., 2002.
mahal (Rp 25.000/bulan), maka sekolah ini
seharusnya dapat dijadikan model untuk Luthans, Organizational Bahavior, 7th Edition,
membuka pendidikan dan pelatihan Mc Graw-Hill International Inc., 1995.
entrepreneurship yang lebih luas lagi.
Pemerintah juga harus segera memberikan Samuelson and Nordhaus, Economics, Mc
dukungan sepenuhnya kepada pendidikan dan Graw-Hill International Inc., 2004
pelatihan kewirausahaan seperti ini dalam
rangka membuka lapangan kerja yang seluas- Harian Bisnis Indonesia, Membangun Sekolah
luasnya. Calon Juragan di Bantul, 14 Oktober
2004.

Koleksi BPAD Prov SU 185


PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN OLEH
YAYASAN AKMI MEDAN

Mai Yusra & Hairani Siregar

Abstract

The economical poverty is very significant to social problem. The street children are the
social problem caused by the economical poverty. This research try to know how The
YAKMI (foundation) help the poor children which have the street children status. This
research especially to know how the change in the mind of the street children after got the
treatment program which be done by YAKMI. The result of this research shows, there are
some positive changes in the street children’s selves. After got the treatment program by
YAKMI they tried change their selves as good as they can and try to prepare their future.

Keywords: street children, deviation

Pendahuluan Sementara di Indonesia sendiri adanya


peningkatan tajam jumlah pekerja anak.
Keberadaan pekerja anak sudah lazim Berdasarkan perbandingan data BPS dari tahun
terlihat di kota-kota besar di Indonesia. Pada 2000 hingga 2002 jumlah pekerja anak di
umumnya mereka bekerja pada sektor informal. Indonesia naik dari 2183 juta jiwa, hingga 2,3
Kebanyakan dari mereka sebagai pemulung, juta jiwa ini tidak termasuk anak di bawah umur
penyemir, tukang sapu, lap mobil, pedagang 10 tahun. Dan pada tahun 2003 pekerja anak di
asongan, pengemis, tukang pakir, dan pekerjaan bawah 15 tahun mencapai 6 – 8 juta jiwa. Dan
lain yang menghasilkan uang. Secara empiris akan bertambah banyak pula di tahun 2004 ini
juga mengindikasikan peningkatan pekerja anak (www.dipnakertransjateng. go.id).
pada kondisi yang sangat berisiko yaitu mencari Perubahan sosial dan politik yang terjadi
sisa makanan dan pemungut sampah dan juga di Indonesia sejauh ini tampaknya belum
pekerja anak di atas jermal perikanan lepas memiliki pengaruh dan dampak bagi kehidupan
pantai yang sering dijumpai pada daerah pesisir pekerja anak khususnya anak-anak jalanan.
pantai. Anak jalanan yang termarjinalkan ini dijadikan
Menurut Sarjono dalam tulisannya, isu sebagai gambaran keadaan fungsi sosial
mengemukakan problematika pekerja anak mereka yang tidak terpenuhi. Mereka tidak lagi
dalam skala dunia merupakan masalah sosial tinggal di rumah, tidak mempunyai kelompok
yang cukup pelik bagi semua negara. Bagi yang sebaya di lingkungan rumahnya, dan terutama
bersangkutan, di usia mereka semestinya mereka telah meninggalkan sekolah. Begitu pula
dipergunakan untuk menuntut ilmu dan anak jalanan yang masih tinggal dengan orang
menambah keterampilan bahkan untuk bermain, tua dan masih bersekolah, dapat berisiko besar
justru dipergunakan untuk bekerja. Jurnal meninggalkan rumah dan sekolahnya (artikel:
tingkat dunia menyebutkan, tahun 1999 dalam yanto_sagu@yahoo.com).
Laporan Situasi Anak-Anak terungkap Anak jalanan merupakan suatu pribadi
keberadaan 80 juta anak menjadi pekerja anak dan dunia tersendiri yang berbeda dengan dunia
dan di antara 30 juta dibiarkan oleh orang tuanya anak-anak lain. Sebagai suatu dunia di dalamnya
untuk mengurus dirinya sendiri dan menjadi terdapat mekanisme hidup yang khas seperti
anak jalanan (www.dipnakertransjateng.go.id). cara berinteraksi, berkomunikasi, berperilaku,

Mai Yusra adalah Staf PT Satelindo Dumai, Hairani Siregar adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP USU
186 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

berkelompok, dan bertahan hidup. Mekanisme Perkembangan seorang anak akan


tersebut terbentuk dari proses interaksi dengan tergantung pada fungsi keluarga (Zeithlin dkk.,
cara hidup di jalanan dan umumnya berinteraksi 1995). Baik buruknya perkembangan anak baik
dengan orang-orang yang berada di jalanan oleh secara fisik, mental, dan psikologis sangat
karena itu, siapapun yang bekerja dengan anak bergantung pada keluarga ketika menjalankan
jalanan dalam rangka mencapai perubahan- fungsinya. Keluarga mempunyai beberapa
perubahan yang diinginkan harus memahami fungsi yaitu reproduksi (Riddele, 1987) dan di
mekanisme hidup mereka tersebut (UNDP, dalamnya mencangkup pula berbagai kasih
1997: 51). sayang antara suami dan istri (Andayani, 1981);
Sosok anak jalanan dianggap merupakan sosialisasi dan pendidikan anak (Riddele, 1987),
pekerjaan yang paling hina di mata masyarakat. fungsi penyedia kebutuhan dasar (Riddle 1987,
Penampilan mereka yang jorok, ekonomi Andayani 1998), dan sumber dukungan sosial
keluarga yang miskin, permukiman mereka yang (Heristanti, 1996). Sebagaimana yang lebih
kumuh atau bahkan sama sekali mereka tidak lanjut diungkapkan oleh Zeitlin bahwa keluarga
mempunyai tempat tinggal. Ini sangat berbeda yang berfungsi secara sehat akan memberikan
dengan anak-anak kebanyakan lainnya yang kesempatan besar bagi perkembangan anak
tidak hidup di jalanan. (Zeithin dalam Siregar, 2004: 27).
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah Anak jalanan sering diidentifikasikan
sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, sebagai anak yang bebas, liar, tidak mau diatur,
melainkan keterpaksaan hidup yang mereka melakukan kegiatan negatif seperti mencuri,
harus terima karena adanya sebab tertentu. Anak berkelahi, mabuk, menggunakan obat-obat
jalanan bagaimanapun telah menjadi fanomena terlarang, melakukan hubungan seks, dan lain-
yang menuntut perhatian kita semua. Menurut lain. Kondisi ini terjadi karena hubungan dengan
Arief, secara psikologis mereka adalah anak- orang tua renggang bahkan sebahagian telah
anak pada taraf tertentu belum mempunyai putus. Mereka berada di jalanan tanpa kontrol
bentuk mental emosional yang kokoh, sementara dan perhatian, bahkan di antaranya ada yang
pada saat yang sama mereka harus bergelut justru diusir orang tua atau sengaja
dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung meninggalkan rumah. Hidup tanpa adanya orang
berpengaruh negatif bagi perkembangan dan tua memungkinkan anak bebas melakukan apa
pembentukan kepribadian mereka. Aspek saja (Proyek INS/94/007 hal: 60)
psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Minim bahkan tiada perhatian orang tua
Di mana labilitas emosi dan mental mereka diperkuat oleh pengaruh jalanan. Kepribadian
ditunjang dengan penampilan yang kumuh anak lambat laun akan membentuk perilaku
sehingga melahirkan pencitraan negatif oleh yang tidak berbeda dengan orang-orang jalanan,
sebagian besar masyarakat terhadap anak seperti preman, dll. Semakin lama anak di
jalanan yang diindentifikasikan sebagai pembuat jalanan, semakin kuat pengaruh pada sikap dan
onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, dan perilakunya. Bila dicermati terbentuknya
malah ada beranggapan sebagai sampah perilaku anak jalanan, menggunakan teori
masyarakat yang harus diasingkan pendekatan Behavioristik (teori lingkungan).
(www.bpk.go.id). Yaitu suatu pendekatan yang menitikberatkan
Memahami anak jalanan secara utuh, pada pembentukan perilaku karena adanya
hendaknya kita harus mengetahui definisi anak proses belajar terhadap lingkungan baik dalam
jalanan tersebut. Departemen Sosial RI lingkungan internal maupun eksternal.
mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang Lingkungan internal seperti keluarga dan
sebagian besar menghabiskan waktunya untuk lingkungan eksternal yaitu sekolah, tempat
mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau bermain maupun lingkungan masyarakat.
tempat-tempat umum lainnya. Dari definisi H. Khairuddin mengatakan bahwa
tersebut kita tahu bahwa kehidupan anak jalanan keluarga adalah kelompok pertama yang
tersebut rentan terhadap berbagai tindak mengenal nilai-nilai kebudayaan pada si anak
kekerasan dan eksploitasi anak. Karena mereka dan di sinilah yang dialami antar-aksi dan
hidup pada lingkungan luar yang menerapkan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya
kebebasan tanpa aturan (Proyek INS/94/007, dalam kehidupan sosial (Khairuddin,1997: 67),
1997:13). ketika anak tidak lagi memperoleh perhatian
dari orang tua maka anak akan mudah

Koleksi BPAD Prov SU 187


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

dipengaruhi perilakunya dengan lingkungan Peningkatan jumlah anak jalanan yang


luar. pesat merupakan fenomena sosial yang perlu
Budaya dalam kehidupan anak jalanan mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
terbangun dari interaksi mereka selama berada Perhatian ini tidak semata-mata terdorong oleh
di jalanan yang sudah pasti berbeda dengan besarnya jumlah anak jalanan, melainkan karena
budaya yang ada di masyarakat “normal”. Sub situasi dan kondisi anak jalanan yang buruk, di
kultur menjadi sebutan bagi budaya yang lahir mana kelompok ini belum mendapatkan hak-
tersebut sering menjadi pegangan bagi orang haknya bahkan sering terlanggar.
yang masih hidup dalam komunitas tersebut Hal tersebut menunjukkan kepekaan
menjadi hukum tidak tertulis yang patut masyarakat kepada anak-anak jalanan itu
dipatuhi. Dari hasil wawancara mendalam yang nampaknya tidak begitu tajam. Padahal anak
dilakukan dengan beberapa pendamping di merupakan karunia ilahi dan amanah yang
Medan, ada beberapa sifat khas yang dimiliki dalam dirinya melekat harkat dan martabat
oleh anak jalanan yaitu: rasa solidaritas yang sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.
tinggi, ulet dalam bekerja walaupun usia mereka Tentu saja penanganan yang baik masalah anak
masih tergolong muda, mandiri, tidak perlu jalanan diharapkan akan dapat memperkuat
indentitas dalam bentuk formal, rasa ingin tahu sendi-sendi kesejahteraan sosial serta stabilitas
dan kreativitas yang tinggi, keinginan akan nasional di masa yang akan datang.
kebebasan yang tinggi tanpa aturan formal yang Pada dasarnya setiap manusia memiliki
mengikat (Ikhsan dkk.,2004: 1). hak-hak tersendiri yang dilindungi oleh undang-
Bila dicermati lebih teliti, adanya proses undang, tidak terkecuali anak sebagai bagian
imitasi (peniruan) dalam diri anak jalanan sangat dari masyarakat secara keseluruhan. Demikian
tinggi, apalagi idola yang dikenalkan di jalanan juga dengan kesejahteraan yang termasuk dalam
dan biasanya yang ditiru adalah sifat dan ruang lingkup pemberian hak pada anak. Namun
perilaku yang menentang dari aturan formal seringkali hak anak tidak dipenuhi malah
yang ada dalam masyarakat. Inilah yang akan seakan-akan diabaikan. Padahal sudah ada
lebih mengarah pada pembentukan perilaku undang-undang yang mengatur secara tegas
anak jalanan, bila mana orang yang diimitasikan tentang hak-hak anak yang dikenal dengan hak
memiliki perilaku yang buruk maka perilaku asasi anak.
buruk itu pula yang akan ditiru oleh anak Hal ini tercantum dalam Undang-Undang
tersebut. Dasar 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Pengamatan visual dalam keseharian Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI
utama anak jalanan Kota Medan, ialah No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
banyaknya anak-anak jalanan di bawah umur Konvensi Hak-Hak Anak. Sedemikian seriusnya
yang bekerja mencari nafkah di jalan yang masalah ini dituangkan dalam suatu peraturan,
jumlahnya semakin meningkat dari waktu ke karena hak asasi anak itu merupakan bagian dari
waktu. Banyak faktor yang menyebabkan anak hak asasi manusia. Ini yang menjadi dasar
pergi ke jalanan, berdasarkan penuturan mereka pertimbangan adanya pengesahan konvensi
ada 5 faktor yang menjadi latar belakangnya, yaitu: tersebut (Elvayani dalam Lintas Anak-PPAI,
1) Kekerasan dalam keluarga. 2) Dorongan 2004: 2).
keluarga. 3) Ingin bebas. 4) Ingin memiliki uang Pada kenyataannya ada banyak anak yang
sendiri, dan 5) Pengaruh teman. Namun faktor tidak dapat menerima haknya untuk merasakan
yang paling dominan munculnya anak jalanan, pendidikan, perlindungan, bahkan tempat
adalah faktor kondisi sosial ekonomi. tinggal yang layak untuk mereka tinggali.
Jumlah anak jalanan di Provinsi Sumatera Bahkan seringkali mereka menerima perlakuan
Utara pada tahun 2002 hingga 2003 tidak kasar (tindak kekerasan). Ini dapat terlihat pada
andanya perbedaan jumlah yang berarti hanya hasil monitoring PPAI yang dilakukan oleh
saja beberapa kabupaten/kota yang ada di pusat Data dan Informasi PPAI – Sumut tahun
Sumatera Utara sendiri. Dari data Dinas Sosial 2004, yang didapat dari berbagai sumber.
Kota Medan sendiri, menyebutkan bahwa Disimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak
jumlah anak jalanan pada tahun 2003 berjumlah semakin meningkat dari tahun ke tahun
2.526 jiwa anak, yang menduduki tingkat khususnya di Kota Medan. Data mencatat
tertinggi di Medan (Siregar, 2004: 27). bentuk kekerasan yang paling tinggi jumlahnya
adalah pencabulan sebanyak 66 kasus dari 227
188 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

kasus yang ada dari 12 bentuk kekerasan. orang anak. Dari data bahwa alasan berkelahi
Sedangkan bentuk kekerasan Konflik dengan yang paling banyak karena diganggu (53,6%).
Hukum berada di urutan kedua dengan 50 kasus Dari 27 anak perempuan, 22 anak memakai
(Elvayani dalam Lintas Anak-PPAI, 2004: 3). alasan ini (81%). Tidak ada perempuan
Anak merupakan potensi sumber daya berkelahi karena membela teman. Dari data ini
insani bagi pembangunan nasional, dimulai terlihat bahwa lingkungan membentuk perilaku
sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara buruk pada anak.
optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Menanggapi kompleksitas masalah
Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas tersebut, harus ada upaya-upaya konkret untuk
generasi bangsa (termasuk di dalamnya anak melakukan perbaikan atas situasi anak jalanan
jalanan) tidak dapat dilepaskan dari upaya atau bahkan – yang bersifat utopis –
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada menghilangkan keberadaan anak jalanan. Upaya
umumnya, dan khususnya anak yang diwarnai ini akan berdampak besar apabila ada
dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, keterlibatan dan jalinan kerja sama berbagai
kesehatan, keagamaan, intelektualitas. pihak seperti pemerintah, organisasi non –
Menurut Dr. E.M. Sweeting dkk., pemerintah (NGO), organisasi sosial dan
mengatakan bahwa rata-rata anak yang putus kemasyarakatan, akademis dan masyarakat
sekolah diperkirakan karena masalah ekonomi umum.
yang buruk. Namun kadang-kadang ada yang Salah satu upaya yang dapat dilakukan
terus-menerus sakit dan malah ada pula anak- adalah dengan upaya pemberdayaan, ini sangat
anak yang berhenti dari sekolah karena penting dilakukan agar anak jalanan dapat
membantu menambah penghasilan keluarga. keluar dari kondisi marjinal. Pemberdayaan
Sehingga mereka terpaksa tidak memperdalam tidak hanya dilakukan dalam segi ekonomi
pendidikan mereka. Apalagi pembentukan (pekerjaan dan penghasilan) tapi juga
perilaku mereka di jalan terutama perilaku buruk pendidikan yang akan merupakan investasi bagi
(Sweeting,1998: 15). mereka dalam meraih pekerjaan yang lebih baik
Dari data baseline survey (penelitian di masa dewasanya. Pendidikan yang dimaksud
dasar) ditemukan, perilaku buruk anak jalanan di bisa berupa pendidikan formal maupun
Kota Medan dalam hal pemakaian napza pada pendidikan informal berupa keterampilan.
anak jalanan yang paling umum adalah ngelem Pemberdayaan menjadi peluang untuk
dan alkohol masing-masing sekitar 27%, anak jalanan dapat berkembang menjadi lebih
kumudian ganja/cimeng 21%. Sementara dalam baik. Agar mereka dapat terhindar dari ancaman
mengkonsumsi rokok ditemukan sekitar 50% dan masalah penyalahgunaan dirinya di jalanan.
anak jalanan telah mengkonsumsinya. Jumlah Sehingga anak jalanan menjadi lebih produktif
batang rokok bervariasi dari 1 sampai 24 batang dengan memanfaatkan peluang di jalan maupun
per hari, di mana anak laki-laki yang berusia di luar lingkungan jalanan sehingga pada
di atas 15 tahun umumnya mengkonsumsi akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup
rokok hingga 6 batang per hari. Sementara mereka.
penyakit yang paling banyak ditemukan pada Menindaklanjuti masalah di atas, maka
anak jalanan adalah penyakit kulit sekitar 46,8% diharapkan berpartisipasi LSM dalam
dibandingkan diare dan penyakit kelamin penanganan masalah anak jalanan tersebut.
(Kencana, 2001: 32). Yayasan Kesejahtraan Masyarakat Indonesia
Jenis perilaku anak jalanan yang sering (YAKMI) sebagai salah satu organisasi non
dilakukan salah satunya adalah berkelahi. pemerintahan, secara berkelanjutan melakukan
Perilaku yang sering berkelahi pada anak program pemberdayaan terhadap anak jalanan.
jalanan dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Program yang dilakukan antara lain meliputi
Data ini diperoleh dari hasil survei yang pemberian bantuan kepada anak jalanan seperti
dilakukan kepada anak jalanan dari empat LSM pelayanan pendidikan dan keterampilan,
yang didanai oleh Save The Children. LSM beasiswa, bimbingan dan motivasi, pemberian
tersebut meliputi KKSP, PKPA, YAKMI, bantuan modal.
KARANG yang dilakukan pada masing-masing Pada umumnya anak yang didampingi
lokasi Rumah Singgah tersebut. lembaga YAKMI adalah anak yang Vulnarabel
Dari data pada tabel di atas terlihat bahwa yaitu 89,8% dari jumlah anak dampingan (360
anak yang tidak berkelahi adalah 8 % atau 20 anak). Mereka tinggal bersama orang tua/

Koleksi BPAD Prov SU 189


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

keluarga dan ada yang hidup mengontrak Adapun populasi dalam penelitian ini
bersama teman-teman (5,5%). Mereka yang adalah anak jalanan yang mendapat program
mengontrak pada umumnya berasal dari luar pemberdayaan oleh Yayasan Kesejahtraan
Kota Medan, yaitu kabupaten terdekat seperti Masyarakat Indonesia (YAKMI) yang berjumlah
Deli Serdang dan Langkat. Sekarang 48,8% dari 318 Anak. Dalam penelitian ini peneliti
jumlah anak dalam keadaan putus sekolah. mengambil 10% dari 318 orang anak jalanan
Jika didasari dari teori behavioralisme yang mendapat program pemberdayaan oleh
yaitu teori yang mengungkapkan bahwa perilaku YAKMI. Dengan demikian sampel yang diambil
sesorang terbentuk dari proses belajar terhadap berjumlah 32 orang. Sedangkan teknik
lingkungan yang bersangkutan. Maka perilaku pengambilan sampel yang digunakan adalah
anak jalanan terbentuk dari kehidupan mereka di sampel kuota, yaitu teknik sampling yang tidak
jalanan karena hampir sebahagian waktu mereka mendasarkan kepada strata atau daerah, tetapi
habiskan di jalanan maka terbentuknya perilaku mendasarkan diri pada jumlah yang sudah
buruk dari proses peniruan. Oleh sebab itu ditentukan. Biasanya yang dihubungi adalah
YAKMI sebagai lembaga swadaya masyarakat subjek yang mudah ditemui (Arikunto, 1997:
yang bergerak pada anak jalanan memiliki 119).
program untuk menekan perilaku buruk pada Untuk mendapatkan informasi yang
anak. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan dibutuhkan peneliti menggunakan metode
peneliti untuk mengakaji program tersebut pengumpulan data berupa studi pustaka dan
terlaksana dalam kaitan merubah perilaku anak studi lapangan. Data studi lapangan diperoleh
jalanan. Karena pada hakikatnya anak jalanan melalui observasi (pengamatan), dilakukan
bagaimanapun merupakan generasi penerus dengan memperhatikan dan mengamati
sehingga perilaku buruk tersebut harus segera kehidupan anak jalanan sehari-hari yang menjadi
dirubah. Oleh karena itu masalah ini harus responden. Di samping itu juga dilakukan
segera diteliti agar program tersebut memiliki wawancara yaitu peneliti dalam memperoleh dan
dampak perubahan terhadap sasaran ataupun mengumpulkan data, akan mengadakan dialog
sebaliknya. secara langsung dengan mengajukan pertanyaan
mengenai persoalan perilaku pada anak jalanan
Metode Penelitian yang dibahas dalam penelitian ini kepada
responden yaitu anak jalanan yang telah
Tipe penelitian tergolong penelitian
ditetapkan. Selain itu tambahan informasi dari
penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur
wanwancara pendamping anak selama ini serta
pemecahan masalah yang diselidiki dengan
teman anak tersebut. Data yang diperoleh
menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian
dianalisis secara deskriptif.
(seseorang masyarakat dan lain-lain) pada saat
ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 63).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam hal ini menggunakan tipe penelitian
Yayasan kesejahteraan masyarakat
deskriptif ingin membuat gambaran atau
Indonesia (YAKMI) merupakan lembaga
melukiskan secara sistematis aktual dan akurat
kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha
tentang Program Pemberdayaan Anak Jalanan
kesejahteraan sosial yang pada saaat ini
terhadap Perilaku Anak Jalanan yang dibimbing
memusatkan perhatian pada pembinaan,
oleh YAKMI.
pemberdayaan dan perlindungan anak jalanan
Penelitian ini dilakukan di lembaga swadaya
melalui model sanggar belajar anak jalanan.
masyarakat yaitu Yayasan Kesejahteraan
Yayasan ini berdiri pada tahun 1999
Masyarakat Indonesia (YAKMI) yang berada di
berdasarkan ide dan prakarsa murni pekerja
jalan Gajah Mada/Jl. Dame No.8 dan Sanggar
sosial profesional sehingga kinerja kegiatannya
PKBM Ganesa di Jalan Sei Lepan No. 09.
berorientasi pada metode pekerja sosial.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah
Landasan hukum lembaga YAKMI berakte
karena Yayasan Kesejahteraan Masyarakat
notaris No. 78/ Tanggal 22 Mei 2000 dan
Indonesia (YAKMI) secara aktif terlibat dalam
terdaftar pada Dinas Sosial Sumatera Utara No.
menangani perilaku anak jalanan dengan
467.6/17 Tanggal 11 Januari 2001.
memberikan pemberdayaan guna merubah
LembagaYAKMI saat ini memusatkan
penyimpangan perilaku anak jalanan.
pembina anak jalanan di wilayah pasar petisah
190 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

sekitarnya, bundaran golden, Setia Luhur, ancaman jalanan, khususnya kecelakaan


Simpang Seikambing dan Simpang Lampu lalu lintas”.
Merah Brayan. Adapun pelayanan sosial yang Ternyata di lapangan umumnya usia
diberikan YAKMI kepada anak jalanan berupa anak-anak mulai bekerja di atas 5 tahun Dalam
bimbingan sosial, budi pekerti yang baik, dan kasus ini anak-anak jalanan yang berusia di atas
advokasi pendidikan. Proses pemandirian pada 4 tahun juga memiliki risiko kecelakaan lalu
anak jalanan juga dilakukan dengan memberikan lintas saat mereka bekerja. Dari hasil wawancara
keterampilan kepada anak jalanan menjelang di lapangan terungkap bahwa beberapa anak
usia 18 tahun agar mereka dapat mandiri. mengaku pernah menjadi korban kecelakaan
Pelayanan sosial ini bertujuan memberikan saat mereka mengamen dan meminta-minta. Ini
alternatif bagi anak jalanan agar waktu yang berarti risiko kecelakaan tidak hanya pada anak-
dihabiskan di jalan semakin berkurang dan anak usia di bawah 4 tahun tetapi usia di atas 4
dengan modal keterampilan yang dimiliki oleh tahun juga berisiko kecelakaan lalu lintas,
anak jalanan dan tetap terpeliharanya terutama anak-anak yang pemula atau baru turun
kelangsungan pendidikan mereka, diharapkan ke jalanan.
anak jalanan tetap terpelihara pendidikan Data tabel di atas menunjukan bahwa
mereka serta anak jalanan tersebut dapat responden 50% lebih didominasi anak-anak
meninggalkan kehidupan di jalanan di kemudian yang memiliki usia sekolah. Dari hasil
hari. wawancara diperoleh umumnya anak-anak
jalanan tersebut masih duduk di bangku sekolah
Tabel 1. dasar (SD). Ternyata anak-anak bekerja di
Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur jalanan tidak membatasi keinginan mereka
untuk memperoleh pendidikan.
No Kelompok Umur F (%)
1 5 – 9 tahun 4 12,5 Tabel 2.
2 9 – 13 tahun 16 50,0 Distribusi Responden Menurut Pendidikan
3 13 – 18 tahun 12 37,5
Jumlah 32 100,0 No Pendidikan F (%)
Sumber: Data Primer 1 Tidak Tamat SD 4 12,5
2 Tamat SD 16 50,0
3 Tidak Tamat SLTP 4 12,5
Ditegaskan dalam UU No.20/1999 4 Tamat SLTP 6 18,8
mengenai batas minimum anak yang bekerja 5 Tidak Tamat SMU 0 0,0
minimal 15 tahun, anak diperbolehkan untuk 6 Tamat SMU 2 6,3
bekerja dengan catatan tidak membahayakan Jumlah 32 100,0
kesehatan, keselamatan dan tidak mengganggu
Sumber: Data Primer
kehidupan mereka di sekolah/pelatihan/ kejuruan
maka anak-anak yang berusia 15 tahun menurut
Jika diperhatikan dari data sebelumnya
mereka telah diperbolehkan untuk bekerja
bahwa responden didominasi oleh anak-anak
sementara pekerjaan yang mereka lakukan
yang berusia sekolah, maka dari tabel di atas
sangat membahayakan mental dan kesehatan
anak-anak dampingan YAKMI umumnya masih
moral mereka yang pada umumnya pekerjaan
sekolah dasar (SD). Ada beberapa anak yang
yang tidak boleh dilakukan di bawah umur 18
menjawab SLTP dan SMU. Tetapi tidak
tahun ke bawah. Batas usia minimum ini sangat
menutup kemungkinan anak-anak yang tidak
jauh berbeda dengan fakta anak yang berada di
bersekolah lagi. Anak-anak yang menjawab
jalanan. Menurut Wiwid Trisnadi, mengungkap
tidak tamat SD dan tidak tamat SLTP termasuk
tentang batas usia anak bekerja di jalan:
ke dalamnya yaitu anak-anak yang sebelumnya
“Kerja di jalan akan membawa risiko
tidak sekolah dari awal atau anak yang tidak
besar seperti ditabrak atau diserempet
pernah duduk di bangku sekolah maupun anak-
kendaraan yang lewat. Risiko ini secara
anak yang telah bersekolah namun putus di
tidak langsung membatasi umur anak
tengah jalan karena sesuatu hal.
mulai bekerja di jalan. Yaitu di atas 4
Dari hasil wawancara terhadap anak yang
tahun. Pada usia ini anak dipandang
tidak tamat SD maupun SLTP, terungkap bahwa
sudah mampu melindungi diri dari
mereka tidak menamatkan sekolah akibat dari

