You are on page 1of 148

HUBUNGAN ANTARA KINERJA MENJAHIT DENGAN

SIKAP WIRASWASTA PADA KELOMPOK BELAJAR

MENJAHIT DI KELURAHAN BONGSARI

KECAMATAN SEMARANG BARAT

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata-1
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Nama : Sri Mulyani
NIM : 544400021
Program Studi : PKK S1 Konsentrasi Tata Busana
Jurusan : Teknologi Jasa dan Produksi

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Maonah Rahmadi Dra. Uchiyah Achmad, M.Pd.


NIP. 130219373 NIP. 130604209

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KINERJA MENJAHIT


DENGAN SIKAP WIRASWASTA PADA KELOMPOK BELAJAR MENJAHIT
DI KELURAHAN BONGSARI KECAMATAN SEMARANG BARAT” ini telah
dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang pada :
Hari : Senin
Tanggal : 28 November 2005

Panitia Ujian :

Ketua Sekretaris

Dra. Dyah Nurani Setyaningsih. M.Kes. Dra. Erna Setyowati, M Pd.


NIP.1317664485 NIP. 131570062

Anggota Penguji

1. Dra. Hj. Hartatiati S.


NIP. 130367994

2. Dra. Maonah Rahmadi


NIP. 130219373

3. Dra. Uchiyah Achmad ,M.Pd


NIP. 130604209

Dekan Fakultas Teknik


Universitas Negeri Semarang

Prof. Dr. Soesanto


NIP. 130875753

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini

benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis dari orang lain,

baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Oktober 2005

Sri Mulyani
NIM. 5444000021

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu


maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga
(HR. Muslim)

PERSEMBAHAN:

Karya ini kupersembahkan kepada

1. Bapak dan Ibu tercinta atas dukungan dan


doanya

2. Seluruh keluarga yang selalu mendoakanku

3. Teman-teman seperjuangan

4. Almamater yang kubanggakan

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai

dengan rencana. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak. Pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Univeritas Negeri Semarang

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, atas ijin yang telah

diberikan kepada penulis dalam penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Teknologi Jasa Produksi Fakultas Teknik UNNES

4. Dra. Maonah Rahmadi dan Dra. Uchiyah Achmad, M.Pd selaku pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Kepala Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

vi
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuan

yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat kepada kita semua. Amin.

Semarang, 2005

Penulis

(Sri Mulyani)

vii
ABSTRAK

Sri Mulyani. 2005, “Hubungan Antara Kinerja Menjahit Dengan Sikap


Wiraswasta Pada Kelompok Belajar Menjahit Di Kelurahan Bongsari
Kecamatan Semarang Barat”. Skripsi. Jurusan Teknologi Jasa Dan
Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1.
Dra. Maonah Rahmadi, 2. Dra. Uchiyah Achmad, M.Pd.
Kata Kunci : Kinerja Menjahit, Sikap Wiraswasta

Kelompok belajar menjahit diselenggarakan dengan tujuan memberikan


pengetahuan dan keterampilan pada bidang jahit menjahit kepada warga belajar,
dengan harapan agar mereka mampu bekerja atau menciptakan lapangan kerja
pada bidang jahit menjahit, misalnya modiste, konveksi, tailor dan sebagainya.
Idealnya, setelah mengikuti kelompok belajar menjahit, warga belajar akan
mempunyai kinerja menjahit yang lebih baik dan berwiraswasta menciptakan
lapangan kerja baru di bidang jahit menjahit.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kinerja menjahit dan sikap wiraswasta pada
kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat.
Manfaat yang diharapkan adalah memberi masukan kepada pemerintah Kelurahan
Bongsari untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi seluruh warganya.
Penelitian ini dilakukan pada warga belajar menjahit di Kelurahan
Bongsari Kecamatan Semarang Barat, dengan jumlah sampel 28 yang ditentukan
dengan random sampling. Variabel bebas adalah kinerja menjahit, dan variabel
terikatnya adalah sikap wiraswasta. Analisis data dilakukan dengan korelasi
product moment. Analisa data dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji
prasyarat normalitas karena penelitian ini bersifat parametrik.
Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,5884 yang
signifikan pada taraf signifikansi 5%, sehingga disimpulkan ada hubungan antara
kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta pada kelompok belajar menjahit di
Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat. Faktor kinerja menjahit
memberikan sumbangan sebesar 34,6200% terhadap sikap wiraswasta yang
dimiliki oleh warga belajar. Dengan demikian masih ada faktor lain yang turut
memberikan sumbangan terhadap sikap wiraswasta, yaitu sebesar 65,3800%.
Disarankan warga belajar hendaknya selalu berusaha untuk meningkatkan
kinerja menjahit serta memacu untuk meningkatkan kinerja dan sikap
wiraswastanya dengan cara selalu mengikuti kelompok belajar dengan disiplin
dan selalu mengerjakan tugas praktek yang diberikan tutor. Bagi pemerintah
kelurahan dan tutor hendaknya selalu mendorong dan memfasilitasi warga
masyarakat dengan menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan membuka unit
koperasi yang dapat menjual hasil karya kelompok belajar, sehingga warga
masyarakat mempunyai jiwa wiraswasta yang baik.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

