You are on page 1of 21

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Nagan Raya secara historis dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2002 dengan empat kabupaten

lainnya dalam Propinsi Nanggroe Aceh Darusssalam, yaitu Kabupaten Aceh

Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh

Tamiang, yang diresmikan pada tanggal 22 Juli 2002.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Ibukota Pemerintahan

dipusatkan di Suka Makmue, Ibukota Kecamatan Suka Makmue. Pejabat Bupati

Nagan Raya melalui keputusannya menetapkan organisasi, kewenangan dan

tugas dari sekretariat, Dinas, Badan, Kantor dan unit kerja lainnya yang

membantu tugas-tugas Bupati.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya dibentuk

berdasarkan Qanun Kabupaten Nagan Raya nomor 4 tahun 2008 termasuk

dengan instansi lainnya. Pembentukan Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Nagan Raya juga berdasarkan Qanun Kabupaten Nagan Raya No. 4

Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Kabupaten Nagan Raya.

Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah agraris, dimana sektor

peternakan menjadi sektor paling menentukan dalam pembangunan

masyarakatnya, di mana 80% penduduk bergerak dibidang usaha-usaha

pertanian sekaligus sebagai peternak, maka produktifitas peternakan yang

tinggi merupakan keberhasilan Daerah yang perlu diwujudkan dan

dikembangkan. Namun, pencapaian keberhasilan peternakan memerlukan

suatu perencanaan yang terarah dan tepat sasaran.

1
B. Tujuan

1. Sebagai bahan yang digunakan dalam penyusunan perencanaan

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya.

2. Sebagai bahan yang digunakan dalam pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi.

C. Sasaran

1. Tersedianya pedoman dan petunjuk penyusunan perencanaan yang

tepat, terarah dan berkelanjutan

2. Terlaksananya pembangunan peternakan melalui pelayanan

kesehatan hewan.

3. Tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha agribisnis peternakan

yang mendukung bahan baku agroindustri.

4. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani ternak dan

masyarakat pada umumnya.

2
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada Bab I menyebutkan bahwa

perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan

yang tepat, melalui urutan pilihan dengan mempertimbangkan sumber daya

yang tersedia.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya sesuai dengan

kebijakan Pembangunan Nasional dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di

dalam melayani masyarakat menaruh harapan dengan Peningkatan

Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Petani.

A. Visi

Visi adalah cara pandang jauh ke depan suatu konstitusi harus dibawa agar

lebih eksis, administratif dan inovatif yang merupakan gambaran yang

menantang terhadap keadaan masa depan yang diinginkan. Adapun visi Dinas

Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya adalah “Terwujudnya

Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan dengan Pemantapan Usaha

Pertanian dan Peternakan yang tangguh, mandiri dan berkesinambungan

serta berwawasan lingkungan”.

B. Misi

Misi merupakan jabaran tentang apa yang akan dilakukan, siapa

penerima manfaat (beneficiaries), apa kompetensi utama daerah dan

mengapa itu perlu dilakukan. Misi bersifat berlaku terus menerus (tidak

terbatas waktunya).

3
Misi adalah langkah-langkah yang akan ditempuh oleh suatu institusi

atau lembaga untuk mencapai visi. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten

Nagan Raya memiliki misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pendayagunaan Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Usaha Pertanian dibidang Perbenihan, Alat Mesin Pertanian dan

Pemupukan.

2. Mengoptimalisasi pendayagunaan Lahan Sawah, Tegalan, Perkarangan

dan Lahan – lahan tidur ( Sleeping Land ) lainnya.

3. Mengoptimalisasi Pendayagunaan Sumber daya air ditingkat petani

melalui kelembagaan kelompok / P3A Keujrun Blang .

4. Menggiatkan kemampuan Sumber Daya Manusia Petani melalui

Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan dalam upaya alih teknologi petani

dan manajemen usaha petani.

5. Menumbuh Kembangkan kelembagaan petani dan usaha ekonomi

perdesaan seperti KTNA, KOPTAN, Perpadi dan lainnya.

6. Mengadakan Koordinasi dan Kerjasama dengan berbagai lintas sektor,

swasta dan pelaku agribisnis guna saling mendukung dan partisipatif dalam

mengembangkan pertanian untuk penyediaan bahan baku agroindustri.

Dalam pengambilan kebijakan/keputusan yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak di

lapangan, didasari oleh undang-undang, peraturan dan keputusan yang telah

ditetapkan oleh menteri maupun pejabat daerah.

