Professional Documents
Culture Documents
PENYUSUN :
Drs. SUHULMAN
Dra. RINI HEROE OETAMI, MT
RASITO S.Si
AFIDA IKAWATI, ST
ADE SUHERMAN
ZAINAL ARIFIN
SOLEH SOFYAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang karena rahmatNya kami dapat
menyelesaikan penulisan buku Pedoman Keselamatan Non Radiasi untuk Pusat
Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri – BATAN Bandung.
Buku yang ada di tangan anda ini merupakan seri buku keselamatan yang disusun
oleh Bidang Keselamatan dan Kesehatan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan
Radiometri. Seri buku ini membahas khususnya tentang keselamatan dan kesehatan
kerja non radiasi yang disusun mengacu pada buku Pedoman Keselamatan Kerja yang
diterbitkan BATAN dan berbagai sumber lainnya. Selanjutnya buku ini akan menjadi
pedoman keselamatan dan kesehatan kerja non radiasi di PTNBR BATAN Bandung.
Buku ini terdiri dari 11 (sebelas) bab, yang berisi pedoman umum keselamatan dan
kesehatan kerja, penanggulangan bahaya kebakaran, keselamatan dan kesehatan di
lokasi kerja dan penggunaan peralatan kerja, tata-tertib di kawasan, serta penggunaan
pakaian dan alat pelindung kerja.
Setiap individu bertanggung jawab atas masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk itu seluruh tingkatan manajemen dan karyawan di lingkungan PTNBR
diharapkan membaca, memahami dan menerapkan ketentuan yang ada di dalam buku
pedoman ini di masing-masing lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
Meskipun upaya penyusunan buku pedoman ini telah maksimal, penyusun menyadari
bahwa didalamnya masih terdapat kekurangan. Untuk itu penyusun berharap adanya
saran, kritik, dan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan buku Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Non Radiasi ini kedepan.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan
buku pedoman ini, kami ucapkan terima kasih.
Sungguh sangat tepat waktunya Bidang Keselamatan dan Kesehatan menyusun buku
Pedoman Keselamatan Kerja yang merupakan revisi total dari seri buku keselamatan
sebelumnya. Dengan kebijakan zero incident yang dianut BATAN, maka usaha untuk
meningkatkan kinerja keselamatan harus lebih mendapat perhatian, kecelakaan-
kecelakaan kecil sekalipun harus tidak terjadi.
Perhatian terhadap keselamatan kerja saat ini makin meningkat, sejalan komitmen
karyawan dan staf pimpinan terhadap keselamatan yang tertuang dalam Kebijakan
Keselamatan. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri telah melakukan berbagai
usaha, agar kecelakaan tidak terjadi, antara lain dengan selalu mengkaji setiap
prosedur terkait keselamatan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
melakukan kajian risiko bahaya dari setiap kegiatan yang akan dilakukan, membangun
sistem e-learning keselamatan, melakukan survey keselamatan rutin, mengadakan
audit keselamatan internal maupun eksternal, sosialisasi rutin tentang keselamatan
kerja, pengumuman keselamatan sebelum mulai kerja dan saat selesai kerja, serta
berbagai kegiatan lain terkait keselamatan, akan tetapi hal-hal tersebut belumlah
dianggap optimal, karena kami beranggapan bahwa kinerja keselamatan setiap saat
bisa terus ditingkatkan.
Setiap individu bertanggung jawab atas masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk itu seluruh tingkatan manajemen dan karyawan di lingkungan PTNBR
diharapkan membaca, memahami, dan menerapkan ketentuan yang ada di dalam
buku pedoman ini di masing masing lingkungan kerja yang menjadi tanggung
jawabnya. Bersama kita capai zero incident.
Hal
KATA PENGANTAR I
SAMBUTAN KEPALA PTNBR II
DAFTAR ISI Iii
Bab I. Pendahuluan........................................................................................... 1
Bab II. Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................ 4
Bab III. Penanggulangan Bahaya Kebakaran..................................................... 9
Bab IV. Bengkel................................................................................................... 16
Bab V. Peralatan Listrik...................................................................................... 26
Bab VI. Bahan Kimia........................................................................................... 29
Bab VII. Gas......................................................................................................... 38
Bab VIII. Bejana Tekan......................................................................................... 39
Bab IX. Medik...................................................................................................... 45
Bab X. Tata Tertib di Kawasan PTNBR............................................................. 56
Bab XI. Pakaian Kerja dan Alat Pelindung Diri.................................................... 57
PENDAHULUAN
______________________________________________________________
Bagi karyawan PTNBR yang bekerja di dalam proses produksi maupun operasi
reaktor, keselamatan dan kesehatannya harus menjadi prioritas utama. Tujuan
keselamatan dan kesehatan dari sudut pandang karyawan berarti wajib mematuhi
prosedur kerja standar (standard operating prosedur, SOP) yang telah disediakan dan
tidak boleh mengabaikannya. Dalam pedoman ini akan dijelaskan tindak pencegahan
yang perlu dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan
baru maupun karyawan lama untuk penyegaran ingatan akan pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja.
Cidera terjadi akibat sesuatu kecelakaan, dan kecelakaan dapat dicegah dengan
meniadakan tindakan atau kondisi yang tidak selamat. Kecelakaan dapat terjadi karena
sebab langsung maupun tidak langsung. Di dalam mempelajari penyebab langsung
maka harus diketahui bahwa penyebab tidak langsung melatarbelakangi penyebab
langsung. Karena itu pencegahan terjadinya cidera dimungkinkan dengan cara
menghindari kecelakaan. Tidak saja sebab langsung, tetapi penyebab tidak langsung
juga perlu dihilangkan. Konsep keselamatan yang perlu diperhatikan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan apapun akibatnya.
Kecelakaan dapat ditimbulkan oleh kondisi yang tidak selamat, atau tindakan tidak
selamat, atau kombinasi dari keduanya. Karena itu perlu dipahami apa itu kondisi tidak
selamat dan tindakan tidak selamat.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳ
a. Kondisi tidak selamat. Kondisi tidak selamat adalah kondisi yang mengandung
bahaya potensial, misalnya pakaian kerja yang tidak sesuai, menghalangi gang
dengan barang, atau tempat kerja yang tidak tertib. Pekerja harus menjaga
agar tidak timbul kondisi tidak selamat dan harus selalu siap untuk
memperbaiki kondisi tersebut setelah diketahui.
b. Tindakan tidak selamat. Tindakan tidak selamat adalah tindakan yang tidak
sesuai dengan aturan yang dibuat untuk menjamin keselamatan di tempat
kerja. Salah satu konsekuensinya adalah larangan melewati suatu daerah gang
yang ditentukan dengan maksud untuk mengambil jalan pintas atau berlari
dengan tergesa-gesa. Untuk itu peraturan keselamatan harus ditaati setiap
saat dan ditempat manapun.
Tindakan tidak selamat yang menyebabkan banyak cidera di tempat kerja berasal dari
kelalaian atau kecerobohan. Faktor-faktor yang merupakan latar belakang penyebab
langsung disebut penyebab tidak langsung. Harus diingat pula bahwa penyebab
kecelakaan tidak hanya tampak dipermukaan saja tetapi juga yang tersembunyi.
Untuk karyawan pemula maupun karyawan terlatih tetap memerlukan pelatihan untuk
mempertahankan perilaku kerja yang berkualitas. Untuk itu dalam melaksanakan
pelatihan kerja, butir-butir penting berikut ini perlu diperhatikan :
1. Mengikuti pelatihan.
Menjadi peserta pelatihan yang aktif dan penuh semangat dengan memusatkan
memusatkan perhatian dan mempunyai keinginan kuat untuk belajar.
2. Aktif bertanya untuk hal yang belum dimengerti.
Jangan segan dan bosan bertanya untuk hal-hal yang belum dimengerti, sampai
dapat betul-betul memahaminya. Jangan mencoba mengerjakan sesuatu tanpa
pengetahuan yang cukup tentang pekerjaan tersebut, karena dapat menimbulkan
kecelakaan, barang atau data yang dihasilkan menjadi rusak, serta menggangu
pekerjaan diri sendiri, rekan sekerja dan suasana di lingkungan kerja.
3. Ingat akan semua hal yang telah diajarkan.
Karyawan harus mampu melaksanakan semua hal yang telah dipelajari dengan
memiliki keyakinan dan mampu menguasai satu jenis pekerjaan yang telah
dipelajari dan ditugaskan.
4. Hal yang perlu diperhatikan pada waktu melaksanakan pekerjaan
Sambil bekerja karyawan dapat bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami
kepada karyawan yang telah banyak pengalamannya dan atasan anda.
5. Praktek kerja yang dilakukan berulang-ulang.
Ulangi praktek-praktek yang dianjurkan sesuai dengan prosedur yang telah
dipelajari.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹ
BAB II
a. Tujuan
Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) ini disusun dengan
tujuan untuk memberikan petunjuk berupa peraturan-peraturan, dan himbauan
kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari, untuk terciptanya suasana kerja yang aman, sehat dan
tertib.
b. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pedoman ini adalah untuk Pelaksanaan Ketentuan Keselamatan
Kerja non Radiasi bagi Karyawan PTNBR Batan – Bandung.
c. Bahan Acuan
1. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik
2. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran dan
Konstruksi Bangunan
3. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Listrik
4. LIPI, Peraturan Umum Instalasi Listrik.
5. Himpunan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. : 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
7. Undang-Undang No. : 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-04/MEN/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Definisi
1. Label Keselamatan (Safety Tag) adalah tanda peringatan yang terbuat dari
kertas/ karton yang kuat, logam, papan dll, ditempatkan atau digantung atau
ditempel pada lokasi ataupun peralatan yang sedang diperbaiki atau yang tidak
boleh diganggu. Isi label berupa larangan, peringatan ataupun anjuran.
2. Penanggung jawab keselamatan kerja di PTNBR adalah kepala Kepala PTNBR
3. Pengawas K3 adalah Kepala Bidang Keselamatan dan Kesehatan (K-2) atau
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵
Petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan terhadap petugas lain
yang sedang bekerja dengan suatu risiko kecelakaan.
4. Obat-obat terlarang adalah obat-obat keras yang termasuk kedalam golongan
narkotika (turunan Opium) dan obat tidur
5. Petugas gilir adalah karyawan yang bekerja bergantian secara rutin dan terus
menerus, untuk suatu tugas yang berkesinambungan
6. Kendaraan khusus: adalah kendaraan yang digunakan dilingkungan kerja dan
bukan merupakan kendaraan penumpangan.
7. Kecelakaan di tempat kerja: Adalah yang mengakibatkan rusaknya sebagian
atau seluruh alat atau kejadian berakibat luka atau kerugian karyawan yang
menyebabkan korban tidak bisa bekerja selama 2 x 24 jam atau lebih.
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷ
16. Tempat kerja harus mempunyai cukup penerangan atau jangan bekerja dengan
penerangan yang kurang memadai, gelap, silau dan pantulan cahaya tidak
dikehendaki dapat menyebabkan bahaya.
17. Tempat kerja harus mempunyai ventilasi dan sirkulasi udara yang baik dan
memadai.
18. Setiap ruangan tempat penyimpananan cairan/gas atau bahan lainnya yang
mudah menguap atau terbakar harus dilengkapi dengan detektor gas sistem
aliran otomatis dan sistem pemadam kebakaran otomatis.
