Professional Documents
Culture Documents
PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-
Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan
berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang
sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan
ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi
telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal
ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai
mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya,
tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena
adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari
adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia
dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di
bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari
dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan
siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat
berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang
menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan
pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu
sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai
cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu
kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya
yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan
mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan
sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa
yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang,
bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat
membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya
untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta,
rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai
harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan
sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga
telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu
dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat
dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai
dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya
saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara
untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan
kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang
telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan
pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan
pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya
yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan
tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang
diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan
konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran
yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai
mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai
dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini
disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat All-
Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan
yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus
ajaran Allah.
Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang
biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw
wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa
Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah
diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi
sebagai penerus ajaran agama yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu
khalifah juga merupakan pemelihara ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan.
SIAPAKAH MANUSIA
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal
usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain
yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan
tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada
tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut
pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah
digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan.
Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya
ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak
dan nalarnya.
Beberapa Definisi Manusia :
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural,
manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat
dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas
sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan
masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan
bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan
pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran
dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia
eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa
masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan
akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab
dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan
waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya
secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri.
Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk
hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari,
manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya
secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan
manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan
untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan
kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk
menikmati apa yg belum diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas
dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya.
Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak
memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan
inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan,
membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai
terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana
suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut
ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk
membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri,
dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia
memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk
memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami.
Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti
kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia
sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan
dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih
untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu
potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir
diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu.
Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur’an akal
diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al
Qur’an akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal
diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama
pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di
dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian
yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang dapat
menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif.
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan
adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai
keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang
bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan
kehendak bebas.
PERSAMAAN dan PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN.
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan
kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang
memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang,
sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama
antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan
kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu
membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk
bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara.
Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang
yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat
Al-Isra ayat 70.
Diantara karakteristik manusia adalah :
1. Aspek Kreasi
2. Aspek Ilmu
3. Aspek Kehendak
4. Pengarahan Akhlak
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan
kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang
dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan
kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup
terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing.
Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai
gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang
paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai
kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan
mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan
hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut
jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia
selain mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki
jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk
berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan
berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul
membeda manusia dari segala makhluk lainnya.
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56 bahwasannya:”Allah tidak menciptakan
manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya”mengabdi dalam bentuk apa?ibadah dengan
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam Al-qur’an
????????????? ????? ???????? ???????? ????????? ????
“Sesungguhnya telah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam
bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar dengan
berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam menjalankannya.Begitupun
sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran
manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat
disayangkan bagi mereka yang terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan
menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman
dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih
banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih
tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya.Sehingga mereka
bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk
beribadah.Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia
di akhirat.
FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai
pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu
Al Qur’an.
2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi
juga ilmu Allah.
3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia
mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya.
Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat
dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas
pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang
sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu
dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup
kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan
mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain
sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan
permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang
memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik
permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak
berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu
memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata
manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan
hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan.
Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang
biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam
hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran.
Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang
bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka
melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama
hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk
keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan
untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus
menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai
peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada
sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah
berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang
lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam
kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah
keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi
kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan
bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri
sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum
naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka).
Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau
Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah
menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan
berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan
kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus
senantiasa melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan
kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang
senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan
mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang
senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak
menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta
(al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.
Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di
hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang
artinya adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir,
maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan
pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah
dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan.
Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS
(at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat
Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan
adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia
menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di
muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah
Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
Tugas utama manusia adalah beribadah (????????????? )kepada Allah SWT.Semua ibadah
yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali kepada kita dan bukan
untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-
hal lainnya dari hal besar sampai hal kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang
ringan yang bisa dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai
mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam hati
melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari Pembalasan nanti
atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html
Hakekat Manusia
OPINI
Ichanx Nugrov
332
Nihil.
