Professional Documents
Culture Documents
BAB : I
PENDAHULUAN
BAB : II
PEMBAHASAN
terkandung di dalam ajaran Islam berasaskan kepada kedua sumber pokok, yaitu Al-
Qur’an dan Hadist.
Kedua dasar ini kemudian dikembangkan sesuai dengan pemahaman para
ulama, baik dalam bentuk qiyas syar’i, ijma yang diakui, ijtihad, dan tafsir yang benar
dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu; tentang jagat raya,
manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan, dan akhlak dengan
merujuk kepada sumber asal (Al-Qur’an dan Hadis) sebagai sumber utama.
Alasan bahwa pendidikan Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis adalah
berdasarkan firman Allah:
Artinya: “...Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. al-Maaidah:
44) Artinya: “...Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia akan bahagia sebenar-benar bahagia.” (QS. Al-Ahzab: 71)
Ayat pertama tegas mengatakan bahwa dasar hukum yang dapat dijadikan sebagai
sumber rujukan dalam mengambil segala kebijakan, termasuk bidang pendidikan
adalah Al-Qur’an. Sementara ayat kedua menjelaskan bahwa percaya dan mematuhi
Allah tidaklah cukup tanpa beriman dan mematuhi Rasul-Nya sebagai penjelas dari
segala ajaran yang diwahyukan Allah. Oleh karena itu, apabila seseorang mematuhi
Allah dan Sunah Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh kebahagiaan hidup, baik di
dunia maupun di akhirat.
Sebaliknya, apabila manusia tidak mengatur seluruh aspek kehidupannya
dengan berlandaskan kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul, maka kehidupan mereka
akan menjadi sempit (sengsara) dan dikuasai oleh setan. Sebagaimana dijelaskan
dalam firman-Nya: Artinya: “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku,
maka adalah baginya kehidupan yang sempit.” (QS Thaha: 124)
Said Ismail Ali, sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung menyebutkan
bahwa dasar ideal pendidikan Islam terdiri dari enam macam, yaitu: Al-Qur’an,
Hadis, kata-kata sahabat, kemaslahatan umat, nilai-nilai dan adat kebiasaan
masyarakat, serta hasil pemikiran para intelektual muslim. Berikut ini akan dijelaskan
dasar-dasar yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Bagi setiap umat yang memeluk Islam sebagai agamanya dianugerahkan oleh
Allah sebuah kitab suci Al-Qur’an yang komprehensif menjelaskan pokok-pokok
ajaran yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah barang
4
tentu dasar pendidikan sebagai bagian dari aspek kehidupan manusia adalah
bersumber kepada Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama pada masa awal
pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam di
samping Sunnah beliau sendiri. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok
pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat lain, di samping ayat yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu firman Allah:
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu (Al-Qur’an) ini melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-Nahl: 64) Sehubungan dengan
masalah ini, Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: “Pada
hakikatnya Al-Qur’an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan
manusia, terutama bidang kerohanian. Al-Qur’an pada umumnya merupakan kitab
pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak), dan spiritual (kerohanian).”
Begitu pula halnya, Al-Nadwi, sebagaimana dikutip Ramayulis, mempertegas
dengan menyatakan bahwa: “Pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah
bersumber kepada aqidah Islamiyah. Sekiranya pendidikan umat Islam itu tidak
didasarkan kepada aqidah yang bersumberkan Al-Qur’an dan Hadis, maka pendidikan
itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing.”
Islam memiliki objek keyakinan yang jelas karena disajikan secara
memuaskan lewat Al-Qur’an yang dengannya manusia akan menyaksikan realitas
sebagai bahan perenungan serta mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang
kekuasaan dan keesaan Allah sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan
manusia. Jika seseorang merenungkan firman Allah, maka ia akan menemukan bahwa
Al-Qur’an menjadikan dirinya sebagai bahan renungan sehingga ia mampu melihat
bagaimana Allah menciptakan dirinya dari segumpal darah, mengajarinya membaca,
menulis, atau mendayagunakan alam semesta dan dapat dididik.