Koleksi BPAD Prov SU 191


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

tidak adanya biaya sekolah dari orang tua. daripada laki-laki.” (dalam Trisnadi,
Selain tidak adanya biaya ternyata kurangnya 2004: 72)
motivasi dari anak maupun lingkungan yang Sehingga dalam hal ini jelas alasan anak
dibarengi dengan malas juga mempengaruhi jalanan perempuan lebih sedikit jumlahnya.
anak untuk menamatkan sekolah. Dari hasil Jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak tidak
wawancara terhadap responden; Muamar yang terkait dengan persoalan jenis pekerjaan anak di
ngamen di Simpang Seikambing. Alasan ia tidak jalan karena tidak ada peran gender pada
bersekolah karena ikut orang tuanya pindah dari pekerjaan anak jalanan. Ini juga dibuktikan dari
Aceh. Sebelumnya Muamar sekolah SD di hasil penelitian Dinas Sosial Sumatera Utara dan
Lansa tetapi sewaktu umur Muamar 9 tahun Universitas Atmajaya pada tahun 2002, bahwa
orang taunya pindah ke Medan. Hingga umur anak jalanan di Kota Medan didominasi oleh
Amar 15 tahun saat ini Muamar tidak bersekolah anak laki-laki. Begitu juga anak jalanan
lagi dan sekarang dia mengikuti program belajar dampingan YAKMI umumnya laki-laki.
kelompok yang dibuat oleh YAKMI.
Tabel 4.
Tabel 3. Distribusi Daerah Titik Mangkal Responden
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
No Daerah Mangkal F %
No Pendidikan F (%) 1 Pajak Setia luhur 6 18,8
1 Laki-laki 28 87,5 2 Lampu Merah Seikambing 7 21,9
2 Perempuan 4 12,5 3 Simpang Golden 4 12,5
4 Belakang Petisah Baru 11 34,4
Jumlah 32 100,0
5 Titi Layang Brayan 4 12,5
Sumber: Data Primer Jumlah 32 100,0

Sumber: Data Primer


Kenyataan di lapangan bahwa sering
sekali terjadi penyimpangan dalam
Anak-anak yang bekerja di jalanan
memperlakukan anak-anak jalanan. Anak jalanan
umumnya memilih tempat-tempat ramai. Salah
perempuan lebih sering mengalami kondisi
satunya di persimpangan jalan (lampu merah),
keterpakasaan di lingkungan kerjanya seperti
pusat pasar dan ada pula yang memilih dekat
pelecehan seksual malahan pemerkosaan sehingga
dengan lokasi rumah mereka. Daerah
dalam hal ini anak jalanan lebih didominasi oleh
persimpangan jalan atau lampu merah termasuk:
anak-anak laki-laki. Dari persoalan pekerjaan,
di Lampu Merah Seikambing, Simpang Golden
tidak adanya pengkhususan pekerjaan karena
Petisah, dan Simpang Titi Layang Brayan,
semua anak bebas memilih pekerjaan yang ada
sedangkan di daerah pusat pasar meliputi:
baik anak laki-laki maupun anak perempuan
Belakang Petisah Baru, dan lokasi dekat dengan
yang menurut mereka pekerjaan tersebut cocok.
rumah mereka meliputi: Pajak Setia Luhur.
Namun pendapat dari Paramita Hapsari; direktur
Tetapi banyak pula anak-anak yang selalu
LSM Anak mengatakan bahwa:
berpindah-pindah. Hal ini terjadi karena anak-
“Pada iklim budaya timur tidak bisa
anak merasa bosan pada tempat tersebut dan ada
disangkal bahwa relasi sosial antara
pula karena pengaruh ajakan teman namun
anak laki-laki dan perempuan memiliki
kebanyakan anak-anak mengakui mereka pindah
tingkat yang berbeda. Pada undang-
karena lokasi mereka sebelumnya telah banyak
undang perkawinan, misalnya, bahwa
yang seprofesi dengan mereka sehingga
batas usia anak laki-laki dan perempuan;
menimbulkan persaingan. Seperti yang
anak laki-laki boleh menikah setelah
diungkapkan responden yang mengaku sering
berusia 19 tahun, sedangkan perempuan
berpindah-pindah:
berusia 16 tahun. Perbedaan ini
“kami kak gak tentu ngamenya. Kadang-
menunjukkan bahwa anak perempuan
kadang kami di Seikambing kadang-
dipandang lebih cepat dewasa daripada
kadang-kadang kami di simpang guru
anak laki-laki. Usia dewasa ini jelas
patimpus, kadang-kadang kami di titi
bersifat diskriminatif karena mendudukan
bobrok. Pokoknya kak kalau udah ramai
anak perempuan sebagai individu yang
di sini kami pindah-pindah kak ”
masa kanak-kananya lebih pendek

192 Koleksi BPAD Prov SU


Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

Khusus daerah Belakang Petisah Baru dan saja yang mereka pelajari dan mereka anggap
Simpang Lampu Merah Seikambing, di mana baik di luar.
orang tuanya ikut serta khususnya ibu. Mereka Frekuensi pulang ke rumah yang
ikut serta tidak hanya mengontrol anak yang dimaksud pada tabel di atas adalah seberapa
sedang bekerja di jalanan namun mereka juga sering anak-anak tersebut pulang ke rumah
terlibat bekerja di jalan. Hal ini dipertegas oleh orang tua mereka. Semakin jarang anak pulang
Wiwied trisnadi, bahwa adanya dua kategori maka semakin besar proses pembentukan
lokasi tempat kerja anak-anak jalanan: perilaku yang muncul pada diri anak dari
“Lokasi kerja anak-anak jalanan dapat pengaruh lingkungan luar. Anak-anak
dipilah menjadi dua kelompok, dampingan YAKMI didominasi oleh seringnya
perempatan di tengah kota dan mereka pulang ke rumah karena mereka masih
perempatan di pinggir kota. Anak yang bersekolah. Sementara yang memilih pulang 6
bekerja dipusat kota umunya bekerja kali dalam seminggu alasan mereka karena
bersama-sama dengan keluarganya, malam minggu dan hari minggu mereka
biasanya kecuali bapaknya. Sementara si habiskan bersama teman-teman mereka di jalan
bapak biasanya bekerja di sektor maupun di kontrakan teman mereka dan di hari
informal, seperti tukang beca, pemulung, lain mereka pulang karena mereka masih
buruh, bangunan, dsb. Sianak bersama sekolah. Namun dari koresponden yang
ibunya berangkat dari pagi hari dan memilih 2 kali dan 3 hingga 4 kali frekuensi
pulang sore hari. Bagi anak yang pulang ke rumah adalah anak-anak yang remaja
bersekolah pagi hari, maka ia akan yang tidak bersekolah lagi sementara 4 hingga
bekerja sepulang sekolah. Sianak 5 kali adalah anak yang rumahnya jauh seperti
biasanya meletakkan peralatan sekolah Muamar yang rumahnya di Binjai dan dan
dan berganti baju dan kemudian Hesekharianto yang mengaku malas pulang.
bergabung dengan anggota keluarganya
yang lain di jalanan”(Trisnadi, 2004: Tabel 6.
37). Distribusi Responden Menurut Lamanya Berada di
Jalanan dalam Sehari
Tabel 5.
Frekuensi Responden Pulang ke Rumah dalam No. Lama di Jalanan F %
Seminggu 1. < 4 jam 2 6.3
2. 4 sampai 5 jam 22 68.8
No. Pulang ke Rumah F % 3. 6-7 jam 3 9.4
per Minggu 4. 8 sampai 10 jam 2 6.3
5. > 11 jam 3 9.4
1 2 kali 2 6.3 Total 32 100.0
2 3-4 kali 4 12.5
3 4-5 kali 2 6.3 Sumber: Data Primer
4 6 kali 4 12.5
5 setiap hari 20 62.5 Dari data tabel di atas terlihat bahwa
Total 32 100.0 sekitar 68% anak-anak yang dibimbing
Sumber: Data Primer YAKMI berada di jalan selama 4 sampai 5 jam
per hari. Ini membuktikan bahwa anak-anak
Budaya dalam kehidupan anak jalanan masih meluangkan waktu berada di rumah.
terbangun dari interaksi mereka selama berada Waktu anak berada di rumah digunakan untuk
di jalan. Kehidupan di jalan indentik liar dan belajar maupun beristirahat. Seperti halnya Juli
bebas sangat tidak cocok bagi anak seusia Opariani yang bekerja berdagang di Pajak
mereka. Apalagi bahaya-bahaya yang Tradisional Setia Luhur, mengaku bekerja
kemungkinan akan menimpa mereka. Rumah selama kurang lebih 5 jam per hari dan sisanya
adalah salah satu tempat ternyaman untuk “saya buat PR kak, walaupun jualanya habis
mereka tinggali dan proses pendidikan maupun tidak”. Sedangkan anak-anak yang
berlangsung. Jarangnya anak-anak pulang ke frekuensinya pulang ke rumah lebih dari 5 jam
rumah akan membentuk perilaku tidak baik per hari dihabiskan untuk melaklukan aktivitas
karena proses imitasi anak terbentuk dari apa di jalan seperti bekerja, bermain, mejeng

Koleksi BPAD Prov SU 193


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

maupun ngumpul-ngumpul bersama kawan- dengan keadaan di lapangan, kadang-kadang


kawan. anak Tumin pindah menjadi pengamen,
Lamanya keberadaan anak di jalanan kadang-kadang juga pengamen pindah
menentukan besarnya pengaruh buruk yang menjadi Tumin. Begitu juga berjualan rokok,
terbentuk kepada diri anak. Karena faktor kadang-kadang juga penjual rokok adalah
lingkungan memegang peran penting dalam anak perempuan walaupun dengan alasan ia
pembentukan gaya hidup seseorang dan tidak berjualan menggantikan abangnya, sejauh
terkecuali pada anak. Anak-anak selain bekerja mereka memperoleh uang yang banyak
mereka juga bersekolah sehingga keberadaan pekerjaan apa saja mereka lakukan. Bagi anak
anak semakin lama di jalanan akan mengurangi yang pandai menyanyi dan main gitar maka
aktivitas belajar mereka di rumah dan mereka mengamen.
pembentukan perilaku di jalanan pun semakin Dari data pekerjaan yang banyak
besar. Ini diperkuat oleh pendapat Wiwied dilakukan adalah mengamen, menurut Wiwied
Trisnadi, tentang sosialisasi keluarga terhadap Trisnadi bahwa ngamen yang serius seperti
anak: menggunakan gitar, indentik dengan penguasaan
“Perubahan pola kerja jelas berpengaruh keterampilan bermain musik, sehingga seorang
besar dalam sosialisasi anak. Orang tua anak yang bekerja sebagai pengamen akan
tidak lagi dapat berperan penuh dalam merasa “derajatnya” lebih tinggi dibandingkan
sosialisasi anak. Pada masyarakat bekerja sebagai pengemis yang hanya
tradisional peran keluarga begitu mengandalkan belas kasihan orang. Selain
dominan dalam sosialisasi anak, ngamen ada juga anak-anak yang bekerja
khususnya mengantar anak memasuki berjualan. Anak-anak ini mempunyai modal
jenjang yang lebih dewasa. Jika keluarga sedikit dari orang tuanya seperti berjualan
ini tidak lagi mampu, peran ini digantikan rokok, aqua, atau plastik maka mereka memilih
dengan keluarga luas. Disaat keluarga berjualan plastik sedangkan anak-anak yang
sudah disibukan dengan aktivitas ekonomi pandai menyemir mereka memilih profesi
untuk mencukupi kebutuhan (ekonomi) sebagai penyemir dan juga bekerja sebagai
maka sosialisasi anak tidak lagi tukang minta dan masih banyak pekerjaan-
sepenuhnya dapat dilakukan oleh pekerjaan lain yang mereka bisa tekuni. Menurut
keluarga. Sosialisasi keluarga kemudian Wiwied tentang jenis pekerjaan:
perlahan-lahan mulai diambil alih oleh “Jalan memberi peluang bagi anak-anak
lembaga pendidikan (sekolah), dan peer untuk mencari uang. Umumnya tidak
group. Di tempat inilah anak-anak butuh keterampilan khusus untuk mencari
menghabiskan sebahagian besar uang di jalan. Pilihan atas suatu
waktunya, itu berarti di tempat inilah pekerjaan dengan beberapa
anak lebih banyak belajar untuk pertimbangan, yakni pekerjaan itu secara
menjalani kehidupan menuju dewasa.” teknis mudah dilakukan, mudah
menghasilkan uang, dan fleksibel dalam
Tabel 7. waktu dan tempat” (Trisnadi, 2004 hal:
Distribusi Responden Menurut Pekerjaanya 37).
Sehingga dengan beberapa pertimbangan
No. Pekerjaan Anak F % tersebut anak-anak jalanan bebas memilih
1 Mengamen 11 34.4 pekerjaan apa saja. Selain itu pemilihan
2 Berjualan 9 28.1 pekerjaan juga tidak terlepas dari pengaruh
3 Menyemir sepatu 1 3.1 lokasi kerja mereka seperti lokasi kerja di pasar
4 Lain-lain 11 34.4
tradisional misalnya, mereka lebih memilih
Total 32 100.0
berjualan plastik, cairan pemutih atau yang
Sumber: Data Primer lainya dan ada juga mengumpul karton, butut
maupun makanan ternak. Bagi mereka yang
Pekerjaan anak-anak di jalanan bervariasi lokasi kerjanya di simpang jalanan maka
tergantung kemampuan masing-masing yang mereka bekerja sebagai pengamen, tukang
dimiliki anak. Apalagi di jalan mereka tidak minta maupun jualan rokok. Sedangkan tukang
hanya memperoleh duit tetapi juga mereka semir selalu berpindah-pindah dan lebih
bisa bermain bebas. Hal ini dapat dibuktikan banyak di kedai-kedai kopi maupun pasar.
194 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

Dari data tabel di atas dapat terlihat Tabel 8.


bahwa anak-anak yang didampingi YAKMI Distribusi Lamanya Responden Turun ke Jalan
lebih banyak bekerja sebagai pengamen dan
responden yang memilih lain-lain bekerja No. Lamanya Turun ke Jalan F %
sebagai pemulung dan tukang minta. 1. < 1 tahun 4 12.5
Variasinya pekerjaan mereka maka semakin 2. 1 – 2 tahun 4 12.5
variasi pula perilaku yang terbentuk diri 3. 2 – 3 tahun 9 28.1
4. 3 – 4 tahun 5 15.6
mereka. Ini dikarenakan perilaku anak 5. 4 – 5 tahun 5 15.6
berkaitan erat dengan pekerjaan yang mereka 6. 5 – 6 tahun 3 9.4
lakukan. Pada anak pemulung lebih kelihatan 7. > 6 tahun 1 3.1
kumuh dan dekil daripada pengamen. Tetapi 8. tidak ada jawaban 1 3.1
bagi tukang minta, anak lebih kelihatan Total 32 100.0
memprihatinkan baik segi fisik maupun Sumber: Data Primer
penampilan, ini dikarenakan untuk menarik
minat orang untuk memberi uang. Saat Seperti data-data sebelumnya, lamanya
pengalaman peneliti membagi angket, peneliti anak berada di jalan mempengaruhi seberapa
melihat fanomena unik di mana anak yang banyak perubahan yang terjadi pada anak.
masih berumur 5 tahun dipaksa bekerja. Semakin lama anak berada di jalanan maka
Semula anak tersebut dan ibunya berpakain semakin banyak pula peniruan pada anak yang
sedikit bersih lalu ia menukar pakaiannya dan ia dapat dari luar. Adanya hubungan antara
pakaian anaknya yang koyak dan kotar lalu ibu lamanya perilaku anak tersebut mendarah
pun berpakain seperti muslim yang daging sehingga butuh waktu dalam merubah
menggunakan jilbab. Ternyata anak tersebut perilaku anak tersebut. Dari tabel di atas
dibawa ibunya untuk meminta. Anak tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang
dibebaskan di tengah jalan dengan membawa didampingi YAKMI rata-rata di bawah 6 tahun
gelas plastik aqua. Dari hasil wawancara dan kebanyakan sudah dua hingga tiga tahun
terhadap pendamping mengenai fanomena berada di jalanan.
tersebut ternyata banyak kejadian serupa yang
terjadi pada anak jalanan tersebut. Menurut Tabel 9.
pendamping mereka sudah pernah dikenai Lama Responden Bergabung dengan YAKMI
program kesehatan khususnya pemeriksaan
kesehatan terhadap anak-anak jalanan. Namun No. Lamanya Mengikuti F %
kebanyakan ibu dari anak melarang anaknya Program YAKMI
diperiksa kesehatannya. Pada saat itu kondisi
1. < 6 bulan 8 25.0
anak tersebut memprihatinkan karena di 2. 6 bulan - 1 tahun 7 21.9
bahagian tubuhnya penuh kudis dan telinganya 3. 1 sampai 2 tahun 5 15.6
berlendir “tungkik” dan flu. Penyakit ini 4. 2 sampai 3 tahun 8 25.0
hampir diderita anak-anak jalanan. Namun 5. 3 sampai 4 tahun 3 9.4
6. tidak ada jawaban 1 3.1
berbeda dengan anak pengamen, mereka lebih
bersih dibandingkan tukang minta. Dari hasil Total 32 100.0
wawancara dengan beberapa pengamen
Sumber: Data Primer
menjawab “ya lah kak, kalo kami bauk mana
ada orang yang mau kasi kami uang”, tetapi
dari pengamatan peneliti ada juga beberapa Lamanya anak jalanan mengikuti YAKMI
yang dimaksud dalam tabel ini adalah lamanya
pengamen yang dekil dan jorok.
anak-anak jalanan bergabung dalam yayasan ini.
Bergabungnya anak dalam yayasan ini berarti
anak-anak jalanan tersebut telah menerima
program-program yang diberikan YAKMI
kepada mereka. Tentunya semakin lama anak
tersebut bergabung di YAKMI maka semakin
mandiri anak-anak tersebut karena salah satu
tujuan dari YAKMI terhadap anak jalanan
adalah menciptakan kemandirian pada anak.

Koleksi BPAD Prov SU 195


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

Lembaga ini sudah ada sejak tahun 2000 oleh sebelum makan kan kak, supaya gak
karena itu anak paling lama ikut lembaga ini cacingan. Ada lagi Kak itu..harus sering
sekitar 4 tahun. mandi, sikat gigi eee…cuma itu yang
ingat Kak”
Tabel 10. Begitulah ungkapan dari responden Yanti.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Namun ada beberapa responden yang tidak
Kesehatan Dasar
mengetahui pendidikan kesehatan dasar.

No. Pendidikan Kesehatan F % Tabel 11.


