You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di area globalisasi ini banyak kebutuhan manusia yang diperlukan,mulai
kebutuhan pokok ,sekunder sampai kebutuhan tersier. Seiring banyaknya
kebutuhan yang diperlukan manusia maka makin banyak perusahaan -perusahaan
yang memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan tingkat kebutuhan yang meningkat
maka tingkat keamanan mulai difikirkan,mulai keamanan jiwa sampai keamanan
harta benda. Maka banyaklah bermunculan perusahaan -perusahaan jasa,
perusahaan asuransi yang memenuhi kebutuhan jasa tersebut.
Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil
(sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti atau subtitusi kerugian-kerugian yang
besar yang belum pasti (Abbas Salim,1993).Dalam asuransi banyak hal-hal yang
memang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan asuransi diantaranya adalah
resiko investasi,Tarif asuransi,Risk Managemen dan Statistik Kerugian. Menurut
Abbas Salim keempat komponen asuransi yaitu,resiko investasi,tarif asuransi risk
menagemen dan statistik kerugian harus dipenuhi oleh suatu perusahaan asuransi
baik milik negara maupun milik swasta.

B. Rumusan Masalah
Kerugian-kerugian yang diderita oleh seorang atas harta kekayaanya
menyebabkan masyarkat untuk memilih masuk ke asuransi untuk
menginvestasikan kerugian-kerugian tersebut. Sebagai perusahaan asuransi,maka
perusahaan harus memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasanya agar bisa
mendatangkan benefit dikedua belah pihak. Untuk mencapai keadaan tersebut
perusahaan asuransi harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan
asuransi diantaranya adalah resiko investasi,tarif asuaransi,risk managemen dan
statistk kerugian. Dari uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut yaitu :

1
1. Apa yang dimaksud dengan resiko investasi,tarif asuaransi,risk
manegemen dan statistik kerugian ?
2. Mengapa suatu perusahaan asuransi harus memperhatikan resiko
investasi,tarif asuransi,risk managemen dan statistik kerugian?
3. Apa pengaruh resiko investasi,tarif asuransi risk managemen dan statistik
kerugian terhadap suatu perusahaan asuransi

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan tentang resiko investasi,tarif asuransi,risk
managemen dan statistik kerugian .
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan pentinganya resiko investasi,tarif
asuaransi,risk managemen dan statistik kerugian asuransi serta
hubungannya terhadap suatu perusahaan asuransi.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Kita akan lebih mengetahui tentang resiko investasi,risk managemen,tarif
asuransi dan statistik kerugian
2. Mengetahui hubungan dan arti penting resiko investasi,risk
managemen,tarif asuaransi dan statistik kerugian

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah ;
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Tinjauan tentang Resiko Investasi
1. Pengertian Resiko
2. Tingkat Resiko
3. Konsep Resiko dalam Investasi
B. Tinjauan tentang Tarif asuransi
1. Pengertian Tarif Asuransi
2. Unsur-unsur Tarif Asuransi
C. Tinjauan tentang Risk Managemen
1. Pengertian Risk Managemen
2. Fungsi Pokok Risk Managemen
D. Tinjauan tentang Statistik Kerugian
1. Pengertian Statistik Kerugian
2. Jenis-jenis Metode Statistik
BAB III : PEMBAHASAN
A. RESIKO INVESTASI
B. TARIF ASURANSI
C. RISK MANAGEMEN
D. STATISTIK KERUGIAN
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PESTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
TINJAUAN PUATAKA

A. Tinjauan tentang Resiko Investasi


1. Pengertian Resiko
Resiko adalah kemungkinan penyimpangan nilai riil dan nilai yang
diharapkan (Abbas Salim,1993 : 183). Sedangkan menurut Hasyim Ali resiko
adalah ketidak pastian mengenai suatu kerugian. Dari sudut pandangan
tertanggung resiko itu hanya dapat menimbulkan kerugian (resiko murni),resiko
spekulasi bisa pula menimbulkan keuntungan.

2. Tingkat Resiko
Tingkat resiko diukur dengan menghitung kemungkinan perbedaan
pengalaman yang sesungguhnya dengan pengalaman yang
diperkirakan.Bertambah kecil perbedaan atau selisih persentase kemungkinan ini
bertambah kecil resiko (Hasyim Ali,2002 : 23).

3. Konsep Resiko dalam Investasi


Setiap investasi mengandung resiko, semakin tinggi resiko suatu
investasi,maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik
modal. Hubungan positif antara resiko dengan tingkat keuntungan menjadi
pertimbangan dalam penilaian investasi. Menurut Abbas Salim ada beberapa
metode yang digunakan dalam memasukan factor resiko dalam investasi
diantaranya adalah metode NPV,metode Penyelesaian terhadap aliran kas,dan
metode CAPM.

B. Tingkat tentang Tarif Asuransi


1. Pengertian Tarif Asuransi
Tarif Asuransi adalah harga satuan dari suatu kontrak asuransi
tertentu,untuk orang tertentu,terhadap kerugian tertentu dan digunakan untuk
masa tertentu pula (Abbas Salim,1993 : 135).
2. Unsur-unsur Tarif Asuransi

4
Secara umum tarif asuransi terdiri dari 4 unsur yaitu :
 Harga satuan
 Digunakan orang tertentu
 Kerugian tertentu
 Masa tertentu (Abbas Salim,1993 : 149)

C. Tinjauan tentang Risk Managemen


1. Pengertian Risk Managemen
Risk Managemen adalah peninjauan resiko dari sudut pandangan seorang
manager asuransi (Abbas Salim,1993 : 149)
2. Fungsi pokok yang harus diketahui Risk Manager
Ada 3 faktor penting yang harus diketahui dan dimengerti seorang Risk
Manager,diantaranya yaitu :
 Dapat menentukan resiko yang dihadapi oleh perusahaan
 Dapat menganalisa resiko yang dihadapi oleh perusahaan
 Seorang Risk Manager harus faham serta mengerti akan ilmu asuransi
(Abbas Salim,1993 : 150)

D. Tinjauan tentang Statistik Kerugian


1. Pengertian Statistik Kerugian
Statistik kerugian adalah statistik yang dapat digunakan untuk menghitung
kerugian (Abbas Salim,1993 : 150).
2. Jenis-jenis Metode Statistik
Untuk menetapkan kerugian dalam asuransi dapat digunakan metode
statistik sebagai berikut :
 Probabilitas
 Teori kecenderungan
 Expected value
 Median
 Mode
 Standart deviasi dan variance
 Penyebaran/Distribusi Binomial

5
 Distribusi Normal
 Teori poisson (Abbas Salim,1993 ; 157)
zBAB IV
PEMBAHASAN

A. RESIKO INVESTASI
1. Tujuan
Setiap investor selalu ingin untung begitu juga investor terhadap
perusahaan asuransi, dalam hal ini konsep resiko tetap menjadi hal yang
terpenting, sebab semakin tinggi resiko suatu investasi maka semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik modal. Sebelumnya kita ingat
kembali tentang apa itu resiko, yaitu kemungkinan penyimpangan nilai riil dari
nilai yang diharapkan.
2. Metode Factor Resiko dalam Investasi
Metode NPV : Dalam metode yang diperhitungkan adalah menentukan
tingkat bunga, Jika investor menganggap proyek tersebut beresiko tinggi maka
semakin tinggi tingkat bunga yang diminta oleh pemilik modal.

