You are on page 1of 3

Nama: Jeni Gustina BB

No reg: 4115082035 Isp Pkn Regular 08

Pengantar ilmu politik, system politik, lembaga perwakilan dan pemilu dan sebagainya,
yang berkaitan dengan kebijaksanaan umum. Karena itu sebenarnya yang menjadi materi mata
kuliah “politik hukum” itu masih dalam poengembangan sesuai perjalanan mata kuliah itu
nantinya. Tetapi Utrecht mengatakan bahwa : perbuatan mencita-citakan hukum, yaitu
membayangkan hukum, adalah suatu perbuatan politik hukum, dan kami meragu-ragukan apakah
hukum yang dicita-citakan itu menjadi obyek ilmu hukum, menurut pendapat kami hukum yang
dicita-citakan itu adalah proyek ilmu politik.

Solly Lubis mengemukakan :

“politik hukum adalah kebijakan politik yang menentukan aturan hukum apa yang
seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam
hubungan dengan objek dari politik hukum. Utrecht (1983, 48) mengatakan:

“ hukum menjadi juga obyek politik, yaitu obyek dari politik hokum, politik hokum berusaha
membuat kaedah-kaedah yang akan menentukan bagaimana seharusnya manusia bertindak.
Politik hokum menyelidiki perubahan-perubahan apa yang harus diadakan dalam hokum yang
sekarang berlaku supaya menjadi sesuai dengan kenyataan social. Tetapi kadang-kadang juga
justru menjauhkan tata hukum dari kenyataan social. Yaitu dalam hal politik hokum itu menjadi
alat dalam tangan suatu “ ruling class” yang hendak menjajah bagian besar anggota masyarakat
tanpa memperhatikan kenyataan social itu. Politik hokum meneruskan perkembangan hokum
dengan berusaha melenyapkan sebanyaknya ketegangan antara positivitas dan realita social.
Tetapi kadang-kadang juga hasilnya menjadi sebaliknya, ketegangan antara positivitas dengan
realitas social justru lebih besar, karena “ ruling class “ kurang atau tidak mau memperhatikan
kenyataan sosial. Banyak para ahli yang mencoba menafsirkan politik hukum, walaupun tidak
secara jelas mengemukakan apa itu politik hukum tetapi dari materi dan uraian bab-bab tersebut
menunjukkan bahwa politik hukum itu ialah kebijaksanaan yang ditempuh negara dan
pemerintah Indonesia mengenai hukum mana yang harus diganti, hukum mana yang perlu
direvisi atau dibaharui, hukum mana yang perlu dibentuk, hukum mana yang perlu
dipertahankan atau ditunda pembentukannya untuk menunjang atau mendukung pembangunan
nasional baik pada PJP 1 maupun II sekarang ini. banyak istilah atau penamaan yang diberikan
pada negara-negara berkembang. J.W School (1980;31) mengemukakan bahwa untuk menyebut
negara-negara yang belum begitu maju dalam hal modernisasi, digunakan bermacam-macam
istilah, seperti negara sedang berkembang, negara kurang berkembang, negara miskin atau dunia
ketiga. Richard Lowenthal (1963) negara-negara berkembang atau belum berkembang ialah:
suatu negara dimana pendapatan setiap orang atau konsumsi perkapita terhadap barang-barang
tertentu, atau presentasi urbanisasi atau kemampuan membaca dan menulis masyarakatnya,
berada dibawah suatu tingkat minimum tertentu. Kebijaksanaan umum menurut Miriam Budiarjo
adalah:

“suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam
usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan itu. pada prinsipnya pihak
yang membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan itu mempunyai kekuasaan untuk
melaksanakannya”.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dimaksud adalah antara lain hukum yang ditetapkan


