Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Nama : Dian Purniasari
NIM : 03 511 190
Jurusan : Teknik Sipil
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
Dian Purniasari
03 511 190
v
6. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih telah membimbingku untuk mencintai
Allah SWT, mengajarkan nilai – nilai kehidupan dan selalu memotivasi
hidupku untuk selalu semangat dalam hidup.
Tidak ada yang dapat disampaikan selain ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan, semoga mendapat balasan kebaikan
dari Allah SWT. Amin
Akhirnya besar harapan penulis Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis secara pribadi dan bagi siapa saja yang membacanya.
Wabillahittaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis
MOTTO
“ Hai orang – orang yang beriman, mintalah pertolongan dari Allah dengan
kesabaran dan shalat. Sungguh Allah bersama orang – orang yang sabar. “
“ Ibrahim berkata, “ saya tidak putus asa, sebab yang putus asa dari rahmat
( QS. Al Hijr : 56 )
Mendatangkan Kehidupan
( H. M. Ihsanudin. AS )
iii
ABSTRAKSI
HALAMAN JUDUL.…………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAAN…….………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
ABSTRAKSI………………………………………………………………………....v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..….....ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..….x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….....xii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………........................1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………...2
1.4 Batasan Penelitian……………………………………………………..3
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………….3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...……..64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Volume Tanah………….13
Gambar 3.2 Rentang Ukuran Pertikel ( Craig, 1974 )………………………...14
Gambar 3.3 Struktur butir tunggal…………………………………..………...15
Gambar 3.4 Struktur sarang lebah ( Das, 1993 )…………………..…………..15
Gambar 3.5 Susunan benda Uji Geser Langsung ( Das, 1995 )……………….19
Gambar 3.6 Diagram Tegangan dengan Perubahan Tinggi Benda Uji ( Das,
1995 )…………………………………………………………….20
Gambar 3.7 Grafik Hubungan Tegangan Geser ( τ ) dengan Tegangan normal
( σ ) pada Uji Geser Langsung…………………………………...21
Gambar 3.8 Alat Pengujian Triaksial UU…………………………..……..…..23
Gambar 3.9 Kondisi Tegangan pada Keadaan Runtuh………………………..25
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian…………………………………………….29
Gambar 5.1 Grafik Hasil Uji Analisis Distribusi Butiran Sampel 1…………..32
Gambar 5.2 Grafik Hasil Uji Analisis Distribusi Butiran Sampel 2…………..34
Gambar 5.3 Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Sampel 1…………………….40
Gambar 5.4 Hasil Uji Kepadatan Tanah Sampel 2……………………………41
Gambar 5.5 Kurva Hubungan Tegangan dan Regangan Uji Triaxial Tanah
Campuran dengan Prosentase Campuran 2% dan Lama
Pemeraman 1 hari...........................................................................42
Gambar 5.6 Lingkaran Mohr Uji Triaksial Tanah Campuran Aspal SC60-70
sebanyak 2% dengan Lama Pemeraman 1 hari…………….…….43
Gambar 5.7 Kurva Hubungan Tegangan dan Regangan Uji Geser Langsung
Tanah asli………………………………………………………...45
Gambar 5.8 Hasil Uji Geser Langsung Pada Tanah Pasir
asli………………………………………………………………..46
Gambar 6.1 Hubungan antara Sudut Gesek Dalam dengan waktu pemeraman
pada prosentase campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada uji
Triaksial UU…………….……………………………………......55
x
Gambar 6.2 Hubungan antara Kohesi dengan waktu pemeraman pada
prosentase campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada uji Triaksial
UU ……………………………………………………………….56
Gambar 6.3 Hubungan antara Sudut Gesek Dalam dengan waktu pemeraman
pada prosentase campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada uji
Geser Langsung. ………………………………………………....57
Gambar 6.4 Hubungan antara Kohesi dengan waktu pemeraman pada
prosentase campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada uji Geser
Langsung…………………………………………………………58
Gambar 6.5 Hubungan antara Tegangan Geser dengan prosentase campuran
Aspal SC60-70 pada pemeraman yang berbeda pada uji Triaksial
UU…………………………………………………………..…...59
Gambar 6.6 Hubungan antara Tegangan Geser dengan prosentase campuran
Aspal SC60-70 pada pemeraman yang berbeda pada uji Geser
Langsung…………………………………………………………60
xi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1
dapat mengubah, mengurangi sifat-sifat tanah yang kurang menguntungkan
didalamnya mencapai kestabilan yang biasanya, secara Elektris yaitu dengan
pemanasan atau menggunakan listrik.
Stabilisasi pada hal ini dengan cara stabilisasi kimia yaitu dengan
mencampurkan pasir dengan bahan adiktif SC60-70 untuk diteliti kuat gesernya.
Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka dirasa perlu dilakukan
penelitian, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan tanah
pasir yang distabilisasi dengan Aspal cair jenis SC60-70 terhadap kuat geser tanah.
2
1.4 Batasan Penelitian
Untuk menghasilkan pemahaman dalam masalah ini maka diperlukan
adanya batasan-batasan masalah.
1. Tanah pasir yang berasal dari Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta
2. Aspal jenis SC60-70 dibuat dahulu dengan pencampuran antara AC( Asphalt
Cement ) + solar pada suhu 600C. Prosentase pencampuran Aspal SC60-70
adalah 2%, 4%, dan 6%.