19. Disekitar tempat bekerja yang pekerjaannya mengandung risiko bahaya harus
dipasang rambu-rambu/ label keselamatan. Setiap orang dilarang
memindahkan/merusak rambu-rambu. Label keselamatan, alat-alat pelindung
diri dan sejenisnya yang telah ditempatkan pada lokasi tertentu.
20. Setiap kecelakaan betapa kecilnya harus segera dilaporkan dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam ke penanggung jawab ruangan, untuk dilaporkan ke bidang K2
dan jika dianggap perlu akan dibahas oleh P2K3, apabila ada korban segera
bawa ke klinik.
21. Setiap pekerjaan didalam tangki, bejana tekan, apabila menggunakan lampu
penerangan haruslah yang bertegangan setinggi-tingginya 24 Volt, kecuali ada
iziin khusus dari Pengawas K3.
f. Petunjuk Umum
1. Setiap karyawan dianjurkan untuk beristirahat yang cukup di rumah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor kelelahan.
2. Setiap karyawan, sesudah dinas malam, harus tidak dilemburkan karena
kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan.
3. Setiap karyawan harus selau dalam keadaan waspada sewaktu melaksanakan
tugas, setiap kecelakaan yang menimpa diri karyawan senantiasa akan
menyebabkan keluarga karyawan menderita.
4. Setiap karyawan sebelum melakukan pekerjaan sebaiknya memikirkan cara
yang aman yang akan dilakukan dan meneliti bahwa semua peralatan kerja
maupun alat perlindungan yang akan dilakukan. Dianjurkan untuk melakukan
evaluasi suatu pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai untuk mencegah
terjadinya langkah-langkah yang keliru dan berpotensi mendatangkan bahaya.
5. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang kiranya membahayakan, setiap
karyawan sebaiknya melakukan musyawarah terlebih dahulu langkah-langkah
2 - 3 yang akan ditempuh. Sumbang saran dari orang lain akan sangat
bermanfaat dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan selamat.
6. Setiap karyawan harap mempertimbangkan dahulu apakah pekerjaan yang
akan dilakukan memerlukan alat-alat pelindung diri ataupun memerlukan
bantuan seorang pengawas Keselamatan Kerja.
7. Setiap karyawan pada saat kerja harus memusatkan konsentrasi sepenuhnya
pada pekerjaan. Dilarang bersendagurau atau mengobrol yang tidak perlu.
8. Dalam melakukan pekerjaan, setiap karyawan selain memikirkan keselamatan
orang lain.
9. Dalam melakukan pekerjaan, setiap karyawan harus menghindari sikap atau
posisi kerja yang tidak mencerminkan keselamatan. Demi keselamatan setiap
karyawan sebaiknya mengambil posisi yang baik dan aman sewaktu bekerja.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͷ
10. Setiap karyawan sebaiknya mencuci tangan hingga bersih dengan
menggunakan sabun atau deterjen setiap kali selesai dengan suatu pekerjaan
dan juga setiap saat akan mulai makan dan minum.
11. Setiap karyawan harap berpakaian yang rapi dan bersih. Pakaian yang kotor
menganggu kesehatan, sedangkan pakaian yang kedodoran akan
membahayakan si pemakai terutama apabila berdekatan dengan mesin
dan/atau peralatan yang berputar.
12. Setiap karyawan harus merapikan rambutnya apabila gondrong atau panjang
karena selain mengganggu pekerjaan, rambut gondrong dapat pula
mengancam keselamatan pemiliknya.
13. Setiap karyawan harus memelihara tempat kerja agar selalu rapi, bersih dan
indah agar dapat bekerja dengan nyaman dan aman.
14. Setiap karyawan dianjurkan untuk membiasakan diri berganti pakaian segera
setibanya dirumah dan mencuci bersih tangan dan kakinya. Perlu diingat oleh
karyawan bahwa ia dapat memindahkan debu atau kotoran dari tempat kerja ke
lingkungan keluarganya.
15. Setiap karyawan harap mendengarkan dengan baik semua instruksi atasannya
sebelum melaksanakan pekerjaan menggunakan alat kerja, menjalankan mesin
dan/atau peralatan instansi lain.
16. Setiap orang harap mengembalikan segala sesuatu yang dilihat tidak pada
tempatnya ataupun yang seharusnya tidak terletak dilantai atau tanah.
17. Setiap karyawan harap meletakkan alat kerja pada tempat yang telah
ditentukan/tersedia.
18. Semua jenis sampah dan kotoran lainnya harap dikumpulkan dan dibuang ke
tempat yang telah disediakan.
19. Setiap tumpahan minyak atau benda cair pada lantai atau meja harap
dibersihkan dengan segera.
20. Setiap karyawan harus membaca instruksi kerja (manual) dengan baik tentang
cara-cara menjalankan mesin dan/atau peralatan sebelum memulai suatu
pekerjaan.
21. Setiap karyawan harap menegur siapa saja yang melakukan suatu pekerjaan
yang dapat membahayakan, tanpa mmemandang paakah orang yang
ditegurnya itu atasan atau bukan.
22. Pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor, setiap karyawan harus
mematuhi batas-batas kecepatan serta rambu-rambu lalu lintas lainnya.
g. Sanksi
Pelanggaran terhadap Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat
dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Pelatihan
Untuk mencapai dan meningkatkan ketrampilan serta kemampuan personil, harus
disusun program pelatihan yang sesuai dengan kondisi kegiatan. Pelatihan ini
harus meliputi
1. Pelatihan Dasar/awal
2. Pelatihan Kerja termasuk penyegaran
3. Pelatihan Lanjutan dan pelatihan khusus untuk pekerjaan yang berisiko tinggi.
ǤͳȀʹͲͲͺ
BAB III
PENANGGULANGAN
BAHAYA KEBAKARAN
____________________________________________________________
a. Tujuan
Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran ini disusun dengan tujuan untuk
memberikan petunjuk berupa tindakan – tindakan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
b. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pedoman ini Pelaksanaan tindakan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran dalam melaksanakan tugas sehari-hari bagi
Karyawan di PTNBR BATAN Bandung.
c. Bahan Acuan.
1. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik
2. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Penanggulangan dan Konstruksi
Bangunan
3. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Listrik
4. Himpunan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
d. Definisi
1. Penanggulangan Kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah dan
memberantas terjadinya kebakaran.
2. Alat Pemadam api ringan adalah alat pemadam api portable berupa tabung
logam yang bisa diisi kembali. Adapun jenisnya berupa jenis tabung, halon, CO2
ataupun busa.
e. Petunjuk Umum
Organisasi Penanggulangan Kebakaran : Satuan Tugas untuk mempermudah
pengerahan dan pengendalian personil yang dipimpin oleh Ketua UPN atau
Satuan Pelaksana Pemadam Kebakaran (selanjutnya disebut SatLak DAMKAR).
SatLak DAMKAR dapat dikerahkan secara efektif dan dikerahkan secara dini sejak
mulanya terjadi kebakaran sampai tugas mengatasi kebakaran selesai.
ǤͳȀʹͲͲͺ
meluasnya api dari akibat yang ditimbulkan, memberikan pertolongan dan bantuan
kepada karyawan serta mengungkapkan sebab musibah pelaku, motif terjadinya
kebakaran secara cepat, tepat dan tuntas. Dengan demikian maka tindakan
penanggulangan mecakup usaha dan tindakan yang dilakukan sebelum, sewaktu
dan setelah terjadinya kebakaran.
Juklak dan IK memuat urutan tindakan atau peran yang harus dilakukan oleh
perorangan atau kelompok yang tergabung di dalam SatLak DAMKAR.
f. Manajemen Peralatan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) : Kepala PTNBR wajib menyediakan
peralatan pemadam api ringan (APAR) dalam jumlah cukup, siap pakai dan
terpasang di tempat-tempat yang mempunyai potensi bahaya kebakaran dengan
jenis yang telah disesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran tersebut.
Fire Alarm System : Selain APAR seperti tersebut diatas untuk setiap gedung
perlu dipasang atau dilengkapi alat-alat proteksi dan atau deteksi kebakaran (fire
alarm system) sebagai tanda peringatan dini terjadinya kebakaran.
Perawatan dan Pemeliharaan : Baik untuk APAR, fire alarm system maupun
hydran semuanya perlu perawatan dan pemeriksaan rutin sehingga alat-alat
tersebut dapat tetap berdaya guna dan berhasil guna.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͺ
Kelengkapan Petugas Proteksi Radiasi, Piket UPN dan Jaga reaktor : untuk
mempertinggi kesiap-siagaan Petugas, di ruang piket Petugas Proteksi Radiasi
(pesawat 444), diruang kendali reaktor (pesawat 333) dan piket pengamanan
(pesawat 111) perlu disediakan alat pemadam, alat pelindung diri dan alat-alat
penyelamatan sesuai dengan kebutuhan.
Pada saat kebakaran meluas ke luar lokasi kerja : Pada tingkat kebakaran
sudah meluas atau merembet ke luar lokasi kerja maka koordinasi
pengendaliannya dilakukan oleh Kepala PTNBR selaku Penanggung jawab
fasilitas, dibantu Ka.UPN dan SatLak DAMKAR.
Bantuan dari luar PTNBR : Permintaan bantuan pasukan dan peralatan dari luar
PTNBR tidak selalu disertai dengan peralihan komandan pengendalian operasi
meskipun secara taktis dan teknis operasional penggunaan pasukan dan
peralatan tersebut berada di bawah koordinasi komandan pasukan bantuan yang
bersangkutan. Sebelum pasukan atau bala bantuan pemadam bergabung dengan
pasukan yang lain yang sudah beroperasi, terlebih dahulu harus dikoordinasi dan
melapor kepada Kepala UPN untuk mendapatkan petunjuk dan penjelasan
tentang kemungkinan adanya bahaya radiasi.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͻ
kebakaran di PTNBR. Dari lokakarya atau pertemuan akan dapat dirumuskan
prosedur tetap yang disepakati bersama dan bisa dilanjutkan dengan latihan
bersama atau tindakan lain yang bermanfaat.
Pos komando: pos komando harus segera didirikan (dibuka) dengan memilih
tempat yang aman dan menguntungkan bagi koordinasi dan pengendalian. Setiap
perpindahan Posko perlu disebarluaskan dengan memberikan tanda atau petunjuk
diposko yang lama bahwa posko telah pindah kesuatu tempat yang jelas.
Pengendalian pada saat hari libur atau sesudah jam kerja: Komando
pengendalian pada saat hari libur atau sesudah jam kerja, sementara Kepala
PTNBR selaku penanggung jawab keselamatan atau pejabat pelaksana harian
yang ditunjuk atau Kepala UPN/Ketua SatLak DAMKAR belum datang ke tempat
kejadian, maka komandan piket pengamanan bertindak sebagai penanggung
jawab dan pelaksana utama dalam penanggulang kebakaran. Untuk mempercepat
dan memperlancar penanggulangan kebakaran sekali lagi perlu diingatkan agar di
ruang petugas pengamanan atau jaga reaktor selalu siap alat-alat pemadam dan
keselamatan pemadam kebakaran.
