You are on page 1of 8

Pengertian menurut Terminologi : suatu pekerjaan yang mempersyaratkan

pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental


Pengertian menurut Etimologi : Prefesion (ahli dan mampu dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu)
Tujuan agar para peserta didika dapat menjadi siswa siawi yang berkepribadian
baik dan pelajaran yang di berikan oleh guru yang professional dapat dicerna
dan diterima dengan baik dan dimanfaatkan dgn sebaik baiknya

Ruang Lingkup Profesi Keguruan

Ruang lingkup layanan guru dalam melaksanakan profesinya, yaitu terdiri atas (1)
layanan administrasi pendidikan; (2) layanan instruksional; dan (3) layanan
bantuan, yang ketiganya berupaya untuk meningkatkan perkembangan siswa
secara optimal.

Pertama. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi
pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka
kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang
jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala
permasalahan dari materi yang disampaikan.

Kedua. Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat
kepandaian yang berbeda-beda.
Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat
lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini,
maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk
menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana
untuk menjelaskan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan
contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.

Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas. Jangan membawa persoalan-


persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam
kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.

Keempat. Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah
tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang
masih sangat labil emasinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya
yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan
kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai
dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi
tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa
untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.

Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan


memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari
siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk dapat
menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari
jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita
mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi.
Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan
belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan
cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak
berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap
pendidikan/pengajaran kita akan berhasil. Keenam. Memiliki rasa malu dan rasa
takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat ini.
Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan
salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita
lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita
lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah
akan terus dilakukan atau tidak.

Ketujuh. Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini
banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri
ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima
kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan
penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana
dan jika masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang
tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan
gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj berlalu.”

Kedelapan. Tidak sombong.Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan


membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di
lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan
mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun
pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan
berlaku kasar pada siswa.

Kesembilan. Berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian


kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang
kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa
yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.

A. Pengertian, Maksud, dan Tujuan

Kode etik guru dirumuskan sebagai hasil kongres PGRI XIII pada 21-25 November 1973
di Jakarta.

Kode etik guru dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan yang berkaitan dengan
baik dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti kesopanan, sopan
santun dan keadaban.

Sedangkan maksud dan tujuan diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas
pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak
terlindungi sebagaimana layaknya. Dengan adanya kode etik guru dapat dijadikan
pedoman agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan.

B. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia

Adapun rumusan kode etik yang merupakan kerangka pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil Kongres PGRI XIII,
yang terdiri dari sembilan item berikut ini:

a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia


pembangunan yang ber-Pancasila.

Maksud dari rumusan ini, sesuai dengan roeping-nya, guru harus mengabdikan dirinya
secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani
maupun rohani, baik fisik maupun mental agar menjadi insan pembangunan yang
menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan
mendasarkan pada sila-sila dalam Pancasila. Guru harus membimbing anak didiknya
kearah hidup yang selaras, serasi dan seimbang.

b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan


kebutuhan anak didik masing-masing.

Berkaitan dengan item ini, maka guru harus mampu mendesain program pengajaran
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih penting lagi guru
harus menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan kebutuhan anak didik.
Kurikulum dan program pengajaran untuk tingkat SD harus juga diterapkan di SD,
kurikulum untuk tingkat perguruan tinggi harus juga diterapkan untuk perguruan tinggi
dan begitu seterusnya. Bukan asal gampangnya saja, kurikulum dan program untuk SMP
dapat digunakan di SD, di SMA dan bahkan digunakan untuk perguruan tinggi. Hal
semacam ini berarti guru sudah melanggar kejujuran professional.

c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak


didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

Dalam kaitan belajar-mengajar, guru perlu mengadakan komunikasi dan hubungan baik
dengan anak didik. Hal ini terutama agar guru mendapat informasi secara lengkap
mengenai diri anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik anak didik ini,
maka akan sangat membantu bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses
belajar-mengajar yang optimal. Untuk ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yakni:

1) segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak didik,
tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga sifat terbuka, berani
mengemukakan pendapat dan segala masalah yang dihadapinya.

2) Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur kasih
sayang, ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar, ramah, terbuka.
3) Diusahakn guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar tidak
menimbulkan suasana konflik. Sebab harus dimaklumi bahwa sekolah atau kelas
merupakan kumpulan subjek-subjek yang heterogen, sehingga keadaannya cukup
kompleks.

Kemudian yang harus diingat oleh guru adalah dalam mengadakan komunikasi.
Hubungan yang harmonis dengan anak didik itu tidak boleh disalahgunakan. Dengan sifat
ramah, kasih sayang dan saling keterbukaan dapat diperoleh informasi mengenai diri
anak didik secara lengkap. Ini semata-mata demi kepentingan belajar anak didik, tidak
boleh untuk kepentingan guru, apalagi untuk maksud-maksud pribadi guru itu sendiri.

