Professional Documents
Culture Documents
Oleh
RIDWAN ARIFIN
H251090131
Oleh
RIDWAN ARIFIN
H251090131
Proposal Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mengadakan penelitian
pada Program Studi Ilmu Manajemen
i
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Komposisi kimia jagung......................................................................................5
2. Kandungan amilosa dan amilopektin dari beberapa varietas jagung...................6
3. komposisi kimia tepung jagung………………………………………………...7
ii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Struktur biji jagung..............................................................................................5
2. Teknologi proses produksi mi............................................................................10
3. Prototipe mie jagung instan…………………………………………………...11
4. Life cycle of concept…………………………………………………………...15
iii
I. PENDAHULUAN
2
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan dan industri di bidang mie instan, sebagai bahan pertimbangan dalam
perumusan strategi baru terhadap mie jagung instan yang efektif dan efisien.
Selain itu, penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan bagi penentu
kebijakan di pemerintahan terkait dengan strategi ketahanan pangan dan
diversifikasi pangan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung
Secara struktural, biji jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian
utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip cap (Gambar 1). Perikarp
merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses
pembentukan biji. Pada waktu kariopsis muda, sel-selnya kecil dan tipis, tetapi
sel-sel itu berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf tertentu
lapisan ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau aleuron yang
secara morfologi adalah bagian endosperm. Bobot lapisan aleuron sekitar 3% dari
keseluruhan biji (Inglett 1987 diacu Suarni dan Widowati 2007).
Lembaga merupakan bagian yang cukup besar. Pada biji jagung tipe gigi
kuda, lembaga meliputi 11,5% dari bobot keseluruhan biji. Lembaga ini sendiri
sebenarnya tersusun atas dua bagian yaitu skutelum dan poros embrio (embryonic
axis). Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji jagung, yaitu sekitar 85%,
hampir seluruhnya terdiri atas karbohidrat dari bagian yang lunak (floury
endosperm) dan bagian yang keras (horny endosperm). Lembaga terdiri atas
plumula, radikel, dan skutelum, yaitu sekitar 10% dan perikarp 5%. Tip cap
adalah bagian yang menghubungkan biji dengan janggel. Lapisan aleuron,
perikarp, dan lembaga mengandung protein dengan kadar yang berbeda. (Inglett
1987 diacu Suarni dan Widowati 2007 ).
5
amilopektin, tekstur dan rasa jagung semakin lunak, pulen, dan enak. Komposisi
tersebut juga berpengaruh terhadap sifat amilografinya. Kandungan amilosa
beberapa varietas lokal dan unggul nasional dapat dilihat pada Tabel 2 (Suarni
2005 diacu Suarni dan Widowati 2007).
Protein utama dalam jagung adalah glutelin, yang juga dikenal dengan
nama glutenin. Glutelin merupakan protein yang berberat molekul tinggi yang
larut dalam alkali. Fraksi glutelin merupakan protein endosperma yang tersisa
setelah ekstraksi protein larut garam dan alkohol (zein). Protein lain dalam jagung
adalah zein yang merupakan protein yang tidak larut dalam air. Ketidaklarutan
zein dalam air disebabkan karena adanya asam amino hidrofobik seperti leusin,
prolin dan alanin. Selain faktor tersebut, tingginya proporsi dari sisi rantai grup
hidrokarbon dan tingginya persentase grup amida yang ada dengan jumlah grup
asam karboksilat bebas yang relatif rendah (Johnson 1991). Berdasarkan pada
kelarutan, ada dua jenis protein zein yaitu α-zein yang larut pada etanol 95% dan
β-zein yang larut pada etanol 60%. α-zein mengandung lebih banyak histidin,
arginin, prolin, dan metionin daripada β-zein (Laszity 1986). Lemak pada jagung
terutama terdapat pada bagian lembaga yaitu sekitar 85% dari total lemak jagung.
Dengan tingginya kandungan lemak pada lembaga, dalam pembuatan mi jagung
bagian lembaga dipisah karena lemak dapat menyebabkan ketengikan sehingga
memperpendek daya simpan mi.
Komposisi kimia jagung bervariasi tergantung varietas, cara menanam,
iklim dan tingkat kematangan, sehingga diperlukan seleksi untuk mendapatkan
varietas jagung yang memiliki komposisi kimia yang tepat untuk dibuat mi.
Komposisi kimia jagung putih tidak berbeda dengan jagung kuning, tetapi tidak
6
mengandung vitamin A. komposisi kimia tersebut tidak menyebar merata pada
bagian-bagian biji jagung (Utomo 1982 diacu Suarni dan Widowati 2007).