Tingkat keuntungan yang diharapkan dan standart deviasi


dari investasi A dan B

Periode A B
1 0,1 0,07
2 0,1 0,11
3 0,09 0,05
4 0,09 0,14
5 0,08 0,12
6 0,08 0,06
7 0,09 0,11
8 0,09 0,06
9 0,09 0,09
10 0,09 0,09
Tingkat keuntungan yg
diharapkan 0,09 0,09
Standart Deviasi 0,006667 0,029814

Dari tabel di atas menunjukan bahwa keuntungan yang diharapkan adalah


sama dilihat (rata-ratanya) sama yaitu 0,09 dilihat juga pada standart deviasi
bahwa milik B lebih dari pada A, sehingga semakin tinggi standart deviasi maka

6
akan semakin besar kemungkinan menyimpang dari rata-rata atau semakin sedikit
keuntungan yang akan di peroleh.
3. Penyesuaian Tehadap Tingkat Bunga untuk Menghitung NPV
Jika resiko suatu investsi adalah nol maka tingkat keuntungan yang
disyaratkan adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung resiko
(keuntungan bebas resiko). Teori portofolio menjelaskan tentang fenomena
mengapa para pemilik saham cenderung menginvestasikan dananya pada
beberapa surat berharga, karena mereka berlandaskan teori financial asset.
Dengan adanya surat-surat berharga maka fluktuasi berkurang dan standart
deviasi juga ikut berkurang sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan
tinggi.
Bila investor tidak menyukai resiko maka mereka akan mencoba
mengurangi resiko yang ditanggung, maka nantinya hak yang terpenting untuk
investor adalah resiko yang tidak bisa dihilangkan. Keadaan ini terbukti jika
semakin banyak investor memegang financial asset yang banyak jenisnya maka
fluktuasi tingkat keuntungan (standart deviasi ) akan semakin berkurang.
Sharpe, Lintner memperkenalkan Capital Aseer Pricing Modal (CAPM),
yang merumuskan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan tergantung dua
faltor, yaitu tingkat keuntungan bebas resiko dan premi atas resiko.
Untuk menentukan tingkat bungaan yang layak dipakai sebagai cut of
rate. Kita bandingkan dengan perusahaan tekstil kemudian mengidentifikasi beta
dari perusahaan tersebut, karena ada perbedaan struktur modal (perbandingan
utang dengan modal sendiri). Jadi nyatalah bahwa resiko yang ditanggung oleh
pemilik modal sendiri, terdiri dari resiko usaha dan resiko finansial. Jika resiko
semakin besar maka keuntungan yang disyaratkan akan semakin besar.
Pemanfaatan peta industri hanya mencerminkan peta aktiva.
Dalam hal ini kita hanya mempertimbangkan resiko usaha saja, dengan
kata lain kita menganggap bahwa investasi tersebut semata-mata dibelanjai
sendiri, Jika investasi tersebut dibelanjakan sebagian dengan modal pinjaman
maka analisisnya akan berbeda.
Secara umum metode ini bisa dinyatakan dalam bentuk rumus sbb:
n
At
NPV = − Ao + ∑
t =1 (1 + r ) t
-Ao = Pengeluaran investasi pada tahun ke 0

7
At = Aliran kas mesauk pada tahun ke t

r = Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor dengan


memperhatikan resiko usaha
N = jumlah tahun (usia ekonomis proyek)
Metode ini yang di sesuaikan adalah tingkat bunga (disesuaikan dengan
risiko usaha ) metode ini disebut metode risk adjusted discount rate.
4. Penyesuaian tehadap cash flow untuk menghitung NPV
Metode lain untuk memasukan faktor resiko adalah dengan melakukan
penyesuaian terhadap aliran kas. Kita memaklumi bahwa net cash floe masa yang
akan datang merupakan tidak pasti sifatnya, karena kita anggap sama sesuatu yang
tidak pasti dengan yang pasti maka suatu yang pasti akan lebih kecil dari pada
yang tidak pasti.
Cukup diyakini bahwa penjualan besok akan sebesar X unit, kalau kita
menafsirkan penjualan 5 tahun yang akan datang, siapa yang berani meramalkan
secara pasti? Dalam statistik ini ditunjukkan dari deviasi standart yang makin
besar jika makin jauh ke depan. Semakin tidak pasti penerimaan akan
menggunakan koefisien yang semakin rendah, jadi jika keadaan tidak pasti maka
koefisien pada tahun I akan lebih kecil.
Dengan metode CAPM menentukan bagaimana mengubah ketidakpastian
menjadi kepastian, rumus yang digunakan adalah :
^
C − λ C C o(Cv l , R m )
P V= 1 1
1+ Rf
PV = nilai sekarang
Cl = penerimaan yang kita harapkan pd tahun ke I
λ = (Rm -Rf)/σ M
2

Cov (Cl,Rm) = covarian antara tingkat keuntungan investasi 9 dengan


portofolio pasar
Rf = tingkat keuntungan bebas resiko
Metode ini disebut certainly equivalent dimana rumus di atas diturunkan
dari CAPM.

8
B. TARIF ASURANSI
Tarif asuransi merupakan suatu harga satuan dari suatu kontrak asuransi
tertentu, untuk orang tertentu, terhadap kerugian tertentu, dan digunakan untuk
masa tertentu pula.
Bagian aktuaria adalah bagian dari perusahaan asuransi yang bertugas untuk
menghitung premi asuransi.
1. Petugas Asuransi
Pembuatan tarif berkisar pada value judgement sampai pada highly
scientifics (rumus – rumus matematik) Value judgement (pengalaman –
pengalaman).
Tarif asuransi terjadi berdasar kepada bargaining atau tawar–menawar
antara perusahaan dengan pembeli asuransi. Tarif asuransi selalu berubah–ubah,
perubahan ini bias disebabkan oleh adanya :
1. Persaingan ( competision ).
2. Perubahan struktur perekonomian.
3. Adanya PP/UU pemerintah.
Jadi, bisa dikatakan bahwa semuanya ditetapkan oleh personal knowledge
seseorang. Oleh karena itu, dalam menyususn tarif asuransi ( terutama pada
asuaransi laut ) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Hazard
2. Memperhatikan kemampuan pihak tertanggung.
3. Harus memperhatikan keadaan kapal.
Perusahaan asuransi harus berhati–hati dalam menentukan tarif tersebut, sebab
jika terlalu rendah perusahaan tidak bisa menutupi biaya operasional. Sedangkan
bila terlalu tinggi mungkin pembeli akan berkurang karena banyaknya persaingan
antara perusahaan–perusahaan asuransi yang ada.
Didalam menentukan tarif banyak menyangkut unsur–unsur :
1. Kemungkinan
2. Value judgement
3. Policy pihak pemerintah.