Seseorang pernah menanyakan apa sih sebenarnya diri mansia itu? Apa kah sebenarnya
hakekat penciptaan manusia itu? Kadang pertanyaan sepertiitu pun lazim terucap atau bahkan
terbersit di rentang pemikiran yang memang Allah karuniakan kepada makhluk manusia. Toh
setiap ujung drai pikiran itu adalah bersumber dan akhirnya akan bermuara kembali kepada
Allah SWT.
Namun tak jarang pikiran itu mengembara melewati batas yang telahditentukan oleh Allah
SWT. Batas yang sebenarnya sangatlahjelas menjadi kabur Karena kebebasan yang tak
bertanggung jawab. Lebih tragis bila harus mengungkapkan pemikiran dan mengumbarnya
tanpa sadar bahwa wilayah wihdatul wujud terlampaui.
Teringat sebuah kisah penyesalan Imam Alghazali diujung umurnya. Fiqh adalah salah
satu ilmu yang begitu dikuasi oleh Alghazali sejak muda, namun itu bukanlah benteng kuat
untuk menangkis masuknya pemikiran dalam jebakan penyatuan Tuhan akan diri ini.
Terjebak dalam tassawuf berlebihan Imam Alghazali akhirnya menyadari
ke’melencengannya’ dengan sungguh-sungguh bertaubat siang dan malam, namun segala
kehendak dan akibat Allahlah segala penentuNYA.
Setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah,
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum :30)
Yang dimaksud fitrah Allah di sini adalah ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan. Satu-satunya agama Tauhid dan agama terakhir yang diturunkan Allah kebumi
ini adalah agama yang dianut oleh Muhammad dan ummatnya. Islam adalah rahmatan lil
alamin yang terakhir dan yang telah disempurnakan.
Hakekat manusia itu adalah tercipta sebagai Makhluk, produk dari Allah. Setiap apa yang
diciptakan oleh penciptanya haruslah tunduk dan taat kepada aturan yang ditetapkan oleh
pembuatnya. Karena manusia adalah produk Allah maka fitrah yang harus ditaati adalah
tunduk patuh dan taat terhadap setiap apa-apa yang diperintahkan dan menghindari setiap apa
yang dilarang.
Bila kaitannya manusia sebagai makhluk maka apa yang harusnya dimiliki oleh seorang
makhluk? kelemahan yang mutlak. Manusia itu cenderung lemah,
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.(An-
Nisaa :28)
Bila kita mau mengakui betapa banyak sifat lemah yang disertakan Allah kepada penciptaan
makhluk yang bernama manusia ini.
Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan
segera. (Al-Anbiyaa :37)
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (Al-Ma`aarij :19)
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (Al-Ma`aarij :20)
Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, Karena takut membelanjakannya”. dan
adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Israa` :100)
Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran Ini
bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.(Al-Kahfi :54)
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh,(Al-Ahzab :72)
Bila harus melihat kenyataan ini, betapa lemah manusia itu, apa lagi yang menjadikan alasan
bagi manusia untuk menentang Penciptanya diantara begitu banyak kelemahan ini. Bahkan
asal mula penciptaan manusia jugalah hanya dari segumpal barang hina, tanah tembikar
hitam legam.
Namun bukanlah kesombongan ketika Allah memulyakan manusia dari sekian banyak
makhluk yang pernah diciptakan Allah
“Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan Aku termasuk
orang-orang yang dimuliakan”. (Yassin : 27)
Yaitu buah-buahan. dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, (As-shaffat :42)
Bukanlah alasan pula untuk menjadi sombong takabbur karena hakekat mulya disini
bukanlah dengan sendirinya, namun berdasra pengangkatan oleh Allah sebagai makhluk
paling mulia. Tiada daya dan upaya melainkan karena pertolongan Allah, pun bila Allah
menghendaki kemuliaan itu akan sirna dengan seketika, maka kenapa dalam setiap literature
dalam Alquran kata mulia bagi manusia adalah selalu menggunakan kata dimuliakan dan
tidak pernah berdiri sendiri, lantas dengan alasan apalagi manusia harus sombong dan
takbbur? Astaghfirullah.