3. Pemeraman dilakukan selama 1 hari, 7 hari, dan 14 hari.
4. Pengujian yang dilakukan adalah Uji kadar air, Uji berat volume tanah, Uji
berat jenis tanah, Uji Analisa Saringan, Uji Proktor Standart, Uji Geser
Langsung, dan Uji Triaksial Tipe UU.
5. Pengujian dilakukan di Laboraturium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
N/m3. Nilai Stabilitas dinamis (DS) pada temperature 450C, Tipe 1 menunjukkan
kinerja terbaik (DS-1 = 7000 lintasan/mm , DS-2 = 5727 lintasan/mm dan DS-3 =
3000 lintasan /mm), demikian juga pada temperature 600C (DS-1 = 1500
lintasan/mm, DS-2 = 1313 lintasan/mm dan DS-3 = 1145 lintasan/mm).
Secara keseluruhan pemakaian pasir pantai dalam campuran lapis antara
beton aspal masih menunjukkan kinerja yang baik.
5
grolit. Tetapi untuk respon terhadap masa peram dibutuhkan pemeraman lebih
lama, sebab pada hasil sementara menunjukkan pada masa peram 7 hari nilai
CBRnya lebih rendah dari pada 3 hari. Kemudian pada 14 hari mulai
menunjukkan peningkatan kembali. Jika ditinjau dari bentuk grafiknya ada
kemungkinan dalam jangka panjang stabilisasi pasir laut dengan semen Portland
dan grolit tersebut akan menunjukkan hasil lebih baik.
6
kadar aspal cair SC 70. Penambahan nilai ini tercapai puncaknya pada kadar aspal
sebesar 4% (qu = 1.8476 Kg/cm2), setelah itu dengan penambahan kadar aspal
nilai tekan bebasnya mengecil dari nilai qu = 1.8476 Kg/cm2 pada kadar aspal 4%
menjadi qu = 1.6953 Kg/cm2 pada kadar aspal 6%.
Dari hasil stabilisasi tanah lempung dengan aspal cair SC 70 ini didapat
kondisi efisien dari harga perkerasan yaitu pada penambahan kadar aspal sebesar
2% dengan biaya total Rp. 50.755,875/m3.
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan daya dukung tanah, sehingga
tanah memenuhi sebagai sub grade pada jalan kelas I. dengan penelitian ini bahwa
aspal cair SC 70 sebagai stabilisator tanah lempung dapat memenuhi spesifikasi
untuk memperbaiki kualitas tanah.
7
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, Braja M. Das (1988)
mendefinisikan tanah sebagai material yang terdiri agregat ( butiran ) mineral-
mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-
partikel padat tersebut.
Menurut Craig (1997) yang dimaksud dengan tanah adalah akumulasi
partikel mineral yang tidak mempunyai ikatan antara atau lemah ikatan antara
partikel yang terbentuk karena pelapukan batuan. Yang memperlemah ikatan
tersebut adalah pengaruh karbonat atau oksida atau pengaruh kandungan organik.
Menurut Karl Tarzaghi (1987) tanah adalah kumpulan (agregat) butiran
mineral alami yang biasa dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila agregat
termasuk diaduk dalam air.
Peranan tanah sangat penting dalam perencanaan atau pelaksanaan
bangunan, dikarenakan tanah tersebut berfungsi untuk mendukung beban yang
diatasnya. Oleh karena itu tanah yang akan dipergunakan sebagai pendukung
konstruksi haruslah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan sebagai
tanah dasar (subgrade).
Tabel 3.1 Klasifikasi AASHTO untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya ( Braja M
Das, 1995)
Klasifikasi material berbutir tanah lanau-lempung
Umum (<35% lolos saringan no.200) (>35% lolos saringan no.200)
A-1 A-2 A-7
klasifikasi
A-7-5
kelompok
A-1-a A-1-b A-3 A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 A-4 A-5 A-6 A-7-6
50
Analisis ayakan maks -------- -------
(% lolos) 30 50 51 -------- -------- -------- --------
No. 10 maks maks maks -------- -------- -------- -------- -------- -------- -------- --------
No. 40 15 25 10 35 35 35 35 -------- -------- -------- --------
No. 200 maks maks maks maks maks maks maks 36 min 36 min 36 min 36 min
Sifat Fraksi
yang lewat :
# No.40 : 40 40
Batas Cair maks 41 min 40 maks 40 min 40
Indeks -------- ------- 10 10 maks 41 min 10 10 maks 41 min
Plastisitas 6 maks N.P maks maks 11 min 11 min maks maks 11 min 11 min
Kerikil atau pasir lanauan atau
Fragmen batuan Pasir Tamah
Jenis Umum Tanah lanauan
Kerikil dan pasir halus lempungan
lempungan
Tingkat umum
sebagai Tanah Sangat baik sampai baik Cukup baik sampai buruk
dasar
Catatan : Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas
plastisnya (PL)
Untuk PL>30 klasifikasinya A-7-5
Untuk PL<30 klasifikasinya A-7-6
np = non plastis
GI = (F-38)((0.2+0.005(LL-40))+0.01(f-15)(PI-10)
Dengan :
GI = Indeks kelompok
LL = Batas cair
F = Persen material lolos saringan no.200
10
PI = Indeks plastisitas
Simbol
Divisi Utama Nama Jenis Nama jenis
Kelompok
kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar tertahan
GW, GP, SW, SP, lebih dari 12% lolos saringan no. 200 :GM, GC, SM, SC, 5%-12% lolos
kandungan
batas-batas diagram
butiran halus Kerikil berlempung,
Atterberg di atas plastisitas, maka
GC campuran kerikil pasir-
garis A atau PI > dipakai dobel
lempung
7 simbol
Pasir Gradasi baik, D 60 (D20) 2
Cu 6 , Cc
pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos
batas cair Lempung tak organik dengan 50 berbutir halus dan tanah berbutir kasar. CH
ML
lanau tak organik atau pasir
10 atau
7 OL
MH halus diatomae, lanau 4
Lanau dan elasris.
