Professional Documents
Culture Documents
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi
atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu
usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di
mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau
kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai
suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-
pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-
kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas
bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu
proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing,
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi
merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan
pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan
tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan
untuk mendekatkan meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki
(experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan
mempertalikan (bonding). Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi
membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan
(stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).
Pendekatan interaksi lainnya adalah pendekatan dramaturgi menurut Erving
Goffman. Melalui pendekatan ini Erving Goffman menggunakan bahasa dan
khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi
sosial. Konsep-konsepnya dalam pendekatan ini mencakup tempat berlangsungnya
interaksi sosial yang disebut dengan social establishment, tempat mempersiapkan
interaksi sosial disebut dengan back region/backstage, tempat penyampaian
ekspresi dalam interaksi sosial disebut front region, individu yang melihat interaksi
tersebut disebut audience, penampilan dari pihak-pihak yang melakukan interaksi
disebut dengan team of performers, dan orang yang tidak melihat interaksi tersebut
disebut dengan outsider.
Erving Goffman juga menyampaikan konsep impression management untuk
menunjukkan usaha individu dalam menampilkan kesan tertentu pada orang lain.
Konsep expression untuk individu yang membuat pernyataan dalam interaksi.
Konsep ini terbagi atas expression given untuk pernyataan yang diberikan dan
expression given off untuk pernyataan yang terlepas. Serta konsep impression
untuk individu lain yang memperoleh kesan dalam interaksi.
Bentuk – Bentuk interaksi yang mendorong terjadinya lembaga ,kelompok dan
organisasi sosial .
Interaksi Sosial
Tujuan Pembahasan:
1. mendiskripsikan factor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi social,
2. mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi yang mendorong terciptanya lebaga,
kelompok, dan organisasi social,
3. mendiskripsikan proses pembentukan lembaga, kelompok, dan organisasi social,
dan
4. mendiskripsikan factor-feaktor yang menyebabkan perubahan dan dinamika social
budaya.
Alur gagasan
Pengertian Sifat-Sifat Prose Interaksi
Interaksi Sosial Sosial
Seperti Bermain
Drama Bentuk-Bentuk
Interaksi Sosial
Mungkin seharusnya aku mencoba bicara denagnnya saja. Aku belum benar-benar
mengerti apa yang salah. Mungkin hanya karena cinta kamu telah berubah. Bukannya
jelek, Cuma berubah. Aku tumbuh besar, dan segalanya berbeda, tetapi aku tak ingin dia
keluar dari hidupku. Aku masih membutuhkannya, lebih dari kapan pun. Mungkin kami
takkan pernah duduk di bawah pohon-pohon pillow yang menangis.mungkin persahabatan
kami telah berakhir. Tapi, persahatan yang baru bias bertumbuh. Itu mungkin, ya kan?
A. Pengertian
Menangis, persahabatan, adalah kat-kat yang mencerminkan bahwa ada interaksi social
yang terjadi di dalamnya. Ketika “aku’ mencoba berbicar denagnnya… satu hal yang juga
tidak bisa tidak mesti berbicara tentang interaksi. Tapi, apa itu interaksi social? Mengapa
menjadi begitu pnting untuk dibicarakan?
Dalam kamus Besar Bahsa Indonesia, interaksi social memiliki arti hubungan social
yang dinamis antara orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara
kelompok dan kelompok.
Kalau kita sebelim telah berbicara tentang sosialisasi yang lebih mengarah pada
diri, maka interaksi social berbicara tentang hubungan kita dengan orang yang ada di luar
kita.
Untuk mepelajari interaksi social, ada berbagai pendekatan yang dilakukan. Salah
satunya adalah interaksionisme simbolik. Pendekatan ini berasal dari pemikiran George
Herbert Mead, tenteng penggunaan simbol-simbol dalam berinteraksi.
Untuk interaksi simbolis ini, ada beberapa hal yang berkaitan, di antaranya stereotip,
ruang personal/pribadi, menyentuh, dan kontak mata.
Steriotip. Ketika kita bertemu pertama kali denagnsesorang, biasanya “kesan
pertama”-lah yang muncul. Kesan pertama ini langsung membawa kita pda pengalaman
masa lalu yang kemidian memunculkan steriotip-steriotip tertentu. Misalnya, ketika kita
bertemu denagan oarng yang bertampang serius dan tanpa senyum pada malam hari, serta
amendekati kita, steriotip yang muncul dalam benak kita adalah orang itu jahat. Padahal
belim tentu steriotip itu benar.
