Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : Novi Windri Hastanti
NIM : 2501401008
Prodi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Pendidikan Sendratasik
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang pada
Hari :
Tanggal :
Ketua Sekretaris
Pembimbing I Penguji I
Pembimbing II Penguji II
Penguji III
ii
PERNYATAAN
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jangan batasi dirimu. Banyak orang telah membatasi dirinya pada apa yang bisa
dilakukan. Kamu bisa melangkah sepanjang pikiranmu mengijinkan. Apa yang kamu
PERSEMBAHAN
1. Ayah dan Bunda tercinta, yang tak terhingga budi dan jasanya,
motivasinya.
6. Almamater-ku tercinta.
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala
berjudul “Pembelajaran Seni Tari Bagi Siswa Tuna Rungu di SLB Bagaskara
Sragen”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari beberapa pihak, penulisan skripsi
ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
2. Pof. Dr. Rustono, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
3. Drs. Syahrul Syah Sinaga, M. Hum, Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin kepada peneliti
4. Bapak / Ibu dosen yang turut memberi spirit dan semangat demi terarahnya
proses penelitian.
v
6. Dosen pembimbing II, Bp Joko Wiyoso, S. Kar, M. Hum, yang selalu memberi
7. Kepala Sekolah SLB Bagaskara Sragen yang telah memberikan ijin kepada
8. Bapak / Ibu guru, karyawan dan siswa SLB Bagaskara Sragen atas kerja samanya
9. Teman-teman serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
betapapun kecilnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para
pembaca. Amin.
Penulis
vi
SARI
Novi Windri Hastanti, 2007. Pembelajaran Seni Tari Bagi Siswa Tuna Rungu di
Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagaskara Sragen. Skripsi pada Jurusan Pendidikan
Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Pembelajaran tari bagi kita sebagai orang normal merupakan hal yang biasa.
Namun, pembelajaran tari bagi anak-anak yang menyandang tuna rungu menjadi
suatu hal yang luar biasa. Pembelajaran tari di SLB memiliki tingkat kesulitan yang
cukup tinggi apabila dibandingkan dengan pembelajaran tari di sekolah-sekolah
biasa. Hal ini disebabkan karena daya dengar siswa yang kurang. Para siswa kurang
maksimal dalam menangkap instruksi dari guru. Walaupun memiliki tingkat
kesulitan yang cukup tinggi, SLB Bagaskara dapat melaksanakan pembelajaran tari
dengan cukup efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran seni
tari pada SLB Bagaskara Sragen serta hambatan yang dialami dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar seni tari. Selain itu juga supaya anak senang dalam
menerima pelajaran dan dapat menumbuhkan minat si anak dalam bidang tari serta
mengetahui kesulitan-kesulitan yang diperoleh guru dalam mengajar seni tari.
Manfaatnya anak dapat menambah pengalaman dalam bidang kesenian khususnya
seni tari, dan dapat melatih keberanian dan percaya diri melalui olah gerak (tari).
Subyek penelitian ini adalah anak tuna rungu SLB Bagaskara Sragen. Metode
penelitian ini adalah menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian
ini dilakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan
data. Alat dan teknik pencatatan data pada penelitian ini adalah : catatan harian,
wawancara, foto. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data,
klasifikasi data, interpretasi data, penyajian data, serta penarikan simpulan atau
verifikasi.
Hasil penelitian ialah deskripsi pembelajaran seni tari pada SLB Bagaskara.
Pembelajaran seni tari bagi anak cacat tuna rungu di SLB Bagaskara Sragen meliputi
tujuan, materi dan bahan, metode, media, dan evaluasi. Beberapa kesulitan yang
dialami dalam pembelajaran tari ialah (a) siswa tidak memperhatikan pelajaran
karena daya dengar siswa yang kurang, (b) para siswa juga tidak mempunyai bakat
menari sehingga mereka kurang berminat untuk belajar tari, (c) jumlah siswa yang
mengikuti tari tidak tetap, serta (d) media pembelajaran yang ada hanyalah tape
recorder, di SLB Bagaskara tidak tersedia VCD player. Selain itu, ruang yang
digunakan untuk pembelajaran tari adalah ruang serba guna yang juga digunakan
untuk belajar sablon dan tenis meja.