Bila manusia sudah menyadari akan kemakhlukannya dan Allah menempatkan manusia
dalam sisi sebagai makhluk yang lemah dan di lain sisi sebagai makhluk yang dimulyakan
kemudian Allah memberikan beban kepadanya(Mukallaf). Manusia diberikan beban yang
salah satunya mendapat keringan oleh Allah dalam peristiwa isro` mi`raj melalui nabiNYA.
Mencerminkan bahwa ibadah adalah beban yang harus ditanggungkan kepada manusia.
Bermula dari beban maka tolok ukur ibadah akan berkembang tergantung manusia
menyikapinya sebagai kewajiban ataukah sebagai kebutuhan. Manusia yang terpatok
menganggap ibadah sebagai beban kewajiban maka akan terlihat betapa kering setiap
pemaknaan akan tindakannya. Namun lihatlah cahaya yang memancar dari manusia yang
menganggap beban ini sebagai kebutuhan? Kebutuhan yang begitu besarnya akan
kemakhlukan dan kelemahannya. Karena apa yang kita kerjakan sekarang adalah pilihan kita
kelak. Pilihan yang seadil-adilnya dari yang Maha Adil.
Dan yang terakhir dalam kaitan hakekat manusia adalah 2 atsar yang menerangkan
kesanggupan, kedemokratisan, dan keluasan Allah sebagai penguasa sekalian alam termasuk
manusia didalamnya. Bahwa manusia diberi kebebasan (Mukhoyyar), kebebsan memilih,
kedemokratisan berpikir dan bertindak. Allah tidak akan melarang manusia untuk keluar dari
agama NabiNYA, Allah juga menyediakan tempat seluas-luasnya bagi para pembangkang,
tak dikurangi rezekinya didunia bagi para pengkhianat. Dan Allah juga tidak memaksakan
manusia untuk mempercayaiNYA. Kebebasan itu namun terikat erat dengan Al-Mujazzi,
yaitu konsekuensi atau balasan.
Almujazzi atau konsekuensi dari tindakan dan balasan ini sangatlah adil bahkan Allah
berfirman,
(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. (Luqman :16)
yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu
bagaimana kecilnya. Dalam persidangan Allah tiada sedikit pun yang terlewat keadilan yang
merata dan tak berpihak. Bila kebaikan maka kenikmatan yang didapat bila kedzoliman maka
keburukan yang akan diderita.
Hakekat manusia yang begitu lengkap semua tertuang dalam Alquranul karim, tergantung
bagaimana manusia menghayati dan mengambil tindakan berikutnya, kebebasan yang
diberikan Allah tentunya kebebsan yang bertanggung jawab, baik itu berpikir ataupun
bertindak. Kebebasan yang sebebas bebasnya adalah sebuah pelanggaran serius bagi hakekat
manusia. Bila hakekat manusia ini diidentikkan dengan HAM (Hak Asasi Manusia) inilah
HAM dari yang Maha Adil. Tiada celah dan cacat didalamnya.
Produk pendamping dan manual terpercaya dari Allah azza wa jalla. Hak asasi yang
ditetapkan mencakup segala sesuatu kebutuhan dan pertanyaan manusia.
http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/29/hakekat-manusia/
BAB I
HAKEKAT MANUSIA
TUJUAN :
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Merumuskan pengertian hakekat manusia.
2. Menjelaskan pengertian manusia menurut pandangan ilmiah dan filsafat.
3. Menjelaskan pandangan manusia sebagai makhluk individu.
4. Menjelaskan pandangan manusia sebagai makhluk sosial.
5. Menjelaskan pandangan manusia sebagai makhluk susila.
6. Menjelaskan pandangan manusia sebagai makhluk keberagamaan.
7. Membandingkan perbedaan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk
susila dan makhluk keberagamaan
8. Menganalisis perbedaan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk
susila dan makhluk keberagamaan.