lempung
batas cair > 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
50% lempung tak organik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung Batas Cair LL (%)
gemuk ('fatclays')
Garis A : PI =0,73 (LL - 20)
lempung organik dengan
OH plastisitas sedang sampai
tinggi
“pengujian berat”, mould yang digunakan masih tetap sama, hanya berat
penumbuk diganti dengan 4,5 kg dengan tinggi jatuh penumbuk 40,8 kg.
Dalam pengujian ini, percobaan diulang paling sedikit 5 kali dengan kadar
air tiap percobaan divariasikan. Selanjutnya, digambarkan.
γd (maks)
Kurva yang dihasilkan dari pengujian memperlihatkan nilai kadar air yang
terbaik untuk mencapai berat volume kering terbesar atau kepadatan maksimum.
Kadar air pada keadaan ini disebut kadar air optimum.
Pada nilai kadar air yang rendah, untuk kebanyakan tanah, tanah
cenderung bersifat kaku dan sulit dipadatkan. Setelah kadar air ditambah, tanah
menjadi lebih lunak. Pada kadar air yang tinggi, berat volume kering berkurang.
Bila seluruh udara di dalam tanah dapat dipaksa keluar pada waktu pemadatan,
tanah akan berada dalam kedudukan jenuh dan nilau berat volume kering akan
menjadi maksimum.
pula tanah pasir lebih mudah untuk diklasifikasikan. Pasir dan kerikil dapat dibagi
lagi menjadi fraksi-fraksi kasar, medium, dan halus, seperti didefinisikan dalam
Gambar 3.2. Pasir dan kerikil dapat dideskripsikan sebagai yang bergradasi baik,
bergradasi buruk, bergradasi seragam atau bergradasi timpang (gap graded).
U kuran Partikel
Gambar 3.2 Rentang ukuran partikel (Craig 1974)
Pasir merupakan jenis tanah non kohesif (cohesionless soil). tanah non
kohesif mempunyai sifat antar butiran lepas (loose), hal ini ditunjukkan dengan
butiran tanah yang akan terpisah-pisah apabila dikeringkan dan hanya akan
melekat apabila dalam keadaan yang disebabkan oleh gaya tarik permukaan.
Tanah non kohesif tidak mempunyai garis batas antara keadaan plastis dan tidak
plastis, karena jenis tanah ini tidak plastis untuk semua nilai kadar air. Tetapi
dalam beberapa kondisi tertentu, tanah non kohesif dengan kadar air yang cukup
tinggi dapat bersifat sebagai suatu cairan kental ( Bowles 1986).
Berdasarkan mineral yang terkandung di dalamnya, pasir terdiri dari
sebagian besar mineral quartz (kwarsa) dan fieldspar. Komposisi mineral quartz
dan fieldspar (Bowles, 1986) ditunjukkan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Komposisi Mineral Quartz dan Fieldspar (Bowles,1986).
Mineral Komposisi
Fieldspar:
Ortoklas K(A1)Si3O8
Plagioklas Na(A1)Si3O8
15
Pada struktur sarang lebah, pasir halus dan lanau membentuk lengkungan-
lengkungan kecil hingga merupakan rantai butiran. Tanah yang mempunyai
struktur sarang lebah mempunyai angka pori besar dan biasanya dapat memikul
beban statis yang tak begitu besar. Struktur tersebut bila dikenai beban berat atau
beban getar, struktur tanah akan rusak dan menyebabkan penurunan yang besar.
3.5 Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua yang
berfungsi sebagai bahan ikat suatu struktur perkerasan. (Silvia Sukirman, 1992)
Sudah sejak 3000 SM aspal bukan material baru dalam sejarah manusia.
Dalam catatan sejarah, orang sumeria (3000 SM) sudah menggunakannya untuk
perekat batu perhiasan kerang atau mutiara. Selain itu, orang zaman dulu
menggunakan pula untuk mengawetkan mayat, water proofing (anti
rembes/bocor) dikapal misalnya, dan juga untuk menggantikan fungsi semen
dibangun. Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan mulai tahun 1830 an.
Sementara aspal hot mix mulai dikenal tahun 1900. Aspal didapat sebagai bahan
alami, seperti yang ada di Buton, Amerika Serikat, prancis, dll. Namun, secara
global, hampir semua aspal kini berasal dari bottom of barrel, intip, atau sisa-sisa
penyulingan minyak.
Uji geser langsung dilakukan beberapa kali pada sebuah sampel tanah
dengan beberapa macam tegangan normal. Harga tegangan normal dan harga
tegangan geser yang didapat dengan melakukan pengujian dapat digambarkan
dengan beberapa grafik untuk menentukan harga parameter kuat geser.