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan ialah (a) penggunaan metode dalam
pembelajaran di SLB Bagaskara pada khususnya dan di SLB yang lain pada
umumnya ini hendaknya lebih mengefektifkan metode demonstrasi, metode latihan
dan metode tugas, (b) jumlah siswa yang mengikuti tari hendaknya ditetapkan, (c)
sarana dan prasarana di SLB Bagaskara hendaknya dapat ditambah, serta (d) guru
dapat meningkatkan minat siswa dengan cara memperlihatkan CD tari pada saat
pembelajaran. Sehingga pembelajaran tari tidak hanya cukup dengan menggunakan
tape recorder saja.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
PERNYATAAN.................................................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PRAKATA ............................................................................................................. v
SARI .................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
viii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa B Bagaskara Sragen .................. 35
4.1.1 Lokasi dan Lingkungan Sekitar .................................................... 35
4.1.2 Sejarah Singkat Sekolah Luar Biasa B Bagaskara Sragen............ 36
4.1.3 Sarana dan Prasarana..................................................................... 37
4.1.4 Kondisi siswa SLB Bagaskara ...................................................... 39
4.1.5 Kondisi Guru SLB Bagaskara....................................................... 42
4.1.6 Prestasi yang Pernah Diraih .......................................................... 43
4.1.7 Peraturan dan Tata Tertib Sekolah................................................ 44
4.2 Pembelajaran Tari Bagi Anak Tuna Rungu di SLB Bagaskara .............. 45
4.2.1 Tujuan .......................................................................................... 47
4.2.2 Materi ........................................................................................... 48
4.2.3 Metode ......................................................................................... 55
4.2.4 Media ........................................................................................... 60
4.2.5 Evaluasi…………………………………………………………..63
4.3 Kesulitan Guru dalam Mengajar Seni Tari di SLB Bagaskara Sragen ... 63
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................... 68
5.2 Saran.......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70
ix
DAFTAR TABEL
2006/2007.......................................................................................................... 43
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
beda-bedakan menurut jenis kelamin, status sosial, letak geografis, agama, dan
luar biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan
kerja.
Tuna rungu merupakan salah satu dari sekian anak berkelainan yaitu
1
2
pendidikan khusus bagi anak-anak tuna rungu atau tuli. SLB Bagaskara
memiliki kelainan atau kecacatan (tuna rungu) dari tingkat sekolah dasar
saja ada beberapa hal yang perlu dimodifikasikan seperti yang menyangkut
Proses belajar mengajar pada anak tuna rungu berbeda dengan kelas
anak-anak normal, karena anak cacat (tuna rungu) perlu cara khusus dalam
mengajar dan mendidik, biasanya dalam bentuk kelas kecil. Seorang guru
hanya berhadapan dengan 4-10 orang anak supaya guru lebih berkonsentrasi
dan terarah, sebab anak-anak cacat tuna rungu memerlukan perhatian khusus.
3
Seni tari merupakan salah satu pelajaran yang diberikan dari berbagai
pelajaran yang ada di SLB Bagaskara Sragen. Dengan adanya pelajaran seni
tari yang diberikan, diharapkan siswa SLB Bagaskara senang dalam pelajaran
kesenian dan dapat mendukung pelajaran umum. Materi seni tari yang
diberikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan keadaan fisik peserta
didik. Dalam pemberian materi ataupun praktik seni tari dipilih tarian yang
sederhana atau ragam geraknya tidak terlalu sulit dan banyak pengulangan
keterbatasan mental dan fisik tersebut, maka materi yang diberikan pada anak-
anak tuna rungu di SLB Bagaskara Sragen cenderung pada tari kreasi sebagai
contoh tari Merak, Kelinci, Piring dan tidak menutup kemungkinan sesekali
Sragen bisa berjalan dengan baik, hal ini karena didukung dengan sikap siswa
selain itu juga faktor utama dari guru yang bisa menerapkan metode yang
tepat bagi siswa tuna rungu. Wujud kongkret keberhasilan ini adalah
mengadakan pentas setiap acara perpisahan dan bila ada kunjungan dari
didukung dengan adanya bakat serta kemauan siswa dalam bidang tari.
Kemampuan anak dalam melakukan gerak tari tidak kalah dengan anak-anak
mengetahui lebih lanjut tentang penerapan metode yang tepat bagi anak tuna
rungu serta kesulitan guru dalam mengajar mata pelajaran seni tari di SLB
Bagaskara Sragen.