Proses pembuatan tepung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
penggilingan kering (dry milling) dan penggilingan basah (wet milling).
7
Penggilingan kering adalah penggilingan jagung kering dengan dua kali
penggilingan yaitu penggilingan kasar dan penggilingan halus. Penggilingan
dengan metode kering menggunakana alat hammer mill untuk penggilingan kasar
dan disc mill untuk penggilingan halus. Pada penggilingan basah, jagung digiling
dengan menggunakan penggilingan batu yang biasa digunakan untuk menggiling
kedelai pada pembuatan tahu. Keuntungan proses penggilingan basah adalah
kemudahan untuk mencapai derajat kehalusan yang tinggi, mencegah kenaikan
suhu bahan yang terlalu tinggi, dan memperkecil kerugian akibat oksidasi bahan
baku. Penggilingan basah terutama digunakan untuk mendapatkan tepung yang
halus dan biasanya membutuhkan air dalam jumlah besar (Pratama 2008).
Penggilingan jagung dengan metode kering akan menghasilkan rendemen
tepung jagung yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan penggilingan metode
basah. Hal ini disebabkan pada penggilingan basah banyak komponen jagung
yang terbuang pada saat pembersihan dan pencucian. Selain itu tepung jagung dari
penggilingan kering dapat menghasilkan tepung yang bisa disimpan dalam bentuk
kering dengan kadar air 14% (kadar air yang aman dari kerusakan mikrobiologis)
(Nobel dan Andrizal 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) dengan menggunakan metode
penggilingan kering pada jagung menghasilkan tepung jagung sebanyak 2.9 kg
dari 10 kg jagung pipil atau rendemen sekitar 29%. Tepung jagung yang dibuat
dengan menggunakan penggilingan kering dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
penggilingan awal, pencucian dan perendaman, penggilingan tahap akhir, serta
pengayakan.
Penggilingan tahap awal dilakukan dengan menggunakan hammer mill
yang akan menghasilkan penggilingan kasar berupa grits, kulit, lembaga dan tip
cap. Pemisahan kulit, lembaga, dan tip cap dilakukan dengan cara pencucian dan
perendaman, grits akan mengendap dan kulit serta lembaga akan mengapung.
Grits jagung dikering-anginkan selama 2 jam (hingga kadar air ±17%) untuk
mempermudah ke tahap penggilingan selanjutnya. Kadar air grits yang tinggi
dapat menyebabkan bahan menempel pada disc mill sehingga menimbulkan
kemacetan pada alat, sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan
partikel tepung setelah penggilingan lebih besar (tidak halus).
8
Penggilingan tahap akhir adalah penggilingan grits jagung dengan
menggunakan disc mill (penggiling halus) untuk menghasilkan tepung yang lebih
kecil ukurannya. Tepung jagung dari penggilingan tahap akhir kemudian diayak
dengan menggunakan pengayak berukuran 100 mesh. Pengayakan ini bertujuan
agar ukuran partikel tepung seragam, karena menurut Faridi dan Faubion (1995),
perbedaan ukuran partikel tersebut dapat menyebabkan terbentuknya specks
(noda) berwarna putih karena ukuran partikel yang lebih besar membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menyerap air, sehingga bagian yang tidak menyerap
air tersebut akan membentuk noda berwarna putih.
9
Bahan tambahan (garam, air, telur,
Pencampuran dan pengistirahatan adonan dan alkali)
Terigu
Pemotongan
(slitting)
Perebusan Pengukusan
Pemberian minyak
Pendinginan Pendinginan
10
Penggunaan tepung jagung dalam mie akan dibatasi oleh karakteristik
fungsional tepung jagung, terutama disebabkan oleh kandungan protein gluten
yang rendah dan karakteristik protein tepung jagung tidak mengandung protein
gliadin dan glutenin sebagaimana pada tepung gandum yang bertindak sebagai
pengikat untuk membentuk tekstur adonan yang elastic-cohesive (Juniawati 2003;
Budiyah 2005).
Teknologi proses pembuatan mie jagung hampir sama dengan proses
produksi mie secara umum, akan tetapi ada beberapa proses yang harus dilakukan
dan tidak dilakukan pada mie terigu. Pada proses pembuatan mie jagung 100%,
tahap yang harus dilakukan pertama adalah berupa pengukusan sebagian tepung
jagung (70%), dimana menghasilkan karakteristik adonan mie jagung yang tidak
lengket pada roller mesin sheeting. Secara umum, proses produksi mie jagung
dengan teknologi sheeting mencakup tahapan formulasi bahan, pengukusan untuk
menggelatinisasi sebagian tepung jagung (70% dari total tepung), pencampuran
antara formulasi bahan yang tidak digelatinisasi dengan tepung gelatinisasi
(mixing), pembentukan lembaran adonan dan untaian mie (sheeting dan slitting),
pengukusan dan pengeringan.