Ruang personal/pribadi/privat adalah dalam diri kita yang biasanya sangat kita
lindungi. Nanya orang-orang terdekat kita yang biasanya boleh memasuki ruang ini–
biasanya sahabat. Kita juga akan sangat berhati-hati saat ornag baru hendak memasuki
ruang ini. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika ada seseorang
yang hendak mendekat, entah untuk menjadi sahabat taau pacar. Pastinya saat itu terjadi,
kita akan berpikir berulang-ulang untuk menerimanya.biasanya pikita dan perasaan kita
langsung memunculkan pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah dia bisa dipercaya, apakah
dia bisa menyimpan rahasia-rahasia kita, atau dia akan menyakiti kita.
Menyentuh. Interaksi yang satu ini memiliki banyak arti. Setuhan ibu kepada anak
misalnya, memiliki arti yang sering kali tak bisa terkatakan. Adanya rasa nyaman, cinta,
sayang, perhatian disana bercampur aduk. Seperti juga dalam hubungan kekasih. Sentuhan
bisa berarti sayang, nafsu, tetapi bisa juga punya arti ingin berpisah. Belum lagi kita
mengaitkannya denagan budaya.di wilayah Sumatra, bahkan ada tradisi kalau anak tidak
boleh menyentuh orang tuanya. Coba bandingkan dengan masyarakat modern di perkotaan
dimana anak dan orang tua bisa saling memainkan rambut atau memegang kepala. Dalam
budaya Jawa, sentuhan direprentasikan dalam jabatan tangan pun, ada aturannya–terlebih
dalam budaya keratin.
Kontak mata. Menurut Prof. Henslin dalam Sociology: A Down to Earth Approach,
salah satu cara untuk melindungi ruang personal adalah denagn kontak mata. Membiarkan
seseorang melihat tajam kepada kita, bisaberarti kita membukan kesempatan pada orang itu
dekat dengan kita. Atau, bisa juga kita ingin sesorang tau bahwa sedang ada perasaan
tertentu yang bergejolak, misalnya kita sedang marah, sedih, sinis, dan lain sebagainya.
Sebagai bentuk dasar relasi social, ada beberapa sifat dari interaksi social, yaitu
aksidental, berulang terus tak terencana, tereratur tak direncenakan tetapi juga umum,
rancangan dan aturan oleh suatu kebiasaan atau peraturan tertentu, dan resiprokal.
1. Aksidental, tak direncakan
Misalnya, ketika seseorang bertanya arah jalan pada orang yang belum dekenal.
2. Berulang terus, tapi tak terencana
Misalnya, seperti ketika kita menyapa teman sekelas atau seseorang yang kita kenal
ketika bertemu dijalan.
3. Teratur, tak direncanakan, namun juga umum
Contoh, ketika setiap hari kita menyapa teman, guru,satpam, atau tukang kebun di
sekolah.
4. Karena rancangan dan aturan suatu kebiasaan atau peraturan tertentu
Misalnya, pada saat istirahat sekolah, kamu tahu kamu harus berjalan ke arah mana
untuk bias bertemu pujaan hati kamu.
5. Resiprokal
Menurut Alvin dan Helen Gaoudner, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
yang membutuhkan aksi dari reaksi. Oelh karenanya interaksi sosial berciri reprokasi.
6. Pelakunya dua orang atau lebih
Charles P. loomis (1905-1995), sosiolog AS, mengungkapkan bahwa interaksi sosial
dapat terjadi bila jumlah pelakunya dua orang atau lebih, lalu ada komunikasi
antarpelaku, ada dimensi waktu masa lalu, sekarang dan yang akan datang, dan
adanya tujuan yang dicapai.
C. Proses Interaksi
Seperti apakah proses interaksi sosial terjadi?
Mungkin seharusnya aku mencobaberbicara dengannyasaja. Aku belum benar-benar
mengerti apa yang salah. Mungkin hanya Karena cinta kamu telah berubah. Bukannya
jelak, Cuma berbeda.
Itulah interaksi sosial. Ketika aku berbicara, atau bahkan cinta… adalah sebuah prises
interaksi. Secara teoretis, Soerjarno Soekanto mengungkapkan proses berlangsungnya
interaksi sosial berangkat dari beberapa facktor, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan
simpati. Faktor imitasi atau meniru adalah suatu faktor yang memotivasi seseorang untuk
mematuni kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Negatifnya, jika ditiru adalah tidakan
yang menyimpang dan pada satu sisi bias melemahkan daya kreasi sesorang.
Kedua, faktor sugesti yang mengerakkan hati. Contoh: “Entah kenapa berhadapan
dengan dia, mulutku seakan terkunci. Hanya matanya yang berbicara.” Ketiga, adalah
faktor identifikasi, yakni faktor yang sebenarnya serupa dengan imitasi hanya sifatnya
lebih mendalam.keprinadian seseorang bias terbentuk atas dasar proses ini, yang bias
berlangsung secara sadar maupun tidak karena sesorang memerlukan tipe-tipe ideal
tertentu dalam proses kehidupannya. Missal, setelah menonton film Gie, kamu jadi
terbayang-bayang akan sosok Gie. Hingga ketika Dallam suatu kesempatan, bertemu
dengan sesorang yang berwajah mirip dengan sosok itu, ada motivasi dalam diri untuk
mendekat. Faktor yang terakhir adalah simpati atau persaan ikut merasakan apa yang
dialami orang lain. Misalnya, ketika terjadi bencana alam, rasa simpati kita langsung
muncul hingga mengerakkan dir kita sebisa mungkin beriteraksi dengan korban.