9
Dengan singkat, dapat kita katakan bahwa tarif asuransi terdiri atas beberapa
unsur, yaitu :
1. Harga satuan
2. Digunakan orang tertentu
3. Kerugian tertentu
4. Masa tertentu
2. Besarnya unit Dipakai untuk Mengukur Besarnya Risiko
Dalam memilih unit–unit untuk menentukan premi bukanlah unit yang
ideal, tetapi unit yang sesuai dengan contoh dan keadaan yang sebenarnya.
Dengan demikian akan kita peroleh tarif yang ideal yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan tarif ideal adalah tarif tersebut dapat
mendapatkan pendapatan bagi perusahaan, untuk mengganti kerugian yang terjadi
dan memberikan sedikit keuntungan hidup perusahaan yang bersangkutan.
Tarif yang ideal harus memenuhi beberapa unsur, yaitu :
1. Adequate, yaitu harus cukup uang untuk membayar kerugian–kerugian
dari uang yang diperoleh dari uang tersebut.
2. Notexcessive, yang berarti tarif jangan berlebih–lebihan.
3. Equity, yaitu tarif tidak membeda–bedakan risiko yang sama kualitasnya.
4. Flexible, yaitu tarif harus disesuaikan dengan keadaan.

3. Cara Menghitung Risiko


Untuk menghitung tarif asuransi, sebelumnya harus menganalisis bagian-
bagian dan tarif tersebut. Tarif asuransi terdiri atas 3 komponen, yaitu :
1. Untuk membayar kerugian – kerugian yang terjadi.
2. Untuk menutupi biaya – biaya pengeluaran.
3. Sebagian dari profit / keuntungan untuk kepentingan perusahaan..
contoh:
Tarif asuransi 1 tahun 3.200, menurut pengalaman kerugian meningkat menjadi
10%. Oleh karena itu, untuk tahun yang akan datang harus dinaikkan sebesar 10%
x 3.200 = 320 menjadi 3.520, disamping itu kita melihat kenaikan jumlah
kerugian ( 10%) harus dihitung berapa besarnya :
1. Cost of explitations.
2. Profit, misal yang diharapkan perusahaan adalah 5%.

10
Andaikata kita umpamakan biaya exploitasi 40 % dan profit yang
diharapkan 5%, maka sekarang kita dapat menghitung besarnya tarif yang dibayar
oleh pembeli asuransi yaitu :
3520 3520 3520 x100
= = = 6.400
1 − 0.45 0.55 55
Dari jumlah 6.400 terdiri atas 3 komponen yakni:
1. 55 % merealisasi kerugian yang terjadi yang disebut Gross Premium.
2. 40% untuk menutupi expense
3. 5% untuk profit perusahaan.
Sedangkan jumlah 3.520 dinamakan premi murni ( pure premium ).

Tarif asuransi dapat kita golongkan atas dua jenis /macam :


1. Manual rate / class rate
Untuk membuat manual rate diperlukan klasifikasi dan pengalaman yang
banyak sekali, agar memenuhi the law of large number serta dapat dipercaya.
Bagian untuk membayar loss disebut pure premium dan bilamana dinyatakan
dalam sejumlah uang itu tertentu. Jika dinyatakan dalam % dari tarif disebut
expected loss ratio.
2.. Merit Rating
Pada periode ini tiap – tiap risiko dipertimbangkan keadaannya masing –
masing, merit rating digunakan pada asuransi kebakaran.
Dalam menentukan tarif harus diperhitungkan kemungkinan rugi dan
penyisihan sebagian kecil untuk keuntungan. Sejak beberapa tahun terakhir
perang tarif terutama di asuransi kendaraan bermotor sudah mengkhawatirkan dan
mengancam kelangsungan bisnis asuransi. Indikator terjadinya perang tarif
bermula dari tingginya size komisi bagi para agen hingga mencapai 60% dari total
premi yang didapat mereka. Terjadinya perang tarif membawa dampak negatif
bagi tiga pihak, yaitu industri, nasabah, bagi industri, dampak negatif perang tarif
bisa mengakibatkan mereka kolaps. Sementara bagi nasabah bisa menyebabkan
mereka tidak mendapat pembayaran klaim secara memadai.Wakil Ketua
Departemen Analisa dan Informasi AAUI Julian Noor menyampaikan dalam
Seputar Indonesia 5 Mei 2007

III. RISK MANAGEMEN

11
Risk manajement ialah peninjauan risiko dari sudut pandangan seorang
manajer asuransi (risk manajer).
Risiko yang ada dalam masyrakat bisa kita lihat dari dua segi ,yaitu:
1. Pembeli asuransi (pemegang polis);
2. Penjual asuransi (perusahaan asuransi).

Bagi seorang risk manager yang penting untuknya ialah melihat resiko dari
segi pembeli asuransi. Usaha yang harus dijalankan ialah terutama harus
menitikberatkan pada prevention of lost, fungsi pimpinan bagi asuransi ialah
untuk memikirkan bagaimana carannya agar resiko dapat ditangani, apakah
dengan jalan mempertanggungkan atau dengan menggunakan self-insurance
(asuransi sendiri).
Risk management bisa timbul di masyarakat bilamana:
a. Perusahaan berkembang terutama perusahaan industri. Karena meluasnya
industri akan menyebabkan risiko yang akan bertambah ”kompleks”.
b. Dengan majunya perindustian, maka akan menambah kemungkinan
terjadinya kerugian (hazard).
c. Untuk menampung a dan b tersebut, perlu adanya bagian tersendiri dalam
perusahaan guna mengatur resiko tersebut.

1. Tugas Risk Manager


Risk manager yang terdapat dalam suatu perusaahan harus
memperhatikan hal- hal sebagai berikut ini:
1. Menentukan serta menganalisis risiko yang dihadapi oleh perusahaan (to
determine and analize the risk). Untuk menentukan besarnya resiko di
tentukan pula tindakan –tindakan yang harus dijalankan, misalnya dengan
preventioan of lost, yaitu umpamanya membuat gedung yang tahan api
(fire insurance).
2. Apakah resiko itu kita tanggulangi dengan jalan:
Mengasuransikan (risiko dibebankan pada perusahaan asuransi);
Self insurance, kita tanggung sendiri resiko yang terjadi dan tidak di
pindahkan pada perusahaan asuransi. Umumnya pada perusahaan
pengangkutan yang menggunakan self insurance untuk semua alat –alat
yang dimilikinya;