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009, tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan;

4
2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/9/2007

tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan;

3. Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 12 Tahun 2007, tentang

Kesehatan Masyarakat Veteriner;

4. Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 4 Tahun 2008 mangatur tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Nagan Raya

(Lembaran Daerah Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008 Nomor 4).

5
III. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
KABUPATEN NAGAN RAYA

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya dibentuk

berdasarkan Qanun Kabupaten Nagan Raya No. 4 Tahun 2008 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas kabupaten Nagan

Raya yang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh

Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

melalui Sekretaris Daerah Kabupaten.

Dinas Pertanian dan Peternakan mempunyai tugas melaksanakan

kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura

serta di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan tugas-tugas lain yang

diberikan Bupati. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut

diatas, Dinas Pertanian dan Peternakan mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pertanian dan Peternakan

b. Pemberian perizinan dan pelaksana pembinaan umum

c. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bidang

Peternakan dan Kesehatan Hewan

d. Pengeloaan urusan Ketatausahaan Dinas

e. Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pertanian Tanaman Pangan

Hortikultura dan Peternakan dan Kesehatan Hewan.

6
A. Struktur organisasi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan
Raya

Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan

Raya, terdiri dari:

1. Kepala Dinas

2. Bagian Sekretaris, membawahi:

- Sub Bagian Umum

- Sub Bagian Keuangan

3. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, membawahi:

- Sub Bidang Tanaman Pangan

- Su Bidang Hortikultura

4. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, membawahi:

- Sub Bidang Pembibitan dan Bina Usaha

- Sub Bidang Pengadaan dan Pengawasan Penyakit Hewan

5. Bidang Pengembangan Lahan dan Perlindungan Tanaman, membawahi:

- Sub Bidang Pengembangan Lahan dan Tata Guna Air

- Sub Bidang Pelindungan Tanaman

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD )

7. Kelompok Jabatan Fungsional

B. Tugas dan Fungsi Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan merupakan bagian dari

struktur organisasi dinas yang menjalankan tugas menyusun rencana kegiatan

dan mengkoorsdinasikan kegiatan usaha pengembangan peternakan serta

pengedalian penyakit dan fungsi sebagai berikut:

7
1. Merumuskan kebijakan teknis, strategi pengembangan dan

peningkatan usaha bidang peternakan dan kesehatan hewan.

2. Mengkoorsdinasikan penyusunan rencana operasional kerja bidang

peternakan dan kesehatan hewan berdasarkan program kerja dan pedoman

pelaksanaan tugas.

3. Menyusun data dan informasi tentang peluang pengembangan usaha

peternakan.

4. Mengkoordinasikan pembinaan, bimbingan dan pengendalian serta

pengelolaaan rekomensdasi perizinan usaha-usaha bidang peternakan.

5. Menyusun rencana kebijakan umum, tehnis dan operasional

pengawasan, pengendalian, pemanfaatan dan pengawasan obat-obatan

hewan/vaksin, bibit ternak, pakan dan pengembangan alat-alat

peternakan.

6. Membagi tugas, petunjuk, pembinaan, pengawaan dan menilai hasil

kerja bawahan.

7. Memberi saran dan pertimbangan tehnis kepada atasan.

8. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada

atasan.

9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan

C. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Hewan

Mempunyai tugas pokok menghimpun, menyusun, mengolah, merumuskan

dan mengawasi serta mengumpulkan data dan menyusun rencana kegiatan

8
operasional penanggulangan/pencegahan penyakit menular pada ternak,

adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, petunjuk

pelaksana dan petunjuk teknis serta ketentuan lainnya sesuai bidang tugas.

2. Menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja, membagi tugas, petunjuk,

pembinaan serta pengawasan dan penilaian hasil kerja bawahan.

3. Merencanakan pelaksanaan kegiatan penanggulangan penyakit hewan

menular pada ternak dan pencegahannya serta menghindari pencemaran

akibat penyakit tersebut.

4. Menyelenggarakan dibidang kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet).

5. Membagi tugas dan memberikan petunjuk kepada bawahan sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing agar pelaksanaan dapat berjalan dengan

baik dan benar.

6. Memeriksa hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan

petunjuk.

7. Melaksanakan pemetaaan wilayah penularan penyakit hewan,

melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.

8. Melaksanakan pengawasan tentang peredaran dan penggunaan obat-obatan

hewan dan vaksin.

9. Menyiapkan kegiatan bimbingan tehnis kepada kelompok tani ternak

terhadap pembuatan kandang ternak yang memenuhi syarat kesehatan

agar terhindar dari penyakit.

10. Menyiapkan perumusan teknis tentang tata cara perawatan ternak, agar

terhindar dari serangan penyakit.

