Professional Documents
Culture Documents
1
I. Pendahuluan
Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dan
merupakan pusat kegiatan ekonomi terutama untuk wilayah
Indonesia bagian Timur, mempunyai kecenderungan mobilitas
penduduk yang tinggi. Terlebih dengan membaiknya perekonomian
nasional dimana hal tersebut menyebabkan bertambahnya
mobilitas penduduk yang menggunakan jasa angkutan udara dalam
pergerakan domestik maupun internasional. Kondisi ini direspon
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Departemen Perhubungan Republik Indonesia dengan
merencanakan penambahan kapasitas Bandara Udara Juanda.
Penambahan kapasitas terminal Bandara Internasional Juanda
direncanakan dengan membangun terminal baru disisi utara
landasan pacu yang ada saat ini.
Rencana pengembangan Bandara Udara Juanda Surabaya
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1978 dan rencana induk serta
desain Terminal Bandara Udara baru tersebut selesai pada tahun
1994/1995. Akan tetapi akibat terjadinya krisis moneter pada
pertengahan 1997, pekerjaan konstruksi rencana pengembangan
bandara baru tersebut menjadi terhambat.
Setelah membaiknya perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi
berkepanjangan serta tuntutan terhadap pemerintah untuk
menyediakan sarana infrastruktur guna menunjang kelancaran
kegiatan perekonomian, maka pemerintah mengupayakan kembali
pembangunan proyek ini dimana pada akhirnya pekerjaan
2
konstruksi baru terlaksana dengan bantuan dana dari pemerintah
melalui program Official Development Assistance dari Japan Bank
for International Cooperation (JIBIC).
Lokasi terminal baru bandara yang berada disisi utara landasan
pacu dan terpisah dari lokasi terminal lama tentunya membutuhkan
akses jalan untuk menghubungkannya dengan pusat kota Surabaya
dan kota-kota lain di sekitarnya. Oleh karena itu pemerintah juga
merencanakan pembanguan jalan akses menuju terminal baru
tersebut, yaitu dengan rencana Pembangunan Jalan Tol Lingkar
Timur Surabaya atau dikenal nama Surabaya Eastern Ring Road
(SERR) yang lebih populer saat ini dengan nama Proyek
Pembangunan Jalan Tol Simpang Susun Waru – Bandara Juanda.
Akses menuju Bandara Internasional Juanda maupun dari bandara
menuju kota Surabaya saat ini adalah melalui jalan lokal yang
sempit dan sangat padat sehingga tidak memadai lagi. Selain itu
dengan adanya bandara internasional tanpa dibangun akses khusus
seperti Tol Lingkar Timur ini, maka pertambahan arus lalu lintas
orang dan barang dari dan menuju bandara akan menambah beban
dari jalan lokal yang ada saat ini.
3
Gambar 1. Peta Lokasi Rencana Jalan Tol di Surabaya
4
Kenyataan dilapangan bahwa proses pengadaan tanah untuk
rencana konstruksi tidak berjalan mulus sesuai dengan rencana
awal, sehingga hal yang paling signifikan terjadi pada Ruas Paket III
yaitu konstruksi Fly Over yang sedianya akan dibangun didaerah
bekas alur sungai tidak dapat dilaksanakan dikarenakan lahan alur
baru untuk sungai pengganti tidak dapat dibebaskan. Hal ini
berakibat pada perubahan letak konstruksi Fly Over yang dibangun
bergeser dari atas sungai existing ke arah arteri dari jalan komplek
perumahan, dengan konsekuensi diperlukan satu ketinggian
clearance yang minimum sesuai dengan persyaratan teknis karena
arteri pengganti akan berada dibawah Fly Over yang dibangun.