12
caranya dengan megadakan cadangan, yaitu “cadangan asuransi” dimana
tujuannya mengganti peralatan yang telah disusun nilainya.
assume of risk, risiko yang mungkin timbul tidak dipertanggungkan yaitu
secara untung–untungan (spekulasi).
3. Risk manager harus mengetahui serta paham akan ilmu asuransi.
Ketiga faktor di atas adalah fungsi pokok yang harus di ketahui dan
dimengerti oleh manager asuransi oleh karena dalam hal ini risk manager haru
melihat:
a) Kerugian –kerugian yang mungkin timbul;
b) Melihat kerugian yang sesungguhnya (actual losses);
c) Perusahan untuk mengadakan prevention of loss;
d) Mengestimasi real loss dengan exoected losses.
2. Persoalan ketatalaksanaan (masalah managemen bagi perusahaan –perusahaan
asuransi di Indonesia)
Masalah yang dihadapi perusahaan asuransi ialah :
1 .Masalah internal
a. Lack of managerial skill, lack of moderen administration;
b. Kurang latihan, pengalaman, skill dan technical knowhow;
c. Kurangnya tenaga kerja yang berkualitas, acceptable, dan capable;
d. Kurang kesenangan bekerja yang disebabkan oleh rendahnya tingkat upah
serta biaya penghidupan yang meningkat setiap harinya.
e. Persoalan tingkat tarif yang konstan (fixed), sedangkan biaya-biaya
asuransi mmeningkat terus (cost of insurance).
2 .masah eksternal
Faktor ekternal juga berpengaruh pada operasi perusahaan, misalnya faktor-
faktor yang disebabkan oleh;
a. Keadan ekonomi yang tidak stabil, terutama membawa pengaruh pada
hasrat untuk melaksanakan investment (fixed investment);
b. Karena pengaruh keadaan moneter dan kebijaksanaan keuangan
pemerintah (perpajakan);
c. Aspek undang-undang serta bertambah besarnya pengawasan negara untuk
campur tangan dalam perusahan-perusahaan asuransi (perusahaan-
perusahaan Negara).

13
IV. STATISTIK KERUGIAN
Statistik yang dapat digunakan untuk menghitung kerugian dinamakan
Loss Statistics. Selain itu, statistik dipakai pula untuk menghitung :
A). Besarnya premi.
B). Besarnya exposures.
C). Besarnya claim.
Loss ratio, dapat kita peroleh dengan cara jumlah kerugian dibagi dengan jumlah
premi.
jumlah ker ugian
Loss ratio =
jumlah _ premi

Keadaan tersebut dapat disamakan dengan expected loss rasio atau


prsentasi ( % ) dari premi yang digunakan untuk membayar kerugian – kerugian
( loss ). Bilamana diketahui exporuses juga, maka akan dapat dihitung pure
premium yang diperoleh dengan membagi losses dengan jumlah unit of
exposures.
Dalam loss statistics kita kenal dua macam rasio yaitu :
1. The claim frecuency, yang diperoleh dengan membagi jumlah klaim ( the
number of claim ) dan jumlah unit.
Tujuan dari claim frecuency adalah :
a. Untuk mengukur frekuensi kejadian.
b. Untuk mengukur tingkat keparahannya.
2. The average claim cost, yang diperoleh dengan membagi kerugian dengan
banyaknya klaim. Jumlah dari kedua rasio ini disebut pure premium.

Kita dapat membuat loss statistics dengan berbagai cara antara lain :
a. The Calender Year Basis
Dalam cara ini kita mencatat semua transaksi pos – pos dalam periode satu
tahun atau 12 bulan.
b. The Accident Year Basis
Dalam metode ini semua kerugian yang terjadi dalam tahun tertentu,
termasuk pula di dalamnya reserve for unpaid losses pada akhir tahun,
digabungkan dengan calendar year premium.
c. The policy year basis

14
Dipakai untuk asuransi pihak ketiga. Dalam metode ini, jumlah unit
pertanggungan, premium, kerugian, jumlah klaim yang tertulis pada polis dan
berlaku pada tahun tertentu digabungkan untuk digunakan.

Untuk menetapkan kerugian dalam asuransi dapat digunakan metode statistik


sebagai berikut .
A. Teori Probabilita
Dengan teori probabilita kita dapat menghitung kejadian yang mungkin
terjadi untuk masa yang akan datang.
Contoh kita mengamati 100 mahasiswa matematika, dari 100 mahasiswa
matematika tersebut 75 mahasiswa matematika IPKnya diatas 3. Disini dapat kita
jelaskan bahwa secara probabilita 0.75 IPK mahasiswa matematika adalah diatas
3 dari 100 mahasiswa ( 75/100)

B. Teori Kecenderungan
Dalam statistik teori kemiringan ada beberapa rumus yang dapat
digunakan diantaranya yaitu :
a. Angka rata – rata hitung

Rumus yang digunakan yaitu x = ∑x i

n
Keterangan:
n = banyaknya data, x = ukuran data.

c. Expected Value
Event Kerugian bila terjadi Probabilita
kecelakaan
A 1000 X 0.4 = 400
B 2000 X 0.3 = 600
C 5000 X 0.2 = 1000
D 10.000 X 0.1 = 1000.
jumlah 18.000 3.000
Expected( diperkirakan)
Angka rata – rata hitung Rp. 18.000 : 4 = 4.500

d. Median

15
Misalnya:
Terdapat lima kejadian yang menyebabkan kerugian yaitu Rp. 1.000, Rp. 5.000,
Rp. 6.000 dan Rp. 30.000. Kerugian yang terjadi dengan cara median adalah
median loss Rp. 5.000.
Kerugian rata – rata Rp. 1.000 + 3.000+ 5.000 + 6.000 + 30.000 = 45.000 / 5 =
9.000

E. Mode
Cara menghitung dengan mode adalah sebagai berikut :
Kerugian ( losses ) : 25.30.40.40.40.50 dan 60, jadi dengan metode mode kerugian
sesungguhnya adalah 40.

F. Standar deviasi dan Variance


Di bawah ini diberikan contoh untuk menghitung dengan menggunakan
formula standar deviasi dan variance: 0,1,2,3 dan 4. Angka rata – rata adalah 10/5
= 2 dan 2 merupakan variance standar deviasi dapat dihitung yaitu 2 atau 1,41.

G. Pembagian Binomial
Rumus binomial adalah sebagai berikut :
n! n −r
prqn
r ( n −r )!

Keterangan :
P = Probabiliti
Q = Kejadian
R = Sukses
n = Percobaan
q = 1 – p.
Contoh : Bila ada 100 unit rumah, probabilita kerugian untuk tiap rumah karena
kebakaran adalah 0.01. Dengan binomial tabel, bahwa probabilita
0.37 0 Rumah mungkin terbakar
0.37 1 Rumah mungkin terbakar
0.19 2 Rumah mungkin terbakar
0.06 3 Rumah mungkin terbakar
0.01 4 Rumah mungkin terbakar

16
Jumlah = 1.00

Probabiliti q adalah satu atau lebih dari satu rumah terbakar.


H. Distribusi Normal
Menghitung kerugian dengan distribusi normal sebagai berikut. Kerugian
500 nilai 500 standar deviasi 150 asumsi 68% dari seluruh kerugian sama dengan
1, standar deviasi rata – rata 240 kerugian ( 75+95+95+75) antra 350 dan 650
dengan jarak 1. Stanadar deviasi 95 % atau 470 dari seluruh kerugian terjadi 2
standar deviasi. Kerugian natara 200- 800.

