You are on page 1of 66

TERMODINAMIKA

Drs. I Gusti Agung Gede Bawa, M.Si

JURUSAN KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA
TERMODINAMIKA

Termodinamika :
ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan energi yang menyertai
suatu proses, baik proses fisika maupun proses kimia.

Ada dua hal yang menjadi penekanan dalam mempelajari termodinamika,


yaitu :

1. Penentuan kalor reaksi (termokimia)

2. Penentuan arah suatu proses dan sifat-sifat sistem dalam


kesetimbangan (termodinamika).
Beberapa istilah dan konsep dasar
termodinamika :
Sistem dan lingkungan

Sistem adalah bagian dari alam semesta yang


menarik perhatian kita untuk diamati sifat-sifatnya,

Bagian dari alam semesta yang berada diluar sistem


dinamakan lingkungan.

Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi


pertukaran energi dan materi. Berdasarkan
pertukaran ini, sistem dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu :
1. Sistem terbuka
2. Sistem tertutup
3. Sistem terisolasi
Keadaan Sistem dan Fungsi Keadaan

Dalam menggambarkan suatu sistem, kita harus


menetapkan sifat-sifat sistem secara teliti.
Kita dapat menentukan temperatur, tekanan, volume,
jumlah mol komponen suatu sistem, serta wujud
sistem (padat, cair atau gas).
Apabila kita telah menetapkan variabel ini, maka kita
telah menggambarkan keadaan sistem tersebut.

Fungsi keadaan atau variabel keadaan adalah suatu


besaran yang mempunyai nilai yang hanya bergantung pada
keadaan langsung suatu sistem dan tidak bergantung pada
jalannya perubahan sistem.
Salah satu ciri dari fungsi keadaan adalah apabila dia
mengalami perubahan, maka nilainya hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.

Yang termasuk fungsi keadaan adalah temperatur, tekanan,


volume, entalpi dan energi dalam.
Energi, Kalor dan Kerja
 Energi biasanya didefinisikan sebagai kemampuan
melakukan kerja.
 Apabila suatu objek memiliki energi, objek ini dapat
mempengaruhi objek yang lain dengan melakukan kerja
padanya.
 Suatu objek dapat memiliki energi kinetik dan energi
potensial.
 Energi kinetik (EK) adalah energi yang dimiliki oleh
suatu objek apabila dia sedang bergerak.
 Energi kinetik dapat dihitung dengan persamaan :

EK = ½ mv2
 Energi potensial (EP) adalah energi tersimpan; atau
energi yang dimiliki oleh suatu objek akibat adanya
gaya tarik menarik dan tolak menolak di antara objek
tersebut.
Kalor
 Kalor didefinisikan sebagai energi yang
dipindahkan melalui batas-batas sistem sebagai
akibat adanya perbedaan temperatur antara sistem
dan lingkungan.

Kerja
 Kerja didefinisikan sebagai semua bentuk energi
selain kalor yang dipertukarkan antara sistem dan
lingkungan.
TERMOKIMIA
Energi dan Perubahan Energi
Partikel-partikel penyusun suatu zat (padat, cair atau gas) selalu
bergerak konstan, sehingga zat memiliki energi kinetik.

Energi potensial suatu zat atau objek muncul dari adanya gaya
tarik menarik dan tolak menolak antara partikel-partikel penyusun
zat atau objek tersebut.
Atom tersusun dari partikel bermuatan (inti dan elektron) yang
dapat saling tarik-menarik dan tolak menolak, sehingga atom,
molekul dan ion memiliki energi potensial.

Salah satu bentuk energi yang umum kita jumpai adalah energi
termal atau kalor, disamping energi radiasi, energi listrik dan
energi mekanik.

• Kalor adalah energi kinetik dari atom-atom dan molekul-


molekul.
• Hampir dalam setiap reaksi kimia akan selalu terjadi
penyerapan dan pelepasan energi.

• Marilah kita pelajari bagaimana ini terjadi dan bagaimana


perubahan energi total dari zat tersebut.

• Andaikan kita melangsungkan perubahan kimia dalam


wadah tersekat / terisolasi, sehingga tidak ada kalor yang
masuk maupun keluar sistem.
• Dengan demikian, energi total yang dimiliki sistem adalah
tetap.

• Bayangkan sekarang energi potensial produk (hasil reaksi)


lebih rendah dari energi potensial reaktan (pereaksi) setelah
reaksi berlangsung.
• Berkurangnya energi potensial bukanlah hilang, tetapi berubah
menjadi energi kinetik, sehingga energi kinetik sistem
meningkat yang mengakibatkan sistem menjadi panas atau
temperatur sistem meningkat.
• Kebanyakan reaksi dilangsungkan dalam wadah terbuka
(sistem terbuka).
• Bila sistem menjadi panas, maka kalor akan mengalir ke
lingkungan.
• Beberapa perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari
sistem ke lingkungan atau sistem melepaskan kalor ke
lingkungan disebut perubahan eksoterm.

• Suatu saat, perubahan kimia terjadi dimana ada pertambahan


energi potensial produk, maka energi kinetik sistem menurun,
sehingga temperatur sistem juga menurun (sistem menjadi
lebih dingin).
• Apabila sistemnya adalah sistem terbuka, maka kalor akan
mengalir ke dalam sistem.
• Perubahan ini disebut perubahan endoterm.
Mengukur Energi yang Menyertai Reaksi Kimia
• Perubahan energi dalam reaksi kimia umumnya dalam bentuk
kalor, sehingga perubahan energi ini dinamakan kalor reaksi.
• Kita dapat mengukur kalor reaksi dengan alat “kalorimeter”.

Kalor jenis dan Kapasitas kalor


Kalor jenis (c) ; kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1
gram zat sebesar 1oC.

Kapasitas kalor (C) ; kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan


suhu suatu zat sebesar 1oC.

