Professional Documents
Culture Documents
D U IH
TAN NDI UL K ELAT ATAN NDI L K ELATI ATAN
D U HA R ID UL EMB ODU S
P E OD ASI P ESEH PE ODUASI P SEH PENDURTIK P R
AN REP DIK M
H N MFORM AJA K LEH M ORM JA KE EH UL KPELA HATAN NDI ULU M IH
DAIAN IN I REM YA O DAANN INF REMA A OL ODMASI KESE H PE RIK AN PE
ER UKS BA UM ERI KSI BAY N MFOR AJA L E L KULATIH TAN R
D E
RO K S IKU PEM ROD
L B U
S A
E D IAN I I RE YA DU SI PE SEHA PE
N M O
I K M R A O RMA KE H M
DIDUL KUELATIHAATAN RNDIDIIKULPUEMBPERODUK SEB AN M
R N E P S
FO MAJA OLE AN
OD A SI P ESEH PE KURTIHA N RE IDI N K M D I
IN
AN SI RE AYA M D IAN I
M
OR AJA
K
L EH UL PELA HATA ND ULU MBE DUK EB LU MBER DUK R
M D I E E K E
RE YA O MO MAS KES H P URI HAN P REPR DIK RIK AN P REPR IK
O S U E O
B A AN NFOR MAJA OLE L K LATI TAN DI KU ATIH AN DID
E
S M DRIAN I SI RE AYA ODUASI PEESEHA PEN DULSI PEL SEHAT PEN MOD
LUEMBE ODUK SEB N MFORM AJA K LEH MOORMA JA KE EH DAN INFOR
N P REPR IK
D M DAIAN IN I REM YA O DANN INF REMA A OL UM ERIAN KSI R
R S A
TAN NDI ULU MBE DUK EB LUMBERI UKS BA IKULPEMB RODU SE
A I Y
P E RIK N PE EPRO IK S IKU PEM PROD SE UR IHAN REP DIK D
H KU ATIHA AN R DID UR IHAN N RE IDIK L K ELAT ATAN NDI M
ULSI PEL SEHAT EN DUL IKPELAT HATA END ODUASI P ESEH PE KULUEMBER
A KE H P O AS ESE P M R M JA K E H RI AN P REP
A E M M K H N L
A N INF REM A O L KULATIHATAN D
O
MA A OL AN INFO MAJA OLE
J R A
D
A Y M DRIAN SI RE AYA LUMBERIA UKSI BAY ODUASI PEESEH PENA
B LU MBE DUK EB IKU PEM ROD SE M ORM JA K EH D I
KU PE EPRO K S
I U R IHAN N REP IDIK DANN INF REMA A OL LUM BE
R
HA N
N R I K
D DUL I PELA HAT ND LUMBER UKS BA RIK N P EPRO
T A IA I Y U EM
D
EN MOORMASJA KESEEH PERIKUN PEMEPRODIK SEL KUELATIHAATAN RNDID
T A
HA
P
EH DAANN INFI REMA YA OLKURIKULUM L K U ATIHA DAN
A N R MODUL
D I D ODUASI P ESEH PE M
H AN IN
L T N
LUEM ER UKS BA ODUASI P ESEH PE N MFORM AJA
I E A K E
B E A N M O L D N
P MEPRO K S N MFORM AJA K LEH M D IAN I I RE YA LUMBERIA UK
Pelatihan Pemberian Informasi
D
AN
R
D IDI M DAIAN INSI REM YA OKULUEMBERODUKSSEBARIKUN PEMEPRODIK
R Kesehatan Reproduksi Remaja
A
PENIKULPUEMBERODUK SEB KURATIIHANAN REP IDIK UL KPUELATIHHATAN RNDID M
P R A
U R IHAN N REP IDIK DUL I PEL EHAT END OD ASI KESE PE DAN IN
P SEH
P E AN M OLEH PENDIDIK SEBAYA
K ELAT ATA ND O AS KES H P N M ORM JA LEH M RIAN S
M
OR AJA L E D A N INF REMA A O ULUEMBE ODUK
K E
L E H D IAN IN I REM YA O LUMBERIA UKSI BAY RIK AN P REPR IK
F
O ULUM BE DUK EBA IKU PEM PROD
R S
S E KULATIH TAN DID D
RIK PE EPRO K S
M
U R IHAN N RE IDIK DULSI PE SEHA PEN MO R
N
IHA AN R I D I UL K ELAT ATA ND MO MA KE H AN INFO
AT
L HA T N D O D I P SEH PE AN FOR AJA OLE D IAN I R
E A S E H D IN M U M ER UKS
ES H P N MFOR AJA A
E M K E L
E A N O LE U I N IR Y
MBER UKS BA IKU PEM ROD SE
A B
D M L
OL UM ERIAN KSI R BAYA IKUN PEM PROD K SE KURATIHANAN REP IDIKUR
I E
KU
L EMB ODU SE
L K URATIHA AN RE DIDI DUL I PEL EHAT END ULKPELA
N P P R K
HA N RE IDI ODUASI PE SEHA PEN MO
L T S
MA JA KE EH
S P OD ASI ES
TA ND M M JA K E H A N2008 R
FO MA O L N MFORM AJAK L
HA N
H PE DANN INFOREMA A OLE UM DERIAN KSI RE AYA M DAIAN INSI REM YAO
R JAKARTA, I
E UM ERIA KSI AY KUL EMB ODU SEB LU MBER DUK EBA DA
UL EMB ODU SEB URI AN P REPR IK IKUN PE PRO K S LUMBER
D R I
K
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN PENGELOLAAN
PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
OLEH PENDIDIK SEBAYA
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, BKKBN
Disiapkan oleh :
Drs. M. Masri Muadz, M.Sc.
Ir. Siti Fathonah, MPH.
DR. Syarbaini
Dra. Nina Mardiana, M.Ed.
Dra. Budiarti Utomo.
Dr. Umi Salamah
ISBN 978-979-15523-3-2
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmatNya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan
Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya.
Kurikulum dan modul ini disusun atas kerjasama Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak-hak Reproduksi BKKBN Pusat dengan Tim Penulis yaitu,
Pengelola Program KRR Provinsi, Yayasan Kesehatan Perempuan,
Universitas Atmajaya dan Widyaiswara BKKBN Pusat.
Dengan disusunnya kurikulum dan modul ini diharapkan dapat menjadi
acuan dasar dalam merancang dan melaksanakan pelatihan Pendidik
Sebaya. Selain itu kurikulum dan modul ini dapat dijadikan untuk
memperkaya referensi yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi
Remaja, khususnya untuk pemberdayaan tenaga-tenaga program di
lapangan.
Disadari bahwa Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi
Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya ini masih belum
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukan
bagi kesempurnaan kurikulum dan modul ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun Kurikulum
dan Modul pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
oleh Pendidik Sebaya, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua yang terlibat proses penyusunan modul ini, semoga
apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat bagi generasi yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN PEMBERIAN -
INFORMASI KRR OLEH PENDIDIK SEBAYA........................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Pelatihan............................................................................ 3
C. Peserta Pelatihan .......................................................................... 3
D. Pengalaman Belajar...................................................................... 4
E. Materi dan Struktur Materi............................................................ 4
F. Strategi Pelatihan Pendidik Sebaya .............................................. 5
G. Penilaian Pelatihan Pendidik Sebaya ........................................... 6
H. Modifikasi Kurikulum.................................................................... 6
I. Bina Suasana Pembelajaran.......................................................... 6
iii
B. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia ...................... 18
C. Dasar Kebijakan Teknis ................................................................ 20
D. Isu-isu Pokok Kesehatan Reproduksi Remaja ................................ 21
E. Arah Kebijakan Program KRR ....................................................... 22
iv
MODUL ENAM : KETERAMPILAN HIDUP
(LIFE SKILLS)
A. Pendahuluan.................................................................................. 77
B. Pengertian ..................................................................................... 78
C. Empati dan Kesadaran Diri............................................................. 80
D. Komunikasi dan Hubungan Interpersonal...................................... 81
E. Pengambilan Keputusan dan pemecahan masalah......................... 81
F. Berfikir Kreatif dan Berfikir Kritis................................................... 81
G. Menanggulangi Masalah Emosional dan Mengatasi Stres.............. 81
H. Beberapa Keterampilan yang perlu dipelajari................................. 82
PENUTUP ........................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 100
v
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN
PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
OLEH PENDIDIK SEBAYA
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah remaja pada tahun 2007 umur 10-
24 tahun di Indonesia berdasarkan Proyeksi Penduduk Remaja tahun
2000-2025 yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA
terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah perkiraan Penduduk
Indonesia sebanyak 222 juta. Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat
kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi. Remaja
perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa subur
baru mencapai 29,0% dan 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-
laki yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual
sekali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja
perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah
masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan
dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah
melakukan hubungan seksual pra nikah masing-masing mencapai 48,6%
dan 46,5% (SKRRI 2002-2003).
Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga bulan
Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah
mencapai 8.914 orang, dimana separuh dari kasus AIDS ini adalah
kelompok remaja (umur 15-19=2,7%, umur 20-29=54,7%) (Depkes-
Maret 2007).
Dari sisi lain, Jumlah penyalahguna Narkoba sebesar 1,5% dari penduduk
Indonesia atau 3, 2 juta penduduk Indonesia didapati sebagai
penyalahguna NAPZA. 78% diantaranya adalah remaja kelompok umur
20-29 tahun (BNN tahun 2006).
Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, Pemerintah (cq. BKKBN)
telah melaksanakan dan mengembangkan Program Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) yang merupakan salah satu program pokok pembangunan
B. Tujuan Pelatihan
1. Pembelajaran Umum
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Pendidik Sebaya KRR
tentang program Kesehatan Reproduksi Remaja dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan PIK-KRR
2. Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini :
a. Peserta memahami konsep Kerangka Tegar Remaja dalam
pengelolaan Program KRR.
b. Peserta memahami kebijakan teknis Program Kesehatan
Reproduksi Remaja.
c. Peserta memahami tentang seksualitas dalam lingkup Kesehatan
Reproduksi Remaja.
d. Peserta memahami tentang HIV dan AIDS.
e. Peserta memahami tentang Napza.
f. Peserta memahami tentang Keterampilan Hidup (Life Skills).
g. Peserta memahami informasi tentang panduan pemberian
informasi KRR.
C. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan bagi Pendidik Sebaya adalah dari kalangan remaja dan
kalangan organisasi kepemudaan yang aktif dalam kegiatan sosial
dilingkungannya, misalnya aktif di Karang Taruna, Pramuka, OSIS,
Pengajian, PKK dan lain-lain.
JUMLAH JAM
NO MATERI
T P L JML
A. DASAR
1. Kebijakan 2 2
2. Konsep Pengembangan Kerangka Tegar
Remaja dan Pengelolaan PIK-KRR 2 2
B. INTI
3. Seksualitas 4 2 6
4. HIV dan AIDS 4 2 6
5. NAPZA 2 2 4
6. Life Skill 2 2 4
7. Panduan Kerja Pendidik Sebaya 2 6 8
C. PENUNJANG
8. Bina Suasana 2 2 2
9. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 2 2 2
JUMLAH 22 12 6 36
Catatan :
1. Waktu Pelatihan 36 JP (1 JP =45’)
2. Lama Pelatihan 3 hari efektif
3. T=Teori, P= Praktik, L = Lapangan
PERSIAPAN
KELAS LAPANGAN
Rapat persiapan
Bina Suasana Observasi,
Penyiapan TOR (Pencairan) aplikasi teori
Penentuan di lapangan
Fasilitasi
pengajar, lokasi, Materi: Penyampaian
waktu dan informasi KRR
peserta - Dasar
oleh Pendidik
- Inti
Pemanggilan Sebaya
F. Strategi Pelatihan Pendidik Sebaya
peserta - Penunjang
5
G. Penilaian Pelatihan Pendidik Sebaya
1. Penilaian yang dilakukan
Penilaian terhadap peserta :
a. Pre-test dan post-test: untuk mengukur pengetahuan peserta
Pelatihan
b. Pengamatan selama Pelatihan oleh tim fasilitator: untuk mengukur
sikap dan keterampilan peserta
c. Penugasan dan praktik: untuk mengukur keterampilan dilihat dari
aspek psikomotorik
Penilaian terhadap narasumber/fasilitator:
Selama Pelatihan peserta akan diberikan kesempatan untuk menilai
performance narasumber/fasilitator.
