Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan filsafat diawali dari rasa ingin tahu, kemudian meningkatnya rasa
ingin tahu, lalu kebiasaan penalaran yang radikal dan divergen yang kemudian terbagi dua yaitu
berkembangnya logika (Deduktif) dan Induktif, selanjutnya gabungan logika deduktif dan
induktif yaitu proses Logika, hipothetico dan verifikasi, terakhir adalah berkembangnya
kreativitas. Seperti tergambar pada bagan dibawah ini :
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah
– langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode
ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari
berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan
masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir
deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif .Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode
penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam
keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.
Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan
keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang
kurang dikuasai
Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika dan statistik.
Bagaimana mungkin seorang bisa melakukan penalaran yang cermat, tanpa menguasai
struktur bahasa bahasa yang tepat.
Memang betul tidak semua masalah membutuhkan analisa statistik, namun hal ini bukan
berarti, bahwa kita tidak peduli terhadap statistik sama sekali dan berpaling kepada cara-cara
yang justru tidak bersifat ilmiah.
PEMBAHASAN
A. Bahasa
2. alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau fungsi
kohesif
Didalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur
penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi ketiga unsur ini.
Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi bebas dari pengaruh
unsur emotif. Sedangkan perkembangan seni dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif.
2. arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang mengandung bahasa.
Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat
timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa
2. Filsafat Analitik
Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berfikir dn berfilsafat tetapi juga sebagai bahan
dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filafat.
B. Logika
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, definisi dirujuk dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003 : 680) Logika disebut juga sebagi penalaran. Penalaran adalah suatu proses
penemuan kebenaran dan setiap jenis penalaran memiliki kreteria kebenarannya masing-masing.
C. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “Artifisial” yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki
seseorang anak maka obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang dengan x.
dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang anak. Bila
dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya “jarak yang ditempuh seoang anak” (y). maka
dapat dibuat lambang hubungan tersebut sebagai z = y/x, di mana z melambangkan waktu
berjalan kaki seorang anak. Pernyataan z = y/x kiranya jelas : Tidak mempunyai konotasi
emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z, artinya
matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak menimbulkan
konotasi yang bersifat emosional.
Dengan bahasa verbal bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan umpamanya
Gajah dan semut, maka hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut, kalau ingin
menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan dengan semut, maka kita mengalami
kesukaran dalam mengemukakan hubungan itu, bila ingin mengetahui secara eksak berapa besar
gajah bila dibandingkan dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apa-
apa.
Untuk itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran, maka dapat
mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila
dipanaskan. dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan
kualitatif seperti sebatang logam bisa dipanaskan akan memanjang: dapat diganti dengan
pernyataan matematika yang lebih eksak umpamanya :
P1 = P0 (1 +ñ)
P1 pajang logam pada temperature t. P0 merupakan panjang logam pada temperature nol dan
n merupakan koefesiansi pemuai logam tersebut.
1. tahap sistematik
Dalam tahap ini ilmu menggolongkan unsur-unsur empiris ke dalam kategori tertentu
2. tahap komparatif
3. tahap kuantitatif
4. Perkembangan matematika
1. Matematika yang berkembang pada peradaban Mesir kuno dan sekitarnya, menggunakan
aspek praktis matematika yang berpadu dengan aspek mistik dari agama
2. Matematika yang berkembang pada perdaban Yunani, mengunakan aspek estetik yang
merupakan dasar matematika sebagai cara berfikir rasional.
1. Filsafat logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi matematika merupakan cara berpikir
logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
2. Filsafat Intusionis
3. Filsafat Formalis
D. Statistik
Statistik mengandung berbagai macam pengertian antara lain kumpulan data, bilangan
maupun non bilangan yang disusun dalam tabel atau diagram yang melukiskan atau
menggambarkan suatu persoalan.
Dengan memasyarakatnya berfikir ilmiah, memungkinkan suatu hari berfikir statistik akan
merupakan keharusan bagi manusia seperti membaca dan menulis.
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Semua penyataan ilmiah adalah bersifat faktual, di mana konsekuensinya dapat
diuji dengan baik dengan jalan mempergunakan panca indera, maupun dengan mempergunakan
alat-alat yang membantu panca indera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu
mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan pengetahuna lainnya.
Pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipitesa yang
diajukan. Sekiranya hipotesa itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis
tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan
dengan kenyataan maka hipotesa itu ditolak.
Pengujian mengharuskan untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus
yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak
umur 10 tahun di sebuah tempat, maka nilai tinggi rata-rata anak yang dimaksud itu merupakan
suatu kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-kasus anak umum 10 tahun di tempat itu. Jadi
dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Di pihak lain maka
penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang
bersifat umum dengan mempergunakan deduksi.
Penarikan kesimpulan tidak sama dan tidak boleh dicampur adukan, Logika deduktif
berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan, sedangkan logika
induktif berpaling kepada statistik. Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan
kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin tinggi tingkat
ketelitian kesimpulan tersebut. Statistik juga memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu
hubungan antara dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar terkait dalam
hubungan yang bersifat empiris.
Statistik merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan
secara ilmiah. Statistik mampu melakukan proses generalisasi dan menyimpulkan karekteristik
suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Persamaan matematika dan statistik adalah sama – sama digunakan sebagai sarana berpikir
ilmiah.
PENUTUP
Sarana berfikir ilmiah adalah alat untuk membantu proses metode ilmiah untuk
mendapatkan ilmu dan teori yang lain. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sarana berfikir ilmiah
bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah,
sehingga diharapkan untuk dapat memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah terdiri dari : Bahasa, logika, matematika dan statistika.
Daftar Pustaka
Susriasumantri, Jujun S. 1987. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar
Harapan.
Nasution, Andi Hakim. 1999. Pengantar ke Filsafat Saint. Jakarta : Litera Antarnusa.
www. Yahoo.com
Berdasarkan
Metode-metode
Ilmiah8
Sarana berpikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. “Sarana berpikir
ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan
pengetahuan. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu menggunakan
penalaran induktif dan deduktif, dan sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara tersebut.
Berdasarkan cara mendapatkan pengetahuan tersebut jelaslah bahwa sarana berpikir ilmiah
bukanlah ilmu, melainkan sarana ilmu yang berupa : bahasa, logika, matematika, dan statestika”.
Sedangkan “fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik
secara deduktif maupun secara induktif9.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan
baik pula. Maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar
peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun
logika induktif. Ilmu dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif
dan induktif.
Karena masalah yg dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada yang nyata pula. •
Ilmu diawali dgn fakta dan diakhiri dgn fakta yang perlu ...