Hubungan kalor jenis dan kapasitas kalor adalah :


C=mxc
Jika pada reaksi terjadi perubahan suhu (t), maka perubahan
kalor atau perubahan entalpi dirumuskan :
q = m x c x t atau q = C x t
Kalorimeter Volume Konstan (Bomb Calorimeter)
• Jenis kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi
eksotermik yang tidak bereaksi sebelum dinyalakan, seperti reaksi
pembakaran CH4, H2, dan Ca dll.

termometer pengaduk
penyala

Becker kalorimeter
O2 inlet
air
isolator
bomb

• Temperatur awal dari air dicatat, kemudian reaksi dilangsungkan


dengan memberikan arus listrik.
• Kalor yang dilepaskan oleh reaksi akan diserap oleh bomb dan
air, sehingga temperaturnya meningkat.
• Dari pengukuran perubahan temperatur, dan pengetahuan
tentang kapasitas kalor dari kalorimeter, maka jumlah kalor
yang dilepaskan dapat dihitung.
• Desain alat menunjukkan bahwa sistem merupakan sitem
tersekat / terisolasi.
• Tidak ada kalor yang diserap / dilepaskan oleh sistem dari / ke
lingkungan, maka kita dapat menulis hubungan :
qs = qair + qbomb + qreaksi = 0
Sehingga :
qreaksi = - (qair + qbomb )
qreaksi = - [(mair.sair.t) + (Cbomb. t)]
Kalorimeter Tekanan Konstan
• Jenis kalorimeter ini biasanya dipakai mengukur kalor reaksi
netralisasi dan kalor pengenceran.

termometer pengaduk

Campuran reaksi

Cangkir styrofoam

• Karena pengukuran dilakukan dibawah kondisi tekanan


atmosfir, maka kalor reaksinya diberi nama entalpi.
• Karena tidak ada kalor yang dilepaskan ke lingkungan, maka
kita dapat menulis :
qs = qlarutan + qkalorimeter + qreaksi = 0
Sehingga :
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter)
qreaksi = - [(mlarutan.slarutan.t) + (Ckalorimeter. t)]
Jenis-jenis Entalpi :
1. Entalpi Pembentukan Standar (Hfo)
Jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan
untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan standar
(298 K, 1 atm.)
Contoh :
H2(g) + ½O2(g)  H2O(g) H = -241,8 kJ
C(s) + O2(g)  CO2(g) H = -393,5 kJ
C(s) + 2H2(g)  CH4(g) H = -74,8 kJ

• Berdasarkan kesepakatan internasional, entalpi


pembentukan standar unsur-unsur dalam bentuk
yang paling stabil berharga 0 (nol).
2. Entalpi Penguraian Standar (Hdo)
Jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan
untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan standar
(298 K, 1 atm.).
Contoh :
NaCl(s)  Na(s) + ½ Cl2(g) H = +411 kJ
Na2CO3(s)  2Na(s) + C(s) + 3/2O2(g) H = +1435 kJ
CuSO4(s)  Cu(s) + S(s) + 2O2(g) H = +722,8 kJ

• Hukum Laplace : jumlah kalor yang dibebaskan


pada pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya
sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada
penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-
unsurnya.
3. Entalpi Pembakaran Standar (Hco)
Jumlah kalor yang dibebaskan untuk proses
pembakaran 1 mol zat (unsur atau senyawa) pada
keadaan standar (298 K, 1 atm.).
Contoh :
C(s) + O2(g)  CO2(g) H = -393,5 kJ
S(s) + 3/2O2(g)  SO3(g) H = -395,7 kJ
SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) H = -98,87 kJ

4. Entalpi Pelarutan Standar (Hso)


Jumlah kalor yang diperlukan / dibebaskan untuk
melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (298 K, 1
atm.).
Contoh : NaCl(s)  NaCl(aq) H = +3,9 kJ
Penentuan Harga H
1. Penentuan harga H melalui percobaan sederhana.

A. Bomb Calorimeter

qreaksi =  (qair + qkalorimeter)

B. Kalorimeter tekanan tetap

qreaksi =  (qlarutan + qkalorimeter)


2. Penentuan harga H menggunakan Hukum Hess
Hukum Hess :
Kalor reaksi yang dibebaskan atau diperlukan pada suatu
reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetapi hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir suatu
reaksi.
atau
Perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama, baik berlangsung
dalam satu tahap maupun dalam beberapa tahap.

Contoh : Pembentukan SO3


1. Reaksi 1 tahap : S(s) + 3/2O2(g)  SO3(g) H = -396 kJ

2. Reaksi dalam 2 tahap :


tahap 1. S(s) + O2(g)  SO2(g) H = -297 kJ
tahap 2. SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) H = -99 kJ
+
S(s) + 3/2O2(g)  SO3(g) H = -396 kJ
4. Penentuan harga H berdasarkan Data Energi Ikatan

Hreaksi = [Energi total pemutusan ikatan] – [Energi total


pembentukan ikatan]

Hreaksi =  energi ikat pereaksi –  energi ikat hasil reaksi

Contoh : CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l) Hr = …..?


Hr =  energi ikat pereaksi –  energi ikat hasil reaksi
= [4 x EC-H + 2 x EO=O] – [2 x EC=O + 4 x EO-H]
3. Penentuan harga H berdasarkan harga Hfo

Hreaksi = Hfohasil reaksi - Hfopereaksi

Reaksi : pA + qB  rC + sD Hreaksi = …..?

Hreaksi = [r x HfoC + s x HfoD]  [p x HfoA + q x HfoB]

Contoh :
C3H8(g)  3C(s) + 4H2(g) H1 = HdoC3H8(g)
3C(s) + 3O2(g)  3CO2(g) H2 = 3 x HfoCO2(g)
4H2(g) + 2O2(g)  4H2O(l) H3 = 4 x HfoH2O(l)
+
C3H8(g) + 5O2(g)  3CO2(g) + 4H2O(l) Hr = ….. ?