Komunikasi
a. Sistem Komunikasi Darurat terdiri dari sistem telepon, Handy Talky, dan
sound system (tata suara)
b. Sistem telepon harus direncanakan sedemikian rupa sehingga apabila terjadi
kebakaran masih dapat bekerja minimal satu buah pada tiap-tiap lantai.
c. Sound system terpusat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan
instruksi bila terjadi kebakaran pada tingkat awal.
d. Tanda bahaya dan tanda aman harus dimengerti atau dikenal oleh seluruh
karyawan dan disampaikan pada saat dan dengan cara yang tepat.
g. Penyampaian informasi atau komunikasi antar gedung menggunakan sistem
telepon, Handy Talky, dan sound system (tata suara)
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳͲ
9 Pengunaan aliran listrik.
9 Penempatan bahan bakar minyak atau bahan mudah terbakar.
9 Penggunaan kompor (gas atau listrik).
9 Pekerjaan-pekerjaan bengkel termasuk pengelasan.
9 Penyimpanan bahan kimia termasuk cairan yang mudah terbakar atau
meledak.
9 Pembuangan dan pembakaran sampah.
Dan lain sebagainya.
h. Langkah-langkah Penanggulangan
1. Setiap karyawan yang melihat atau mengetahui kebakaran harus
memadamkannya dengan alat pemadam api ringan yang telah tersedia di
daerah kerjanya.
2. Pada saat yang sama, karyawan tersebut harus memberitahu karyawan lain
yang ada disekitarnya untuk melaporkan dan menghubungi Satuan
Pengamanan/UPN bahwa terjadi kebakaran.
3. Selama Satuan Pengamanan belum tiba di lokasi kebakaran, adalah
kewajiban karyawan terdekat yang dipimpin oleh pejabat senior
mengkoordinasikan pemadaman.
4. Setibanya di lokasi kebakaran, Satuan Pengamanan akan mengambil alih
koordinator pemadaman bekerja sama dengan atau dibantu karyawan
lainnya. Bila kebakaran diduga menimbulkan bahaya lain seperti terlepasnya
zat radioaktif atau kecelakaan manusia wajib bekerja sama dengan bidang
K2.
5. Sementara itu Petugas Pengamanan yang lain dengan alat komunikasi yang
ada segera melaporkan kepada Kepala PTNBR, Komandan UPN, dan Kepala
Bidang K2 serta Kepala Bagian Tata Usaha bahwa telah terjadi kebakaran.
6. Kepala UPN setibanya di lokasi kebakaran segera mengambil alih komando
pengendalian pemadam dengan mengerahkan seluruh unit teknis yang ada
dibawahnya dibantu Unit Teknis Pemadam dari sektor lain yang telah siap.
7. Bila api terlampau besar, dimana untuk pemadamannya memerlukan bantuan,
maka Kepala UPN atas sepengetahuan Kepala PTNBR meminta bantuan Unit
Mobil Pemadam Kebakaran terdekat.
8. Bila api menjalar keluar lokasi kerja maka kepala PTNBR sebagai
penanggung jawab keselamatan mengerahkan dan mengendalikan semua
kekuatan yang ada dengan meminta bantuan dari Unit Pemadam Kebakaran
terdekat untuk melakukan pemadaman. Ketua SatLak yang tergabung dalam
Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD) PTNBR dan Tim P2K3
selalu mengikuti dan mengevaluasi tingkat bahaya yang mungkin terjadi
akibat kebakaran.
9. Setelah kebakaran dapat dikuasai dan api dapat dipadamkan Unit Pemadam
meneliti daerah tersebut dengan seksama untuk mengetahui apakah masih
ada sisa api atau tidak. Sementara itu SatLak Proteksi Radiasi mengecek
paparan radiasi di daerah TKP dan mengecek kontaminasi Petugas.
10. Kepala PTNBR segera menyelidiki sebab-sebab terjadinya kebakaran dengan
membentuk Tim Evaluasi.
11. Setelah api benar-benar padam, maka SatLak DAMKAR melakukan
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳͳ
konsolidasi menghitung jumlah kekuatan, alat yang masih ada dan yang
hilang atau rusak/habis akibat peristiwa kebakaran. Selanjutnya Kepala UPN
memerintahkan masing-masing SatLak DAMKAR menyusun kembali
kekuatan dalam rangka memelihara kesiapsiagaan.
12. Personil dari biidang yang menjadi anggota SatLak DAMKAR dan bertugas
didaerah terjadinya kebakaran segera melaporkan semua peristiwa yang
terjadi termasuk kemungkinan sebab dan jumlah korban (kalau ada)
disampaikan kepada ketua SatLak DAMKAR untuk menentukan langkah
selanjutnya.
13. Apabila dalam penanggulangan kebakaran terjadi kecelakaan personil, maka
ditempuh prosedur pelaksanaan tentang kecelakaan kerja.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳʹ
BAB IV
BENGKEL
____________________________________________________________
a. Tujuan
Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk secara umum
kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam melakukan kegiatan perbengkelan.
b. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang dibahas dalam Pedoman ini meliputi Bengkel Elektronik,
bengkel instrumen, bengkel mesin yang dikelompokkan sebagai mesin-mesin
pengiris, mesin penyambung dan pemotong, pembentuk, pelapis dan bengkel
gelas dan mesin lain yang digunakan di PTNBR BATAN Bandung.
c. Bahan Acuan
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik.
d. Definisi
1. Mesin Pengiris : mesin gergaji, mesin bor, mesin bubut, mesin frais, mesin
gerinda, mesin sekrap, mesin pengasah.
2. Mesin Penyambung dan pemotong : berbagai mesin las, pemotongan dengan
gas.
3. Mesin pembentuk :
a. Mesin rol, mesin tekuk plat, mesin bengkok pipa
b. Mesin Cor
4. Mesin Pelapis : mesin cat, electroplating
e. Petunjuk
Bengkel Elektronik
Umum
1. Setiap pekerja harus menempatkan solder pada tempat yang aman dari
jangkauan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
2. Setiap pekerja harus menggunakan alat pelindung pernapasan atau
menghidupkan fan penghisap untuk menghindari asap dari timah cair.
3. Setiap pekerja yang melakukan pen solder dan posisi hidung tidak boleh
diatas langsung mata solder.
4. Setiap pekerja harus berhati-hati terhadap tegangan tinggi yang tersedia atas
bahaya sengatan listrik.
5. Setiap pekerja harus waspada terhadap pelarut PCB (Feri Klorid yang
membahayakan mata dan kulit).
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳ͵
6. Setiap pekerja harus berhati-hati terhadap sambungan kabel-kabel yang
terbuka (telanjang).
7. Setiap pekerja yang bekerja dengan tegangan tinggi harus menggunakan
sepatu dan sarung tangan dari karet, dan tidak menggunakan perhiasan dari
logam untuk menghindari hantaran listrik.
8. Komponen-komponen yang dipasang harus sesuai dengan tegangan yang
diperlukan untuk menghindari bahaya kebakaran (terutama komponen
resistor) dan ledakan (terutama komponen kapasitor).
9. Alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan batas kemampuan
pengukuran.
10. Alat-alat yang telah selesai digunakan harus dimatikan dari sumber listriknya.
11. Komponen-komponen harus disimpan pada tempat yang benar, jauhkan dari
sinar matahari langsung dan tempat yang lembab (basah).
Khusus :
Untuk bengkel elektronik yang khusus akan ditentukan oleh Kepala BIE.
Bengkel Instrumen
Umum
Ruang Kerja
Setiap pekerja yang melakukan tugas di ruang tertutup harus dihindarkan
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳͶ
kemungkinan dari bahaya keracunan, sengatan listrik, ledakan, benturan / jatuh
karena penerangan yang kurang intensitasnya.
Khusus
Untuk bengkel instrumen yang khusus akan ditentukan oleh Kepala Balai
Instrumentasi dan Elektromekanik (BIE).
Bengkel Mesin
Umum
1. Setiap orang harus memahami lokasi kerja terhadap bahaya kebakaran,
kearah mana pintu-pintu darurat dan atasilah api secepatnya dan semaksimal
mungkin dengan menggunakan peralatan yang telah disediakan sebelum
pekerja menuju ke pintu darurat.
2. Setiap pekerja harus memelihara, memberlakukan alat dengan baik dan
menggunakan secara benar, sesuai dengan fungsi.
3. Setiap pekerja yang mendapat luka walaupun kecil/ringan harus segera
diobati supaya tidak terkena infeksi.
4. Setiap pekerja harus mematikan mesin dari hubungan listriknya jika akan
meninggalkan atau bila akan anda perbaiki.
5. Mesin harus dimatikan bila ada kerusakan pada benda kerja dan atau
kerusakan pada mesin itu sendiri.
6. Mesin jangan dibersihkan, dilumasi disetel dan diperbaiki pada saat
dioperasikan.
7. Setiap orang dilarang mencuci tangan menggunakan air pendingin (coolant).
8. Bagian mesin yang bergerak dari pesawat tenaga, perlengkapan transmisi
tenaga mekanis dan semua bagian yang berbahaya, harus diberi pengaman
secara efektif, kecuali apabila dipasang atau ditempatkan sedemikan rupa
sehingga tidak ada orang atau benda yang dapat menyinggungnya.
9. Setiap orang atau perusahaan yang memasang mesin-mesin baru, bagian
mesin atau perlengkapannya harus menjamin bahwa semua pekerjaan yang
telah dilakukan ditetapkan dalam peraturan.
10. Setiap orang dilarang memindahkan ataupun merubah suatu alat pengaman
dari suatu mesin sehingga mesin tersebut menjadi berbahaya, terkecuali
apabila mesin dalam perbaikan.
11. Setiap petugas harus melaporkan bila terjadi kerusakan atau
ketidaksempurnaan dalam suatu mesin, pengaman pesawat atau alat dari
tempat kerjanya.
12. Setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya kerusakan mesin saat
operasi harus segera mematikan tenaga penggerak dan alat pengaman harus
atau memberi tanda yang bersifat pengumuman yang mudah dibaca dengan
ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang penggunaanya sampai
perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan mesin tersebut berada dalam
keadaan baik.
13. Bahan pengamanan standard atau penutup harus dibuat :
a. Dari metal yag kuat atau berlubang atau kawat teranyam dengan bingkai
besi siku, pipa besi atau batang besi padat.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳͷ
b. Dari kayu, plastik atau bahan lain yang cocok untuk apa bahan-bahan itu
dipergunakan.
14. Semua pengaman harus dipasang dengan cara diletakkan dengan aman
kepada mesin, lantai dinding atau plafond dan harus tetap berada
ditempatnya bilamana mesin dioperasikan.
15. Roda gaya dari penggerak utama yang terbuka harus diberi perlindungan
supaya tidak membahayakan dengan cara dipagar, konstruksi pada bagian
luarnya dilengkapi celah-celah pengaman standar.
16. Alat-alat pembatas kecepatan, penghenti keselamatan atau klep penghenti
darurat harus dilengkapi dengan sakelar jarak jauh, sehingga dalam keadaan
darurat penggerak utama dapat dimatikan dari tempat yang aman.
17. Semua sekrup penyetel dalam bagian-bagian yang bergerak, dimanapun
berada, harus dibuat rata, terbenam atau dilindungi dengan tabung
penyelamat atau pembungkus stasioner.
18. Semua kunci, gerendel, nipel gemuk dan lain-lain proyeksi dalam bagian-
bagian yang berputar, harus dibuat rata, atau pembungkus sedemikian rupa
untuk menjaga orang-orang menyentuh proyeksi-proyeksi itu.
