You are on page 1of 12

LAPORAN

KEGIATAN PENGAMATAN PASAR MODERN

Disusun Oleh:

Frans Furiady

Kasmatiska

Iqbal

Hariati

KATA  PENGANTAR
           Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia, mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang EKONOMI
khususnya dibidang Manajemen Pemasaran, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Laporan ini memuat tentang “Hasil pengamatan dari pasar Modern ” yang sangat
rutin dilakukan setiap hari oleh seseorang (masyarakat banyak). Walaupun laporan ini
mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen manajemen


pemasaran sang Penyusun yaitu Bapak Ali yang telah membimbing penyusun agar
dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah.

Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Makassar, 15 Nopember 2010

(Ketua Kelompok 3)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pasar merupakan suatu tempat terjadinya transaksi jual beli barang
keperluan sehari-hari. Keberadaan pasar walaupun sederhana namun sangat
diharapkan individu baik penjual maupun pembeli. Pasar menurut jenisnya
terdiri atas 2 macam yaitu pasar tradisional dan pasar modern(swalayan).
Pasar Sentral Makassar termasuk pasar tradisional, berbelanja dipasar
tradisional memungkinkan pembeli menawarkan harga yang lebih murah.
Umumnya pasar tradisional belum tertata rapi, sampah dagangan
masih berceceran bau amis dari ikan dan sayur busuk yang menyengat.
Di pasar tradisional banyak menyediakan makanan siap saji yang sangat
diminati pengunjung pasar karena mempersingkat proses penyajian.
Makanan siap saji yang dijajakan di pasar sering dihinggapi lalat,
terutama makanan yang mengeluarkan aroma busuk atau yang sudah basi.
Jenis lalat yang banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca
domestica,L) dan lalat hijau (Chrisomya megacephala) lalat rumah
dapat berperan sebagai vektor mekanis dan biologis.
Sedangkan di pasar modern, barang yang dijual sudah tertata dengan rapi,
dan jarang sekali di ketemukan lalat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas : apa perbedaan signifikan yang membedakan
pasar tradisional dan pasar modern?
Apa yang menyebabkan masyarakat untuk lebih memilih pasar modern ketimbang
pasar tradisional?
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui lebih banyak mengenai jenis – jenis pasar
(pasar umum dan tradisional)

1.3.2. Tujuan Khusus


Mengidentifikasi jenis – jenis barang yang dijual.
Mencari tahu apasaja kekurangan dan keunggulan dari tiap jenis pasar.

Bab 2
Pembahasan

Pengertian

Pengertian Pasar atau Definisi Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual
dan calon pembeli barang dan jasa.

Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah
kesepakatan dalam kegiatan jual-beli.  Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang
yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang,
dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Jenis-Jenis Pasar

Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya. Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi
menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata(abstrak).  Maka kita lihat
penjabaran berikut ini:

 Pasar Nyata.

Pasar nyata adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat
dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.

 Pasar Abstrak.

Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang
yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan
menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar
modal dan pasar valuta asing.

Jenis pasar menurut cara transaksinya. Menurut cara transaksinya, jenis pasar
dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
 Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan
pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang
diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.

 Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual
belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya
pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.

Jenis – Jenis Pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar hanya menjual satu jenis
barang tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar buah,pasar ikan dan daging
serta pasar loak.

Jenis – Jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi. Menurut keluasaan distribusinya


barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi:

 Pasar Lokal
 Pasar Daerah
 Pasar Nasional dan
 Pasar Internasional

Perbedaan pasar tradisional dan pasar modern


Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-
sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada
pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak
ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang
"legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar
Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan
menghadapi serangan dari pasar modern.

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini
penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat
label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan
pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran,
daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket,
supermarket, dan minimarket.

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis barang
yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.

Sampai saat ini, kehidupan kita nyaris tidak pernah terlepas dari pasar, sebagai
tempat dan sarana jual-beli berbagai komoditas. Sesuai dengan perkembangannya, kita
mengenal adanya pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional biasanya
menampung banyak penjual yang dilaksanakan dengan manajemen sederhana tanpa
adanya perangkat teknologi modern yang mewakili golongan pedagang menengah ke
bawah. Masa operasi pasar tradisional biasanya, rata-rata dari shubuh sampai siang
hari atau sore hari bahkan sebagian malam hari. Sementara, pasar modern ditandai
dengan fasilitas dagang yang relative lebih teratur, bersih dan menarik melalui sentuhan
manajemen modern yang biasanya terdapat di daerah perkotaan dengan masa operasi
dari pagi hari hingga malam hari. Pasar modern dalam pengertian ini, diantaranya
minimarket, supermarket, hypermarket. Sebagian besar pemilik pasar modern ini
adalah pengusaha besar. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern kini
sudah menjadi tuntutan dari konsekuensi gaya hidup yang berkembang di masyarakat
kita. Pasar modern tidak hanya menjadi tempat berbelanja tetapi juga aktivitas lain,
misal sekedar jalan-jalan, nongkrong baik bersama teman maupun keluarga.