Hr = H1 + H2 + H3


Hr = HdoC3H8(g) + 3 x HfoCO2(g) + 4 x HfoH2O(l)
= [3 x HfoCO2(g) + 4 x HfoH2O(l)]  HfoC3H8(g)

Hreaksi = Hfohasil reaksi - Hfopereaksi


Hukum Pertama Termodinamika
• Hukum Kekekalan Energi :
Di dalam perubahan kimia dan fisika, energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat
diubah dari satu jenis ke jenis yang lainnya.

• Hukum Pertama Termodinamika :


Bila suatu sistem mengalami serangkaian perubahan yang
akhirnya membawa sistem kembali ke keadaan awalnya, maka
beda perubahan energinya adalah nol (0).

• Kita tidak tertarik pada proses yang membawa kita kembali ke


keadaan awal, tetapi kita lebih tertarik pada bagaimana
perubahan energinya apabila satu keadaan berubah menjadi
keadaan yang lain.
Energi Dalam (E)
Energi dalam merupakan penjumlahan dari semua energi kinetik
atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul dan semua energi
potensial yang muncul akibat gaya tarik menarik dan tolak
menolak antar partikel penyusun sistem.

Perubahan pada energi dalam didefinisikan :


E = Eakhir – Eawal
E = Eproduk – Ereaktan

Apabila suatu sistem berubah dari satu keadaan ke keadaan yang


lain, ada dua cara sistem mempertukarkan energi dengan
lingkungannya.

1. menyerap atau melepaskan kalor (q).

2. melakukan atau menerima kerja (w).


1. Jika sistem menyerap kalor, energi sistem meningkat, dan jika
sistem melepaskan kalor, energi sistem menurun.
2. Jika sistem melakukan kerja, energi sistem menurun dan jika
sistem menerima kerja dari lingkungan, maka energi sistem
meningkat.

Perubahan energi dalam (E) dirumuskan :

E = q + w
q adalah kalor yang diserap oleh sistem dari lingkungan.
w adalah kerja yang dilakukan oleh lingkungan terhadap sistem.

• Kalor (q) adalah energi yang dipindahkan melalui batas-batas


sistem sebagai akibat adanya perbedaan temperatur antara
sistem dan lingkungan.

• Kerja (w) adalah semua bentuk energi selain kalor yang


dipertukarkan antara sistem dan lingkungan.
Kerja pada Sistem Kimia dan Fisika
Kerja ekspansi (expansion) dan kerja pemanpatan (compression)
merupakan salah satu jenis kerja yang dapat dipertukarkan antara
sistem dan lingkungan.

• Jumlah kerja ekspansi dan pemanpatan berhubungan dengan


tekanan sistem dan perubahan volume sistem.

P
P
h
hf
hi

Luas alas (A)


• Apabila gas mengalami ekspansi, maka piston terangkat ke
atas. Hal ini disebabkan meningkatnya tekanan gas sehingga
mampu mendesak piston ke atas. Tekanan yang mendesak
piston (P) berasal dari gaya sebar molekul-molekul gas (F) per
satuan luas silinder (A) ;
F
P
A
• Volume gas dalam silinder merupakan perkalian luas dasar
silinder (A) dengan tinggi silinder (h).
V=Axh
• Apabila gas mengembang, maka A tetap sama, tetapi h
berubah, sehingga perubahan volume (V) menjadi :

V = Vakhir – Vawal
= [A x hf] – [A x hi]
= A (hf – hi)
= A x h
• Hasil kali tekanan dengan perubahan volume adalah :
F
P. V = x A.h = F.h
A
• Kita mengetahui bahwa kerja adalah hasil kali gaya dengan
jarak ;
w=F.s
• Sehingga :

F . h = F . s = w = P. V
• Jadi P.V merupakan jumlah kerja yang dilakukan oleh sistem
pada lingkungan apabila dia mengembang.
• Kerja ekspansi dilakukan oleh sistem apabila dia mengembang
melawan tekanan luar (lingkungan).
• Sebaliknya apabila suatu sistem mengkerut dibawah pengaruh
tekanan luar, maka sistem akan menerima kerja dari
lingkungannya.
wlingkungan = P x V wsistem =  P x V
Kerja Ekspansi dan Hukum Pertama Termodinamika
• Hukum pertama termodinamika dapat menjelaskan mengapa
kalor reaksi yang diukur dengan bomb kalorimeter berbeda
dengan kalor reaksi yang diukur dengan styrofoam kalorimeter.

• Dalam bomb kalorimeter pengukuran kalor reaksi pada volume


tetap, karena selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan
volume.
• Karena V = 0, maka P x V = 0 atau w = 0.
E = q + w
=q+0 atau E = qv
=q
• Karena kebanyakan reaksi yang kita langsungkan pada kondisi
tekanan konstan, bukan pada volume konstan, maka ahli
termodinamika mengusulkan suatu besaran baru yaitu entalpi
untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap.
• Entalpi (H) suatu sistem didefinisikan sebagai :

H = E + PV
• Perubahan entalpi (H) didefinisikan sebagai :

H = E + P.V

• bila hanya kerja ekspansi yang terjadi pada sistem, maka E = q


– P.V, sehingga perubahan entalpi sistem tersebut menjadi :

H = (q – P.V) + P.V
H = q – P.V + P.V

H = qp

Jadi perubahan entalpi suatu reaksi sama dengan kalor reaksi


yang diukur pada tekanan konstan.
Spontanitas
• Perubahan spontan adalah suatu perubahan yang berlangsung
tanpa adanya bantuan luar.
• Untuk memahami masalah spontanitas, perhatikannlah perubahan-
perubahan kimia atau fisika berikut ini :
1. Air selalu bergerak ke tempat yang lebih rendah, dia
berlangsung spontan.
2. Satu sendok gula secara spontan melarut dalam secangkir
kopi, tetapi gula terlarut tidak secara spontan muncul seperti
bentuk awalnya.
3. Kalor mengalir secara spontan dari benda panas ke benda
dingin, tetapi peristiwa sebaliknya tidak terjadi secara
spontan.
4. Air membeku secara spontan dibawah 0oC dan es meleleh
secara spontan diatas 0oC pada tekanan 1 atmosfir.