Dasar Distribusi Frekuensi Responden tentang Pendidikan
Kesehatan Dasar
1 Tidak tahu 5 15.6
2 Tahu 25 78.1
3 tidak ada jawaban 2 6.3 No. Frekuensi Mengikuti F %
Total 32 100.0 1 Tidak pernah 5 15.6
2 Satu kali 5 15.6
Sumber: Data Primer 3 Dua kali 5 15.6
4 Lain-lain 14 43.8
Pendidikan kesehatan dasar yang 5 Tidak ada jawaban 3 9.4
dimaksud di atas adalah program pendidikan Total 32 100.0
yang dibuat YAKMI tentang kesehatan guna Sumber: Data Primer
memperkenalkan pentingnya hidup sehat kepada
anak-anak jalanan sehingga anak-anak dapat Frekuensi anak jalanan mengikuti
berperilaku sehat dalam kesehariannya. Latar pendidikan kesehatan dasar yang dimaksud pada
belakang program ini diadakan: Hasil observasi tabel di atas adalah seberapa sering anak
dan analisis yang dilakukan oleh pendamping- mengikuti pendidikan kesehatan dasar yang
pendamping YAKMI terhadap kondisi fisik dan diberikan YAKMI. Semakin sering anak
sosial anak, yaitu diri anak, lingkungan tempat mengikuti pendidikan maka anak semakin
tinggal anak serta lingkungan di titik mangkal. mengerti tentang kesehatan dasar. Frekuensi
Secara umum, anak jalanan memiliki anak mengikuti pendidikan kesehatan dasar ini
penampilan gadel/dekil dan kurang terawat bervariasi. Variasi anak-anak megikuti
dalam hal kebersihan tubuh serta kesehatannya. pendidikan kesehatan dasar dikarenakan oleh
Hal ini menjadi latar belakang diberikannya kurangnya motivasi anak untuk mengikuti
topik-topik penyuluhan kesehatan dasar dan pendidikan dan selain motivasi juga
umum bagi anak. Selain itu juga ancaman obat- ketersediaan waktu anak-anak yang terbatas.
obatan terlarang yang tersebar bukan saja di Seperti pengakuan Muhamad Ridwan Chaniago
kalangan pemadat dewasa tetapi juga pada anak- bahwa ia tahu tentang adanya pendidikan
anak di sekolah dan di jalanan, bahkan dalam kesehatan namun Ridwan tidak mengikuti
polanya yang sederhana seperti penggunaan lem pendidikan tersebut karena sibuk. Ada pula
sebagai pengganti napza membuat tema ini beberapa yang lainya mengaku “malas”. Ini
penting untuk diberikan pada anak. berarti kurangnya motivasi dari anak maupun
Dari data di atas dapat diketahui bahwa lingkungan untuk mengikuti program etika.
hampir separuh anak-anak jalanan tahu Tetapi berbeda dengan Sakti yang berada di
mengenai pendidikan kesehatan dasar. Ini dapat Simpang Jembatan Layang Brayan mengaku:
dibuktikan dengan hasil wawancara terhadap “Saya kak pernah beberapa kali ikut.
anak di mana anak tersebut secara keseluruhan Tapi sudah lupa berapa kali. Aku pernah
anak-anak dapat menyebutkan apa-apa saja yang juga ikut dari rumah singgah Harapan
berkaitan dengan kesehatan dasar seperti: mulia kak.”
mencuci tangan, mandi, sikat gigi dan lain-lain Bagi anak-anak yang menjawab lain-lain
dan ada juga menyebutkan pemeriksaan maksudnya adalah anak-anak mengikuti
kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh pendidikan kesehatan dasar lebih dari dua kali.
koresponden yang bernama Yanti di Pajak Dari pengakuan anak-anak yang menjawab lain-
Tradisional Setia Luhur: lain terlihat bahwa anak-anak yang mengaku
“Ooo.. kesehatan dasar itu kak yang menjawab sekitar 3 hingga 4 kali mengikuti
dibilang kak Rohtua (pendamping pendidikan kesehatan dasar berjumlah 8
YAKMI) kita harus mencuci tangan
196 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

responden sementara 6 responden lagi Kemudian Yayasan Kesejahteraan


menjawab lebih dari 5 kali. Masyarakat Indonesia membuat program
Aktivitas anak jalanan yang hidup dan pendidikan kesehatan dasar tentang kebersihan
bekerja di jalan setiap saat tidak terlepas dari tubuh anak-anak jalanan. Adapun materi yang
pengaruh keadaan yang kotor baik dari diri anak dibuat adalah tentang kebersihan tubuh yang di
maupun dari lingkungan kerja anak. Keinginan dalamnya meliputi pola mandi dalam sehari.
anak untuk membersihkan diri salah satunya Materi tentang pola mandi yang dijelaskan oleh
dapat diukur dengan frekuensi anak jalanan YAKMI meliputi alasan keharusan mandi, cara
mandi minimal dua kali dalam sehari. mandi yang benar, dan frekuensi mandi.
Dari tabel di atas terlihat bahwa ternyata Penyampaikan materi ini kepada anak
adanya kemajuan frekuensi mandi anak jalanan digunakan metode modeling. Di mana beberapa
yang dibimbingi YAKMI sekitar 31.2 % anak diminta untuk mandi dan memperagakan
bertambah anak-anak yang mandi 2 kali sehari, cara mandi yang benar. Anak-anak tersebut
sementara anak-anak yang tidak pernah mandi diminta untuk menceritakan kepada teman-
menurun sekitar 25% setelah mengikuti program temanya tentang kondisi yang anak rasakan
dan begitu juga anak-anak mandi satu kali sehari setelah mandi.
menurun sekitar 9.4%, sementara anak-anak Setelah menerima program tersebut dari
yang menjawab lain-lain yaitu anak-anak yang YAKMI frekuensi anak jalanan mandi dalam
mengaku mandi tiga kali sehari. sehari dari tabel di atas terlihat bahwa hampir
Dari data tabel di atas terlihat bahwa setengah jumlah anak-anak tersebut mengaku
frekuensi anak jalanan mandi dalam sehari mandi dua kali sehari. Ini berarti adanya
sebelum menerima program YAKMI menjawab kemajuan anak menjaga kebersihan diri. Namun
hanya sekali dalam sehari malahan banyak juga dari pengamatan peneliti di lapangan masih
anak jalanan yang tidak pernah sama sekali banyak juga anak-anak yang mengaku mereka
mandi dalam sehari. Jarangnya mereka mandi mandi dua kali sehari namun kondisi mereka
dalam sehari diungkapkan oleh anak karena tidak menunjukan kebersihan diri. Ada banyak
kelelahan setelah mereka pulang dari kerja dan daki di lipatan-lipatan kulit anak, juga ada
dibarengi kurangnya motivasi dari anak sendiri seperti iritasi atau gatal-gatal pada kulit anak
dan juga keluarga. Selain itu alasan mereka dan juga ada kudis dan luka malahan ada juga
jarang mandi dalam sehari karena tidak tungkik pada telinga mereka yang telah
memiliki sabun. membau. Lain halnya pada anak-anak tukang
Dari hasil wawancara terhadap beberapa botot dan pengumpul makan ternak, mereka
anak jalanan mengenai mandi dalam setiap lebih kotor dan bau. Namun orang tua anak
harinya terungkap bahwa: mengaku bahwa mereka selalu meminta anaka-
“Aku ingat kali kak, dulu aku kak malas anak mereka mandi setiap hari seperti hasil
kali mandi, habis kak di rumah aku wawancara kepada ibu anak pengumpul botot
tidaknya punya sabun. Jadi aku mandi berikut ini:
kadang mau pergi sekolah aja. Tapi kak “Anak saya mandi kok, kadang mau pergi
pernah lah aku pergi sekolah itu cuma sekolah. Saya selalu marahi kalau dia gak
cuci muka aja…he he. Mamak aku gak mandi.”
marah kok, mamak aku pagi-pagi aja Tetapi ada juga anak yang sebelumnya
udah pergi cari makan babi.” menjawab mandi 2 kali sehari kemudian setelah
Namun berbeda pula dengan ungkapan mengikuti program kesehatan dasar menjadi
Hesekharianto sebagai pengamen di simpang mandi 1 kali sehari. Dari hasil wawancara
Seikambing: kepada anak mengaku alasannya:
“Ah aku dari dulu sampai sekarang …aku “He he…iya kak malas aku kak, kadang
malas pulang ke rumah, lagian aku juga aku lupa cape udah pulang kerja aku
gak sekolah, jadi kalo aku nginap rumah tidur aja. Jadi kalo ingat aku mandi.”
kawan aku mandi di sana aja..tapi kalau Namun ada juga anak yang menjawab:
paling sering aku mandi pagi karena “Kadang-kadang kak jorok ini membawa
kalau sore aku masih ngamen. Kadang- rezeki, lebih banyak orang yang mau
kadang pulang malam.” ngasi kalau keadaan kami jorok, malahan

Koleksi BPAD Prov SU 197


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

kadang kala sengaja kami gak mandi Tabel di atas dapat diketahui bahwa
supaya bisa cari banyak duit.” jumlah anak-anak jalanan yang tidak pernah
Tapi berbeda dengan yang dijawab oleh menyikat gigi menurun sekitar 28.1%, anak
responden yang satu ini: anak yang menyikat gigi satu kali naik 31.3%,
“Aku mandi kak kalau hujan, lebih enak anak-anak yang mengaku menyikat gigi dua kali
lagi kak, langsung di jalan. Sekalian aku dalam sehari sedikit menurun 3.1% sementara
sampoan di sini. Sekalian nyari duit yang menjawab lain-lain mengaku menyikat gigi
sekalian juga aku mandi.. he..he..” lebih dari dua kali tetap 6.3%. Responden yang
Ada juga responden yang menjawab lain- menjawab lebih dua kali ini mengaku menyikat
lain maksudnya adalah mereka mengaku mandi gigi sebelum tidur dan sesudah makan. ini
lebih dari 2 kali dalam sehari seperti anak-anak membuktikan adanya kemajuan anak-anak
ini menjawab: setelah mengikuti program YAKMI.
“Kalau kami kak mandi lebih lah 3 kali Frekuensi menyikat gigi anak jalanan
sehari, mandi pagi, mandi sore terus sebelum mengikuti program Pendidikan
mandi hujan…kan tiga kali kak” kesehatan dasar dari 32 responden lebih banyak
“Aku kak suka mandi 3 kali dalam sehari, mengaku tidak pernah. Alasan meraka
bangun pagi, mau pergi sekolah siang, menjawab tidak pernah dikarenakan malas. Tapi
karena aku masuk sekolah siang kak, trus ada juga anak yang menjawab dua kali seperti
pulang ngamen kak.” Novita mengaku:
Jadi alasan anak-anak jalan yang masih “Aku menyikat gigi dua kali dulu kak tapi
jarang mandi setelah menerima program sekarang tidak lagi kak. Dulu mamakku
pendidikan kesehatan dasar dari YAKMI yaitu belum sibuk jualan jadi aku dimarahi
dikarenakan kurangnya motivasi anak dan kalau tidak sikat gigi tapi sekarang aku
keluarga. Selain dari kurang perhatian ada juga malas kak.”
anak-anak yang mengaku mandi tetapi kondisi Motivasi mereka untuk menyikat gigi
sebenarnya tidak menunjukan kebersihan diri sebenarnya kurang sehingga mereka cenderung
yaitu disebabkan cara mandi anak yang tidak tidak mau menyikat gigi. Motivasi itu lebih
benar seperti tidak menggunakan air yang banyak berasal dari diri mereka sendiri yang
bersih, mandi tanpa sabun dan mandi tanpa air tidak mau peduli.
yang cukup dan juga sengaja tidak mandi untuk Kemudian YAKMI memberikan program
meminta belas kasihan orang lain. kebersihan tubuh. Adapun materi yang diberikan
yaitu kebersihan tubuh dengan topik pola
Tabel 12a.
Distribusi Frekuensi Responden Menyikat Gigi dalam
kebersihan gigi. Materi yang diberikan oleh
Sehari Sebelum Mengikuti Program YAKMI tentang kebersihan gigi yaitu
membangun kesadaran anak tentang pentingnya
No. Menyikat Gigi F % menyikat gigi, cara menyikat gigi yang benar
1 Tak pernah 15 46.9 dan penggunaan pasta gigi. Dalam
2 Satu kali 5 15.6
3 Dua kali 9 28.1
menyampaikan materi tentang kebersihan gigi
4 Lain-lain 2 6.3 pada anak dengan menggunakan alat peraga
5 Ragu 1 3.1 seperti: metaplan, sikat gigi, pasta gigi. Kemudian
Total 32 100.0 masing-masing anak-anak dibagikan sikat gigi
oleh pendamping dan diminta memperagakan
Sumber: Data Primer
menyikat gigi secara benar.
Tabel 12b. Setelah anak-anak menerima program
Distribusi Frekuensi Responden Menyikat Gigi dalam pendidikan kesehatan dasar, hasilnya
Sehari Sesudah Mengikuti Program
menunjukkan bahwa frekuensi anak jalanan
No. Menyikat Gigi F % menyikat gigi lebih didominasi satu kali dalam
1 Tak pernah 6 18.8 sehari dan ada juga tidak pernah menyikat gigi
2 Satu kali 15 46.9 dalam sehari. Menurut pengakuan mereka tidak
3 Dua kali 8 25.0
pernahnya karena mereka kecapean setelah
4 Lain-lain 2 6.3
5 Ragu 1 3.1 pulang kerja. Seperti yang diungkapkan oleh
Total 32 100.0
seorang responden:

Sumber: Data Primer


198 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

“Kalau udah pulang kak mana ada ingat orang tua sehingga menekan keinginan mereka
lagi mau menggosok gigi. Udah capek dalam berhubungan seks. Sedangkan responden
habisnya kak.” yang menjawab jarang berkurang jumlahnya
Sementara anak yang memilih jarang sekitar 3.2% dari hasil wawancara mereka
alasanya adalah kelupaan: diketahui anak-anak jalanan telah mengetahui
“Aku rajin kan tapi kalau aku di rumah, bahaya berhubungan seks yang menyimpang.
kalau udah keluar, udah lupa kak.” Sementara responden yang menjawab sering
berhubungan seks tidak ada.
Tabel 13a. Program kesehatan dasar dengan topik
Distribusi Responden Melakukan Hubungan Seks penyakit IMS dilakukan YAKMI guna
Bebas Sebelum Mengikuti Program
mengantisipasi anak-anak jalanan terinfeksi
penyakit menular seksual. Materi yang dibawa
No. Frekuensi Hubungan Seks F % guna mencegah bahaya penyakit ini dengan
Bebas memberi pemahaman kepada anak-anak tentang
1 Tak pernah 26 81.3 peyakit IMS, akibat penyakit IMS, upaya
2 Jarang 2 6.3
3 Sering 2 6.3
pencegahan dengan tidak melakukan seks
4 Tidak menjawab 2 6.3 menyimpang. Metode yang dipakai oleh
Total 32 100.0 YAKMI sendiri adalah peer educator
(pendidikan sebaya) dan penyuluhan.
Sumber: Data Primer
Tabel 14a.
Tabel 13b. Distribusi Frekuensi Jumlah Batang Rokok Responden
Distribusi Responden Melakukan Hubungan Seks Merokok dalam Sehari Sebelum Mengikuti Program
Bebas Sesudah Mengikuti Program

No. Frekuensi Hubungan Seks F %


No. Frekuensi Hubungan Seks F % Bebas
Bebas 1 Tak pernah 7 21.9
1 Tak pernah 29 90.6 2 1-5 batang 11 34.4
2 Jarang 1 3.1 3 5-10 batang 5 15.6
3 Sering - - 4 10-1 bks 5 15.6
4 Tidak menjawab 2 6.3 5 >1 bungkus 4 12.5
Total 32 100.0 Total 32 100.0
Sumber: Data Primer Sumber: Data Primer

Frekuensi responden tidak pernah Tabel 14b.


berhubungan seks maksudnya adalah responden Distribusi Frekuensi Jumlah Batang Rokok Responden
Merokok dalam Sehari Sesudah Mengikuti Program
tidak sama sekali melakukan hubungan seks.
Hubungan seks yang dimaksud di sini meliputi
melakukan hubungan seks sempurna, melakukan No. Frekuensi Hubungan Seks F %
Bebas
petting, anal seks dan oral seks bersama
pasangan maupun bersama pekerja seks diluar 1 Tak pernah 13 40.6
2 1-5 batang 10 31.3
pernikahan. Sedangkan jarang maksudnya 3 5-10 batang 4 12.5
responden pernah melakukan hubungan seks 4 10-1 bks 3 9.4
namun tidak dilakukan secara terus-menerus 5 >1 bungkus 2 6.3
sedangkan responden sering maksudnya adalah Total 32 100.0
responden berhubungan seks dilakukan secara
Sumber: Data Primer
teratur dan terus-menerus.
Tabel di atas menunjukkan bahwa
Merokok bagi anak jalanan merupakan
frekuensi anak jalanan sebelum dan sesudah
hal yang biasa. Ini dikarenakan anak-anak
mengikuti program kesehatan dasar menunjukan
jalanan menganggap dirinya telah mampu
selisih yaitu anak-anak yang menjawab tidak
mencari uang sendiri. Dari tabel di atas dapat
pernah berhubungan seks sekitar 9.3%, Tidak
dilihat bahwa jumlah batang rokok yg
pernahnya responden melakukan hubungan seks
dikonsumsi anak jalanan sebelum mengikuti
dikarenakan mereka masih dalam pengawasan
program YAKMI mencapai satu hingga lima

Koleksi BPAD Prov SU 199


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

batang per hari, namun ada juga beberapa dari anak-anak yang keramas setiap hari sekitar 6.3%
anak-anak jalanan yang merokok hingga satu telah menyadari penting menjaga kebersihan
bungkus dan lebih. Responden yang mengaku rambut dikarenakan mereka yang sebahagian
merokok mencapai satu bungkus per hari besar waktu berada di jalanan dengan kondisi
umumnya anak-anak jalanan yang tergolong penuh debu. Sedangkan anak-anak yang
remaja. mengaku mencuci rambut seminggu sekali pun
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat masih banyak dan sedikit sekali mengalami
Indonesia mengadakan suatu program mengenai perubahan ini dapat dilihat sekitar 9.4%. Ini
bahaya merokok bagi anak-anak. Program yang dikarenakan anak tidak peduli dengan
dibuat yaitu penyakit yang ditimbulkan dari kebersihan tubuhnya dan ada juga anak yang
merokok seperti penyakit TBC dan kesehatan mengaku tidak ada sampo di rumahnya serta ada
paru-paru. Materi yang disampaikan meliputi beberapa anak yang mengaku dikarenakan
kesehatan paru-paru, penyakit yang rentan paru- kelelahan setelah bekerja dan langsung tidur.
paru dan penyuluhan tentang bahaya merokok. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa anak:
Metode yang dipakai adalah diskusi dan tanya “Di rumah aku kak gak ada sampo, jadi
kayak mana kami mau keramas sering-
jawab bersama anak-anak jalanan.
sering, lagian pun udah ngantuknya kak
Setelah program tersebut diberikan
kami pulang kerja, kalau pagi udah buru-
kepada anak-anak jalanan perubahan perilaku
buru mau kesekolah kak.”
anak jalanan merokok sedikit berkurang.
Selain itu maksud pilihan anak-anak ke
Pengurangan ini kemajuan yang sangat berarti
lain-lain adalah bahwa anak-anak diberi
karena merokok merupakan suatu kebiasaan
kebebasan menjawab berapa kali mereka
yang sulit dirubah.
keramas dalam seminggu. Adapun dari hasil
Tabel 15a. angket diketahui beberapa di antara responden
Distribusi Frekuensi Responden Keramas dalam menjawab 3 kali sampai 4 kali dalam seminggu
Seminggu Sebelum Mengikuti Program mereka keramas.
Kecenderungan anak-anak sebelum
No. Frekuensi Hubungan Seks F % menerima program dari YAKMI, anak-anak
Bebas mengaku jarang mencuci rambut dikarenakan
1 Tak pernah 6 18.8 kurangnya motivasi dari mereka ini dapat dilihat
2 Tiap hari 8 25.0 dari anak pada tabel di atas bahwa banyak anak-
3 Tiap minggu 14 43.8 anak yang mengaku mencuci rambut hanya satu
4 Lain-lain 4 12.5 kali dalam seminggu dengan alasan tidak ada
Total 32 100.0 sampo di rumah mereka.
Sumber: Data Primer Melihat kondisi anak-anak di atas maka
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia
Tabel 15a. membuat program tentang pola hidup sehat pada
Distribusi Frekuensi Responden Keramas dalam anak jalanan. Pola hidup sehat ini meliputi
Seminggu Sesudah Mengikuti Program kebersihan rambut. Materi pola kebersihan
rambut meliputi: membangun kesadaran anak
No. Frekuensi Keramas Dalam F % tentang pentingnya kebersihan rambut, cara
Seminggu mencuci rambut yang benar, frekuensi mencuci
1 Tak pernah 5 15.6 rambut. Adapun metode yang digunakan adalah
2 Tiap hari 10 31.3 modeling di mana anak diminta keramas dengan
3 Tiap minggu 11 34.4
4 Lain-lain 6 18.8 menggunakan sampo dan air yang bersih lalu
Total 32 100.0
anak tersebut diminta mengungkapkan
kesegaran yang anak rasakan setelah mencuci
Sumber: Data Primer rambut kepada teman-teman yang lain.
Setelah program diberikan maka hasil
Dari tabel dapat diketahui bahwa anak yang dicapai dapat diketahui dari tabel di atas
jalanan keramas dalam seminggu mengalami yaitu anak-anak masih banyak yang menjawab
sedikit kemajuan sekitar 3.2% dari anak yang seminggu sekali. Anak-anak yang menjawab
sebelumnya mengaku tidak pernah keramas ini seminggu sekali dikarenakan kurangnya
dikarenakan tidak ada keinginan mereka untuk dukungan terhadap anak baik dari diri anak
menjaga kebersihan diri seperti diungkapkan sendiri maupun dari keluarga anak tentang
oleh mereka: “males kak”. Kemudian pada
200 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

kebersihan tubuh. Selain kurangnya motivasi Sedangkan bagi anak yang menjawab jarang
juga anak-anak mengaku pengaruh kesibukan tetap tidak mengalami kemajuan maupun
anak diluar rumah sehingga mereka kelelahan kemunduran yang artinya tidak mengalami
setelah tiba di rumah. perubahan apapun. Dan bagi yang anak-anak yang
mengaku sering memakai alas kaki mengalami
Tabel 16a. kemajuan sekitar 25%. Bagi anak yang jarang
Distribusi Frekuensi Responden Memakai Alas Kaki
Sebelum Mengikuti Program
memakai alas kaki dikarenakan selalu hilang saat
bekerja. Seperti salah satu responden mengatakan:
“Payah kali aku kak, pantang di lepas
No. Frekuensi Memakai Alas F % sebentar udah hilang. Habis uang ku aja beli
Kaki
sendal terus-terusan. Mending aku gak pake
1 Tak pernah 13 40.6
2 Jarang 15 46.9
sendal. Mana ada duit ku beli sepatu.”
3 Sering 4 12.5 Kecenderungan anak jalanan jarang dan
Total 32 100.0 hampir tidak pernah memakai alas kaki dikarenakan
kelalaian mereka dalam menjaga sendal sehingga
Sumber: Data Primer sering hilang, dan ada juga anak-anak yang tidak
memakai sendal dikarenakan malas malahan ada
Tabel 16b.
Distribusi Frekuensi Responden Memakai Alas Kaki
beberapa anak yang mengaku tidak memiliki sendal
Sesudah Mengikuti Program maupun sepatu.
Melihat kondisi anak-anak jalanan yang
jarang memakai alas kaki menyebabkan Yayasan
No. Frekuensi Memakai Alas F %
Kaki Kesejahteraan Mayarakat Indonesia membuat
1 Tak pernah 5 15.6
penyuluhan memakai alas kaki saat keluar rumah
2 Jarang 15 46.9 terutama saat bekerja. Materi yang dipakai adalah
3 Sering 12 37.5 membangun kesadaran anak tentang bahaya ketika
Total 32 100.0 anak-anak tidak menggunakan alas kaki saat
bekerja. Metode yang dipakai adalah metaplan,
Sumber: Data Primer
diskusi dan tanya jawab terhadap anak.
Setelah diberikan program hasil yang dicapai
Menggunakan alas kaki bagi setiap orang
ternyata anak-anak masih jarang memakai alas kaki
adalah hal yang sangat penting dan begitu juga
alasan mereka karena masih sering hilang. Namun
pada anak, apa lagi anak jalanan yang mereka
tidak sedikit juga anak-anak yang sering
setiap harinya berada di jalan. Alas kaki
menggunakan alas kaki. Ini menunjukan kesadaran
dimaksud di sini termasuk sepatu maupun
anak telah terbangun mengenai bahaya bila tidak
sendal. Alas kaki ini sangat membantu anak
memakai alas kaki saat keluar rumah.
jalanan terhindar dari bahaya luka yang bisa
disebabkan oleh pecahan kaca, paku maupun Tabel 17a.
yang lainya. Distribusi Frekuensi Responden Membersihkan
Dari Tabel 16a dan 16b di atas dapat Telinga dalam Seminggu Sebelum Mengikuti Program
diketahui kesadaran anak memakai alas kaki
dapat dilihat dari frekuensi mereka sebelum No. Frekuensi Membersihkan F %
menerima program dengan setelah mengikuti Telinga
program yang dibuat YAKMI, yaitu anak-anak 1 Tak pernah 8 25,0
menjawab tidak pernah memakai alas kaki 2 Jarang 7 21,9
berkurang sekitar 25% ini dikarenakan mereka 3 Sering 16 50,0
4 Lain-lain 1 3,1
telah menyadari bahaya mereka di jalanan tanpa
alas kaki, apalagi bagi anak-anak pemulung Total 32 100.0
yang mereka harus berada pada tong-tong Sumber: Data Primer
sampah besar. Sedangkan anak yang masih tetap
tidak mau memakai alas kaki mengaku bahwa
mereka tidak memiliki sendal maupun sepatu.
“Kek mana aku mau pake sepatu kak, sendal aja
aku gak punya”, ungkap seorang responden.