I. Teori Pisson
mr em
Formula p =
r!
Keterangan :
P = Probabilita kejadian
N = Kejadian
R = Jumlah kejadian
r! = r adalah faktor jika r = 5
m = Mean
e = Konstanta = 2.718
Rata- rata ( m ) adalah distribusi poisson yang merupakan variance satandar
deviasi 0 sama dengan m .
Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan teknik probabilitas adalah :
1. Dengan landasan teori probabilita penting untuk menetapkan tarif asuransi
dan manajemen keuangan bagi riks manager ( manajer risiko ).
2. Taksiran nilai sebagai basis dalam menghitung probabilitas.
3. Mengukur kecenderungan dari normal akan membantu manajer risiko
untuk mengambil keputusan yang menyangkut finansial.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari :
- Risiko Investasi adalah penyimpangan nilai riil dan nilai yang diharapkan.
- Riks Management adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat,
teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan
mengelola risiko secara lebih transparan.
- Tarif asuransi merupakan suatu harga satuan dari suatu kontrak asuransi
tertentu, untuk orang tertentu, terhadap kerugian tertentu, dan digunakan
untuk masa tertentu pula.
- Statistik kerugian adalah statistik yang dapat digunakan untuk menghitung
kerugian.
2. Suatu perusahaan asuransi harus memperhatikan keempat unsur yaitu
risiko investasi, riks management, tarif asuransi dan statistik kerugian
karena keempat unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap benefit
perusahaan.
3. Keempat unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan suatu
perusahaan asuransi, karena itu hubungannya sangat erat sekali dengan
perusahaan asuransi. Tanpa salah satu dari keempat unsur tersebut maka
suatu perusahaan asuransi akan mengalami kegagalan.

B. Saran - Saran

18
1. Dalam pembahasan makalah ini, kiranya perlu penambahan materi
lebih lanjut guna melengkapi pembahasan lebih lanjut.
2. Untuk mendapatkan penambahan yang lebih rinci hendaknya perlu
melakukan peninjauan langsung ke perusahaan asuransi terdekat.
3. Untuk mendapatkan pembahsan materi – materi terbaru, kiranya
perlu meng-update materi lewat internet.

DAFTAR PUSTAKA

• Bessis, Joel ( 1998 ) Riks Management in Banking, John Wiley & Sons
Ltd., West Sussex, England
• Brosur PT. Asuransi BUMI PUTERA
• Brosur Asuransi Jasindo
• Prentice Hall Anto Dayan. 1973. Pengantar Metode Statistik Deskriptif.
Jakarta: LP3ES.
• Robert E. Larson &Erwin A. Gaumnitz, Life Insurance Mathematics, New
York: John Wily & Sons, Inc Bab 4, 1951
• Richard I., Lewin., David S., Rubin. 1991. Statistic for Management. New
Jersey:
• Seputar – Indonesia, 9 Mei 2007
• Salim, Abbas. 2005. Asuransi dan manajemen resiko. Jakarta : PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA
• @ Copryright 2001 Bisnis Indonesia. All right reserved. Reproduction in
whole or in part without permission in prohibited.
• www.jasindo.co.id/index.pho?
option=displaypage&Itemid=78&op=page&SubMenu
• http://www.google.co.id/search?
hl=id&q=jenis+statistik+kerugian&btnG=Telusuri&meta=cr%DcountryID
• http://www.google.co.id/search?
q=jenis+statistik+kerugian&hl=id&cr=countryID&start=10&sa=N

19
Lampiran 1
KERANGKA KERJA RISK MANAGEMENT
Oleh : Dilan S. Batuparan

Karyawan PT Bank Ekspor Indonesia (Persero)


(BEI NEWS Edisi 5 Tahun II, Maret-April 2001)

Risk Management pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi


dengan alat, teknik,

dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko
secara lebih

transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh Risk Management menyentuh


hampir setiap

aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan
untuk
menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima
seorang karyawan baru.

Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigma penting yang ditawarkan
oleh Risk

Management di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati


dengan menggunakan

suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan berkat
berkembangnya teori

probabilitas dan statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah,
meng-quantify

dan mengukur risiko. Asumsi yang mendasari hal ini adalah bahwa statistik
mengandung
didalamnya “ingatan numerik” (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal itu
kita dapat
membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan
kemungkinan-
kemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang.

20
Bagaimanapun, Risk Management tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen
dalam proses
pengambilan keputusan. Risk Management bukanlah sekedar angka statistik,
teknik ataupun
teknologi. Wujud penerapan terbaik Risk Management merupakan suatu proses
membangun
kesadaran tentang risiko di seluruh komponen organisasi, suatu proses pendidikan
bagaimana
menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Risk Management tanpa harus
dikendalikan
olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat
(khususnya terhadap risiko).

Kerangka Kerja Risk Management


Sebagai sebuah proses, kerangka kerja Risk Management pada dasarnya terbagi
dalam tiga
tahapan kerja :

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko adalah rangkaian proses pengenalan yang seksama atas


risiko dan komponen risiko yang melekat pada suatu aktivitas atau transaksi yang
diarahkan kepada proses pengukuran serta pengelolaan risiko yang tepat.
Identifikasi Risiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam proses Risk
Management , dibangun.

2. Pengukuran Risiko
Pengukuran Risiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan
untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko,
baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan
kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan
menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna.

3. Pengelolaan Risiko

Pengelolaan risiko pada dasarnya adalah rangkaian proses yang dilakukan


untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat
diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan
dengan menerapkan langkah- langkah yang diarahkan pada turunnya (angka) hasil
ukur yang diperoleh dari proses pengukuran risiko.

Identifikasi Risiko

Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan pemahaman


tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Sebagaimana telah
didefiniskan di atas, maka risiko adalah : tingkat ketidakpastian akan terjadinya
sesuatu/tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun/periode tertentu (time
horizon).

21
Bertitik tolak dari definisi tersebut maka terdapat dua tolok ukur penting di dalam
pengertian risiko, yaitu :

1. Tujuan (yang ingin dicapai)/Objectives

Untuk dapat menetapkan batas-batas risiko yang dapat diterima, maka suatu
perusahaan harus terlebih dahulu menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
secara jelas. Seringkali ketidakjelasan mengenai tujuan-tujuan yang ingin dicapai
mengakibatkan munculnya risiko- risiko yang tidak diharapkan.

2. Periode Waktu (Time Horizon)

Periode waktu yang digunakan di dalam mengukur tingkat risiko yang


dihadapi, sangatlah tergantung pada jenis bisnis yang dikerjakan oleh suatu
perusahaan. Semakin dinamis pergerakan faktor-faktor pasar untuk suatu jenis
bisnis tertentu, semakin singkat periode waktu yang digunakan di dalam
mengukur tingkat risiko yang dihadapi. Contoh, seorang manajerpasar uang di
suatu bank mestinya akan melakukan pemantauan atas tingkat risiko yang
dihadapi secara harian. Di lain pihak seorang manajer portofolio kredit/capital
market,
mungkin akan menerapkan periode waktu 1 bulan untuk melakukan
pemantauan atas tingkat risiko yang dihadapi.