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan


orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah, maksudnya bagaimana guru itu dapat
menciptakan kondisi-kondisi optimal, sehingga anak itu merasa belajar, harus belajar,
perlu dididik dan perlu bimbingan. Usaha menciptakan suasana kehidupan sekolah
sebagaimana dimaksud di atas, akan menyangkut dua hal.

Pertama, yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas secara langsung. Untuk
ini meliputi hal-hal berikut:

1) Pengaturan tata-ruang kelas yang lebih kondusif untuk kepentingan pengajaran.

2) Menciptakan iklim atau suasana belajar-mengajar yang lebih serasi dan


menyenangkan, misalnya pembinaan situasi keakraban di dalam kelas. Untuk
menciptakan iklim yang lebih serasi ini antara lain dengan:

a) adanya keterikatan antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak didik;

b) menetapkan standar tingkah-laku;

c) diadakan diskusi-diskusi kelompok;

d) memberi penghargaan dan pemeliharaan semangat kerja.

Kedua, menciptakan kehidupan sekolah dalam arti luas, yakni meliputi sekolah secara
keseluruhan. Dalam hubungan ini dituntut adanya hubungan baik dan interaksi antara
guru dengan guru, guru dengan anak didik, guru dengan pegawai, pegawai dengan anak
didik. Dengan demikian, memang dituntut adanya keterlibatan semua pihak di dalam
lembaga kependidikan, sehingga dapat menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

Selanjutnya dalam mengusahakan keberhasilan proses belajar-mengajar itu, guru juga


harus membina hubungan baik dengan orang tua murid. Melalui hal ini dapat mengetahui
keadaan anak didiknya dan bagaimana kegiatan belajarnya di rumah. Juga untuk
mengetahui beberapa hal tentang anak didik melalui orang tuanya, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk menentukan kegiatan belajar-mengajar yang lebih baik.
Hubungan baik antara guru dengan orang tua murid merupakan faktor yang tidak dapat
ditinggalkan, karena keberhasilan belajar anak didik tidak dapat dipisahkan dengan
bagaimana keadaan dan usaha orang tua murid. Apalagi kalau dikaitkan dengan tugas dan
kewajiban guru sebagai pendidik, dalam upaya membina kepribadian anak didik, maka
andil orang tua sangat menentukan (ingat tri pusat pendidikan).

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolahnya maupun


masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

Sesuai dengan tri pusat pendidikan, masyarakat ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan
pendidikan. Oleh karena itu, guru juga harus membina hubungan baik dengan
masyarakat, agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar.
Dalam hal ini mengandung dua dimensi penglihatan, yakni masyarakat di sekitar sekolah
dan masyarakat yang lebih luas. Dilihat dari segi masyarakat di sekitar sekolah, bagi guru
sangat penting untuk selalu memelihara hubungan baik, karena guru akan mendapat
masukan, pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau perkembangan masyarakat
itu. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai usahabangan sumber belajar yang lebih mengena
demi kelncaran proses belajar mengajar. Sebagai contoh guru yang sedang menerangkan
sesuatu pelajaran, kemudian untuk memperjelas dapat diberikan ilustrasi dengan
beberapa perkembangan yang terjadi di masyarakat sekitar. Di samping itu, kalau sekolah
mengadakan berbagai kegiatan, sangat memerlukan kemudahan dari masyarakat sekitar.

Selanjutnya kalau dilihat dari masyarakat secara luas, keterikatan atau hubungan baik
guru dengan masyarakat itu akan mengembangkan pengetahuan guru tentang persepsi
kemasyarakatan yang lebih luas. Misalnya tentang budaya masyarakat dan bagaiamana
masyarakat sebagai pemakai lulusan.

f. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan


meningkatkan mutu profesinya.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, guru harus selalu


meningkatkan profesinya, baik dilaksanakan secara perseorangan ataupun secara
bersama-sama. Hal ini sangat penting, karena baik buruknya layanan akan mempengaruhi
citra guru di tengah-tengah masyarakat. Adapun cara-cara meningkatkan profesi guru
dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Secara sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:

a) Menekuni dan mempelajari secara kontinu pengetahuan-[engetahuan yang


berhubungan dengan teknik atau proses belajar-mengajar secara umum, misalnya
pengetahuan-pengetahuan tentang PBM (Proses Belajar Mengajar), ilmu-ilmu lain yang
relevan dengan tugas keguruannya.

b) Mendalami spesialisasi bidang studi yang diajarkan;


c) Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas keprofesiannya;

d) Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan


pengajaran;

e) Melakukan supervisi dialog dan konsultasi dengan guru-guru yang sudah lebih
senior.

2) Secara bersama-sama, dapat dilakukan misalnya dengan:

a) Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya.

b) Mengikuti program pembinaan keprofesian secara khusus, misalnya program akta


ataupun reedukasi bagi yang merasa belum memenuhi kompetensinya.

c) Mengsdakan kegiatan diskusi dan saling tukar pikiran dengan teman sejawa
terutama yang berkait dengan peningkatan mutu profesi.

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam lingkungan keseluruhan.