Ada dua syarat minimal yang harus ada supaya interaksi sosial dapat terjad, yaitu
adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial tidak harus identik dengan hubungan
badaniah karena dalam konteks gejala social, orang dapat melakukan hubungan denagn
pihak lain tanpa menyentuh atau bertatapan muka langsung. Contoh, dengan
perkembangan teknologi terkinimseorang peserta seminar Indonesia dapat mengikuti
seminar yang sedang berlangsung di Canada melalui tele-conference. Meki melalui sarana
tele-conference, peserta seminar Indonesia tetep bias membirikan tanggapan atas
pembicara yang berada di Canada melalui diskusi interaktif. Yang perlu slalu kamu ingat,
inti sosiologi adalah aksi-reaksi. Maka setelah pembicara mempresentasikan hasil buah
pikirnya (aksi) dan ada tanggapan atas presentasinya baik berupa pertanyaan atau
pernyataan (reaksi), kontak sosial yang positif terjadi. Kontak negative terjadi bila peserta
seminar tidak memberikan reaksi atau tanggapan apa pun atas hasil pembicara, ataua
malah meninggalkan ruang sebelum presentasi selesai. Suatu kontak yang membutuhkan
sarana lain untuk melakukan kontak, missal tele-conference disebut denagn kontak
sekuder. Bila presentasi diadakan tanpa suatu perantara, disebut dengan kontak primer.
Contoh, kontak antara kam dengan gurumu ketika di kelas.
Masih menurut Soerjono Soekanto (2006;59), kontak sosial berlangsung dalm tiga
bentuk, yaitu antara antara orang perseorang. Missal, seorang anak kecil yang
mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Artinya, anak tersebut mengalami
suatu proses sosisalisasi (lihat lagi bab II). Kontak antara orang perseorangan dengan
suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Contoh, kamu merasa bahwa ada ketidakadilan
dalam pemberian nilai salah satu mata pelajaran disekolah. Maka, kamu menganggap
kepala sekolah yang temtu saj mewakili sekolah untuk memprotes hal tersebut. Lalu, yang
terakhir adalah kontak antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Contah: sekolahmu dan sekolah lain bersam-sama menggelar PenSi (Pentas Seni).
Komunikasi
Komunikasai juga merupakan salah satu hal penting bagi perluasan kehidupan sosial
(Kimball Young & Raymond W.Mack; Sosiology and Social Life, 1959:137). Definisi
komunikasi menurut Soerjono Soekanto adalah seseorang memberi arti pada perilaku
orang lain, tenteng perasaan-perasaan apa yang yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Lalu, orang yang bersangkutan memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh lawannya. Misalny, kamu memberi seikat bunga mawar mwrah nsebagai
tanda “baikan,” bagaimana reaksi pujaan hatimu?
Pada dasarnya ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
Aku ingin mengatakn aku mestinya bisa berada di sana untuknya,tetapi dia tahu.
Ketika kami berpelukan, kurasakan air mataku mengalir turu membasahi kemejanya. Aku
menengadah menataplangit malam,menatap menembus gupalan awan yang melayang di
atas kami....
Menurut kamu, termasuk kmunikasi jenis apakah pernytaan di atas? Lau, dari kalimat
itu pila bisakah kamu menentukan komponen-komponen yang ada dalam komunikasi?
Manakah komunikator (pngirim)? Manakah komunikan (penerima)? Manakah pesan
(message)? Mana jugakah feedback (umpan balik)? Contoh pemberian seikat bunga
mawar merah tad. Kamu yang memberikan bunga disebut sebagai pengirim, pujaan hati
kamu disebut sebagai penerima, seikat bunga mawar mearh disebut sebagai pesan, dan
senyum sipujaan hati disebut umpan blik (feedback).