Pemahaman yang benar atas kedua tolok ukur tersebut akan sangat menentukan
validitas dan

efektifitas dari konsep Risk Management yang akan dibangun.

Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis


risiko yang

mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku bisnis. Khusus untuk
industri perbankan,

salah satu rujukan yang digunakan dalam merumuskan jenis-jenis risiko yang
dihadapi oleh

kalangan perbankan adalah apa yang tercantum di dalam Core Principle for
Effective Banking

Supervision (Basel Core principles) September 1997, yang tergabung di dalam


Compendium of

documents produced by the Basel Committee on Banking Supervision, February


2000. Jenis-jenis

risiko menurut dokumen tersebut adalah :

1. Risiko Kredit (Credit Risk)

22
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh kegagalan
counterparty (debitur)

dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai yang disyaratkan oleh


kontrak/

perjanjian.

Risiko ini tidak hanya muncul dari kredit/pinjaman (loan) melainkan juga
meliputi

komponen-komponen lain, baik on maupun off balance sheet seperti Garansi,


Akseptasi,

Securities Investment, dll.

2. Risiko Negara dan Pengalihan (Country and Transfer Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh kondisi lingkungan


ekonomi,

sosial, politik dari negara asal counterparty (debitur). Risiko ini muncul dalam
transaksi

pinjaman lintas negara.

3. Risiko Pasar (Market Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh pergerakan harga


di pasar. Risiko

ini harus dilihat dalam konteks prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku saat ini.
Risiko ini

tampak jelas pada aktivitas trading seperti debt/equity instruments, foreign


exchange, atau

komoditas.

4. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh pergerakan tingkat


bunga di

pasar.

5. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh ketidakmampuan


bank untuk

23
mengakomodasi berkurangnya pasiva/liabilities atau untuk
membiayai/mendanai

peningkatan di sisi aktiva/assets.

6. Risiko Operasional (Operational Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh pelanggaran atas


ketentuan-

ketentuan internal maupun atas kebijakan-kebijakan bank.

7. Risiko Hukum (Legal Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh ketidakcukupan


(inadequacy)

atau kesalahan dalam pemberian pendapat hukum maupun dokumentasi


hukum.

8. Risiko Reputasi (Reputational Risk)

Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh kegagalan di dalam


operasional

bank khususnya kegagalan dalam memenuhi ketentuan-ketentuan hukum atau


peraturan

yang dikenakan atas bank.

Pengukuran Risiko

Pengukuran Risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolok ukur) untuk memahami


signifikansi dari

akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik
secara individual

maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha bank.


Lebih lanjut

pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi
pengelolaan risiko

yang terarah dan berhasil guna.

A. Dimensi Risiko

24
Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat diketahui/disimpulkan
dengan

melakukan pengukuran terhadap 2 dimensi risiko yaitu :

i. Kuantitas (quantity) risiko, yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul


dari

terjadinya/terealisirnya risiko. Dimensi kuantitas risiko dinyatakan dalam


satuan mata uang.

ii. Kualitas (quality) risiko, yaitu probabilitas (likelihood) dari


terjadinya/terealisirnya

risiko. Dimensi kualitas risiko dapat dinyatakan dalam bentuk : confidence


level, matrix

risiko (tinggi, sedang, rendah), dan lain-lain yang dapat menggambarkan


kualitas risiko

Dua dimensi ini harus muncul sebagai hasil dari proses pengukuran risiko.

B. Alat Ukur Risiko

Sebagai suatu konsep baru yang sedang terus dikembangkan, terdapat berbagai
macam

metode pengukuran risiko yang muncul dan diujicobakan oleh para pelaku
pasar.

Value At Risk

i.

Salah satu metode yang banyak diterima dan diaplikasikan saat ini adalah apa
yang dikenal

dengan metode Value At Risk (VAR). Value At Risk pada saat ini dapat dianggap
sebagai

metode standar di dalam mengukur Risiko Pasar (Market Risk), dan mulai banyak

digunakan untuk mengukur Risiko (Portofolio) Kredit.

Per definisi Value At Risk adalah : kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam
rentang

waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu


(“predicted

25
worst-case loss with a specific confidence level over a period of time”). Konsep
VAR

berdiri di atas dasar observasi statistik atas data-data historis dan relatif dapat
dikatakan

sebagai suatu konsep yang bersifat obyektif.

Upaya untuk mengukur risiko telah dilakukan orang dengan berbagai cara.
Berbagai

indikator yang sering digunakan oleh bank dalam mengukur dan mengelola Risiko
Kredit

atas portofolio kreditnya misalnya : penetapan rating, pembatasan tenor,


pembatasan sektor

industri, penetapan watch list, dsb. Risiko Pasar misalnya : volatilitas, sensitivitas,
dsb.

Risiko Tingkat Bunga misalnya : Liquidity Gap, Interest Rate Gap, dsb. VAR,
dapat

dikatakan, merangkum seluruh substansi yang ingin ditangkap dari alat-alat atau
metode-

metode tradisional tersebut. VAR juga megakomodasi kebutuhan untuk


mengetahui potensi

kerugian atas exposure tertentu. VAR juga dapat diterapkan pada berbagai level
transaksi,

mulai dari individual exposure sampai pada portfolio exposures. Dua hal yang
tidak dapat

ditawarkan oleh alat metode tradisional seperti disebutkan di atas.

Secara umum ada empat pertanyaan dasar yang akan dijawab dengan
menggunakan konsep

VAR yaitu :

Ø Berapa banyak bank akan mengalami kerugian?

Ø Apakah kerugian tersebut akan terkonsentrasi pada satu aspek tertentu


(obligor,

area, jenis risiko)?

Ø Exposure mana yang akan meminimalkan risiko dari exposure yang lain?

26
Ø Berapa banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengambil risiko
tersebut?

ii. Stress Testing

Salah satu keterbatasan konsep VAR adalah bahwa VAR hanya efektif diterapkan
dalam

kondisi pasar yang normal. Konsep VAR tidak dirancang untuk memprediksikan
terjadinya

suatu kejadian yang akan menyebabkan runtuhnya pasar (unexpected event)


seperti perang,

bencana alam, perubahan drastis di bidang politik, dll.

Konsep Stress Testing memberikan jawaban untuk masalah tersebut. Konsep


Stress Testing

dirancang sebagai suatu pendekatan subyektif terhadap risiko yang bagian


terbesarnya

tergantung pada human judgement. Konsep ini adalah sebuah rangkaian proses
eksplorasi,

mempertanyakan, dan berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan


(khususnya terkait

dengan risiko) pada saat terjadinya sesuatu yang dianggap “tidak mungkin”
(very unlikely)

terjadi.