• Contoh-contoh ini dan beberapa contoh lainnya menunjukkan bahwa


perubahan yang terjadi secara spontan pada satu arah dan akan
nonspontan pada arah yang berlawanan.
• Pada umumnya ada suatu kecendrungan bahwa energi
potensial suatu benda berada pada tingkat minimum.

• Perubahan yang cenderung menurunkan energi potensial akan


cenderung berlangsung spontan.

• Perubahan-perubahan yang menurunkan energi potensial


adalah perubahan-perubahan eksoterm.

• Dengan demikian perubahan eksoterm cenderung berlangsung


secara spontan.

Entropi
Entropi adalah suatu ukuran langsung dari keacakan atau ketidak-
teraturan suatu sistem.
Seperti energi dan entalpi, entropi juga merupakan suatu fungsi
keadaan.
Dalam suatu perubahan dimana sistem berubah dari keadaan awal
ke keadaan akhir, maka perubahan entropinya adalah :
S = Sakhir – Sawal

Jika perubahan menghasilkan suatu pertambahan keacakan atau


ketidak-teraturan, maka perubahan tersebut menghasilkan
pertambahan entropi.
Sakhir  Sawal, sehingga S  0.

Hukum Kedua Termodinamika


Entropi dari alam semesta bertambah dalam suatu perubahan
spontan dan tetap tidak berubah dalam suatu proses
kesetimbangan.
Karena alam semesta tersusun dari sistem dan lingkungan, maka
perubahan entropi alam semesta (Sas) merupakan penjumlahan
perubahan entropi sistem (Ss) dan perubahan entropi lingkungan
(Sl).
Secara matematika kita dapat mengungkapkan Hukum Kedua
Termodinamika sebagai berikut :

Proses spontan : Sas = Ss + Sl  0.


Proses kesetimbangan : Sas = Ss + Sl = 0.

Untuk proses spontan hukum ini mengatakan bahwa Sas harus


lebih besar dari 0, tetapi hukum ini tidak memberikan gambaran
apakah Ss atau Sl yang negatif, sedangkan untuk proses
kesetimbangan Sas = 0, sehingga Ss dan Sl harus sama besar
tetapi tandanya berlawanan.

Perubahan Entropi dalam Sistem


Untuk menghitung Sas kita perlu menghitung Ss dan Sl terlebih
dahulu.

Andaikan sistem terdiri dari suatu reaksi :

aA + bB  cC + dD
maka kita dapat menghitung Soreaksi dari entropi-entropi standar
reaktan dan produk ;

Soreaksi = {[c x (SoC) + d x (SoD)] – [a x (SoA) + b x (SoB)]}

Perubahan Entropi dalam Lingkungan


Untuk proses-proses yang dilangsungkan pada tekanan tetap,
perubahan kalor sama dengan perubahan entalpi dari sistem .

Sl  Hs.

Perubahan entropi juga bergantung pada temperatur.

Sl = -Hs / T
Hukum Ketiga Termodinamika
Entropi suatu kristal sempurna adalah nol pada temperatur nol
absolut.

Titik terpenting dari hukum ketiga termodinamika adalah


mengizinkan kita menentukan entropi absolut zat-zat.

Dimulai dengan pengetahuan bahwa entropi kristal-kristal zat


yang murni pada nol absolut adalah 0, maka kita dapat mengukur
pertambahan entropi zat-zat apabila dia dipanaskan.

Perubahan entropi diberikan oleh :

S = Sf – Si
Karena Si = 0, maka perubahan entropi (S) sama dengan Sf.

S = Sf.
Entropi zat-zat pada temperatur 25oC disebut entropi absolut, karena
nilai ini benar-benar nilai terukur, bukan nilai perbandingan.

Kita tidak mempunyai nilai energi absolut maupun entalpi absolut suatu
zat, karena energi dan entalpi nol tidak didefinisikan.

Energi Bebas Gibb (G)


Hukum kedua termodinamika menyatakan kepada kita bahwa suatu
reaksi spontan harus menunjukkan pertambahan entropi di alam
semesta, yaitu Sas  0.
Untuk menentukan perubahan entropi di alam semesta kita harus
menghitung Ss dan Sl.
Karena biasanya kita hanya tertarik mengamati apa yang terjadi di
dalam sistem, daripada mengamati apa yang terjadi di alam semesta
secara keseluruhan, maka perlu sekali mempunyai suatu parameter
termodinamika yang dapat menunjukkan apakah suatu reaksi akan
terjadi secara spontan dengan hanya melihat sistem saja.
Kita mengetahui bahwa proses spontan :

Sas = Ss + Sl  0, dan Sl = -Hs / T,

maka, Sas = Ss + -Hs / T  0

Kalikan kedua sisi persamaan dengan T, sehingga persamaan


menjadi :

T.Sas = T.Ss + (-Hs)  0

Jika persamaan di atas dikalikan dengan –1, maka akan menjadi :

-T.Sas = Hs – T.Ss  0.


Sekarang kita telah mempunyai kriteria untuk suatu reaksi
spontan yang diungkapkan dengan parameter sistem saja.
Kita memperkenalkan suatu parameter termodinamika baru yang
disebut energi bebas Gibb atau energi bebas.