Iklan, bias kita masukkan sebagai salah satu bentuk komunikasi nonverbal. Advertensi
adalah salah satu alat komunikasi (dari si komunikator)yang memberikan pesan dan umpan
balik ke penerima (komunikan). Untuk konteks ini, pernah tidak kamu memerhatikan
sebuah iklan yang berbunyi: Mau Pintar Kok Mahal? Berlatar gambar toga yang berjejer
dan tersemat daftar harga? Apa yang terlintas dalam benak kamu? Buat kamu yang
memiliki orang tau tak berkesulitan dalam soal keuangan, bias dibilang iklan itu “nggak
ngefek”. Tetapi kalaukeadaan orang tua kamu tidak seperti itu, pas-pasan misalnya, iklan
itu pasti sangat mengena. Bagaimana bias sekolah tinggi-tinggi kalu universitas harus
pulhan juta, bahkan miliyaran rupiah. Sementara itu, di lain pihak kamu pasti tahukalau
tidak sedikit orang yang bias membeli ijzah, membeli gelar. Lantas, hubungannya dengan
ilmu sosiologi? Ternyata menurut Douglas Holt, seorang sosiolog dan pakar pemasaran,
sebuah merek semsstinya mampu memosisikan diri sebagai “hero” di tengah proses
perubahan sosial tertentu yang sedang berjalan. Tidak mudah memang, pasalnya
menciptakan atau membangun merek berdasarkan budaya atau proses perubahan sosial
seperti yang dilakukan iklan tadi bukanlah pendekatan merek sembarang. Untuk
mekukannya, sang komunikator tak cukup hanya mosisikan diri sebagai tenaga pemasaran
atau pemosisi suatu merek, akan tetapi ia juga harus mampu menempatkan diri sebagai
sosiolog yang bias membaca semangat dan tanda-tanda zaman.
Apa yang bias kamu simpulkan kemudian? Bahwa, komunikasi mempunyai tujuan
untuk mengubah pendapat, mengubah sikap, mengubah prilaku, mengubah kehidupan
sosial, dan menyampaikan dan serta melaksakan pesan?
Dari cotoh iklan “Mau Pintar Kok Mahal” dengan latar belakang gambar toga berjejer,
serta pertanyaan “Tanya kenapa”, kita juga bias menganalisis tahapan komunikasi yang
terdiri dari gagasan komunikasi dalam bentuk gambar (gambar toga berjejer), gagasan
dal bebtuk kalimat (“Mua Pintar Kok Mahal”), dan pemahaman kalimat komunikasi
(“Tanya Kenapa”).
Setelah kita tahu akan prosenya, ada dua bentuk interaksi sosial, yaitu proses asosiatif
(terbagi dalam kerja sam dan akomodasi) dan proses disosiatif (terbagi dalam persaingan,
kotravensi, dan pertentangan).
Soal kerja sam ter masuk asosiatif, Charles Harton Cooley (1864-1929) pernah
mengemukakan perumpamaan tentang pembangunan kapal. Sebuah kapalyang dibangu
oleh seratus orang sangat berbeda dengan seratus kapal yang masing-masing dibangun oleh
satu orang. Cerita ini hendak menggambarkan bagaimana terjadinya pandangan umu dalam
masyarakat yang dibentuk oleh pandangan umum olehh setiap individu yang membangun
masyarakat. Pandangan umum muncul dari pandangan individu-individu. Menurutnya,
dalam proses asosiatif terdapat proses kerja sama yang timbul karena adanya kesadaran
atas kepetingan-kepentinganyang sama.ada beberapa bentuk kerja sama. Kerja sama
apontan adalah kerja sam yamg serta-merta seperti ketika kamu bertanding futsal antar-
sekolah. Kamu dan tim bekerja sam dalam pola permainan untuk mencapai tujuanyang
sama yaitu kemenangan. Kerja sama langsung merupakan kerja samahasil perintah atasan
atau pengusaha, missal ketika kamu sedang praktik lapangan di suatu perumahan. Dalam
perusahaan itu kamu diminta menerjakan sesuatu oleh salah satu staf dari tempat kamu
bekerja. Kerja sama kontrak merupakan kerja sama atas dasar tertentu seperti kamu
diminta melakukan suatu bentuk kerja sama dalam hal pengadaan tukar-menukar pelajar
antar-sekolah. Kerja sama tradisional merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau
unsur dari sistem sosial.
Akomodasi? Kimball Young and Raymond W.Mack dalam Sociology and Soscia Life;
1959:146, menyatakan bahwa akomodasi digunakan dalam dua arti -… “to indicate
condition of institutional arrangementand to indicate a process.”-untuk menunjuk pada
suatu kedaan dan pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu kedaan
berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada
usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan atau untuk mencapai kestabilan,
terdiri dari koersif (suatu bentuk akomodasi yang terbentuk karena adnya suatu paksaan),
kompromi (suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada), arbitrase
(suatu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya sendiri-ada pihak ke-3 sebagai mediator), mediasi (hamper menyerupai
arbitrase yang mengundang pihak ketiga yang netral untuk mengusahakan suatu
penyelesaian secara damai), kosilisasi (suatu bentuk akomodasi dengan mempertemukan
pihak berselisih untuk mencapai persetujuan bersama), toleransi (suatu bentuk akomodasi
dengan menghindarkan diri dari perselisihan), stalemate (suatu bentu akomodasi di man
kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang dan berhenti pada titik tertentu dalam
melakukan pertentangan)dan adjudication (suatu bebtuk akomodasi dengan bentuk
penyelesaian perselisihan melalui jalur hukum). Bisakah kamu memberi contoh pada
masing-masing bentuk akomodsi tersebut?