Kerja sama dan pembinaan hubungan anatar guru di lingkungan tempat kerja, merupakan
upaya yang sangat penting. Sebab dengan pembinaan kerja sama anatarguru disuatu
lingkungan kerja akan dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja, bahkan juga
sebagi langkah-langkah peningkatan mutu profesi guru secara keseluruhan, termasuk
guru-guru di luar lingkungan tempat kerja. Hal ini dapat memberi masukan dan
menambah pengalaman masing-masing guru, karena mungkin perkembangan di suatu
daerah berbeda dengan perkembangan daerah lain (studi komparasi).

h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatakan mutu


organisasi guru profesional sebagai saran pengabdiannya.

Salah satu ciri profesi adalah dimilikinya organisasi profesional. Begitu juga guru sebagai
tenaga profesional kependidikan, juga memiliki organisasi profesional. Di Indonesia,
wadah atau organisasi profesional itu adalah PGRI, atau juga ISPI. Untuk meningkatkan
pelayanan dan sarana pengabdiannya, organisasi itu harus terus dipelihara, dibina bahkan
ditingkatkan mutu dan kekompakan. Sebab dengan peningkatan mutu organisasi berarti
akan mampu merencanakan dan melaksanakan program yang bermutu dan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.karena itu organisasi PGRI dan ISPI harus lebih
ditingkatkan dan perlu setiap kali mengadakan pertemuan antar para guru di berbagai
daerah atau mungkin secara nasional. Dalam pertemuan itu dibicarakan program yang
bermanfaat, terutama bagaimana upaya meningkatkan mutu organisasi tersebut.
Peningkatan mutu organisasi profesional itu, disamping untuk melindungi kepentingan
anggota (para guru) juga sebagai wadah kegiatan pembinaan dan peningkatan mutu
profesionalisme guru.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan.

Guru adalah bagian warga negara dan warga masyarakat yang merupakan aparat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), atau aparat pemerintah di bidang
pendidikan. Pemerintah c.q. departemen pendidikan dan kebudayaan sebagai pengelola
bidang pendidikan sudah pasti memiliki ketentuan-ketentuan yang merupakan policy,
agar pelaksanaannya dapat terarah.

Guru sebagai aparat departemen pendidikan dan pelaksana langsung kurikulum dan
proses belajar mengajar, harus memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh pemerintah mengenai bagaimana menangani persoalan-persoalan
pendidikan. Dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan itu,
diharapkan proses pendidikan berjalan lancar sehingga bisa menopang pelaksanaan
pembangunan bangsa secara integral.

Tetapi harus diingat bahwa kebijaksanaan atau ketentuan-ketentuan pemerintah itu


biasanya bersifat umum. Oleh karena itu guru sebagai pelaksana yang paling operasional
harus memahami secara cermat dan kritis serta mengembangkannya secara rasional dan
kreatif yang akhirnya dapat mendukung polyce pihak departemen pendidikan dan
kebudayaan tersebut. Untuk mengarahkan kepada maksud-maksud sebagaimana
disebutkan di atas, maka perlu dilakukan hal-hal antara lain sebagai berikut:

1) Guru harus memahami betul-betul maksud dan arah pendidikan kebijaksanaan


nasional, agar dapat mengambil langkah-langkah secara tepat.

2) Guru harus terus-menerus meningkatkan profesi dan kesadaran guru untuk


memenuhi hakikat keprofesiannya.

3) Dilakukan penilaian, pengawasan dan sanksi yang objektif dan rasional.

4) Pemimpin lembaga-lembaga pendidikan harus bersifat terbuka, dalam upaya


menerjemahkan setiap ketentuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

5) Guru yang semata-mata sebagai kiat dan pelaksana pemerintah di bidang


kurikulum dan proses belajar mengajar, perlu netral, tidak memihak pada golongan apa
pun.

6) Dalam menetapkan kebijaksanaan pemerintah (Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan), yang berkenaan dengan pembaruan di bidang pendidikan, perlu
diupayakan kerja sama antara pemerintah dengan organisasi profesional guru (PGRI) dan
juga dengan ISPI.

Dengan memahami sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas, diharapkan
guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada subjek
belajar yang dihadapi oleh anak didik/subjek belajar berarti akan dapat dipecahkan atas
bimbingan guru dan kemampuan serta kegairahan mereka sendiri. Dengan deimikian,
kegiatan belajar-mengajar akan berjalan dengan baik

B. Arti Definisi / Pengertian Budaya Kerja

Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu
kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan
serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan
Drs. Tri Guno, LLM )

C. Tujuan Atau Manfaat Budaya Kerja

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di
masa yang akan datang.

Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :


1. meningkatkan jiwa gotong royong
2. meningkatkan kebersamaan
3. saling terbuka satu sama lain
4. meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. meningkatkan rasa kekeluargaan
6. membangun komunikasi yang lebih baik
7. meningkatkan produktivitas kerja
8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.

Kemuliaan seorang guru adalah mampu memberikan layanan terbaik kepada


peserta didiknya. Mampu menjadi mata air bagi peserta didik untuk menghilangkan rasa
haus dan dahaga akan ilmu. Jeli melihat kebutuhan dan kondisi siswa.

You might also like