Koleksi BPAD Prov SU 201


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

Tabel 17b. anaknya untuk diperiksa maupun diberi rujukan


Distribusi Frekuensi Responden Membersihkan berobat gratis oleh lembaga.
Telinga dalam Seminggu Sesudah Mengikuti Program
Tabel 18a.
No. Frekuensi Membersihkan F % Distribusi Frekuensi Responden Mengganti Pakaian
Telinga dalam Sehari Sebelum Mengikuti Program
1 Tak pernah 5 15,6
2 Jarang 18 56,3 No. Frekuensi Mengganti F %
3 Sering 8 25,0 Pakaian dalam Sehari
4 Lain-lain 1 3,1
1 Tak pernah 7 21.9
Total 32 100.0 2 Jarang 19 59.4
3 Sering 6 18.8
Sumber: Data Primer
Total 32 100.0
Frekuensi responden membersihkan
telinga sebelum mengikuti program kesehatan Sumber: Data Primer
dasar dapat dilihat pada tabel di atas hampir
Tabel 18b.
50% sering membersihkan telinga, namun tidak
Distribusi Frekuensi Responden Mengganti Pakaian
sedikit juga anak-anak yang jarang dan malah dalam Sehari Sesudah Mengikuti Program
beberapa anak tidak mau membersihkan telinga.
Alasan anak-anak yang jarang maupun tidak
No. Frekuensi Mengganti F %
mau untuk membersihkan telinga karena Pakaian dalam Sehari
motivasi mereka yang kurang, namun juga ada 1 Tak pernah 0 0
hubungan antara gaya hidup yang tidak bersih 2 Jarang 17 53.1
dengan pekerjaana anak. Oleh sebab itu para 3 Sering 15 46.9
orang tua anak melarang anak-anak mereka Total 32 100.0
untuk menjaga kebersihan khususnya telinga,
Sumber: Data Primer
seperti hasil wawancara dari paa pendamping
bahwa orang tua anak enggan anaknya diperiksa
Jarangnya anak jalanan mengganti
oleh pemeriksaan kesehatan yang disediakan
pakaian dalam sehari pada tabel di atas
oleh lembaga.
maksudnya adalah anak jalanan selalu memakai
Program yang dibuat pihak lembaga yaitu
pakaian yang sama dengan hari sebelumnya.
pendidikan kesehatan di mana di dalamnya ada
Adapun alasan mereka jarang mengganti
penyuluhan mengenai kebersihan telinga. Materi
pakaian adalah karena mereka “malas” ungkap
penyuluhan kebersihan telinga yang diberikan
mereka. Jika kita melihat kondisi anak bekerja
meliputi pentingnya telinga sebagai salah satu
di jalan, anak-anak mudah sekali mengotori
indera pada tubuh, pola perawatan, jenis-jenis
pakaian yang mereka pakai. Hal ini dikarenakan
penyakit dan rujukan untuk pengobatan penyakit
mereka juga bekerja tanpa memperdulikan
telinga. Metode yang dipakai adalah penyuluhan
lingkungan mereka, misalnya di mana mereka
kepada anak-anak jalanan.
duduk, mereka mengelap keringat di baju
Setelah diberikan program ternyata
bahkan mereka tidak mengelap tangan mereka
hasilnya anak-anak yang membersihkan telinga
di baju yang mereka pakai. Khususnya pada
semakin sedikit. Alasan anak-anak tidak
anak pemulung, mereka harus mengais tong-
membersihkan telinga karena dimarahi oleh
tong sampah untuk mencari botot begitu juga
orang tua dan beberapa anak mengaku karena
anak-anak pengumpul makanan ternak babi.
mereka juga tidak punya kapas telinga. Seperti
Makanya jarangnya mereka mengganti pakaian
hasil wawancara terhadap beberapa anak:
“Jarang kak aku bersihkan telinga, kalau akan mengganggu kesehatan mereka. Ada juga
anak yang mengaku jarang mengganti pakaian
aku bersihkan mamak aku marah.”
dalam sehari dikarenakan orang tuanya malas
“Kalau aku kak, tidak punya congkel
telinga di rumah.” mencuci sehingga ia terpaksa memakai pakain
yang sama dengan yang sebelumnya. Seperti
Dari hasil observasi terhadap anak-anak
di lapangan ada beberapa anak yang sampai yang diungkapkan oleh salah satu responden
yang bernama Gunawan (seorang pemulung):
“tungkik” dan orang tuanya tidak mengizinkan
“Kek mana aku mau ganti pakain kak karena
mamak aku malas mencuci jadi terpaksa aku
202 Koleksi BPAD Prov SU
Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

pake baju ini lagi.” Hal ini di iyakan oleh YAKMI ternyata hanya berkurang sekitar 3.2%
kawan-kawanya pada saat itu berada di samping karena ini dipengaruhi dari situasi anak di
gunawan. jalanan yang sulit mendapatkan air. Sedangkan
Melihat kondisi anak jalanan maka dibuat anak jalanan yang jarang mencuci tangan hanya
program mengenai kebersihan diri meliputi berkurang 6.3%, dan juga pada anak-anak yang
kebersihan pakaian. Metode yang digunakan sering mencuci tangan naik menjadi 9.4%,
adalah modeling atau pemberian contoh dalam hal ini anak lebih banyak menyadari
langsung. Setelah anak-anak diminta mandi pentingnya mencuci tangan.
kemudian anak-anak diminta memakai pakaian Kecenderungan anak jalanan jarang
ganti yang bersih yang telah disediakan oleh mencuci tangan dikarenakan kesulitan anak untuk
lembaga. Pakaian yang disediakan berasal dari memperoleh air yang bersih di jalan sehingga
sumbangan masyarakat maupun gereja. Dari anak-anak mengaku sering menggunakan plastik
tabel 5.21 dapat dilihat hasilnya meliputi anak- untuk menutupi tangan yang kotor ketika makan.
anak yang sebelumnya jarang mengganti Selain itu responden juga menjawab penggunaan
pakaian mengalami penurunan drastis menjadi sendok membantu mereka untuk tidak perlu
tidak ada sama sekali. Sedangkan pada anak- mencuci tangan. Seperti yang diungkapkan
anak yang jarang mengganti pakaian berkurang responden berikut ini:
sekitar 6.3%, dan pada anak-anak yang sering “Kek mana kak kami mau cuci tangan,
mengganti pakaian naik sekitar 28.1% ini mana ada air di jalan ini kak, paling kalu
menunjukkan YAKMI berhasil membuka hujan aja baru ada air kak. Ya udah aku
kesadaran anak jalanan untuk menjaga makan aja kak yang penting udah aku lap
kebersihan diri mereka. pake baju aku sebelum makan.”
“Aku makan kan kak pake sendok, jadi
Tabel 19a. gak perlu aku cuci tangan kak. Kadang
Distribusi Frekuensi Responden Mencuci Tangan aku bawa sendok dari rumah kak. Tapi
Sebelum dan Sesudah Makan Sebelum Mengikuti
Program kalo lupa bawa sendok aku pake plastik
aja kak, kan sama ajanya kak.”
Pengadaan program YAKMI mengenai
No. Frekuensi Mencuci Tangan F %
Sebelum dan Sesudah
mencuci tangan diberikan ketika pemeriksaan
Makan kesehatan di mana anak-anak dijelaskan
1 Tak pernah 6 18.8 mengenai penyakit yang sering diderita anak
2 Jarang 19 59.4 ketika makan tidak bersih. Salah satu penyebab
3 Sering 7 21.9 penyakit itu melalui tangan. Metode
Total 32 100.0 penyampaian adalah ceramah dan gambar. Hasil
yang dicapai setelah program tersebut
Sumber: Data Primer
dilaksanakan anak-anak masih jarang mencuci
Tabel 19b. tangan. Ini dikarenakn anak-anak masih
Distribusi Frekuensi Responden Mencuci Tangan menganggap sulit memperoleh air di jalan.
Sebelum dan Sesudah Makan Sesudah Mengikuti Namun ada beberapa anak yang menjawab
Program
memakai sendok.

No. Frekuensi Mencuci Tangan F % Tabel 20a.


Sebelum dan Sesudah Distribusi Frekuensi Responden Ngelem Sebelum
Makan Mengikuti Program
1 Tak pernah 5 15.6
2 Jarang 17 53.1
No. Frekuensi Ngelem F %
3 Sering 10 31.3
1 Tak pernah 27 84.4
Total 32 100.0
2 Jarang 3 9.4
Sumber: Data Primer 3 Sering 1 3.1
4 Lain-lain 1 3.1
Pada Tabel 19a dan 19b di atas dapat Total 32 100.0
dilihat bahwa anak-anak yang tidak pernah Sumber: Data Primer
mencuci tangan baik telah mendapat program
maupun sebelum mendapat program dari

Koleksi BPAD Prov SU 203


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

Tabel 20b. YAKMI tergolong tidak banyak karena mereka


Distribusi Frekuensi Responden Ngelem Sesudah masih dalam keadaan pengontrolan orang tua.
Mengikuti Program
Pada tabel 5.23 juga terlihat bahwa frekuensi
anak jalanan ngelem sebelum maupun sesudah
No. Frekuensi Ngelem F % mengikuti program YAKMI yang tergolong
1 Tak pernah 28 87.5 tidak pernah ini dapat dilihat dari perbedaan
2 Jarang 1 3.1 sekitar 0.31%, ini dikarenakan pada dasarnya
3 Sering 0 0
4 Lain-lain 3 9.4 anak jalanan sebelum masuk YAKMI cenderung
Total 32 100.0
tidak pernah “ngelem”.
Kecenderungan anak jalanan tidak pernah
Sumber: Data Primer “ngelem” karena mereka masih dimonitor
keluarga secara teratur baik di jalanan maupun
Frekuensi anak jalanan tidak pernah di rumah. Banyak orang tua anak jalanan yang
ngelem maksudnya adalah anak jalanan sama bekerja di jalanan. Mereka bekerja sebagai
sekali tidak menggunakan “ngelem”, sedangkan pengumpul botot, pengumpul makanan ternak,
jarang maksudnya adalah anak jalanan pernah tukang minta dan berjualan rokok maupun
ngelem namun tidak diteruskan, sedangkan minuman. Lembaga YAKMI membuat program
sering maksudnya adalah anak jalanan telah mengenai bahaya narkoba dan di dalamnya
ketagihan dan dilakukan berulang-ulang. ngelem. Adapun materi yang disampaikan
Responden yang memilih tidak pernah “ngelem” meliputi: bahaya narkoba, jenis-jenis narkoba.
pada tabel di atas mengaku bahwa mereka tidak Metode yang digunakan adalah ceramah,
tertarik menggunakan zat tersebut. Selain itu menerangkan gambar dan memakai alat peraga.
dari hasil data sebelumnya bahwa anak-anak Setelah diberikan program tersebut
yang didampingi oleh YAKMI ini masih adanya kepada anak jalanan ternyata hasilnya yang
hubungan teratur dengan orang tua mereka. dicapai adalah anak-anak tetap tidak
Hubungan yang teratur terhadap orang tua akan menggunakan narkoba. Namun anak-anak
memperkecil keinginan anak untuk “ngelem”. mengetahui bahaya narkoba tersebut. Ini
Seperti yang dikatakan oleh responden: dibuktikan dari wawancara terhadap anak.
“Dari dulu sampai sekarang aku gak Pemahaman anak tentang narkoba ini dilihat
pernah ngelem kak, aku takut ayah aku dengan kemampuan anak dapat menyebutkan
selalu bilang ‘awas ya kalau kau ngelem bahaya-bahaya bagi pengguna penggunaan
bapak libas kau..’ lagian aku juga tidak narkoba.
bergaul dengan orang-orang itu kak,
mendingan aku pulang kalau udah ada Tabel 21a.
orang kek gitu.” Distribusi Frekuensi Responden Menggunakan
Selain itu responden yang mengaku Narkoba Sebelum Mengikuti Program
jarang “ngelem” maksudnya bahwa mereka
pernah menggunakannya namun tidak terus- No. Frekuensi Menggunakan F %
menerus. Responden yang mengaku ini adalah Narkoba
responden yang lebih remaja. Adapun alasan 1 Tak pernah 31 96.9
mereka pernah menggunakan karena pengaruh 2 Jarang 1 3.1
3 Lain-lain 0 0
ajakan teman serta anak tidak mengetahui risiko
Total 32 100.0
akibat penggunaannya. Sementara dari anak-
anak juga mengaku pernah menggunakan namun Sumber: Data Primer
hanya sesekali.
“Dulu aku pernah kak beberapa kali ikut-
ikutan sich tapi sekarang gak lagi. Habis
aku dulu diajak kawan kak, mereka bilang
itu gak apa-apa dan aku juga gak setia
katanya kalau aku gak ikut ngerasain.”

Sedangkan anak-anak yang menjawab


sering adalah anak-anak yang sudah ketagihan
dan sulit lepas, anak-anak yang didampingi oleh

204 Koleksi BPAD Prov SU


Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

Tabel 21a. Tabel 22b.


Distribusi Frekuensi Responden Menggunakan Distribusi Frekuensi Responden Mabuk Sesudah
Narkoba Sebelum Mengikuti Program Mengikuti Program

No. Frekuensi Menggunakan F % No. Frekuensi Mabuk F %


Narkoba 1 Tak pernah 31 96.9
1 Tak pernah 29 90.6 2 Jarang 1 3.1
2 Jarang 0 0 3 Sering 0 0
3 Lain-lain 3 9.4 4 Lain-lain 0 0
Total 32 100.0 Total 32 100.0

Sumber: Data Primer Sumber: Data Primer

Frekuensi anak jalanan tidak pernah Frekuensi anak-anak jalanan tidak pernah
menggunakan narkoba adalah anak jalanan sama mabuk maksudnya yaitu dalam kehidupan anak
sekali tidak mencoba menggunakan narkoba, sama sekali anak jalanan tersebut tidak pernah
sedangkan dimaksud sering yaitu anak jalanan minum minuman beralkohol. Sedangkan jarang
menggunakan narkoba berulang-ulang hingga adalah anak jalanan pernah mencoba mabuk
sekarang. Dari tabel di atas terlihat bahwa namun tidak dilakukan terus-menerus atau
hampir semua anak-anak jalanan dampingan berulang-ulang. Sedangkan frekuensi sering
YAKMI tidak menggunankan narkoba. Ini maksudnya adalah anak jalanan mabuk dilakukan
dikarenakan mereka masih berhubungan teratur terus-menerus hingga sekarang. Dari tabel di atas
dengan orang tua dan juga mereka masih hampir semua anak-anak jalanan menjawab tidak
sekolah sehingga masih adanya peraturan- pernah mabuk. Alasan mereka tidak pernah
peraturan yang melarang mereka menggunakan mabuk karena mereka tau kalau hal itu tidak baik
narkoba baik itu dari sekolah maupun dari orang bagi kesehatan mereka seperti yang diungkap kan
tua. Adapun anak mengaku jarang yaitu mereka:
alasanya anak pernah sekali mencoba narkoba “Untuk apa mabuk kak, mending aku
jenis ganja namun tidak diteruskan. Anak ini main PS daripada habis uang ku beli
mengaku keterlibatan ia menggunakan narkoba kamput. Nantik aku dimarahi pula sama
karena ajakan teman. mamak aku kalau udah pulang.”
Pada Tabel 5.23 terlihat bahwa anak yang “Kalau aku kak gak mau minum-
menggunakan narkoba baik sebelum mengikuti minuman kek gituan, kan gak bagus untuk
program kesehatan dasar hingga setelah kesehatan. Nantik aku bisa ketagihan
mengikuti pendidikan kesehatan dasar kak.”
cenderung tidak berubah, hal ini dikarenakan Responden yang mengaku jarang minum,
anak-anak dampingan YAKMI sebelumnya menurut pengakuan mereka pernah mencoba
tidak menggunakan narkoba dan begitu juga tetapi tidak dilakukan berulang-ulang. Ini
setelahnya. Seperti yang terlihat dari data-data dikarenakan mereka terpengaruh teman
pada tabel sebelumnya bahwa anak dampingan sekeliling mereka yang peminum dan juga
YAKMI masih berhubungan teratur dengan pengaruh orang tua yang peminum:
orang tua. Sehingga masih ada pengontrolan “Aku kak pernah sekali minum tapi
orang tua yang ketat. sekarang gak lagi, aku gak beli kak bapak
aku bawa minuman ke rumah trus aku
Tabel 22a. coba sikit, tapi paling sering kalo natal
Distribusi Frekuensi Responden Mabuk Sebelum dan tahun baru kak.”
Mengikuti Program Responden yang mengaku sering minum,
menurut pengakuan mereka adalah “kalau udah
No. Frekuensi Mabuk F % malam minggu kak, kan biasa ngumpul-ngumpul
1 Tak pernah 23 71.9 gitu lho”. Pada umumnya yang menjawab ini
2 Jarang 6 18.8 adalah anak jalanan yang udah remaja. Mereka
3 Sering 2 6.3
sering tidak pulang ke rumah setiap malam
4 Lain-lain 1 3.1
minggu. Pada Tabel 22a dan 22b terlihat bahwa
Total 32 100.0
anak-anak jalanan yang tidak pernah mabuk
Sumber: Data Primer baik sebelum mendapat pendidikan kesehatan

Koleksi BPAD Prov SU 205


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

dasar maupun setelah mendapat pendidikan “Aku mukul dia kak karena dia pukul aku
kesehatan dasar terlihat ada kemajuan sekitar dulu, ya…aku balas lah kak.”
52% anak-anak yang tidak pernah mabuk. Program yang diberikan Yayasan
Sedangkan anak-anak yang jarang mabuk sekitar Kesejahteraan Masyarakat Indonesia untuk menekan
berkurang sekitar 15.7%, sedangkan yang sering perilaku memukul pada anak yaitu etika bergaul.
yang sebelum masuk pendidikan kesehatan Materi yang disampaikan yaitu cara bergaul yang
dasar mabuk namun setelah masuk pendidikan baik, menghargai teman dan melarang anak
kesehatan dasar menjadi tidak ada sama sekali. melakukan kekerasan. Metode yang dipakai untuk
menyampaikan materi tersebut yaitu menonton
Tabel 23a. tayangan dari VCD kartun yang mengandung
Distribusi Frekuensi Responden Memukul Sebelum nasehat berperilaku, kemudian anak-anak diminta
Mengikuti Program
untuk mempresentasikan bergaul yang baik sesama
teman-temanya.
No. Frekuensi Memukul Orang F % Setelah mengikuti program etika hasilnya
Lain
anak-anak jalanan menunjukan kemajuan yaitu di
1 Tak pernah 2 6.3 mana anak-anak yang sebelum mengikuti program
2 Jarang 13 40.6
3 Sering 17 53.1 tergolong sering namun setelah mengikuti anak-
Total 32 100.0
anak menjadi jarang berkelahi. Perubahan ini tidak
begitu signifikan dikarenakan berkelahi
Sumber: Data Primer merupakan kebiasaan yang sering dilakukan pada
anak-anak jalanan. Namun di kalangan anak-anak
Tabel 23b. yang lebih kecil lebih sering dipukul oleh anak-
Distribusi Frekuensi Responden Memukul Sesudah
Mengikuti Program anak jalanan yang lebih besar namun mereka tidak
membela maupun membalas, seperti yang
diungkapkan responden berikut ini:
No. Frekuensi Memukul Orang F %
Lain
“Kami kak kalau memukul jarang tapi
dipukul sama anak-anak yang besar itu
1 Tak pernah 2 6.3
2 Jarang 19 59.4 kak. Kadang mereka kompas kami terus
3 Sering 11 34.4 ditokoknya kepala kami kak. Mana berani
Total 32 100.0 kami membalas kak, takut lah.”
Selisih perubahan anak-anak yang sering
Sumber: Data Primer memukul sebelum dan sesudah menerima
program etika berkurang sekitar 18.7%, selisih
Frekuensi responden memukul sebelum perubahan perilaku anak-anak yang jarang
mengikuti program pendidikan etika didominasi memukul sebelum dan sesudah menerima
oleh anak-anak yang mengaku sering memukul. program etika naik sekitar 18.8%, sedangkan
Arti sering di sini yaitu anak-anak pernah untuk anak-anak yang tidak pernah memukul
memukul dalam setiap hari baik terhadap teman dalam jumlah yang tetap.
maupun terhadap saudara kandung. Anak-anak
sering memukul dikarenakan konflik kecil Tabel 24a.
dalam pergaulan anak-anak di jalanan. Konflik Distribusi Frekuensi Responden Berkelahi Sebelum
ini disebabkan adanya ketidaksenangan anak Mengikuti Program
dalam perkawanan. Namun umumnya konflik
ini tidak berlangsung lama, dari ungkapan No. Frekuensi Berkelahi F %
responden mengaku bahwa berkelahi merupakan
kebiasaan sesama mereka. Dari hasil wawancara 1 Tak pernah 2 6.3
terungkap bahwa: 2 Jarang 19 59.4
“Memang kak kami sering pukul-pukulan 3 Sering 11 34.4
sebentar aja palingan besok udah 4 Lainnya 0 0
kawanan lagi. Kadang karena berebut, Total 32 100.0
tapi kak paling sering kami ngomong
jorok daripada mukul.” Sumber: Data Primer

206 Koleksi BPAD Prov SU


Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

Tabel 24b. Setelah diadakan program tersebut maka


Distribusi Frekuensi Responden Berkelahi Sesudah kondisi anak-anak jalanan, adanya sedikit
Mengikuti Program
kemajuan di mana anak-anak yang sebelumnya
sering berkelahi menjadi tidak pernah berkelahi.
No. Frekuensi Berkelahi F % Namun anak-anak yang mengaku jarang
1 Tak pernah 9 28.1 berkelahi masih tetap dengan jumlah yang sama.
2 Jarang 18 56.3 Alasan mereka dikarenakan perkelahian antara
3 Sering 4 12.5
4 Lainnya 1 3.1 mereka pernah dilakukan namun tidak sering,
Total 32 100.0
seperti dari hasil wawancara responden berikut
ini,
Sumber: Data Primer “Kami kalau dibilang tidak pernah kelahi
kak tapi sering juga namun kalau sering,
Peneliti memisahkan antara memukul dan jarang juga kak. Pernahlah kak dibuat
berkelahi dengan pertimbangan anak-anak selalu tapi kadang-kadang kalau lagi membela
mengaku memukul namun tidak sampai dalam teman yang sedang dipukul.”
perkelahian. Sehingga untuk melihat Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
pengukuran agar lebih jelas peneliti memisahkan kemajuan anak-anak jalanan mengikuti program
antara memukul dan berkelahi. Dari data tabel di yaitu sebelumnya jarang berkelahi berkurang
atas terlihat bahwa frekuensi anak jalanan sedikit yaitu sekitar 3.1%, artinya ini telah
sebelum mengikuti program etika anak-anak menunjukan kemajuan yang baik dalam
lebih banyak mengaku jarang berkelahi. Dari pergaulan anak jalanan. Sedangkan anak-anak
pengakuan mereka alasan anak-anak jarang yang sebelumnya sering berkelahi berkurang
berkelahi dikarenakan kuatnya persahabatan di 21.9%, dan anak-anak yang tidak pernah sama
kalangan mereka walaupun ada beberapa kali sekali bertambah sekitar 21.8% ini menunjukan
konflik kecil namun bagi mereka itu bukan keberhasilan YAKMI dalam membentuk pola
dikatakan perkelahian dan di kalangan mereka perilaku pada anak jalanan.
hanya sering beradu kata-kata kasar. Sedangkan
anak-anak yang sering berkelahi mengaku Tabel 25a.
perkelahian antara saudara kandung misalnya Distribusi Frekuensi Responden Bermain Judi Sebelum
abang berkelahi bersama adiknya maupun Mengikuti Program
sebaliknya. Namun perkelahian mereka tidak
berlangsung lama. Dari hasil wawancara No. Frekuensi Bermain Judi F %
terhadap responden pemulung berikuti ini: 1 Tak pernah 16 50.0
“Kalau kami kak jarang berkelahi, 2 Jarang 9 28.1
karena kami gak suka tapi sesekali 3 Sering 5 15.6
4 Lainnya 2 6.3
pernah lah, palingan soal duit atau
Total 32 100.0
berebut kotak. Tapi besoknya kami baikan
lagi kak.” Sumber: Data Primer
“Kalau dia kak sering kelahi sama
adiknya, sampai nangis adiknya kak baru Tabel 25b.
dia berhenti.” Pengakuan dari teman- Distribusi Frekuensi Responden Bermain Judi Sesudah
Mengikuti Program
teman responden.
Diadakan program etika bergaul yang
dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan No. Frekuensi Bermain Judi F %
Masyarakat Indonesia. Materi etika bergaul
berisi cara bergaul yang baik, menghargai teman 1 Tak pernah 16 50.0
dan melarang anak melakukan kekerasan. 2 Jarang 14 43.8
Metode yang dipakai untuk menyampaikan 3 Sering 1 3.1
4 Lainnya 1 3.1
materi tersebut yaitu menonton tayangan dari
Total 32 100.0
VCD kartun yang mengandung nasehat
berperilaku, kemudian anak-anak diminta untuk Sumber: Data Primer
mempresentasikan bergaul yang baik sesama
teman-temanya. Sebelum anak-anak mendapat program
etika, frekuensi anak-anak jalanan berjudi dapat

Koleksi BPAD Prov SU 207


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

dikatakan tidak pernah. Anak-anak yang Tabel 26b.


mengaku tidak pernah berjudi dikarenakan Distribusi Frekuensi Responden Berbicara Kasar
Sebelum Mengikuti Program
mereka tidak ada waktu untuk bermain judi.
Kesibukan aktivitas mereka dari sekolah pada
pagi hari hingga kerja pada sore hari menekan No. Frekuensi Berbicara Kasar F %
keinginan anak-anak untuk bermain judi. Selain 1 Tak pernah 4 12.5
itu dipengaruhi pula dengan pengontrolan orang 2 Jarang 20 62.5
3 Sering 8 25.0
tua saat mereka berada di jalanan. Sementara 4 Lainnya 0 0
anak-anak yang mengaku sering bermain judi Total 32 100.0
menggunakan kartu dengan taruhan kecil-
kecilan. Taruhan yang sering dipakai anak-anak Sumber: Data Primer
tersebut paling sedikit Rp 500,- dan paling
banyak Rp 10.000,-. Ada beberapa anak-anak Berbicara kotor yang dimaksud di sini
jalanan yang mengaku jarang berjudi adalah berbicara dengan mencela dan
maksudnya yaitu mereka pernah berjudi namun menggunakan bahasa kotor atau “ngomong
hanya sesekali. Seperti responden ini mengaku: jorok”. Berkata jorok atau ngomong jorok
“Aku kak sering juga kak, kalau udah menurut kamus bahasa Indonesia yaitu
malam minggu. Taruhan kadang-kadang perkataan kotor, cabul atau tidak senonoh. Dari
duit, kadang-kadang rokok. Itupun kalau tabel terlihat bahwa anak-anak sebelum
bergadangnya.” mengikuti program mengaku sering berbicara
“Aku kak pernah berjudi kak, kalau kotor. Anak-anak yang mengaku berbicara kotor
kawan-kawan ada yang main, aku ikut lebih banyak dari yang mengaku jarang maupun
juga kak.” tidak pernah. Kebiasaan sering berbicara kotor
Diadakan program etika mengenai terbangun dalam lingkungan anak jalanan yang
kerugian berjudi. Materi mengenai kerugian sudah lama. Kebiasaan ini juga dikarenakan
berjudi meliputi menanamkan pemahan kepada pengaruh faktor imitasi dari lingkungan sekitar
anak tentang kerugian berjudi, mensosialisasikan anak-anak. Sehingga anak-anak mudah sekali
kepada anak bahwa telah ada razia perjudian oleh menyebutkan kata-kata kasar. Seperti yang
aparat dan menjelaskan kepada anak tentang diungkapkan oleh responden berikut ini:
risiko anak apabila telah tertangkap oleh aparat. “Duh kak kalau kami kak sudah biasa itu
Materi terseut disampaikan dengan metode kak, daripada kami kelahi baik kami
diskusi dan tanya jawab. kelahi mulut.”
Setelah diadakan program etika tentang Yayasan kesejahteraan Masyarakat
kerugian berjudi ternyata hasilnya anak-anak Indonesia mengadakan program tentang sopan
jalanan semakin berkurang bermain judi. Ini santun berbicara. Dengan materi program yaitu
dapat dilihat pada tabel di atas bahwa anak-anak mengajarkan tentang etika berbicara, melarang
yang mengaku jarang berjudi setelah menerima anak berbicara kotor, menghargai orang lain saat
program berkurang jumlahnya sekitar 15.7%, berbicara. Metode yang digunakan adalah
sedangkan bagi anak yang mengaku sering diskusi dan tanya jawab. Setelah dilakukan
berjudi berkurang sekitar 12.5%, dan bagi anak- program tersebut ternyata anak-anak yang
anak yang mengaku tidak pernah berjudi dalam semula sering berbicara kasar telah berkurang
jumlah yang tetap. frekuensinya, ini menunjkan kemajuan yang
positip bagi anak adapun selisih kemajuan
Tabel 26a. sekitar 21.9%. Sedangkan untuk anak yang
Distribusi Frekuensi Responden Berbicara Kasar sebelumnya jarang berbicara kasar bertambah
Sebelum Mengikuti Program banyak sekitar 25% sementara bagi anak-anak
yang mengaku tidak pernah dalam jumlahyang
No. Frekuensi Berbicara Kasar F % tetap.
1 Tak pernah 4 12.5
2 Jarang 12 37.5
3 Sering 15 46.9
4 Lainnya 1 3.1
Total 32 100.0