Penilaian terhadap penyelenggaraan Pelatihan:
Penilaian meliputi, sarana, prasarana, akomodasi serta aspek
pendukung lain selama Pelatihan.
2. Kriteria keberhasilan
Ukuran keberhasilan dalam pelatihan ini apabila peserta menunjukkan
peningkatan kemampuan, semangat belajar yang tinggi dan terlibat
aktif selama pelatihan. Pelatihan dinilai berhasil apabila menunjukkan
peningkatan kemampuan peserta minimal 75%.
H. Modifikasi Kurikulum
Kurikulum ini bisa dimodifikasi dan dapat dikembangkan sesuai
kebutuhan, situasi dan kondisi lapangan atau dengan menambah muatan
lokal tanpa mengurangi tujuan Pelatihan.
I. Bina Suasana Pembelajaran
1. Tujuan
Untuk mencairkan suasana pelatihan, agar setiap peserta dapat bebas
berpartisipasi mengemukakan pendapat.
2. Jenis-jenis kegiatan atau permainan
Jenis-jenis kegiatan/permainan yang dapat digunakan dalam pelatihan
Pendidik Sebaya:
a. Mengingat nama
Tujuan : peserta dapat mengenal nama sesama peserta serta
Langkah-langlah :
y Semua peserta diminta berdiri membentuk lingkaran, dan
fasilitator turut serta berdiri di antara mereka.
y Fasilitator menyampaikan tujuan kegiatan, yaitu untuk
refreshing dan menghilangkan kejenuhan.
y Fasilitator berdiri di tengah lingkaran dan mengatakan bahwa
“ saya adalah paman veto. Semua orang harus tunduk pada
perintah saya apabila saya mengatakan demikian “ Paman veto
A. Pendahuluan
Arah kebijakan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah
mewujudkan Tegar Remaja, dalam rangka Tegar Keluarga untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera sebagai misi Keluarga
Berencana Nasional. Sebagaimana diketahui saat ini jumlah remaja usia
15-24 tahun di Indonesia berjumlah sekitar 64 juta atau 28,64% dari
jumlah penduduk Indonesia 224 juta jiwa (proyeksi penduduk Indonesia
tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS, UNFPA 2005). Remaja sangat rentan
terhadap resiko Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA). Perilaku
Seksual sekitar 40% remaja menyatakan secara terbuka bahwa mereka
mempunyai teman yang mereka tahu pernah melakukan hubungan
seksual, bahwa atas dasar norma yang dianut 89% remaja tidak setuju
seks pra nikah, namun kenyataannya 82% remaja punya teman yang telah
melakukan seks pranikah, sekitar 66% remaja punya teman yang hamil
sebelum menikah.
Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga bulan
Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Kasus AIDS mencapai 8.914 orang,
dimana separuh dari kasus AIDS ini adalah kelompok remaja (usia 15-19
tahun = 2,7 %, usia 20-29 th = 54,7%). data ini merupakan fenomena
gunung es, artinya data tersebut hanya yang dilaporkan, namun
kenyataannya dari data ini dapat dikalikan dengan 10 kali atau 100 kali
dari data yang dilaporkan. Jumlah penyalahguna NAPZA (Narkotika,
B. Tujuan
Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU)
1.Peningkatan assets/capabilities
2.Pengembangan
resources/opportunities
3 second chance
TR
Risk factors
ARH dengan faktor pendukung
Program KRR tanpa faktor pendukung
A. Pendahuluan
Sejak konfresnsi internasional tentang kependudukan dan pembangunan
(ICPD) pada tahun 1994, masyarakat internasional secara konsisten
mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang KRR yang benar
dan pelayanan Kesehatan Reproduksi termasuk konseling. Masyarakat
internasional juga telah mengingatkan kembali bahwa hak dan tanggung
jawab orang tua adalah membimbing, termasuk tidak menghalangi anak
remajanya, untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan dan informasi
yang mereka butuhkan tentang Kesehatan Reproduksi yang baik.
1. Tujuan
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mempelajari materi ini, peserta akan memahami kebijakan
teknis Kesehatan Reproduksi Remaja.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mempelajari materi ini peserta dapat:
1. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, mempersiapkan kehidupan
berkeluarga, menjadi teladan bagi remaja lainnya dalam rangka
mendukung tercapainya KELUARGA BERKUALITAS.
Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
kesehatan reproduksi.
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
TRIAD KRR.
b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
penundaan usia kawin dan norma keluarga kecil.
c. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
program KRR agar mampu berperan sebagai Pendidik Sebaya dan
Konselor Sebaya.
d. Meningkatkan dukungan dan komitmen dari sektor pemerintah,
swasta, LSM dan kelompok-kelompok remaja, untuk mendukung
program KRR di semua tingkatan
2. Sasaran
a. Sasaran dilihat dari substansi program Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR)
y Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
kesehatan reproduksi.
SEKSUALITAS
A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang
teknologi informasi, permasalah remaja yang terkait dengan kesehatan
reproduksinya semakin kompleks. Hal ini tentu akan mempengaruhi status
kesehatan reproduksi para remaja yang pada gilirannya akan berdampak
terhadap kualitas generasi dimasa mendatang.
Seksualitas 25
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa proses konseling kepada remaja
yang mengalami masalah seksualitas menjadi sangat sensitif dan
kompleks. Tidak hanya mencakup masalah moral dan agama saja, tetapi
juga masalah keharmonisan komunikasi dalam keluarga serta nilai-nilai
dalam masyarakat setempat.
1. Tujuan
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta akan dapat lebih
memahami tentang seksualitas dalam lingkup Kesehatan Reproduksi
Remaja.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta akan dapat :
a. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang tumbuh kembang
remaja yang meliputi pengertian seksualitas, pubertas, menstruasi,
mimpi basah, orientasi seksual dan kelainan perilaku seksual.
b. Menjelaskan tentang sistem (anatomi, fungsi dan proses) Alat
Reproduksi.
c. Menjelaskan konsekwensi hubungan seks pra nikah.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi ini meliputi :
a. Tumbuh Kembang Remaja
b. Sistim (Anatomi, Fungsi dan Proses) Alat Reproduksi
c. Konsekwensi Hubungan Seks Pranikah
B. Pengertian Seksualitas
Seksualitas adalah semua yang berhubungan dengan manusia sebagai
makhluk seksual. (emosi, kepribadian, sikap, dll). Kata seksualitas berasal
dari kata dasar seks, yang memiliki beberapa arti, yaitu:
26 Seksualitas
masyarakat/budaya tertentu (misalnya perempuan-lembut, laki-laki
kasar).
2. Reproduksi Seksual: Membuat bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu laki
maupun perempuan bisa menghasilkan bayi dengan kondisi-kondisi
tertentu. Bagian tubuh itu disebut alat atau organ reproduksi. Organ
reproduksi laki-laki dan perempuan berbeda karena punya fungsi yang
berbeda.
3. Organ reproduksi: organ reproduksi laki-laki dan perempuan terdiri
atas organ bagian luar dan bagian dalam. Organ reproduksi perempuan
antara lain vagina dan rahim; sedangkan organ laki-laki antara lain
penis dan testis.
4. Rangsangan Atau Gairah Seksual: rangsangan seksual dapat
disebabkan perasaan tertarik sekali (seperti magnit) pada seseorang
sehingga terasa ada getaran “aneh” yang muncul dalam tubuh.
5. Hubungan Seks: Hubungan seks (HUS) terjadi bila dua individu saling
merasa terangsang satu sama lain (dapat terjadi pada lain jenis maupun
pada sejenis) sampai organ seks satu sama lain bertemu dan terjadi
penetrasi.
6. Orientasi seksual (sexual orientation) adalah kecenderungan
seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin.
Ada empat orientasi seksual :
a. Heteroseksual (tertarik pada jenis kelamin yang berbeda).
b. Homoseksual (tertarik pada jenis kelamin yang sama: gay pada
laki-laki, lesbian pada perempuan).
c. Biseksual (tertarik pada dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan).
d. Transeksual (tertarik dengan sesama jenis dengan mempunyai sifat
yang bertolak belakang dengan kondisi fisiknya)
7. Kelainan Perilaku Seksual (sexual disorders) adalah kecenderungan
seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku
tertentu. Misalnya:
a. Vayourisme : memperoleh kepuasan seksual dengan cara
mengintip
b. Fetihisme : memperoleh kepuasan seksual dengan
menggunakan benda-benda mati untuk
merangsang
Seksualitas 27
c. Sadisme : memperoleh kepuasan seksual dengan melukai/
menyiksa pasangannya.
d. Machosisme : memperoleh kepuasan seksual dengan melukai
diri sendiri.
1. Pubertas
Masa puber adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan
struktur tubuh: dari anak-anak menjadi dewasa. Masa pubertas ditandai
dengan kematangan organ-organ reproduksi, baik organ reproduksi
primer (produksi sperma, sel telur) maupun sekunder (kumis, rambut
kemaluan, payudara, dll).
Kapan Awal Masa Pubertas
a. Awal masa puber berkisar antara 13-14 tahun pada laki-laki, dan
11-12 tahun pada perempuan (lebih cepat daripada laki-laki).
Pubertas berakhir sekitar umur 17-18 tahun.
b. Batasan umur ini tidak mutlak karena kondisi tubuh masing-masing
orang berbeda-beda. Ada laki-laki atau perempuan yang mengalami
masa puber lebih cepat, ada yang terlambat.
c. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah gizi,
lingkungan keluarga, dll. Karena perubahan yang terjadi banyak
dan cepat, perasaan dan emosi remaja akan terpengaruh (lihat
perubahan psikologis).
Apa Yang Terjadi Pada Masa Pubertas
a. Tubuh mengalami perubahan kerja hormon Perubahan terjadi
karena hypothalamus (pusat pengendali utama otak) bekerja sama
dengan kelenjar bawah otak mengeluarkan hormon-hormon
tertentu, antara lain hormon estrogen dan testosteron.
b. Pada perempuan, yang dominan adalah hormon estrogen dan pada
laki-laki yang dominan adalah hormon testosteron.
28 Seksualitas
c. Pada perempuan, hormon estrogen membuat seorang anak
perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah remaja. Sedangkan
hormon progesteron efeknya yang utama adalah melemaskan otot-
otot halus, meningkatkan produksi zat lemak di kulit, mempertebal
dinding di dalam rahim dan merangsang kelenjar-kelenjar agar
mengeluarkan cairan pemupuk bagi sel telur yang dibuahi.
d. Pada laki-laki, hormon testosteron dihasilkan oleh kelenjar prostat.
Hormon ini ada di dalam darah dan mempengaruhi alat-alat dalam
tubuh serta menyebabkan terjadinya beberapa pertumbuhan seks
primer. Karena di masa puber hormon-hormon seksual berkembang
dengan pesat, remaja sangat mudah terangsang secara seksual. Pada
laki-laki, reaksi dorongan seks adalah mengerasnya penis (ereksi).
Karena belum stabilnya hormon di dalam tubuh, ereksi bisa muncul
tanpa adanya rangsangan seksual. Kondisi yang sering kali muncul
secara tak terduga ini bisa membuat remaja laki-laki salah tingkah
(kebingungan menyembunyikan tonjolan di celana gara-gara
ereksi).
2. Perubahan fisik pada perempuan
Hormon estrogen dan progesteron mulai berperan aktif akan
menimbulkan perubahan fisik, seperti tumbuh payudara, panggul
mulai melebar dan membesar, mulai tumbuh bulu-bulu halus di sekitar
ketiak dan vagina dan akan mengalami haid atau menstruasi.
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang
banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina.
Menstruasi dimulai saat pubertas, berhenti sesaat waktu hamil atau
menyusui, dan berakhir saat menopause, ketika seorang perempuan
berumur sekitar 40-50 tahun. Di Indonesia, menopause terjadi rata-
rata di atas usia 50 tahun.
Proses Menstruasi
Ovarium bayi perempuan yang baru lahir mengandung ratusan ribu
sel telur, tetapi belum berfungsi. Ketika pubertas, ovariumnya mulai
berfungsi dan terjadi proses yang disebut siklus menstruasi (jarak antara
hari pertama menstruasi bulan ini dengan hari pertama menstruasi
bulan berikutnya).