SARI..................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Permasalahan .............................................................................................. 5

C. Penegasan Istilah......................................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

F. Sistematika Skripsi...................................................................................... 9

BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS


A. Kinerja Menjahit ...................................................................................... 12

1. Pengertian Kinerja............................................................................... 12

2. Pengertian Menjahit ............................................................................ 13

ix
3. Kinerja Menjahit pada Warga Belajar................................................. 14

B. Sikap Wiraswasta ...................................................................................... 44

1. Pengertian Wiraswasta ........................................................................ 44

2. Unsur-unsur Sikap Wiraswasta ........................................................... 46

3. Sikap-sikap Wiraswasta ...................................................................... 48

C. Kerangka Berpikir..................................................................................... 55

D. Hipotesis.................................................................................................... 57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Penentuan Objek Penelitian ...................................................................... 58

B. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 61

C. Penyusunan Instrumen .............................................................................. 63

D. Uji Coba Instrumen ................................................................................... 64

E. Teknik Analisis Data................................................................................. 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian .............................................. 72

B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 72

C. Analisis Data ............................................................................................. 76

1. Uji Prasyarat Analisis ......................................................................... 76

2. Analisis Tahap Akhir .......................................................................... 78

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................... 85

B. Saran.......................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87

LAMPIRAN.......................................................................................................... 89

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian............................................................ 63

Tabel 3.2. Interpretasi Tingkat Korelasi............................................................... 70

Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian .......................................................... 72

Tabel 4.2. Daftar Distribusi Frekuensi Data Variabel Kinerja Menjahit ............. 73

Tabel 4.3. Daftar Distribusi Frekuensi Data Variabel Sikap Wiraswasta............ 75

Tabel 4.4. Statistik untuk Perhitungan Korelasi................................................... 79

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Mesin Jahit Lurus ................................................................................. 15

Gambar 2 Memasang Jarum Mesin ...................................................................... 15

Gambar 3 Memasang Benang Atas....................................................................... 16

Gambar 4 Cara Memasang Benang Pada Kumparan............................................ 17

Gambar 5 Memasukkan Kumparan pada Rumah Kumparan ............................... 17

Gambar 6 Menaikkan Benang Bawah ` ................................................................ 18

Gambar 7 Kepala Mesin ....................................................................................... 18

Gambar 8 Setikan untuk Kerutan.......................................................................... 19

Gambar 9 Cara Meminyaki Mesin Bagian Kepala ............................................... 20

Gambar 10 Cara Meminyaki Bagian Atas ............................................................ 21

Gambar 11 Cara meminyaki Bagian Kaki dan Bagian Bawah Mesin .................. 21

Gambar 12 Mesin Obras ....................................................................................... 22

Gambar 13 Alat membuat Pola ............................................................................. 24

Gambar 14 Alat Pemberi Tanda pada Kain .......................................................... 25

Gambar 15 Bentuk Gunting untuk Berbagai Jenis Bahan .................................... 26

Gambar 16 Alat Tambahan dalam Menjahit......................................................... 27

Gambar 17 Cara Mengukur................................................................................... 29

Gambar 18 Penyelesaian dengan Depun............................................................... 34

Gambar 19 Penyelesaian dengan Serip ................................................................. 34

Gambar 20 Penyelesaian dengan Rompok............................................................ 35

Gambar 21 Saku Tempel....................................................................................... 36

xii
Gambar 22 Saku Dalam ....................................................................................... 36

Gambar 23 Tusuk Jelujur ...................................................................................... 37

Gambar 24 Setikan Lurus ..................................................................................... 37

Gambar 25 Setikan Jelujur .................................................................................... 38

Gambar 26 Setikan Lengkung............................................................................... 38