Sementara itu, prose disosiatif dikenal sebagai oppositional processes. Sifatnya persis
seperti kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat meki bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaaan dan sistem sosial masyarakat yang bersangkutan.
Pilihan proses asosiatif atau disosiatif dalam suatu masyarakat, tentunya bergantung
pada unsr-unsur kebudayaan, seperti sistem nilai, struktur masyarakat, dan sistem
sosialnya.
Prose disosiatif dibedakan mejadi tiga bentuk,yaitu persaingan (berlomba untuk
mencari keuntungan atau mencapai kemenangan tertentu, tanpa mempergunakan kekerasan
atau ancaman), kontravensi (suatu proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian), dan pertentangan (terjadi bila menadari adanya perbedaan-
perbedaan, missal dalam cirri-ciri badaniah, emosi, unsu-unusr kebudayaan, pola prilaku,
pola hidup).
Apakah dalam proses interaksi sosial terdapat suatu aturan yang menuntun perilaku
manusia dikala berinteraksi? Menurut David A .Karp dan W.C Yoels (1979) dalam
bukunya yang berjudul Symbols, Selves, and Sosiety: Undertanding interaction), ada tiga
jenis aturan dalam interaksi sosialyaitu aturan mengenai ruang mengenai waktu, dan
mengenai gerak dan sikap tubuh. Mengutip uraian kamanto sunarto bahwa jenis aturan
dalam interaksi leih didalami olehEdward T. Hall dalam karya antropologinya. Hall dalam
bukunya The Hidden Dimesion (1982) mengungkapkan bahwa dalam interaksi dijumpai
aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Teori-teori yang menyertai tentang
penggunaan ruang ini dinamakan proxemics. Dalam situasi sosial, Hall menemukan
kecenderungan seseorang menggunakan empat macam jarak: jarak intim,jarak pribadi,
jarak sosial, dan jarak publik.
Apakah yang dimaksud dengan jarak intim? Jarak intim berkisar antara 0-45 cm.
Kamu pasti tahu dengan jarak tersebut, interaksi apa yang bias hadir di dalamnya.
Keterlibatan intensif, embusan napas, bau badan dan lainnya. Contoh jarak intim adalah
orang yang sedang bercinta atau kegiatan dengan disertai kontak tubuh yang dekat seperti
permainan gulat atau sumo. Atau bila kamu adalah anggota palang merah remaja, jarak
intim terjadi ketika kamu sedang membuat pernapasan buatan bagi temanmu yang
membutuhkan. Dan bila kamu menemui teman perempuanmu agak menjauh ketika berdiri
di dkatnya, berate Ia tidak ingin ada orang lain atau pihak ke tiga hadir pada ruang
intimnya.
Inilah jarak-jarak yang mempengaruhi bentuk interaksi :
1. jarak pribadi berkisar 45cm-1,22m. misalnya, ketika sedang melakukan olahraga
senam. Pada jarak pribadi, rangsangan pada pancaindra mulai berkurang.
2. Jarak sosial berkisar 1,22m-3,66m. pada jarak ini, contohnya adalah pertemuan
atau rapat OSIS.
3. Jarak public, jarak yang melebihi 3,66m. misalnya, ketika gurumu mengajar atau
kamu sedang menonton pertunjukan.
Meski jarak-jarak tersebut menjadi sangat relative jika di kaitkan dengan budaya,
misalnya. Kembali pada teori David A. karp dan Yoels dengan mengacu pada uraian
Kamanto Sunarto;2004:40, untuk dapat berinteraksi, seseorang perlu mempunyai informasi
mengenai lawannya atau orang yang berada di hadapannya. Sumber-sumber informasi
yang di sebutkan oleh Karp dan Yoels meliputi ciri fisik yang di warisi sejak lahir seperti
warna kulit,usia,jenis kelamin,penampilan fisik,bentuk tubuh,penampilan busana,dan
wacana.
Warna kulit. Bila di Indonesia , pebedaan pelayanan dari segi warna kulit tidak
mencolok atau tidak tentara. Berlainan bila kita membaca sejarah orang-orang negro di
Amerika Serikat yang pernah menjadi budak orang kulit putih. Lalu, usia.di Indonesia,
factor usia sangat menentukan dalan proses interaksi,terutama dalam urusan sapaan. Selain
itu, jenis kelamin, juga merupakan factor yang mempengaruhi interaksi, selain mengenai
sapaan, juga berpengaruh pada materi pembicaraan. Hal yang lain adalah penampilan fisik.