Dalam satu siklus dinding rahim menebal sebagai persiapan jika terjadi
kehamilan (akibat produksi hormon-hormon oleh ovarium). Sel telur
Seksualitas 29
yang matang akan berpotensi untuk dibuahi oleh sperma hanya dalam
24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan
mati dan terjadilah perubahan pada komposisi kadar hormon yang
akhirnya membuat dinding rahim tadi akan luruh disertai perdarahan,
inilah yang disebut menstruasi, Menstruasi yang pertama disebut
menarche.
Kapan menstruasi terjadi ?
Kira-kira umur 9 tahun (paling lambat kira-kira 16 tahun). Variasi Ini
terjadi karena proses pertumbuhan setiap orang berbeda-beda.
Menstruasi biasanya terjadi setelah buah dada mulai membesar, rambut
tumbuh di seputar alat vital dan di ketiak, dan vagina mengeluarkan
cairan keputih-putihan.
Berapa lama masa menstruasi berlangsung ?
Rata-rata masa menstruasi berlangsung empat sampai lima hari. Namun
ada juga yang mengalami haid hanya tiga hari, ada juga yang sampai
satu minggu.
Apakah akan terjadi berulang-ulang ?
Ya. Menstruasi akan terus selama sel telur yang matang tidak dibuahi
sperma.
Bagaimana menghitung siklus menstruasi ?
Pada kebanyakan perempuan, siklus haid berkisar antara 28 sampai
29 hari. Namun demikian, siklus yang berlangsung dari 20 sampai 35
hari masih dianggap normal. Siklus menjadi teratur setelah tahun
pertama dan seterusnya.
a. Siklus menstruasi pada setiap orang tidak sama. Siklus menstruasi
yang normal sekitar 24–31 hari tetapi ada juga yang kurang atau
lebih dari siklus menstruasi yang normal. Siklus ini tidak selalu
sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh
beberapa faktor, misalnya gizi, stres dan usia. Pada masa remaja
biasanya emang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju
atau mundur beberapa hari. Pada masa remaja, hormon-hormon
seksualnya belum stabil.
b. Semakin dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur,
walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres
atau kelelahan.
30 Seksualitas
c. Biasanya paling lambat setelah satu tahun sejak menstruasi pertama,
siklus menstruasi sudah mulai teratur. Namun bisa juga tidak,
karena dipengaruhi oleh kondisi emosional atau oleh perubahan
kebiasaan.
d. Bila masa haid tetap tidak teratur sampai dua tahun sejak mulai
pertama haid, maka harus segera menghubungi dokter.
3. Perubahan fisik pada laki-laki
Hormon testosteron akan membantu tumbuhnya bulu-bulu halus
disekitar ketiak, kemaluan, wajah (janggut dan kumis), terjadi
perubahan suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya jerawat dan mulai
diproduksinya sperma yang pada waktu-waktu tertentu keluar sebagai
mimpi basah.
Mimpi Basah secara alamiah sperma akan keluar saat tidur, sering
pada saat mimpi tentang seks, disebut ’mimpi basah’. Mimpi basah
sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi.
Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus-menerus diproduksi, perlu
dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja
laki-laki.
Proses mimpi basah
a. Sperma yang telah diproduksi akan dikeluarkan dari testis melalui
saluran/vas deferens kemudian berada dalam cairan mani yang ada
di vesicula seminalis .
b. Sperma disimpan dalam kantung mani, jika penuh akan secara
otomatis keluar, dan jika tidak terjadi pengeluaran sperma ini akan
diserap kembali oleh tubuh.
c. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar setiap 2–
3 minggu.
d. Mereka yang sudah dewasa/menikah jarang mengalami mimpi
basah karena mereka teratur mengeluarkannya melalui hubungan
seksual dengan pasangan/istri.
4. Perubahan psikologis pada laki-laki dan perempuan
a. Perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga
dengan lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja
sangat sensitif.
b. Remaja jadi sering bersikap irasional, mudah tersinggung, bahkan
stres.
Seksualitas 31
Ciri-ciri tingkah prilaku remaja yang sedang puber :
y Mulai meninggalkan ketergantungan kepada keluarga dan
ketenangan masa kecil.
y Butuh diterima oleh kelompoknya.
y Mulai banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman
sebaya.
y Mulai mempelajari sikap serta pandangan yang berbeda antara
keluarganya dengan lingkungan sekitar (tentang moral,
seksualitas, dll).
y Mulai menghadapi konflik dan harus memutuskan apa saja
norma yang harus diambil dari lingkungan sekitar, serta berapa
banyak ajaran orang tuanya yang harus dia tolak.
y Mulai muncul kebutuhan akan privasi.
y Mulai muncul kebutuhan keintiman dan ekspresi erotik.
y Mulai memperhatikan penampilan.
y Tertarik pada lawan jenis.
y Ingin menjalin hubungan yang lebih dekat pada lawan jenisnya.
32 Seksualitas
a. Ovarium (indung telur)
Yaitu organ di kiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbrae (umbai-
umbai) dan terletak di rongga pinggul indung telur berfungsi
mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri
dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah
sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh
sperma sehingga terjadi janin. Bila tidak dibuahi, akan ikut keluar
bersama darah pada saat menstruasi.
b. Fimbrae (umbai-umbai)
Dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan.Umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap ovum yang dikeluarkan indung telur.
c. Tuba Falopi (saluran telur)
Yaitu saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk dilalui
oleh ovum dari indung telur menuju rahim. Ujungnya adalah
fimbrae.
d. Uterus (rahim)
Yaitu tempat calon bayi dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat
gepeng dan berat normalnya antara 30 - 50 gram. Pada saat tidak
hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung.
e. Cervix (leher rahim)
Yaitu bawah rahim bagian luar yang ditetapkan sebagai batas penis
masuk ke dalam vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahim
membuka sehingga bayi dapat keluar.
f. Vagina (lubang senggama)
Yaitu sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter dinding
depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis
dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada waktu
bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
g. Mulut vagina
Yaitu awal dari vagina, merupakan rongga penghubung rahim
dengan bagian luar tubuh. Lubang vagina ini ditutupi oleh selaput
dara. Hymen (selaput dara) yaitu selaput tipis yang terdapat di muka
liang vagina. Selaput dara tidak mengandung pembuluh darah.
Seksualitas 33
2. Organ Reproduksi Laki-Laki
Berikut adalah gambaran organ reproduksi laki-laki beserta penjelasan
fungsinya.
a. Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pembuangan sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis
kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompakan
ke penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut ereksi
(lihat bagian ereksi).
b. Glans
Adalah bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi bagian glans
disebut foreskin (Preputium). Dibeberapa negara memiliki
kebiasaan membersihkan daerah sekitar preputium ini atau yang
dikenal dengan sunat. Sunat dianjurkan karena memudahkan
pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena
infeksi, radang dan beberapa macam kanker.
c. Uretra (saluran kencing)
Yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni dan air mani. Mulut
uretra adalah awal dari saluran kencing / uretra.
d. Vas deferens (saluran sperma)
Adalah saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke
prostat. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ±
2,5 mm.
e. Epididimis
Adalah saluran-saluran yang lebih besar dari vas deferens.
34 Seksualitas
Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
Sperma yang dihasilkan oleh testis akan berkumpul di Epididymis.
f. Testis (pelir)
Berjumlah dua buah untuk mereproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron.
Testis berada di dalam scrotum, di luar rongga panggul karena
pertumbuhan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari
pada suhu tubuh.
Sperma yaitu sel yang berbentuk seperti berudu berekor hasil dari
testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila
bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
g. Scrotum
Adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis. Scrotum
mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut
dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
h. Kelenjar prostat
Yaitu kelenjar yang menghasilkan hormon lakilaki (testosteron).
i. Vesikula seminalis
Berfungsi menghasilkan sekaligus menampung cairan mani sebagai
media pengantar sperma.
j. Kandung kencing
Adalah tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal
(air seni).
3. Kehamilan
Pengertian
Kehamilan merupakan suatu bentuk alamiah reproduksi manusia, yaitu
proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel telur perempuan
dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana
merupakan cikal bakal janin, dan berkembang didalam rahim sampai
akhirnya dilahirkan sebagai bayi.
a. Kondisi yang Menyebabkan Kehamilan
Usia Subur yaitu usia dimana seorang individu secara seksual sudah
matang, pada umur yang bervariatif untuk pria dan wanita. Untuk
pria dimulai sejak diproduksinya sperma, biasanya ditandai dengan
Seksualitas 35
mimpi basah. Untuk perempuan dimulai sejak diproduksinya sel
telur, ditandai dengan terjadinya menstruasi.
Menopause (berakhirnya usia subur) adalah saat tidak
diproduksinya lagi sel telur pada perempuan. Menopause terjadi
pada usia sekitar 40-50 tahun.
Pada laki-laki dikenal dengan nama andropause, yaitu tidak
diproduksinya lagi sperma. Pada andropause produksi testosteron
menurun, bukan berhenti. Usia terjadinya andropause lebih variatif
(bisa di atas 60 bahkan 70an). Variasi usia menopause dan
andropause disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor
genetis maupun gizi.
Melakukan Hubungan Seksual yaitu mempertemukan alat kelamin
laki-laki dan perempuan hingga terjadi penetrasi.
Pertemuan Sperma dan Ovum
Kehamilan diawali dengan keluarnya sel telur yang telah matang dari
indung telur. Sel telur yang matang (yang berada di saluran telur)
yang bertemu sperma (yang masuk) akan menyatu membentuk sel
yang akan bertumbuh (zygote). Baik sel telur maupun sel sperma harus
berada dalam kondisi sehat.
Zygote akan membelah dari satu sel menjadi dua sel lalu membelah
menjadi 4 sel dan seterusnya berkembang sambil bergerak menuju
rahim. Sesampainya di rahim hasil konsepsi tersebut akan
menanamkan diri pada dinding rahim(uterus), sel yang tertanam
tersebut disebut embrio. Jika embrio tersebut bertahan hingga dua
bulan untuk selanjutnya dia akan disebut janin (fetus) sampai pada
saat bayi dilahirkan.
b. Tanda-Tanda Kehamilan
1). Tidak datang haid
2). Pusing dan muntah pada pagi hari
3). Buah dada membesar
4). Daerah sekitar puting susu menjadi agak gelap
5). Perut membesar
6). Terdengar detak jantung janin
7). Ibu merasakan gerakan bayi
8). Teraba bagian bayi
36 Seksualitas
9). Terlihatnya janin melalui pemeriksaan USG
c. Keadaan Ideal Untuk Hamil
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil atau mempunyai anak
ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik,
kesiapan mental/emosi/ psikologis dan kesiapan sosial-ekonomi.
y Kesiapan fisik
Yaitu apabila seorang perempuan telah menyelesaikan
pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun
y Kesiapan mental/emosional/psikologis
Bila seorang perempuan dan pasangannya merasa telah ingin
mempunyai anak dan merasa telah siap menjadi orang tua
termasuk mengasuh dan mendidik anaknya.
y Kesiapan sosial-ekonomi
Bila orangtua sudah siap memenuhi kebutuhan-kebutuhan
seperti: makan minum, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan
pendidikan bagi anaknya.
Meskipun seorang remaja perempuan telah melampaui usia
20 tahun tetapi jika ia dan pasangannya belum mampu
memenuhi kebutuhan sandang pangan dan tempat tinggal bagi
keluarganya maka ia belum dapat dikatakan siap untuk hamil
dan melahirkan.
Apa yang terjadi jika kamu menikah/hamil pada usia sangat
muda (di bawah 20 tahun) ?
Perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun sedang berada
di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena
tubuhnya belum berkembang secara maksimal, maka perlu
dipertimbangkan hambatan/kerugian antara lain:
1). Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan
kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. Ini berdampak
pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan
2). Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami
ketidakteraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada
keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat pada
kematian
3). Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia
muda (di bawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan
Seksualitas 37
munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan belum
sempurnanya perkembangan dinding rahim.
d. Perawatan Kehamilan
Selama kehamilan pemeriksaan ke bidan atau dokter minimal
dilakukan sebanyak 4 kali.
y Pemeriksaan pertama dilakukan paling tidak pada akhir minggu
ke 16 (bulan keempat kehamilan) untuk melihat adanya
penyakit (anemia, penyakit menular seksual, malaria).