Sumber: Data Primer

208 Koleksi BPAD Prov SU


Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

Tabel 27a. yang mengasihi Tuhan, mengasihi sesama


Distribusi Frekuensi Responden manusia dan diri sendiri, membaca alkitab serta
Sembahyang/Kebaktian Sebelum Mengikuti Program
kedisiplinan dalam menjalankan ibadah.
Metode yang dipakai dalam menyampaikan
No. Frekuensi F % materi tersebut yaitu penyuluhan dan diskusi
Sembahyang/Kabaktian
tanya jawab. Setelah anak-anak jalanan
1 Tak pernah 7 21.9 menerima program pendidikan etika beragama
2 Jarang 19 59.4
3 Sering 5 15.6 ternyata hasilnya anak-anak masih tetap jarang
4 Lainnya 1 3.1 menjalankan ibadah. Ini dikarenakan kurang
Total 32 100.0 motivasi atau dukungan terhadap anak-anak
jalanan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
Sumber: Data Primer responden dari hasil wawancara:
“Malas kali aku ke gereja kak, kadang
Tabel 27b.
Distribusi Frekuensi Responden hari minggu aku main-main kak. Tapi aku
Sembahyang/Kebaktian Sesudah Mengikuti Program ikut PA (pendalaman alkitab) kak.”
Frekuensi responden dalam membaca
No. Frekuensi F %
alkitab sebelum mendapat program etika
Sembahyang/Kabaktian beragama dapat dilihat pada tabel di atas yakni
1 Tak pernah 12 37.5 didominasi anak-anak yang mengaku sering
2 Jarang 15 46.9 membaca kitab suci. Menurut pengakuan
3 Sering 5 15.6 mereka, rajinnya mereka membaca kitab karena
4 Lainnya 0 0 mereka bergabung dalam persatuan penelaah
Total 32 100.0 alkitab atau dikenal PA. dan bagi yang islam
Sumber: Data Primer mengaku mengaji. Namun anak-anak yang
menjawab jarang dikarenakan kurangnya
Pelaksanakan sembahyang atau motivasi dari anak untuk membaca alkitab.
kebaktian pada anak-anak Kristen mengaku Seperti yang diungkapkan oleh beberapa
mengikuti Pendalaman Alkitab (PA) yang responden:
dilakukan pada masing-masing gereja mereka “Kadang aku malas kak ikut PA, aku
tetapi khusus anak-anak di Setia Luhur main-main aja bersama teman-teman aku.
pendalaman alkitab diadakan oleh YAKMI Kadang-kadang aku nyari.”
sendiri. Kecenderungan anak jalanan jarang Program pendidikan etika mengenai etika
melaksanakan sembahyang atau kebaktian beragama yang materi tentang pola hidup yang
sebelum mengikuti program pendidikan etika mengasihi Tuhan, mengasihi sesama manusia
dikarenakan kesibukan anak-anak jalanan yang dan diri sendiri, membaca alkitab serta
menghabiskan sebahagian besar di jalan kedisiplinan dalam menjalankan ibadah. Metode
sehingga anak-anak melupakan waktu ibadah yang digunakan dalam menyampaikan materi
dan juga banyak anak-anak yang mengaku tersebut diskusi tanya jawab. Setelah program
menghabiskan waktu minggunya bermain tersebut diberikan ternyata hasilnya anak-anak
bersama teman-teman dan ada beberapa anak semakin bertambah dalam membaca alkitab
yang bekerja. Selain anak-anak selalu berada di yaitu naik sekitar 31.2%, sedangkan pada anak-
jalan juga dipengaruhi kurangnya dukungan dari anak jalanan yang jarang membaca alkitab
orang tua untuk menjalankan ibadah. Seperti berkurang jumlahnya sekitar 53.1% setelah
yang diungkapkan oleh salah seorang anak: mengikuti program etika, ini maksudnya adalah
“Kek mana kak mau sembahyang, aku di anak-anak semakin rajin membaca alkitab
jalanan. Mana ada ingat aku lagi.” dengan berkurangnya anak-anak yang mengaku
“Kadang-kadang hari minggu aku ke jarang dan bertambahnya anak-anak yang
gereja tapi Kak aku sering main. Malas mengaku sering. Pada anak-anak yang tidak
aku kak.” pernah berkurang sekitar 18.7%. ini menunjukan
Program yang dilakukan oleh Yayasan kemajuan program dalam merubah perilaku
Kesejahteraan Masyarakat Indonesia kepada anak jalanan.
anak-anak jalanan yaitu etika beragama. Materi
program etika beragama mengenai pola hidup

Koleksi BPAD Prov SU 209


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

Tabel 28a. Tabel 29a.


Distribusi Frekuensi Responden Menabung Sebelum Distribusi Frekuensi Responden Menabung Sebelum
Mengikuti Program Mengikuti Program

No. Frekuensi Menabung F % No. Frekuensi Bolos Sekolah F %


1 Tak pernah 9 28.1 1 Tak pernah 11 34.4
2 Jarang 18 56.3 2 Jarang 6 18.8
3 Sering 4 12.5 3 Sering 7 21.9
4 Lainnya 1 3.1 4 Lainnya 8 25.0
Total 32 100.0 Total 32 100.0

Sumber: Data Primer Sumber: Data Primer

Tabel 28b. Tabel 29b.


Distribusi Frekuensi Responden Menabung Sesudah Distribusi Frekuensi Responden Menabung Sesudah
Mengikuti Program Mengikuti Program

No. Frekuensi Menabung F % No. Frekuensi Bolos Sekolah F %


1 Tak pernah 6 18.8 1 Tak pernah 11 34.4
2 Jarang 7 21.9 2 Jarang 10 31.3
3 Sering 18 56.3 3 Sering 3 9.4
4 Lainnya 1 3.1 4 Lainnya 8 25.0
Total 32 100.0 Total 32 100.0

Sumber: Data Primer Sumber: Data Primer

Anak-anak jalanan tidak terlepas dari pola Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
perilaku yang konsumtif. Pembentukan pola kecenderungan anak jalanan bolos sekolah lebih
perilaku konsumtif ini dipengaruhi oleh banyak menjawab tidak pernah. Anak-anak
kemudahan anak-anak jalanan seusia mereka jalanan tidak pernah bolos dikarenakan anak-
memperoleh duit. Sehingga tidak jarang anak- anak tersebut masih dalam pengontrolan orang
anak jalanan membelajakan uang mereka tanpa tua sehingga anak-anak tidak pernah bolos. Dan
adanya batasan. Namun adanya juga anak-anak anak-anak yang memilih tidak menjawab
jalanan yang mengaku memberikan semua uang dikarenakan mereka tidak bersekolah lagi.
mereka kepada orang tua anak. Sedangkan anak-anak yang mengaku sering
Dari tabel di atas terlihat bahwa dikarenakan ajakan teman.
kecenderungan anak-anak jalanan jarang Setelah adanya program dari yayasan
menabung sebelum mengikuti program Kesejahteraan masyarakat indonesia tentang
dikarenakan anak-anak selalu menghabiskan program etika budi perkerti yang di dalamnya
uang untuk bermain game maupun berbelanja tentang tidak bolos sekolah. Materi yang
atau jajan. Namun ada juga anak-anak jalanan disampaikan pemberian pengarahan dalam
yang rajin menabung dengan orang tuanya dan masing-masing kelompok belajar yang
sewaktu-waktu dapat diminta kembali.
mengandung makna bahwa tidak baik bolos
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat
sekolah. Metode yang dipakai adalah peraturan-
Indonesia mengadakan program giat menabung
peraturan yang dibuat saat kelompok belajar.
kepada anak-anak jalanan. Metode yang dipakai
Hasil dari program tersebut ternyata anak
adalah lembaga menyediakan celengan untuk
masing-masing anak agar mereka menyisihkan jalanan yang sering bolos sekolah telah
pendapatan yang mereka terima setiap harinya. berkurang sekitar 12.5%, sedangkan untuk anak
Dan sewaktu-waktu mereka bisa mengambilnya yang tidak pernah bolos masih dalam jumlah
kembali. Setelah program tersebut dilakukan yang tetap.
ternyata hasilnya anak-anak yang menabung
semakin bertambah 43.8%. Sementara anak-
anak yang tidak pernah menabung 9.3%
berkurang.

210 Koleksi BPAD Prov SU


Yusra & Siregar, Program Pemberdayaan Anak...

Kesimpulan

1. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh 1. Kepada Lembaga Yayayasan Kesejahteraan


Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Masyarakat Indonesia dalam membuat
Indonesia dalam merubah perilaku anak program kepada anak jalanan agar lebih
jalanan dapat dibagi menjadi tiga program. bersifat kontinu atau berkelanjutan. Program
Tiga program tersebut yaitu; pendidikan yang berkelanjutan dibuat agar anak-anak
kesehatan dasar, pendidikan etika dan dapat menyerap program tersebut secara
pendidikan hukum. Pendidikan kesehatan sempuran selain itu sebaiknya dari lembaga
dasar adalah pendidikan mengenai mengadakan evaluasi tentang kebutuhan anak
perubahan perilaku anak dalam menjaga tentang program dan dilakukan monitoring
kebersihan tubuh dan kesehatan dirinya. setelah program tersebut diadakan. Dan tidak
pendidikan ini dilakukan karena anak-anak salah bila program tersebut diadakan
jalanan dampingan YAKMI cenderung tidak berulang-ulang dengan metode yang berbeda
perhatian akan kebersihan diri sehingga agar anak sadar betapa pentingnya program
tidak jarang anak-anak berpenyakit seperti tersebut bagi anak.
sakit kulit, cacingan, paru-paru dan lain- 2. Program pemberdayaan seperti pendidikan
lainya. Pendidikan etika adalah pendidikan kebersihan, pendidi kan etika, dan
tentang merubah perilaku kesaharian anak pendidikan hukum tidak hanya diberikan
yang dalam pergaulanya. Sedangkan kepada anak tetapi juga kepada orang tua
pendidikan hukum adalah pendidikan yang sehingga nantinya pemberian program tidak
diberikan kepada anak agar anak dapat hanya diberikan oleh YAKMI namun juga
berperilaku dapat diberikan oleh orang tua kepada anak.
2. Program pemberdayaan yang dilakukan 3. Program pemberdayaan perlu ditanamkan
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat kepada anak sehingga menumbuhkan
Indonesia untuk mengubah perilaku anak kesadaran anak akan pentingnya pendidikan
jalanan dalam hal pendidikan kesehatan kesehatan dasar, pendidikan etika, dan
dasar ternyata anak-anak mengalami pendidikan hukum sehingga anak dapat
kemajuan dalam perubahan perlaku ke arah merubah perilakunya atas keinginan anak
yang lebih baik. Ini dapat dibuktikan dengan sendiri.
adanya perhatian dari anak-anak dalam
menjaga kebersihan diri dan kesehatan Daftar Pustaka
tubuhnya.
3. Program pemberdayaan tetang pendidikan Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian;
etika yang dilakukan oleh YAKMI untuk Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara,
mengubah perilaku dalam bergaul pada anak Jakarta.
jalanan ternyata hasilnya anak-anak
mengalami perubahan perilaku ke arah yan Gunarsa, D, Singgih, Dr, Prof & Gunarsa, D,
baik. Perubahan ini tidak terlalu signifikan Singgih, Y, Ny, Dra. 1999 Psikologi
karena pergaulan anak telah terbentuk dari Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.
anak kecil sehingga untuk merubah perilaku PTBPK Gunung Mulia, Jakarta.
dalam pergaulan ini memerlukan waktu
yang lebih lama. Ikhsan, Edy. 2004. Buku Saku Pendampingan
4. Program pemberdayaan tentang pendidikan Bagi Anak Jalanan Yang Berkonflik
hukum ternyata hasilnya anak-anak banyak Dengan Hukum. Yayasan Pusaka
yang tidak memahami tentang pendidikan Indonesia & Save the Children-USAID,
hukum tersebut. Ini dikarenakan metode yang Medan.
dipakai adalah pendidikan sebaya atau (peer
educator). Sehingga perubahan yang terjadi Kataren, Nurlela, Dra. Asas-Asas Manajemen.
USU PRESS, Medan.
pada perilaku anak-anak sedikit tidak kentara.
Kencana, Gita, dkk. 2001. Baseline Survei
Saran Untuk Program Dukungan Dan

Koleksi BPAD Prov SU 211


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 186-212

Pemberdayaan Anak Jalanan Di Sudrajat, Ajat & Sutisna, Nono. 1999.


Perkotaan. MEDAN. Save The Childre- Pengubahan Perilaku dalam Pekerjaan
USAID. Medan. Sosial. Koperasi Mahasiswa Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung,
Khairuddin, H, DRS, H.SS. 1997. Sosiologi Bandung.
Keluarga. Liberty, Yogyakarta.
Koeswara, E. 1991. Teori- Teori Kepribadian. Suharto, Edi, Drs, M.SC. 1997. Pembangungan,
PT Eresco, Bandung. Kebijakan Sosial & Pekerjaan Sosial.
Spektrum pemikiran. Lembaga Studi
Mangunharjana, 1984. Pembinaan Arti Dan Pembangunan LSP-STKS Bandung,
Metode Kanisus. LP3S, Jakarta. Bandung.

Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sweeting, Dr, E.M. 1998. Beberapa Penyebab
Sosiologi Kesehatan. UIP, Jakarta. Murid Mengulan Kelas, Putus sekolah,
Dan Melanjutkan Sekolah Dari SD ke
Nawawi, Hadari, H. 1983. Metode Penelitian SLTP. Departemen pendidikan Dan
Bidang sosial. Gajah Mada University kebudayaan, Direktorat jendral
Perss, Jogyakarta. Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

Proyek INS/94/077 Kerja sama UNDP & DEP Tunggal, Setia, Hadi, SH. 2000. Konvensi Hak-
SOSIAL R.I, 1997. Pedoman Hak Anak. Cetakan kedua, Harvarindo,
Penyelenggara Rumah Singgah Program Jakarta.
Iji Coba Anak Jalanan Di 7 Propinsi. -,
Jakarta. Walpole, Ronald. E. 1993. Pengantar Statistik.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Schellenberg, A, James. 1997. Tokoh-Tokoh
Psikologi Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.
Sumber-sumber lain:
Soedijar, Z, A.1990. Penelitian Anak Jalanan Di
DKI Jakarta. Badan Penelitian Dan artikel: yanto_sagu@yahoo.com
Pengembangan Sosial, Jakarta.
PPAI, 2004. Lintas Anak. PPAI, Medan.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989.
Metode Penelitian Survay, LP3ES, www.bpk.go.id

Siregar,Hairani,S.Sos, M.Si. 2003. Faktor- www.disnakertransjateng.go.id


Faktor Anak Menjadi Anak Jalanan.
USU, Medan.

212 Koleksi BPAD Prov SU


SISTEM KEKERABATAN MASYARAKAT SUKU BATAK
TOBA SUMATERA UTARA

Erika Revida

Abstract

Batak Toba people is one of some Batak ethnics in North Sumatra. This ethnic professes
patrilineal system who pull descent line from father. Batak Toba people prohibits the
marriage with the same clan. The woman has been married came to her husband’s clan
group. So she does not have the right to get her parent’s property, because ti is specially
for her brother. The work ethic in Batak Toba people are (1) Boras Pati Ni Tano (the
land’s rice) and (2) Hamoraon, hagabeon, hasangapon (Property, descents, and honor).
The children are the best and highest property or the property which has highest price in
Batak Toba people. So, they have motto: My children are my property. They also do
anything to reach their children’s success in life.

Keywords: kinship system, society, clan

Pendahuluan seorang ayah lahir dua atau lebih kelompok


keturunan yang masing-masing mempunyai
Sistem kekerabatan dalam masyarakat identitas sendiri.
Batak Toba termasuk satu hal yang amat penting Apabila mereka berkumpul maka akan
dan menentukan serta berperan banyak dalam menyebut ayah tadi “Ompu parsadaan”. Ompu
hal menentukan perilaku hidup orang Batak berarti kakek, moyang lelaki, sada artinya satu,
Toba sehari-hari. Dengan ikatan, aturan dan jadi merupakan titik temu mereka. Mereka yang
penerapan sistem kekerabatan, masyarakat berasal dari nenek moyang yang satu (na sa
Batak Toba dapat hidup dalam situasi aman, ompu) dari generasi ke generasi akan menjadi
damai, tenteram dan tertib. satu marga. Dengan perkataan lain bahwa marga
Suku bangsa Batak Toba pada dasarnya itu merupakan suatu pertanda bahwa orang yang
menarik garis keturunan melalui garis ayah menggunakannya masih mempunyai kakek
(patrilineal). Satu kelompok kerabat dihitung bersama atau percaya bahwa mereka adalah
dari dari satu ayah disebut “sa ama”, satu kakek keturunan dari seorang kakek menurut garis
disebut “sa ompung” dan kelompok kekerabatan patrilineal (Bruner, 1980).
yang besar adalah marga (Bangun dalam Kaum laki-laki dalam masyarakat Batak
Koentjaraningrat, 1990). Kelompok kekerabatan Toba mempunyai kedudukan yang sangat
yang terkecil atau keluarga batih disebut ripe. penting dalam meneruskan silsilah dan
Istilah ripe dapat juga dipakai untuk menyebut keturunan keluarga. Laki-lakilah yang dapat
keluarga luas patrilineal. Sa ompung dapat meneruskan marga bagi keturunannya, atau
disebut klen. setiap anak yang dilahirkan baik laki-laki
Hubungan kekerabatan yang timbul maupun perempuan selalu mencantumkan
sebagai akibat dari penarikan garis keturunan itu marga bapaknya dan bukan marga dari ibunya.
mempunyai nilai yang sangat penting, karena Hal ini dimaksudkan agar anak lebih dekat
dalam urutan generasi setiap ayah yang dengan bapaknya, sedangkan ibu sudah pasti
mempunyai anak laki-laki menjadi bukti nyata dekat dengan anaknya karena ibulah yang
dalam silsilah kelompok patrilinealnya. Dari melahirkan.

Erika Revida adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan Program
Pascasarjana USU
Koleksi BPAD Prov SU 213
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 213-218

Masyarakat Batak Toba menurut Apabila terjadi perkawinan tersebut akan


ketentuan dalam kebudayaannya, harus selalu dikucilkan atau dikutuk oleh pemuka adat dan
memelihara kepribadian dan rasa kekeluargaan masyarakat Batak Toba.
tetap terpupuk bukan saja terhadap keluarga Dahulu kala pada masyarakat Batak Toba
dekat, akan tetapi juga terhadap keluarga jauh dianjurkan kawin dengan pariban atau “boruni
yang semarga. tulang” (anak gadis paman), yaitu antara
Nama panggilan seseorang adalah nama seorang laki-laki dengan anak perempuan
marganya dan bukan nama pribadinya. Jadi saudara laki-laki ibunya (Bangun dalam
apabila orang Batak Toba bertemu, maka yang Koentjaraningrat, 1990). Adapun tujuan
pertama sekali ditanya adalah apa nama perkawinan dengan boruni tulang (marpriban)
marganya dan bukan nama pribadinya atau menurut masyarakat suku Batak Toba adalah:
tempat asalnya. Dengan mengetahui nama a. Mempererat kekeluargaan
marga, mereka akan mengikuti proses b. Pertalian dengan keluarga ibu tidak putus.
penelusuran silsilah untuk mengetahui hubungan c. Harta peninggalan orang tua tidak beralih
kekerabatan di antara mereka. Proses seperti dari garis keturunan ayah kepada keluarga
demikian disebut martutur atau martarombo, ibu.
sehingga dengan demikian mereka mengetahui
kedudukan masing-masing dan hal-hal yang Ciri khas bentuk perkawinan masyarakat
tabu dapat dihindarkan. Dengan demikian orang suku Batak Toba yang mengikuti garis bapak
yang saling berkenalan dapat mengetahui (patrilineal) adalah apa yang disebut
apakah ia mempunyai hubungan kekeluargaan perkawinan jujur. Perkawinan jujur adalah suatu
satu sama lainnya, sehingga dapat ditentukan perkawinan yang pihak laki-laki menyerahkan
kedudukan dalam hubungan tersebut. Ini jujur kepada pihak keluarga wanita yaitu berupa
menumbuhkan persaudaraan di kalangan uang yang diserahkan sebelum mempelai wanita
masyarakat Batak Toba. dibawa ke lingkungan keluarga laki-laki, jujur
itu disebut juga dengan istilah “sinamot”,
Permasalahan artinya harta yang diperoleh dari hasil manramot
(bekerja dengan keras dan tekun). Karena itu
Berdasarkan hal-hal di atas, maka pihak keluarga laki-laki harus menyerahkan
permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini sinamot kepada pihak keluarga wanita, biasanya
adalah “Bagaimana sistem kekerabatan dalam bentuk uang atau barang yang besarnya
masyarakat Batak Toba Sumatera Utara?” ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak kedua orang tua pengantin sebelum
Pembahasan perkawinan dilangsungkan.
Ter Haar (dalam Koentjaraningrat, 1990)
1. Sistem dan Bentuk Perkaw inan berpendapat bahwa uang jujur adalah
Masyarakat Batak Toba pembayaran dengan mata uang atau dengan
Dalam masyarakat Indonesia, perkawinan barang sebagai syarat magis untuk melepaskan
dianggap masalah keluarga. Ter Haar (1960) dan mengalihkan (bersama anaknya) dengan
menyatakan bahwa perkawinan itu adalah tidak mengganggu keseimbangan sosial,
urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan pembayaran uang jujur dari pihak laki-laki
derajat dan urusan pribadi satu sama lain dalam kepada pihak keluarga wanita untuk
hubungannya yang sangat berbeda-beda. memasukkan perempuan ke dalam keluarga
Perkawinan adalah suatu keharusan bagi laki-laki, sehingga anak yang lahir dari
setiap manusia, karena selain panggilan alamiah, perkawinan tersebut akan meneruskan marga si
perkawinan juga dianggap suci, sakral dan suami dengan anak menjadi ahli waris dari
berbahagia untuk meneruskan keturunan. Orang keluarga laki-laki tersebut.
yang tidak mempunyai keturunan akan hilang Dengan demikian fungsi uang jujur itu
dari rentetan dan jenjang silsilah yang ditarik adalah sebagai berikut :
sepanjang zaman dari satu klen atau marga. 1) Syarat suatu perkawinan.
Sistem perkawinan dalam masyarakat 2) Uang pelepas wanita dari keluarga dan
Batak Toba adalah perkawinan “eksogami”. dimasukkan ke dalam keluarga suami.
Perkawinan di luar klen atau marganya yang 3) Menjaga keseimbangan dalam keluarga
melarang kawin di dalam marganya sendiri. perempuan.
214 Koleksi BPAD Prov SU
Revida, Sistem Kekerabatan Masyarakat...