G = H – TS

Perubahan energi bebas (G) suatu sistem yang mengalami


proses pada temperatur konstan diberikan oleh persamaan :

G = H – T.S

Kita sekarang dapat meringkas kondisi spontanitas dan


kesetimbangan yang dilakukan pada temperatur dan tekanan
tetap dalam besaran G sebagai berikut :

 G < 0 suatu reaksi spontan


 G > 0 suatu reaksi nonspontan
 G = 0 sistem dalam kesetimbangan
Menghitung Perubahan Energi Bebas
Karena perubahan energi bebas dibawah kondisi temperatur dan
tekanan konstan dapat dipakai memprediksi hasil suatu proses,
maka kita akan melihat cara-cara menghitung nilai perubahan
energi bebas tersebut.

Perhatikan reaksi berikut :


aA + bB  cC + dD
Jika reaksi dilakukan di bawah kondisi standar yaitu reaktan
dalam keadaan standar menjadi produk dalam keadaan standar,
perubahan energi bebasnya disebut perubahan energi bebas
standar (Go).

Untuk reaksi di atas perubahan energi bebas standar diberikan


oleh :

Goreaksi = {[c.(GfoC) + d.( GfoD)] – [a.(GfoA) + b.(GfoB)]}


Energi bebas pembentukan standar adalah perubahan energi
bebas yang terjadi bila satu mol suatu senyawa disintesis dari
unsur-unsurnya dalam keadaan standar.

Untuk pembakaran grafit : C(grafit) + O2(g)  CO2(g), perubahan


energi bebas standar adalah :

Goreaksi = {[Gfo CO2] – [Gfo C + Gfo O2]}


Seperti dalam kasus entalpi pembentukan standar, kita
mendefinisikan energi bebas pembentukan standar (Gfo) unsur-
unsur dalam bentuk paling stabilnya pada 1 atm dan 25oC adalah
nol (0).
Jadi Gfo C(grafit) = 0 dan Gfo O2 = 0, dengan demikian
Goreaksi = Gfo CO2.
Energi Bebas dan Kesetimbangan Kimia
Sekarang marilah kita lihat perbedaan antara G dan Go dan
hubungan antara perubahan energi bebas dan konstanta
kesetimbangan.
G = H – T.S
Go = Ho – T.So
Pentingnya kita memahami kondisi suatu reaksi, apakah dibawah
keadaan standar atau tidak dan informasi apa yang dapat diperoleh
dari G dan Go.

Perhatikan ilustrasi berikut :


reaktan  produk
Perubahan energi bebas standar untuk reaksi di atas diberikan
oleh :

Go = Go(produk) – Go(reaktan)


Go menyatakan perubahan apabila reaktan-reaktan dalam keadaan
standar diubah menjadi produk yang juga dalam keadaan standar.

Kita sudah menyaksikan di atas bahwa perubahan energi bebas


standar suatu reaksi (Goreaksi) dihitung dari energi bebas pembentukan
standar dari reaktan dan produk.
Bayangkan kita memulai suatu reaksi dimana semua reaktan dalam
keadaan standar (semuanya pada konsentrasi 1 M).
Begitu reaksi dimulai, kondisi dalam keadaan standar sulit
dipertahankan, karena konsentrasi reaktan maupun produk tidak 1 M
lagi.

Pada kondisi yang tidak dalam keadaan standar, maka kita harus
memakai G dari pada Go, untuk meramalkan arah reaksi.

Hubungan antara G dan Go adalah :


G = Go + RT ln Q
dimana R adalah konstanta gas (8,314 J/mol.K), T adalah
temperatur absolut dari reaksi dan Q adalah hasil bagi reaksi.

Untuk melihat apa Q tersebut, perhatikan contoh berikut ;

Andaikan kita mempunyai persamaan reaksi ;


aA + bB  cC + dD
maka Q adalah :
c d
Q
 C  D 
 A  a  B b
Kita melihat bahwa G bergantung pada dua besaran yaitu Go
dan RT ln Q.
Untuk suatu reaksi pada temperatur T nilai Go adalah tertentu, tetapi
nilai RT ln Q tidak tertentu, karena Q bervariasi menurut komposisi
campuran pereaksi.

Perhatikanlah dua kasus berikut :


• Jika nilai Go adalah negatif besar, besaran RT ln Q tidak akan
cukup positif untuk menandingi besaran Go sampai cukup besar
produk yang terbentuk.
• Jika nilai Go positif besar, besaran RT ln Q harus bernilai negatif
yang lebih besar dari nilai positif Go. Ini dapat dicapai kalau
sedikit sekali produk yang terbentuk.

Pada kesetimbangan G = 0 dan Q = K, dimana K adalah konstanta


kesetimbangan.
Sehingga persamaan menjadi :

0 = Go + RT ln K
Go = -RT ln K
Bagi kimiawan persamaan yang terakhir ini adalah salah satu
persamaan yang sangat penting dalam termodinamika karena dia
memberikan korelasi antara konstanta kesetimbangan (K) dengan
perubahan energi bebas standarnya.

Sehingga apabila kita mengetahui nilai K, maka kita dapat menghitung


nilai Go atau sebaliknya.
Soal 1
• Jika diketahui reaksi :
2Fe(s) + O2(g) 2FeO(s) ∆H = -544,0 kJ
4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s) ∆H = -1648,4 kJ
Fe3O4(s) 3Fe(s) + 2O2(g) ∆H = +1118,4 kJ
a. Tentukan ∆H dari reaksi :
FeO(s) + Fe2O3(s) Fe3O4(s)
b. Berapakah volume udara yang diperlukan agar
diperoleh 23,3 gram Fe3O4. (Ar Fe = 56; O = 16 dan
udara mengandung 80% oksigen).
• Jika 200 mL larutan NaOH 1 M direaksikan dengan 200
mL HCl 1 M dalam bejana kalorimeter tekanan tetap,
ternyata termometer menunjukkan perubahan suhu dari
29oC menjadi 40oC. Jika larutan dianggap sama dengan
air, kalor jenis air 4,2 J/g.oC, berapakah ∆H netralisasi
reaksi ini !