1.2 Permasalahan
untuk:
manfaatnya adalah:
kajian pada penelitian lebih lanjut, yaitu beberapa alternatif yang dapat
pengembangan teori keilmuan kesenian seni tari bagi anak tuna rungu
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: (a) Bagi guru
seni tari SLB Bagaskara Sragen khususnya dan guru-guru kelas pada
umumnya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam
menentukan strategi belajar mengajar seni tari; (b) Bagi siswa SLB
khususnya seni tari, dan dapat melatih keberanian dan percaya diri melalui
olah gerak (tari); (c) Bagi masyarakat sekitar SLB Bagaskara akan lebih
bahwa anak-anak cacat tuli pun dapat bersaing dalam bidang seni tari.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pembelajaran
baiknya agar terjadi kegiatan belajar yang berdaya guna (Sugandi dan
yang meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, dan sebagainya. Fasilitas dan
praktik, ujian, dan sebagainya. Istilah belajar dan mengajar adalah suatu
komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan
aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru
bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga
6
7
proses perubahan tersebut terjadi berbeda antara ahli yang satu dengan yang
lain (Darsono 2000:5). Pembelajaran ini berasal dari kata belajar. Menurut
secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan belajar secara umum ialah untuk mencapai perubahan dalam tingkah
laku orang yang belajar. Perubahan yang dimaksud tentu yang bersifat positif
(1989:25) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan dari hasil proses belajar mengajar dapat
Oleh karena itu, guru harus mampu memimpin dan membimbing siswa belajar
yang relatif permanen dalam kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari
8
praktik atau latihan (Sudjana 1989:5). Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah
Belajar yang berhasil adalah bila anak dalam melakukan belajar dapat
tingkah laku yang lebih bersifat permanen ( Sugandi dan Haryanto 2003:9).
Untuk itu guru dalam mengajar harus dapat menimbulkan aktivitas mental dan
fisik atau cara belajar siswa aktif (CBSA) proses belajar yang demikian itu
akan terwujud bila ada dukungan dari situasi belajar, dimana prinsip peragaan,
prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses
oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono 2000:24). Berkaitan dengan hal tersebut, seorang guru
subyek didik” bukan pada “apa yang dipelajari subyek didik”. Pembelajaran
9
lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu suatu
dan peristiwa mengajar. Peristiwa belajar mengajar berkaitan erat antara guru
dengan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, seorang guru dituntut mampu
kegiatan belajar mengajar, dimana guru dan siswa berkaitan erat. Tanpa
adanya guru dan siswa maka pembelajaran tidak mungkin terjadi, sehingga
guru berupaya sedemikian rupa guna merubah siswa ke arah yang lebih baik.
sama pentingnya. Ada dua komponen utama dalam proses belajar mengajar
yakni guru dan siswa, sehingga terjalin suatu interaksi timbal balik yang
bermakna dengan tujuan menjadikan perubahan tingkah laku pada siswa yang
belajar. Perubahan itu harus dituntut dengan komponen yang saling berkaitan
2.1.1 Siswa
adanya siswa maka pembelajaran tidak akan terjadi, karena siswa subyek
secara mantap oleh siswa yaitu mengenai tujuan dan bahan pembelajaran.
hasil dari bahan pelajaran itu dapat mempengaruhi tujuan yang akan
dicapai.
2.1.2 Guru
guru sebagai moderator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai ahli
11
secara utuh, selain itu guru juga memiki tugas untuk mendorong,
berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam
segala fase dan proses perkembangan siswa. Telah jelas bahwa peranan
2003:98).
2.1.3 Tujuan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, sedangkan
dan nilai-nilai atau normal yang berfungsi sebagai pengendalian sikap dan
perilaku siswa.
2.1.5 Metode
metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
pada siswa.
sebagai berikut:
yang lain misalnya metode tanya jawab, maka metode ini disebut
dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, dengan adanya metode tanya
menggunakan contoh berupa tingkah laku oleh guru. Dalam hal ini
memperhatikan.
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Oleh karena itu, gerak
individu.
diberikan oleh guru berupa tingkah laku. praktik gerak tari hendaknya
bagi anak tuna rungu. Cara guru menyampaikan materi dengan bahasa
memilih metode yang tepat. Untuk itu dalam rangka mencapai tujuan
ditempuh pada langkah kegiatan atau dengan kata lain diperlukan metode.
komunikasi yang menggunakan kode yang bersifat verbal atau non verbal.
metode adalah cara atau teknik yang dipakai guru untuk menyampaikan
materi kepada siswa dan siswa dapat menerima pelajaran dengan jelas,
2.1.6 Media
bentuk sederhana seperti papan planel, kertas karton, dapat pula dalam
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang
17
2.1.7 Evaluasi
dapat memberikan umpan balik bagi guru dalam rangka perbaikan setiap
seberapa jauh tujuan atau sasaran pendidikan yang dapat dicapai. Seperti
dilakukan guru adalah nilai relevansi antara tujuan pengajaran dan bahan
melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan hasil belajar
peserta didik secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable), kita
peserta didik. Oleh karena itu, biasanya kita berusaha mengambil cuplikan
18
pengambilan keputusan.
berhasil dan tidaknya proses belajar mangajar. Tanpa adanya evaluasi guru
guru dapat melihat seberapa jauh siswa mencapai hasil pelajaran yang
2.2 Ketunarunguan
Bayak orang menganggap bahwa tuna rungu adalah orang yang tidak
tuna rungu masih mempunyai sisa pendengaran walaupun itu tidak jelas
seolah-olah hilang.
tuna rungu merupakan salah satu kelainan fisik yang diderita seseorang
sedikit dimengerti oleh mereka. Tetapi bila kita bertemu dan kita
isyarat/tangan.
pendengaran, perlu diketahui oleh setiap orang tua dan pendidik luar
abnormal.