Pada uji geser langsung dengan metode regangan terkendali, kotak geser
diberikan kecepatan pergeseran secara terkendali. Kecepatan, v selalu tetap
selama pengujian berlangsung dengan satuan jarak per waktu (mm/menit). Gaya
geser yang dihasilkan, P merupakan reaksi dari adanya pergeseran pada kotak
geser.
Tegangan normal dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Gaya normal yang beker ja
Tegangan normal ...(3.9)
luas penampang lintang sampel tanah
Tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut ini.
Gaya geser yang melawan pergerakan
Tegangan geser ...(3.10)
luas penampang lintang sampel tanah
Dalam Gambar 3.6 dapat kita lihat potongan grafik tentang hubungan
antara tegangan geser dan perubahan ketinggian dari sampel tanah akibat
perpindahan geser tanah pasir lepas dan pasir padat. Pengamatan ini dihasilkan
20
oleh uji regangan –terkendali. Secara visual tanah jenis pasir dapat
dikelompokkan dalam dua tipe tanah pasir yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut
(Das, 1995).
1. Pasir lepas (renggang), pada tegangan geser penahan akan membesar
sesuai dengan membesarnya perpindahan geser sampai tegangan tadi
mencapai tegangan runtuh τf setelah itu, besar tegangan geser akan kira-
kira konstan sejalan dengan bertambahnya perpindahan geser.
2. Pasir padat, tegangan geser penghambat akan naik sejalan dengan
membesarnya perpindahan geser hingga tegangan geser runtuh
(maksimum) tercapai. Bila tegangan runtuh telah tercapai, maka tegangan
geser penghambatan yang ada akan berkurang secara lambat laun dengan
bertambahnya perpindahan geser sampai pada suatu saat mencapai harga
konstan.
21
Gambar 3.6 Diagram tegangan dengan perubahan tinggi benda uji (Das, 1995)
Gambar 3.7 Grafik hubungan tegangan geser (τ )dengan tegangan normal (σ)
pada uji geser langsung
Pada Gambar 3.7 adalah uji dari tanah pasir kering. Persamaan untuk
harga rata-rata garis yang menghubungkan titik-titik dalam eksperimen tersebut
adalah :
τf = σ tan φ.............................................................................................3.2)
(catatan : c = 0 untuk parir dan σ = σ’)
Jadi, besar sudut geser adalah
f
φ = tan -1 .....................................................................................3.3)
22
Dibawah ini adalah harga-harga yang umum dari sudut geser internal
kondisi drained untuk pasir dan lanau.
kelebihan tekanan pori dengan tidak ada tahanan geser hasil perlawanan dari
butiran tanahnya
Untuk pengujian ini :
Tegangan utama mayor total = σ3 + ∆σdf = σ1
Tegangan utama minor total = σ3
Persamaan kuat geser pada kondisi undrained dapat dinyatakan dalam
persamaan :
1 3 df qu
Cu ....................................................................(3.4 )
2 2 2
Dengan : Cu = kohesi undrained
∆σdf = tegangan deviator
sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan terjadi pada titik tersebut.
Kekuatan geser tanah (σf) pada bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai
berikut:
τf = c + σf tanφ ..............................................................................(3.5)
dimana c dan φ adalah parameter-parameter kuat geser, yang berturut-turut
didefinisikan sebagai kohesi (cohesion intercept atau apparent cohesion) dan
sudut tahanan geser (angle of shearing resitance). Berdasarkan konsep dasar
Terzaghi, tegangan geser pada suatu tanah hanya dapat ditahan oleh tegangan
partikel-partikel padatnya. Kekuatan geser tanah dapat juga dinyatakan sebagai
fungsi dari tegangan normal efektif sebagai berikut:
τf = c’ + σ’ f tanφ’ ...........................................................................(3.6)
dimana c’ dan φ’ adalah parameter-parameter kekuatan geser pada tegangan
efektif. Dengan demikian keruntuhan akan terjadi pada titik yang mengalami
keadaan kritis yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser dan
tegangan normal efektif.
Selain itu, kekuatan geser juga dapat dinyatakan dalam tegangan utama
besar σ’1 dan kecil σ’ 3 pada keadaan runtuh dititik yang ditinjau. Garis yang
dihasilkan oleh persamaan 3.7 pada keadaan runtuh merupakan garis singgung
terhadap lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan tegangan dengan nilai
positif untuk tegangan tekan, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.9. Koordinat
titik singgungnya adalah τf dan σ’ f, dimana:
1
τf = (σ’ 1 - σ’ 3) sin 2θ..................................................................(3.7)
2
1 1
σ’ f = (σ’ 1 + σ’ 3) + (σ’ 1 - σ’ 3) cos 2θ.......................................(3.8)
2 2
25
dan θ adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh. Dengan
demikian jelas bahwa:
'
θ = 45° + .................................................................................(3.8)
2
BAB IV
METODE PENELITIAN
Tanah Pasir yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah tanah pasir
yang berasal dari Pantai Parangtritis Yogyakarta.
2. Aspal SC60-70
Aspal cair yang digunakan sebagai bahan stabilisator yang berfungsi
sebagai bahan untuk mengikat butir-butir agregat yang ada pada pasir.
Pada penelitian ini akan digunakan aspal cair jenis SC60-70 yang dibuat
terlebih dahulu dengan mencampurkan AC (Asphalt Cement) + solar pada
suhu 600C.