9. Menganalisis potensi manusia.
A. Manusia Menurut Pandangan Ilmiah dan Filsafat
Dalam pandangan klasik dan rasional tentang manusia faktanya manusia adalah makhluk
yang berakal. Menurut Plato akal adalah alat untuk mengarahkan budi pekerti. Aristoteles
juga berpendapat bahwa akal manusia adalah kekuatan yang tertinggi dari jiwa dan
merupakan kebanggaan dan keagungan manusia. Manusia menurut pandangan ilmu
Antropologi adalah homo sapien. Pandangan antropologi budaya manusia adalah organisme
sosio budaya. Pandangan ilmu psikologi manusia adalah individu yang belajar. Pandangan
ilmu sosiologi manusia adalah animal sociale (binatang yang bermasyarakat). Menurut
Aristoteles ilmu politika manusia sebagai animal politicon (binatang yang hidup berpolitik).
Pandangan ilmu ekonomi manusia adalah animal econominicus (binatang yang terus
berusaha memperoleh kemakmuran materiil).
Manusia menurut pandangan filsafat manusia adalah:
1. Manusia seutuhnya (animal symbolicum).
2. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk
menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang unik (animal rationale).
3. Hewan yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol untuk
mengkomunikasikan pikirannya (animal sociale).
4. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menalar
dan menyadari sebagai pribadi yang menalar.
5. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk
mengkombinasikan unsur-unsur yang menghasilkan suatu yang kreatif.
6. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol maka dapat
mengadakan perbedaan moral.
7. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol dapat menyadari
diri sendiri sebagai pribadi.
Sifat-sifat manusia yang demikian harus dipahami oleh para pelaku pendidikan sebagai dasar
pengembangan proses pendidikan guna mencapai hasil sebagaimana diharapkan baik untuk
masa depan peserta didik itu sendiri maupun untuk pembangunan secara luas.
B. Manusia sebagai Makhluk Individu
Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi dirinya
sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya individulitas
itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan
yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang
sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.
Mengenal perbedaan individual murid ini sangat penting bagi guru, yaitu guru dapat
menyikapi siswa dengan cara tertentu dalam proses pembelajaran. Guru tidak bisa
memperlakukan siswa secara seragam. Keunikan siswa hendaknya dihadapi dengan cara-cara
yang beragam guna mencapai efektifitas pembelajaran.
Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan individualitas setiap
insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut
1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.
3. Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian
Sifat-sifat keindividualitasan setiap insan perlu ditumbuhkembangkan melalui pendidikan
agar bisa menjadi kenyataan, disini pendidikan berfungsi membantu peserta didik untuk
membentuk kepribadianya atau keindividualannya. Sebagai makhluk individu, manusia
memerlukan pola tingkah lak yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal ini hanya
bisa diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman belajar (Tim Dosen FIP-UM,1995).
Pendidikan harus mengembangkan peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri.
Pendidik hanya menunjukan jalan dan memberikan motivasi bagaimana cara memperoleh
sesuatu dalam mengembangkan dirinya. Artinya bahwa dalam proses pendidikan itu yang
aktif bukan hanya pendidik tetapi juga peserta didik. Proses pendidikan adalah tindakan
bersama, berlangsung dalam suatu pergaulan timbal balik, yang juga memperhatikan
kepribadian tiap peserta didik, kesefahaman,keserasian, kebersamaan antara pendidik dan
peserta didik untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan ini merupakan dasar untuk
menumbuhkan kewibawaan pendidik. Pendidikan adalah suatu hak fundamental, maka
masyarakat mempunyai kewajiban untuk memberikan kesempatan pendidikan yang
diimplikasikan oleh hak itu, (Arbi, 1988). Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama
antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Dilain pihak dikatan bahwa pendidikan
berhubungan untuk ”dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa”.
C. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena
manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.
Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah
ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk
mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar” dan
”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam
bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang
status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan
kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan
ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan
manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik
dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan
aspek individual, sosial, moral dan religi, agar menjadi manusia yang bisa menjalani
kehidupan bersama.