Percaya atau tidak bila penampilan fisik juga ternyata berpengaruh pada proses interaksi
yang sedang kamu jalani? Kemudian, bentuk tubuh. Karp dan Yoels mengemukakan
bahwa ada kecenderungan menghubungkan antara bentuk tubuh dengan watak seseorang.
Yang bentuk bulat alias gemuk, biasanya memiliki watak tenang, santai, pemaaf.orang
yang berbentuk tubuh atletis biasanya aktif, dominan. Dan, orang yang berbentuk tinggi
serta kurus bisana tegang dan pemalu. Yang lain, pakaian. Pernah dengar kisah grup band
“unggu” yang diusir oleh staf protokoler istana presiden karena menggunakan celana jins?
Kira_kira seperti itulah contoh bahwa pakaian juga bias menjadi suatu hal yang
diperhitungkan dalam proses interaksi. Lalu, wacana. Yang dimaksud wacana disini
adalah hal-hal yang diucapkan oleh pelaku interaksi. Misalnya, ketika kamu bercerita
tentang pengalaman kamu pergi ke luar negri, biasanya orng yang mendengar cerita kamu
langsung membuat stereotip sendiri dalam benaknya.
Selain itu, karp dan yoels (1979;71-73) jga mengemukakan bahwa pertanyaan tempat
tinggal, jumlah anak, pekerjaan yang sedang dilakukan atau dikerjakan orang tua, dapat
berfungsi sebagai pencarian informasi mengenai status lawan bicara kita.
Diawal, kita sempat bicara tentang peran saat mengulas soal dramatugi. Namun, pada
akhir bab ini, sengaja di tampilkan kembali mengigngat pntingnya hal ini dalam kaitanya
dengan proses interaksi.
Seperti halnya Shakespeare, menurut prof. Henslin dalam sosiologi: A Down-to Earth
Approach, Sosiologi melihat peran sebagai aspek penting dalam ke hidupan sosi. Ketika
kmu lahir, peranan yang meliputi tingkah laku, kewajiban dan hak-hak secara otomatis
melekat dalam dirimu sebagai seorang anak (status). Menurut suejono soekarto, peranan
seorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, ia menjalankan
perannya.
Peranan dan status tidak dapat dipisahkan karna dalam sosiologi segalanya terkait antara
aksi dan reaksi. Misalnya, setatus kamu adlah sebagai anggota perpustakaan sekolah maka
peranan kamu-dri segi hak-dapat memin jam buku perpustakaan dan dari segi kewajiban,
kamu harus mengembalikan bku yang kamu pinjam tepat pada waktunya.
Atau ketika kita masih berstatus sebagai anak dan tinggal kermah bersama orng tua kita,
sudah tentu kita mesti mematuhi aturan-aturan yang ada di dalmnya.
Intinya, tiap ada peranan tanpa status (kedudukan) dan tiada status (kedudukan) tanpa
sesuatu peranan. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam suatu masyarakat merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-
norma yang berlaku. Msalnya masih sangat kuat dalm masyarakat trdisional akan peran ibu
sebagai ibu rumah tangga yang bertugas mengasuh anak dan mendampingi suami.
Ada konfik status, ada pula konflk peranan. Terdapat konflik peranan, bila seseorang
merasa dirinya tidak sesuai melaksanakan peranan yang di berikan oleh masyarakat
kepadanya. Misalnya, seorang gadis yang hamil karna diperkosa. Ketika ia lahir dan dia
merasa belum dapat menjalankan peranannya sebagai seorangibu, maka akan terji
dikonflik peranan dalam dirinya.
Yang perlu juga dipahami adalah tidak ada peranan yang bersifat abadi. Maka muncul
istilah role exit. Seoranhg mahasiswa akan berkhir peranannya sebagai mahasiswa ketika
ia lulus. Peranan lain juga bias berkhir tanpa dikehendaki, seperti perceraian. Role exit
berlaku ketika peranan itu berakhir, dan bersamaan dengan itu harus dalakukan
penyesuaian kembali untuk melakukan peranan yang lai alias resosialisasi (lihat lagi bab 1)
Dalam interaksi sosial, kita tentunya juga tidak bisa tidak bicara tentang nilai,norma,
dan sanksi. Dan bicara tentang budaya. Ketika kita mempelajari nilai suatu masyarakat,
pada saat yang sama kita akan melihat sesuatu yang sangat besar tentang mereka. Pasalny,
nilai tidak ubahnya adalah standar baik dan buruk atau cantik dan jelek. Nilai menjadi dari
referensi kita, memandu kita pada pilihan, dan member tahu apa yang berguna dalam
kehidupn kita.