Peralatan yang digunakan adalah semua alat yang terletak di Laboraturium
Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia.
Mulai
Penelitian Laboraturium
Hasil Penelitian
Pembahasan
Selesai
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian penggunaan campuran Aspal SC60-70
sebagai stabilisasi tanah pasir. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia pada tanggal 27
Desember 2007 sampai dengan 5 Februari 2008.
Pada penelitian ini dibatasi pada pengujian sifat fisik tanah yaitu analisis
saringan., dan pengujian sifat mekanik tanah meliputi; kadar air, berat jenis, berat
volume, Analisa Saringan, pemadatan tanah (Proktor Standar), Uji Geser Langsung,
dan Uji Triaksial Tipe UU.
Sampel uji yang diujikan terdiri dari tanah asli dan tanah campuran. Tanah
asli berupa pasir pantai yang berasal dari Pantai Parangtritis, Yogyakarta, sedangkan
tanah campuran menggunakan bahan stabilisasi Aspal SC60-70 dengan variasi
campuran 2%, 4%, 6% dan waktu pemeraman 1 hari, 7 hari, 14 hari.
Sedangkan data detail hasil pengujian dan perhitungan laboraturium disajikan
secara lengkap pada bagian lampiran laporan ini.
diketahui jenis tanah yang diuji. Pada pengujian ini dilakukan satu pengujian yaitu
analisis saringan. Tanah pasir yang digunakan adalah tanah pasir yang tertahan #60.
63 0 60.00 100.00
50.8 0 60.00 100.00
38.1 0 60.00 100.00
1 25.4 0 60.00 100.00
3/4 19 0 e1 = 60.00 100.00
13.2 0 e2 = 60.00 100.00
3/8 9.5 0 e3 = 60.00 100.00
1/4 6.7 0 e4 = 60.00 100.00
4 4.750 d1 = 0.00 e5 = 60.00 100.00 e7 = W - Sd
e6 = d7 +
10 2.000 d2 = 0.00 e6 = 60.00 100.00 e7
e5 = d6 +
20 0.850 d3 0.00 e7 = 60.00 100.00 e6
e4 = d5 +
40 0.425 d4 = 0.00 e9 = 60.00 100.00 e5
60 0.250 d5 = 60.00 e10 = 0.00 0.00 e3 = d4 +e4
e2 = d3 +
140 0.106 d6 = 0.00 e11 = 0.00 0.00 e3
e1 = d2 +
200 0.075 d7 = 0.00 e12 = 0.00 0.00 e2
Sd = 60.00
32
Sand
Gravel coarse Silt Clay
Medium Fine
m
---no. 60
---no. 10
---no. 100
---no. 200
---no. 4
---no. 20
---no. 40
100
90
80
70
Percent finer
60
50
40
30
20
10
Graind diameter, m m
Dari hasil uji Analisa distribusi butiran diatas maka akan didapatkan
prosentase nilai rata-rata dari masing masing agregat yang hasilnya dapat kita lihat
dibawah ini.
Tabel 5.2 Prosentase analisis butiran
Finer # 200 0.00 % D10 (mm) 0.263624
D30 (mm) 0.29314
Gravel 0.00 % D60 (mm) 0.34372
Sand 100.00 % Cu = D60/D10 1.304
Silt 0.00 % Cc = D30² / (D10xD60) 0.948
Clay 0.00 % D50(mm) 0.326
33
Keterangan :
D10 = bukaan yang lolos 10%
D30 = bukaan yang lolos 30%
D60 = bukaan yang lolos 60%
D 60
Cu = koefisien keseragaman =
D10
Cc = koefisien gradasi =
D302
D10 D 60
Sand
Gravel coarse Silt Clay
Medium Fine
m
---no. 60
---no. 10
---no. 100
---no. 200
---no. 4
---no. 20
---no. 40
100
90
80
70
60
Percent finer
50
40
30
20
10
0
100 10 1 0.1 0.01 0.001
Dari hasil uji Analisa distribusi butiran diatas maka akan didapatkan
prosentase nilai rata-rata dari masing masing agregat yang hasilnya dapat kita lihat
pada Tabel 5.4.
35
Keterangan :
D10 = bukaan yang lolos 10%
D30 = bukaan yang lolos 30%
D60 = bukaan yang lolos 60%
D 60
Cu = koefisien keseragaman =
D10
Cc = koefisien gradasi =
D302
D10 D 60
1 No Pengujian 1 2
o o Bj air t o
Gs (27 ) = Gs (t ) x ..............................................(5.3)
Bj air 27,5 o
37
0,99598
= 2,70
0,99641
= 2,698
Dari pengujian dan perhitungan di dapat berat jenis tanah pasir Pantai
Parangtritis, Yogyakarta sebesar 2,68.
38
1 No Pengujian 1 2
Dari pengujian dan perhitungan di dapat berat volume tanah pasir Pantai
Parangtritis, Yogyakarta sebesar 1.39 gr/cm3.
Dengan :
W = berat tanah yang dipadatkan dalam cetakan
V = volume cetakan (cm3).
Pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan dapat
ditentukan di laboratorium. Bila kadar air diketahui, maka berat volume kering (γd)
dari tanah tersebut dapat dihitung dengan persamaan 5.5 berikut :
γd = .............................................................................(5.5)
1 w
Dengan :
w (%) = persentase kadar air.