9
11. Menyiapkan pendataan potensi wilayah peternakan menurut jenis

ternak dan penyakit ternak.

12. Menyiapkan kegiatan pengawasan dan mengeluarkan izin kesehatan

hewan atas ternak yang akan dikeluarkan baik antar kabupaten maupun

antar provinsi sehingga tidak terjadi penularan penyakit.

13.Menyiapkan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan ternak yang akan

dipotong serta mengeluarkan izin kesehatannya untuk menghindari

pencemaran penyakit terhadap masyarakat yang mengkonsumsi daging.

14.Menyusun rencana kegiatan pencegahan penyakit (vaksinasi) ternak

masyarakat pada waktu tertentu dan kontinyu untuk mengatasi serangan

penyakit hewan menular.

15.Menerima dan mengolah serta menganalisa laporan penyakit hewan

menular baik yang menyerang ternak milik pemerintah maupun ternak

masyarakat setiap bulannya untuk segera diketahui tingkat

perkembangannya.

16. Menyiapkan kegiatan pengujian penyakit hewan melalui pengambilan

specimen untuk diteliti di laboratorium kesehatan hewan yang ditunjuk.

17.Penyiapan pengadaan dan penyebaran bahan-bahan, peralatan dan

obat-obatan yang memadai melalui kerja sama dengan pengusaha peternak

untuk memenuhi kebutuhan pengobatan bagi petani ternak.

18. Menyiapkan laporan kegiatan di bidang kesehatan hewan dan

masyarakat veteriner (kesmavet) disampaikan kepada atasan untuk

diketahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dan permasalahan

yang segera memerlukan pemecahannya.

19.Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjuk atasan.

10
III. PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pencegahan penyakit

ternak, Dinas Pertanian danPeternakan telah membentuk Unit Pelaksana

Teknis Dinas yang mem[unyai dasar hukum dan legitiminasi yang kuat. UPTD

Puskeswan yang telah disahkan oleh Keputusan Bupati Nagan Raya adalah

sebagai berikut :

a. UPTD Puskewan Kuala, dengan wilayah kerjanya Kecamatan Kuala dan

Kecamatan Suka Makmue.

b. UPTD Puskeswan Seunagan Timur, dengan cakupan kerja Kecamatan

Seunagan, Kecamatan Seunagan Timur dan Kecamatan Beutong.

c. UPTD Puskeswan Darul Makmur, mempunyai wilayah kerja Kecamatan

Darul Makmur.

d. Puskeswan Kawasan Peternakan, dengan wilayah kerjanya Kecamatan

Kuala Pesisir dan Kecamatan Tadu Raya.

Data situasi dan sumber daya manusia masing-masing puskeswan

terlampir.

A. Fungsi dan Tugas UPTD Puskeswan

Untuk pelaksanaan kegiatan pencegahan penyakit dilapangan masing-

masimg UPTD Puskeswan di pimpin oleh seorang dokter Hewan dan dibantu

oleh paramedis sebagaimana tercantum dalam RUU Nakeswan Pasal 8 butir 28

nomor 18 tahun 2009, yang mengatur tentang otoritas veteriner adalah

11
kelembagaan pemerintah dan/atau kelembagaan yang dibentuk pemerintah

dalam pengambilan keputusan tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan

dengan melibatkan keprofesian dokter hewan dan dengan mengerahkan semua

lini kemampuan profesi mulai dari mengidentifikasikan masalah, penentuan

kebijakan, mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan, sampai dengan

mengendalikan teknis operasional di lapangan. adapun fungsi dan tugas UPTD

Puskewan dalam pengendalian penyakit hewan adalah sebagaiberikut :

1. Pelaksanaan penyehatan hewan sebagai upaya mesdis yang meliputi

kegiatan prefentif (pencegahan) kuratif (pengobatan), rehabilitatif

(pemulihan kesehatan pra sakit) dan pelayanan medik reproduksi.

2. Pemberian pelayanan kesehatan masyarkat Veteriner yang meliputi

kegiatan penanganan hygiene dan sanitasi bahan pangan asal hewan

(daging, telur dan susu) agar tidak mengandung unsur kimia maupun

mikroba dan pengambilan specimen produk hewan untuk pengujian lebih

lanjut.

3. Pelaksanaan epidemiologis yang meliputi kegiatan surveline dan

pemetaan, pengamatan dan pemeriksaan terhadap penyakit hewan

menular (PHM) secara klinik maupun epidemiologis dan melaporkan

setiap adanya wabah penyakit hewan di wilayah kerjanya ke dinas

Kabupaten.