Menurut Muh Amin dkk (1979:23) anak tuna rungu atau kurang
a. Faktor keturunan
keluarga terutama ayah dan ibu yang menderita tuna rungu atau
selaput).
e. Kelahiran premature
cochlea.
dalam kandungan.
a. Infectie.
cochles.
pendengaran.
Seni tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang telah dikenal
manusia sejak dahulu. Seni tari mempunyai arti dalam kehidupan manusia,
karena dapat memberikan berbagai manfaat. Sejak lahir seni tari mempunyai
ekspresi melalui bahasa tubuh sebagai sarana komunikasi dengan orang lain.
terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekitarnya. Tari adalah sebuah
tari yaitu bentuk gerak yang indah dan lahir dari tubuh yang bergerak,
berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli 1994:3).
Apabila tari dianalisis secara teliti, akan tampak dua elemen tari yang paling
penting, yaitu gerak dan ritme. Brakell (1991:35) mengemukakan gerak dalam
Gerak sebagai elemen pokok dalam seni tari bukanlah sekadar gerak
yang wantah. Gerak dalam seni tari telah diubah sedemikian rupa, sehingga
bahan baku dari tari serta aspek-aspek yang terkandung di dalam pengertian
Kehadiran bentuk didalam tari akan tampak pada desain gerak, pola
1994:4 )
Menurut Jazuli (1994:5) timbulnya gerak dalam tari berasal dari proses
terhadap irama merupakan jembatan penampilan sebuah sajian tari, agar sajian
oleh unsur-unsur yang meliputi iringan, tema, tata rias, dan busana, ruang
yang menambahkan bahwa seni tari jika dinilai sebagai satu bentuk seni, maka
kelompok, tema, rias dan busana, properti tari, tata panggung, tata lampu dan
penyusunan acara.
27
dibagi menjadi tiga yaitu tarian rakyat, tarian klasik, dan tarian kreasi baru
standar. Tari klasik adalah tarian yang telah mencapai kristalisasi keindahan
yang tinggi dan mulai ada sejak zaman rakyat feodal. Tari klasik mempunyai
gerak dan hitungan yang baku. Tari kreasi yaitu tarian yang mempunyai
Berdasarkan uraian tentang seni tari dapat disimpulkan bahwa seni tari
merupakan ekspresi jiwa manusia yang dilakukan secara sadar dan disengaja
melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah. Seni tari dapat dinikmati dan
kita. Tari yang kita lakukan dapat membentuk suatu gerak tari yang indah.
Pemberian materi dan praktik bagi anak tuna rungu dipilih tari yang sekiranya
mudah dan dapat diingat. Gerak yang mudah dan tidak dirasa sulit bagi peserta
Dengan demikian yang dimaksud seni tari dalam penelitian ini yaitu
seni tari bagi anak tuna rungu. Pembelajaran seni tari berarti suatu kegiatan
yang dilakukan guru dalam memberikan materi seni tari kepada siswa agar
BAB III
METODE PENELITIAN
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau lisan dan
perilaku yang dapat diamati dan orang-orang atau subyek itu sendiri (Furchan
1992:21).
29
30
seni tari.
sekolah, guru-guru, guru seni tari, staf tata usaha, orang tua/wali
sekolah.
sekolah.
sekunder guna melengkapi data yang belum ada, yang belum diperoleh
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditentukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data
data yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu kepala sekolah, guru-guru,
guru seni tari, staf tata usaha, orang tua/wali murid, dan siswa. Pada penelitian
ini data yang telah terkumpul dipelajari dan ditelaah dengan mengadakan
akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Secara rinci hal-hal yang dimaksud dalam proses analisis data dapat
(verifikasi).
35
BAB IV
antara jalan raya sampai SLB Bagaskara Sragen kurang lebih 100
raya Solo Sragen, ke utara kira-kira 100 meter dan letak SLB
perumahan penduduk.