Harga γd dari persamaan 5.5 tersebut dapat digambarkan terhadap kadar air
dengan γd sebagai absis dan kadar air sebagai ordinat. Dengan demikian titik puncak
dari grafik merupakan kadar air optimum dan berat volume kering maksimum. Hasil
dari pengujian kadar air sampel dari pantai Parangtritis Bantul, DIY ditunjukkan pada
Tabel 5.8 yang kemudian hasilnya diposisikan pada grafik yang dapat dilihat pada
Gambar 5.8 dibawah ini.
1.45
B erat Volume K ering , g k (g r/cm3)
1.4
1.35
1.3
7 12 17 22
K adar air, w (% )
1.6
1.55
1.5
B erat Volume K ering , g k (g r/cm3)
1.45
1.4
1.35
1.3
1.25
1.2
5 10 15 20 25
K adar air, w (% )
Dari kurva hubungan kadar air dengan berat volume tanah kering, maka didapatkan :
Kadar air optimum = 15,40 %.
Berat volume kering maksimum = 1,468 gr/cm3
Pengujian 1 2 rata-rata
2.5
2 s3 = 1 kg/cm2
Stress (kg/cm2)
1.5
s3 = 0.5 kg/m2
s3 = 0.25 kg/cm2
0.5
0
0 5 10 15
Strain (%)
Gambar 5.5 Kurva Hubungan Tegangan dan Regangan Uji Triaksial UU Tanah
Campuran Aspal SC60-70 dengan prosentase campuran 2% dan lama pemeraman 1
hari.
Kemudian dibuat lingkaran Mohr dari tegangan pada saat sampel pecah
dengan tegangan geser sebagai ordinat dan tegangan normal sebagai absis, seperti
pada gambar 5.6.
43
2.5
)
2
Shear Stress (kb/cm
1.5
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
2
Norm al Stress (kg/cm )
Gambar 5.6 Lingkaran Mohr Uji Triaksial UU Tanah Campuran Aspal SC60-70
sebanyak 2% dengan Lama Pemeraman 1 hari.
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Triaksial UU Tanah Pasir Dicampur dengan Aspal
SC60-70
Rata-rata
Pemeraman φ c
% Aspal SC60-70 Sampel o 2
() (Kg/cm )
( Hari ) φ c
1 29.591 0.030
1 29.229 0.030
2 28.866 0.030
1 35.011 0.150
2% 7 34.868 0.140
2 34.725 0.130
1 36.073 0.200
14 36.073 0.165
2 36.073 0.130
1 33.457 0.090
1 32.960 0.090
2 32.462 0.090
1 36.706 0.200
4% 7 36.164 0.195
2 35.622 0.190
1 38.219 0.320
14 37.830 0.310
2 37.440 0.300
1 35.041 0.190
1 34.604 0.200
2 34.166 0.209
1 39.114 0.340
6% 7 38.692 0.325
2 38.270 0.310
1 39.662 0.440
14 39.266 0.420
2 38.870 0.400
45
0.6
0.5
Stress (kg/cm )
2
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0% 2% 4% 6% 8% 10%
Strain
Gambar 5.7 Kurva Hubungan Tegangan dan Regangan Uji Geser Langsung Tanah
Pasir asli.
46
y = 0.53x + 0.00
0.50
Shear Stress (kg/cm2)
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Normal Stress (kg/cm 2)
Dari hasil pengujian geser langsung tanah pasir asli didapatkan nilai sudut
geser dalam ( φ ) 27,9 0 dan nilai kohesi ( c ) 0.00 kg/cm2.
Tabel 5.12 Hasil Pengujian Geser Langsung Dicampur dengan Aspal SC60-70
Pemeraman φ c Rata-rata
% Aspal SC60-70 Sampel
(0) φ
2
( Hari ) (Kg/cm ) c
0% 0 1 27.9 0 27.9 0
1 27.9 0.03
1 28.15 0.03
2 28.4 0.02
1 34.6 0.15
2% 7 34.20 0.15
2 33.8 0.14
1 35.4 0.20
14 35.00 0.20
2 34.6 0.19
1 32.2 0.09
1 31.60 0.09
2 31.0 0.09
1 34.6 0.19
4% 7 34.20 0.19
2 33.8 0.18
1 37.6 0.30
14 37.40 0.29
2 37.2 0.28
1 34.6 0.19
1 35.20 0.18
2 35.8 0.16
1 38.3 0.22
6% 7 38.15 0.22
2 38.0 0.21
1 38.3 0.43
14 38.15 0.42
2 38.0 0.40
47
τ = c + σ tg φ...................................................................................................5.6)
Keterangan :
τ = Tegangan geser tanah ( kg/cm2 )
c = kohesi tanah ( kg/cm2 )
φ = sudut gesek dalam tanah ( 0 )
σ = tegangan normal pada bidang runtuh ( kg/cm2 )
Nilai kuat geser tanah dicampur Aspal SC60-70 dapat dilihat pada Tabel berikut
ini.
Tabel 5.13 Nilai Kuat Geser Tanah pasir dengan campuran Aspal Cair SC60-70
Berdasarkan Uji Triaksial Tipe UU.