19. Titik yang bergerak dari transmisi roda-roda gesek apabila dibuka untuk
bersentuhan, harus ditutup seluruhnya.
20. Bagian yang menggeser dari kompling jepit harus diikatkan kepada pemindah
poros yang dijalankan, yaitu pemindah poros tidak bekerja apabila kopling
dilepas.
21. Roda gigi yang terbuka yang digerakkan dengan mesin harus dijaga dengan
menutup keseluruhan dan atau menutup sebagian pada tempat yang dapat
menimbulkan bahaya.
22. Gigi yang digerakkan dengan tangan harus dijaga dengan cara yang sama
sebagaimana diuraikan untuk gigi yang digerakkan dengan mesin apabila gigi
tersebut dapat menimbulkan bencana.
23. Roda gigi rantai yang digerakkan dengan mesin rantai, harus tertutup
samasekali, kecuali telah aman lokasinya.
24. Mesin tidak boleh diminyaki dengan tangan dalam keadaan jalan hal ini dapat
menyebabkan kecelakaan bagi petugas.
25. Bantalan pemindah poros tidak boleh diminyaki dengan tangan ketika
pemindahan poros sedang berjalan.
26. Tombol listrik penghidup mesin harus terbenam, dan ditempatkan sedemikian
rupa sehingga sukar terhubung karena sentuhan.
27. Jumlah tombol penghenti harus satu atau lebih sesuai dengan posisi kerja dari
operator.
28. Tombol penggerak awal harus dari bahan berwarna hijau dan tombol
penghenti dari bahan berwarna merah terkecuali ditentukan lain seperti
tombol-tombol khusus untuk motor-motor tunggal tidak harus diberi warna
merah.
29. Mesin-mesin yang dioperasikan oleh lebih dari seorang, maka setiap operator
harus disediakan tombol control untuk mengggerakkan dan menghentikan
mesin, dan mesin tidak akan bekerja sampai semua tombol penggerak pada
posisi yang sama.
30. Mesin-mesin yang dijalankan dengan dua motor atau lebih dengan tombol
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳ
tekan pengontrol yang terpisah harus dilengkapi dengan atau lebih tombol
penghenti yang dapat menghentikan kerja mesin secara keseluruhan.
31. Pada mesin-mesin berat yang tetap berputar setelah sumber tenaga
diputuskan harus diberi perlengkapan rem yang secara otomatis bekerja bila
diperlukan untuk mencegah bahaya yang terjadi.
Mesin-mesin Pengirisan
1. Mesin harus diberi sekat/pelindung agar percikan gram atau alat yang
memungkinkan terlepas dapat ditahan sehingga tidak melukai orang.
2. Setiap pekerja harus memakai kacamata bila bekerja untuk pekerjaan yang
menghasilkan gram.
3. Lampu yang ada disetiap mesin harus dinyalakan saat bekerja , agar
pekerjaan dapat berjalan lancar tanpa kesalahan atau penyimpangan.
4. Ikatan yang saling berkaitan harus dikencangkan, misalnya ikatan-ikatan
mesin, benda kerja dan alat pemotong.
5. Setiap orang tidak boleh membuka alat-alat pengamanan/tutup mesin yang
sedang bekerja atau berputar.
6. Setiap pekerja dalam kegiatan mengangkat, menarik barang-barang harus
menggunakan sarung tangan. Karena menarik tali kabel atau rantai tanpa
sarung tangan akan mengundang bahaya.
7. Pelat cekam yang sedang berputar atau benda putar yang sedang dikerjakan
jangan sampai tersentuh.
8. Setiap pekerja dilarang melawan kekuatan mesin dengan kekuatan fisik misal
menghentikan putaran dengan tangan, mengencangkan ikatan (baut, mur)
dengan tangan dan lain-lain.
9. Gigi tenaga spindle kopeling silang dan poros pada mesin pelubang dan
mesin bubut harus dilindungi dengan alat pengaman standar.
10. Meja putar horisontal pada mesin vertikal yang besar harus dikelilingi oleh
pagar pengaman, yang menunjang sampai diatas bagian atas alat kerja yang
berada diatas meja pengaman dapat terdiri dari dua bagian yang dapat
dilepas pada bingkai mesin/lantai untuk memudahkan masuk untuk menyetel
atau memperbaiki.
11. Pelat genggam pada meja bubut logam horisontal harus diperlengkapi dengan
sekrup penyetel yang terpendam atau dirancang sedemikian rupa sehingga
tidak terdapat bagian-bagian yang menonjol.
12. Pelat genggam pada pelat genggam pelat cakram beralur pada meja bubut
logam horisontal harus ditutup dengan alat pengaman standar yang akan
mencakup bagian-bagian yang bergerak.
13. Mesin bubut logam horisontal harus diperlengkapi dengan rem otomatis, dan
para pekerja harus dilarang meletakkan tangannya di atas pelat genggam
meja bubut untuk memegang benda yang sedang dikerjakan atau di atas
cakram beralur pace plate kecuali tenaga telah dimatikan.
14. Mesin bubut logam horisontal yang ditempatkan dekat gang atau jalan lewat
atau paralel satu sama lain berdekatan, harus dipasang pengaman apabila
perlu untuk menghindarkan pecahan-pecahan halus yang terbang mengenai
orang-orang yang sedang lewat atau pekerja pada mesin bubut yang lain.
15. Alat penggerak pemotong untuk meja gerak diatas mesin frais harus ditutup
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳ
sebagai pengaman.
16. Setiap pekerja pada mesin frais dilarang mencoba membuang kepingan-
kepingan dari benda yang dikerjakan dekat pemotong sebelum mesin
dihentikan.
17. Mesin frais otomatik harus dilengkapi dengan pengaman percikan minyak
pendingin pemotongan.
18. Setiap pekerja dilarang naik pada meja kerja mesin bubut vertikal, mesin
ketam logam ketika mesin sedang beroperasi. Dengan ketentuan bahwa
berada di atas meja kerja dapat diperbolehkan apabila sifat operasi
memerlukannya.
19. Blok pancang pada pengetam logam horisontal harus dilengkapi dengan
pengaman standar untuk sepanjang langkahnya.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳͺ
Mesin Pembentuk
Mesin Cor
1. Setiap pekerja harus memastikan bahwa kelengkapan dan kesiapan sarana
pendukung pesawat cor dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik.
2. Setiap pekerja harus memahami secara keseluruhan sistem mesin tersebut.
3. Setiap pekerja harus mengenakan pakaian kerja yang mampu menahan suhu
panas, percikan api dan percikan logam panas. Pakailah sepatu, sarung
tangan kerja, topi pengaman.
4. Setiap pekerja dilarang mengubah parameter-parameter pesawat cor selagi
sedang beroperasi.
5. Setiap pekerja dilarang melihat cahaya logam cair dengan mata telanjang
terlalu lama, oleh karena itu diwajibkan menggunakan kacamata untuk
pekerjaan cor.
6. Tabir penghalang untuk menghalangi cahaya tajam dan percikan bunga api
supaya tidak menganggu orang lain harus dipasang.
7. Alat pengangkat dan pengangkut yang disediakan harus dipergunakan
dengan cara yang benar terhadap bahan baku dan bahan yang telah jadi.
8. Setiap orang dilarang berdiri atau melewati di depan pintu sewaktu operasi
penyalaan.
Mesin-mesin Pelapis
1. Setiap pekerja harus memastikan bahwa kelengkapan dan kesiapan sarana
pendukung pesawat cat sehinga dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik.
2. Setiap pekerja dilarang mengubah parameter pesawat pengecatan yang telah
diset selama berlangsung pengecatan.
3. Setiap pekerja harus memastikan bahwa udara yang digunakan dalam
keadaan kering, keadaan tekanan angin/kompresor telah cukup untuk
mengabutkan cat yang akan digunakan.
4. Setiap pekerja harus mengenakan pakaian pengecatan, kacamata, dan
penutup rambut.
5. Setiap pekerja yang melakukan kegiatan dengan mesin electroplating berhati-
hatilah dengan bahan asam kuat dan hidupkan exhauser untuk mengeluarkan
uap kimia yang terjadi sehingga ventilasi ruangan harus bekerja dengan baik
dan pastikan tidak ada kebocoran pada sistem salurannya.
6. Setiap pekerja harus hati-hati dalam membuat larutan, harus diingat zat kimia
yang dipergunakan mungkin sangat korosif dan reaktif (misalnya: H2SO4, HF,
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳͻ
HNO3)
7. Setiap pekerja harus mempergunakan sarung tangan karet, masker,
kacamata untuk menghindari percikan asam kuat.
8. Setiap pekerja harus memperhatikan posisi anoda dan katoda jangan sampai
terbalik.
Bengkel Gelas
1. Setiap pekerja harus memeriksa semua peralatan pengaman saluran gas,
meter dan cobalah sebelum mulai bekerja, supaya dalam melaksanakan
pekerjaan yang sebenarnya tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan dan
dalam hal penggunaan mesin-mesin yang berputar cobalah terlebih dahulu
mendapatkan putaran yang sesuai.
2. Setiap pekerja harus memeriksa semua ikatan, mesin, benda kerja dan alat
pemotong, dengan kuat dan benar sesuai dengan keadaan yang
dipersyaratkan.
3. Setiap pekerja dengan api pemotong gelas harus memakai kacamata
pelindung yang sesuai dengan pekerjaannya.
4. Setiap pekerja harus mengetahui urutan membuka kran pengatur (buka kran
pengatur gas terlebih dahulu) dan jangan salah langkah dalam menutup kran
pengatur (tutup kran oksigen terlebih dahulu).
5. Setiap pekerja dilarang menyalakan penyembur api dan apapun juga, jika
dicurigai ada kran atau sambungan maupun pipa/slang gas oksigen yang
bocor.
6. Setiap pekerja dilarang menyalakan penyembur api dengan nosel mengarah
ke tubuh.
7. Setiap pekerja dilarang meninggalkan potongan-potongan gelas disekitar
mesin.
8. Setiap pekerja harus menggunakan sarung tangan tahan panas bila
memasukkan/mengambil benda kerja ke/dari dalam oven.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹͲ
BAB IV
PERALATAN LISTRIK
____________________________________________________________
a. Tujuan
Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk umum kepada
seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang langkah-langkah umum dalam
keselamatan kerja dengan peralatan listrik.
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam pedoman ini meliputi seluruh peralatan listrik
yang ada di PTNBR BATAN Bandung
c. Bahan Acuan
d. Definisi
1. Petugas adalah orang yang diberi wewenang untuk suatu jenis pekerjaan, dengan
suatu syarat mempunyai kecakapan dan pengalaman teknis serta terampil dalam
bidangnya.
2. Bagian listrik bisa berupa Instansi/Bidang/Bagian/Sub.Bid/Sub.Bag yang diberi
wewenang dan tanggung jawab terhadap semua instansi listrik dari unit yang
bersangkutan, baik dari segi operasi maupun pemeliharaannya.
3. Peralatan listrik adalah semua komponen/peralatan listrik termasuk pemutus arus,
isolasi, dan kabel.