Gambar 27 Setikan Penguat .................................................................................. 39

Gambar 28 Kampuh Buka .................................................................................... 39

Gambar 29 Kampuh Pipih..................................................................................... 40

Gambar 30 Kampuh Tutup.................................................................................... 40

Gambar 31 Kampuh Balik .................................................................................... 40

Gambar 32 Penyelesaian dengan Setik ................................................................. 41

Gambar 33 Penyelesaian dengan Obras................................................................ 41

Gambar 34 Belahan Lapisan Sama ....................................................................... 42

Gambar 35 Belahan Amerika................................................................................ 43

Gambar 36 Belahan Tutup Tarik........................................................................... 44

Gambar 4.1 Diagram Dstribusi Frekuensi Kinerja Menjahit ................................ 74

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Sikap Wiraswasta ............................. 76

Gambar 4.3 Bagan Pengujian t hitung .................................................................. 81

Gambar 4.4 Diagram Sumbangan Kinerja Menjahit terhadap Sikap Wiraseasta . 82

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian....................................................... 89

Lampiran 2. Pedoman Penilaian Kinerja Menjahit Sebelum Uji Coba ............. 92

Lampiran 3. Instrumen Sikap Wiraswasta Sebelum Uji Coba .......................... 95

Lampiran 4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Kinerja Menjahit ................... 99

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Validitas Hasil Uji Coba Instrumen Kinerja


Menjahit ...................................................................................... 100
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Reliabilitas hasil Uji coba instrumen Kinerja
Menjahit ...................................................................................... 101
Lampiran 7. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Sikap Wiraswasta................ 104

Lampiran 8. Pedoman Penilaian Kinerja Menjahit Setelah Uji Coba ............. 105

Lampiran 9. Instrumen Sikap Wiraswasta Setelah Uji Coba .......................... 108

Lampiran 10. Data Induk Hasil Penelitian Kinerja Menjahit ............................ 112

Lampiran 11. Data Induk Hasil Penelitian Sikap Wiraswasta........................... 113

Lampiran 12. Rekapitulasi Data Induk.............................................................. 114

Lampiran 13. Tabel Bantuan Pengolahan Data Induk Penelitian...................... 115

Lampiran 14. Uji Normalitas Sebaran Data Variabel Kinerja Menjahit ........... 116

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Uji Normalitas Kinerja Menjahit ............... 117

Lampiran 16. Uji Normalitas Sebaran Data Variabel Sikap Wiraswasta.......... 124

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Uji Normalitas Sikap Wiraswasta .............. 125

Lampiran 18. Pengujian Korelasi Kinerja Menjahit dan Sikap Wiraswasta ..... 133

Lampiran 19. Tabel Harga kritik dari r Product Moment.................................. 135

Lampiran 20. Daftar Tabel Distribusi t.............................................................. 136

Lampiran 21. Gambar Pola Sistem Alwine ....................................................... 137

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha sadar untuk

membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, yaitu manusia yang bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian unggul,

mandiri, jujur, berpikir maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,

mempunyai etos kerja tinggi, profesional, bertanggung jawab dan produktif.

Apabila dicermati maka dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan dilihat dari

sektor bidang usaha, adalah untuk mengembangkan kemampuan warga

belajar sehingga mempunyai keterampilan, berdisiplin, beretos kerja tinggi,

profesional, bertanggung jawab dan produktif.

Sebagai salah satu sub sistem dari sistem pendidikan nasional,

penyelenggaraan pendidikan luar sekolah berperan penting dalam pencapaian

tujuan pendidikan nasional. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dengan

maksud untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berorientasi

pada bidang kerja tertentu. Berbeda dari pendidikan jalur sekolah,

penyelenggaraan pendidikan luar sekolah lebih menekankan pada pemberian

bekal kepada warga belajar agar mereka mampu menghidupi dirinya sendiri

(Pidarta,1997:22). Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendidikan luar

sekolah, warga belajar akan mempunyai sumber penghidupan yang layak bagi

dirinya dan atau keluarganya. Salah satu contoh dari pendidikan luar sekolah

1
2

yang ada di masyarakat adalah kursus atau kelompok belajar menjahit.

Kelompok belajar merupakan kumpulan warga yang belajar dan berusaha

mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan atau keterampilan pada waktu

dan tempat yang telah ditentukan (Depdikbud,1996:5).