35
36
rungu atau tuna wicara. Kegiatan belajar mengajar ini ditangani oleh
dan dua untuk ruang kelas. Maksud dan tujuan menempati gedung
tersebut.
beberapa guru PLB yang melamar menjadi guru yayasan. Pada saat itu,
umumnya.
lapangan upacara.
469 melewati halaman yang cukup luas, berpagar besi serta bertembok
Barat meliputi ruang kesenian dan menjahit, ruang makan dan dapur
asrama SLB, kamar mandi dan WC, kamar tidur dan kamar belajar
asrama SLB, UKS, Rumah dinas Ibu Asrama SLB. Sebelah Selatan
KBM baik teori maupun praktik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
ada lima orang, kelas 1 ada tiga orang, kelas 2 ada lima orang, kelas 3
ada empat orang, kelas 4 ada lima orang, kelas 5 tidak ada, kelas 6
tidak ada.
40
Keadaan
Banyaknya siswa awal bulan Mutasi
Nama Akhir
No
Bulan P D1 D2 D3 D4 D5 D6 Bulan
Klr Msk
L P L P L P L P L P L P L P P L Jml
1. Juli 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
2. Agu 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
st
3. Sept 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
4. Okt 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
5. Nov 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
6. Des 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
7. Jan 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
8. Feb 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
9. Mar 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
10. Aprl 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
11. Mei 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
12. Juni 2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - - 1 10 12 22
- P yaitu perempuan.
- L yaitu laki-laki.
kegiatan di luar kelas. Hal tersebut terlihat pada saat bertemu dengan
guru atau tamu, mereka selalu memberi salam dan berjabat tangan.
terdiri dari seorang kepala sekolah, empat guru DPK artinya guru PNS
berpendidikan SGPLB-C.
agama Islam.
seni tari. Mata pelajaran olah raga diampu oleh guru bidang studi olah
oleh Ida Susanti, sedangkan mata pelajaran seni tari diampu oleh Anik
Pelajaran 2006/2007
Mulai Mengajar
No Nama guru/karyawan L/P Ijazah Jabatan Gol Ket
bekerja kelas/BS
baik. Prestasi yang pernah diraih SLB Bagaskara Sragen selama tiga
tidak kalah dengan anak-anak normal. Setiap lomba mereka tidak mau
kalah, olah raga tenis meja yang paling menonjol dan disegani lawan.
44
lomba, sehingga SLB Bagaskara Sragen tidak memiliki tropi atau piala
piala SLB Bagaskara juga pernah diundang untuk mengisi acara pentas
tari dalam rangka hari ulang tahun Pramuka di Pendopo Rumah Dinas
cacat.
hari Jum’at pukul 07.30- 11.00 WIB, dan hari Sabtu pukul 07.30-
10.00 WIB.
persiapan sampai kelas tingkat dasar, pada hari Senin dan Selasa
mereka memakai seragam merah putih, hari Rabu dan Kamis memakai
ada dua kali yaitu istirahat pertama pukul 09.15- 09.30 WIB dan
istirahat kedua pukul 11.00- 11.15 WIB. Selama istirahat siswa hanya
boleh jajan di sekitar sekolah dan itu dalam pengawasan guru. Jadwal
pelajaran tari dilaksanakan pada hari Jum’at 09.00- 10.30 WIB dan itu
diikuti dari kelas persiapan dan tingkat dasar. Setiap hari Senin dan
yang wajib diikuti oleh guru dan siswa, dengan petugas para siswa.
Bagaskara Sragen
dalam dunia pendidikan. Hal ini terbukti dengan adanya sekolah-sekolah yang
hanya diperoleh dari hasil belajar siswanya di bidang akademik saja, tetapi
ekstrakurikuler yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan drama dan seni
tari. Hal itulah yang mendukung keberhasilan siswa dalam mata pelajaran
kesenian di sekolah.
46
layaknya seperti anak-anak lain (normal) yang ada di Sragen dan sekitarnya.
Selain itu juga sebagai upaya untuk menyukseskan wajib belajar 9 (sembilan)
tahun bagi anak usia sekolah. Kurikulum yang digunakan SLB Bagaskara
Bagaskara tersebut.
kecacatan (tuna rungu) sebaiknya diberikan tari kreasi. Guru dalam mengajar
dan memilih metode harus sabar dan tepat bagi anak-anak tuna rungu. Untuk
itu diberikan materi tari kreasi atau tari klasik yang sekiranya mudah
diberikan tiap hari Jum’at dengan jatah waktu satu jam pelajaran. Mengingat
keadaan fisik siswa, maka pembelajaran seni tari diberikan hanya satu jam.