5
mengikuti tahapan konsolidasi tanah sesuai dengan rencana teknis
yang mensyaratkan adanya preloading timbunan tanah sehingga
untuk memperoleh ketinggian timbunan tanah sesuai alignement yaitu
antara 2 sampai 4 meter diperlukan waktu antara 3 sampai 5 bulan
ditambah lagi permasalahan pembebasan tanah yang tidak bisa
berjalan secara frontal sehingga lokasi pekerjaan tidak dapat
dilaksanakan menyeluruh. Disamping permasalahan–permasalahan
tersebut satu kondisi yang tidak kalah pentingnya adalah banyaknya
jaringan utilitas yang berada dijalur tol ini yaitu kabel telkom,pipa
PDAM dimeter 1.2 m dan jaringan seluler, dimana para pemilik utilitas
mengharuskan untuk relokasi apabila diatas jaringan utilitas akan
dipakai untuk badan jalan dan dari perkiraan waktu untuk relokasi
kurang lebih sekitar 2 bulan.
Berawal dari kondisi tersebut diatas pihak investor meminta kepada
kontraktor pelaksana untuk dapat memberikan usulan teknis. Sebagai
dasar pertimbangan utama adalah adanya tipe kontruksi yang sesuai
denagan karakteristik Ruas Tol Waru-Juanda ini yang dapat
dilaksanakan dalam waktu konstruksi 300 hari dengan karakteristik
desain yang teruji dan dapat menjawab segala permasalahan yang ada
dilapangan dengan nilai ekonomis yang masih dapat diterima sebagai
acuan dasar dalam investasi jalan tol.
Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan kajian beberapa tipe
konstruksi baik itu yang sudah pernah diaplikasikan maupun yang
masih dalam tahap riset, diantara beberapa tipe konstruksi yang
menjadi bahan kajian antara lain:
1. Konstruksi Cakar Ayam Modified
2. Precast Road on Pile
3. Konstruksi Pile Slab
Dalam pelaksanaanya saat ini dari tipe-tipe konstruksi tersebut diatas,
dalam aplikasinya dipilih konstruksi Pile Slab, dimana pemilihan tipe
konstruksi ini didasarkan pada kajian teknis, ekonomis dan kepastian
6
waktu pelaksanaan sebagaimana yang akan didetailkan dalam
makalah ini.
7
setebal 600 gr/m2 zinc dengan hotdip galvanize dimana
berat per pipa hanya 35 kg.
2. Selain untuk mencapai elevasi yang diinginkan maka
sistem cakar ayam diperlakukan sebagai pondasi yang
diatasnya diletakan suatu konstruksi semacam “box culvert”
dimana berat box culvert tersebut hanya setengah dari
berat material timbunan biasa per m2 area.
3. Dalam menghadapi tanah yang tergenang air maka
sebelum pelaksanaan dimulai terlebih dahulu harus
dilakukan pekerjaan drainase, sehingga orang dapat lewat
tanpa terperosok (daya dukung tanah > 0.3 kg/cm2).
4. Jalan kerja dibuat pada ruang kosong diantara 2 jalur
jalan, dengan granular material, dan geotextile mungkin
diperlukan untuk mengurangi jumlah material yang
merosok/masuk ke dalam tanah.
5. Urugan pasir minimum 30 cm diperlukan sebagai alas
pelat cakar ayam dan juga berfungsi sebagai drainase layer,
sand blanket dan separator. Kemungkinan diperlukan
geotextile kalau jumlah pasir yang merosok ke dalam tanah
dirasa banyak. Geotextile dipilih yang tembus oleh pipa.
6. Pemancangan pipa baja pada koordinat dan level
masing-masing cukup dengan dibebani bucket excavator
PC-200 karena tipisnya pipa.
8
7. Selanjutnya merupakan pekerjaan beton biasa dengan
mutu K-350, wiremesh dan bekisting.
9
Urugan pasir tuckle
4000 2500
10
A. Analisis Stabilitas Global
B. Pemodelan struktur
B. Pemodelan Struktur
Untuk mensimulasikan system struktur pile slab tersebut
sedemikian hingga mendekati kondisi yang sebenarnya,
maka struktur dimodelkan secara 3 dimensi dengan
menggunakan program SAP 2000. Untuk memperoleh
kekakuan yang mendekati dengan kondisi riil slab
dimodelkan sebagai shell element. Sedangkan tiang
pancang
dimodelkan secara
terintegrasi
sampai ujung
kedalaman
pemancangan.