Kelompok belajar menjahit ini diselenggarakan dengan tujuan

memberikan pengetahuan dan keterampilan pada bidang jahit menjahit kepada

warga belajar, dengan harapan agar mereka mampu bekerja atau menciptakan

lapangan kerja pada bidang jahit menjahit, misalnya modiste, konveksi, tailor

dan sebagainya. Bagi warga masyarakat yang belum memiliki pekerjaan atau

sedang mencari pekerjaan namun tidak memiliki keterampilan khusus,

keberadaan kelompok belajar menjahit akan sangat membantu sebagai tempat

untuk menimba ilmu menjahit untuk dijadikan modal keterampilan dalam

mencari lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi warga masyarakat yang sudah

mempunyai bakat atau kemampuan menjahit, keberadaan kelompok belajar

menjahit dapat dijadikan sebagai tempat untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya, sehingga bakat yang dimilikinya dapat diasah dan

dikembangkan secara lebih terarah.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, kelompok belajar menjahit

yang ada di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat diselenggarakan

oleh pemerintah kelurahan dibantu dari pihak luar yaitu Lembaga Sosial

Masyarakat Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (LSM Soegijapranata).

Biaya kursus sepenuhnya dibebankan oleh LSM tersebut, sehingga

masyarakat yang ikut tidak dipungut biaya apapun. Kurikulum pelatihan yang
3

diberikan disamakan dengan kurikulum yang ada pada kursus menjahit di luar,

dengan harapan agar kualitas kursus yang diselenggarakan tidak kalah dengan

kursus menjahit yang lain. Dalam pelaksanaannya, LSM selain mengundang

tutor, juga memberikan dana atau modal usaha yang dapat digunakan oleh

warga belajar yang ingin membuka usaha pada bidang jahit menjahit. Selain

itu juga disediakan pula peralatan latihan seperti mesin jahit, mesin obras dan

bahan-bahan pendukung lainnya. Modal usaha dan peralatan yang diberikan

oleh LSM tersebut pada dasarnya merupakan pinjaman lunak, karena modal

tersebut dapat dikembalikan jika warga belajar telah mampu untuk

mengembalikan dan tidak disertai dengan bunga pinjaman. Kelompok belajar

menjahit di Kelurahan Bongsari diikuti oleh 30 warga belajar dari lingkungan

Bongsari. Warga masyarakat yang ingin menjadi warga belajar di kelompok

belajar menjahit tidak dibatasi umur dan jenis kelamin. Hal ini merupakan

kebijakan pemerintah kelurahan dengan harapan agar banyak warga

masyarakat yang ikut prgoram tersebut. Pertemuan kelompok belajar

diselenggarakan sebanyak 2 kali seminggu, yaitu hari Kamis dan Minggu,

bertempat di Balai Pertemuan Warga RW 4. Pemberian materi menjahit

diasuh oleh Pimpinan Modiste Alwine Semarang.

Idealnya, setelah mengikuti kelompok belajar menjahit, warga belajar

akan mempunyai kinerja menjahit yang lebih baik dan dapat menciptakan

lapangan kerja baru. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegoro,2000:69). Namun


4

demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan, setelah selesai mengikuti

kelompok belajar menjahit, banyak warga belajar yang masih bekerja pada

orang lain, dan bahkan lebih disayangkan lagi bahwa pekerjaan mereka

banyak yang tidak sesuai dengan bidang jahit menjahit. Warga belajar yang

kurang berhasil dalam bidang menjahit tersebut pada umumnya kurang

mempunyai minat dalam mengikuti kursus menjahit. Hal ini muncul sebagai

akibat dari tidak adanya perhatian dan penjaringan minat, pada saat

penerimaan warga belajar. Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka kurang

mempunyai sikap berwiraswasta dalam bidang jahit menjahit. Sikap

wiraswasta dapat diartikan sebagai kemampuan melihat dan menilai

kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan

guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan tepat,

guna memastikan sukses (Suharto,1998:2). Meskipun sudah diberikan bantuan

modal untuk membuka usaha jahit, namun kurang dimanfaatkan oleh warga

belajar secara optimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tutor kelompok belajar menjahit di

Bongsari, kinerja menjahit yang ditunjukkan oleh warga belajar dapat

dikatakan masih kurang ideal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat absensi warga

belajar yang mencapai 5% pada setiap kali pertemuan. Fenomena tersebut

menandakan bahwa warga belajar kurang memiliki motivasi yang tinggi untuk

menguasai bidang jahit menjahit. Hal ini jelas berdampak pada rendahnya

kedisiplinan dan juga rasa tanggung jawab mereka yang merupakan ciri dari
5

sikap wiraswasta. Dengan demikian dapat dipahami adanya hubungan antara

kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta pada warga belajar.