Dianjurkan pemberian tablet zat besi dan imunisasi TT pertama
pada ibu hamil.
y Pemeriksaan kehamilan kedua dilakukan pada bulan ke 6 atau
ke 7 dari kehamilan.
y Pemeriksaan kehamilan ketiga dilakukan pada bulan ke 8,
untuk kemungkinan keracunan kehamilan dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah, kaki dan tangan (ada atau tidaknya
pembengkakan), keluhan pusing dan pandangan kabur, serta
mulai merencanakan tempat dan penolong persalinan.
y Pemeriksaan kehamilan keempat dilakukan pada bulan ke 9,
yaitu dengan memeriksa posisi atau letak bayi dan sekali lagi
memastikan tempat dan penolong persalinan.
e. Persalinan
Persalinan yang berisiko tinggi dapat terjadi apabila:
y Terlalu muda (usia ibu hamil kurang dari 20 tahun).
y Terlalu tua (usia ibu hamil lebih dari 35 tahun).
y Terlalu banyak (jumlah anak sudah lebih dari 3 orang).
y Terlalu dekat (jarak kehamilan kurang dari 3 tahun).
y Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk (persalinan
macet, operasi, lahir mati, lahir prematur, kehamilan kembar,
atau mengalami keguguran 3 kali berturut-turut ).
y Adanya kelainan letak bayi dalam kandungan.
f. Beberapa tanda bahaya kehamilan dan persalinan
1). Bila tanda-tanda ini muncul perlu dilakukan rujukan ke rumah
sakit dimana persalinan harus segera ditolong tenaga medis.
2). Terjadi perdarahan.
3). Pengeluaran cairan pada kehamilan.
38 Seksualitas
4). Pucat dan berat badan kurang dari 45 Kg.
5). Gejala kejang yang timbul tiba-tiba.
6). Pembengkakan di tubuh terutama pada kaki, pandangan kabur,
dan sering sakit kepala.
7). Tekanan darah yang meningkat.
8). Demam dengan temperatur suhu diatas 38 derajat celcius.
g. Pasca Persalinan
a. Perawatan bayi
Segera menyusui setelah melahirkan, berikan ASI yang pertama
keluar (disebut kolostrum dan berwarna kuning) pada bayi
karena mengandung zat kekebalan dari ibu.
Memberikan imunisasi kepada bayi karena imunisasi dapat
melindungi bayi dari bahaya terserang penyakit menular seperti
difteri, batuk rejan, tetanus, polio, TBC dan campak.
Memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, kemudian
baru makanan tambahan yang mengandung gizi yang baik
sesuai dengan umur bayi.
b. Apa yang perlu diketahui tentang ASI?
Air Susu Ibu yang pertama keluar (Kolostrum) dan berwarna
kuning merupakan susu yang bersih dan makanan yang paling
cocok untuk bayi, serta mengandung kadar zat kekebalan untuk
melindungi bayi dari penyakit menular.
ASI mengandung gizi yang bernilai tinggi untuk pertumbuhan
dan kecerdasan bayi.
ASI mudah dicerna dan dihisap, tidak menyebabkan susah
buang air besar dan alergi, selalu bersih dan segar serta
mempunyai suhu yang sesuai untuk bayi dan anak. Juga dapat
langsung diminum setiap saat dibutuhkan.
ASI dapat menjalin hubungan batin yang erat bagi bayi dan
ibunya.
Pemberian ASI secara eksklusif (tanpa memberikan makanan
tambahan apapun) diberikan sampai bayi berumur 6 bulan.
c. Perawatan ibu
Melakukan perawatan payudara untuk membantu keberhasilan
ibu dalam menyusui bayinya (memperlancar dan
memperbanyak ASI).
Seksualitas 39
Makan hidangan bergizi terutama yang mengandung banyak
zat besi. Jika dirasakan kurang maka perlu mengkonsumsi
tablet zat besi yang dosisnya menurut anjuran petugas medis.
Menjaga kebersihan diri, tetapi sebaiknya tidak melakukan
cara-cara tradisional yang berbahaya misalnya meletakkan
abu yang sudah dipanaskan pada luka vagina.
Melakukan senam secara teratur setelah persalinan.
Melakukan pemeriksaan pasca persalinan kepada mereka
yang ahli.
h. Pengaturan Kehamilan
Alasan perlunya pengaturan kehamilan
y Memulihkan kesehatan dan kesiapan fisik setelah melahirkan.
y Dapat merencanakan kehamilan berikutnya.
y Meningkatkan konsentrasi untuk mengasuh anak.
y Merencanakan kesiapan ekonomi.
Cara mengatur kehamilan
y Alat dan Obat kontrasepsi (alokon) digunakan pada program
keluarga berencana untuk menunda, mengatur jarak dan mencegah
terjadinya kehamilan.
y Remaja sebenarnya tidak membutuhkan alokon, tetapi pada
beberapa kasus di mana terjadi remaja telah seksual aktif, atau
pernah melakukan aborsi biasanya dilakukan konseling untuk
mencari jalan keluarnya.
y Setelah melalui proses konseling, dapat diketahui perilaku remaja
tersebut dan bila memang sulit untuk dihentikan aktifitas seksualnya
dan tidak/belum mau menikah maka dapat dipertimbangkan
konseling untuk penggunaan alokon. Konselor harus memiliki
pengetahuan mengenai seluruh metode kontrasepsi beserta
jenisnya, indikasi, kontraindikasi, cara kerja, efektivitas, efek
samping, waktu penggunaan dan cara penggunaan yang benar.
Mengapa remaja tidak dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi ?
y Ada jenis alat kontrasepsi tertentu (misalnya IUD) tidak boleh
digunakan pada rahim yang belum pernah hamil karena dapat
merusak dinding rahim.
y Secara mental remaja yang menggunakan alokon akan merasa
bahwa dia dapat berperilaku seksual aktif tanpa risiko kehamilan
40 Seksualitas
dalam arti dia akan permisif terhadap perilaku tersebut dan akan
sangat mudah terjadi gonta-ganti pasangan, padahal semua alokon
tetap punya angka kegagalan dan hubungan seksual tidak hanya
berakibat kehamilan tetapi juga terkena IMS (Penyakit Menular
Seksual).
y Lebih baik bila jalan keluar yang dipilih adalah pengendalian
dorongan seksual, menikah atau mengalihkan ke aktifitas lain yang
lebih positif.
Seksualitas 41
Alasan remaja memilih aborsi :
a. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
b. Takut pada kemarahan orangtua.
c. Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
d. Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum nikah.
e. Tidak mencintai pacar yang menghamili.
f. Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat
perkosaan, terlebih bila pemerkosa tidak dikenal oleh si remaja putri.
Mengapa aborsi cenderung dilakukan dengan usaha ‘Self treatment’ ?
Aborsi di Indonesia illegal, sehingga remaja yang mengalami KTD
tidak dapat mengakses pelayanan aborsi.
Tenaga medis tidak mau mengambil risiko melakukan aborsi kecuali
atas indikasi medis.
Tidak semua remaja mencoba pergi ke dukun karena takut konsekuensi
negatif dari layanan yang tidak higienis dan tidak profesional.
Mereka mencoba usaha-usaha self-treatment karena percaya pada
cerita atau pengalaman orang lain (biasanya teman/sahabat mereka)
dan mempercayai bahwa usaha-usaha itu akan berhasil menggugurkan
kandungan mereka.
Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, bahkan dapat
menyebabkan kematian, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi
medis, misalnya dengan cara :
Penggunaan ramuan yang membuat panas rahim seperti nanas muda
yang dicampur dengan merica atau obat-obatan yang keras lainnya.
Manipulasi fisik, seperti melakukan pijatan pada rahim agar janin
terlepas dari rahim.
Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril (misalnya ujung
bambu yang diruncingkan, daun alang-alang) yang dapat
mengakibatkan infeksi pada rahim.
Dampak aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan,
serta dampaknya dapat berakibat baik secara fisik maupun psikologis.
Dampak fisik: Aborsi yang dilakukan secara sembarangan (oleh mereka
yang tidak terlatih) dapat menyebabkan kematian bagi ibu hamil.
42 Seksualitas
Perdarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah
tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian wanita yang
melakukan aborsi.
Dampak psikologis: Perasaan bersalah seringkali menghantui pasangan
khususnya perempuan setelah mereka melakukan tindakan aborsi.
Konseling mutlak diperlukan kepada pasangan sebelum mereka
memutuskan aborsi. Tindakan aborsi harus diyakini sebagai tindakan
terakhir jika alternatif lain sudah tidak dapat diambil.
Apa akibat yang timbul bila aborsi dilakukan secara tidak aman ?
a. Pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologis/
syaraf di kemudian hari. Pendarahan juga dapat mengakibatkan
kematian.
b. Infeksi alat reproduksi karena kuretasi yangdilakukan secara tidak
steril. Hal tersebut dapat membuat perempuan mengalami
kemandulan.
c. Risiko terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan
dinding rahim akibat kuretasi. Hal tersebut dapat menyebabkan
kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat seluruhnya.
d. Terjadinya fistula genital traumatis. Fistula genital adalah timbulnya
suatu saluran/hubungan yang secara normal tidak ada antara saluran
genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang menyerang organ
kelamin seseorang dan sebagian besar ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina,
oral maupun anal.
Jenis-jenis IMS
a. Gonore/GO (Kencing nanah)
Penyebab: Bakteri Neisseria Gonorrhea.
Masa inkubasi: 2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh.
Gejala pada pria:
y Dari uretra (lubang kencing) keluar cairan berwarna putih,
kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri.
y Mulut uretra bengkak dan agak merah
Seksualitas 43
Gejala pada wanita:
y Terdapat keputihan (cairan vagina), kental, berwarna kekuningan
y Rasa nyeri di rongga panggul
y Rasa sakit waktu haid
Akibat:
y Penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan
y Infeksi mata pada bayi yang dilahirkan
y Memudahkan penularan HIV
y Lahir muda, cacat bayi, lahir mati
b. Sifilis (Raja Singa)
Penyebab: Bakteri Treponema Pallidum
Masa inkubasi: 2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah
kuman masuk ke tubuh melalui hubungan seksual.
Gejala:
y Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri biasanya tunggal, kadang-
kadang bisa sembuh sendiri
y Bintil/bercak merah di tubuh, tanpa gejala klinis yang jelas
y Kelainan syaraf, jantung, pembuluh darah dan kulit
Akibat:
Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan berat pada otak
dan jantung Selama masa kehamilan dapat ditularkan pada bayi
dalam kandungan dan dapat menyebabkan keguguran, lahir cacat
memudahkan penularan HIV
c. Herpes Genitalis
Penyebab: Virus Herpes Simplex
Masa inkubasi: 4-7 hari setelah virus masuk ke tubuh, dimulai
dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk.
Gejala:
y Bintil-bintil berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada
kemaluan
y Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak,
lalu hilang sendiri
y Gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri pada
tahap awal, biasanya hilang dan timbul, kambuh apabila ada
44 Seksualitas
faktor pencetus (misalnya stres) dan menetap seumur hidup
Akibat:
y Rasa nyeri berasal dari syaraf
y Dapat ditularkan kepada bayi pada waktu lahir
y Dapat menimbulkan infeksi baru, penularan pada bayi dan
menyebabkan lahir muda, cacat bayi dan lahir mati
y Memudahkan penularan HIV
y Kanker leher rahim
d. Trikomonas Vaginalis
Penyebab: Sejenis Protozoa Trikomonas Vaginalis
Masa inkubasi: 3-28 hari setelah kuman masuk ke tubuh
Gejala:
y Cairan vagina (keputiihan encer, berwarna kuning kehijauan,
berbusa dan berbau busuk
y Bibir kemaluan agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa dan
terasa tidak nyaman
Akibat:
y Kulit seputar bibir kemaluan lecet
y Dapat menyebabkan bayi prematur
y Memudahkan penularan HIV
e. HIV dan AIDS
Penjelasan detail dapat dilihat pada bahan ajar tentang HIV dan
AIDS.
Pencegahan IMS
y Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali
y Menjalankan perilaku seksual yang sehat
y Menghindari berhubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan
y Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
berisiko tinggi
y Memeriksakan segera bila ada gejala-gejala IMS yang dicurigai.