D. Manusia sebagai Makhluk Susila
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Menurut
bahasa ilmiah sering digunakan istilah etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Jasi kesusilaan selalu berhubungan dengan nilai-nilai. Pada hakekatnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya
sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Dirjarkara mengartikan manusia
susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. (Dirjarkara,
1978,36-39) nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini
dan dijadikan pedoman dalam hidup.
Hubungan dan kebersamaan dengan sesama manusialah manusia dapat hidup dan
berkembang sebagai manusia. Manusia bertindak, tidak sembarang bertindak, melainkan
mereka dapat mempertimbangkan, merancang, dan mengarahkan tindakannya. Persoalan
mengenai masalah apakah tindakannya baik dan tidak baik, adalah persoalan tentang nilai,
persoalan norma, persoalan moral atau susila. Peran pendidikan disini membantu
mengarahkan perbuatan anak dalam kehidupannya dimasa mendatang. Dengan pendidikan
pula peserta didik dapat tumbuh kesadarannya terhadap nilai, dapat tumbuh suatu sikap untuk
berbuat dan mau berbuat selaras dengan nilai, atau berbuat selaras dengan apa yang
seharusnya diperbuat. Perbuatan yang selaras dengan nilai itulah yang menjadi inti dari
perbuatan yang bertanggung jawab.
Pandangan manusia sebagai makhluk susila atau bermoral, bersumber pada kepercayaan
bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma.
Pendirian ini sesuai dengan analisa ilmu jiwa dalam tentang struktur jiwa (das Es, das Ich
dan das uber ich). Struktur jiwa yang disebut das Uber Ich (super ego) yang sadar nilai
esensial manusia sebagai makhluk susila. Kesadaran susila (sense of morality) tidak dapat
dipisahkan dengan realitas sosial, sebab adanya nilai, efektifitas nilai, berfungsinya nilai
hanya ada di dalam kehidupan sosial, artinya kesusilaan atau moralitas adalah fungsi sosial.
Tiap hubungan sosial mengandung hubungan moral. “Tiada hubungan sosial tanpa hubungan
susila, dan tiada hubungan susila tanpa hubungan sosial” (Noorsyam, 1986).
Kodrat manusia sebagai makhluk susila dapat hidup aktif-kreatif, sadar diri dan sadar
lingkungan, maka intervensi pendidikan bukan hanya sekedar penanaman kebiasaan atau
latihan namun juga memerlukan motivasi dan pembinaan kata hati atau hati nurani yang
kelak akan membentuk suatu keputusan. Oleh karena itu pendidikan harus mampu
menciptakan manusia susila, dengan mengusahakan peserta didik menjadi manusia
pendukung norma, kaidah, dan nilai-nilai susila dan sosial yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya.
Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata norma,nilai dan kaidah masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari mempunyai beberapa alasan, antara lain:
1. Untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu
Setiap individu harus dapat menyesuaikan terhadap kehidupan dan bertingkah laku sesuai
norma, nilai, dan kaidah yang berlaku pada masyarakat, agar individu tersebut merasa aman,
diterima dalam kelompok masyarakat tersebut.
1. Untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri
Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya memiliki aturan yang berupa norma, nilai dan
kaidah sosial yang mengatur tingkah laku individu yang bergabung didalamya. Norma, nilai
dan kaidah sosial tersebut merupakan hasil persetujuan bersama demi untuk dilaksanakan
dalam kehidupan bersama, demi untuk mencapai tujuan bersama (Tim Dosen FIP UM, 1995).
E. Manusia sebagai Makhluk Keberagamaan
Manusia adalah makhluk beragama, dalam arti bahwa mereka percaya dan/atau menyembah
Tuha, melakukan ritual (ibadah) atau upacara-upacara. Suatu fenomena bahwa manusia
menyembah, berdoa, menyesali diri dan minta ampun kepada sesuatu yang ghaib, walaupun
kemudian ada yang menjadi agnostic (tidak mau tahu akan adanya Tuhan) atau atheis
(mengingkari adanya Tuhan). Mereka cenderung untuk mengganti Tuhan yang bersifat
pribadi seperti negara, ras, proses alam, pengabdian total untuk mencari kebenaran atau ideal-
ideal yang lain.