Berdasarkan uraian di atas, kinerja menjahit dan sikap wiraswasta pada

bidang jahit menjahit menjadi fokus yang menarik minat peneliti untuk

mengkaji lebih dalam tentang ada tidaknya hubungan antara kinerja menjahit

yang dimiliki oleh warga belajar dengan sikap wiraswasta bidang jahit

menjahit. Pengkajian tersebut akan dilaksanakan dalam penelitian skripsi

berjudul “Hubungan antara Kinerja Menjahit dengan Sikap Wiraswasta pada

Kelompok Belajar Menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang

Barat”.

B. Permasalahan

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta pada

kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang

Barat?

2. Seberapa besar hubungan antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta

pada kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan

Semarang Barat?

C. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dibuat dengan tujuan untuk menghindari kesalahan

penafsiran tentang judul yang diajukan sehingga tidak menimbulkan


6

pengertian yang berbeda. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Hubungan

Hubungan adalah komponen dalam suatu sistem yang saling

berhubungan dan saling membutuhkan, atau dapat pula diartikan bahwa

hubungan adalah keadaan berhubungan, kontak, ikatan, jalinan yang

terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif.

(Poerwodarminto,2000:314). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

hubungan adalah jalinan interaksi antara kinerja menjahit dengan sikap

wiraswasta pada kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari

Kecamatan Semarang Barat.

2. Kinerja Menjahit

a. Kinerja

Kinerja adalah kemampuan bekerja, kemampuan mengerjakan

suatu karya atau dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berusaha

(Peorwodarminto,2000:771). Wahjoetomo (1995:35) menyebutkan

bahwa kinerja adalah keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih

baik, lebih cepat, lebih efisien dengan usaha yang lebih sedikit.

Pengertian lain tentang kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai seorang pegawai atau karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunegoro,2000:69). Kinerja dalam penelitian ini


7

dimaksudkan kemampuan mengerjakan secara kualitas dan kuantitas

yang dimiliki oleh warga belajar pada bidang jahit menjahit.

b. Menjahit.

Menjahit adalah melekatkan (melepit, mengelim, menyambung)

dengan jarum dan benang baik dengan mesin jahit atau dengan tangan

(Poerwodarminto,2000:687). Pengertian lain tentang menjahit adalah

proses pembuatan busana mulai dari mengukur, membuat pola,

merancang bahan, memotong, memindahkan garis pola,

menyambung/menjahit dan penyelesaian (Depdikbud,1991:5).

Berdasarkan pengertian kinerja dan menjahit di atas, dapat dijelaskan

bahwa kinerja menjahit dalam penelitian ini berarti kemampuan

mengerjakan tugas, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam hal

pembuatan busana dari mengukur sampai penyelesaian.

3. Sikap Wiraswasta

Sikap adalah suatu hal yang menentukan pandangan, sifat, hakekat,

baik perbuatan sekarang maupun perbuatan dimasa yang akan datang

(Ahmadi,2002:162). Wiraswasta adalah seseorang yang berkemamuan

keras dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat (bisnis) yang patut

menjadi teladan hidup (Tarmudji,2000:4). Wiraswasta dapat juga diartikan

sebagai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,

mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil

keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan tepat, guna memastikan

sukses (Suharto,1998:2). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sikap


8

wiraswasta adalah pandangan seseorang dalam melihat dan menilai

peluang-peluang bisnis dan mengatur sumber daya untuk mencapai

keuntungan dan sukses.

4. Kelompok Belajar Menjahit

Kelompok belajar merupakan kumpulan warga yang belajar dan

berusaha mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan atau keterampilan

pada waktu dan tempat yang telah ditentukan (Depdikbud,1996:18).

Pengertian lain kelompok belajar adalah pendidikan yang diselenggarakan

di luar sekolah yang diadakan oleh masyarakat dengan tujuan untuk

memberikan bekal pengetahuan atau keterampilan kerja bagi warga

belajarnya (Pidarta,1997:21).

Dalam penelitian ini yang dimaksud kelompok belajar menjahit

adalah kumpulan warga yang belajar untuk mempelajari bidang jahit

menjahit, yang diselenggarakan oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk

lembaga pendidikan luar sekolah.