Parameter mutu mie dapat dilihat dari mutu fisik, kimia dan organoleptik.
Mi kering yang bermutu baik (sebelum dimasak) memiliki tekstur yang kuat
(tidak rapuh/mudah patah), permukaan yang halus dan warna kuning yang
seragam. Apabila dimasak (direbus dalam air), mie cepat mengalami rehidrasi
(untuk mie instan kurang dari 3 menit), tidak hancur/larut dalam air rebusan
(cooking loss rendah, yaitu <2%), tidak lengket, cukup elastik, dan tidak terlalu
mengembang (Putra 2008; Chen et al. 2003).
11
Berbeda dengan mie kering, pada mie jagung instan mengandung nilai gizi
yang baik yaitu mampu menyumbangkan sekitar 360 kalori/kemasan. Tingginya
energi yang terdapat pada mie jagung instan menunjukkan bahwa produk tersebut
dapat dijadikan bahan pangan alternatif pengganti nasi. Selain itu keunggulan mie
jagung instan adalah warna mie yang lebih menarik (kuning) dibandingkan mie
terigu walaupun tidak menggunakan pewarna seperti mie terigu. Pewarna kuning
yang umum digunakan dalam pembuatan mie terigu instan adalah tartrazine.
Sedangkan pada mie jagung instan warna kuning yang dihasilkan merupakan
warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen kuning jagung yaitu berupa
beta karoten, lutein, dan xanthin (Juniawati 2003)
12
terduga. Rancangan riset bersifat luas dan serbaguna. Data yang digunakan dapat
berupa data sekunder ataupun hasil wawancara dengan para ahli atau kelompok.
Riset ini cocok untuk menganalisis masalah dan peluang. Riset konklusif
memberikan infyormasi yang dapat mengevaluasi dan menyeleksi rangkaian
tindakan. Prosedur riset bersifat formal dan sasaran riset serta kebutuhan
informasi didefinisikan dengan jelas. Riset pemantauan prestasi adalah riset yang
dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian program pemasaran yang telah
dijalankan telah sesuai dengan tujuan ataukah sebaliknya (Kinnear dan
Taylor,1988).
2.5 Positioning
Positioning dikenal sebagai strategi untuk menguasai pikiran konsumen
dengan penawaran perusahaan kita. Positioning juga merupakan strategi untuk
mengarahkan para pelanggan atau dengan kata lain positioning adalah upaya
untuk membangun kesan di benak konsumen bahwa perusahaan kita layak
dipercaya dan kompeten.
Menurut Kertajaya (2001), positioning adalah cara menempatkan diri agar
dipersepsikan oleh orang yang berada pada pasar yang dituju. Positioning adalah
janji yang diberikan produk, merek dan perusahaan kepada pelanggannya. Untuk
memenuhi janji tersebut, penjual harus membangun diferensiasi yang solid.
Selanjutnya, agar diferensiasi yang dibangun kokoh, penjual harus memback up
diferensiasi tersebut dengan marketing mix (strategi produk, harga, distribusi dan
promosi) yang kokoh pula. Setelah marketing mix, selanjutnya penjual juga harus
menyusun strategi selling dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan
pelanggan.
Menurut Kotler (2002), hasil akhir dari suatu penentuan posisi adalah
keberhasilan penciptaan suatu usulan nilai yang terfokus pada pasar, berupa suatu
pernyataan sederhana yang jelas mengapa pasar sasaran harus membeli produk
tersebut. Strategi penentuan posisi dapat diupayakan melalui berbagai cara, yaitu:
1. Penentuan posisi menurut atribut: ini terjadi bila suatu perusahaan
memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama
keberadaannya.
13
2. Penentuan posisi menurut manfaat: di sini produk diposisikan sebagai
pemimpin dalam suatu manfaat terteentu
3. Penentuan posisi menurut penggunaan: ini berarti memposisikan produk
sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan dan penerapan
4. Penentuan posisi menurut pemakai: ini berarti memposisikan produk
sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai
5. Penentuan posisi menurut pesaing: di sini produk memposisikan diri
sebagai labih baik dari pesaing
6. Penentuan posisi menurut kategori produk: di sini produk diposisikan
sebagai pemimpin di suatu kategori produk
7. Penentuan posisi mutu: di sini produk diposisikan sebagai yang
menawarkan nilai terbaik
14
4. Promosi (Promotion): Belch dan Belch (2001), mendefinisikan promosi
sebagai kordinasi semua penjual dalam memulai suatu usaha untuk
menyediakan saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan
jasa atau mempromosikan sebuah ide
15
Mie jagung instan sudah sampai pada tahap Prototype. Pada tahap concept
generation diperlukan pendekatan analisis atribut dan analisis persaingan untuk
menjawab pasar mana yang akan diisi oleh produk baru tersebut dan juga kondisi
persaingan dengan produk sejenis. Teknik yang digunakan antara lain
Determinant Gap Analysis, AR (Atribut Rating) perceptual gap map dan OS
(Overall Similiarities) perceptual gap map. Kemudian dirumuskan stated concept
(Commercialized Concept).