Isometri dari
model struktur pile
11
slab tersebut tampak pada gambar berikut :
13
SA N D SA ND
SA N D
SA N D
14
Rg = Radius girasi (m)
I = Moment inersia (m4)
A = Luas penampang (m2)
Dalam analitis ditetapkan dua pilihan jenis tiang
pancang yaitu tiang kotak 45 cm x 45 cm dan tiang
spun pile diameter 50 cm. Pemilihan kedua jenis tiang
pancang ini dengan pertimbangan bahwa kedua jenis
tiang pancang ini memilki moment cracking dan
ultimate capacity yang setara.
Properties dari tiang pancang PC square pile 45 cm x 45
cm adalah:
A = 0.2025 m2 4 5 0 P C S t r a n d
S p ir a l w ir e
I = 3.4210 x 10 m -3 4
Rg = 0.1299 m
450
Gambar 7. Gambar PC Square Pile 45 cm x 45 cm
15
pabrik penyuplai yang ada di Surabaya bahwa rata-rata
kapasitas produksi tiang PC spun pile tiga kali lebih
banyak dari tiang kotak. Sehingga untuk bangunan
bawah atau pondasi ditetapkan menggunakan PC spun
pile diameter 50 cm.
16
Gambar 9. Konstruksi Lantai Pile Slab
Tabel 2 : Pile Slab
WAKTU
PELAKSAN BIAYA
STRUKTU
KONSTRUKSI PERALATAN AAN (per 100
R
(per 100 M’)
M’)
Pelat lantai
UPPER Concrete
beton dengan Rp. 5.1
STRUCTU Pump 10 hari
tulangan besi Milyard
RE Agitator Truck
beton
SUB
Spun Pile φ 50
STRUCTU Alat Pancang
cm
RE
17
• Diperlukan urugan untuk plat form alat pancang
• Untuk produksi masal diperlukan perancah yang banyak
• Perlu space pekerjaan yang agak luas
18
Gambar 10. Detail dan Section Precast Pile Head Beam
19
M’)
Concrete
UPPER Pelat lantai
Pump Rp. 5.1
STRUCTU beton dengan 6 hari
Agitator Truck Milyard
RE modul precast
Crane 25T
SUB
Spun Pile φ 50
STRUCTU Alat Pancang
cm
RE
20
masing-masing penilaian diberikan besaran untuk dapat dibuat data-
data numerik berurutan dari 1 untuk kondisi jelek, 2 untuk sedang dan
3 untuk yang baik agar dapat diperoleh besaran angkanya.
IV. Penutup
Berdasarkan dari pemeparan diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut;
• Sistem konsruksi pile slab paling sesuai untuk kondisi
tanah lunak dengan ketebalan yang dalam sebagaimana pada
ruas tol Waru – Juanda.
• Apabila didasarkan pada total ivesment cost yang
mencakup biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan maka
konstruksi pile slab paling efisien
• Dengan urutan dan durasi pekerjaan pile slab yang sudah
sangat terukur masa penyelesaian konstruksi dapat tepat
waktu.
21
• Konsruksi ”pile slab” untuk kondisi dan karakteristik
sebagaimana lokasi diatas adalah pilihan paling tepat namun
apabila parameter kondisinya berubah masih sangat
dimungkinkan untuk bisa diaplikasikan tipe konstruksi yang
lainnya disesuaikan dengan pembobotan dan skala prioritas
dari pelaksanaan proyek.
Referensi :
1. DR. Ir. Takim Andriono, M. Eng, Precast Road on Pile
solusi untuk Proyek Tol Simpang Susun Waru – Juanda
2. DR. Ir. Harry Christiadi Hardijatmo,Msc, Sistem Cakar
Ayam Modifikasi dengan Box Culvert untuk Menangani
Masalah Penurunan Timbunan di Atas Tanah Lunak
3. Ir. Suhara, MT, Laporan Perencanaan Struktur dan
Pondasi Fly Over dan Pile Slab Tambak Sumur
22