4. Kawat pentanahan adalah kawat tembaga telanjang (bare) dengan luas
penampang tidak kurang dari 50 mm yang di klem pada peralatan mesin dengan
baik dan dihubungkan ke tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Tegangan adalah beda potensial dari kedua kutub/kawat. Untuk keperluan juklak
ini tegangan lebih besar dari 220 volt disebut tinggi dan untuk tegangan lebih kecil
dari 220 volt disebut tegangan rendah.
6. Pekerjaan adalah semua kegiatan baik berupa pengoperasian, perbaikan dan
pengontrolan instalasi listrik.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹͳ
Petunjuk yang wajib dipatuhi dan petunjuk yang disarankan
1. Setiap petugas dilarang melakukan perbaikan sebelum ada ijin dari atasan
ataupun dan diwajibkan melapor bila perbaikan telah selesai dilakukan.
2. Selama peralatan diperbaiki setiap petugas wajib mencegah kemungkinan-
kemungkinan yang bisa membahayakan dan wajib menggunakan label-label
peringatan/pengamanan ataupun menguncinya pada posisi yang aman.
3. Setiap petugas dilarang memperbaiki instalasi-instalasi listrik yang bertegangan
dan bila tidak bisa dihindari perbaikan tersebut dapat dilakukan dibawah
pengawasan atau tanggung jawab dari Kepala BIE.
4. Setiap orang dilarang memasuki/bekerja pada daerah tegangan tinggi kecuali
petugas yang mempunyai otorisasi. Daerah/instalasi tegangan tinggi harus
dikunci, dan kunci disimpan oleh Kepala BIE.
5. Setiap petugas dilarang keras bekerja dengan alat-alat yang bertegangan listrik
terutama di dalam kamar dimana ada bahaya kebakaran atau ledakan, dan di
dalam ruangan dengan udara yang basah atau yang sangat lembab.
6. Setiap petugas dilarang melakukan perbaikan di malam hari kecuali untuk
pekerjaan-pekerjaan yang betul-betul penting demi lancarnya pekerjaan/produksi
dan keselamatan dari instalasi.
7. Setiap petugas dilarang mengubah posisi pemutus arus kecuali atas ijin Kepala
BIE. Dalam keadaan darurat petugas diperbolehkan melakukan tindakan untuk
menyelamatkan jiwa ataupun instalasi.
8. Label peringatan “Jangan dijalankan” harus dipasang pada semua pemutus arus
yang telah diisolasi. Label peringatan ini hanya boleh dipindahkan/dicabut oleh
petugas yang memasangnya. Jangan sekali-kali mengambil risiko, jika timbul
keragu-raguan hubungilah pengawas anda.
9. Semua petugas yang melakukan pekerjaan pada instalasi listrik harus tunduk
kepada instruksi-instruksi dari Kepala BIE.
10. Setiap pekerjaan pada peralatan tegangan tinggi harus dilakukan setelah terlebih
dahulu dilakukan pemutusan arus, pelepasan semua pengamanan/sekering dan
pentanahan peralatan yang diperbaiki. Khusus untuk transformator hal tersebut di
atas dilakukan baik pada sisi primer dan sekunder.
11. Pentanahan pada peralatan tegangan tinggi harus dilakukan instalasi yang baik
dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
12. Setiap petugas dilarang memperbaiki sekering dari tipe cartridge dengan jalan
menghubungkan sekering itu dengan kawat.
13. Setiap orang dilarang melakukan pekerjaan penggalian atau membuat lubang di
lapangan atai di daerah-daerah sekitarnya sebelum lebih dahulu mendapat ijin.
14. Setiap orang dilarang berjalan melalui atau melintasi peralatan/perlengkapan
instalasi listrik.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹʹ
BAB V
BAHAN KIMIA
____________________________________________________________
a. Tujuan
Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk secara umum
kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dalam menggunakan bahan kimia.
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi sarana tempat kerja, bahan kimia, peralatan, dan pekerja
yang merupakan unsur utama dalam melaksanakan kegiatan dengan
menggunakan bahan kimia.
c. Bahan Acuan
1. Hand Book of Laborotory Safety, CRC Press Inc. Boca Raton Florida.
2. Safety Hand Book, Australian Automic Energy Commission, July 1983.
3. Soemanto Iman Khasani, Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, PT.
Gramedia, Jakarta, 1990.
d. Definisi
1. Kimia toksik adalah bahan kimia beracun, yang bahayanya terhadap kesehatan
sangat bergantung pada jumlah zat tersebut yang masuk ke dalam tubuh.
2. Bahan kimia korosif/iritan adalah bahan kimia yang mampu merusak berbagai
peralatan dari logam dan apabila bahan kimia ini mengenai kulit akan
menimbulkan kerusakan berupa iritasi dan peradangan kulit.
3. Bahan kimia eksplosif adalah bahan kimia mudah meledak.
4. Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasikan oksigen
dalam penguraian atau reaksinya dengan senyawa lain, bersifat reaktif dan
eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran.
5. Limbah bahan kimia adalah bahan kimia baik padat, cair, dan gas bekas pakai
yang karena sifatnya tidak dapat digunakan lagi.
6. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah konsentrasi dari zat, uap atau gas dalam
udara yang dapat dihirup selama 8 jam/hari selama 5 hari/minggu, tanpa
menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti.
7. Tempat dan sarana laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan yang menggunakan bahan kimia serta dilengkapi sarana
sebagai kelengkapan laboratorium, misal ruang asam, glove box, fumehood,
meja kerja, exhaust fan, dan sebagainya.
8. Pekerja adalah peneliti, teknisi, laboran yang secara langsung atau tidak
langsung menggunakan bahan kimia.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹ͵
e. Petunjuk
Umum
1. Setiap wadah bahan kimia harus diberi label dan tanda – tanda yang jelas sesuai
dengan sifatnya dan mudah dibaca.
2. Setiap bahan kimia yang terdapat disuatu tempat harus diinventarisasi
berdasarkan sifatnya.
3. Dalam rangka penyimpanan bahan kimia yang akan dilakukan harus
memperhatikan sifat masing-masing bahan yang akan disimpan. Pengelompokan
dalam rangka penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan memperhatikan
sifat masing-masing bahan kimia yang akan disimpan.
4. Pekerja yang akan melakukan kegiatan dengan menggunakan bahan kimia harus
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
5. Setiap pekerja harus melakukan optimasi jumlah bahan kimia yang akan
digunakan dengan memperhatikan nilai ambang batasnya.
6. Sumber api harus dijauhkan apabila digunakan bahan kimia yang mempunyai sifat
mudah terbakar atau mudah meledak.
7. Penggunaan peralatan bantu yang terbuat dari logam harus dihindari apabila
bahan kimia yang digunakan bersifat korosif.
8. Bahan kimia yang mempunyai sifat dapat melakukan reaksi secara cepat harus
dijauhkan dari bahan kimia mudah meledak yang akan digunakan.
9. Pembuangan limbah kimia dapat dilakukan setelah melalui proses olahan sesuai
dengan sifat bahan kimianya.
10. Tumpahan/tetesan bahan kimia yang mempunyai sifat iritan harus dihindari.
11. Orang yang tidak berkepentingan dilarang mendekati daerah kerja.
Ruang Kerja
1. Selama melakukan kegiatan menggunakan bahan kimia, sistem ventilasi ruang
kerja harus baik dengan pergantian udara minimal 8 kali per jam.
2. Fumehood, glove box, atau ruang asam harus digunakan dalam kegiatan yang
menggunakan bahan kimia yang mempunyai sifat yang sesuai, kecepatan aliran
udara minimal 0,5 m/detik.
3. Temperatur dan kelembaban di dalam laboratorium harus dijaga kestabilannya
sesuai dengan jenis peralatan dan pekerjaan yang dilakukan.
4. Ruang kerja harus dilengkapi dengan tempat limbah khusus.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹͶ
TABEL 1 : NILAI AMBANG BATAS (NAB) BAHAN-BAHAN KIMIA
Keterangan :
ppm : bagian dari satu juta (volume)
C : batas konsentrasi tertinggi dalam udara tempat kerja.
Daftar di atas diambil dari : Threshold Limit Volues and Biological Exppsure Indices for 1986-
1987 American Conference of Govermental Industrial Hygienists.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹͷ
TABEL 2. DAFTAR BAHAN KOROSIF CAIR
Permanganat
Perklorat
Dikhromat
Oksidator Anorganik
Hidrogen peroksida
Periodat
Persulfat
Benzil peroksida
Asetil peroksida
Peroksida Organik
Eter oksida
Asam perasetat
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹ
TABEL 4. BAHAN KIMIA KOROSIF GAS
Amonia NH3
Asam klorida HCl
Asam fluorida HF
Formaldehida HCHO
Asam asetat CH3COOH
Sulfurklorida S2Cl2
Tionil klorida SOCl2
Sulfuri klorida SO2Cl2
Belerang oksida SO2
Klor Cl2
Brom Br2
Arsen triklorida AsCl3
Posfor triklorida PCl3
Posfor penta klorida PCl5
Ozon O3
Nitrogen oksida NO2
Fosgen COCl2
Akrolein CH2CHCHO
Dikloroetilsulfida S(CH2CH2Cl)2
Diklorometileter O(CH2Cl)2
Kloropikrin CCl3NO3
Dimetilsulfat (CH3)2SO4
Titik A adalah suhu dimana tekanan uap zat tersebut sama dengan tekanan luar.
Titik B adalah titik nyala (flash point) adalah suhu dimana suatu cairan menghasilkan
uap yang dapat membentuk campuran dengan udara yang dapat dibakar pada
permukaan cairan.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹ
Titik C = titik bakar (ignition point) adalah suhu minimum suatu zat yang diperlukan
agar zat tesebut dapat terbakar tanpa bantuan energi dari luar.
KELOMPOK A : Bahan yang bersifat karsinogenik dan telah ditentukan Nilai Ambang
Batas (NAB) :
BAHAN NAB
Acrylonitrile – kulit 2 ppm
Asbestos
Amosite 0.5 fibre > 5 um/cm3
Chrysotile 2.0 fibre > 5 um/cm3
Crocidolite 0.2 fibre > 1 um/cm3
Other forms 1.0 fibre > 5 um/cm3
Bis (chloromethyl) ether 0.001 ppm
Pengolahan batuan chromite (chromate) 0.05 mg/m3, as Cr
Chromium (VI), senyawa larut dalam air 0.05 mg/m3, as Cr
Coal tar pitch volatiles 0.2 mg/m3 as benzene solubles
Pembakaran Nikel Sulphide,asap dan debu 1.0 mg/m3, as Ni.
KELOMPOK B : Bahan yang bersifat karsinogen, tanpa Nilai Ambang Batas (NAB)
Tidak diperkenankan adanya paparan atau kontak langsung dengan bahan – bahan
ini, baik melalui pernafasan, kulit, atau mulut. Pekerja harus dilindungi sedemikian rupa
sehingga tidak akan terkena karsinogen tersebut.