• Sebanyak 10,9 gram serbuk zeng (Ar Zn = 65,4)


direaksikan dengan larutan CuSO4. Reaksi ini
menimbulkan kenaikan suhu 8,7oC. Jika untuk menaikan
suhu sebesar 1oC dibutuhkan 4 kJ, berapakah
perubahan entalpi untuk reaksi :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu.
1. Dengan menggunakan energi ikatan dalam tabel, tentukanlah
∆Hfo hidrazin (N2H4)
Energi ikatan
N-N 159 kJ/mol
N=N 418 kJ/mol
N=N 941 kJ/mol
H-H 436 kJ/mol
H-N 389 kJ/mol

2. Diketahui energi ikatan sebagai berikut :


C-H 414 kJ/mol
C=O 803 kJ/mol
O-H 464 kJ/mol
O=O 498 kJ/mol
Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 103 kJ/mol, berapakah
energi ikatan C=C ?
Soal-soal
• Suatu gas alam mengandung 67,2% volum gas metana dan
22,4% volum gas propana dan sisanya adalah gas yang tidak
dapat terbakar. Jika diketahui entalpi pembentukan standar gas
metana, gas propana, gas karbon dioksida dan uap air berturut-
turut -17,84; -24,82; -94,1; dan -68,3 kJ/mol, maka :
a. Tulislah persamaan termokimia reaksi pembentukan gas
metana dan gas propana tersebut !
b. Tulislah reaksi pembakaran gas metana dan propana !
c. Berapakah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 100 liter
gas alam tersebut !
d. Berapakah volume air yang dapat didihkan, jika seluruh kalor
yang dihasilkan pada (c) digunakan untuk mendidihkan air
yang mula-mula bersuhu 25oC (kalor jenis air 4,2 J/g.oC).
• Produksi gas air (water gas) secara komersial
menggunakan reaksi : C(s) + H2O(g) H2(g) + CO(g)
Kalor yang diperlukan untuk reaksi endoterm ini
diberikan dengan menambahkan udara dalam jumlah
terbatas untuk membakar sebagian karbon menjadi
karbon dioksida. Berapa gram karbon yang harus
dibakar menjadi karbon dioksida agar dapat
menyediakan kalor yang cukup untuk mengubah 94
gram karbon menjadi gas air ?
(∆Hfo H2O(g) = -58 kkal/mol; ∆Hfo CO(g) = -26 kkal/mol
dan ∆Hfo CO2(g) = -94 kkal/mol; Ar C = 12).
1. Diberikan data entalpi pembentukan standar (Hfo) senyawa berikut ini :
Senyawa (Hfo) (kJ/mol Masa molar (g/mol)
Isooktana (C8H18) -255,1 114
CO2 (g) -393,5 44
CO (g) -110,5 28
H2O (g) -241,8 18
H2O (l) -285,8 18
O2 (g) 0 32
Sebuah mobil menggunakan bahan bakar 100% iso-oktana yang densitasnya
0,79 g/mL. Mobil tersebut dapat menempuh jarak 8 km / liter iso-oktana. Bila
mobil tersebut dalam memproduksi energinya melakukan pembakaran
sempurna iso-oktana cair dan menghasilkan gas CO2 dan uap H2O maka :
a. Tulislah reaksi pembakaran sempurna iso-oktana dalam mesin mobil tsb.
b. Tentukan entalpi pembakaran 1 mol iso-oktana dalam keadaan standar.
c. Tentukan berapa kilojoule entalpi pembakaran 1 liter iso-oktana
d. Berapa volume gas CO2 yang dibebaskan ke udara bila mobil tersebut telah
menempuh jarak 100 km
(pada kondisi tersebut volume molar gas = 22,5 L/mol).
Jawab :
a. C8H18 (l) + 25/2O2(g) 8CO2 (g) + 9H2O (g)

b. 8C(s) + 9H2(g) C8H18(l) Hfo = -255,1 kJ/mol


C(s) + O2(g) CO2(g) Hfo = -393,5 kJ/mol
H2(s) + ½ O2(g) H2O(g) Hfo = -241,8 kJ/mol

C8H18(l) 8C(s) + 9H2(g) Hfo = +255,1 kJ/mol


8C(s) + 8O2(g) 8CO2(g) Hfo = -3148 kJ/mol
9H2(s) + 9/2O2(g) 9H2O(g) Hfo = -2176,2 kJ/mol

C8H18 (l) + 25/2O2(g) 8CO2 (g) + 9H2O (g) Hco = -5069,1 kJ/mol

c. Massa iso-oktana = 0,79 g/mL x 1000 mL = 790 g


Mol iso-oktana = 790 g / 114 g/mol = 6,93 mol
Hco 6,93 mol iso-oktana = 6,93 mol x (-5069,1 kJ/mol) = -35128,9 kJ
Jadi entalpi pembakaran 1 liter iso-oktana = -35128,9 kJ.
d. Volume iso-oktana yang diperlukan untuk menempuh jarak 100 km adalah :
100 km
 12,5 liter
8 km/liter
massa iso-oktana = 12500 mL x 0,79 g/mL = 9875 gram
9875 g
mol iso-oktana = 114 g/mol  86,62 mol