Di dalam konsep Stress Testing dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Ø Menyusun beberapa skenario (terjadinya unexpected event)

Ø Melakukan revaluasi (risiko) atas portofolio

Ø Menyusun kesimpulan atas skenario-skenario tersebut

Stress Testing harus dilaksanakan secara periodik dengan melibatkan Senior


Management.

iii. Back Testing

Suatu model hanya berguna jika model tersebut dapat menerangkan realitas
yang terjadi.

27
Demikian pula dengan model pengukuran risiko. Untuk menjaga reliability
dari model,

maka secara periodik suatu model pengukuran harus diuji dengan


menggunakan suatu

konsep yang dikenal dengan Back Testing.

C. Risiko vis a vis Pricing dan Modal

Hasil yang diperoleh dari proses pengukuran risiko menggambarkan potensi


kerugian yang

akan muncul dalam hal risiko terealisir. Dalam konsep Risk Management
kerugian tersebut

harus diantisipasi dengan cara menyisihkan sejumlah modal sebagai


cushion/buffer yang akan

melindungi (kemampuan keuangan) perusahaan. Semakin tinggi risiko yang


diambil, semakin

besar pula modal yang dibutuhkan.

Penyisihan sejumlah modal (di luar PPAP) tersebut tentunya akan


mengakibatkan

munculnya opportunity loss bagi perusahaan/bank. Sebagai konsekuensi maka


Risk

Management mengenal apa yang disebut sebagai RAROC atau Risk Adjusted
Return On

Capital. Konsep pricing yang menggunakan RAROC akan secara jelas


memperlihatkan

seberapa tinggi risiko dari satu counterpart di mata bank/perusahaan yang


melakukan evaluasi

risiko.

Pengelolaan Risiko

Jika risiko-risiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diidentifikasi dan diukur
maka pertanyaan

28
selanjutnya adalah : “Profil/Struktur Risiko yang bagaimana yang terbaik bagi
perusahaan?”

Pertanyaan tersebut mengarah kepada upaya untuk :

Meningkatkan kualitas dan prediktabilitas dari pendapatan perusahaan


(earning)

1.

untuk mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham (shareholder value)

Mengurangi kemungkinan munculnya tekanan pada kemampuan


keuangan

2.

(financial distress)

Mempertahankan marjin operasi (operating margin)

3.

Konsep Pengelolaan Risiko berbicara seputar alternatif cara untuk mencapai


tujuan-tujuan di atas.

Pada dasarnya mekanisme Pengelolaan Risiko dapat dikelompokkan sebagai


berikut :

1. Membatasi Risiko (Mitigating Risk)

Membatasi Risiko dilakukan dengan menetapkan limit risiko, baik untuk


individual

exposure maupun portfolio exposure, yang dapat diterima oleh perusahaan.

Penetapan Limit Risiko yang dapat diterima oleh perusahaan tidak semata-
mata dilakukan

untuk membatasi risiko yang diserap oleh perusahaan, melainkan juga harus
diarahkan

kepada upaya untuk mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham. Pendekatan


tersebut

terkait dengan konsekuensi (Modal/Capital) yang muncul dari angka-angka


risiko yang

29
dihasilkan dari proses pengukuran risiko. Artinya penetapan batas risiko
dengan berbagai

konsekuensi (finansial) yang muncul kemudian harus menghasilkan struktur


neraca

maupun rugi laba yang optimal bagi para pemegang saham.

Mengelola Risiko (Managing Risk)

2.

Sebagaimana kita ketahui, nilai exposure yang dimiliki oleh perusahaan dapat
bergerak

setiap saat sebagai akibat pergerakan di berbagai faktor yang menentukan di


pasar. Dalam

kondisi demikian, maka angka yang dihasilkan dari proses pengukuran risiko
di awal

(munculnya exposure) akan berkurang validitasnya. Artinya bisa jadi profile


risiko akan

berubah sehingga tidak lagi dapat memberikan hasil yang optimal bagi
pemegang saham.

Untuk itu maka dibutuhkan suatu proses untuk mengembalikan profil risiko
kembali

kepada profil yang memberikan hasil optimal bagi pemegang saham. Proses
dimaksud

dilakukan melalui berbagai jenis transaksi yang pada dasarnya merupakan


upaya untuk :

Menyediakan cushion/buffer untuk mengantisipasi kerugian yang


mungkin
a. muncul dalam hal risiko yang diambil terealisir.

Mengurangi/menghindarkan perusahaan dari kerugian total (total


loss) yang

b. mucul dalam hal risiko terealisir

Mengalihkan risiko kepada pihak lain

c. Memantau Risiko (Monitoring Risk)

30
3. Pemantauan risiko pada dasarnya adalah mekanisme yang ditujukan untuk
dapat

memperoleh informasi terkini (updated) dari profile risiko perusahaan.

Sekali lagi, Risk Management tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam
proses

pengambilan keputusan. Wujud penerapan terbaik Risk Management merupakan


suatu proses

membangun kesadaran tentang risiko di seluruh komponen organisasi perusahaan,


suatu proses

pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Risk
Management

tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan


keputusan yang kuat

terhadap risiko.

http://www.google.co.id/search?
q=jenis+statistik+kerugian&hl=id&cr=countryID&start=10&sa=N

31
Lampiran 2

PEMAKAIAN PELUANG DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN

OPEN DARNIUS

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

. LANDASAN TEORI

2.1. Teori Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dari pembatasan dan

perumusan masalah, membuat beberapa alternatif pemecahan beserta konsekuensi

masing-masing alternatif, dan memilih salah satu alternatif pemecahan terbaik


untuk

selanjutnya melaksanakan keputusan tersebut.

2.2. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Faktor keadaan intern organisasi

2. Faktor tersedianya informasi yang diperlukan

3. Faktor keadaan ekstern organisasi

4. Faktor kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan

32
2.3. Model Keputusan

Ada beberapa elemen dan konsep yang biasanya digunakan pada semua

model keputusan, hampir semua model apakah itu kompleks dan sederhana, dapat

diformulasikan dengan menggunakan suatu struktur standard dan dipecahkan

dengan penggunaan prosedur umum. Dalam tulisan ini digunakan model


probabilistik

dalam kondisi ketidakpastian yakni memakai Teori Peluang dan expektasi


(harapan).

2.4. Pengertian Peluang

Secara umum peluang terjadinya suatu kejadian A dapat dinyatakan sebagai

frekwensi relatif, yaitu perbandingan antara banyaknya cara kejadian A dapat


terjadi

dengan banyaknya semua cara (kejadian) dapat terjadi dalam suatu

keadaan tertentu (percobaan). Secara matematis hal ini dapat dirumuskan dengan:

n (A)

P(A) =

n (Ω)

Sebagai contoh untuk memudahkan pengertian rumusan peluang di atas, jika

sebuah dadu yang setimbang digulirkan, dan A adalah kejadian mata dadu ganjil

yang muncul, maka peluang A, P(A), adalah 1/2. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan

mendaftarkan semua mata dadu (outcome) yang mungkin terijdi dalam percobaan

tersebut yaitu Ω={1,2,3,4,S,5}. Himpunan ini sering disebut dengan ruang sampel

(sample space), dimana secara himpunan dapat dituliskan n(Ω) = 6. Sedangkan

kejadian A dikatakan terjadi bilamana mata dadu yang muncul adalah 1, 3, atau 5.