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹͺ
KELOMPOK C :
BAHAN NAB
Acrylonitrile – kulit 2 ppm
Amitrol -
Antimony trioxide Production -
Arsenic Trioxide Production -
BIS (Chloromethyl) eter 0.001 ppm
Benzene 10 ppm
Benzo (a) pyrene -
Berrium 2.0 ug/m3
1, 3-Butadiene -
Cadnium oxide production -
Carbon tetrachloride – kulit 5 ppm
Chloroform 10 ppm
Chloromethyl methyl eter -
Chromates dari Pb dan Zn, sebagai Cr 0.05 mg/m3
Chrysene -
3, 3-Dichlorobenzidine – kulit -
Dimethylcarbamyl chloride -
1, 1-Dimethil hydrazine – kulit 0.5 ppm
Dimethil sulphate – kulit 0.1 ppm
Ethylene dibromide – kulit -
Ethylene oxide 1 ppm
Formaldehyde 1 ppm
Hexachlorobutadiene 0.002 ppm
Hexamethyl phosphoramide – kulit -
Hydrazine – kulit 0.1 ppm
4, 4-methylene bis (2-chloroaniline) – kulit 0.1 ppm
Methyl hydrazine – kulit 0.2 ppm
Methyl iodine – kulit 2 ppm
2 – Nitropropane 10 ppm
N – Nitrosodimethyllamine -
N – phenyl – beta – naphthylamine -
Phenulhydrazine – kulit 5 ppm
Propane sultone -
Beta – propiolactone 0.5 ppm
Propyleneimine – kulit 1 ppm
O – Tolidine -
O – Toluidine – kulit 2 ppm
Vinyl bromide 5 ppm
Vinyl cyclohexene dioxide 10 ppm
Vinyl chloride 5 ppm
ǤͳȀʹͲͲͺ ʹͻ
TABEL 7. BEBERAPA SIFAT BAHAN
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵Ͳ
BAB VI
GAS
____________________________________________________________
a. Tujuan
Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk secara umum
kepada selurah karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang kesehatan dan
keselamatan kerja dalam menggunakan bahan gas.
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas adalah bahan gas yang lazim digunakan di
laboratorium/lapangan, serta peralatan, jenis gas yang digunakan, dan pekerja yang
terlibat.
c. Bahan Acuan
1. Safety Hand Book, Australian Atomic Energy Commission, July 1983.
2. Soemanto Imam Khasani, Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, PT.
Gramedia, Jakarta, 1990.
d. Ketentuan
Umum
1. Semua gas harus diinventarisasi dan diberi label dan tanda-tanda yang
menerangkan jenis, masa berlaku dan sebagainya serta mudah dibaca.
2. Tabung gas bertekanan tinggi disimpan dalam keadaan tegak dan terikat.
3. Tabung gas harus disimpan pada tempat yang aman, jauh dari sumber panas atau
api, dari bahan kimia korosif.
4. Pengelompokan gas yang akan disimpan dapat dilakukan dengan memperhatikan
sifat masing – masing gas.
5. Setiap pekerja harus telah mendapatkan pelatihan khusus tentang pemadaman
kebakaran, pelatihan mekanik gas dan sebagainya.
6. Setiap pekerja yang akan menggunakan bahan gas harus menggunakan jas lab
dan peralatan bantu yang sesuai dengan sifat gasnya, misalnya masker, sarung
tangan karet dan sebagainya.
Ruang Kerja
1. Selama melakukan kegiatan menggunakan bahan gas, sistem ventilasi harus dalam
keadaan baik.
2. Temperatur ruangan dan kelembaban harus tetap terjaga kestabilannya.
3. Apabila bahan gas/tabung berada di luar laboratorium, maka pipa yang
menyalurkan gas dibagian luar ruangan harus diberi kran.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵ͳ
BAB VII
BEJANA TEKAN
____________________________________________________________
a. Tujuan
Usaha pencengahan kecelakaan baik secara preventif maupun korektif terhadap
bahaya yang timbul akibat bejana tekan berupa bahaya peledakan yang terjadi
karena tekanan tinggi dari dalam bejana, bahaya kebakaran atau keracunan oleh
sifat fluida di dalam bejana dan bahaya akibat kesalahan penanganan bejana
tekan itu sendiri.
b. Ruang Lingkup
Pedoman umum tentang bejana tekan adalah pedoman keselamatan dan
kesehatan kerja yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan dalam hal penanganan dan
penggunaan bejana yang berisi fluida bertekanan seperti udara, gas, uap, air dan
cairan berupa tangki tekan, tangki tandon pada kompresor, tabung-tabung baja,
termasuk ketel uap dan meliputi penggunaan material, pemeriksaan dan
perlengkapan perlindungan bejana tekan.
c. Bahan Acuan
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional :
1. Himpunan Pedoman Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Mekanik
2. Himpunan Pedoman Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Listrik dan Uap
3. Standar Nasional Indonesia No. : SNI-1715-1989-E tentang Pewarnaan Botol
Baja / Tabung Gas Bertekanan.
d. Definisi
1. Bejana tekan adalah bejana yang di dalamnya berisi fluida bertekanan lebih
tinggi daripada tekanan udara luar.
2. Tabung baja adalah bejana tekan selain pesawat uap yang dipakai untuk
menampung gas atau gas campuran termasuk udara baik dikempa menjadi cair
dalam keadaan larut atau beku.
3. Pelat nama adalah pelat yang dipasang pada suatu alat/pesawat/bejana yang
memuat data-data atau identitas alat itu.
4. Alat kendali temperatur adalah suatu alat yang dipakai untuk mengetahui dan
mengendalikan temperatur dari suatu bejana bertekanan supaya tidak melebihi
suhu rancangan.
5. Kompresor adalah suatu alat untuk memampatkan gas atau udara.
e. Petunjuk
Tanda-tanda pengenal
1. Pada setiap bejana tekan harus tertera tanda-tanda pengenal berupa pelat nama
atau tercetak langsung pada bejana itu yang harus diperhatikan dalam
penanganan dan penggunaan bejana tekan tersebut.
2. Tanda pengenal harus tercetak tidak mudah terhapus, mudah dan tampak jelas
terlihat dan dibaca dan diusahakan tidak tertutup. Bila bejana harus dibalut isolasi,
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵ʹ
maka di atas tanda pengenal diberi petunjuk untuk dapat dibuka dan dibaca.
3. Tanda-tanda pengenal yang harus ada memuat :
a. Tanda atau nama pabrik pembuat
b. Nomor Tag/Seri pembuatan
c. Tahun pembuatan
d. Nama jenis fluida isi (bukan simbol kimia)
e. Volume air yang dapat diisikan
f. Berat kosong
g. Berat isi penuh
h. Kisaran suhu penyimpanan
i. Tekanan kerja maksimum
j. Tekanan uji hidrostatika
k. Waktu pengujian (terakhir)
4. Khusus bejana tekan jenis botol baja harus diberi kode warna dan tulisan sesuai
standar yang dengan itu dapat dikenali isinya untuk perhatian dalam penanganan.
a. Botol baja untuk kelompok gas yang dapat menyebabkan tercekik/kekurangan
zat asam (Asphyxian Gases) misalnya : nitrogen, karbondioksida, gas mulia
(argon, helium, kripton, xenon dan neon), gas fluoro carbon (refrigerant) harus
dicat warna abu-abu.
b. Botol baja untuk kelompok gas mudah terbakar dan atau meledak (Inflammable
and or Explosive Gases) misalnya : hydrogen, asetilen, gas-gas hydrocarbon
(carbonil sulfida, pentana, methana, propylene, methanol, ethanol, benzena,
alkohol, vinil chlorida, butane dan propane) harus dicat warna biru (light blue)
dengan tanda warna merah pada bagian sekeliling tingkapnya.
c. Botol baja untuk kelompok gas beracun (Poisonous Gases) misalnya : arsine,
cyanogen, hydrogen cyanida, phosgene, berbagai macam pestisida, asam
chlorida, dichlorobenzena, nitrogen dioksida, atau tetraoksida, penta chlorida,
fenol, naptalena. Amonium chlorida, carbon monoksida, glioksida dan bromethil
harus dicat warna kuning tua.
d. Botol baja untuk kelompok gas menyengat (Corrosive Gases) misalnya:
anhydrous amoniak, amoniak, boron trikhlorida, khlor, sulfur dioksida, hidrogen
khlorida, methil khlorida, dan methil bromida harus dicat warna kunig muda.
e. Botol baja untuk kelompok gas pengoksida (Oxidijing Gases) misalnya: oksigen
termasuk udara tekan harus dicat warna biru muda.
f. Botol baja untuk gas campuran (Mixed Gases) harus dicat warna gabungan
masing-masing kelompok gas yang dicampurkan.
g. Botol baja untuk kelompok gas bagi keperluan kesehatan (Medical Gases)
harus dicat warna putih.
h. Pada bagian badan botol saja sepanjang badan harus diberi tulisan nama gas
yang diisikan dibuat dengan sablon warna hitam.
i. Pada leher botol dapat ditempelkan label dan tanda-tanda khusus mengenai :
sifat gas, bahaya dan petunjuk penanganannya.
j. Standar warna botol baja ini tidak berlaku untuk tabung alat pemadam api
ringan.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵͵
Jaminan kualitas bejana tekan
1. Bejana tekan yang dipergunakan harus terjamin kualitasnya yang dinyatakan
dengan kelengkapan sertifikat hasil pemeriksaan atau pengujian yang telah
dilakukan.
2. Sebelum bejana tekan dipergunakan harus diperiksa secara visual terhadap
kerusakan, karat atau cacat pada permukaan. Bejana tekan yang kedapatan rusak
sedemikian rupa sehingga diduga tidak memenuhi syarat keselamatan harus diuji
lagi kekuatannya dan atau dilarang dipergunakan.
3. Pengujian ulang dengan tekanan hidrostatika harus dilakukan secara berkala
sesuai ketentuan ijin yang berlaku.
4. Pengujian ulang juga harus dilakukan pada bejana tekan yang mengalami
perubahan konstruksi, pekerjaan tambah atau dilakukan reparasi atas bejana
tekan itu.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵Ͷ
tekanan yang berfungsi baik dan dikalibrasi.
10. Indikator tekanan harus tampak dari posisi operator mengontrol tekanan bejana,
jelas terbaca dengan ketelitian mempunyai skala pengukura 1,5 sampai 2 kali
tekanan kerja yang diijinkan.
11. Pada bejana tekan harus ada saluran pembuangan cairan yang terletak pada
bagian terbawah bejana, terutama pada tiap bejana yang berisi atau mungkin akan
membawa karat bagi bejana atau yang merugikan atau yang mudah terbakar.
Bilamana menggunakan katup untuk pembuangan material yang merugikan atau
mudah terbakar, maka harus disambung pipa pembuangan yang mengalir ke
lokasi aman, mencegah bahaya bagi orang atau kerusakan peralatan.
12. Pada bejana tekan harus ada lubang angin yang terletak pada bagian tertinggi
bejana untuk mengalirkan udara sewaktu uji tekan hidrostatika.
13. Lokasi pemasangan katup, alat penurun tekanan, alat pengamanan dan
perlengkaan lain harus pada tempat yang mudah dicapai bila diperlukan untuk
operasi, pemeriksaan maupun pemeliharaan.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵ͷ
f. Pengawasan
1. Terhadap bejana tekan harus selalu dilakukan pengawasan untuk menghindari
risiko bahaya yang dapat timbul dan melaksanakan pemeliharaan bejana serta
alat-alat pengaman dan perlengkapan lainnya dengan sebaik-baiknya.