Yang terbaik bagi remaja agar tidak terkena IMS adalah :
y Menghindari melakukan hubungan seksual sebelum menikah
y Melakukan kegiatan-kegiatan positif (menghilangkan keinginan
Seksualitas 45
melakukan hubungan seksual)
y Mencari informasi yang benar sebanyak mungkin tentang risiko
tertular IMS
y Meningkatkan ketahanan moral melalui pendidikan agama
y Mendiskusikan dengan orang tua, guru atau teman sebaya
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seksual,
jangan malu untuk bertanya
y Menolak ajakan pasangan yang meminta untuk melakukan
hubungan seksual
y Mengendalikan diri saat bermesraan
y Bersikap waspada jika diajak ke suatu tempat yang sepi dan
berbahaya.
Pengobatan
IMS yang disebabkan oleh bakteri dapat disembuhkan, sedangkan
IMS yang disebabkan oleh virus tidak.
Satu-satunya cara adalah berobat ke dokter atau tenaga kesehatan.
Jika kita terkena IMS, pasangan kita juga harus diperiksa dan diobati,
serta jangan mengobati diri sendiri.
Patuhi cara pengobatan sesuai petunjuk yang diberikan oleh dokter
atau tenaga kesehatan untuk memastikan kesembuhan. Hindari
hubungan seksual selama masih ada keluhan/gejala. Bila hamil,
beritahukan dokter atau tenaga kesehatan.
Bagaimana cara pengobatan IMS yang benar ?
Sebelum pengobatan dilakukan, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa
tubuh sudah dijangkiti IMS. Periksa ke dokter atau laboratorium.
46 Seksualitas
MODUL
EMPAT
A. Pendahuluan
Jumlah remaja yang cukup besar dengan permasalahan yang semakin
kompleks harus menjadi perhatian Pemerintah dan masyarakat terutama
dengan perilaku remaja yang cenderung berisiko. Oleh karena itu para
remaja perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang
kesehatan reproduksi, termasuk substansi tentang HIV dan AIDS, agar
remaja lebih bertanggungjawab terhadap kehidupan reproduksinya.
Bahan pembelajaran HIV dan AIDS ini diperlukan sebagai materi yang
diberikan kepada para peserta Pelatihan Calon Pendidik Sebaya KRR
sebagai modal dalam memberi informasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja kepada teman sebayanya. Diharapkan dengan
penguasaan materi ini para peserta Pelatihan mempunyai pengetahuan
dan wawasan yang luas sebagai Pendidik Sebaya serta dapat membantu
teman sebaya dalam memahami dan mendalami bebagai hal yang
berkaitan dengan HIV dan AIDS. Mengingat para remaja sangat
membutuhkan informasi tentang HIV dan AIDS maka pengetahuan ini
merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh pendidik sebaya
kesehatan reproduksi remaja.
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah Pelatihan selesai diharapkan para peserta dapat menguasai dan
memahami pengetahuan tentang HIV dan AIDS.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian tentang HIV dan AIDS
2. Menjelaskan proses penularan HIV dan AIDS
NAPZA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan remaja yang terkait dengan
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah penyiapan tenaga Konselor KRR
yang memiliki pemahaman dan penguasaan akan Kesehatan
Reproduksi. Dan sebagaimana kita ketahui, Kesehatan Reproduksi
Remaja mempunyai muatan yang kita kenal sebagai triad KRR yakni
Seksualitas, HIV dan AIDS dan Napza.
Oleh karenanya, materi Napza ini diposisikan sebagai bacaan yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Pelatihan Konseling KRR
disamping buku/bacaan lainnya.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta memahami dan
mengerti tentang Napza.
a. Tujuan Pembelajaran Khusus :
y Menjelaskan tentang pengertian Napza.
y Menyebutkan tentang jenis-jenis narkotika, psikotropika dan
miras termasuk efek samping, gejala-gejala keracunan
(intoksikasi), gejala putus obat.
y Menjelaskan tentang penyalah gunaan, pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan Napza.
y Menjelaskan tentang berbagai mitos disekitar napza.
B. Pengertian NAPZA
a. Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Zat Additif lainnya) zat
NAPZA 59
kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral
(melalaui mulut), dihirup (melalui hidung). Kata lain yang sering
dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan
berbahaya lainnya).
b. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
c. Pecandu adalah orang yang menggunakan / menyalah gunakan
narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik
secara fisik maupun psikis.
d. Ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk menggunakan
narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus narkotika
apabila penggunaan dihentikan.
e. Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa
sepengetahuan dan pengawasan dokter.
f. Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
g. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika
dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat.
60 NAPZA
Efek samping yang ditimbulkan :
Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan
penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan
ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit
infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam
hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena
overdosis.
Gejala putus obat :
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah
dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu
pemakaian kontinyu atau pemberian antagonis narkotik.
Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua
atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi
beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama,
antara lain:
kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea
lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi
takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan
hipertermia.
Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat
putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang
parah, seperti penyakit jantung.
Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah candu.
2. Alkohol
Alkohol terdapat dalam minuman keras
(MIRAS). Minuman keras terbagi dalam
3 (tiga) golongan yaitu:
a. Gol. A berkadar Alkohol 01%-05%
b. Gol. B berkadar Alkohol 05%-20%
c. Gol. C berkadar Alkohol 20%-50%
Beberapa jenis minuman beralkohol dan
kadar yang terkandung di dalamnya:
a. Bir, Green Sand 1% - 5%
b. Martini, Wine (Anggur) 5% - 20%
c. Whisky, Brandy 20% -55%.
NAPZA 61
Efek samping yang ditimbulkan :
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan
segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda,
tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah
yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan
lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih
dan kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut:
merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan
terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara
berlebihan) muncul akibat ke fungsi fisik-motorik, yaitu bicara cadel,
pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa
sampai tidak sadarkan diri. kemampuan mental mengalami hambatan,
yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu.
Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol
tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan
diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak
ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil
dalam keadaan mabuk.
Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah
kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan
otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat - obatan
berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi,
efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan
kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar.
3. Jenis- Jenis Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai
dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara
berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi
62 NAPZA
para pemakainya.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan
pembatasn pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga
menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun
psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan
yaitu psikotropika golongan I, psikotropika golongan II, psikotropika
golongan III dan psikotropika golongan IV. Psikotropika yang sekarang
sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika
golongan I, diantaranya yang dikenal dengan ecstasi dan psikotropik
golongan II yang dikenal dengan nama shabu-shabu.ss
a. Ecstasy
Ecstacy mulai bereaksi setelah 20
sampai 60 menit diminum. Efeknya
berlangsung maksimum 1 jam.
Seluruh tubuh akan terasa melayang.
Kadang-kadang lengan, kaki dan
rahang terasa kaku, serta mulut rasanya
kering. Pupil mata membesar dan
jantung berdegup lebih kencang.
Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul
kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis
reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan
timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal
dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong,
rileks dan “asyik”. Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-
angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita
akan merasa sangat lelah dan tertekan.
b. Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap
(menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna
putih dan dinamai “Lates”. Getah ini dibiarkan mengering pada
permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah
diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak.
Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu
NAPZA 63
kasar mengandung bermacam-macam
zat-zat aktif yang sering disalah-gunakan.
Candu masak warnanya coklat tua atau
coklat kehitaman. Diperjual belikan
dalam kemasan kotak kaleng dengan
berbagai macam cap, anatara lain ular,
tengkorak, burung elang, bola dunia, cap
999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya
dengan cara dihisap.
c. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/
candu mentah. Morfin merupaakan
alkaloida utama dari opium
(C17H19NO3). Morfin rasanya pahit,
berbentuk tepung halus berwarna putih
atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakaiannya dengan cara dihisap dan
disuntikkan.
d. Heroin (Putaw)
Heroin mempunyai kekuatan yang dua
kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling
sering disalahgunakan orang di
Indonesia pada akhir-akhir ini. Heroin,
yang secara farmakologis mirip dengan
morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan
mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan
pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap
tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek
analgesik dan euforik-nya yang baik
e. Codein
Codein termasuk garam atau turunan dari opium / candu. Efek
codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk
menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam
bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan
64 NAPZA
f. Demarol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina.
Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan
suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan
cairan tidak berwarna.
g. Methadon
Saat ini Methadone banyak digunakan orang
dalam pengobatan ketergantungan opioid.
Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid.
4. Zat Adiktif Lainnya
Adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam
bentuk tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
secara langsung atau tidak langsung yang
mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik,
mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan berbahaya
ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan
Psikotropika atau zat-zat baru hasil olahan manusia
yang menyebabkan kecanduan. Contoh: lem dan whipped cream.
D. Penyalahgunaan NAPZA
Pengertian Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan
dan penelitian. Tujuannya adalah untuk ebaikan manusia. Namun
berbagai jenis obat tersebut kemudian disalahgunakan untuk mencari
kenikmatan sementara atau mengatasi persoalan sementara.
Penyalahgunaan NAPZA adalah Pemakaian NAPZA yang bukan untuk
tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau
pengawasan dokter. Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus.
Penyalahgunaan NAPZA menyebabkan ketagihan/kecanduan atau
ketergantungan baik secara fisik/jasmani maupun mental emosional,
bahkan menimbulkan gangguan fisik mental emosional dan fungsi sosial.
Biasanya penyalahgunaan menghasilkan akibat yang serius, dan dalam
beberapa kasus, bisa fatal atau mengakibatkan kematian dan tentunya
kerugian sosial dan ekonomi yang luar biasa.
NAPZA 65
Tahapan Pengguna
Karena bermula dari rasa ingin tahu, senangsenang/hura-hura, pemakai
seringkali pada awalnya berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba
saja tidak mungkin kecanduan atau ketagihan. Kenyataannya, walaupun
hanya coba-coba (experimental user) derajat pemakaian tanpa disadari
akan meningkat (intensive user), dan pada akhirnya akan menjadi sangat
tergantung pada obat tersebut (compulsary user).
Tahap pemakai narkoba dapat dibedakan dalam:
a. Pemakai coba-coba
Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui oleh
kelompoknya.
b. Pemakai sosial/rekreasi
Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai,
umumnya dilakukan dalam kelompok.
c. Pemakai situasional
Biasanya untuk menghilangkan rasa ketegangan, kesedihan, atau
kekecewaan.
d. Pemakai ketergantungan
Biasanya sudah tidak dapat melalui hari tanpa mengkonsumsi NAPZA.
Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA
a. Internal
Individul yang paling berperan menentukan apakah ia akan atau tidak
akan menjadi pengguna NAPZA. Keputusannya dipengaruhi oleh
dorongan dari dalam maupun luar dirinya.
Dorongan dari dalam biasanya menyangkut kepribadian dan kondisi
kejiwaan seseorang yang membuatnya mampu atau tidak mampu
melindungi dirinya dari penyalahgunaan NAPZA. Dorongan dari
dalam atau motivasi tersebut merupakan predisposisi untuk
menggunakan obat, misalnya ingin mencoba-coba, pendapat bahwa
NAPZA bisa menyelesaikan masalahnya, dan seterusnya. Hal lain
adalah adanya masalah pribadi, seperti stres, tidak percaya diri, takut,
ketidak mampuan mengendalikan diri, serta tekanan mental dan
psikologis menghadapi berbagai persoalan.
Kepribadian tidak begitu saja terbentuk dari dalam individu melainkan
juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam sejak kecil dalam
66 NAPZA
keluarga (enkulturasi) dan sosialisasi baik dari keluarga maupun
lingkungan masyarakat.
Kemampuan membentuk konsep diri (self concept), sistem nilai yang
teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi, merupakan beberapa ciri
kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah
terpengaruh atau terdorong menggunakan NAPZA.
Faktor-faktor individual penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
y Keingin tahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir
panjang mengenai akibatnya
y Keinginan untuk mencoba-coba karena “penasaran”
y Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
y Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya (fashionable)
y Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
(konformitas)
y Lari dari kebosanan, masalah atau kegetiran hidup
y Adanya pemahaman yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali
tidak akan menimbulkan ketagihan
y Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari
lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
y Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA
b. Eksternal
Faktor eksternal adalah masyarakat dan lingkungan sekitar yang tidak
mampu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA,
bahkan membuka “kesempatan” pemakaian NAPZA.
Yang dimaksud dengan faktor “kesempatan” adalah adanya situasi-
situasi “permisif” (memungkinkan) untuk memakai NAPZA di waktu
luang, di tempat rekreasi seperti diskostik, dan pesta.