Hubungan pribadi manusia dengan Tuhan lebih bersifat trasendental, karena hubungan ini
lebih banyak melibatkan rohani pribadi manusia yang bersifat perseorangan. Dengan adanya
agama maka manusia mulai menganutnya. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui
proses pendidikan agama, penanaman sikap dan kebiasaan dalam beragama dimulai sedini
mungkin, meskipun masih terbatas pada latihan kebiasaan (habit formation). Tetapi sebagai
pengembangan pengkajian lebih lanjut tentunya tidak dapat diserahkan hanya kepada satu
pihak sekolah saja atau orang tua saja melainkan keduannya harus berperan. Oleh karena itu
dimasukkannya kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah.
Tugas pendidikan yaitu membina pribadi manusia untuk mengerti, memahami, menghayati,
dan mengamalkan aspek-aspek religi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selaras dengan
pandangan manusia sebagai makhluk beragama, maka menggali nilai-nilai yang melandasi
pendidikan itu hendaknya memperhatikan nilai-nilai yang bersumber pada Tuhan Yang Maha
Esa dengan meyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akherat.
F. Potensi Manusia
Manusia dikaruniai fasilitas istimewa dan tidak dimiliki makhluk lain yaitu berupa akal.
Dengan akal, Tuhan memberi tugas untuk mengatur, mengelola, memberdayakan dan
menjaga kelestarian alam. Manusia juga diberikan kelebihan yaitu rasa, karsa, cipta, karya,
dan hati nurani. Dari semua kelebihan tersebut bisa dikembangkan kedalam potensi-potensi
yang bersumber dari cipta, yaitu potensi intelektual atau intelectual quontien (IQ). Potensi
dari rasa, yakni potensi emosional atau emosional quontien (EQ) dan potensi spiritual atau
spiritual quontien (SQ). Sedangkan potensi yang bersumber dari karsa adalah potensi
ketahanmalangan atau adversity quontien (AQ) dan potensi vokasional quontien (VQ).
Dengan IQ, manusia mampu menyatakan benar dan salah berdasarkan intelektual. Kita
mampu menghitung, membuat konstruksi bangunan, meyusun program. Dengan EQ, manusia
mampu mengendalikan amarah, memiliki rasa iba, kasih sayang, tanggung jawab, kerjasama
dn kesenia (estetika). Dengan adanya EQ maka muncul sikap sabar, lemah lembut ataupun
sebaliknya. Dengan SQ, manusia membedakan mana yang baik dan yang buruk. Potensi ini
sangat terkait dengan etika atau nilai-nilai moral, baik dan buruk, serta nilai-nilai keagamaan.
Dengan AQ, manusia mampu menghadapi berbagai hambatan dan tantangan hidup. Dengan
adanya ini muncul sikap tabah, tangguh, memiliki daya juang dan kreatifitas. Dengan VQ,
manusia mampu dan cenderung pada bidang-bidang ketrampilan atau kejuruan. Misalnya
bidang olahraga, kesenian, dan teknik. Pada hakekatnya, kedua potensi AQ dan VQ
merupakan manisfestasi dari berbagai potensi diri yang direalisasikan dalam tindakan.
Berikut akan dideskripsikan bagaimana potensi-potensi itu berproses pada diri manusia.
Potensi pikir, awal dari proses pengembangan diri manusia. Contoh, seorang pelukis ingin
membuat sebuah gambar yang menarik menurut pendiriannya. Dia punyai ide atau pikiran
wujud benda yang mau dilukis, katakanlah gambar wanita. Setelah ide itu muncul dan pikiran
mulai berproses, selanjutnya dia menilai secara psikologis (rasa) bahwa model gambar wanita
yang mau dilukis itu cocok, indah, dan menarik. Berikutnya muncul kehendak (rasa) untuk
mewujudkan keinginan membuat lukisan wanita itu. Kehendak akan muncul dan ingin
diwujudkan apabila hasil penilaian psikologis (rasa) cocok dengan selera sang pelukis.