4. Pelaksanaan informasi veteriner dan kesiagaan darurat wabah.

5. Pemberian jasa veteriner dokter hewan yang kegiatannya meliputi

pelayanan kesehatan hewan dan pelayanan kesehatan masyarakat

veteriner, meberikan konsultasi veteriner dan penyuluhan di bidang

kesehatan hewan, mengeluarkan surat keterangan dokter hewan dalam

12
rangka status kesehatan hewan dan pemeriksaan dokumen terhadap

hewan/ternak yang masuk ke dalam wilayah kerja.

1. Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang)

Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) adalah perumusan

perencanaan suatu wilayah meliputi program dan kegiatan tahunan yang

dibahas bersama antara pemerintah, lembaga masyarakat dan tokoh

masyarakat untuk memperoleh perencanaan dari bawah yang tepat sasaran

sesuai kebutuhan masyarakat.

2. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan

daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah dan mengacu pada Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) Nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi

daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya,

baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh

dengan mendorong partisipasi masyarakat.

3. Kebijakan Umum APBD (KUA)

Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat kebijakan

bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya

untuk periode 1 (satu) tahun.

4. Rencana Kegiatan Anggaran (RKA)

Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) adalah dokumen perencanaan dan

penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan

kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

13
5. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) adalah dokumen perencanaan

dan penganggaran yang berisi pendapatan, belanja program dan kegiatan

SKPD serta pembiayaan yang telah di sah kan.

6. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Perubahan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) perubahan adalah

dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang berisikan perubahan-

perubahan anggaran dan kegiatan, meliputi peninjauan pelaksanaan

kegiatan menurut anggaran belanja tambahan (ABT).

7. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Lakip)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Lakip) adalah

pernyataan kualitatif tentang perubahan atau dampak positif yang

dihasilkan oleh suatu kegiatan.

B. Pelaksana Program/ Kegiatan

1. Pengguna Anggaran

Pengguna Angaran adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja

perangkat daerah.

2. Kuasa Pengguna Anggaran

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa

untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi kementerian negara/

lembaga/SKPD.

14
3. Pengendali Kegiatan

Pengendali Kegiatan adalah pejabat yang menyusun Rencana

Operasional Kegiatan, petunjuk teknis dan menyiapkan administrasi

pencairan dana, pengadaan barang dan jasa sesuai aturan yang

berlaku serta membagi dan menjabarkan barang/bahan kepada

sasaran. Pengendali kegiatan bertanggung jawab kepada Pengguna

Anggaran.

4. Pembantu Pengendali Kegiatan

Pembantu Pengendali Kegiatan adalah pejabat yang membantu

tugas-tugas pengendali kegiatan dan melaksanakan tugas –tugas lain

yang diberikan oleh pengendali kegiatan.

5. Pemegang Kas

Pemegang Kas adalah petugas yang menerima, membayar,

mencatat dan membukukan semua pengeluaran berdasarkan

pertanggungjawaban anggaran yang bertanggung jawab kepada

Pengguna Anggaran.

6. Pembantu Pemegang Kas

Pembantu Pemegang Kas adalah Petugas yang membantu tugas-

tugas pemegang kas dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan

oleh pemegang kas.

7. Bendaharawan Barang

Bendaharawan Barang adalah petugas penerima barang dan

bahan serta aset, mencatat dan membukukan sesuai aturan dan

bertanggung jawab kepada pengguna anggaran.

15
C. Operasional Program/Kegiatan menuju ”Good Governance”

Pemerintah yang bersih dan bebas unsur KKN merupakan harapan

semua pihak. Hal tersebut akan menciptakan pembangunan yang sesuai

dengan kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia. Upaya-upaya untuk

menciptakan ”Good Governance” dapat dilakukan melalui:

6. Operasional dapat dilaksanakan melalui proses menyusun pedoman

umum, petunjuk teknis dan pembentukan panitia pelaksana sesuai peraturan

yang berlaku.

7. Dalam pengadaan barang dan jasa berpedoman kepada Keppres No 80

tahun 2003 dan Permen no 13 tahun 2006.

8. Pengalokasian barang/bahan atau peralatan tepat sasaran sesuai

perencanaan pengalokasian yang telah tersusun.

9. Evaluasi dan monitoring terhadap pengadaan, penyaluran dan

pelaksanaan dari pihak pemerintah dan lembaga masyarakat serta menerima

kritik dan saran dari pihak manapun untuk perbaikan.

16
V. MASALAH DAN PEMECAHANNYA

A. Masalah-masalah yang dihadapi

1. Kurangnya pengetahuan tokoh masyarakat dan peternak dalam

penyusunan perencanaan yang benar.