Hal ini untuk menjaga stamina dan ketahanan tubuh dari masing-masing
memegang guru kelas dan mengajar mata pelajaran umum. Pembelajaran seni
Berikut ini akan diuraikan secara rinci tentang pembelajaran tari kreasi
yang dilakukan pada anak cacat tuna rungu di SLB Bagaskara Sragen.
47
4.2.1 Tujuan
Dengan tujuan yang jelas semakin mudah bagi guru untuk menentukan
tari, bahwa tujuan umum dalam belajar tari kreasi di SLB adalah
pemberian suatu kegiatan berkreasi dalam olah gerak bagi anak cacat
tuna rungu supaya mampu menarikan seperti halnya anak yang normal.
Tujuan khusus diberikan tari kreasi bagi anak cacat tuna rungu SLB
yang sederhana,
tari,
48
seutuhnya,
melestarikan kesenian.
pembelajaran tari kreasi bagi anak cacat tuna rungu sangat penting dan
sekolah.
pada olah fisik dan sistem berapresiasi pada seni, dimana dalam
teori dan apresiasi seni tari termasuk ke dalam rumpun kegiatan yang
kegiatan dalam pelajaran praktik materi tari kreasi maupun klasik yang
dimiliki siswa. Dilihat dari segi kondisi dan keadaan siswa yang
teori atau praktik dengan satu kata yang berarti untuk suatu gerak.
lisan.
dan mudah ditangkap oleh siswa. Penilaian yang digunakan Ibu Anik
disebabkan oleh keadaan siswa yang tidak normal seperti halnya siswa
sebelumnya.
Materi tari yang diberikan yaitu tari Merak tari kreasi yang
dan diulang-ulang gerakkannya. Tari ini adalah tari kreasi yang telah
a. Membuka pelajaran
masuk selalu menyita waktu sekitar 5 menit. Untuk itu siswa sudah
harus siap sebelum jatah waktu yang ditentukan. Siswa harus pindah
sepatu. Setelah siswa sudah masuk dalam kelas, guru mulai pelajaran
Guru : “Siapa yang capek atau sakit boleh istirahat ya, tapi
tangannya lurus.”
“pelan-pelan ya…….”
“gii..ni buu….”
“ayo pinter…..”
Guru : “Pinter…”
bergantian.”
“bisa…”
Siswa : “Iya…..”
c. Menutup pelajaran
4.2.3 Metode
jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada
hampir sama dengan metode bagi siswa yang normal yaitu dengan
untuk anak yang normal. Bila diuraikan dalam deskripsi gerak tari
hal yang bersifat motorik. Metode latihan (driil) ini sangat bagus
tidak bisa bergerak. Olah tubuh diberikan pada awal pelajaran hal
ini untuk melatih motorik siswa supaya tidak kaku. Contoh : hoyok
penggalan gerak tari yang dirasa sulit dilakukan oleh siswa maka
sudah dilakukan murid. Gerak srisig dalam tari Merak, kaki lari
gerakan yang diajarkan tersebut, dan besok bila ada pelajaran tari
sangat sulit karena siswa yang diajar adalah tuna rungu dan
sebuah kesatuan.
4.2.4 Media
tersedia kurang lengkap. Misalnya pada saat latihan praktek tari hanya
ruangan sendiri, ruangan yang dipakai adalah ruangan serba guna yang
tenis meja.
61
Berikut ini adalah penjelasan mengenai tempat belajar, alat dan waktu
belajar.
sablon. Ruang ini sering mereka sebut dengan ruang praktik serba
guna. Dalam ruangan tersebut telah tersedia tape recorder dan alat
4.2.4.3 Waktu
waktu pelajaran kesenian, yaitu setiap hari Jum’at pagi pukul 09.00
yang kurang diinginkan. Hal ini perlu diingat untuk setiap memulai
4.2.5 Evaluasi
waktu melakukan praktik. Tujuan dari evaluasi ini yaitu untuk menarik
4.3 Kesulitan Guru dalam Mengajar Seni Tari di SLB Bagaskara Sragen.
kepada Kepala Sekolah, guru bidang studi, dan orang tua siswa masing-
masing. Di sekolah tersebut ada mata pelajaran kesenian dalam hal ini tari.
Mata pelajaran tari juga diberikan, menurut ibu Anik Sulistyowati yang sering
diberikan tari kreasi dan tidak menutup kemungkinan sekali-kali juga diberi
64
tari klasik. Dari Ibu Kepala Sekolah sangat antusias dan senang kalau peneliti
terjun langsung melihat cara guru mengajar tari di SLB Bagaskara. Dari hasil
wawancara dengan orang tua siswa merasa terharu dan bangga anaknya bisa
menari seperti halnya anak normal. Dari hasil wawancara langsung peneliti
dengan siswa, hanya sebagian kecil yang suka dengan mata pelajaran menari.
menceritakan tentang aktivitas burung merak yaitu burung merak yang sedang
yang riang dengan iringan musik gamelan atau gendhing-gendhing tari Jawa
kreasi. Tari merak ditarikan dalam durasi 08.05 menit, merupakan tari
perorangan namun lebih bagus ditarikan oleh banyak penari atau berpasangan.