%
Pemeraman
φ
o
c
2
σ1
2
σ3
2
θ
o
2θ
o
sin 2θ
o
τ
Aspal ( ) ( kg/cm ) ( kg/cm ) ( kg/cm ) ( ) ( ) ( ) ( kg/cm )
2
τ = c + σn tg φ……………………………………………………………(5.11)
Nilai kuat geser tanah dicampur Aspal SC60-70 dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 5.14 Nilai Kuat Geser Tanah pasir dengan campuran Aspal Cair SC60-70
Berdasarkan Uji Geser Langsung
% Aspal
Pemeraman
Sampel
φ
o
c
2
Rata-rata σn
2
tg φ
o
τ
( Hari ) ( ) ( kg/cm ) φ c ( kg/cm ) ( ) ( kg/cm )
2
D30 2 0,293 2
Cc = 0,948
( D10 xD60) (0,264 x0,344)
Cu<6 dan Cc<1, maka termasuk kedalam simbol kelompok SP dengan
gradasi buruk.
49
Simbol
Divisi Utama Nama Jenis Nama jenis
Kelompok
Kerikil Gradasi
kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar tertahan saringan
klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus, kurang dari 5% lolos saringan no. 200 : GW, GP, SW, SP, lebih
D 60 (D20) 2
baik dan Cu 4 , Cc
dari 12% lolos saringan no. 200 :GM, GC, SM, SC, 5%-12% lolos saringan no. 200. batasan klasifikasi yang
D10 D 20 xD 60
campuran pasir
GW kerikil, sedikit antara 1 dan 3
Kerikil
atau tidak
bersih
mengandung
(sedikit atau
butiran halus
tak ada
Kerikil Gradasi
butiran
no. 4 (4,75 mm)
buruk dan
tanah berbutir kasar 50% butiran tertahan saringan no. 200 (0,075 mm)
halus)
campuran pasir Tidak memenuhi kedua
GP
kerikil, atau tidak kriteria untuk GW
mengandung
butiran halus
Batas-batas
Kerikil berlanau, Atterberg bila batas
Kerikil GM campuran kerikil dibawah Atterberg
banyak pasir-lempung garis A atau berada
kandungan PI < 4 didaerah arsir
20 CL-ML MH atau OH
ML
10 atau
lanau organik dan lempung 7 OL
OL berlanau organik dengan 4
plastisitas rendah
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
lanau tak organik atau pasir Batas Cair LL (%)
MH halus diatomae, lanau
Lanau dan elasris. Garis A : PI =0,73 (LL - 20)
lempung
batas cair >
50% lempung tak organik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung
gemuk ('fatclays')
Klasifikasi A-7-
A-3 A-4 A-5 A-6
kelompok A-1- A-1- A-2- A-2- A-2- A-2- 5
a b 4 5 6 7 A-7-
6
Analisis Saringan
(% lolos) 50
- - - - - - - - - -
2,00 mm (no.10) maks
0,425 mm (no. 40) 30 50 51
0,075 mm (no. - - - - - - - -
maks maks maks
200)
5 25 10 35 35 35 35 36 36 36 36
maks maks maks maks maks maks maks min min min min
Indeks kelompok 8 12 16 20
0 0 0 4 maks
(G) maks maks maks maks
Penilaian umum
Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk
sebagai tanah dasar
Catatan :
Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisnya
(PL)
Untuk PL > 30, Klasifikasinya A-7-5
Untuk PL < 30, Klasifikasinya A-7-6
N.P = Non Plastis
41
39
Sudut Gesek Dalam ( )
0
37
campuran 2%
35
campuran 4%
33 campuran 6%
31
29
27
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu pemeraman (Hr)
Gambar 6.1 Hubungan antara Sudut Gesek Dalam dengan waktu pemeraman
pada prosentase campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada Uji Triaksial UU.
Pada Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa nilai sudut gesek dalam akan
terus meningkat berdasarkan semakin lama pemeraman dan semakin banyak
campuran aspalnya. Nilai sudut gesek dalam terendah ada pada pemeraman 1 hari
dan dengan prosentase 2% yaitu 29,2290, kemudian semakin meningkat pada
pemeraman 7 hari yaitu 34,8680 dan 14 hari yaitu sebesar 36,0730. Selanjutnya
akan terus meningkat dengan penambahan prosentase campuran aspal dan dengan
54
pemeraman yang lama. Nilai sudut gesek dalam tertinggi adalah pada pemeraman
14 hari dengan prosentase campuran 6% yaitu 39,2260.
0.45
0.40
0.35
Kohesi (kg/cm2)
0.30
campuran 2%
0.25
campuran 4%
0.20
campuran 6%
0.15
0.10
0.05
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu pemeraman (Hr)
Gambar 6.2 Hubungan antara Kohesi dengan waktu pemeraman pada prosentase
campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada Uji Triaksial UU.
Pada Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa nilai kohesi akan terus
meningkat berdasarkan semakin lama pemeraman dan semakin banyak campuran
aspalnya. Nilai kohesi terendah ada pada pemeraman 1 hari dan dengan
prosentase 2% yaitu 0,030 kg/cm2, kemudian semakin meningkat pada
pemeraman 7 hari yaitu 0,140 kg/cm2 dan 14 hari yaitu sebesar 0,165 kg/cm2.
Selanjutnya akan terus meningkat dengan penambahan prosentase campuran aspal
dan dengan pemeraman yang lama. Nilai sudut gesek dalam tertinggi adalah pada
pemeraman 14 hari dengan prosentase campuran 6% yaitu 0,420 kg/cm2.