8
CO2 yang dibebaskan = x 86,62  692,96 mol
1

Volume CO2 yang dibebaskan = 692,96 mol x 22,5 L/mol = 15591,6 L


2. Perubahan entalpi pembentukan standar (Hfo) karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2) masing-masing adalah -110 kJ/mol dan -393 kJ/mol.
Pertanyaan :
a. Tulislah persamaan reaksi pembentukan CO dan CO2 termasuk
simbol wujudnya untuk masing-masing dan perubahan entalpinya
(Hfo).
b. Gunakan dua harga entalpi itu untuk menghitung dalam kJ/mol
untuk perubahan entalpi standar dari reaksi :
C + CO2 2CO
c. Beri alasan / uraian anda bila reaksi b diberi energi dari luar
terhadap hasil produk yang diperoleh
d. Jelaskan dengan singkat bagaimana anda memisahkan CO dan
CO2 yang tidak bereaksi dalam reaksi b.
Pada reaksi : Pb + PbO2 2PbO perubahan entalpi standarnya -157 kJ/mol.
e. Beri penjelasan mengapa ada perbedaan nilai entalpi reaksi di atas
dengan nilai hasil perhitungan anda untuk b
f. Jelaskan dengan singkat mengapa pemisahan PbO dari Pb dan PbO2 tidak
dapat dilakukan langsung sebagaimana seperti jawaban anda pada d.
Jawab :
a. C(s) + ½ O2(g) CO(g) Hfo = -110 kJ/mol
C(s) + O2(g) CO2(g) Hfo = -393 kJ/mol

b. 2C(s) + O2(g) 2CO(g) Hfo = -220 kJ/mol


CO2(g) C(s) + O2(g) Hfo = +393 kJ/mol

C(s) + CO2(g) 2CO(g) Hfo = +173 kJ/mol

c. Karena reaksi pada b bersifat endoterm, maka penambahan


energi akan meningkatkan produk reaksi (CO).

d. Karena CO bukan oksida asam, sementara CO2 merupakan


oksida asam, sehingga apabila ditambahkan air, maka CO sangat
sedikit terlarut, sementara CO2 membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
e. Karena energi ikat antara C – O dan Pb – O berbeda dalam
kekuatannya.

f. PbO dan PbO2 memiliki kelarutan yang rendah terhadap air.


3. Suatu contoh gas metana (CH4) dibakar dengan sejumlah oksigen yang
tidak mencukupi untuk berlangsungnya pembakaran sempurna. Hasil
pembakarannya adalah campuran gas CO, CO2 dan uap air yang berat
totalnya 24,8 gram. Setelah uap air dipisahkan dari gas CO dan CO2,
ternyata diperoleh berat 12,6 gram.
Pertanyaan :
a.1 Tulislah reaksi pembakaran tidak sempurna gas CH4 yang
menghasilkan H2O dan CO
a.2 Tulislah pembakaran CH4 sempurna yang menghasilkan H2O dan CO2
b. Tentukan berapa berat gas CH4 yang dibakar
c. Berapa berat CO yang terbentuk
d. Berat gas CO2 yang terbentuk
e. Total volume gas CO dan CO2 yang terbentuk dalam keadaan standar
(1 mol gas = 22,4 L)
Jawab :

a.1 CH4(g) + 3/2O2(g) CO + 2H2O


a.2 CH4(g) + 2O2(g) CO2 + 2H2O

b. Umpama :
Gas metana yang dibakar tak sempurna = x mol, menghasilkan gas CO
= x mol dan uap air = 2x mol
Gas metana yang dibakar sempurna = y mol, menghasilkan gas CO2 = y
mol dan uap air = 2y mol.
Persamaan yang diperoleh :
x . 28 + y . 44 = 12,6 28x + 44y = 12,6 x 36
2x . 18 + 2y . 18 = 12,2 36x + 36y = 12,2 x 28

1008x + 1584y = 453,6 28x + 44y = 12,6


1008x + 1008y = 341,6 28x + 8,36 = 12,6
576y = 112 x = 0,15
y = 0,19
gas metana yang dibakar = 0,15 + 0,19 mol = 0,34 mol x 16 g/mol
= 5,44 g
Jadi berat metana yang dibakar = 5,44 gram.

c. CO yang terbentuk = x mol = 0,15 mol


Berat CO = 0,15 mol x 28 g/mol = 4,2 gram
Jadi berat gas CO yang terbentuk = 4,2 gram

d. CO2 yang terbentuk = y mol = 0,19 mol


Berat CO2 yang terbentuk = 0,19 mol x 44 g/mol = 8,36 g
Jadi berat CO2 yang terbentuk = 8,36 gram

e. Volume total gas CO dan CO2 yang terbentuk :


= (0,15 mol x 22,4 L/mol) + (0,19 mol x 22,4 L/mol)
= 3,36 L + 4,26 L
= 7,62 L
4. Berikut ini adalah data yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal berikut :
No Senyawa Hfo kJ/mol
1 C2H6 (g) -84,86
2 C3H8 (g) -103,8
3 CO2 (g) -393,5
4 CO (g) -110,5
5 H2O (g) -285,8
6 H2O (l) -241,8
Bilangan Avogadro = 6,02 x 1023 Volume gas STP = 22,4 L/mol
Kandungan O2 di udara = 20%
R = 8,1345 J./mol.K = 8,1345 kPa.dm3/mol.K = 1,987 cal/mol.K = 0,082 L.atm/mol.K
Masa atom (amu), Mr : C = 12, O = 16, H = 1.

a. Suatu campuran gas etana (C2H6) dan propana (C3H8) dibakar dengan sempurna
dengan oksigen dan terjadi reaksi :
2C2H6(g) + 7O2(g) 4CO2(g) + 6H2O(l)
C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(l)
Ternyata diperoleh sebanyak 12,5 gram gas CO2 dan 7,20 gram H2O
Tentukan komposisi campuran kedua gas tersebut dalam :
a. Persen volum b. Persen berat
b. Bila 112 liter (STP) campuran gas yang mengandung 80% (volume) gas C 2H6 dan
sisanya gas C3H8 dibakar dengan sempurna, maka tentukan :
i. Kalor / panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna campuran
kedua gas tersebut.
ii. Volume gas O2 (STP) yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna
kedua campuran gas tersebut.
iii. Bila pembakaran tersebut menggunakan udara, tentukan berapa
paling sedikit udara (STP) yang dibutuhkan untuk menyempurnakan
pembakaran tersebut.