Nilai menolong kita membentuk pola-pola suatu fakta dan mengidentifikasi makna
fakta tersebut. Berdasarkan cirinya, nilai sosial dibedakan menjadi dua macam, yaitu nilai
dominan dan nilai interleliasiasi. Nilai dominan merupakan nilai yang dianggap lebih
penting dari pada nilai lainnya. Ukuran dominan atau tidaknya suatu nilai di dasarkan pada
banyaknya orang yang menganut nilai tersebut ontoh kamu psti merasa lebih ‘pede’ jika
disekolah mendapatkan nilai yang bagus atau masuk dalam lima besar.Meski hal itu bukan
melulu ukuran prestasi atau berhasil tidaknya kamu sebagai pelajar. Kemudian, lamanya
nilai tersebut dianut. Sepeti pada budaya jawa, di mana posisi perempuan ada dibawah
laki-laki. Sampai sekarang nilai tersebut masih ada yang mempertahankan, meski sudah
banyak yang menganut persamaan gender. Hal lainnya adalah tinggi rendahnya usaha
orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, usaha orang-orang untuk tetap
mudikketika berlebaran. Kemudian prestise atau kebanggaan bagi orang yang
melaksanakan nilai tersebut. Contoh; mempunyai mobil merek tertentu seakan lebih
bernilai keyimbang merek yang lainnya.
Sedangkan, nilai internalisasi merupakan suatu nilai yang telah menjadi bagian dari
kepribadian seseorang. Hal ini sudah menjadi kebiasaan sejak orang itu lahir dan sering
kali tidak melalui proses berfikir atau pertimbangan lain lagi. Contoh yang paling banyak
adalah perbedaan pekerjaan untuk perempuan dan laki-laki di rumah coba buatlah survei
kecil-kecilan untuk melihat perbandngan laki-laki dan perempuan yang mau membantu
mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu, memesak, dan lain sebagainya.
Lantas apa itu norma? Agar menjadi lebih jelas keberadaannya, nilai-nilai perlu di
jabarkan dalam sebuah ukuran atau standar tentu. Norma adalah ukuran pantas atau tidak
pantas, baik atau buruk bagi anggata masyarakat. Jadi, norma adalah patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat. Di tingkat kelompok, pelanggaran norma akan
mendapat sanksi spikologis dan sebagai anggota, ia akan merasa malu. Jika norma telah
terinternalisasi,akan menimbulkan rasa salah dalam diri anggota. Melalui sanksi dan rasa
salah dan malu ini,nilai dan norma mengendalikan perilaku anggota masyarakat. Dalam
konteks remaja sesuai kita, misalnya kebiasaan menyontek karya orang lain.
Norma juga diamasudkan untuk berbagi pengharapan dalam suatu kelompok. Sikap – sikap
yang diharapkan,dapat diasosiasikan dalam suatu kondisi tertentu agar bergantung pada
posisi dalam struktur sosial. Contoh yang menjelaskan tenteng eksistensi suatu norma
untuk suatu kondisi tertentu adalah pernyataan bahwa orang yang berlalu sopan adalah
orang yang baik. “sebaiknya ia tidak melakukan hal itu. Ia seharusnya tahu bahwa hal itu
tidak benar.” Sementara,contoh suatu norma yang bergantung pada posisi dalam struktur
sosial adalah seorang pengacara yang mempunyai hak untuk tidak memberikan bukti –
bukti yang memberatkan pada klienya.
Meskipun teori ini sudah sangat lama, namun ada baiknya kita melihat lagi. Pasalnya
masih banyak fenomena yang ada disekitar kita cenderung mengarah pada dua teori ini.
Apaa itu mores?mores mempunyai sasaran pada suatu tindakan yang berhubungan dengan
penghormatan pada roh nenek moyang suatu masyarakat. Contoh yang sangat jelas dan
masih banyak dilaukan pada masyarakat modern adalah acara selamatan atas kelahiran
anggota keluarga,dan selamatan atas penempatan rumah baru. Mores juga adalah suatu
bentuk kesepakatan dalam suatu masyarakat,termasuk pola-pola perilaku dimana anggota
kelompok telah mengetahui dan saling berbagi.
Sedangkan berdasarkan Folkways,sosiologi memberikan sasaran pada suatu tindakan
manusia yang berhubungan dengan peninggalan nenek moyang. Dalam masyarakat
kita,ada kepercayaan bahwa pada hari-hari tertentu mereka harus mencuci keris agar tidak
terjadi disharmoni pada hubungan kemasyarakatan. Cara yang paling nyata untuk
menentukan pentingnya suatu norma bagi tiap anggota dalam suatu kelompok adalah
memerhatikan sanksi yang diberikan pada anggota yang melanggar.