Kelebihan Al-Qur’an di antaranya, terletak pada metode yang menakjubkan
dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, Al-Qur’an
mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah serta
mengimani hari akhir.
Al-Qur’an mengawali konsep pendidikannya dari hal yang sifatnya konkret,
seperti hujan, angin, tumbuh-tumbuhan, guntur atau kilat menuju hal yang abstrak,
seperti keberadaan, kebesaran, kekuasaan dan berbagai sifat kesempurnaan Allah.
5
b. Sunnah
Setelah Al-Qur’an, pendidikan Islam menjadikan Sunnah Rasulullah SAW
sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah, Sunnah berarti jalan, metode
dan program. Sedangkan secara istilah, sunah adalah sejumlah perkara yang
dijelaskan melalui sanad yang sahih, baik itu berupa perkataan, perbuatan,
peninggalan, sifat, pengakuan, larangan, hal yang disukai, dan dibenci, peperangan,
tindak tanduk dan seluruh aktivitas kehidupan Nabi SAW. Pada hakikatnya,
keberadaan Sunnah ditujukan untuk mewujudkan dua sasaran, yaitu:
1. Menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tujuan ini diisyaratkan Allah
dalam firman-Nya: Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkannya.” (QS. Al-Nahl: 44)
2. Menjelaskan syariat dan pola perilaku, sebagaimana ditegaskan dalam firman
Allah: Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya (Al-
Qur’an), menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan
hikmah.” (QS. Al-Jumu’ah:2) Dalam dunia pendidikan Sunnah mempunyai dua
manfaat pokok; pertama, Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan
pendidikan Islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an serta lebih memerinci
penjelasan dalam Al-Qur’an. Kedua, Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat
dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, kita dapat menjadikan kehidupan
Rasulullah SAW dengan para sahabat maupun anak-anaknya sebagai sarana
penanaman keimanan. Rasulullah adalah sosok pendidik yang agung dan pemilik
metode pendidikan yang unik. Beliau sangat memperhatikan manusia sesuai
dengan kebutuhan, karakteristik dan kemampuan akalnya, terutama jika beliau
berbicara dengan anak-anak.
c. Perkataan Para Sahabat (Qaul al-Shahabah)
Pada masa Khulafa’ al-Rasyidin, sumber pendidikan dalam Islam sudah
mengalami perkembangan. Selain Al-Qur’an dan Sunnah juga perkataan, sikap, dan
perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dipegangi karena Allah sendiri dalam
Al-Qur’an memberi pernyataan: Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka
pun ridha kepada Allah dan Allah menjadikan bagi mereka surga-surga yang mengalir
6
hukumnya oleh Al-Qur’an dan Hadis dengan syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat
dilakukan dengan Ijma’, Qiyas, Istihsan, dan lain-lain.
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis bersifat pokok-pokok dan prinsipnya saja. Bila
ternyata ada yang agak terinci, maka rinciannya itu merupakan contoh Islam dalam
menerapkan prinsip itu. Sejak diturunkan ajaran Islam sampai wafatnya Nabi
Muhammad SAW, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut
oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula.
e. Kemasyarakatan
Masyarakat mempunyai andil yang sangat besar terhadap pendidikan anak-
anak. Masyarakat merupakan penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran, dan
masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan,
pemutus hubungan kemasyarakatan. Atas izin Allah, Rasulullah SAW menjadikan
masyarakat sebagai sarana membina umat Islam yang tidak mau terlibat dalam
peperangan. Beliau menyuruh para sahabat untuk memutuskan hubungan dengan
beberapa orang (tiga orang) yang tidak mau terlibat dalam kegiatan keprajuritan.
Pembinaan melalui tekanan masyarakat yang tujuannya jelas untuk kebaikan,
merupakan sarana yang paling efektif.
Pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh
karena bagaimanapun masyarakat muslim adalah masyarakat yang satu padu, atau
dengan kata lain pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi
kemasyarakatan, khususnya rasa saling mencintai.