Dilanjutkan dengan Concept Evaluation. Pendekatan yang digunakan
menggunakan konsep A-T-A-R (Awarnnes-Trial-Availability-Repeat) untuk
mengestimasi penjualan. Teknik lain yang digunakan adalah analisis konjoin
untuk melihat presepsi konsumen terhadap produk baru. Dilanjutkan dengan Full
Screenning untuk memilih variasi produk. Teknik yang digunakan adalah AHP
(Analytic Hierarchy Process).
Selanjutnya dirumuskan Concept Protocol produk, meliputi manfaat
utama produk, produk formal dan tambahan. Setelah diintergrasikan,produk
didesign sesuai dengan keinginan pasar kemudian dilakukan test pasar. Ada tiga
bentuk strategi test pasar, yaitu Pseudo Sale Methode (Simulated Test Market),
Controlled Sale Methodes dan Full sale Methodes. Test pasar mie jagung instan
dilakukan melalui strategi kombinasi.
16
Sifat transivitas (transitivity) memberikan asumsi bahwa seseorang yang
membandingkan beberapa kondisi yang saling berhubungan akan menunjukkan
sikap yang sesuai dan konsisten. Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan
bahwa ia lebih menyukai A daripada B dan lebih menyukai B daripada C, maka ia
harus lebih menyukai A daripada C.
Sifat berkelanjutan (continuity) memiliki asumsi dasar yang hampir sama
dengan sifat transivitas, bahwa kesesuaian dan konsistensi sikap seseorang akan
terjaga pada saat membandingkan dua kondisi pada situasi yang berbeda. Sebagai
contoh, jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B, maka kondisi lain
yang serupa dengan A lebih disukai daripada B (Nicholson, 1995).
Cardello (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya pangan dapat disebut
sebagai stimulus sensori, yaitu karakteristik fisiko-kimia yang ditentukan oleh
variabel komposisi¸ proses, dan penyimpanannya. Namun seiring dengan
berkembangnya wilayah kajian ilmu dan teknologi pangan, diketahui bahwa
karakteristik fisiko-kimia pangan dapat berinteraksi dengan indra manusia dan
membentuk pengalaman mengenai penampakan, rasa, aroma, tekstur, dan lain
sebagainya. Berbagai teori dan kajian lebih lanjut dari hal ini adalah lahirnya
bidang ilmu baru yang disebut psiko-fisika yang melatarbelakangi lahirnya istilah
preferensi pangan. Preferensi pangan adalah derajat kesukaan terhadap makanan
yang akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Conner (1994) menyatakan
bahwa sebagian besar konsumen mengetahui dan mampu menyatakan rasa suka
dan tidak suka terhadap suatu produk pangan tertentu, meskipun terkadang
mereka kesulitan untuk mengutarakan alasannya.
Menurut Stepherd dan Spark (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi
preferensi pangan dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu faktor intrinsik,
faktor ekstrinsik, faktor biologis, fisik, dan psikologis, faktor personal, faktor
sosial dan ekonomi, faktor pendidikan, serta faktor kultur, agama, dan daerah.
Faktor intrinsik merupakan faktor yang bersumber dari dalam produk yang
meliputi penampakan, aroma, temperatur, tekstur, kualitas, kuantitas, dan cara
penyajian pangan. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan sosial, iklan produk, dan
waktu penyajian. Faktor biologis, fisik, dan psikologis meliputi umur, jenis
kelamin, keadaan psikis, aspek psikologi dan biologis. Faktor personal meliputi
17
tingkat pendugaan, pengaruh dari orang lain, prioritas, selera, mood, dan emosi.
Faktor sosial dan ekonomi meliputi pendapatan keluarga, harga pangan, status
sosial, dan keamanan. Faktor pendidikan meliputi status pengetahuan individu dan
keluarga serta pengetahuan tentang gizi. Terakhir, faktor kultur, agama, dan
daerah meliputi asal kultur, latar belakang agama, kepercayaan, tradisi, serta letak
daerah.