(karena kebijaksanaan umum lainnya disamping hukum, misalnya pengangkatan pejabat
pemerintah untuk menerima atau menolak kunjungan tokoh-tokoh politik dari luar dan dalam
negeri. politik hukum negara-negara berkembang tergantung pada faktor-faktor yang terdapat
pada negara-negara berkembang tersebut yang mendominasi sistem politiknya seperti cara
memperoleh kekuasaan bagi penguasanya terutama pimpinan eksekutifnya, dan cara mengangkat
pembantu-pembantu utamanya yang kesemuanya disebut sebagai faktor internal. dan yang
kedua, sesuai dengan namanya sebagai negara sedang berkembang yang berarti sedang
membangun maka politik hukumnya tergantung pada hubungannya dengan negara-negara maju
yang bertindak sebagai negara donor dan penanam modal dinegaranya itu disebut faktor external.
Kedua faktor tersebut sangat mendominasi politik hukum dinegara-negara berkembang tersebut.
selain itu ada beberapa variabel yang turut menentukan politik hukum negara-negara
berkembang. Variabel dimaksud adalah:

1. cara memperoleh kekuasaan bagi pimpinan eksekutif,

2. masa jabatan para pimpinan eksekutif, dan

3. cara mengangkat pembantu-pembantu utamanya,


Dilihat dari cara penguasa negara-negara berkembang menduduki jabatannya maka dapat
disebutkan bahwa politik hukum pada negara-negara berkembang umumnya ditentukan sepihak
oleh penguasa eksekutif dan diabdikan untuk kepentingan penguasa tersebut. banyak usaha atau
tindakan yang dilakukan penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya itu, misalnya pemilu
yang dicurigai curang dan dibarengi kekerasan atau intimidasi, penekanan pada kelompok-
kelompok penentangnya atau oposisi dengan membubarkan atau melemahkan partai-partai
politik. Cara lain dengan membatasi atau mengurangi kebebasan pers. Yang paling umum
mempertahankan kekuasaannya, penguasa negara-negara berkembang cenderung untuk
melemahkan atau memperkecil kekuasan dari badan legislatif dan eksekutifnya. Sejalan dengan
kecendrungan penguasa untuk mempertahankan kekuasaanya, maka muncul pula kecendrungan
mengangkat pembantu-pembantunya berdasarkan despotis bahlan nepotis memuluskan penguasa
melanggengkan kekuasaanya sehingga tercipta statusquo. maka disimpulkan bahwa politik
hukum pada negara berkembang umumnya ditentukan oleh penguasa eksekutifnya secra sepihak
karena penguasa eksekutiflah yang membuat kebujakan-kebijakan bagi negaranya meskipun
terkadang kebijakan itu dibuat untuk kepentingan sipenguasa saja dan ada kalanya dibumbui oleh
polesan legislatif dan dukungan rakyat banyak. politik hukum yang umumnya ditentukan sepihak
oleh penguasa eksekutif itu banyak tergantung dari faktor internal, yaitu kemampuan penguasa
mempertahankan kekuasaannya, mengangkat pembantu-pembantunya dan memelihara politik
patron klien yaitu mendukung politik hukum yang berlaku yang sesuai dengan keinginan
penguasa. dan hal lain yang ikut menentukan adalah pengaruh dari negara-negara maju dalam
mendukung penguasa tersebut melaksanakan pembangunan ekonomi negaranya maka tidak
heran banyak penguasa pemerintahan yang menjalin kerjasama dengan pihak asing dalam
berbagai bidang khususnya ekonomi. Hukum ditetapkan atau tidak ditetapkan, diubah atau tidah
diubah umunya tergantung para penguasa karena hukum sendiri ditetapkan badan legislatif
dengan persetujuan presiden. Konsep Robert P. Clark dan Belling & Totten yang mengatakan
bahwa Undang-undang dibuat tau tidak dibuat, dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidaklah
berdasarkan petunjuk dasar, seperti konstitusi tetapi menurut selera penguasa administratif dan
adanya pintu belakang yang terbuka untuk elit-elit tradisionil. Dan masalah kunci dalam
mempertahankan legitimasi dinegara-negara sedang berkembang adalah bagaimana
membedakan antara apa yang sebaiknya dilanjutkan dan apa yang sebaiknya diubah. ukuran
yang dipakai hendaknya pembangunan yang menyangkut semua aspek masyarakat.

You might also like