4) Menentukan kedudukan anak-anak yang diberikan pada saat ia berpisah rumah


lahir dari perkawinan itu. dengan orang tuanya.
5) Menentukan kedudukan harta yang 2) Harta yang dibawa wanita, pemberian orang
diperoleh selama perkawinan berlangsung. tuanya disebut “pauseang”. Biasanya wanita
yang mau kawin membawa barang rumah
Perkawinan adalah upacara adat yang tangga, perhiasan emas dan sawah.
terpenting bagi suku Batak Toba, karena hanya
orang yang sudah kawin yang berhak Harta yang diperoleh bersama selama
mengadakan upacara adat. Perkawinan menurut perkawinan diperoleh setelah “manjae” terdiri
adat Batak Toba adalah merupakan semacam dari: a) harta hasil jerih payah suami istri
jembatan yang mempertemukan “Dalihan Na berdua; b) harta yang diperoleh dari keluarga
Tolu” dari orang tua penganten laki-laki dengan masing-masing, selama perkawinan berjalan.
Dalihan Na Tolu dari penganten perempuan, Seorang wanita Batak Toba setelah kawin
artinya sebagai akibat perkawinan, maka mungkin menerima harta dari ayahnya sendiri,
Dalihan Na Tolu dari penganten laki-laki harta tersebut disebut:
berkerabat dengan Dalihan Na Tolu penganten 1) Indahan Arian, yaitu sebidang tanah yang
perempuan, atau demikian sebaliknya. Dengan diberikan oleh seorang ayah kepada anak
demikian, perkawinan suku Batak Toba haruslah perempuannya yang sudah kawin dan
diresmikan menurut adat Dalihan Na Tolu, mempunyai anak. Sawah itu adalah untuk
upacara agama dan catatan sipil hanyalah indahan arian (nasi siang) bagi cucunya.
sebagai pelengkap. 2) Don-don Tua, yaitu sawah yang diberikan
oleh seorang ayah kepada cucunya yang
2. Harta dalam Perkawinan Masyarakat paling besar dari seorang anak perempuannya.
Suku Batak Toba 3) Batu Ni Assimun, yaitu hewan piaraan atau
Untuk dapat membina dan membangun
emas yang diberikann oleh seorang ayah
satu rumah tangga yang bahagia, suami dan istri
kepada seorang anak perempuannya yang
itu harus mempunyai modal berupa harta
sudah mempunyai anak atau untuk cucunya.
perkawinan yang dapat digunakan untuk
membiayai kehidupan mereka. 4) Punsu Tali, yaitu sawah yang diberikan
Pengadaan harta kekayaan/rumah tangga orang tua kepada anak perempuannya.
yang baru, dapat bersumber dari kedua belah Pemberian ini adalah pemberian terakhir
pihak, laki-laki ataupun wanita yang telah dan baru dapat diterima oleh si perempuan
menjadi suami istri itu, sebelum kawin telah itu apabila orang tuanya sudah meninggal.
mempunyai harta sendiri yang kemudian setelah
Apabila suatu perkawinan berakhir karena
kawin dibawa ke dalam rumah tangga, selain itu
setiap pihak juga menentukan pemberian dari kematian salah satu pihak dan mereka
orang tua mereka. mempunyai anak, maka harta pauseang dari
Dalam masyarakat suku Batak Toba, seorang wanita yang meninggal dunia akan
bentuk harta kekayaan keluarga baru yang menjadi milik suaminya. Apabila laki-laki yang
terpisah dari harta kekayaan orang tuanya adalah meninggal maka pauseang akan tetap milik
pada saat “manjae” artinya keluarga baru itu wanita, sedangkan keluarga laki-laki tidak dapat
mempunyai tempat tinggal sendiri lepas dari menuntut kembali sinamot.
rumah orang tuanya. Dengan demikian harta Apabila dari perkawinan tersebut
mereka telah terpisah dari harta orang tua laki- memperoleh anak, maka harta peninggalan istri
laki. Harta kekayaan pada masyarakat suku menjadi milik anaknya dan harta peninggalan
Batak toba terdiri dari: hauma (sawah), jabu suami menjadi milik istri bersama anak-
(rumah), omas (emas), pinahan (ternak), dan anaknya. Apabila istri itu mau kawin lagi bukan
hepeng (uang). dengan anggota keluarga suaminya, maka
Dilihat dari sumbernya maka harta pauseang istri tidak dapat dibawa olehnya. Harta
keluarga dalam masyarakat Batak Toba itu itu tetap milik anaknya.
adalah: Suatu perkawinan yang bercerai dan
1) Harta yang diperoleh laki-laki dari orang perkawinan itu akibat kesalahan wanita, maka
tuanya sendiri sebagai modal pertama yang terjadi penggeseran harta kekayaan, yaitu pihak

Koleksi BPAD Prov SU 215


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 213-218

keluarga wanita harus mengembalikan sinamot


dan tidak dapat pauseang (harta bawaan istri 4. Etos Kerja Masyarakat Batak Toba
dari ayahnya). Sebaliknya jika laki-laki atau 4.1 Lambang Boras Pati ni Tano (Dewa
suami yang salah, maka laki-laki tidak dapat Tanah)
menuntut sinamot kembali, pauseang harus Boras Pati ni Tano adalah dewa tanah
kembali kepada pihak wanita. yang wujudnya berupa kadal, bentuk ekornya
bercabang dua, badannya berloreng-loreng
3. Sistem Pew arisan Ideal dalam dengan warna gelap kemerah-merahan. Boras
Masyarakat Batak Toba Pati ni Tano melambangkan suatu kekuatan
Warisan adalah hal peralihan dan penerus pelindung manusia dari marabahaya dan
harta benda dari suatu generasi ke generasi memberikan harta kekayaan kepada manusia
atau melambangkan kemakmuran dan kesuburan
selanjutnya. Ketentuan ahli waris hukum adat
tanah, berasal dari bahasa Sansekerta “brihan
adalah berdasarkan sistem kekeluargaan.
pati” yang menunjukkan sifat kedewaan.
Masyarakat Batak Toba yang berdasarkan pada
Bekerja di lahan pertanian tidak terlepas dari
hubungan genealogik yang patrilineal, dalam perlindungan Boras Pati ni Tano ini. Mereka
mana susunan kekeluargaan sangat erat dapat bercocok tanam di ladang, penuh dengan
hubungannya dengan sistem perwarisan. Bahwa semangat mengusahakan lahan adalah karena
hanya anak laki-laki saja yang berhak mewarisi bantuan Boras Pati ni Tano yang memberikan
harta peninggalan orang tuanya. Van Dijk berkat, tuah sehingga mendapat hasil pertanian.
(1960) mengatakan bahwa pada sistem
patrilineal, hanya anak laki-laki yang menjadi 4.2 Konsep Hamoraon, Hagabeon,
ahli waris, oleh karena anak perempuan keluar Hasangapon (3 H)
dari golongan famili patrilinealnya semula Konsep tentang 3 H dalam masyarakat
sesudah kawin, perempuan tersebut akan masuk Batak Toba begitu mengkristal di dalam
pada golongan famili suaminya. Anak laki-laki kehidupannya. 3 H dalam masyarakat Batak
mendapat warisan dari bapaknya maupun ibunya Toba adalah singkatan dari Hamoraon
dan pada asasnya berhak atas semua harta (kekayaan), Hagabeon (kebahagiaan) dan
benda. Hasangapon (Kehormatan). Konsep 3 H ini
Susunan kekeluargaan memegang sekaligus merupakan tujuan hidup dari setiap
peranan penting dalam hal siapa yang berhak masyarakat Batak Toba. Ini merupakan wujud
menjadi ahli waris. Menurut pandangan dari kebudayaan sebagai ide dan gagasan yang
masyarakat Batak Toba, apabila tidak terus-menerus mewarisi dan mendarah daging
mempunyai keturunan anak laki-laki, maka bagi masyarakat Batak Toba. Selain itu, konsep
dianggap tidak berketurunan dan kurang berarti 3 H telah melekat pada pola pemikiran dan
dalam hidupnya, karena anak laki-lakilah yang setiap tingkah laku masyarakat Batak Toba.
Bekerja sebagai petani ladang dan sawah
meneruskan keturunan. Harta kekayaan dari
mempunyai tujuan yang luhur dalam hidupnya
seorang yang tidak mempunyai anak laki-laki
untuk memperoleh kekayaan (Hamoraon),
akan jatuh ke tangan bapaknya dan apabila
kebahagian (Hagabeon) dan kehormatan
sudah meninggal maka jatuh ke tangan saudara (Hasangapon).
laki-laki bapaknya. Anak perempuan tidak
berhak mendapat warisan. Anak perempuan 4.2.1. Hamoraon (Kekayaan)
bukan ahli waris dari orang tuanya, yang sejak Kekayaan (Hamoraon) adalah segala
kawin telah melepaskan diri dari keluarga orang sesuatu yang dimiliki oleh seseorang, bentuk
tuanya dan masuk menjadi keluarga anggota kekayaan dalam harga diri, kekayaan dalam
suaminya. harta dan kekayaan dalam anak. Kekayaan
Walaupun seorang anak perempuan bukan memperhatikan akan harga diri dan atas
ahli waris, namun menurut adat Batak Toba ada keberadaan anak dalam keluarga, walaupun
pemberian tertentu kepada anak perempuan telah mempunyai harta banyak namun belum
sebelum atau pada saat perkawinan atau sesudah kaya apabila tidak mempunyai anak.
kawin dan mempunyai anak. Pemberian seperti Kekayaan (Hamoraon) selalu identik
ini harus disertai upacara adat tertentu yang dengan harta kekayaan, harga diri dan anak.
dihadiri oleh pihak keluarga. Tanpa anak akan merasa tidak kaya, walaupun
216 Koleksi BPAD Prov SU
Revida, Sistem Kekerabatan Masyarakat...

banyak harta. Hal ini diungkapkan dalam leher. Demikianlah pengantin diharapkan dapat
untaian lagu yaitu “Anakkonhi do Hamoraon di melahirkan anak laki-laki yang melekat dalam
Ahu” (anakku adalah harta yang paling berharga adat dan melahirkan anak perempuan yang
bagiku). Orang Batak Toba bekerja siang dan mempunyai sifat keibuan. Kelahiran anak laki-
malam hari adalah demi untuk kepentingan dan laki dan anak perempuan dalam suatu keluarga
keperluan anak-anaknya, karena itu segala senantiasa merupakan kebahagiaan (Hagabeon)
pikiran, tenaga serta harga diri senantiasa yang tumbuh dalam keluarga tersebut.
dikorbankan demi anak-anaknya. Hal ini juga
diungkap dalam syair lagu: “hugogoh pe 4.2.3. Hasangapon (Kehormatan)
mansari arian nang bodari laho pasingkolahkon Hasangapon atau kehormatan adalah
gelengki” (kuatpun saya bekerja siang dan suatu kedudukan seseorang yang dimiliki di
malam adalah untuk keperluan sekolah anakku). dalam lingkungan masyarakat, yang biasanya
Keluarga yang mempunyai anak berhasil dalam status perolehannya melalui proses belajar.
sekolah dan pekerjaan adalah merupakan Orang yang dianggap terhormat itu adalah orang
keberhasilan orang tua yang telah bersusah payah yang memiliki status tertentu, seperti guru,
membesar kannya, mereka merupakan orang kaya, kepala desa, pengurus gereja atau
kebanggaan orang tua dan sekaligus anak adalah tokoh-tokoh adat yang dapat dijadikan tauladan.
harta yang dibangga-banggakan orang tua. Karena itu, dengan status tertentu harus
Setelah panen selesai warga masyarakat berperilaku sesuai dengan statusnya.
suku Batak Toba melakukan berbagai kegiatan Kedudukan sosial dapat dikatakan sebagai
adat istiadat, yang berkaitan dengan harga diri. suatu kehormatan (hasangapon), sebagi panutan
Harkat dalam kehidupan sosial dalam masyarakat dianggap suatu kehormatan bagi
masyarakat selalu diukur materi atau kekayaan. dirinya. Sebenarnya pada semua lapisan
Setiap pelaksanaan pesta adat yang dilakukan masyarakat memiliki konsep Hasangapon, yang
selalu memperhitungkan akan kesempurnaan menilai apakah seseorang itu dianggap baik
material untuk melakukan pesta adat. dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan
peran masyarakat menurut keinginan
4.2.2. Hagabeon (Kebahagiaan) masyarakat.
Hagabeon sama artinya dengan Dalam masyarakat suku Batak Toba,
kebahagiaan atau kesejahteraan. Kebahagian konsep 3 H merupakan kepemilikan adat dalam
dalam hal ini adalah kebahagian dalam kehidupan masyarakat yang harus menjadi milik
keturunan, dalam arti keturunan yang memberi setiap individu. Manusia hidup untuk
harapan hidup, karena keturunan itu adalah memperoleh Kekayaan (Hamoraon),
suatu kebahagian yang tidak ternilai bagi orang Kebahagian (Hagabeon) dan Kehormatan
tua, kerabat dan keluarga. (Hasangapon). Sebagai tujuan hidup, maka
Harapan keluarga adalah kelahiran anak setiap masyarakat Batak Toba dalam
laki-laki, yang sesuai dengan peran garis kehidupannya harus mencerminkan ketiga
keturunan laki-laki pada sistem kekerabatan konsep ini.
masyarakat Batak Toba. Keluarga yang tidak
mempunyai keturunan anak laki-laki Kesimpulan
menganggap hidup ini tidak mempunyai
kebahagian hidup, sebab anak perempuan juga Sistem kekerabatan masyarakat Batak
didambakan oleh keluarga Batak Toba. Anak Toba pada dasarnya menganut sistem
perempuan yang tidak mempunyai saudara laki- kekerabatan “patrilineal”, yaitu menarik garis
laki dianggap hambar dan kurang mendapat keturunan melalui garis dari marga ayah.
kehormatan di mata pemuda Batak Toba. Hal ini Sistem perkawinan dalam masyarakat
disebabkan tidak adanya tempat berlindung dan batak Toba adalah perkawinan “eksogami”.
bertaut bagi anak perempuan. Perkawinan dari luar klen atau perkawinan yang
Pada setiap pemberkatan perkawinan melarang kawin dengan satu marganya sendiri.
orang Batak Toba seringkali terdengar syair Harta dalam masyarakat Batak Toba yang
bahwa “Lak-lak ma tutu singkoru, tubuan anak telah kawin terpisah dari orang tuanya. Harta
ma hamu jala tubuan boru” (bagaikan kulit dalam masyarakat Batak Toba terdiri dari
kayu yang melekat pada batangnya dan “hauma (sawah), jabu (rumah), omas (emas),
bagaimana manik-manik yang dikalungkan di pinahan (ternak), dan hepeng (uang)”..
Koleksi BPAD Prov SU 217
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 213-218

Pengadaan harta untuk rumah tangga yang baru Keller, Suzanne. 1984. Penguasa Dan
dapat bersumber dari kedua belah pihak. Kelompok Elite. Pernanan Elite Penentu
Sistem pewarisan dalam masyarakat Dalam Masyarakat Modern. Jakarta.
Batak Toba ditentukan oleh susunan Penerbit Rajawali.
kekeluargaan. Apabila tidak mempunyai anak
laki-laki, maka yang menjadi ahli waris adalah Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
bapaknya sendiri, dan kalau bapaknya sudah Antropologi. Jakarta. Penerbit Rineka
meninggal yang menjadi ahli waris adalah Cipta.
saudara kandung laki-laki dari bapaknya.
Etos kerja dalam masyarakat Batak Toba ____ , 1996. Kebudayaan Mentalitas Dan
terdiri dari dua hal yaitu Lambang Boras Pati ni Pembangunan. Jakarta. Penerbit PT
Tano dan konsep 3 H yaitu Hamoraon, Gramedia Pustaka Utama.
Hagabeon dan Hasangapon. Lambang Boras
Pati ni Tano adalah dianggap sebagai dewa ____ , 1990. Manusia dan kebudayaan Di
pelindung dan pemberi berkat. Konsep 3 H Indonesia. Jakarta. Penerbit Jambatan.
merupakan tujuan hidup masyarakat Batak Toba
dan selalu melekat dan mendarah daging dalam Malau, Gens. 2000. Budaya Batak. Jakarta.
pola pemikiran masyarakat Batak Toba. Penerbit Yayasan BinaBudaya Nusantara
TaoToba NusaBudaya.
Daftar Pustaka
Pelly, Usman.1985. Konflik Dan Persesuaian
Bruner, Edward H. 1990. The Expression Of Antar Etnik. Jakarta. Fajar Agung.
Tethnicity In Indonesia. Dalam Urban
Ethnicity. Abner Cohen (Ed).London. Sihombing, TM. 1977. Filsafat Batak. Jakarta.
Taviscook. Pemerbit Balai Pustaka.

Garna, Judistira. 1989. Pembauran Dan Batas Sugihan, Barhein T. 1996. Sosiologi Pedesaan.
Interaksi Antar Etnik. Bandung. Program Jakarta. Penerbit PT RajaGrafindo
Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Persada.

Jones,M. James. 1972. Prejudice And Racism.


Massachussets. Addison Wilsley.

218 Koleksi BPAD Prov SU


PEKERJA ANAK DAN KONTRIBUSINYA DALAM
EKONOMI RUMAH TANGGA

Tuti Atika

Abstract

The child worker is the common phenomenon in Indonesia, such in rural and especially in
urban area. Generally the child worker phenomenon is a authentication that poverty still a
big problem in Indonesia. The child worker is a human resources for a poor family. They
justificated that poverty is a reason to carry their children to economic activity and get
family’s income. To understand about the children’s need, especially their future make us
aware that child worker is a big problem in the future, because there are many children
who have not prepared to get the good future as a long run need. But the fact shows that
the child worker problem is not only the poor family’s problem, but the national problem.
So the government must make the program how to up grade the poor people’s economy
to make the children go to school and learning to prep ear their selves.

Keywords: poverty, child worker, social problem

Pendahuluan yang berbeda dengan dunia orang dewasa


(Elizabeth dalam Kartono, 1986: 2). Jika pada
Sebagai manusia, sesungguhnya anak orang dewasa sebagian besar dari perbuatannya
memiliki hak hidup yang sama dengan manusia diarahkan pada pencapaian tujuan dan prestasi
lainnya. Bahkan seorang anak juga memiliki hak dalam bentuk kegiatan kerja, maka kegiatan
yang tidak dimiliki orang dewasa. Karena itu anak sebagian besar berbentuk aktivitas
seharusnya semua elemen maupun keadaan harus bermain. Dengan demikian seharusnya waktu
berpihak pada kepentingan anak. Seorang anak yang dimiliki anak-anak hanya dipergunakan
haruslah dipandang sebagai makhluk yang harus dengan penuh kegembiraan dan keceriaan.
dilindungi, dikembangkan dan dijamin Sebagai bentuk perhatian pemerintah
kelangsungan hidupnya, seperti yang tercantum terhadap kepentingan anak, Indonesia sendiri
dalam UU No. 4 Tahun 1979 Tentang telah memiliki ratifikasi ILO nomor 138 tentang
Kesejahteraan Anak, bukan sebaliknya batas usia minimum anak bekerja dengan
memandang anak sebagai suatu komoditas yang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999,
siap dieksploitasi. konvensi ILO nomor 182 tentang bentuk
Pada wacana peringatan 1 tahun undang- terburuk pekerja anak dengan Undang-Undang
undang perlindungan anak, 23 september Nomor 1 Tahun 2000, konvensi hak-hak anak
dinyatakan “perlu selalu diingat bahwa dunia dengan Kepres Nomor 38 Tahun 1990, Undang-
anak adalah dunia bermain, bukan dunia kerja Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
mencari uang” (Kompas, 25 September 2003). perlindungan anak yang telah disahkan pada 22
Selanjutnya John Amos Comenius, seorang oktober 2002 yang lalu ditambah dengan
pendidik yang menaruh perhatian terhadap Permenaker dan surat edaran yang melarang
masalah dan perkembangan anak juga keterlibatan anak dalam sektor berbahaya.
menyebutkan bahwa “anak bukan miniatur Kemudian Undang-Undang Nomor 4 Tahun
orang dewasa”. Pengertiannya yaitu anak 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang
mempunyai dunia masa anak-anaknya sendiri, mengatur tantang hak-hak anak. Namun

Tuti Atika adalah Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

Koleksi BPAD Prov SU 219


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231

kenyataannya hampir selalu terdapat jurang menggunakan bahan-bahan kimia, alat-alat


yang lebar antara undang-undang ataupun dan mesin yang berbahaya atau mengangkat
peraturan tersebut dengan kanyataan yang ada. beban yang berat dan melakukan tugas-
Seperti bagi anak-anak yang telah bekerja tugas yang sulit.
yang merupakan realitas dari masa kanak-kanak 3. Semua pekerjaan yang merusak tumbuh
yang sama sekali berbeda. Masa kanak-kanak kembangnya atau merampas kehidupan
mereka seharusnya dinikmati dalam suasana masa kanak-kanaknya. Seperti menempatkan
yang menyenangkan seperti bermain atau anak-anak pada risiko tindakan kekerasan
bersekolah. Disebabkan berbagai faktor telah fisik, pelecehan seksual, terisolasi atau
dipergunakan dalam kegiatan bekerja mencari bekerja malam hari, jam kerja yang panjang
nafkah, walaupun usia, kekuatan serta fisik dan dan bekerja dalam kondisi suhu yang diluar
mentalnya sebenarnya belum layak untuk batas normal.
memasuki dunia kerja. 4. Semua pekerjaan yang menghalangi mereka
ILO - IPEC memperkirakan bahwa di untuk sekolah dan memperoleh pengetahuan
tahun 2003 jumlah pekerja anak di Indonesia dan ketrampilan dasar untuk tumbuh
yang berusia 15 tahun mencapai 6-8 juta jiwa kembang demi masa depan mereka.
anak. Mereka dipekerjakan di perkebunan,
jermal, lepas pantai, pabrik, pembantu rumah Menurut koordinator program nasional
tangga atau menjadi anak jalanan. Angka itupun ILO untuk Indonesia, Panji Putranto, semua
masih berupa estimasi yang angka riil nya bisa sektor pekerjaan yang melibatkan anak-anak itu
jadi jauh lebih besar. memiliki risiko bahaya yang sama
Bila dilihat menurut status pekerjaan, (www.gloria.net). Bahkan dapat dikatakan tidak
anak-anak lebih banyak bekerja di sektor ada satupun yang tidak membahayakan.
nonformal dibandingkan sektor formal. Sektor Sayangnya hingga kini masih banyak
nonformal terdiri atas berusaha sendiri misalnya anak yang terpaksa menghadapi bahaya itu.
menjadi penjual makanan, penjual koran, Semua pekerjaan itu seharusnya tidak dikerjakan
penyemir sepatu, tukang parkir atau jenis oleh anak-anak. Dengan melihat kondisi di atas,
pekerjaan lain. dapat tergambar bahwa begitu banyak anak-anak
Ahmad Sofyan dari pusat kajian dan dalam usia yang relatif masih muda sudah
pemberdayaan anak menyatakan jumlah pekerja bekerja dan tentunya hal ini akan membuat anak
anak di Indonesia yang meningkat hingga 8 juta tidak dapat menikmati sepenuhnya masa anak-
orang, diperkirakan jumlah tersebut lebih anaknya dengan baik, bahkan mereka harus
banyak lagi, hingga mencapai lebih 10 juta putus sekolah/ meninggalkan bangku sekolah,
akibat krisis ekonomi yang mengharuskan anak lebih jauh untuk masa-masa berikutnya
bekerja. Meningkatnya jumlah pekerja anak Indonesia berpotensi kehilangan generasi (lost
bukanlah pembengkakan, melainkan karena generation) disebabkan mereka tidak punya
faktor kondisi ekonomi yang turun (Waspada, harapan bagi masa depan yang lebih baik. Dan
11 Juni 2003). yang jelas keberadaan pekerja anak tersebut
Menurut ILO IPEC (2002:4), jenis-jenis sesungguhnya menggambarkan buruknya
pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh kesejahteraan masyarakat Indonesia (Majalah
anak: Kalingga, Volume 5, Tahun 1995 No.1: 5 )
1. Semua pekerjaan yang bertentangan dengan Dari temuan studi Semeru yang dirancang
hak-hak dasar anak. Seperti pekerja anak yang untuk mengetahui pilihan antara bersekolah dan
menjadi jaminan utang, anak-anak bekerja di bekerja dengan menggunakan data survei 100
bawah kondisi praktik kerja sejenis desa tahun 1998 dan 1999 diperoleh kesimpulan
perbudakan, menyediakan atau memanfaatkan bahwa pekerja anak yang tidak bersekolah
anak-anak untuk pelacuran, menjual atau berasal dari rumah tangga yang rata-rata
mengedarkan narkotika dan obat-obat pengeluaran riil rumah tangga per kapitanya
terlarang atau memproduksi serta terendah dibandingkan dengan pekerja anak
mengedarkan gambar porno. yang bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
2. Semua pekerjaan berbahaya atau mengancam pekerja anak adalah anak-anak yang termiskin di
keselamatannya, menguras tenaga, merusak antara anak-anak yang miskin dan kemiskinan
fisiknya dan memanfaatkan usia mereka yang yang semakin parah adalah alasan utama anak-
muda. Misalnya pekerjaan yang anak terpaksa bekerja.
220 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...