Shepherd dan Sparks (1994) menjelaskan bahwa preferensi pangan,
sebagaimana banyak karakter rumit manusia lainnya, akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang saling berhubungan. Cardello (1994) menyebutkan bahwa
tekstur dan flavor merupakan faktor utama disukai atau tidak disukainya makanan.
Namun, preferensi pangan tetap dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang
(Stepherd dan Spark, 1994). Conner (1994) menyatakan bahwa penilaian terhadap
atribut sensori dapat dipengaruhi oleh promosi dan informasi dampak kesehatan
dari produk pangan yang bersangkutan.
Pemasaran sering dikaitkan dengan kegiatan penjualan, promosi,
periklanan dan publikasi. Hal tersebut merupakan bagian dari kegiatan pemasaran.
Namun begitu, pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan seperti menjual dan
mempromosikan sesuatu. Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu
sikap mental. Kegiatan pemasaran harus sudah dimulai sebelum produk
dihasilkan. Produk harus dibuat berdasarkan pemikiran yang matang tentang
kesediaan konsumen membelinya, bukan sebaliknya, barang dibuat lalu
pemasaran dibuat kemudian (Kasali, 1998).
18
Data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang terkait konsumen
dalam proses keputusan pembelian mobil tersebut merupakan data ordinal, maka
digunakan skala Likert yang mempunyai urutan tingkat kepentingan berikut : (a)
sangat tidak penting diberi skor 1, (b) tidak penting diberi skor 2, (c) biasa diberi
skor 3, (d) penting diberi skor 4, dan (e) sangat penting diberi skor 5. Oleh karena
data tersebut ordinal, maka untuk menguji validitas data ini menggunakan metode
Product Moment Pearson dengan bantuan software SPSS 13.
Uji keabsahan menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu
mengukur apa saja yang ingin diukur (Umar, 2003). Hubungan pernyataan dalam
penelitian di uji dengan rumus teknik korelasi product moment Pearson , yaitu
n ( ∑ XY ) −( ∑ X ∑ Y )
r=
2 2
√ [n ∑ X − (∑ X ) ][ n∑ Y −(∑ Y ) ]
2 2
......................................................(1)
Uji keandalan adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau
lebih. Uji keandalan untuk instrumen berupa rentangan antara 1-5 menggunakan
rumus Cronbach’s Alpha ( α ) (Umar, 2003).
2
k ∑σ
r 11 = ( )(
k −1
1− 2 b
σt ) ………...........……………….....(2)
Keterangan :
r11 = keandalan instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2
σt = ragam total
19
x = nilai skor yang dipilih
20
mendapatkan produk. Variable yang berpengaruh adalah produk (higienis,warna
dan gizi), Harga (potongan harga), Promosi (brosur) dan Tempat (Siap antar,
kontinouitas dan ketersediaan)
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
23
3.5 Metode pengumpulan data
Data didapat dengan cara wawancara dan kuesioner yang terdiri dari
pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa
pertanyaan yang alternatif jawaban sudah tersedia, sehingga konsumen hanya
memilih satu dari alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah
jenis pertanyaan memberikan pilihan dan juga menyediakan tempat untuk
menjawab berdasarkan pendapat responden atau bersifat bebas jika terdapat
jawaban responden diluar alternatif pilihan yang tersedia. Sebelum kuesioner
digunakan, kuesioner diuji validitas dan reabilitasnya.
24
IV. JADWAL PENELITIAN DAN ANGGARAN PENELITIAN
BULAN
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
proposal
Sidang
Komisi 1
Kolokium
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penulisan
Hasil
Penelitian
Seminar
Sidang
Komisi 2
Sidang
37 Perbaikan
Tesis
Lulus
4.2. Anggaran Penelitian
Kegiatan Jumlah
Transportasi Rp 20.000.000
Penginapan Rp 2.000.000
Kertas Rp 250.000
Tinta Rp 500.000
Konsumsi (Rp30.000 x 30hari x 7 bulan) Rp 2.100.000
Fotokopi Rp 500.000
Jilid (8 x Rp 25.000) + (10 x Rp 15.000) Rp 350.000
Gift Rp 5.000.000
Diskusi,Seminar dan Sidang Rp 1.500.000
Total Rp 32.200.000
26
DAFTAR PUSTAKA
Budiyah. 2005. Pemanfaatan Pati dan Protein Jagung (Corn Gluen Meal) Dalam
Pembuatan Mi Jagung Instan. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kotler, P dan KL Keller. 2008. Manajemen Pemasaran edisi 12. Jilid 1 dan 2. PT.
Indeks
Suarni NA, S Widowati. 2007. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
27