c. Bila gas yang mengandung 100% etana sebanyak 112 liter dibakar dengan udara
terjadi reaksi :
2C2H6(g) + 7O2(g) 4CO2(g) + 6H2O(g)
2C2H6(g) + 5O2(g) 4CO(g) + 6H2O(g)
Bila reaksi pembakaran sempurna terjadi sebanyak 80% dan sisanya tak
sempurna, maka :
i. Tentukan berapa volume udara yang digunakan untuk pembakaran gas tsb.
ii. Panas yang dihasilkan pada reaksi tersebut.
a. Reaksi : C2H6(g) + 7/2O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(l)
misalkan : C2H6 = x mol, CO2 = 2x mol dan H2O = 3x mol
C3H8 = y mol, CO2 = 3y mol dan H2O = 4y mol
sehingga didapatkan persamaan untuk :
CO2 : 2x . 44 + 3y . 44 = 12,5 88x + 132y = 12,5 x 54
H2O : 3x . 18 + 4y . 18 = 7,2 54x + 72y = 7,2 x 88

4752x + 7128y = 675 Jadi gas-gas yang terbakar :


4752x + 6336y = 633,6 C2H6 = 0,064 mol

792y = 41,4 C3H8 = 0,052 mol


y = 0,052 Volume masing-masing gas :
4752x + 7128y = 675 VC2H6 = 0,064 mol x 22,4 L/mol
4752x + 7128(0,052) = 675 = 1,4336 L
4752x + 370,656 = 675 VC3H8 = 0,052 mol x 22,4 L/mol
x = 0,064 = 1,1648 L
i. Persen volum masing-masing gas :
v 1,4336
% C2H6  x 100%  55,17 %
v 1,4336  1,1648

v 1,1648
% C3H8  x 100%  44,83 %
v 1,4336  1,1648
ii. Persen berat masing-masing gas :
massa C2H6 = 0,064 mol x 30 g/mol = 1,92 g
massa C3H8 = 0,052 mol x 44 g/mol = 2,288 g
1,92
%b C2H6  x 100%  45,63 %
b 1,92  2,288

2,288
%b C3H8  x 100%  54,37 %
b 1,92  2,288
b. Kalor pembakaran 1 mol masing-masing gas adalah :
C2H6(g) + 7/2O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)

ΔHoc   ΔHof (produk)   ΔHof (reaktan)


Hco = [(2 x Hfo CO2(g)) + (3 x Hfo H2O(l))] – [(1 x Hfo C2H6(g)) + 7/2 x Hfo O2(g))]
Hco = [(2.(-393,5)) + (3.(-241,8))] – [(1.(-84,86)) + 7/2.(0))]
Hco = [(-787) + (-725,4)] – [(-84,86)]
Hco = -1427,54 kJ/mol

C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(l)


Hco = [(3.(-393,5)) + (4.(-241,8))] – [(1.(-103,8)) + 5.(0))]
Hco = [(-1180,5) + (-967,2)] – [(-103,8)]
Hco = -2043,9 kJ/mol

i. VC2H6 = 112 L x 80% = 89,6 L VC3H8 = 112 L x 20% = 22,4 L

89,6 L 22,4 L
mol C2H6   4 mol mol C3H8   1 mol
22,4dihasilkan
Jadi panas yang L/mol = [4(-1427,54) + 1(-2043,9)] 22,4 L/mol
= -7754,06 kJ
ii. Volume gas O2 yang diperlukan :
C2H6(g) + 7/2O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
pada pembakaran etana : 7/2 x 4 mol = 14 mol
Volume O2 = 14 mol x 22,4 L/mol = 313,6 L

C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(l)


pada pembakaran propana : 5 x 1 mol = 5 mol
Volume O2 = 5 mol x 22,4 L/mol = 112 L
Jadi volume gas O2 yang diperlukan pada pembakaran campuran gas
tersebut adalah 313,6 L + 112 L = 425,6 L
100
iii. Volume udara yang diperlukan adalah : 20 x 425,6 L  2128 L udara
c. VC2H6 pembakaran sempurna = 112 L x 80% = 89,6 L = 4 mol
VC2H6 pembakaran tak sempurna = 112 L x 20% = 22,4 L = 1 mol

i. O2 yang diperlukan pada :


pembakaran sempurna :
C2H6(g) + 7/2O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
7/2 x 4 mol = 14 mol, sehingga VO2 = 14 mol x 22,4 L/mol = 313,6 L
pembakaran tak sempurna :
C2H6(g) + 5/2O2(g) 2CO(g) + 3H2O(g)
5/2 x 1 mol = 5/2 mol, sehingga VO2 = 5/2 mol x 22,4 L/mol = 56 L

Total O2 yang diperlukan = 313,6 L + 56 L =369,6 L


100
x 369,6 L  1848 L udara
Volume udara yang diperlukan : 20
ii. Panas yang dihasilkan untuk pembakaran sempurna 1 mol etana
= -1427,54 kJ, maka untuk 4 mol etana yang dibakar akan menghasilkan
panas : 4 x (-1427,54 kJ) = -5710,16 kJ.

Panas yang dihasilkan pada pembakaran tak sempurna 1 mol gas etana
C2H6(g) + 5/2O2(g) 2CO(g) + 3H2O(g)
ΔHoc   ΔHof (produk)   ΔHof (reaktan)

Hco = [(2.(-110,5)) + (3.(-285,8))] – [(1.(-84,86)) + 5/2.(0))]


Hco = [(-221) + (-857,4)] – [(-84,86)]
Hco = -993,54 kJ/mol

Jadi panas yang dihasilkan pada reaksi di atas :


= -5710,16 kJ + (-993,54 kJ)
= -6703,7 kJ

You might also like