2. Sambungan-sambungan katup, pipa dan perlengkapan pada bejana tekan
harus selalu diperiksa kekedapannya. Kebocoran yang terjadi pada botol baja
sebagai penampung gas akan memberikan kerugian dan pada botol baja yang
berisi kelompok gas yang menyebabkan tercekik, kelompok gas mudah
terbakar dan meledak, kelompok gas beracun dan kelompok gas menyengat
dapat menimbulkan bahaya.
3. Fungsi dari alat-alat pengaman dan perlengkapan bejana tekan harus selalu
diuji ulang untuk menjamin keandalannya.
4. Bejana tekan yang berada di lingkungan zat korosif harus selalu diperiksa
kemungkinan kerusakan karena karat. Untuk botol baja yang berisi kelompok
gas korosif dapat diperiksa dengan diketuk-ketuk, bila bunyinya tidak nyaring
berarti dinding dalam telah dimakan karat yang akan mengurangi kekuatannya.
5. Pengecekan ulang botol baja harus dilakukan apabila warna sudah berubah,
luntur, warna hilang atau tertutup sehingga tidak lagi menunjukkan identitas
warna yang sesungguhnya, atau setelah dilakukan uji tekan hidrostatika ulang,
atau bila dilakukan penggantian isi dengan gas lain atas ijin Departemen
Tenaga Kerja.
h. Pelaporan
1. Dalam pengoperasian mesin pembangkit tekanan untuk bejana tekan harus
selalu diikuti dengan pencatatan rekaman data dalam buku/lembar log seperti
data tekanan dan temperatur yang dicatat setiap waktu secara berkala.
2. Pengelolaan bejana tekan harus menyimpan sertifikat uji bejana tekan dan
surat ijin pemakaian yang masih berlaku yang dikeluarkan oleh instansi
berwenang, dan mengajukan permohonan perpanjangan ijin sebelum
kadaluarsa.
3. Pengelola harus mencatat jumlah botol-botol baja beserta tanda-tanda
pengenalnya, melakukan pemeriksaan dan mencatat data-data isi gas, tekanan
dan kondisi secara berkala baik digunakan ataupun tidak digunakan.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵
BAB VIII
MEDIK
____________________________________________________________
a. Tujuan
Pedoman ini dibuat sebagai petunjuk bagi awam untuk penyelamatan apabila
terjadi kecelakaan ditempat kerja dengan tujuan agar korban menjadi atau merasa
aman dan tenang serta mencegah kondisi yang lebih buruk sambil menunggu
pertolongan dokter. Oleh karena itu pedoman ini sengaja dibuat rinci.
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi petunjuk umum : pertolongan pertama pada :
pingsan, terbakar, pendarahan, patah tulang, shock akibat aliran listrik, gigitan ular
berbisa; pernafasan buatan dan pijat jantung.
c. Bahan Acuan
1. Kartono M. Pertolongan Pertama, Gramedia, Jakarta, 1980.
2. Safety Handbook, Australia Atomic Energy Commision, 1983
3. Panduan Bahan Berbahaya, Edisi I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(1985).
4. Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja,
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Jakarta, 1989.
d. Definisi
1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat
menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang disebabkan
oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga.
2. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan
semenjak ia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ke tempat
pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja
menuju rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian
rupa sehingga karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian
kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan.
3. Perlemahan (impairment) adalah setiap gangguan atau ketidaknormalan
psikologik dan atau fisiologik dan atau struktur anatomi dan atau fungsi.
4. Ketidakmampuan (disability) adalah setiap keterbatasan atau berkurangnya
kemampuan (sebagai akibat dari perlemahan) untuk melakukan aktivitas
dengan cara atau dalam batas–batas yang dianggap normal untuk manusia.
5. Cacat (handicap) adalah kerugian yang diderita oleh seseorang sebagai akibat
dari perlemahan atau ketidakmampuan yang membatasi atau mencegah orang
itu untuk melakukan perannya yang normal untuk ukuran orang itu.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵
e. Petunjuk
Umum
1. Apabila terjadi kecelakaan di suatu unit atau daerah kerja, maka karyawan yang
mula-mula mengetahui kejadian tersebut harus memberikan pertolongan pertama.
2. Karyawan yang telah memberikan pertolongan pertama ataupun karyawan lain
yang mengetahui kejadian tersebut, harus segera menghubungi poliklinik PTNBR
atau poliklinik yang terdekat dan kepala bidang K2 guna mendapatkan bantuan
segera. Pemberitahuan perihal terjadinya kecelakaan harus singkat dan jelas
dengan menyebutkan lokasi kejadian, identitas pelapor serta peristiwa kejadian.
3. Apabila karena keadaan, poliklinik tidak dapat menangani atau merawat korban,
maka dokter yang bertugas akan mengirim korban ke unit gawat darurat RSU
terdekat guna mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
4. Atasan langsung tempat korban bekerja harus melaporkan kejadian tersebut
secara tertulis kepada Kepala Bidang K2 menggunakan formulir laporan
kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
5. Dokter poliklinik yang bertugas harus pula membuat laporan kecelakaan dengan
menyebutkan keadaan korban dan mengirimkan laporan tersebut kepada Kepala
bidang K2.
6. Kepala Bidang K2 harus melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala PTNBR.
7. Atas dasar laporan tersebut, Kepala PTNBR akan mengirimkan laporan resmi
kepada Deputi terkait tentang kecelakaan tersebut.
8. Kepala PTNBR akan meneliti sebab-sebab kecelakaan dan menentukan lebih
lanjut langkah-langkah pencegahan agar kecelakaan serupa tidak terulang lagi.
9. Setelah penderita sembuh atau tidak dirawat di rumah sakit, maka ia wajib
melaporkan diri ke dokter poliklinik PTNBR dengan menyerahkan surat keterangan
dari rumah sakit dan/atau dokter yang merawatnya kepada Kepala Bidang K2.
10. Dokter poliklinik PTNBR akan mengirimkan laporan sembuh dengan menjelaskan
tentang prosentase cacat atau keadaan lainnya dari korban kepada Kepala Bidang
K2.
11. Bila kecelakaan kerja menimpa seorang karyawan diluar kawasan atau lingkungan
kerja, maka setiap karyawan ataupun pihak keluarga yang mengetahui kejadian
tersebut harus memberitahukan ke Kepala PTNBR melalui atasan
langsung/Kepala UPN/Kepala Bidang K2.
Pertolongan Pertama
Pingsan
Apabila ada seseorang yang pingsan pada waktu menjalankan tugas karena suatu
kecelakaan, maka korban harus segera mendapatkan pertolongan pertama dari
karyawan lainnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Korban dibawa ke tempat yang teduh dan aman dimana cukup tersedia udara
bersih.
2. Ikat pinggang dilonggarkan, kaos kaki dilepas, serta baju dan sepatunya
dibuka.
3. Pernafasannya diperhatikan dengan melihat naik turunnya dada dan dinding
perut dan mendengarkan dari dekat mulut korban.
4. Apabila korban tidak bernafas, pernafasan buatan harus segera dilakukan.
5. Ujung-ujung jari kaki dan tangan, punggung dan perut dipanasi dengan botol
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵ͺ
berisi air hangat.
6. Kepada korban diberikan bau-bauan yang merangsang.
Pendarahan
Apabila seseorang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan pendarahan, langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Korban diterlentangkan atau dibaringkan dengan menegakkan atau meninggikan
bagian yang luka (kecuali bila ada patah tulang).
2. Tempat perdarahan ditekan dengan tangan secara hati-hati. Sebaiknya digunakan
perban steril untuk menutup tempat perdarahan sebelum ditekan. Selanjutnya
tempat perdarahan dibalut dengan kuat untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
3. Apabila perdarahan masih terus berlangsung, perban steril dan pembalut lain
harap ditambahkan tetapi JANGAN MELEPAS YANG PERTAMA.
4. Apabila terdapat benda asing di tempat luka, seperti : gelas, logam, kayu, dan
sebagainya, maka jangan mencabut benda tersebut. Dalam kasus ini, tekan
bagian tepi dari luka dengan menempatkan perban steril di sekeliling luka dan
balut.
5. Jika perlu bawa korban ke poliklinik terdekat untuk mendapatkan tindakan yang
medis yang lebih lengkap.
Terbakar
1. Apabila seseorang terbakar api badannya dan kemudian pingsan, maka
pertolongan pertama-tama diatasi pingsannya terlebih dahulu. Setelah sadar,
bagian yang terbakar diolesi dengan vaselin atau levertran zalf, kemudian
diselimuti. Jangan sekali-kali memecahkan kulit yang melepuh atau bengkak berisi
air.
2. Apabila seseorang terbakar bajunya, maka orang tersebut harus berguling-guling
dipasir atau dibungkus selimut untuk mematikan apinya. Setelah itu ditolong
seperti prosedur di atas. Jangan merobek atau menarik baju yang terbakar.
3. Apabila seseorang terpercik atau tersiram bahan kimia korosif pada bagian mata,
kulit, atau badan, segera disiram dengan air yang mengalir sebanyak-banyaknya
selama minimal 15 menit.
Patah tulang
Apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang, maka pada tempat yang
patah dipasang dua papan (spalk) dan kemudian diperban :
1. Tulang paha : Spalk dipasang di kanan dan kiri dari paha yang patah dan
kemudian dibalut.
2. Tulang kering betis : Spalk dipasang di kanan dan kiri dari bagian betis yang
patah dan dibalut.
3. Tulang lengan atas atau lengan bawah : Spalk dipasang di kanan dan kiri
dari tangan yang patah dan kemudian dibalut. Setelah itu digendong dengan kain
yang diikatkan pada leher.
4. Tulang telapak tangan : Spalk dipasang disebelah punggung tangan dan
kemudian dibalut. Setelah itu digendong dengan kain yang diikatkan pada leher.
5. Tulang belakang: Penderita diterlentangkan menengadah pada tempat yang keras
dan rata (papan). Diletakkan bantalan di bagian punggung dan dibalut.
6. Tulang leher : Penderita diterlentangkan menengadah. Diletakkan bantalan di
ǤͳȀʹͲͲͺ ͵ͻ
kanan kiri batang leher yang patah dan kemudian dibalut.
7. Pada patah tulang terbuka atau tulang kelihatan, maka mula-mula tempat tulang
yang keluar ditutup dengan perban steril kemudian dibalut. Setelah itu dipasang
spalk seperti prosedur di atas.
Pernafasan buatan
Apabila terjadi kecelakaan dan korban tidak bernafas, maka segera dilakukan
pernafasan buatan. Prosedur pertolongan pertama gawat darurat yang memadukan
teknik nafas buatan dan teknik sirkulasi buatan dianggap tindakan penyadaran jantung-
paru yang paling baik, untuk nafas buatan adalah pernafasan mulut ke mukut atau
nafas buatan mulut, dan teknik penyadaran yang baik untuk sirkulasi buatan yang baik
adalah pijat jantung eksternal. Dalam hal ini selalu dimulai nafas buatan mulut terlebih
dahulu. Kemudian ditentukan perlu tidaknya pijat jantung eksternal.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͶͲ
lebih keadaan berikut ini dan harus diperbaiki. Kebocoran udara; dalam hal ini
kemungkinan letak mulut penolong tidak rapat pada mulut atau hidung korban,
sehingga udara bocor ke samping. Sumbatan saluran nafas korban; dalam hal ini
jari dimasukkan ke dalam mulut korban dan benda asing, muntahan, dan bekuan
darah dikeluarkan. Jika dada masih tidak mampu menggembung, tangan diangkat
dari leher, jempol dimasukkan ke dalam mulut dan rahang bawah dicengkeram
diantara jempol dan jari dan rahang diangkat ke atas, ditahan pada kedudukan ini
sambil diteruskan melakukan pernafasan buatan.