Selanjutnya, ketika pada diri manusia sudah ada kehendak untuk mewujudkan lukisan wanita,
daya cipta muncul bagaimana memulai dan menggambarkan model lukisan yang diinginkan.
Hasil dari daya cipta ditunjukkan dengan wujud nyata, yakni yang berupa lukisan wanita
sebagaimana yang dibayangkannya. Karena manusia adalah mahluk beretika, termasuk
pelukisnya juga mahluk etika, maka karya cipta manuisa itu harus mengandung nilai etika.
Tidak semaunya pelukis itu membuat lukisan apapun tanpa mempertimbangkan etika. Kalau
tidak, walaupun karya ciptanya bisa diterima orang lain, itu sangat terbatas. Tetapi jika etika
sosial dan keagamaan menjadi dasar dari semua karya cipta manusia akan sangat
memungkinkan untuk diterima oleh lebih banyak orang dan lebih abadi. Inilah fungsi
daripada potensi hati nurani dalam diri manusia, yang berfungsi sebagai penyeleksi dan
memberi penerangan pada setiap karya cipta manusia. (Rulam Ahmadi)
http://www.infodiknas.com/daspen1/
Hakekat Manusia Sebagai mahluk budaya.
Manusia mempunyai tingkatan yang lebih tinggi karena selain mampunyai sebagaimanaa
makhluk hidup di atas, manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan
tindakannya yang kompleks melalui proses belajar yang terus-menerus. Selain itu manusia
diktakan pula sebagai makhluk budaya. Budaya diartikan sebagai pikiran atau akal budi
(Pusat Bahasa Diknas, 2001: 169).
Hakekat Keberadaan Manusia
Isi dari kepribadian manusia terdiri dari 1) pengetahuan; 2) perasaan, dan; 3) dorongan
naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam
jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui
penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain.
(Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
Kalau unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka kesadaran
manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia melainkan karena sudah
terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri. Sehubungan dengan naluri tersebut,
kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap manusia disebut sebagai “dorongan”
(drive), maka disebut juga sebagai dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia ,
antara lain adalah:
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak.
(Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.Rasulullah saw
bersabda: ” Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik
akhlaknya”.Pada makalah ini kami akan memaparkan pengertian akhlak, norma, etika, moral
dan nilai.
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan)
dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun
yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian,
serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan
baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.Secara terminologi
kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti.
Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong
oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena
didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari
hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.Sedangkan
secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan
dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan
ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain
mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu
akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah
menjadi budaya sehari-hariDefenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan
darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan
yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan
manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya,
bukan main-main atau karena bersandiwaraKelima, sejalan dengan ciri yang keempat,
perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena
keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak
adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat
praktis.
Menyambut era globalisasi dan Teknologi Informasi dalam abad ini, banyak sekali
perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam perkembangan masyarakat. Perubahan-
perubahan tersebut dapat meliputi perubahan yang mengarah kepada kehidupan yang lebih
baik (perubahan positif) maupun perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat
negatif.
Salah satu dampak negatif yang dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan
akhlak dan budi pekerti yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di Indonesia,
padahal tidak dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti menjadi peranan
sangat penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat yang beradab dan
berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, masyarakat
yang adil dan bermartabat dan lalainya ketidaksinambungan antara hak yang mereka
dapatkan dan kewajiban yang harus mereka jalani.
Untuk mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di kehidupan masyarakat
mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk menyadari pentingnya penanaman
kesadaran tentang hak dan kewajiban yang berkesinambungan secara utuh dengan penuh
keinsyafan, walau terkadang dalam menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan
yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlak dan budi pekerti, setiap diri manusia harus bisa mengatur
keseimbangan yang sangattajam antara hak dan kewajibannya, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap anggota masyarakat harus mampu menjalin
hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama
anggotanya.
Masukan ini dipos pada Mei 14, 2010 6:48 pm dan disimpan pada Uncategorized . Anda dapat mengikuti semua
aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs anda.
http://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/hakekat-manusia-sebagai-mahluk-
budaya/