Lingkungan pergaulan dan lingkungan sebaya merupakan salah satu
pendorong kuat untuk menggunakan NAPZA. Keinginan untuk
menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok (konformitas), diakui
(solidaritas), dan tidak dapat menolak tekanan kelompok (peer
pressure) merupakan hal-hal yag mendorong penggunaan NAPZA.
Dorongan dari luar adalah ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan
terhadap individu untuk memakai NAPZA sementara individu tidak
dapat menolaknya.
Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang
NAPZA 67
memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara
langsung maupun tidak langsung mendorong pemakaian NAPZA.
Dilain pihak, masyarakat tidak mampu mengendalikan bahkan
membiarkan penjualan dan peredaran NAPZA, misalnya karena
lemahnya penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas,
bisnis narkotika yang terorganisir dan keuntungan yang menggiurkan.
NAPZA semakin mudah diperoleh dimana-mana dengan harga
terjangkau. Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan
menggunakan NAPZA memudahkan terjadinya penggunaan dan
penyalahgunaan NAPZA
c. Kandungan Zat dalam NAPZA
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, maka secara
fisik dan psikologis (sugesti) orang tersebut tidak dapat lagi hidup
normal tanpa ada zat-zat NAPZA di dalam tubuhnya.
Apabila zat-zat NAPZA tidak berada lagi dalam tubuh penyalahguna
NAPZA, secara fisik ia akan merasa kesakitan dan sangat tidak nyaman.
Kesakitan danpenderitaannya hanya akan berhenti ketika zat-zat
tersebut kembali berada dalam tubuhnya.
Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nikmat yang biasa ia rasakan
ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya dalam bentuk
perubahan perasaan dan pikiran. Ketika kenikmatan itu tidak ada,
pikiran dan perasaannya hanya terfokus pada kebutuhan tersebut.
Pikiran dan perasaannya kembali tenang ketika zat tersebut kembali
ada dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan “kenikmatan” bagi
pemakainya mendorong terjadinya pemakaian berulang, pemakaian
berkepanjangan, dan ketergantungan karena peningkatan dosis
pemakaian yang terus bertambah. Lingkaran setan seperti inilah yang
menyebabkan ketergantungan.
Dampak Penyalahgunaan
1. Fisik
Efek NAPZA bagi tubuh tergantung pada jenis NAPZA, jumlah/dosis,
frekuensi pemakaian, cara menggunakan (apakah digunakan
bersamaan dengan obat lain),faktor psikologis (kepribadian, harapan
dan perasaan saat memakai), dan faktor biologis (berat badan, dan
kecenderungan alergi).
Secara fisik organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistim
syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, organ-organ
68 NAPZA
otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera (karena yang
dipengaruhi adalah susunan syaraf pusat). Pada dasarnya
penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh
organ tubuh hingga adanya gangguan bahkan kematian, seperti:
a. Gangguan pada sistim syaraf (neurologis), seperti kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi;
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler),
seperti infeksi akut otot jantung dan ganguan peredaran darah;
c. Gangguan pada kulit (dermatologis), seperti: adanya nanah, bekas
suntikan atau sayatan, dan alergi;
d. Gangguan pada paru-paru, seperti: kesukaran bernafas, pengerasan
jaringan paru-paru, dan penggumpulan benda asing yang terhirup;
e. Gangguan pada darah: pembentukan sel darah terganggu;
f. Gangguan pencernaan (gastrointestinal): mencret, radang lambung
& kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati, pengerasan dan
pengecilan hati;
g. Gangguan sistim reproduksi, seperti gangguan fungsi Seksual
sampai kemandulan, gangguan fungsi reproduksi, ketidak teraturan
menstruasi, serta cacat bawaan pada janin yang dikandung;
h. Gangguan pada otot dan tulang, seperti peradangan otot
akut,penurunan fungsi otot (akibatalkohol);
i. Terinfeksi virus Hepatitis B dan C, serta HIV, akibat pemakaian
jarumsuntik bersama-sama dengan salah satu penderita. Saat ini
terbukti salahsatu sebab utama penyebaran HIV yang pesat, terjadi
melalui pertukaranjarum suntik di kalangan pengguna NAPZA
suntik (Injecting Drug Users =IDU) ;
j. Kematian sudah terlalu banyak terjadi akibat pemakaian NAPZA,
terutama karena pemakaian berlebih (Over Dosis = OD) dan
kematiankarena AIDS serta penyakit lainnya.
2. Psikologis
a. Ketergantungan fisik dan psikologis kadangkala sulit dibedakan,
karena pada akhirnya ketergantungan psikologis lebih
mempengaruhi.
b. Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat
berpikir danberperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya
dipengaruhi oleh zat yang dipakainya.
NAPZA 69
c. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering dialami oleh
mereka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain adalah: depresi,
paranoid, percobaan bunuh diri, melakukan tindak kekerasan, dan
lain-lain.
d. Gangguan kejiwaaan ini bisa bersifat sementara tetapi juga bisa
permanen karena kadar kergantungan pada NAPZA yang semakin
tinggi.
e. Gangguan psikologis paling nyata ketika pengguna berada pada
tahap compulsif yaitu berkeinginan sangat kuat dan hampir tidak
bisa mengendalikan dorongan untuk menggunakan NAPZA.
Dorongan psikologis untuk memakai dan memakai ulang ini sangat
nyata pada pemakai yang sudah kecanduan.
f. Banyak pengguna sudah mempunyai masalah psikologis sebelum
memakai NAPZA dan penyalahgunaan NAPZA menjadi pelarian
atau usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut.
g. NAPZA tertentu justru memperkuat perasaan depresi pada
pengguna tertentu. Demikian pula ketika mereka gagal untuk
berhenti. Depresi juga akan dialami karena sikap dan perlakuan
negatif masyarakat terhadap para pengguna NAPZA.
h. Gejala-gejala psikologis yang biasa dialami para pengguna NAPZA
adalah :
Keracunan (Intoksikasi)
Adalah suatu keadaan ketika zat-zat yang digunakan sudah mulai
meracuni darah pemakai dan mempengaruhi perilaku pemakai,
misalnya tidak lagi bisa berbicara normal, berpikir lambat dan lain-
lain. Perilaku orang mabuk adalah salah satu bentuk intoksikasi
NAPZA.
Peningkatan Dosis (Toleransi)
Yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang
membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk memperoleh
efek yang sama setelah pemakaian berulang kali. Dalam jangka
waktu lama, jumlah atau dosis yang digunakan akan meningkat.
Toleransi akan hilang jika gejala putus obat hilang.
Gejala Putus Obat (“Withdrawal syndrome”)
Adalah keadaan dimana pemakai mengalami berbagai gangguan
fisik dan psikis karena tidak memperoleh zat yang biasa ia pakai.
Gejalanya antara lain gelisah, berkeringat, kesakitan, mual-mual.
70 NAPZA
Gejala putus obat menunjukkan bahwa tubuh membutuhkan zat
atau bahan yang biasa dipakai. Gejala putus obat akan hilang ketika
kebutuhan akan zat dipenuhi kembali atau bila pemakai sudah
terbebas sama sekali dari ketergantungan pada zat/obat tertentu.
Perlu diketahui bahwa menangani gejala putus obat bukan berarti
menangani ketergantungannya pada obat. Gejala putus obatnya
selesai, belum tentu ketergantungannya pada obatpun selesai.
Ketergantungan (dependensi)
Adalah keadaan dimana seseorang selalu membutuhkan zat/obat
tertentu agar dapat berfungsi secara wajar, baik fisik maupun
psikologis. Pemakai tidak lagi bisa hidup wajar tanpa zat/obat-
obatan tersebut.
3. Sosial
Dampak sosial menyangkut kepentingan lingkungan masyarakat yang
lebih luas diluar diri para pemakai itu sendiri, yaitu: keluarga, sekolah,
tempat tinggal, bahkan bangsa. Penyalahgunaan NAPZA yang semakin
meluas merugikan masyarakat diberbagai aspek kehidupan mulai dari
aspek kesehatan, sosial psikologis, hukum, hingga ekonomi.
4. Aspek Kesehatan
Dalam aspek kesehatan, pemakaian NAPZA sudah pasti menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan para pemakai.
Tetapi penyalahgunaan NAPZA tidak hanya berakibat buruk pada
diri para pemakai tetapi juga orang lain yang berhubungan dengan
mereka. Pemakaian NAPZA melalui pemakaian jarum suntik bersama
misalnya, telah terbukti menjadi salah satu penyebab meningkatnya
secara drastis penyebaran HIV dan AIDS di masyarakat, selain penyakit
lain seperti Hepatitis B dan C.
Beberapa jenis NAPZA yang sangat popular saat ini seperti Putaw dan
Shabu-shabu juga digunakan dengan cara menyuntikan ke dalam tubuh
(disamping ditelan atau dihirup).
Penggunaan NAPZA melalui jarum suntik bergantian adalah salah satu
cara paling efisien untuk menularkan
HIV dan AIDS di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Sementara itu, data menunjukkan bahwa mereka yang terkena AIDS
melalui NAPZA yang menggunakan jarum suntik secara bergantian
dan seks tidak aman, sebagian besar adalah mereka yang berusia muda
dan produktif. Apa yang akan terjadi pada bangsa ini bila sebagian
NAPZA 71
penduduk mudanya yang produktifnya sakit dan meninggal karena
NAPZA dan AIDS.
5. Aspek Sosial dan Psikologis
Tekanan berat pada orang-orang terdekat pemakai, seperti: saudara,
orang tua, kerabat, teman.
Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil harus menanggung beban
sosial dan psikologis terberat menangani anggota keluarga yang sudah
terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA.
6. Aspek Hukum dan Keamanan
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak perilaku
menyimpang seperti perkelahian, tawuran, kriminalitas, pencurian,
perampokan, dan perilaku seks berisiko, dipengaruhi atau bahkan
dipicu oleh penggunaan NAPZA.
Pemakai NAPZA seringkali tidak dapat mengendalikan diri dan
bersikap sesuai dengan norma-norma umum masyarakat.
Perilaku menyimpang ini jelas mengganggu ketenteraman dan
kenyamanan masyarakat yang terkena imbas perilaku penyalahgunaan
NAPZA, misalnya dengan terjadinya berbagai perilaku kriminal.
Pemakai NAPZA yang sulit mengendalikan pikiran dan perilakunya
juga mudah menyakiti (pada kasus-kasus tertentu bahkan membunuh)
dirinya sendiri maupun orang lain.
7. Aspek Ekonomis
Aspek ekonomis dari penyalahgunaan NAPZA sudah sangat nyata
yaitu semakin berkurangnya sumber daya manusia yang potensial dan
produktif untuk membangun negara.
Para pemakai NAPZA tidak membantu, tetapi justru menjadi beban
bagi negara. Bukan hanya dalam bentuk ketiadaan tenaga dan
sumbangan produktif, tetapi negara justru harus mengeluarkan biaya
sangat besar untuk menanggulangi persoalan penyalahgunaan NAPZA.
Perawatan dan penanganan para pemakai NAPZA tidaklah murah.
Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan jelas
meningkat dengan meningkatnya masalah kesehatan akibat pemakaian
NAPZA.
Perkiraan biaya tersebut terus menerus meningkat dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya antara lain karena meningkatnya epidemi HIV dan
jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun.
72 NAPZA
E. Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA
1. Pencegahan (preventif)
a. Mengurangi pasokan (Supply Reduction)
Biasanya berkaitan dengan langkahlangkah penegakan hukum
terhadap penanaman atau pembuatan NAPZA, pengolahan,
pengangkutan serta peredaran dan perdagangan NAPZA.
Kemauan politis untuk mengurangi pemasokan tidak selalu ada,
terutama di negara-negara penghasil tanaman illegal (bahan dasar
NAPZA). Kalaupun ada kemauan politis untuk menindak secara
hukum pihak-pihak yang terlibat dalam pemasokan, maka
kesulitannya adalah menghadapi perlawanan dari pihak-pihak yang
mengambil manfaat besar dari pemasokan (sindikat).
Berbagai upaya lain untuk mengurangi pemasokan NAPZA masih
dan sedang dilakukan diberbagai negara seperti penggantian jenis
tanaman, perundang undangan mengenai NAPZA dan persetujuan
internasional dan multilateral.
Pengurangan pasokan tidak akan berhasil selama perdagangan
NAPZA mampu menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan
selama upaya tidak ada upaya pengurangan permintaan.