Folkways atau cara hidup juga dapat diartikan sebagai suatu norma yang dipandang
oleh kelompok tertentu tidak terlalu penting. Atau dengan kata lain, suatu norma yang
mungkin saja dilanggar tanpa suatu bentuk hokum yang jelas,misalnya cara berjalan
didalam lingkungan keraton, cara berbicara,atau laki-laki yang harus berambut pendek dan
perempuan harus berambut panjang. Folkways diperkenalkan oleh wiliam graham summer
dalam bukunya yang berjudul folk-ways pada 1906. Mores berbeda dengan folkways
dalam kerangka ukuran,sifat,penting atau tidaknya,serta hukuman yang diberikan. Sebagai
contoh,pembunuhan. Seorang tentara akan diberi bintang jasa bila mampu membunuh
lawan dalam jumlah besar. Namun tetap saja ada aturan yang tidak membolehkan seorang
tentara membunuh tentara lawan saat lawan sedang terjun payung. Hal ini juga berlaku
bagi penjaga toko yang dengan terpaksa menembak mati sekawanan begundal yang
merampok tokonya.
Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa: Proses-proses sosial adalah cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok
manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut,
atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Dilihat dari sudut inilah, komunikasi itu dapat
di Pandang sebagai sistem dalam suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial. Dalam
komunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi timbal balik sehingga terbentuklah
pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama.
Karenanya Komunikasi menjadi dasar daripada kehidupan sosial ia, ataupun proses sosial
tersebut.
Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga-warga suatu masyarakat, menyebabkan
suatu masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu kesatuan. Karenanya pula dalam
setiap masyarakat terbentuk apa yang di namakan suatu sistem komunikasi. Sistem ini
terdiri dari lambang-lambang yang diberi arti dan karenanya mempunyai arti-arti khusus
oleh setiap masyarakat. Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu,
setiap masyarakat dapat. membentuk kebudayaannya, berdasarkan sistem komunikasinya
masing-masing.
Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi menjadi lebih penting lagi, karena pada
umumnya masyarakat yang modern bentuknya makin bertarnbah rasionil dan lebih di
dasarkan pada lambang-lambang yang makin abstrak. Bentuk umum proses-proses sosial
adalah interaksi sosial, dan karena bentuk-bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan
bentuk-bentuk khusus dairi interaksi, maka interaksi sosial yang dapat dinamakan proses
sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial, tanpa interaksi
sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis,
yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Gillin dan Gillin mengajukan dua syarat yang harus di penuhi agar suatu interaksi sosial itu
mungkin terjadi, yaitu:
Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi sosial. Dapat
di katakan bahwa urituk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah
seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang secara harfiah berarti “bersama-sama
menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak tanpa menyentuhnya
tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Komunikasi
sosial ataupun “face-to face” communication, interpersonal communication, juga yang
melalui media. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak hanya antara individu dan
individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga dalam bentuk kedua, antara individu
dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Bentuk ketiga, antara sesuatu kelompok
manusia dengan kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung Bari tindakan ataupun kegiatan saja, tetapi juga
dari tanggapan atau response reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan
tersebut.
Kontak sosial dapat bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama
(cooperation). Dan dapat bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan
(conflict), atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Masukan ini dipos pada Mei 31, 2010 8:00 pm dan disimpan pada Uncategorized . Anda dapat mengikuti
semua aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs
anda.
Jadilah diri sendiri
Kesimpulan
Ada aksi maka timbulah reaksi. Itulah salah satu cirri interksi sosial,selain cirri-cirrinya
yang lain,yang salah satunya adalah kebiasaan. Seperti,ketika kamu tahu mesti kemana jika
ingin berpapasan dengan pujaan hati kamu. Atau,bahkan ketika kamu memutuskan untuk
ikutan tawuran. Seprti itulah interaksi sosial. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia,interaksi sosial diberi definisi sebagai hubungan sosial yang dinamis antara
perseorangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dengan kelompok,dan antara
kelompok dengan kelompok.
Sebagai bentuk dasar relasi sosial,ada beberapa sifat dari interaksi sosial,yaitu
aksidental,berulang terus tak terencana, teratur tak direncanakan tapi juga umum rancangan
dan aturan oleh suatu kebiasaan atau pearaturan tertentu,dan resiprokal. Seperti apakah
proses interaksi sosial terjadi? Secara teoretis,soerjono soekanto menggungkapkan bahwa
proses berlangsungnya interaksi sosial berangkat dari beberapa factor, yaitu
imitasi,sugesti,identifikasi,dan simpati. Dengan berbagai penjelasan dalam bab ini,
interaksi sosial memang menjadi satu hal mendasar ketika kita bicara sosiologi. Terlebih
pada bagaimana seseorang-kita-menerjemahkanya,yang pada akhirnya berpengaruh pada
perilaku. Termasuk,ketika bicara tentang nilai dan norma.