Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
ASIH KURNIA P27824209002
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya kami telah dapat menyusun makalah “ Gangguan Psikologi Pada Saat Menstruasi “
yang mrupakan syarat untuk memenuhi tugas Psikologi.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan saran dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekeliruan dan
kekurangan, maka kritik dan saran dari semua pihak akan sangat membantu
kesempurnaan pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kami dan pembaca pada
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN 2
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN BERKEMIH 3
C. KERJA PERKEMIHAN 4
D. GANGGUAN/MASALAH ELIMINASI URINE 5
E. TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URINE 8
F. PEMASANGAN KATETER LURUS ATAU KATETER
MENETAP 14
A. KESIMPULAN 37
B. SARAN 37
DAFTAR PUSTAKA 38
BAB I
PENDAHULUAN
Peristiwa penting pada masa pebertas anak gadis ialah gejala menstruasi atau haid, yang
menjadi pertanda biologis dari kematangan seksual. Secara normal menstruasi
berlangsung kurang lebih pada usia 12-16 tahun. Namun semakin muda usia si gadis,
maka ia semakin belum siap menerima peristiwa haid, akan semakin terasa “kejam
mengancam”. Yaitu rasa pahit menyebalkan sebagai handicap/gangguan atau sebagai
reaksi kejutan dalam anggapan fantasi anak. Gejala yang sering terjadi dan sangat
mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan yang diperoleh
keinginan untuk memperoleh proses fisiologis tadi.kadang sang anak menyalahkan sang
ibu dan terkadang merasa digenangi dosa. Maka banyak peristiwa menstruasipertama itu
dihayati oleh anak gadis sebagai satu pengalaman yang traumatis. Oleh sebab itu timbul
beberapa gejala patologis yang menyertai menstruasi.
1.2 TUJUAN
II.1 Definisi
Secara normal menstruasi berlangsung kurang lebih pada usia 11-16 tahun. Cepat
atau lambatnya kematangan seksual (menstruasi, kematangan fisik) ini ditentukan oleh
konstitusi fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras,suku bangsa, iklim, cara hidup
dan milieu yang melingkungi anak. Badan anak yang lemah atau penyakit yang mendera
seorang anak gadis, bisa memperlambat tibanya menstruasi.
Sebaliknya rangsangan – rangsangan kuat dari luar, misalnya saja berupa film-
film sex, buku bacaan atau majalah yang bergambar sex, godaan dan rangsangan dari
kaum adam (pria), dapat mengakibatkan kematangan sekual yang lebih cepat dari anak
sewajarnya.
Jauh sebelum menstruasi itu tiba, anak gadis yang normal itu sudah mempunyai
perasaan antisipasi (daya tangkap sebelumnya), yang berbeda-beda terhadap menstruasi.
Peristiwa haid pada seorang gadis itu menyatakan, bahwa anak gadis kini benar-benar
sudah siap secara biologis untuk melakukan fungsi kewanitaannya. Tidak jarang muncul
reaksi-reaksi psikhis yang negatif penuh kegetiran hati pada saat haid pertama, yang
disebut DR. Helena Deutsch sebagai ”kompleks kastrasi” atau trauma genitalis.
Kompleks kastrasi itu artinya: perassaan kecewa-takut-panik, seolah-olah anak akan
dikebirikan. Sedangkan trauma genitalis itu artinya: luka atau shock psikhis disebabkan
oleh pengalaman baru berkaitan dengan masalah genetalia atau alat kelamin anak
tersebut.
Dari perasaan negatif tersebut, mungkin akan timbul pula perasaan sangat lemah
karena merasa kehilangan banyak darah. Semua ini mula-mula merupakan produk dari
gambaran khayali, yang kemudian dikembangkan menjadi satu mekanisme otosugesif.
Banyak anak gadis dan wanita dewasa yang selama masa haidnya terus-menerus
tinggal di tempat tidur sekalipun ia tidak merasakan sakit sedikitpun juga. Pada saat-saat
menstruasi pertama, ia diperlakukan denagn sangat hati-hati bagaikan sebuah boneka
dalam lemari. Jika polah tingkah laku sedemikian itu secara kontinu dikembangkan dan
dipraktekkan sepanjang hidup selama masa-masa haidnya, maka jelas bahwa tingkah laku
semacam ini merupakan gejala ketidakmatangan kehidupan psikhisnya.
Ada beberapa gejala patologis yang menyertai menstruasi, antara lain sebagai
berikut:
1. Neurosa
a. Pengertian Neurosa
1) Neurosa sering disebut juga psikoneurosa, ialah sekelompok reaksi psikhis yang
ditandai secara khas dengan unsur kecemasan, dan secara tidak sadar
diekspresikan dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence
mekhanism).
2) Psikhoneurosa adalah bentuk gangguan / kekacauan fungsionil pada sistem
persyarafan, mencakup pula desintegrasi dari sebagian kepribadiannya. Istilah
umumnya merujuk pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress,
tapi tidak seperti psikosis atau kelainan kepribadian.
c. Jenis-jenis neurosa
c.1 Neurosa Kecemasan (Anxiety Neurosis)
Neurosa kecemasan ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan
yang kronis, tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan
kecemasan tersebut, misalnya takut mati, takut menjadi gila, dan macam-
macam ketakutan yang tidak bisa dikategorikan dalam fobia.
Treatment:
1) Menemukan sumber dari macam-macam ketakutan, kesusahan dan
kegagalannya.
2) Lalu memberikan jalan adjustment yang sehat, memupuk kemauan
dan motivasi, agar orang yang bersangkutan berani memecahkan
segala kesulitan hidup.