2. Dasar Operasional
Dasar operasional adalah dasar yang mengatur secara langsung pelaksanaan
pendidikan agama di sekolah-sekolah. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pendidikan
agama mulai dimasukkan kedalam sekolah di Indonesia. Dasar-dasar operasional juga
mempunyai bermacam-macam bentuk yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Dasar Historis
Sejarah dianggap sebagai salah satu faktor budaya yang paling penting yang
telah dan tetap mempengaruhi filsafat pendidikan, baik dalam tujuan maupun
sistemnya pada masyarakat manapun juga. Kepribadian nasional, misalnya yang
menjadi dasar filsafat pendidikan di berbagai masyarakat haruslah berlaku jauh ke
masa lampau, walaupun sistem-sistemnya adalah hasil dari pemerintahan
8
bergantung pada filsafat pendidikan yang memberinya arah, menunjuk jalan yang
akan dilaluinya dan meletakkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip tempat tegaknya.
Dasar dan tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan
dasar dan tujuan ajaran Islam, atau tepatnya tujuan Islam itu sendiri. Keduanya
berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dari kedua sumber ini
kemudian timbul pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah keislaman dalam
berbagai aspek, termasuk filsafat pendidikan. Dengan demikian, hasil pemikiran para
ulama seperti qiyas syar’i dan ijma sebagai sumber sekunder.
Ajaran yang termuat dalam wahyu merupakan dasar dari pemikiran filsafat
pendidikan Islam. Hal ini menunjukkan filsafat pendidikan Islam yang berisi teori
umum mengenai pendidikan Islam, dibina atas dasar konsep ajaran Islam yang
termuat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Keabsahan kedua sumber itu untuk dijadikan
dasar pemikiran filsafat pendidikan Islam bukan tanpa alasan yang rasional.
Pemikiran filsafat pendidikan Islam yang didasarkan atas ajaran wahyu tersebut pada
hakikatnya sejalan dengan yang dikehendaki oleh berfikir falsafi, yaitu mendasar,
menyeluruh tentang kebenaran yang ditawarkannya.
Adanya ketentuan-ketentuan dasar ketentuan wahyu yang dijadikan landasan
pemikiran filsafat pendidikan Islam itu sendiri sehingga filsafat pendidikan Islam
berbeda dengan filsafat pendidikan lainnya (umum). Filsafat pendidikan Islam dalam
kaitannya dengan pendidikan berdasarkan lima prinsip utama, yaitu: pandangan
terhadap alam, pandangan terhadap manusia, pandangan terhadap masyarakat,
pandangan terhadap pengetahuan manusia, dan pandangan terhadap akhlak
BAB : III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAK
1. Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995)
2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
3. Ramayulis, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 1994)
4. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna,
1992)
5. Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996)
12
Selain hal di atas dikemukakan juga tentang aliran pendidikan antara lain:
1. Aliran empirisme
Tokohnya John Locke, yang menyatakan teori tabularasa,yang menyatakan
bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih.Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.Faktor bawaan dari
orangtua tidak dipentingkan.
2. Aliran Nativisme
Tokohnya Schopenhawer, aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh factor bawaan sejak lahir.Faktor lingkungan kurang
berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.
3. Aliran Naturalisme
Tokohnya JJ Rousseaw, berpandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia
mempunyai pembawaan baik,namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan.
4. Aliran Konvergensi
Tokohnya William Stern, berpendapat bahwa anak lahir ke dunia telah
memiliki bakat baik dan buruk,sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan
dipengaruhi oleh lingkungan.
5. Aliran Progresivisme
Tokohnya John Dewey, berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-
kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat
menekan,atau yang mengancam dirinya.
6. Aliran Essensialisme
Bersumber dari filsafat idealism dan realism, berpendapat bahwa pendidikan
harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
7. Aliran Perenialisme
Tokohnya Plato,Aristoteles dan lain-lain, menyatakan bahwa kepercayaan aksiomatis
zaman kuno dan zaman pertengahan perlu dijadikan dasar pendidikan sekarang.
8. Aliran Konstruktivisme
Tokohnya Giambatista, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak
diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui dari hasil
pengalaman yang diterima lewat pancaindra,yaitu penglihatan, pendengaran, peraba,
penciuman dan perasa.