Hal ini sejalan dengan asumsi yang stasiun untuk memperoleh penghasilan dari
menyatakan bahwa anak-anak yang bekerja profesi penjaja makanan.
mencari nafkah mempunyai kaitan erat dengan Di Stasiun Tebing Tinggi inilah para
keadaan sosial ekonomi rumah tangga suatu pekerja anak melakukan aktivitas, berinteraksi
masyarakat. Pada umumnya negara berkembang dengan penumpang dan masyarakat yang
seperti Indonesia mempunyai kemampuan berbaur di stasiun untuk menjajakan makanan.
ekonomi yang terbatas dalam menghadapi Hal yang menarik dan membedakan mereka
masalah penduduknya. Beban ekonomi tidak dengan penumpang kereta api, biasanya mereka
hanya cukup dipikul oleh orang tua. Dalam berjalan lebih sigap, bahkan mereka berlari,
kasus demikian anak akan ikut bekerja untuk naik, melompat dari satu gerbong ke gerbong
menunjang ekonomi keluarga. Bahkan yang lain.
menarik untuk diperhatikan dari fenomena Melihat dari situasi pekerjaan, sebenarnya
pekerja anak adalah isu bahwa anak yang pekerjaan yang mereka lakoni termasuk kategori
bekerja adalah wujud partisipasinya terhadap yang berbahaya. Bila kondisi mereka kurang fit
ekonomi orang tuanya (www.depdiknas.go.id). atau kurang hati-hati, maka kecelakaan akan
Dengan demikian ada semacam benang merah menimpa mereka. Dilihat dari sisi jam kerja,
terhadap munculnya anggapan bahwa anak beberapa di antara mereka beraktivitas sekitar
adalah tenaga kerja alias sebagai pemasok 12 jam. Hal ini tentunya bertentangan dengan
pendapatan bagi keluarga. Anggapan seperti ini Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000 yang
juga dapat dijumpai dari fenomena pekerja anak memberikan pengecualian anak yang terpaksa
di kota-kota besar di Indonesia. bekerja membantu orang tua maksimal 3 jam
Meskipun jumlah pekerja anak tidak sehari.
diketahui secara pasti, Kota Tebing Tinggi Ditinjau dari sisi usia, usia mereka
seperti halnya dengan kota-kota lainnya yang bervariasi antara 6-18 tahun dan kebanyakan
ada di Indonesia, tidak luput dari persoalan dari mereka sudah tidak bersekolah lagi. Dan
pekerja anak. Hal ini terlihat di beberapa tempat satu hal yang menarik lagi bila liburan tiba,
keramaian, misalnya di kawasan Terminal maka pekerja anak semakin banyak, mereka
Bandar Kajum, Pajak Mini dan stasiun kereta mengisi waktu liburan dengan berjualan. Rata-
api. Banyak anak-anak yang menawarkan jasa rata dari mereka berdomisili di sekitar
atau menawarkan dagangannya dengan harapan lingkungan stasiun kereta api. Namun yang
mendapatkan uang. menjadi informan adalah pekerja anak yang
Salah satu kegiatan yang mereka tetap (yang keberadaannya tidak dipengaruhi
lakukan adalah menjajakan makanan di musim liburan).
stasiun kereta api. Stasiun Kereta Api Tebing Tidak dapat dihindari bahwa para
Tinggi termasuk salah satu yang terbesar pekerja anak itu mempunyai kaitan yang erat
setelah Stasiun Kereta Api Medan. Sebagai dengan keluarganya masing-masing. Menurut
stasiun kereta api terbesar kedua, Stasiun pra survei yang dilakukan penulis bahwa
Tebing Tinggi merupakan tempat berhenti (5- penjaja makanan ini memperoleh pendapatan
30 menit) bagi kereta api jurusan Medan, rata-rata Rp 5.000 sampai Rp 15.000 per hari.
Pematang Siantar, Kisaran dan Rantau Jumlah ini mereka peroleh dengan bekerja
Prapat. Kereta api dapat dibedakan atas dua dari pagi sampai sore, bahkan ada juga yang
jenis yaitu kereta api barang yang sampai malam hari. Di dalam bekerja mereka
mengangkut hasil hutan dan produk juga mempunyai motivasi dan yang pasti
perkebunan yang antara lain berupa kayu, keberadaan pekerja anak dilatarbelakangi
karet, sawit dan lain sebagainya. Kemudian oleh beberapa hal tertentu yang menyebabkan
ada juga kereta api penumpang yang setiap mereka harus beraktivitas sedemikian rupa
harinya melayani masyarakat untuk yang terkadang bisa membahayakan
bepergian. Tentu saja selama selang waktu keselamatan mereka. Ini merupakan hal yang
perjalanan pun pekerja dan penumpang di menarik untuk diteliti mengapa mereka
Stasiun Tebing Tinggi membutuhkan bekerja, bagaimana kehidupan sosial
makanan kecil. Gejala ini menunjukkan ekonomi orang tua mereka sehari-hari
peluang pasar yang membuka kesempatan menjalankan dunia kerjanya dengan berbagai
bagi penduduk termasuk anak-anak di sekitar masalah yang terkait di dalamnya. Di
samping itu, penelitian ini menarik karena

Koleksi BPAD Prov SU 221


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231

dari beberapa sumber bacaan yang penulis Menurut karakteristik pekerjaan yang
baca, belum ada peneliti yang melakukan dilakukannya, pekerja anak adalah anak-anak
penelitian terhadap pekerja anak di Stasiun yang bekerja kurang lebih seperti pekerja pada
Kereta Api Tebing Tinggi. umumnya yang bertujuan untuk membiayai
kehidupan ekonomi untuk dirinya dan
Pekerja Anak keluarganya. T. Jandraningsih memberi definisi
anak tanpa menyebut batas usia, tetapi adanya
Masalah pekerja anak makin ramai aktivitas ekonomi yang dilakukan anak-anak,
dibicarakan dan menjadi program aksi dengan mencurahkan waktu yang besar, banyak
pemerintah dan badan-badan nonpemerintah. dan mendapatkan upah. Menurutnya pekerja
Membicarakan masalah pekerja anak, lebih anak adalah anak-anak yang melakukan
dahulu berangkat dari definisi pekerja anak atau pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya atau
konsep pekerja anak itu. Definisi pekerja anak untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah
tidak sederhana dan bisa memperlihatkannya besar waktu, dengan menerima imbalan maupun
dengan terang begitu saja. Sebab konsep pekerja tidak (penelitian T. Jandraningsih 1995).
anak meliputi batasan yang sulit mengenai: Bila merujuk pada Undang-Undang No.
“anak” (child), “bekerja” (work) dan, “pekerja” 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan di
(ILO, dalam M. Joni, 1996). sebutkan bahwa pekerja anak adalah anak-anak
Sulit menentukan sejak kapan batasan yang berusia di bawah 18 tahun. Kemudian
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, menurut keputusan menteri dalam negeri dan
karena banyak anak-anak yang telah terintegrasi otonomi daerah tentang penanggulangan pekerja
dengan kehidupan sosial ekonomi dan tradisi anak pasal 1 dinyatakan bahwa pekerja anak
dari masa kanak-kanak (childhood) kepada masa adalah anak-anak yang melakukan semua jenis
dewasa (adulthood) berlangsung secara pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan
bertahap. Keadaan demikian menjadi salah satu menghambat proses belajar serta tumbuh
alasan mengapa begitu sulit membuat definisi kembang. Yang dimaksud tumbuh kembang
pekerja anak, sehingga menentukan berapa anak adalah tumbuh dalam arti bertambahnya
jumlah pekerja anak itupun sulit dan variatif. ukuran dan masa yaitu tinggi, berat badan,
Pengertian yang ekstrim menyebutkan tulang dan pancaindra tumbuh sesuai dengan
bahwa semua anak pada usia tertentu yang tidak usia dan kembang dalam arti bertambahnya
bersekolah, tidak mempunyai waktu yang luang dalam kematangan fungsi tubuh yaitu
dapat dihitung sebagai pekerja anak. Sementara pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan
ada yang menyatakan pekerja anak hanya anak tanggung jawab.
yang melakukan aktivitas ekonomi dalam Kemudian ILO berpendapat bahwa
curahan waktu yang panjang (Grotaert dan pekerja anak adalah anak-anak di bawah usia
Kanburt dalam Muhammad Joni, 1996), masalah kerja yang melakukan pekerjaan yang
yang muncul dari pendefinisian pekerja anak itu, membahayakan kesehatannya, menghambat
karena pada umumnya diskursus mengenai tumbuh kembangnya dan kehilangan
pekerja anak dipahami oleh banyak orang kesempatannya untuk memperoleh pendidikan
sebagai anak-anak yang bekerja dalam keadaan dasar, sebagai contoh:
buruk. - Bekerja di tempat dan kondisi berbahaya.
Secara juridis formal, berbagai negara di - Bekerja terlalu muda.
dunia, mengikuti batasan yang diberikan hukum - Bekerja dengan jam kerja yang panjang.
nasional mengenai usia pekerja anak sangat - Bekerja karena ijon dan perbudakan.
variatif. Dalam konvensi hak anak yang telah - Bekerja terlalu berat.
diratifikasi dengan Kepres Nomor 36 Tahun - Bekerja yang berhubungan dengan eksploitasi
1990, batasan usia seorang anak adalah 18 seks.
tahun. Sementara itu, undang-undang - Bekerja yang berhubungan dengan
kesejahteraan anak (UU No. 4 Tahun 1979) kekerasan dan kerja paksa.
memberikan definisi anak sebagai orang yang - Bekerja yang melibatkan terlalu banyak
belum berusia 21 tahun dan belum pernah tanggung jawab.
kawin. Konteks anak dan pekerja anak Bila dilihat menurut status pekerjaan,
batasannya masih bervariasi menurut rujukan anak-anak lebih banyak bekerja di sektor
tiap regulasi yang berlaku. nonformal dibandingkan sektor formal. Sektor
222 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...

nonformal terdiri atas berusaha sendiri misalnya laki. Dilihat dari jam kerjanya, ternyata mereka
penjual makanan, penjual koran, penyemir bekerja dengan tidak mengenal waktu, bahkan
sepatu, tukang parkir atau jenis pekerjaan lain. dapat dikatakan mereka bekerja dengan jam
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan kerja yang panjang, yaitu mereka mulai
bahwa secara umum pekerja anak dapat beraktivitas sekitar pukul 09.00 WIB. Sebagian
didefinisikan sebagai anak yang bekerja, baik di mengakhirinya pada pukul 16.00 WIB. Bahkan
sektor formal maupun informal dengan batasan banyak dari mereka yang melanjutkannya
usia 18 tahun ke bawah dan mendapatkan upah sampai pukul 21.00 WIB.
dari apa yang dikerjakannya, terlepas apakah Pekerjaan sebagai penjaja makanan lebih
mereka itu bekerja dengan atau tanpa majikan. bersifat jasa, pekerjaan ini dapat tercipta karena
Artinya pekerja anak ada yang bekerja kondisi dan situasi lingkungan pekerjaan yang
berdasarkan sistem majikan, seperti anak yang mendesak dan memaksa dalam upaya memenuhi
bekerja di pabrik, industri rumah tangga maupun kebutuhan yang makin meningkat. Dalam
sektor bangunan. Untuk pekerja anak yang melaksanakan pekerjaannya, mereka tidak saja
bekerja pada sektor seperti ini biasanya mereka menjual makanan di sekitar stasiun kereta api
telah mempunyai standar pendapatan sendiri. tetapi terkadang mereka ikut kereta api ke
Untuk pekerjaan anak yang bekerja di sektor jurusan lain misalnya ke Kisaran, Tanjung Balai,
informal, biasanya pendapatan mereka sangat dan Rantau Prapat, dengan membawa
tergantung dari seberapa giat mereka melakukan dagangannya, bila kereta api tersebut transit di
pekerjaan tersebut. stasiun kereta api Tebing Tinggi. Dalam
Berbicara mengenai pekerjaan anak, pembagian dimensi kerangka tipologi pekerjaan
Tjandraningsih membagi pekerjaan anak anak yang ditawarkan oleh Rodgers dan
menjadi dua yaitu pekerjaan reproduksi dan Standing, maka pekerjaan penjaja makanan
produksi. Pekerjaaan reproduksi yaitu kegiatan termasuk dalam kerja usaha sendiri dengan
kerja yang tidak mempunyai implikasi langsung penghasilan sendiri.
terhadap penghasilan, tetapi memberikan Bila kita mengamati pekerjaan dan
kesempatan bagi orang lain untuk melakukan aktivitas pekerja anak sesungguhnya ada banyak
pekerjaan produksi. Sedangkan pekerjaan masalah yang dihadapi pekerja anak dalam
produksi adalah pekerjaan yang berimplikasi kehidupan mereka sehari-hari. Secara umum ciri
kepada penghasilan dan memperoleh yang menandai pekerja anak adalah marjinal,
imbalan/upah. Pekerjaan produksi yang rentan dan eksploitatif.
dilakukan anak-anak bertujuan untuk menambah Dikatakan rentan, karena risiko yang
penghasilan keluarga atau rumah tangga harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat
(Tjandraningsih, 1995: 8). Dari dua jenis panjang, benar-benar dari segi kesehatan
pekerjaan di atas dapat dikategorikan bahwa maupun sosial sangat rawan, sedangkan disebut
aktivitas yang dilakukan pekerja anak termasuk eksploitatif karena mereka biasanya memiliki
pekerjaan produksi. posisi tawar-menawar (bargaining position)
Rodger dan Standing membuat kerangka yang sangat lemah, terkoordinasi dan cenderung
tipologi anak-anak yang bekerja, yang terbagi menjadi objek perlakuan yang sewenang-
atas 4 dimensi dari hubungan kerja anak, yaitu: wenang dari pihak yang tidak bertanggung
1. Kerja atas usaha sendiri versus kerja untuk jawab.
pihak lain. Sehubungan dengan hal yang di atas,
2. Kerja “reproduksi” versus kerja “produksi”. Stephen J. Wordhouse, kepala perwakilan
3. Dalam kasus kerja bagi pihak lain untuk UNICEF untuk Indonesia dan Malaysia
siapa anak bekerja (orang tua, kerabat menyatakan bahwa isu sentral pekerja anak di
lainnya atau pihak lain). Indonesia, bukan terletak pada pekerjaannya,
4. Kerja yang dibayar versus kerja yang tidak tetapi lebih pada pengaruh negatif yang tumbuh
dibayar (Rodger dan Standing, 1991: 20). dan terpaksa dialami anak-anak akibat mereka
terlalu dini bekerja (Konvensi edisi September
Berdasarkan pengamatan peneliti, penjaja 1997: 3).
makanan di Stasiun Kereta Api Tebing Tinggi Kemudian Grootear dan Kanbur (dalam
banyak yang digolongkan pada usia anak-anak. Konvensi Vol III, September 1999) menyatakan
Pada umumnya anak-anak penjaja makanan ini secara empirik, banyak bukti menunjukkan
adalah anak-anak yang berjenis kelamin laki- bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktivitas

Koleksi BPAD Prov SU 223


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231

ekonomi, baik di sektor formal maupun informal membantu di rumah atau membantu aktivitas
yang terlalu dini cenderung rawan eksploitasi, orang tuanya di luar. Aktivitas tersebut sering
terkadang berbahaya dan bahkan tidak mustahil didukung oleh orang-orang dewasa dalam
dapat mengganggu perkembangan fisik, keluarga, karena hal itu dianggap akan
psikologis dan sosial anak. bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Anak-
Menurut ILO-IPEC (2002:19), dampak anak belajar bertanggung jawab dan merasa
pekerjaan terhadap anak adalah perkembangan bangga dapat mengerjakan tugas-tugas orang
fisik, emosi dan sosial. Dan yang sering terjadi dewasa dalam mempertahankan hidup
bahwa anak-anak yang bekerja tidak mendapat keluarganya.
kesempatan untuk melakukan kegiatan penting Bekerja semacam itu dianggap sebagai
yang merupakan bagian dari masa pertumbuhan pengenalan awal menuju dunia orang
seperti pergi sekolah dan bermain. Mereka tidak dewasa/dunia kerja dan merupakan bagian dari
mendapat pendidikan dasar yang diperlukan proses kehidupan dari masa anak-anak
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan memasuki masa dewasa.
dan mereka juga tidak mendapat kesempatan Kenyataannya, pekerjaan yang mereka
untuk berinteraksi dengan orang lain dan ikut lakukan sering tidak sesuai dengan apa yang
berpartisipasi aktif di tengah masyarakat dan diharapkan, karena ternyata pekerjaan yang
menikmati hidup secara wajar. Kegiatan seperti mereka lakukan itu justru menghambat tumbuh
itu terpaksa mereka tinggalkan, karena harus kembang mereka dan sama sekali tidak
bekerja dan sebagai akibatnya mereka terdorong memberikan dampak positif bagi kehidupan
masuk ke dunia orang dewasa sebelum mereka. Adanya pepatah yang berkembang di
waktunya dan melakukan pekerjaan yang sebagian masyarakat di Indonesia yang
seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. menyatakan “banyak anak banyak rezeki”.
Demikian juga halnya dengan anak yang Pepatah tersebut menunjukkan bahwa anak
bekerja menjual makanan di stasiun kereta api, masih dianggap modal yang besar untuk dapat
posisi mereka sangat rentan sekali, disebabkan membantu menjalankan perokonomian rumah
jam kerja yang tidak menentu dan bahkan terlalu tangga. Hal tersebut dilakukan dengan cara
panjang tidak sesuai dengan usia mereka. mencurahkan tenaga si anak membantu
Mereka sangat rawan dengan kecelakaan, karena pekerjaan orang tuanya (Koentjaraningrat, 1990:
dengan menjajakan makanan mereka harus sigap 14). Anggapan tersebut nantinya berimbas pada
berlari, melompat dari satu gerbong ke gerbong tidak optimalnya pemberian perhatian orang tua
lain, bahkan terkadang mereka harus melompat terhadap anaknya. Umumnya ini terjadi pada
dari kereta api ketika kereta api telah mulai masyarakat golongan bawah, karena mereka
melaju. Keadaan demikian tentu berbahaya bagi dihadapkan pada adanya tuntutan pemenuhan
fisik, psikologis dan sosial anak. ekonomi agar tetap bertahan dalam menjalani
Dari kasus-kasus yang dialami pekerja kehidupan ini (Tjondronegoro dalam Haryadi,
anak, dapat disimpulkan bahwa permasalahan 1995: XIII).
pekerja anak sebenarnya hampir menyerupai Sampai saat sekarang ini jumlah pekerja
gunung es, kompleksitas pada dasar permasalahan anak belum terdata secara pasti. Pekerja anak
tidak tampak. Sedangkan aktualisasi pada tersebar baik di pedesaan maupun di perkotaan.
permukaan berupa tindakan-tindakan eksploitasi Pekerja anak di daerah pedesaan lebih banyak
terhadap anak yang muncul hanya sedikit, melakukan pekerjaan di bidang pertanian,
budaya masyarakat lebih cenderung bersifat perkebunan, perikanan, pertambangan maupun
patrilineal dan kemiskinan struktural kegiatan ekonomi di lingkungan ekonomi
menciptakan suatu iklim yang permisif terhadap keluarga.
pekerja anak Indonesia.

Sedangkan pekerja anak di daerah


Partisipasi Anak dalam Kegiatan perkotaan dapat ditemukan di perusahaan,
Ekonomi Rumah Tangga rumah tangga (sebagai pembantu rumah tangga
atau sebagai pekerja industri rumahan atau
Di seluruh dunia, banyak anak bekerja industri keluarga) maupun di jalanan seperti
pada usia yang relatif masih muda yaitu pada penjual koran, penyemir sepatu, penjual
usia enam atau tujuh tahun, mungkin mereka makanan, pemulung, dan sebagainya. Saat ini
224 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...

hampir setiap perempatan jalan, terminal, kampung miskin di Yogyakarta menemukan


pelabuhan, stasiun, bahkan tempat-tempat bahwa sekitar 83% penduduk mulai bekerja
lokalisasi pun banyak ditemukan pekerja anak. pada saat berumur 10 - 15 tahun. Kemudian
Beberapa di antara pekerjaan yang dilakukan survei yang dilaksanakan oleh BPS dan
anak tertentu dapat dikategorikan sebagai ILO/IPEC di Kabupaten Bandung dan
bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Kotamadya Bandung menunjukkan bahwa
Walaupun belum ada data yang pasti hanya 22,3% dari anak yang secara ekonominya
namun diperkirakan bahwa tingginya persentase aktif yang dapat bersekolah sekalipun bekerja.
anak yang bekerja, dijumpai pada negara-negara Ini menunjukkan bahwa lebih dari 25% anak
dengan tingkat pendapatan per kapita rendah yang secara ekonomi aktif sudah tidak
serta distribusi pendapatan yang sangat timpang. bersekolah lagi (BPS dan ILO, 1993).
Bhutan, India termasuk Indonesia merupakan Dan studi yang tergolong baru yang
tipikal negara seperti itu, sedangkan negara- dilakukan pusat studi ketenagakerjaan
negara di Afrika kendati pun distribusi Universitas Airlangga (1999) menemukan akibat
pendapatannya relatif merata akan tetapi nyaris tekanan kebutuhan hidup yang makin berat
semua penduduk menghadapi masalah yang acapkali ditemui anak-anak di dalam usia di
terkait dengan penyediaan kebutuhan hidup bawah 10 tahun atau bahkan baru berusia 6-7
sehari-hari. tahun sudah terpaksa bekerja membantu orang
Banyak pendapat yang mengatakan tua dalam pekerjaan produktif yang
bahwa anak-anak sangat membantu di dalam menghasilkan uang.
keluarga khususnya dalam mencari nafkah dapat Secara sederhana partisipasi anak dalam
kita lihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan bekerja dapat diartikan sebagai keikutsertaan
para ilmuwan misalnya Prijono Tjiproherianto. anak dalam menyumbangkan penghasilan atau
Ia mengungkapkan bahwa dalam usaha pendapatan keluarga yang diperolehnya dari
mencapai nafkah setiap anggota keluarga yang upah kerja, baik secara langsung maupun tidak
terlibat umumnya adalah istri dan anak, terdapat langsung.
lebih dari 53% keluarga yang terlibat mencari Sedangkan pengertian ekonomi keluarga
nafkah, selanjutnya 18,6% anak pertama dari secara sederhana adalah seluruh penghasilan
5,4% untuk anak kedua yang termasuk bekerja yang diterima oleh keluarga baik berupa uang
(Prijono dalam Dini, 2005: 8). Seluruh anggota maupun barang. Penghasilan keluarga di sini
rumah tangga golongan ekonomi lemah dan artinya seluruh peneriman pendapatan yang
menengah di daerah terlibat dalam membantu diterima oleh keluarga ditambah dengan
perokonomian keluarga. Tenaga anak penghasilan anak. Penghasilan anak di sini
merupakan sumber berharga bagi setiap diperoleh dari upah bekerja dari berbagai jenis
keluarga. pekerjaan.
Berkaitan dengan pekerja anak, Selanjutnya Tjandranigsih (1995: 67)
Mendellavich (1995:15) menyatakan bahwa menyatakan bahwa dari sisi pasar tenaga kerja
fenomena pekerja anak dalam setiap kehidupan upahan, terdapat dua teori yang menjelaskan
masyarakat di suatu daerah ataupun negara mengapa anak-anak bekerja. Ditinjau dari segi
merupakan hal yang selalu berkaitan dengan penawaran menyatakan bahwa kemiskinan
kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan di merupakan sebab utama yang mendorong anak-
mana anak itu berada. Dan disebutkan juga anak bekerja untuk menjamin kelangsungan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak hidup diri dan keluarganya. Dengan bekerja,
bekerja yaitu karena memenuhi kebutuhan anak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
ekonomi. sehingga dapat mengurangi biaya yang harus
Penelitian yang dilakukan White dan dikeluarkan keluarga.
Tjandraningsih (1991) di Jawa Tengah Sedangkan teori yang berpijak pada sisi
menemukan bahwa anak-anak di bawah usia 14 permintaan, menyatakan bahwa dengan
tahun sudah bekerja pada industri kecil dan mempekerjakan anak yang dianggap sebagai
industri besar. Mereka pada umumnya berasal pencari nafkah kedua, dan mau dibayar murah,
dari keluarga buruh tani, petani berlahan sempit majikan dapat melipatgandakan keuntungan.
atau buruh pabrik. Selain teori-teori yang dikemukakan di
Sementara itu studi yang dilakukan atas, banyak para ilmuwan yang tertarik pada
Manning Effendi dan Tukimin (1990) di sebuah gejala anak-anak yang bekerja, mereka