55
Nilai kuat geser tanah pasir (φ dan c) dari hasil Uji Geser Langsung seperti
pada Tabel 5.10 pada bab 5 kemudian diplotkan kedalam Gambar 6.3. dan 6.4.
berikut:
40
38
Sudut Gesek Dalam (0)
36
34
campuran 2%
32 campuran 4%
30 campuran 6%
28
26
24
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu pemeraman (Hr)
Gambar 6.3 Hubungan antara Sudut Gesek Dalam dengan waktu pemeraman
pada prosentase campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada Uji Geser Langsung.
Pada Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa nilai sudut gesek dalam akan
terus meningkat berdasarkan semakin lama pemeraman dan semakin banyak
campuran aspalnya. Nilai sudut gesek dalam terendah ada pada pemeraman 1 hari
dan dengan prosentase 2% yaitu 28,150, kemudian semakin meningkat pada
pemeraman 7 hari yaitu 34,200 dan 14 hari yaitu sebesar 35,00 0. Selanjutnya akan
terus meningkat dengan penambahan prosentase campuran aspal dan dengan
pemeraman yang lama. Nilai sudut gesek dalam tertinggi adalah pada pemeraman
14 hari dengan prosentase campuran 6% yaitu 38,15 0.
56
0.45
0.40
Kohesi (kg/cm2) 0.35
0.30 campuran 2%
0.25 campuran 4%
0.20 campuran 6%
0.15
0.10
0.05
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu pemeraman (Hr)
Gambar 6.4 Hubungan antara Kohesi dengan waktu pemeraman pada prosentase
campuran Aspal SC60-70 yang berbeda pada Uji Geser Langsung.
Pada Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa nilai kohesi akan terus
meningkat berdasarkan semakin lama pemeraman dan semakin banyak campuran
aspalnya. Nilai kohesi terendah ada pada pemeraman 1 hari dan dengan
prosentase 2% yaitu 0,030 kg/cm2, kemudian semakin meningkat pada
pemeraman 7 hari yaitu 0,150 kg/cm dan 14 hari yaitu sebesar 0,20 kg/cm2.
2
2.500
2.000
Tegangan Geser (kg/cm2)
Pemeraman 1hari
1.500
Pemeraman 7 hari
1.000
Pemeraman 14
hari
0.500
0.000
0% 2% 4% 6% 8%
Prosentase Campuran Aspal SC 60-70
1.400
1.000
Pemeraman 1 hari
0.800
Pemeraman 7 hari
0.600
Pemeraman 14 hari
0.400
0.200
0.000
0.000 0.020 0.040 0.060 0.080
Prosentase Campuran Aspal SC 60-70
Pada pengujian Geser Langsung tanah dicampur dengan Aspal Cair SC60-
70 pada penambahan campuran 6% mampu memberikan peningkatan tegangan
gesernya, yaitu pada pemeraman 1 hari τ = 0,899 kg/cm2, pada pemeraman 7 hari
τ = 1,022 kg/cm2, dan pada pemeraman 14 hari τ = 1,222 kg/cm2. NIlai tegangan
geser terendah pada prosentase campuran 2% dan lama pemeraman 1 hari yaitu τ
= 0,575 kg/cm2.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disimpulkan karakteristik dari tanah Pasir Pantai
berbutir seragam Pantai Parangtritis, Yogyakarta berdasarkan data-data yang
diperoleh dari penelitian di Laboratorium yang telah disajikan pada bab 5.
Berdasarkan hasil penelitian yang menguji Tanah pasir dengan
penambahan Aspal Cair SC60-70 dengan variasi 2%, 4%, 6% dan lama pemeraman
1 hari, 7 hari, 14 hari, maka beberapa kesimpulan dan saran akan disampaikan
untuk kesinambungan dalam penelitian ini.
7.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari hasil penelitian adalah
seperti berikut ini.
1. Berdasarkan klasifikasi tanah Unified tanah pasir Parangtritis, Bantul,
Yogyakarta termasuk dalam Divisi Utama ( Tanah berbutir kasar yaitu
>50% butiran tertahan saringan no. 200, maka termasuk dalam fraksi kasar
tertahan pada ayakan no. 4 dan termasuk golongan pasir bersih ( hanya
pasir )), Simbol kelompok adalah SP. Nama umum untuk tanah ini adalah
pasir bergradasi buruk, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran
halus. Kriteria Klasifikasi didapatkan nilai Cu = 1,304 dan Cc = 0,948,
karena Cu < 6 dan Cc < 1 maka tanah termasuk gradasi buruk dengan
symbol SP,
Berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO tanah pasir Parangtritis, Bantul,
Yogyakarta termasuk dalam Klasifikasi umum termasuk kedalam Material
Granuler ( <35% lolos saringan no.200 ). Klasifikasi kelompok dengan
symbol A-3. Tanah pasir merupakan tanah Non Plastis ( NP ), Indeks
Kelompok ( GI ) = 0, maka termasuk pada golongan A-3 ( 0 ), tipe
material adalah pasir halus, penilaian umum sebagai tanah dasar adalah
sangat baik sampai baik.
59
59
60
7.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti menyarankan untuk mencoba
meneliti dengan bahan-bahan yang lain dengan prosentase campuran yang lebih
besar dan pemeraman yang lebih lama.
60
DAFTAR PUSTAKA
57
Wesley, L.D.,1977, MEKANIKA TANAH, Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
Jakarta.
58