Pengurangan pasokan bisa berhasil bila dimulai di akar-akar
persoalan: penegakan hukum, pemberantasan korupsi,
pengembangan ekonomi, dan lain-lain.
b. Mengurangi permintaan (Demand Reduction)
Biasanya dilakukan dalam bentuk upaya preventif dan kuratif.
Upaya preventif atau pencegahan biasanya berbentuk pendidikan
mengenai bahaya NAPZA maupun penyediaan alternatif kegiatan
lain agar orang tidak memakai NAPZA.Upaya ini juga mencakup
terapi pada pengguna untuk mengurangi konsumsi mereka.
Pendidikan mengenai NAPZA dan dampak buruknya biasanya
ditujukan pada masyarakat umum, generasi muda melalui program
di sekolah maupun di luar sekolah, dan pada para pengguna
NAPZA sendiri.
Pendidikan yang lebih berhasil adalah yang memandang kecanduan
sebagai penyakit, dan karenanya pengguna NAPZA membutuhkan
dukungan dan terapi.
Dengan simpati dan empati (bukan berarti menyetujui) terhadap
pengguna NAPZA sebagai “korban”dari sebuahsituasi (sosial,
NAPZA 73
ekonomi, politik, dan lain-lain) yang tidak harmonis, maka terapi
bisa lebih berhasil.
Terapi yang berhasil, terutama terhadap ketergantungan NAPZA,
memerlukan lebih dari sekedar detoksifikasi atau pembersihan
racun-racun NAPZA dari dalam darah, melainkan pemahaman
menyeluruh terhadap setiap individu pemakai (jenis yang dipakai,
lama memakai, karakteristik individu, dan lain-lain) sehingga dapat
dilakukan pendekatan terapi yang sesuai dengan karakter dan
masalah setiap individu.
Perlu diingat terapi biasanya tidak cukup satu kali, tetapi bisa
berulang karena jarang sekali seorang pecandu berhasil langsung
berhenti samasekali setelah menjalani terapi.
Perawatan pengguna NAPZA tidak hanya akan membantu pasien
sendiri, melainkan juga berguna bagi masyarakat karena akan
meningkatkan fungsi sosial dan psikologis, mengurangi kriminalitas
dan kekerasan, dan mengurangi penyebaran AIDS, selain juga akan
sangat mengurangi berbagai kerugian biaya karena penyalahgunaan
NAPZA.
c. Mengurangi dampak buruk (Harm Reduction)
Adalah sebuah upaya jangka pendek untuk mencegah dampak
buruk yang lebih luas dari penggunaan NAPZA. Strategi ini terutama
diarahkan pada pencegahan dampak buruk meluasnya penyebaran
HIV dan AIDS melalui penggunan NAPZA dengan jarum suntik.
Dasar pemikirannya adalah kenyataan bahwa NAPZA tidak dapat
diberantas dalam waktu cepat dan dalam waktu dekat ini.
Ketersediaan NAPZA dan keadaan sosial yang melahirkan
permintaan akan NAPZA mengakibatkan permintaan pada NAPZA
akan berlangsung terus.
Strategi ini meliputi beberapa tahap: mulai dari mendorong
pengguna untuk berhenti menggunakan NAPZA jika belum dapat
berhenti, mendorong pengguna berhenti menggunakan cara
menyuntik NAPZA kalau belum dapat berhenti dengan cara
menyuntik, memastikan ia tidak berbagi/bertukar semua peralatan
suntiknya dengan pengguna lain bila masih belum dapat
menghentikan cara berbagi, memastikan (mendorong dan melatih)
para pengguna untuk menyucihamakan peralatan setiap kali
menyuntik.
74 NAPZA
Selama upaya penggurangan dampak buruk ini dilakukan,
pengguna tidak ditempatkan sebagai penerima pelayanan yang
pasif, melainkan dilibatkan secara aktif dalam pencegahan dampak
buruk NAPZA bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk dapat
melakukan hal ini, dibutuhkan berbagai cara pendekatan kepada
kelompok-kelompok pengguna.
Program-program pengurangan dampak buruk pada dasarnya
bertujuan merubah perilaku, meliputi: penyediaan informasi untuk
menyadarkan pengguna mengenai berbagai risiko panggunaan
NAPZA; pengalihan NAPZA dengan obat/zat pengganti yang lebih
aman (metadon); pendidikan penjangkauan oleh pendidik sebaya;
penyebaran jarum suntik suci hama dan pembuangan jarum suntik
bekas; konseling dan tes HIV di antara pengguna NAPZA;
memperbesar peluang pemberian layanan kesehatan bagi para
pengguna NAPZA.
2. Penyembuhan (kuratif)
Yaitu usaha penanggulangan yang bersifat sekunder, artinya
penanggulangan yang dilakukan pada saat penggunaan sudah
terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini
biasanya ditangani oleh lembaga professional di bidangnya yaitu
lembaga medis seperti klinik, rumah sakit, dokter. Fase ini biasanya
meliputi :
1) Fase penerimaan awal (inisial intake) antara 1-3 hari dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan mental.
2) Fase detoksifikasi antara 1-3 minggu untuk melakukan
pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara
bertahap.
3) Terapi komplikasi medik
3. Pemulihan (Rehabilitatif)
Yaitu usaha penanggulangan yang bersifat tertier, yaitu upaya untuk
merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam proses
penyembuhan. Tahap ini memakan waktu cukup lama dan biasanya
dilakukan di lembaga-lembaga khusus seperti klinik rehabilitasi
dan kelompok masyarakat yangn dibentuk khusus untuk itu
(therapeutic community). Tahap ini biasanya terdiri atas:
NAPZA 75
a. Fase Stabilisasi
Antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali
kemasyarakat;
b. Fase Sosialisasi Dalam Masyarakat
Agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna dimasyarakat. Tahap ini biasanya
berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok
dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dan lain-lain
76 NAPZA
MODUL
ENAM
KETERAMPILAN HIDUP
(LIFE SKILLS)
A. Pendahuluan
Menurut WHO definisi Keterampilan Hidup atau Life Skills adalah berbagai
keterangan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku
positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai
tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif.
Dengan definisi tersebut diatas, maka skills atau keterampilan yang dapat
digolongkan life skills sangatlah banyak dan beragam tergantung dari situasi
dan kondisi sosial, maupun budaya masyarakat setempat. Misalnya life
skills yang dibutuhkan atau dapat digunakan untuk memperoleh
penghasilan/mencari nafkah (income generating) seperti menjahit,
memasak, pertukangan, dan perbengkelan. Ini semua dapat digolongkan
kedalam vocational education (pendidikan kejujuran).
1. Kesadaran diri
2. Empati
3. Komunikasi yang efektif
Keterampilan Hidup 77
4. Hubungan antar personal
5. Kemampuan mengendalikan emosi
6. Penyesuaian diri terhadap tekanan-tekanan
7. Berpikir kreatif
8. Berpikir kritis
9. Pembuatan keputusan
10.Pemecahan Masalah
B. Pengertian
Keterampilan Hidup (Life skills) adalah keterampilan yang harus dimiliki
seseorang untuk bisa beradaptasi dan berperilaku positif, berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa rasa
tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi untuk mengatasinya.
78 Keterampilan Hidup
Upaya untuk menetralisir semua hal yang bersifat antagonis dalam
usaha untuk meraih kesepakatan dengan berbagai pihak yang
dilakukan dengan jalan negosiasi (menolak ajakan).
Tips untuk menolak ajakan
y Berpendirian kuat (tidak perlu ikut-ikutan), karena suatu pendirian
yang kuat biasanya akan lebih dihargai dan disukai oleh orang lain.
y Menolak ajakan yang disampaikan dengan jelas dan tegas.
y Menarik diri dari kondisi yang tidak nyaman dengan cara segera
meninggalkan tempat tersebut tanpa ragu
c. Bersikap Asertif
Kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan
dipikirkan kepada orang lain dengan tetap menjaga dan menghargai
perasaan pihak lain. Kebalikan dari asertif adalah agresif. Seseorang
dikatakan agresif bila yang disampaikan justru terkesan melecehkan,
menghina, menyakiti, merendahkan bahkan menguasai pihak lain.
Sikap asertif ini jadi sangat berguna ketika seseorang dibujuk mencoba-
coba oleh teman-temannya
d. Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Menumbuhkan rasa percaya akan kemampuan diri dapat
mengendalikan kehidupan dan mampu mengerjakan apa yang
diinginkan, direncanakan dan diharapkan. Orang yang percaya diri
mempunyai harapan yang realistik, walaupun harapan tidak tercapai,
mereka tetap positif dan menerima diri mereka.
Menumbuhkan kepercayaan diri dapat dilakukan dengan:
y Mengenali kekuatan dan keterbatasan yang kita miliki
y Mengembangkan kelebihan/kekuatan yang kita miliki
y Mencari cara untuk mengatasi keterbatasan yang kita miliki
y Meminta masukan atau evaluasi dari orang lain tentang diri kita
sendiri
y Selalu terbuka terhadap kritik/saran dari orang lain
e. Berani Mengambil Keputusan
Cita-cita dan masa depan seseorang ada di tangan orang itu sendiri
dan tidak mungkin diserahkan atau ditentukan orang lain. Kita harus
menentukan sendiri apa yang baik dan tidak baik bagi hidup kita
sendiri. Agar dapat memilih dengan benar maka perlu ketrampilan
Keterampilan Hidup 79
berpikir kritis mengenai baik buruk, positif negatif dan kemudian
bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Dengan demikian, agar kita
dapat mencapai cita-cita dan masa depan yang cerah kita harus berani
memilih dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab untuk
hidup kita sendiri.
f. Empati dan Kesadaran Diri
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang
lain. Kemampuan berempati sangat bermanfaat bagi seseorang untuk
memahami kesulitan atau masalah yang dialami oleh teman, guru,
kakak, adik, orang tua, atau orang lain. Belajar berempati berarti
memandang suatu persoalan dari kaca mata orang lain. Meskipun
demikian kemampun berempati ini tidak mungkin efektif kalau
seseorang tidak mampu mengembangkan kesadaran diri yang baik.
Pemahaman terhadap dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahan) sama
pentingnya dengan pemahaman terhadap orang lain. Oleh karena
itu, pengembangan empati harus dilakukan bersama-sama dengan
pengembangan pemahaman atau kesadaran atas dirinya.
g. Berpikir Kritis dan Kreatif
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk memisahkan informasi yang
berguna dengan yang tidak berguna sehingga tidak akan tenggelam
dalam persoalan tanpa akhir. Sedangkan berpikir kreatif adalah
kemampuan menilai informasi atau data dari berbagai sudut
pandang tanpa takut salah. Kedua kemampuan ini merupakan
modal besar untuk mempertahankan hidup (tegar) dalam berbagai
tantangan/kondisi.
C. Empati dan Kesadaran Diri
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Kemampuan berempati sangat bermanfaat bagi peserta didik
untuk memahami kesulitan atau masalah yang dialami oleh teman, guru,
kakak, adik, orang tua, atau orang lain. Belajar berempati berarti
memandang suatu persoalan diri kaca mata orang lain. Meskipun
demikian, kemampuan berempati ini tidak mungkin efektif kalau peserta
tidak mampu lain mengembangkan kesadaran diri yang baik. Pemahaman
terhadap dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahan) sama pentingnya
dengan pemahaman terhadap orang lain. Oleh karena itu, pengembangan
empati harus dilakukan bersama-sama dengan pengembangan
80 Keterampilan Hidup
pemahaman atau kesadaran atas dirinya sendiri.
Demikian juga dengan berpikir kreatif, yaitu melihat informasi atau data
dari berbagai sudut pandang tanpa takut salah merupakan modal besar
untuk mempertahankan hidup (survive) dalam berbagai tantangan/kondisi.