Treatmentnya :
I. Dengan hukuman-hukuman dan therapi kejutan (shock therapy).
II. Dengan memberikan sugesti, untuk menyadarkan penderita pada
realitas hidup, dan menemukan mekanisme penyesuaian diri yang
tepat. Lalu mengarah pada integrasi serta keseimbangan pribadi.
III. Menganalisa elemen-elemen yang ditekan dan menyadarkannya.
Semua idee fixed dilernyapkan dan elemen-elemen dissosiasi
diintegrasikan dengan kepribadian.
IV. Usaha reedukasi melalui pemberian motivasi-motivasi hidup yang
luhur, mengarahkan pada tujuan hidup yang berarti, memberi
sugesti-sugesti, diarahkan agar pasien mau berfikir kritis,
menggunakn insight.
Treatmentnya :
a. Menemukan sumber dari segala konflik batinnya, atau sebab-
sebab dari tingkah laku penghindarn diri.
b. Memberi pola adjustment yang positif untuk menghadapi dan
memecahkan segala kesulitan hidup.
2. Fobia
a. Pengertian Fobia
Fobia adalah ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasionil dan tidak
bisa dikontrol terhadap suatu situasi atau objek tertentu. Merupakan ketakutan
khas yang neurotis, sebagi simbol dari konfli-konflik neurotis yang kemudian
menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Perbedaan fobia dengan rasa takut biasa
adalah sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang
menakutkan bagi sebagian besar orang normal. Fobia terjadi karena pikiran
bawah sadar salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan
fobia.
a.1) Fobia bisa digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1) Fobia spesifik
Fobia jenis ini merupakan jenis fobia yang sering terjadi. Contoh dari
fobia ini misalnya takut pada binatang, takut pada ketinggian dan sebagainya.
Penderita fobia spesifik biasanya mengatasi ketakutannya dengan cara
menghindari benda atau keadaan yang membuatnya takut.
2) Fobia sosial
Fobia jenis ini biasanya penderita akan mengalami kecemasan yang
berlebihan jika berhadapan dengan situasi sosial atau menghadapinya dengan
penuh tekanan. Keadaan yang sering memicu terjadinya kecemasan pada
penderita fobia sosial adalah berbicara di depan umum, tampil di depan
umum, makan di depan orang lain, dsb.
Apabila penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan
obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas
pendek dan cepat, jantung berdebar, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing,
badan lemas, tidak mampu bergerak, atau bahkan sampai pingsan. Dengan
hipnoterapi, penderita dapat mengetahui penyebab sekaligus menyembuhkan
fobia dengan mudah dan cepat.
http://www.hipnoterapi.asia/sembuhkan_fobia.htm
3. Hipokondria
Hipokondria adalah kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan
ketakutan yang pathologis(ziekelijke angst) terhadap kesehatan sendiri. Penderita
hipokondria akan selalu menanggapi keluhan-keluhan fisik dengan sangat serius dan
menyimpulkan bahwa dia menderita penyakit tertentu. Misalnya, orang normal jika
batuk akan menganggap dia sedang batuk saja. Sedangakan, penderita hipokondria
jika batuk akan berpikir bahwa dia terkena TBC, atau bahkan kanker paru atau
bahkan gejala HIV/AIDS.
Dalam dunia psikiatri, hipokondria termasuk ke dalam gangguan mental atau psikis.
Pikiran penderita selalu terpusat pada imajinasi tentang penyakit gawat yang
menyerang tubuhnya. Penderita merasa yakin betul bahwa dirinya mengidap satu
penyakit yang serius, sehingga kehidupan pribadi dan sosialnya terganggu. Semua ini
disebabkan oleh banyaknya konflik-konflik intrapsikhis yang sudah lama dan amat
parah. Hipokondria ini umumnya disebabkan oleh trauma, kecemasan, emosi negatif
yang dipendam, beban emosional dan konflik psikologis.
http://ridhamasdar.wordpress.com/2009/11/13/hipokondria-adalah/
4. Paranoid
Paranoid adalah bentuk kegilaan dipenuhi dengan bayangn-bayangan serta fikiran-
fikiran kegila-gilaan atau fikiran yang bukan-bukan. Paranoid juga bisa diartikan
sebagai gangguan mental yang amat serius, dicirikan dengan timbulnya banyak delusi
yang disistematisasikan dan ide fixed yang kaku serta salah. Sedang dalam kamus
Webster, paranoid didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan
kecurigaan yang tidak rasional/logis. Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan
kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan
setiap orang lain yang dilihatnya dianggap sebagai agresor terhadapnya.
70% dari penderita paranoid adalah kaum pria. Pada umumnya mereka tidak
diganggu oleh halusinasi-halusinasi. Respon emosioniolnya selalu konsistent dengan
delusi-delusinya.
Simptom-simptom paranoid:
1) Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
a) Delusion of persecution (waham kejar), yaitu keyakinan bahwa orang
atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana
membahyakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid
selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena
merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
b) Delusion of grandeur (waham kebesaran), yaitu keyakinan bahwa
dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang
penting.
c) Delusion of influence (waham pengaruh), adalah keyakinan bahwa
kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan
tindakannya.
2) Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada
dan nyata padahal kenyataanya hal tersebut hanyalah khayalan.
3) Gejala motorik dapat dilihat dari ekspresi wajah yang aneh dan khas
diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yang aneh dan juga dapat
dilihat dari cara berjalan.
4) Adanya gangguan emosi.
5) Penarikan sosial (sosial withdrawl), pada umumnya tidak menyukai orang
lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia
memiliki sedikit teman.
http://id.wikipedia.org/wiki/Paranoid
http://www.juraganmedis.com/kepribadian-paranoid.html
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari materi yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa :
.
B. SARAN