Hal ini dapat dinyatakan dalam himpunan, A ={1,3,5}, artinya n(A)=3. Sehingga

menurut persamaan (1) di alas P(A)=3/6=1/2.

33
2.5. Ekspektasi

Ekpektasi (Expectation) adalah suatu nilai harapan terhadap suatu peubah

(kejadian) tertentu yang diperhitungkan berdasarkan semua kemungkinan


(peluang)

yang akan terjadi terhadap peubah tersebut. Secara matematis jika X menyatakan

suatu peubah acak yang mempunyai peluang p(x), maka ekspektasi X (yang

dinotasikan dengan E(X)) didefinisikan sebagai berikut:

E(X) = Σ xp(x), jika X peubah acak diskrit, dan

xЄX

E(X) = ∫ xp(x)dX jika X peubah acak kontinu.

xЄX
.
KESIMPULAN

Pemakaian Teori Peluang untuk membahas persoalan ketidakpastian dapat

dilakukan bilamana dimiliki suatu informasi yang dapat dimodifikasi menjadi

frekwensi relatif. Contoh kasus masalah grosir buah tetah menunjukkan


bagaimana

penggunaan konsep teori peluang dan ekspektasi digunakan untuk mengambii

keputusan. Dan perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai minimum kerugian


adalah

$17.50, dengan jumlah persediaan perharinya 12 keranjang.

34
Lampiran 3
SERTIFIKASI RIKS MANAGER

No. 6/78/BGub/Humas
Gubernur Bank Meresmikan Program Sertifikasi Risk Manager Perbankan
Nasional

GUBERNUR BANK INDONESIA, BURHANUDDIN ABDULLAH, HARI INI MERESMIKAN PELUNCURAN PROGRAM
SERTIFIKASI RISK MANAGER PERBANKAN SEBAGAI IMPLEMENTASI PILAR IV ARSITEKTUR PERBANKAN
INDONESIA DI GEDUNG BI, JAKARTA. PROGRAM INI BERTUJUAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PERBANKAN NASIONAL DALAM HAL RISK MANAGEMENT. PERESMIAN DILAKUKAN DENGAN PENANDATANGANAN
NOTA KESEPAKATAN ANTARA BANK INDONESIA DAN INDONESIA RISK PROFESSIONAL ASSOCIATION
(IRPA), YANG MASING-MASING DIWAKILI OLEH MAMAN H. SOMANTRI, DEPUTI GUBERNUR BANK
INDONESIA DAN I WAYAN PUGEG, KETUA IRPA YANG JUGA DIREKTUR PT BANK MANDIRI.
"Acara ini merupakan momen penting bagi dunia perbankan nasional",
demikian ungkap Burhanuddin dalam sambutannya. Peresmian ini, menurut
Burhanuddin merupakan implementasi dari komitmen Bank dan pelaku
industri perbankan nasional untuk bersama-sama seiring sejalan melangkah
maju guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan.
“Pada saat ini baru Bank saja sebagai otoritas perbankan yang menetapkan
program sertifikasi risk manager, sebagai suatu kewajiban formal yang
mengikat industri perbankan yang diawasinya”, demikian lanjut Burhanuddin.
Menyadari pentingnya manajemen risiko dalam mengelola aktivitas fungsional
bank maka Bank bersama para regulator perbankan serta komunitas
perbankan internasional meyakini bahwa sesuai dengan karakteristik
usahanya, para pelaku industri perbankan harus memiliki kemampuan untuk
menyeimbangkan antara keuntungan yang ingin diraih dengan risiko yang
terkandung dalam setiap langkah kebijakannya. Hal tersebut terus
diupayakan, terutama sejak Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia No.5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 mengenai Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum yang mewajibkan setiap bank untuk
menerapkan manajemen risiko secara efektif.
LEBIH LANJUT, BURHANUDDIN MENGURAIKAN BAHWA DENGAN PENINGKATAN KUALITAS SDM SEBAGAI
HASIL DARI PROGRAM INI, MAKA SEBENARNYA KITA MERESPON BEBERAPA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
SEKALIGUS YAITU, PERTAMA, MENGANTISIPASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BIDANG RISK
MANAGEMENT SEBAGAI BEST PRACTICES PERBANKAN DALAM JANGKA MENENGAH-PANJANG, KEDUA,
PENINGKATAN KOMPETENSI SDM PERBANKAN DI BIDANG RISK MANAGEMENT, BERARTI JUGA AKAN AKAN
DAPAT MENUTUP BERBAGAI KELEMAHAN DALAM SISTEM DAN INFRASTRUKTUR OPERASIONAL PERBANKAN YANG
SAAT INI MASIH ADA, DAN KETIGA, PROGRAM SERTIFIKASI RISK MANAGER INI PADA DASARNYA AKAN
MEMPERCEPAT PROSES PENGUATAN INSTITUSIONAL PERBANKAN. SECARA FUNDAMENTAL, PENERAPAN RISK

35
MANAGEMENT OLEH PERBANKAN AKAN MENDORONG DITERAPKANNYA PULA PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE DAN PENINGKATAN KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN OPERASIONAL SEHARI-HARI.
Program sertifikasi ini dilaksanakan oleh IRPA, asosiasi praktisi profesional
risk manager dengan bantuan expertise ABN Amro dalam mengajarkan
berbagai practical aspects risk management. Sementara itu, Bank Indonesia
sebagai regulator, bekerja sama dengan IRPA dengan dukungan seluruh para
pelaku industri perbankan, akan menetapkan suatu standar kualitas skill &
knowledge yang harus dicapai oleh risk manager, dan kemudian
mengimplementasikannya melalui suatu program sertifikasi.
Program sertifikasi ini terdiri dari dua program, yaitu program fast track
(eksekutif) dan program reguler. Program fast track (eksekutif) ditujukan bagi
para eksekutif bank seperti anggota Direksi Bank Umum, khususnya yang
membawahi bidang manajemen risiko, agar mampu memfasilitasi
pengembangan risk management pada masing-masing banknya. Sedangkan
program reguler ditujukan bagi setiap SDM perbankan yang tugas maupun
tanggung jawabnya terkait dengan bidang manajemen risiko.
, 7 Juli 2004
BIRO KOMUNIKASI

Rizal A. Djaafara
Kepala Biro

36
Soal

Kerjakan soal di bawah ini !


1. Sebutkan dan Jelaskan kerangka kerja Riks managemen
2. pengeluaran investasi pada tahun 2000 adalah 200.000. iuran
kas pada tahun 2003 adalah 100.000 tingkat keuntungannya 1.9. tentukan
tingkat keuntungan bunganya dengan metode NPV !

37
38

You might also like