Keterampilan Hidup 81
masalah-masalah emosional yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
82 Keterampilan Hidup
4. Manfaat dari Life Skill diantaranya
a. Karena kesehatan merupakan masalah perilaku, maka kemampuan
berperilaku positif (life skills atau kompetensi psychosial) berperan
penting dalam promosi kesehatan/ kesejahteraan phisik, psychis
dan sosial
b. life skills dianggap sangat relevan dalam upaya pencegahan
penyebaran HIV/AIDS & penyalahgunaan NAPZA di kalangan
remaja
5. Apa saja Keterampilan Hidup ( Life Skills )
a. Mengambil keputusan yang tepat
b. Memecahkan masalah
c. Berpikir kritis: menyadari faktor2 yang mempengaruhi sikap dan
perilaku
d. Berpikir kreatif: menganalisis informasi & pengalaman untuk
menemukan pilihan2 bertindak
e. Berkomunikasi efektif: menyatakan diri secara jelas/tegas sesuai
dengan situasi dan budaya yang tepat
f. Membina hubungan antar pribadi: secara positif
g. Mengenali/menyadari diri: karakter, kekuatan, kelemahan,
keinginan
h. Berempati: kemampuan membayangkan diri dalam situasi orang
lain
i. Mengendalikan emosi: sadar bagaimana emosi mempengaruhi diri
dan mampu menyikapi emosi dengan tepat
j. Mengatasi stress/tekanan: sadar akan sebab-sebab stress, bagaimana
stress mempengaruhi diri, dan mengontrol stress
k. Penggunaan life skills : Semua keterampilan tsb tidak berdiri sendiri
melainkan saling berkaitan satu sama lain ; mis. agar bisa
berkomunikasi efektif untuk menolak ajakan yang salah dari teman
sebaya, seorang remaja perlu kemampuan mengenal diri, empati
dan berpikir kritis dan mengambil keputusan
Keterampilan Hidup 83
MODUL
TUJUH
PANDUAN
PENDIDIK SEBAYA
A. Pendahuluan
Bahan Pembelajaran Panduan Kerja Pendidik Sebaya Kesehatan
Reproduksi Remaja ini ditujukan bagi para Pendidik Sebaya yang akan
melaksanakan kegiatan penyebaran informasi/pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi. Penulis menyadari bahwa setiap orang terutama
remaja dan kaum muda, merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang
hal-hal yang sensitif seperti: seksualitas, menstruasi, masturbasi,
kehamilan, dan infeksi alat-alat kelamin pada teman sebayanya.
Dengan Memanfaatkan Bahan Pembelajaran ini, diharapkan Pendidik
Sebaya mampu menyebarkan informasi secara kreatif sehingga dapat
menarik perhatian dan minat teman-teman sebayanya.
Untuk mengoptimalkan keterampilannya, Pendidik Sebaya seyogyanya
mulai melatih diri dengan menyebarkan informasi kesehatan reproduksi
dalam kelompok kecil (tidak lebih dari 12 orang). Setelah lebih terbiasa
dan menguasai materi secara mendalam, para pendidik sebaya dapat
meningkatkan kemampuannya dalam kelompok besar (+ 50 orang) untuk
kegiatan ceramah.
Penutup 99
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiharsana, Meiwita dan H. Lestari, Buku Saku Kesehatan Reproduksi
Remaja. Draft. Jakarta: YAI, 2001
2. Djajadilaga. Langkah-lanhkah Praktis Paket Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
Depkes dan UNFPA, 1999
3. Henry, Jill Tabutt, N. Widyantoro, dan K. Graff. Trainer’s Guide:
Counselling the Postaboration Patient: Training for Service Providers.
NY: AVSC International, November 1999.
4. Sadli, Saparinah, dkk. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Konselor
Kontap. Jakarta: PKMI, 1991.
5. Widyantoro, Ninuk. Abortion Counselling in Vietnam. NY: AVSC,
1998.
6. Widyantoro, Ninuk (Pengalaman Pribadi)
100 Panduan
Daftar Pendidik
Pustaka Sebaya
LAMPIRAN-LAMPIRAN
101
Lampiran 1 :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal, .............................
Pendidik Sebaya,
(..........................................)
102 Lampiran
Lampiran 2 :
Catatan (mis:
Jumlah Tempat Materi yang Cara/metode Lama pertanyaan
Peserta Kegiatan disampaikan Penyampaian Kegiatan yang belum
terjawab
Tanggal, .............................
Pendidik Sebaya,
(..........................................)
Lampiran 103
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma Jakarta Timur
Telp/Fax. (021) 8008548
D E
RO K S IKU PEM ROD
L B U SE DA N IN REM A O UL PEL HAT E
I UR Pada EPjumlah I K U M RIA terdapat SI sekitar A Y64 juta atau
O D28,64% I ESE
AS danKjumlah P
ID
D UL K ELATpenduduk I H A NtahunR2007
N I D remaja
U Lusia 10-24Etahun
B D U K
E B N M R M A L E H M
A TAPermasalahan
N D
Indonesia
I K
(Proyeksi
R IHyang P M
Penduduk
E P RO Indonesia
K S
tahun
I gambaran
2000-2025,
D A IN FO MA
BPS, BAPPENAS, J UNFPA,
O A N
OD A
H
SI P ESEditunjukan
2005).
P EolehKdata-data
U remaja A N
yang
RE dengan
ada saat
I
ini
D sangat kompleks
M I
dan E
mengkhawatirkan.
AN SremajaI R khususnya
A Y AM Hal iniD IAN I
M
OR AJA
K E H UL dengan T
ELAresiko A
ATTRIAD
N
berkaitan
N D( Seksualitas,
U L U MBNAPZA, ER perilaku K
UHIVdan E B L U MBER DUK
yang
L OD
berhubungan P H E KRR
IKsehat. D S AIDS). UTampaknya
RE YA O M
M I ESE P tidak E O
R sehat Kseperti E P RO
sebagian M AS Indonesia
remaja K H
berperilaku
U R A
P EPtidak
N Perilaku
D I K R
tersebutI N Pterlihat
RE IDIK
B A AN pada R berikut
Odata JA ini. LE L K ATI TAN H R I K U
D L ELA ATA ND OD T IH A
N
SE M DRIAN Seks IN REM A O DU I PEL HA
F A
E N U SI P SEH PE M R
I pranikah :Y O S E P D
U S A
B penelitian MFOyang A E S
H MtahunR2001 O
E K
L EMB ODU? SDariEhasil
A N N
M
R dilakukan
A
K E
JA olehLSitumorang
O N O
MAdidapatkan
J A KE 27%
L E ANN INFOR
HremajaDlaki-
P
N REP R
IK laki D9%IAremaja
dan I
I R AYA
N perempuan E M
D A N INsudah
di Medan mengatakan F M AO
A
Emelakukan hubunganM seks. IA
SI
ID M R Y L U E R K
TA ND UL? UHasil
N
E K E M
E R
O DU DKT
BPenelitian
S
K Indonesia
S E B Surabaya
U UM
tahun
L 2005,
B
IA
ERmenunjukan
U
I
KS perilkau
E B A seksual
I K UremajaP
B
OD
EMdi P4 Rkota
U
K S E
S KUR47% RE52%.IDI
D
H PKURATIIHANANmelakukan
P EPR K AN PE 51%, M N
yaitu
R
Jabotabek,
D I Kpranikah
Bandung,
R I dan Medan
O
PRBandung I K
remaja dengan
T
terbuka
A
IHdan N
menyatakan
D D
L D I seks
K U di Jabotabek
IH N R E
I D 54%, Surabaya
L
U Spada E L A A T AMedan
E N U M
T
U SI PEL SEHA ? Menurut E N U L Komnas
survey
E L T
A TA N
A Perlindungan AnakD D
di 33 Provinsi
O I P bulan
S
H
EJanuari Ps/d
U
Juni 2008 L M BE
A KE H Pmenyimpulkan
O D AS;I1)P97%ESremaja EH SMP P Edan SMAM pernah menonton
R
E
MA JA Kfilm porno, E H2) 93,7% R IK
remaja E
N P REPR
A E M M K H N
AdanNSMA O L
O21,2 L% K U A
MA A OL AN melalui
J SMP danR A JA
SMA pernah
E SMP
ciuman, genital
INFtidak
stimulation (merabaA alat kelamin) dan oral sexH
TI TAN(sex
D IN FO mulut),M O L M D A R EM
Y A U E LAmengakuA N D
Y N E
I aborsi. Y
3)
A 62,7% remaja
U I KS I perawan,
A 4)
D remaja
P H E
BA LUM B
A
I pernah R
ER UKS BA KUL EMB ODU SEB MO RMA JA KE EH
E PKBIRtahun I A2006
E R S I S E P DA
KU D
PEMEPRO? hubungan
I
DanSdata
K U H
P
N didapatkan
R
P R
Etahun,
I D Ibahwa
ANN umur
KtidakDkisaran Opertama
INF Ralokon,
E MA 85% A O L LUMBERI
kali melakukan
N
HA N R I D U L K ELAT ATA ND UM ERIA KSI AY IKU PdiEM PRO
seks pada I umur N
13-18 60% menggunakan dilakukan
TA ND OD SI P SEH PE UL MB DU SEB KURTIHAN N RE ID
rumah sendini.
HA E A I K E O
H P N MFObesar)adalah
? M
R A JA K
Faktor yang E
paling
L E Hsebaya
mempengaruhi
U R A
P
N REPpacar , 2)IK
remaja untuk R melakukan
D U L
seks pranikah
E TA ND
LA H(3xlebih
Asetuju E M
E DAAN IN I dengan EM hubungan A 1)
Y Dseks O Teman
L K yang
A
H
TI TAN
mempunyai
D I D
Mempunyai
O
P
SI KESE
teman yang
P
R L N N M ORM JA LEH DAN IN A
LUEM U Spranikah
I A seks pra E EHA
nikah, 3) Mempunyai
E teman yang mempengaruhi/mendorong
ER UKS untuk B O I P E(Analisa P
B
P MEPRO KHIV
D S E M RM JA K EH DA N INF REMA A O UM ERIAN K
melakukan A S Lanjut SKKR1,2003).
R D I dan
A N I:NFO MA OL UM ERIA KSI BAY UL EMB ODU
AIDS
AN D I MJumlah D Iorang
A N hidup I REdenganYA HIV danU L Esampai
MB Rdengan U
OD bulan S ESeptember R IK2008 P EPR
IK
E N L U E R K S
B A I K AIDS
P K U A Nmencapai
R I D
P IKU PEM ROD SE KU ATIHA AN R IDI UL KPELAT HATA ND M
B
15.136 U
kasus, 54,3% dan R
angka tersebut N
adalah E P
remaja. IH N
U R IHAN N RNAPZA: EP DIK UL PEL HAT N D OD ASI ESE PE AN IN
K ELAT ATA juta Dan
D I
sisi lain, D
jumlah
O I
penyalahguna
S E S E Narkoba P E
sebesar M
1,5% danM pendudukKIndonesia
R 78% Adiantaranya E atau 3,2 D
Hadalah M IAN S
P SEH N
E ANkelompok
penduduk M A
MFOR AJA LE DA IN EM
Indonesia K
didapati H
sebagai N
penyalahguna F O
NAPZA, A J L
O ULUEMBE ODUK R
KE EH P remaja IN umur
M 20-29 O
D IAN I RE YA LUMBER UKS BA RIK AN P REPR IK
tahun (BNN tahun A
I N IR
2006).
Y A
L M
O ULU MBER DUKS EBA IKU PEM PROD SE L KULATIHATAN DID D
RIK PE EPRO K S U R IHAN N RE IDIK DU SI PE SEH PEN MO R
N
IHA AN R I D I UL K ELAT ATA ND MO MA KE H AN INFO
A
L HAT T N D O D I P SEH PE AN FOR AJA OLE D IAN I R
E A S E H D IN M U M ER UKS
ES H P N MFOR AJA A
E M K E L
E A ISBN
N 978-979-15523-3-2 O L E U I N IR
MBER UKS BA IKU PEM ROD SE
A Y B
D M
OL UM ERIAN KSI R BAYA IKUN PEM PROD K SE KURATIHANAN REP IDIKUR
I E L
KU
L EMB ODU SE
L K URATIHA AN RE DIDI DUL I PEL EHAT END ULKPELA
N P P R K
HA N RE IDI ODUASI PE SEHA PEN MO
L T S
MA JA KE EH
S P OD ASI ES
HA
TA ND M M JA K E H A N INFO MA OL N MFORM AJAK L
R
H PE DANN INFOREMA A OLE UM DERIAN KSI RE AYA M DAIAN INSI REM YAO
R
E UM ERIA KSI AY KUL EMB ODU SEB LU MBER DUK EBA DA
UL EMB ODU SEB URI AN P REPR IK IKUN PE PRO K S LUMBER D R I
K