Busana untuk tari merak diambil busana sederhana seperti halnya burung yaitu
(sabuk). Untuk rias yaitu cantik dan disesuaikan dengan busana, asesoris lain
gelang, klat bahu (asesoris yang dipakai di lengan tangan), binggel atau
gelang kaki. Untuk kaset tari merak ada dalam kaset tari merak produksi
tari bagi anak cacat yaitu siswa SLB Bagaskara Sragen. Motivasi terus
diberikan hal ini sebagai pendorong minat siswa dalam mempelajari tari yang
65
memberi nilai arti lebih bagi diri siswa untuk tidak malu dan mampu
Dorongan dan kasih sayang orang tua yang selalu mengiringi anaknya
cara mengkombinasikan beberapa metode yang tepat dan sesuai dengan materi
dan pemakaian metode yang tepat, penggunaan metode yang tepat dan sesuai
Kesulitan belajar bagi siswa yang kurang karena kecacatan yang jelas
Kesulitan guru pun juga tampak karena guru sudah menyampaikan materi tapi
siswa belum tentu bisa menangkap apa yang diajarkan guru, karena terhambat
dalam pendengaran. Oleh karena itu, guru harus menggunakan bahasa isyarat
sebagai bahasa komunikasi atau penyampaian materi. Dalam hal ini peneliti
terjun langsung melihat cara guru mengajar seni tari di SLB Bagaskara
Sragen. Kesulitan guru dalam mengajar tari terlihat jelas misalnya: dengan
jelas siswa yang diajar adalah anak-anak cacat tuna rungu maka dalam
bisa. Siswa yang sulit menerima pelajaran, maka guru itu pun juga ikut sulit
contoh di depan dan siswa mengikuti, setelah itu guru baru memperbaiki
Bagi anak yang cacat pendengarannya total maka guru harus sabar dan
tentu anak itu langsung bisa menerima pelajaran. Kesulitan guru dalam
harus mengulang lagi pelajaran itu dan siswa tidak mempunyai bakat menari.
Walau guru sudah mengajarkan dengan berbagai cara atau metode, siswa tetap
sulit dalam menerima pelajaran karena siswa tidak mempunyai bakat atau rasa
senang dengan pelajaran seni tari, selain itu siswa juga tidak mendengar musik
menyampaikan materi supaya anak tetap mau mengikuti pelajaran tari dan
merasa senang dengan pelajaran seni tari. Untuk mengajar anak cacat harus
hati-hati dalam menuangkan kata. Siswa tidak mau diperlakukan keras tapi
perhatian lebih dari semua guru. Banyak sanggar tari berdiri tetapi itu semua
untuk anak yang normal. Sementara bagi yang tidak sempurna atau cacat
67
belum ada sanggar tari yang menampungnya, karena tidak semua guru tari
mampu mengajar tari bagi anak-anak cacat. Penyandang cacat fisik pada
normal, karena penyandang cacat fisik mau tidak mau harus menyesuaikan
dirasakan bagi anak yang cacat. Sulit menyesuaikan diri, sulit berteman dan
sulit menerima pelajaran tari. Tari memang bagus ditarikan bagi anak yang
kepada siswa, begitu pula bagi siswa, siswa bersemangat atau percaya diri bila
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
sebagai berikut :
5.1.1 Pembelajaran seni tari bagi anak cacat tuna rungu di SLB Bagaskara
evaluasi.
5.1.2 Kesulitan yang dialami oleh guru dalam mengajar seni tari di SLB
secara efektif.
c. Jumlah siswa yang mengikuti tari tidak tetap. Hal ini akan
pelajaran)
68
69
5.2 Saran
khususnya dan di SLB yang lain pada umumnya ini hendaknya lebih
tugas.
5.2.2 Jumlah siswa yang mengikuti tari hendaknya ditetapkan. Hal ini
DAFTAR PUSTAKA
Brakell, Clara dan S. Ngaliman. 1991. Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan
Peristilahannya. Jakarta: ILDEP-RULL.
Djamarah, Bahri, dkk. 1995. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Hendrarto, Eddy, dkk. 1987. Bimbingan dan Konseling Sekolah. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.
Amin, Moh, dkk. 1979. Pedoman Praktis Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa
Bagian B Tuna Rungu-Wicara. Jakarta: Departemen P dan K.