11. Pada anak-anak dan bayi jumlah udara yang diperlukan lebih sedikit. Pada bayi
jumlah udara yang tertahan dalam dada penolong dapat mencukupi. Tetapi,
hendaknya mulut penolong segera diangkat setelah dada korban mengembung,
agar tidak terjadi kerusakan..
12. Pernafasan mulut-hidung dapat dilakukan dengan teknik sama kecuali tentunya,
mulut korban ditutup, sedangkan mulut penolong diletakkan rapat di atas hidung
korban
13. Jika penolong ragu-ragu meletakkan mulutnya di atas mulut korban, pernafasan
mulut ke mulut dengan memuaskan dapat dilakukan melalui sapu tangan.
Pupil mata diperiksa, dalam hal ini jika pupil mata terbuka lebar dan tidak berkerut jika
terkena cahaya, maka aliran darah ke otak tidak mencukupi.
Jika tidak terdapat denyut nadi atau pupil mata terbuka lebar dan tidak berkerut, pijat
jantung eksternal dimulai.
Telapak salah satu tangan diletakkan pada tulang dada sepertiga lebih rendah (tanda
“X” pada gambar 11) dan tangan lainnya di atas nadi.
Tulang dada ditekan ke arah tulang belakang dengan menekan tangan ke bawah
menggunakan bobot bagian tubuh sebelah atas.
Tekanan ini kemudian dilepas cepat-cepat. Siklus ini diulangi 60-80 kali tiap menit
untuk orang dewasa, 80-100 kali tiap menit untuk anak-anak.
Tulang dada harus bergerak 3,75 cm – 5 cm pada orang dewasa. Dada anak-anak
tidak sekuat itu dan pijat jantung eksterna pada bayi dapat dikerjakan dengan dua jari
sedangkan pada anak-anak lebih tua hingga hingga usia 10 biasanya satu tanganpun
sudah mencukupi.
Sering kali denyut jantung dieriksa untuk mengetahui apakah jantung sudah mulai
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷͳ
bergerak kembali.
Kotak P3K
1. Isi kotak P3K yang minimum harus ada adalah :
B. ANTIDOTUM
a. Tujuan
Dalam menangani keracunan, disamping dilakukan berbagai tindakan, diberikan
terapi antidotum. Maksud pemberian antidotum ini adalah mengakhiri sentuhan
racun atau menetralkan efek racun.
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷʹ
b. Ruang Lingkup
Pedoman ini dibuat untuk awam, sedangkan yang pemberiannya lewat injeksi
harus dilakukan oleh dokter.
c. Bahan Acuan
1. Panduan Bahan Berbahaya, Edisi I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (1985).
2. Manual of Early Medical Treatment of Possible Radiation SS No. 25 IAEA.
d. Definisi
Antidotum adalah suatu zat atau bahan yang berfungsi menetralkan efek racun.
Antidotum Umum terdiri dari bahan/zat perangsang muntah, bahan penyerap racun,
zat pengasam dan pengakalis air kemih. Zat perangsang muntah (emetikum) adalah
zat yang kerjanya merangsang pusat muntah pada batang otak. Efektifitasnya
meningkat bila diberikan bersamaan dengan pemberian air sebanyak 200-300 ml.
Emetikum tidak boleh diberikan pada korban-korban yang tidak sadar (pingsan), shock,
pada kasus-kasus keracunan bahan korosif kuat dan pada korban keracunan destilat
minyak bumi.
Antidotum Spesifik adalah antidotum yang penggunaanya hanya sesuai untuk penawar
racun spesific yang sesuai. Antidotum untuk logam yang paling efektif jika diberikan
segera setelah terjadi keracunan logam berat atau sejenisnya.
e. Petunjuk
Umum
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷ͵
Sub kelas Jenis Tujuan Penggunaan Dosis
asam organik oleh 1,8gr diberikan
tubulus ginjal. sebelum makan.
Intravena : 2-5
mEq/kg BB. Dosis
disesuaikan
dengan monitor pH
kemih.
Spesifik
Tabel 9. Daftar Antidotum Spesifik
Tujuan
Sub kelas Jenis Dosis
Penggunaan
Suntik : Intravena
Selatisasi logam
Kalsium dewasa : 1,5 gr/m
berat beracun atau
dinartrium permukaan tubuh
sejenisnya
edetat dibagi dalam 2
terutama.
dosis.
Suntikan
intramuskulair 1
Selatisasi logam gr diikuti dengan
Deferoksa-
berat beracun dosis tiap 4 jam
minamesilat
terutama besi. 500 mg,
Antagonis
tergantung
logam berat
respon.
Dosis diatur
secara individual
Selatisasi logam sesuai dengan
berat beracun respon. Yaitu,
Dimercaprol terutama Arsen kita-kira 2,5-
Emas dan Air 5mg/kg BB
raksa. diberikan
suntikan
intramuskulair.
C. PEMERIKSAAN KESEHATAN
a. Ruang Lingkup
Pemeriksaan Kesehatan pekerja radiasi bertujuan untuk :
1. Mengetahui kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum, selama maupun
sesudah masa kerja.
2. Menentukan apakah seseorang boleh bekerja sebagai pekerja radiasi atau tidak.
3. Menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya.
4. Untuk mengetahui apakah penyakit yang diderita oleh pekerja akibat kerja atau
bukan.
ǤͳȀʹͲͲͺ ͶͶ
kerja, dan pemeriksaan kesehatan setelah masa kerja.
c. Bahan Acuan
1. Safety Series No. 25, Medical Supervision of Radiation Worker. IAEA, VIENNA,
1968.
2. Safety Series No. 83. Radiation Protection in Occupational Health, IAEA,
VIENNA, 1987.
3. BSS No.115 IAEA, VIENNA, 2003
d. Petunjuk
Jenis pemeriksaan
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷͷ
BAB IX
a. Bahan Acuan
1. Petunjuk keamanan dan ketertiban di lingkungan Badan Tenaga Nuklir
Nasional.
2. Pengelolaan keselamatan dan keamanan kegiatan nuklir RSG-LP.
3. Keputusan Direktur Jenderal BATAN tentang Klasifikasi Kerahasiaan dan
Pengamanan Bahan Keterangan.
b. Definisi
1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang mendadak, tidak dikehendaki, tidak
direncanakan, tidak terkendali, yang dapat menyebabkan kerugian material
ataupun penderitaan bagi yang ditimpanya.
2. Alat penyelamat adalah alat yang digunakan untuk menyelamatkan orang,
sarana dan prasarana kerja dari kecelakaan, kerusakan dan kemusnahan.
3. Alat deteksi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui macam/jenis bahan,
konsentrasi dan kondisi dari sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya atau
kecelakaan.
c. Petunjuk umum
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷ
BAB X
a. Tujuan
Pemakaian alat pelindung diri pada waktu bekerja atau memasuki suatu tempat
kerja bertujuan untuk melindungi setiap karyawan dari berbagai bahaya yang
dapat menimpa dirinya dan/atau mengganggu pelaksanaan pekerjaanya.
b. Ruang Lingkup
Pedoman umum tentang peralatan kerja dan alat pelindung diri adalah pedoman
keselamatan dan kesehatan kerja yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan dalam hal
penanganan dan penggunaan pakaian dan peralatan pelindung dari bahaya
kecelakaan kerja yang ada di PTNBR BATAN Bandung
c. Bahan Acuan
d. Petunjuk
1. Setiap karyawan dalam melakukan pekerjaan yang berbahaya atau memasuki
tempat kerja yang berbahaya baik terhadap kesehatan maupun
keselamatannya harus memakai alat-alat pelindung diri yang sesuai dengan
jenis pekerjaannya dan tingkat bahaya yang dihadapinya.
2. Setiap karyawan berkewajiban merawat dan memelihara alat pelindung diri
yang diterimanya agar selalu dalam keadaan baik dan bersih.
3. Setiap kerusakan alat pelindung diri, haruslah segera dilaporkan kepada Bidang
K2 atau atasan langsungnya guna perbaikan atau mendapatkan penggantian
dengan alat-alat pelindung diri yang baru.
4. Setiap karyawan harus mengembalikan dan menempatkan pakaian kerja dan
alat pelindung diri pada tempat yang ditentukan.
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷ
Tabel 10. Jenis Alat Pelindung Diri
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷͺ
Bagian tubuh yang
Faktor bahaya Alat-alat proteksi diri
perlu dilindungi
Kepala Helm asbes.
Sarung, pakaian, pelindung dari
Lain-lain bagian asbes atau bahan lain yang
tahan panas/api.
Panas
Sepatu dengan sol berisolator /
Kaki
bahan tahan panas.
Goggle dengan lensa tahan
Mata
sinar infra merah
Kepala. Penutup kepala plastik.
Sarung tangan plastik, karet
Tangan, lengan, jari.
Basah dan air berlengan panjang.
Tubuh. Pakaian khusus
Kaki, tungkai. Sepatu boot karet
Terpeleset, jatuh Kaki. Sepatu anti slip
Kepala Helm kerja (logam)
Sarung tangan kulit, dilapisi
Jari, tangan, lengan
logam, berlengan panjang
Terpotong, tergosok Tubuh Jaket kulit
Celana kulit dengan decker
Betis, tungkai.
pada lutut dan pergelangan kaki
Mata-kaki, kaki Sepatu dilapisi baja, zool kayu.
Kepala Penutup kepala plastik
Muka Sun block, pelindung plastik.
Sun block, sarung tangan karet,
Dermatis, atau Jari, tangan, lengan
plastic
radang kulit
Tubuh Penutup karet, plastik.
Betis, tungkai, mata-
Sepatu karet, zool kayu
kaki, kaki
Kepala Penutup kepala plastik, karet.
Sarung tangan karet tahan
Jari, tangan, lengan. sampai 10.000 volt selama 3
Listrik.
menit.
Tubuh, betis, tungkai, Pelindung yang bahayanya dari
mata kaki, kaki. karet
Kepala Penutup kepala
Jari, tangan, lengan Sarung tangan tahan api
Mesin-mesin.
Tubuh Jaket dari karet
Betis, mata kaki Celana tahan api atau decker.
Goggle, kacamata dengan filter
Sinar silau. Mata
khusus.
Mata Goggle, kacamata filter khusus.
Penutup muka dengan
Percikan api dan Muka
kacamata filter khusus.
silau pada
Jaket tahan api (asbes) atau
pengelasan. Tubuh
kulit.
Kaki Sepatu dilapisi baja.
Kepala Penutup kepala khusus.
Goggle, kacamata dengan filter
Penyinaran sedang Mata
lensa.
Muka Pelindung muka khusus.
Kepala Penutup kepala khusus.
Penyinaran kuat. Goggle dengan filter khusus dari
Mata, muka
logam/plastik.
Kebisingan Telinga Earmuff
ǤͳȀʹͲͲͺ Ͷͻ
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI
Jl. Tamansari No.71
Telp.(022) 2503997 Fax.(022) 250481
http://www.batan-bdg.go.id
BANDUNG 40132
ǤͳȀʹͲͲͺ ͳ