2. Pada setiap pelaksanaan Rakorbang, para pejabat tingkat kecamatan dan

tokoh masyarakat yang hadir belum dapat mengusulkan program yang

tepat untuk pembangunan peternakan di wilayahnya.

3. Program dan kegiatan yang menjadi final di tingkat kabupaten

merupakan yang disusun oleh pejabat penyusunan perencanaan sehingga

tergambarkan perencanaan masih top down bukan buttom up.

4. Masih rendahnya pengetahuan petugas dalam hal penyusunan

perencanaan sebagaimana yang diharapkan.

5. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat peternak terhadap

kesehatan ternaknya.

6. Belum berjalannya perencanaan secara sistematis, terpadu dan

berkelanjutan, sehingga pembangunan suatu bidang tidak didukung oleh

bidang lainnya.

7. Belum maksimalnya penggunaan lahan-lahan tidur dan cadangan lahan

produktif yang berpotensi untuk meningkatkan produksi peternakan.

8. Masih kurangnya tenaga medis dan para medis serta peralatan kesehatan

hewan dan belum adanya laboratorium untuk pemeriksaan hasil specimen

ternak.

17
B. Upaya – Upaya Pemecahan Masalah

1. Perlunya sosialisasi dan pelatihan agar pengetahuan para tokoh

masyarakat, peternak dan petugas dapat membuat perencanaan yang

benar.

2. Perlu dilakukannya sosialisasi ke tingkat masyarakat, sehingga

perencanaan dapat disusun bersama sesuai kebutuhan dan potensi yang

tersedia di masyarakat dan peternak.

3. Perlu pengiriman petugas untuk mengikuti pelatihan-pelatihan serta

mengadakan pelatihan-pelatihan perencanaan di tingkat Kabupaten.

4. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat peternakan akan pentingnya

memperhatikan kesehatan ternak.

5. Dilakukannya rapat koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan di

Tingkat Kabupaten agar perencanaan pembangunan peternakan dapat

sinergis dan terpadu.

6. Perlu dukungan dana agar program pemanfaatan lahan-lahan tidur dan

cadangan lahan produktif dapat dan cepat digunakan secara optimal.

7. Perlu penambahan jumlah medis dan para medis serta sarana dan

prasarana kesehatan hewan untuk lancarnya kegiatan pelayanan

kesehatan ternak masyarakat.

18
VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perencanaan yang sistematis, terpadu, sinergis dan berkelanjutan sangat

dibutuhkan, sehingga pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan sesuai

kebutuhan dan potensi yang tersedia di Bidang Peternakan dan kesehatan

hewan khususnya dan pada umumnya bidang bidang lain di Dinas

Pertanian dan Peternakan di Kabupaten Nagan Raya.

2. Good Governance dapat tercapai dengan perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan yang baik serta dengan adanya partisipasi masyarakat.

3. Sosialisasi dari perancang perencanaan kepada kelembagaan peternak

dan masyarakat akan menumbuhkan perencanaan buttom up yang benar.

B. Saran

1. Partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan agar perencanaan dan

pelaksanaannya tepat sasaran.

2. Agar semua perancang perencanaan dan semua instansi yang ada dapat

terkoordinir untuk menetapkan perencanaan yang senergik dan

berkelanjutan.

19
DAFTAR PUSTAKA

DPRD Kabupaten Nagan Raya. 2005. Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor : 2
Tahun 2005. DPRD Kabupaten Nagan Raya. Suka Makmue.

LGSP. 2006. Prinsip-prinsip Good Governance. Bahan Training dan Workshop.


Government Community Citizen Government Support Program. USAID.

. 2006. Millenium Development Goals (MDGs). Bahan Training dan


Workshop. Government Community Citizen Government Support
Program. USAID.

. 2006. Review dan Pengembangan Visi, Misi Dan Agenda. Bahan Training
dan Workshop. Government Community Citizen Government Support
Program. USAID.

. 2006. Bagaimana menyusun pagu anggaran indikatif. Bahan Training


dan Workshop. Government Community Citizen Government Support
Program. USAID.

. 2006. Penyusunan Indikator Kinerja. Bahan Training dan Workshop.


Government Community Citizen Government Support Program. USAID.

. 2006. Rancangan Pedoman Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja DPRD.


Bahan Training dan Workshop. Government Community Citizen
Government Support Program. USAID.

Mendagri. 1982. Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang pedoman


penyusunan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah.
Depdagri. Jakarta.

. 2006. Permendagri No 13 Tahun 2006. Departemen Dalam Negeri,


Direktorat Jendral Bina Administrasi Keuangan Negara. Jakarta.

20
21

You might also like