Isbani, Sam dan R Isbani, 1979. Pengantar Pendidikan Anak Luar Biasa.
Surakarta: UNS.
-------------. 1972. Djawa dan Bali Dua Sosok Perkembangan Drama Tari
Tradisional Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
-----------------. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
Lampiran I
PEDOMAN OBSERVASI
Judul : Pembelajaran seni tari bagi siswa tuna rungu di SLB Bagaskara Sragen.
mengajar).
5. Pengambilan foto tentang kegiatan belajar mengajar seni tari, gedung sekolah
Dalam kegiatan ini penulis mengamati secara langsung proses pengajaran seni
bantu mengajar.
73
yang meliputi kegiatan guru dan siswa, atau situasi yang menunjang pada saat
yang digunakan.
kelas.
Setelah langkah kegiatan belajar mengajar ditempuh. Dalam tahap ini juga di
amati tentang :
Lampiran II
PEDOMAN WAWANCARA
secara langsung dari sumber: kepala sekolah, guru seni tari, guru-guru, siswa dan
4. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah khususnya dalam bidang tari.
7 Kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan seni tari bagi
17. Hubungan antara orang tua dengan siswa, guru dan lembaga.
75
Lampiran III
Diskripsi Tari Merak
Gerakan :
1. Kedua tangan ngiting di depan, kemudian gejug kiri kedua tangan membuka
ke samping dengan memegang sampur, pacak gulu, ke dua kaki jejer ke dua
tangan digerakkan ke depan puser, gejug kanan dua tangan membuka ke
samping, pacak gulu, mundur kanan pancat kedua tangan menthang ke
samping geleng kepala, putar.
2. Gerakan sama no 1
3. Mundur ke dua tangan di depan ngiting, buka ke samping, mundur, kaki kanan
maju kanan lepas ke dua sampur.
4. Ukel ke dua tangan kesamping kirikaki kanan maju, kemudian kaki kanan
mundur seblak ke dua tangan.
5. Mundur, ke dua tangan di depan ngiting mundur kaki kanan ambil sampur
maju kaki kanan, jalan putar.
6. Gerakan sama no 3
7. Kedua tangan di gerakkan ke depan bergantian, turun sampai hit 8 kemudian
berdiri hingga hit 3.
8. Gerakan sama no 5 dan 3.
9. Maju kanan, ke dua tangan lurus ke depan hadap kanan maju kiri ke dua
tangan digerakkan, tangan kiri tekuk di depan dada tangan kanan lurus, maju
kiri ke dua tangan lurus ke depan hadap depan, samping kiri maju kanan ke
dua tangan digerakkan tangan kanan di tekuk di depan dada tangan kiri lurus
gerakan sama. (dilakukan berulang-ulang).
10. Gerakan sama no 5 dan 3.
11. Langkah ke kanan ke dua tangan di pinggul, mendak kemudian berdiri pelan-
pelan sambil menggerakkan bahu, ganti kaki kiri melangkah ke dua tangan
dipinggul, mendak kemudian berdiri pelan-pelan sambil menggerakkan bahu
(dilakukan 4x).
12. Gerakan sama no 5 dan 3.
76
13. Loncat ke kanan 3x kemudian gerakan sama dengan no 4 pada hit 3 loncat lagi
gerakan sama kemudian mundur kaki kanan maju kanan kedua tangan
menthang ke samping kemudian lepas jalan ke depan 4x gerakan tangan kanan
ke atas bolak balik tangan kiri di pinggang kemudian loncat dan lakukan
gerakkan yang sama.
14. Gerakan sama no 5 dan 3.
15. Maju kanan kiri, kebyak kebyok sampur, kengser ke kanangejug kiri buka ke
dua tangan ke samping lenggut kepala. Maju kiri kanan, kebyak kebyok
sampur, kengser ke kiri gejug kanan buka ke dua tangan ke samping lenggut
kepala, maju kanan kiri, kebyak kebyok sampur, kengser ke kanan gejug kiri
buka ke dua tangan ke samping (gerakan sama dengan no 1).
16. Gerakan sama no 5 dan 3.
17. Kengser ke kanan-kiri-kanan loncat ke kiri ke dua tangan di depan puser
mundur kaki kanan maju kanan ke dua tangan mengikuti kemudian terbang.
18. Gerakan sama no 5 dan 3.
19. Gerakan sama no 17 namun beda kaki.
20. Gerakan sama no 5 dan 3.
21. Mundur kaki kanan maju kanan ngembat terbang putar.
22. Kengser ke samping hadap serong kanan mundur ngembat kedua sampur,
geleng kepala jalan putar, masuk…..
77
Lampiran IV