Koleksi BPAD Prov SU 225


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231

memandang banyak faktor yang menyebabkan informal di kota bekerja keras untuk
anak-anak bekerja, misalnya karena budaya mendapatkan upah. Sebab hanya dengan
masyarakat setempat, karena kemiskinan, memperoleh upah mereka dapat meringankan
pendidikan yang kurang, perubahan yang relatif beban orang tua. Hanya dengan upah pula si
cepat serta gesekan-gesekan sosial, berikut ini. anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
Akan dijalankan pendapat mereka mengenai sendiri yang nota bene selalu berkembang
faktor-faktor anak terlibat dalam kegiatan karena gesekan-gesekan sosial dan
ekonomi rumah tangga. lingkungannya (Bali Post Perspektif 26 Maret
I. Kosa dan IK Zole dalam bukunya 1997).
Proverty and Health menyatakan bahwa kondisi Menurut Irwanto dkk. (1995) yang
miskin sebagai lingkungan sosial di mana anak- mengutip pendapat Talcott menyebutkan banyak
anak dibesarkan tidak mendukung atau anak bekerja karena alasan ekonomi bukan
membantu terbentuknya watak atau sifat-sifat karena budaya. Pernyataan Talcott ini diperkuat
pribadi yang dapat mendobrak kemiskinannya. pada penelitian Irwanto dkk. (1995) di Medan,
Hal ini berhubungan dengan beberapa kondisi Jakarta dan Surabaya yang menunjukkan
keluarga miskin bahwa pola sosialisasi di mana kesusahan ekonomi merupakan faktor
seseorang dibimbing khusus untuk mencari pendorong utama anak bekerja. Namun
pekerjaan yang layak. Karena cara-cara mencari demikian penelitian Irwanto juga menunjukkan
nafkah dari keluarga miskin ditandai faktor pendorong lain anak-anak bekerja yaitu:
ketidakpastian dan ketidak-mantapan dalam 1. Wanita sebagai kepala rumah tangga.
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi keluarga Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja
miskin, anak-anak bekerja pada usia yang sangat sebagai pencari nafkah utama keluarga.
muda justru belajar dan harus mengalami Terjadinya hal tersebut disebabkan karena
sesuatu bahwa yang penting adalah untuk segera terjadinya perceraian orang tua, atau suami
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti yang tidak pernah memberikan uang belanja
sandang, pangan, dan papan, sehingga ia justru kepada istri.
belajar bagaimana ia dapat memenuhi 2. Situasi keluarga bermasalah.
kebutuhan-kebutuhan ini dalam berbagai Situasi keluarga yang sarat masalah.
tindakan yang selalu tidak sesuai dengan Kejadian ini bisa disebabkan oleh adanya
harapan lingkungan sosial pada umumnya pertentangan orang tua, orang tua dengan
(Sadly, 1986: 128). anak atau antara anak dengan anak.
Menurut laporan UNICEF (1990), anak- 3. Jumlah anggota keluarga yang besar.
anak sering terdorong untuk bekerja pada bidang 4. Pandangan masyarakat mengenai kesiapan
kerja yang mengganggu tumbuh kembangnya, anak untuk bekerja
karena tiga faktor utama: eksploitasi yang lahir Hal ini terjadi terutama pada pandangan
dari kemiskinan, kurangnya pendidikan yang orang tua yang menginginkan dan
relevan, serta tradisi dan pola sosial yang menentukan kapan seorang anak sudah
menempatkan anak pada posisi yang rentan. layak bekerja.
Kemiskinan akan mendorong anak-anak masuk
bidang pekerjan yang membahayakan. Orang Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor
tua sering kali menganggur dan dalam usaha ekonomi merupakan alasan utama seorang anak
mencari nafkah anak-anak disuruh bekerja, terpaksa bekerja. Tetapi terdapat faktor lainnya
karena mereka lebih muda dieksploitasi. Situasi yang turut mendorong meningkatnya jumlah
ini sebenarnya juga berkaitan dengan struktur pekerja anak antara lain faktor budaya dan
pasar kerja, faktor penting yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat setempat yang melatih
tingkat upah kerja anak, situasi ekonomi yang anak bekerja secara dini, minimnya tingkat
mempengaruhi kalau banyak lapangan kerja pengetahuan, kesadaran dan kepedulian tentang
untuk orang dewasa harus ditutup. Karena hak-hak anak oleh orang tua dan masyarakat,
situasi ekonomi yang tidak kondusif, anak-anak sehingga keberadaan anak yang dipaksakan
akan segera masuk kerja yang eksploitatif. bekerja, dianggap sesuatu yang taken for
Sejalan dengan hal di atas, menurut granted (Nani Indriati, Kompas 25 Juli 2001).
Talcott fakta bahwa lebih banyak anak yang Apapun latar belakang yang menyebabkan
bekerja karena alasan ekonomi dibandingkan mereka menjadi pekerja anak, yang pasti dalam
alasan-alasan budaya. Pekerja anak di sektor bekerja mereka mempunyai motivasi masing-
226 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...

masing. Motivasi erat kaitannya dengan salah satu cara untuk tetap
kebutuhan, bahkan motivasi timbul karena bersekolah.
adanya kebutuhan (Abu Ahmadi, 1999: 191). Kedua : Globalisasi ide tentang gaya hidup
Secara umum, motivasi sering diartikan menyebarnya budaya konsumen
sebagai faktor yang mendorong atau menyebabkan pentingnya dimulai
menggerakkan seseorang untuk melakukan akses terhadap uang bagi anak
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau Ketiga : Kenyataan yang menunjukkan
tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat begitu banyak pengangguran di
Terry (1986 : 132) yang mengatakan bahwa kalangan orang tua menyebabkan
motivasi adalah keinginan-keinginan yang anak segera terjun ke dunia kerja.
terdapat pada diri individu yang merangsangnya Keempat : Khususnya untuk anak perempuan,
untuk melakukan tindakan-tindakan. tekanan dari orang tua agar tetap
Seperti yang dijelaskan sebelumnya tinggal di rumah untuk melakukan
adanya seperangkat kebutuhan-kebutuhan, akan pekerjaan domestik dan tak perlu
merangsang orang untuk bertingkah laku. sekolah atau memasuki pasar
Dengan demikian semakin banyak kebutuhan tenaga kerja menimbulkan
manusia, maka manusia akan mencari alternatif persoalan khusus yang sering kali
untuk melaksanakan tindakan tertentu sama justru mendorong lahirnya
dengan motivasinya (Wijaya 1987: 24). keputusan yang diambil oleh anak
Hal ini juga dialami oleh pekerja anak, perempuan itu sendiri untuk
adanya berbagai masalah-masalah yang berkaitan masuk ke pasar tenaga kerja.
dengan kebutuhan tersebut memunculkan dorongan
dalam diri anak untuk memuaskan kebutuhan Kegiatan Ekonomi Kaum Miskin di
tersebut. Kebutuhan dan dorongan tadi Daerah Perkotaan
sebenarnya merangsang anak untuk berbuat atau
bertingkah laku yaitu dengan bekerja. Berdasarkan penelitian Irwanto (1995)
Dalam menjalankan pekerjaan tersebut, dinyatakan bahwa urbanisasi dipandang
tentunya anak tidak terlepas dari motivasinya. signifikan terhadap problema pekerja anak.
Di mana motivasi anak dalam bekerja dapat Karena dari penelitian tersebut menunjukkan
dipengaruhi dari dalam keluarga, dari anak itu bahwa kasus pekerja anak di kota-kota besar
sendiri maupun dari pihak lain. merupakan “korban” urbanisasi. Orang tua
Berhubungan dengan hal di atas, menurut responden sebagian besar hanya tamatan sekolah
Tjandraningsih, keberadaan pekerja anak dasar (sekitar 43 persen) dan mencari nafkah
tersebut berkaitan dengan bekerja hal yaitu: sebagai buruh tidak terampil, hampir 60 persen
1. Adanya tekanan ekonomi orang tua. dari orang tua responden berpenghasilan kurang
2. Adanya paksaan dari orang yang lebih dari Rp 4.000 per hari.
dewasa. Sebagaimana kita ketahui bahwa dengan
3. Adanya paksaan orang tua. semakin sempitnya lahan pertanian di pedesaan,
4. Adanya keinginan anak untuk mencari uang kemudian terbukanya kesempatan dan harapan-
sendiri. harapan yang tinggi untuk meningkatkan
5. Adanya asumsi dengan bekerja bisa kehidupan, menyebabkan orang-orang desa
digunakan sarana bermain. pindah ke daerah perkotaan. Hal ini sejalan
6. Adanya pembenaran budaya bahwa sejak dengan pendapat Todaro dan Stilkind (dalam
kecil anak harus bekerja. Manning dan Effendi, 1985: 35), yang
menyatakan bahwa dorongan utama untuk
Lebih jauh White dan Tjandraningsih berimigrasi ke kota adalah untuk memperoleh
(1998: XII) dalam studi mereka tentang pekerja penghasilan yang lebih baik. Apabila di suatu
anak di Indonesia secara lengkap menyimpulkan daerah kebutuhan ekonomi maupun non-
sejumlah hal kontradiktif yang menjadi dilema ekonomi seseorang belum terpenuhi, maka ia
anak di Indonesia, khususnya anak-anak yang akan mencari informasi tentang daerah lain yang
dilahirkan dalam tekanan kemiskinan. bisa memberi atau memenuhi kebutuhannya.
Pertama : Di kalangan anak-anak dari Daerah perkotaan di setiap negara telah
keluarga miskin, bekerja adalah dijadikan tempat yang paling lumrah untuk
menampung surplus penduduk. Keadaan ini
Koleksi BPAD Prov SU 227
Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231

menimbulkan permasalahan yang besar bagi masyarakatnya, masih saja terdapat kelompok
perkotaan. Dengan memasuki daerah perkotaan, masyarakat yang hidup dalam keadaan yang
maka timbullah berbagai macam permasalahan, menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar
mulai dari mencari atap untuk tempat berteduh hidup yang layak. Golongan inilah yang
sampai bagaimana cara mempertahankan hidup dimaksudkan golongan miskin di kota.
di daerah perkotaan. Oscar Lewis mengemukakan bahwa
Fenomena yang menonjol pada kemiskinan itu mempunyai ciri-ciri:
masyarakat kota adalah dikotomi dalam struktur a. Tingkat mortalitas yang tinggi atau harapan
sosialnya, yakni adanya lapisan bawah dan hidup yang rendah.
lapisan atas. Perbedaan-perbedaan khas itu b. Tingkat pendidikan yang rendah.
tampak selanjutnya di dalam cara berperilaku, c. Partisipasi yang rendah dalam organisasi-
cara bicara dan berpakaian, juga masing-masing organisasi sosial seperti organisasi buruh,
kelas mengawasi anggotanya dalam hal politik dan lain sebagainya.
demikian itu. d. Tidak atau jarang ambil bagian dalam
Perbedaan itu juga tampak dalam pola perawatan medis dan program-program
permukiman dan perkampungan di kota. Pusat kesejahteraan lainnya.
kota terutama menjadi tempat permukiman e. Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas
orang elite, di mana terdapat gedung-gedung kota seperti toko-toko, museum dan bank.
pemerintahan dan pusat-pusat agama. Kelas f. Upah yang rendah atau keamanan kerja
bawah bermukim di tempat-tempat seputar kota yang rendah.
itu juga. g. Tingkat keterampilan yang rendah.
Kegiatan rumah tangga dan kegiatan mata h. Tidak memiliki tabungan.
pencaharian terpisah, kelas atas memiliki i. Tidak memiliki persediaan makanan dalam
kecenderungan yang kuat untuk mempertahankan rumah untuk hari esok.
posisi-posisi yang menguntungkan, baik bagi diri j. Kehidupan mereka tanpa kerahasian pribadi.
sendiri maupun bagi anak cucu mereka, k. Sering terjadi tindak kekerasan, termasuk
sehingga timbullah penonjolan-penonjolan pemukulan anak-anak.
perbedaan itu dengan jalan menciptakan simbol- l. Perkawinan sering berdasarkan konsensus,
simbol dan tanda-tanda yang membedakan kelas sehingga sering terjadi perceraian dan
yang satu dengan kelas yang lainnya. pembuangan anak.
Sedangkan kelas bawah untuk m. Keluarga bertumpu pada ibu.
mempertahankan hidup di kota cenderung n. Kehidupan keluarga adalah otoriter.
bekerja sebagai buruh kasar bangunan, tukang o. Penyerahan diri pada nasib.
becak dan lain sebagainya. Tidak jarang pula p. Besarnya hyper masculinity complex di
terlihat dalam keluarga kelas bawah di kota kalangan pria dan marty complex di
mempergunakan potensi seluruh keluarga untuk kalangan wanita (S. Menno, 1992:61).
melaksanakan kegiatan perekonomian di kota. Kalau diperhatikan bahwa masyarakat
Di sini peran istri dan anak sangat menonjol kota yang digolongkan pada ciri-ciri di atas,
untuk turut serta dalam kegiatan perekonomian kebanyakan mereka ini adalah orang yang
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pegawai
mendesak. Istri terkadang bekerja sebagai rendahan di kantor-kantor dan toko-toko kecil,
tukang masak bagi keluarga kelas atas, bisa juga buruh, pembantu rumah tangga, tukang becak
sebagai tukang cuci dan juga penjaga anak. dan sebagainya. Mereka biasanya tidak
Begitu juga dengan keadaan anak-anak terpaksa mempunyai keterampilan khusus, memiliki
meninggalkan bangku sekolah atau sekolah pendidikan yang rendah dan sering menjadi
sambil bekerja untuk memperoleh penghasilan korban dari majikan-majikan yang jahat atau
sendiri atau membantu perekonomian keluarga. organisasi-organisasi kejahatan. Singkatnya
Anak-anak dalam kelas bawah mengambil mereka itu adalah para pekerja yang mempunyai
kegiatan perekonomian dapat sebagai penjaja pendapatan yang sangat rendah. Hal ini sesuai
makanan, penyemir sepatu, penjual asongan, dengan pendapat dari Sumardi dan Hans Dieter
tukang parkir, pencuci mobil, penyewa payung ever yang menyatakan bahwa golongan
dan lain sebagainya. berpenghasilan rendah atau golongan miskin
Meskipun kota telah mempunyai hampir adalah golongan yang memperoleh pendapatan
seluruh fasilitas untuk meningkatkan taraf hidup atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja
228 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...

mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit, jika rumah tangga yang tidak mempunyai atau hanya
dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya berpendidikan formal sangat rendah. Dan hal
(Sumardi dan Hans Dieter ever, 1995 : VI). yang penting dari temuan tersebut menunjukkan
Studi yang dilakukan Bagong Suyanto bahwa semakin makmur kondisi ekonomi suatu
dkk. (1997-1998) menunjukkan bahwa rumah tangga, semakin rendah kemungkinan
kelompok masyarakat miskin umumnya buta adanya pekerja anak dalam rumah tangga.
hukum, jauh dari akses pelayanan publik, Bila diamati sebenarnya kemiskinan ini
terisolasi dari informasi dan koneksi, tidak merupakan masalah yang sangat pelik, hal ini
memiliki patron yang kuat, sehingga sangat juga terjadi bagi pekerja anak dengan tingkat
tergantung pada sedikit penghasilan tertentu. ekonomi keluarga yang rendah, pendidikan
Akibat kerentanan yang diderita, kelompok merupakan masalah/persoalan yang dilematis.
masyarakat miskin tersebut sering jatuh sakit, Di satu sisi kemiskinan yang membuat mereka
lemah jasmani. Dan hal ini cenderung terjadi tidak bersekolah, tetapi dipihak lain karena tidak
terus-menerus akibat konsumsi yang kurang bersekolah, mereka sulit untuk keluar dari
layak dan jauh dari syarat-syarat kesehatan dan lingkaran kemiskinan. Bagi mereka sekolah
gizi. adalah beban, karena terlalu banyak biaya yang
Akibat dari pertumbuhan penduduk yang dikeluarkan dan kurang dapat memberikan
tidak sebanding dengan lajunya pembangunan jaminan akan masa depan yang lebih baik.
antara lain seperti penyediaan fasilitas kota, Seandainya pun mereka sekolah, bekerja tentu
kesempatan kerja dan tanah-tanah permukiman dapat menghambat proses sekolah/belajar,
dikota, timbullah masalah seperti pengangguran, pekerja anak sangat mungkin akan tumbuh
kejahatan, istri-istri yang tidak berpendidikan dewasa sebagai orang yang kurang mengenyam
turut dalam kegiatan perekonomian untuk pendidikan dan kemungkinan besar, ketika
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang pekerja anak ini dewasa dan berkeluarga, anak-
mendesak. Begitu juga dengan keadaan anak- anak mereka juga akan masuk dalam pasar kerja
anak. Anak-anak mau tidak mau terpaksa ikut dengan tingkat keterampilan yang rendah dan
andil dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. upah yang rendah pula.
Kesemuanya ini membawa efek terhadap ILO (International Labour Organization)
meningkatnya jumlah kemiskinan di kota. memperkirakan akibat krisis ekonomi yang
Achdian Aminuddin (1995: 15) berkepanjangan jumlah anak Indonesia telah
menyatakan bahwa kemiskinan yang lekat menjadi enam sampai delapan juta (Waspada 29
dengan golongan lapisan bawah pada sebagian Juni 2002). Seperti yang kita ketahui bahwa
terbesar masyarakat Indonesia, sering dijadikan krisis ekonomi yang dialami Indonesia
sebuah alasan pembenaran terhadap praktik mengakibatkan Indonesia merosot kembali
mempekerjakan anak dalam usaha memenuhi menjadi negara miskin di dunia. Tingkat
kebutuhan keluarga, baik oleh orang tuanya kemiskinan yang semula mengalami perbaikan
sendiri maupun pihak pengusaha. Keluarga dan mendekati angka 20 juta, ternyata kemudian
miskin terpaksa mengerahkan sumberdaya melonjak beberapa kali lipat kembali. Akibatnya
keluarga untuk secara kolektif memenuhi muncul “orang-orang miskin baru” (Suyanto
kebutuhan hidup. Kondisi demikian mendorong dalam Konvensi edisi ketiga).
anak-anak yang belum mencapai usia untuk Secara teoretis, kelompok masyarakat
bekerja terpaksa harus bekerja. yang diperkirakan paling terpukul dengan
Hasil studi “SMERU” yang dirancang adanya situasi krisis ekonomi yang
untuk mengetahui pilihan antara bersekolah dan berkepanjangan adalah mereka yang termasuk
bekerja, bagi anak-anak usia 5-14 tahun pada kelompok masyarakat yang tidak stabil, mudah
masa krisis ekonomi dengan menggunakan tergeser, rapuh dan jauh dari jangkauan
survei 100 desa tahun 1998-1999 menunjukkan pembangunan. Kelompok inilah yang lazim
bahwa terdapat kaitan erat antara pekerja anak disebut massa rentan, kelompok marjinal atau
dengan kemiskinan. Profil pekerja anak secara masyarakat miskin. Di wilayah perkotaan
umum mencerminkan profil kemiskinan. Hasil keberadaan kelompok tersebut dengan mudah
studi mendukung pendapat bahwa ada lingkaran ditemui di permukiman kumuh atau
setan antara kemiskinan dan pekerja anak. perkampungan liar di sudut-sudut kota.
Sebagaimana telah ditunjukkan, pasokan pekerja Salah satu konsekuensi dari meningkatnya
anak kebanyakan dari rumah tangga dan kepala kemiskinan bagi dunia anak dan pendidikan adalah

Koleksi BPAD Prov SU 229


Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2006, Volume 5, Nomor 2, Halaman 219-231

terjadinya penurunan angka partisipasi anak-anak hasil kerja mereka, misalnya untuk membeli
yang bersekolah. Menurut perkiraan Bapenas, pakaian, membeli alat-alat elektronik,
karena krisis, potensi angka putus sekolah menikmati hiburan, biaya sekolah, diberikan
meningkat tajam, dari 2,8 juta menjadi 8 juta kepada orang tua, dan menabung (untuk
pertahun (Tjandraningsih dkk. dalam Konvensi beberapa/sedikit orang).
edisi ketiga). Dan yang memprihatinkan,
bersamaan dengan makin tingginya Saran
kecenderungan anak putus sekolah adalah
kemungkinan bertambahnya anak-anak usia Kemiskinan sering sekali dijadikan alasan
sekolah yang terpaksa bekerja untuk membantu secara langsung dan tidak langsung untuk
ekonomi keluarga. Kendati kebiasaan untuk memaksa anak agar mau terjun ke dunia kerja.
melatih anak bekerja sejak dini bukanlah hal yang Akibat dari kemiskinan, maka sulit rasanya
baru, khususnya di kalangan keluarga miskin, keluarga mengirimkan anaknya ke sekolah,
tetapi sejak krisis ekonomi melanda Indonesia mengingat biaya yang tidak dapat mereka
pertengahan tahun 1997 lalu, diperkirakan jangkau. Seandainya biaya pendidikan dasar
jumlahnya melonjak cukup besar. dibiayai pemerintah secara menyeluruh, tentu
Berdasarkan keterangan di atas dapat masih ada masalah lain yang tersisa. Peran
disimpulkan bahwa jumlah penduduk miskin di seorang anak dalam keluarga miskin sebagai
Indonesia cukup tinngi dan golongan ini salah satu pencari nafkah dalam keluarga akan
merupakan penghuni terbesar di dalam terganggu. Sehingga apabila si anak bersekolah,
masyarakat perkotaan. Sejumlah besar rakyat kemampuan keluarga untuk memperoleh
miskin, memang mau tak mau harus tetap hidup pendapatan akan berkurang. Hal ini
di kota-kota besar untuk jangka waktu yang menggambarkan bahwa diperlukan adanya
lama. Kenyataan aspek demografi di Indonesia koordinasi antara usaha-usaha pendidikan
adalah cepatnya pertumbuhan penduduk, dan dengan usaha-usaha yang memberi perhatian
adanya sejumlah besar orang miskin pedesaan pada masalah kemiskinan.
yang bersedia menambah jumlah orang miskin Pemerintah perlu membentuk zona-zona
di perkotaan. bebas pekerja anak, sehingga kesadaran akan
Arus urbanisasi di kota-kota besar sebagai kedudukan anak sebagai generasi penerus yang
proses perpindahan penduduk dari desa ke kota harus dirintis masa depannya bagi orang tua
merupakan masalah yang perlu diperhatikan. meningkat. Hal ini merupakan jawaban pada
Makin besar laju perpindahan dari desa ke kota, fakta: demikian mudahnya orang tua menyuruh
maka makin besar persentase dari seluruh anak terjun ke dunia kerja dan begitu mudahnya
penduduk kota yang hidup di bawah garis orang tua mengabaikan sekolah anak.
kemiskinan, kecuali apabila ada perkembangan
yang cepat sekali dalam perluasan kesempatan Daftar Pustaka
kerja serta permukiman. Dengan kata lain
mungkin akan terjadi, bahwa daerah pedesaan Ahmadi, Alan, 1992, Psikologi Sosial, Rineka
akan mengekspor kemiskinannya ke kota melalui Cipta, Jakarta
urbanisasi.
Arikunto, Suharsimih, 1985, Prosedur
Kesimpulan Penelitian, Bina Aksara, Jakarta

1. Pada dasarnya anak bekerja tidak terlepas Ever, Dieter Hans, 1985, Sosiologi Perkotaan,
dari kondisi sosial ekonomi keluarga yang LP3ES, Jakarta
rendah (miskin/serba kekurangan). Tampaknya
anak bekerja merupakan suatu pilihan dalam Faisal, Sanafiah, 1990, Penelitian Kualtatif,
keadaan sosial ekonomi yang demikian. dasar-dasar dan Aplikasi, Asih Asuh,
2. Motivasi anak untuk bekerja antara lain Malang
untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang
tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh orang Fisip, USU & ILO IPEC, 2003, Rapid
tua, untuk membantu pemenuhan kebutuhan Assesment Child Labour in Off Shore
keluarga, dan ingin mempunyai penghasilan Fishing, Jakarta
sendiri. Motivasi ini terlihat dari alokasi uang
230 Koleksi BPAD Prov SU
Atika, Pekerja Anak dan Kontribusinya...

Gerungan, 1991, Psikologi Sosial, Eresco, Mulandar, Surya, 1996, Dehumanisasi Anak
Bandung Marginal, Akatiga, Bandung

Gunarsa, Singgih, 1995, Psikologi Praktis, Rogers & Standing Guy, 1991, Child Work
Anak, Remaja, dan Keluarga, Gunung Poverty and Underdevelopment, Genewa,
Mulia, Jakarta
Sadly, Saparna, 1986, Gelandangan, Rajawali,
Gunawan, Yusuf, 1992, Pengantar Bimbingan Jakarta
dan Konseling, PT Gramedia, Jakarta
Sofyan, Ahmad, 1986, Buruh Anak Jermal,
ILO IPEC, Kondisi Pekerja Anak Jermal di POusat Kajian dan Perlindungan Anak,
Kawasan Perairan Pantai Timur Medan
Sumatera Utara, LAAI, Medan
Suparlan, Parsudi, 1986, Kemiskinan di
Kartono, Kartini, 1986, Psikologi nak dan Perkotaan, Yayasan Obor, Jakarta
Remaja, Rajawali Press, Jakarta
Sumardi & Hans Dieter Ever, 1985, Kemiskinan
Kuntjaraningrat, 1984, Masalah-masalah dan Kebutuhan Pokok, LP3ES, Jakarta
Pembangunan Bunga Rampai Antropologi
Terapan, LP3ES, Jakarta Sumarnonugroho, T, 1991, Sistem Intervensi
Manning, Chris dan TN Effendi, 1985, Kesejahteraan Sosial, PT Hanindita Graha
Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Widya, Yogyakarta
Informal di Kota, Gramedia, Jakarta
Widyaja, A, W, 1995, Pernanan Motivasi dalam
Mendelevic, 1990, Children at Work, ILO, Kepemimpoinan Akademi, Pressindo,
Geneva Jakarta.

Koleksi BPAD Prov SU 231


P JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

emberdayaan Komunita S
INFORMASI BERLANGGANAN

Biaya Berlangganan: (Termasuk Biaya Pengiriman) dengan pos udara

Pulau Sumatera Rp 60.000 (enam puluh ribu rupiah) per tahun


Luar Pulau Sumatera Rp 90.000 (sembilan puluh ribu rupiah) per tahun

LEMBAR PEMESANAN LANGGANAN

Nama : _______________________________________________

Alamat : _______________________________________________

Kota : ________________________ Kode Pos ____________

Telepon : ______________ Fax _____________ e-mail_________

Instansi : _______________________________________________

_______________________________________________

Pemesanan Tahun Terbitan : _________________________________

Pembayaran Tunai Transfer

Transfer melalui:
Bank Mandiri Cabang USU Medan
A.n. Matias Siagian
No. Rekening: 106-00-9302992-7

Informasi lebih jelas dan lengkap dapat diperoleh pada:


Redaksi Pemberdayaan Komunitas (Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial)
Kantor Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU
Jalan Dr. Sofyan No. 1 Medan, 20155
Telepon (061) 8211965, Fax (061) 8211633
HP. 08153136263

You might also like