Permasalahan mulai muncul ketika pasar modern bergerak secara bebas berdiri,
tidak hanya di daerah perkotaan, tetapi juga menerobos ke pelosok-pelosok, tanpa
adanya pengendalian yang jelas dan tegas dari berbagai pihak yang berkepentingan.
Posisi yang berdekatan antara supermarket atau hypermarket dengan pasar tradisional
di kota-kota besar telah menyebabkan berpindahnya para pembeli pasar tradisional ke
pasar modern tersebut. Melalui berbagai keunggulan yang dimiliki, pasar modern telah
mampu “menggusur” keberadaan pasar tradisional. Business Watch Institue (BWI)
mencatat perkembangan ritel modern di Indonesia sejak tahun 2000 tumbuh semakin
pesat. Apalagi sejak masuknya peritel asing, Perancis dengan Carrefour yang
membuka ritel jenis hypermarket kemudian Giant yang dibuka oleh Hero-Dairy Farm
dari Hongkong. Mauknya peritel asing tersebut semakin manambah ketat bisnis ritel
yang sebelumnya dikuasai oleh pemain local seperti PT Matahari Tbk, PT Ramayana
Lestari Sentosa, PT Alpha Retailindo dan pemain lainnya. Demikian pula di Solo, pasca
tahun 2002 perkembangan ritelnya sangat pesat dengan keumculan pasar-pasar
modern bahkan mal (Solo Grand Mall, Solo Square) bahkan pusat perbelanjaan ini
masih ditambah dengan munculnya pusat-pusat perdagangan seperti Pusat Grosir Solo
atau berupa toko, rumah-toko (Ruko).

Ancaman yang muncul dari keberadaan pasar modern antara lain; Pertama,
mematikan warung-warung tradisional karena adanya pergeseran kebiasaan
konsumen. Posisi yang berdekatan antar supermarket atau hypermarket melalui
keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan pasar tradisional di kota-kota besar
telah menyebabkan berpindahnya para pembeli pasar tradisional ke pasar modern. Ke
Dua, terkait permasalahan perekonomian local. Perputaran uang di daerah, awalnya
sebagian besar perputaran uang tersebut merupakan konstribusi dari UKM namun
seiring dengan berkurangnya UKM dan pasar tradisonal akibat kalah bersaing dengan
pasar modern maka secara otomatis mengecilkan konstribusi mereka. Sementara di
sisi lain, keberadaan pasar modern di suatu daerah tidak memberikan sumbanagn yang
signifikan pada perekonomian lokal karena pendapatan yang diperoleh dari pasar
modern biasanya hanya berasal dari pajak IMB dan pajak reklame. Bandingkan dengan
pendapatan pemerintah daerah dari penraikan retribusi terhadap pedagang pasar
tradisional, bahkan di Makassar retribusi pasar tradisional merupakan penyumbang
PAD (Pendapatan Asli Daerah) terbilang tidaklah sedikit jumlahnya tiap tahunnya. Ke
tiga, panjangnya masa kerja pasar modern. Pasar modern beroperasi selama 7 hari
dalam dalam seminggu (365 hari atau 366 hari setahun) dari mulai pukul 09.00 atau
10.00 hingga pukul 22.00 tanpa hari libur. Kalaupun tutup, itu dilakukan hanya untuk
stock-recheck, bahkan di Hari Raya apapun juga mereka tetap beroperasi, meskipun
dengan jam kerja yang berubah atau digeser. Hal tersebut tidak mungkin kita jumpai di
pasar tradisional yang waktu kerjanya amat terbatas karena pedagang harus
menyesuaikan kebutuhan konsumen dan meluangkan waktu pedagang untuk
keluarganya. Kita bisa lihat keberadaan Carrefour di Indonesia, orang Perancis sendiri
akan geleng-geleng kepala. Entah karena kagum akan keberhasilannya menggaet
konsumen di Indonesia sehingga Carrefour bisa “semena-mena” dan hampir tanpa
batas untuk menemukan lokasi hypermarket serta jam dan hari beroperasinya. Hal
yang hampir mustahil dijumpai di negara asalnya.

Ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk mengantisipasi sekaligus


memberikan proteksi terhadap keberadaan pasar tradisional termasuk pedagangnya
dari persaingan dengan pasar modern. Pertama, Revitalisasi pasar tradisional. Langkah
Pemerintah Kota Makassar yang melakukan revitalisasi pasar tradisional patut dihargai.
Menjadi keniscayaan bagi pemerintah untuk serius dalam menata dan
mempertahankan eksistensi pasar tradisional dengan target yang sangat sederhana,
menyentuh dan amat mendasar dimana pasar tradisional selama ini selalu identik
dengan tempat belanja kumuh, becek, serta bau sehingga hanya didatangi oleh
kelompok masyarakat kelas bawah saja. Gambaran mengenai pasar tradisional yang
seperti itu harus diubah menjadi tempat berbelanja yang bersih dan nyaman sehingga
masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di
pasar tradisional. Ke dua, melakukan zonasi (pemetaan tata letak hypermarket).
Hypermarket harus berada pada radius sekian kilometer dari pasar tradisional dan tidak
boleh menjual komoditi tertentu yang yang menjadi jajaan di pasar tradisional. Hal
tersebut dilakukan untuk mencegah persaingan yang tidak berimbang dengan pasar
tradisional. Aturan semacam ini sudah dilakukan di Jakarta, Makassar, dan hampir
semua wilayah di indonesia dimana hypermarket tidak boleh berada di tengah kota dan
tidak berada dalam radius 200 meter yang daerahnya terdapat pasar tradsional. Amat
ironis tentunya, apabila revitalisasi pasar tradisional dilakukan tetapi di dekat pasar
tradisional juga berdiri pasar modern. Ke tiga, pembatasan kuota penjualan komoditi
tertentu. Hak ini cukup efektif dilakukan di Cirebon. Dimana supermarket dan
hypermarket tidak boleh menjual barang lebih dari 5 kilogram per kemasan. Ke empat,
pembatasan kuota pasar modern. Jumlah Carrefour di Jakarta ternyata lebih banyak
jumlahnya daripada di paris. Bahkan di Paris ataupun di kota-kota lainnya di Perancis
tidak akan ditemui adanya hypermarket, kecuali mereka berada di outer ring road yang
berarti di pinggiran kota. Kebijakan ini dimaksudakan agar warung-warung dan toko-
toko makanan tradisional yang menjual sayur-mayur dan buah-buahan, daging-
dagingan (bouchery), toko roti (boulangery) tetap hidup sehingga mampu mewarnai
dinamika masyarakat. Bahkan pada hari-hari tertentu, terutama week end, di berbagai
lapangan parkir (place plaza) atau di sebagian/potongan jalan di pusat kota digelar
pasar tradisional yang hanya beroperasi hingga tangah hari saja.

Pada hakikatnya pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kebihan masing-
masing dimana segmentasi pasar yang berbeda satu sama lainnya. Di pasar tradisional
masih terjadi proses tawar-menawar harga yang memungkinkan terjalinnya kedektan
personal dan emosional antar penjual dengan pembeli yang tidak mungkin didapatkan
ketika berbelanja di pasar modern, dikarenakan di pasar modern harga sudah pasti
yang ditandai dengan label harga. Oleh karena itu, pertentangan antara pasar modern
dengan pasar tardisional harus dapat ditengahi dengan baik oleh pemegang kebijakan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyiapkan sejumlah regulasi yang mampu
menciptakan iklim perekonomian yang kondusif dan nyaman baik bagi pasar modern
dan terkhusus bagi pasar tradisional. Apalagi pasar modern mempunyai suasana lebih
ramai dan juga sejuk dan bukan hamper tidak mungkin pasar modern akan menggeser
perekonomian dari pasar tradisional 5 samapai 10 tahun kedepan. Tapi jika penataan
pasar tradisional dilakukan secara rapi dan bersih bukan tidak mungkin pasar
tradisional akan bangkit kembali.
BAB 3

PENUTUP

Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan KaruniaNya sehingga Laporan Hasil
Kegiatan Penelitian Pasar Tradisional dan Pasar Modern ini telah selesai,
Penulis juga berterima kasih atas bimbingan dari Bapak Ali sebagai pembimbing
sekaligus Dosen Manajemen Pemasaran STIE Nobel Indonesia beserta segenap
rekan – rekan akademik yang membantu penulis, sehingga penulisan Laporan
hasil Kegiatan ini dapat terselesaikan dengan baik dan cepat. Selanjutnya
Penulis sangat berharap laporan hasil kegiatan ini dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan bagi kita semua.

Akhir kata, penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan laporan
ini masih terdapat banyak kesalahan.

You might also like