Berdasarkan pengertian dari istilah-istilah tersebut di atas, dapat

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah jalinan

interaksi antara kemampuan seorang warga belajar membuat busana baik

secara kualitas maupun kuantitas dengan pandangannya terhadap peluang-

peluang bisnis pada bidang jahit menjahit, pada kelompok belajar menjahit di

Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat.


9

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kinerja menjahit dengan sikap

wiraswasta pada kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari

Kecamatan Semarang Barat.

2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kinerja menjahit dengan sikap

wiraswasta pada kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari

Kecamatan Semarang Barat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Memberikan masukan kepada pemerintahan di Kelurahan Bongsari untuk

meningkatkan kualitas pendidikan bagi seluruh warganya, khususnya

dibidang keterampilan untuk menambah penghasilan warga.

2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kinerja dan sikap

wiraswasta yang dimiliki oleh warga belajar yang mengikuti kelompok

belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat.

F. Sistematika Skripsi

Secara garis besar skripsi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian awal,

bagian inti dan bagian akhir skripsi. Bagian awal terdiri dari halaman judul,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel

dan daftar lampiran.


10

Bagian inti skripsi terdiri dari 5 bab yaitu: Bab 1, Pendahuluan. Pada bab

ini peneliti akan menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan,

penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan skripsi.

Bab 2, Landasan Teori. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas sehingga dapat memberikan

gambaran yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa

teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang kinerja menjahit

dan sikap wiraswasta. Pada bab ini juga diberikan hipotesis sebagai dugaan

sementara atas masalah yang dikaji.

Bab 3, Metodologi Penelitian. Pada bab ini diuraikan pendekatan-

pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang meliputi penentuan objek

penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, penyusunan

instrumen, uji coba instrumen dan teknik analisis data.

Bab 4, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi uraian tentang

hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian pada kelompok belajar

menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat.

Bab 5, Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan yang

diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, serta masukan

atau saran dari peneliti untuk perbaikan terkait dengan tujuan penelitian.

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka

berisi daftar buku yang digunakan dalam penelitian. Lampiran berisi

kelengkapan penyusunan skripsi dan hasil-hasil penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORI

Sumber daya manusia merupakan salah satu permasalahan pokok yang

dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dalam

rangka membangun bangsa dan negaranya. Sehubungan dengan itu peningkatan

kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting untuk

mendapat perhatian, karena untuk mencapai tujuan pembangunan nasional

diperlukan usaha berupa kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya menggali

dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada.

Permasalahan-permasalahan ini hendaknya tidak hanya menjadi perhatian

atau tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Warga belajar

seharusnya membekali diri dengan pendidikan dan ketrampilan hal ini dirasa

sangat penting karena dalam melaksanakan pembangunan bagaimanapun

melimpahnya kekayaan alam, tanpa adanya sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi untuk mengolahnya maka akan sia-sia saja kekayaan alam

tersebut. Dengan demikian dapat dipahami harus ada keseimbangan antara

kualitas sumber daya manusia dan kekayaan alam untuk dikembangkan menjadi

sesuatu yang berharga dalam pembangunan nasional. Untuk menuju sumber daya

manusia yang berkualitas tinggi, perlu kiranya semua warga masyarakat yang

belum terampil dapat memanfaatkan peluang-peluang yang diberikan oleh

pemerintah dan lembaga sosial seperti peluang yang diberikan LSM

Soegijapranata untuk mengikuti kelompok belajar menjahit.

11
12

A. Kinerja Menjahit

1. Pengertian Kinerja

Wahjoetomo (1995:35) menyebutkan bahwa kinerja adalah

keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih cepat, lebih

efisien dengan usaha yang lebih sedikit. Hal ini memberikan arti bahwa

kinerja masih terbatas pada keinginan berusaha dan belum terwujud dalam

kegiatan yang nyata. Pengertian yang lebih khusus diberikan oleh

Peorwodarminto (2000:771) yang menyebutkan bahwa kinerja adalah

kemampuan bekerja, kemampuan mengerjakan suatu karya atau

kemampuan untuk berusaha. Pengertian ini memberikan pemahaman

bahwa kinerja ditunjukkan oleh seseorang ketika orang tersebut sedang

berusaha atau telah berusaha mengerjakan sesuatu.

Pengertian lain tentang kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Mangkunegoro,2000:69). Pengertian ini memberikan gambaran bahwa

kinerja seseorang lebih spesifik pada kemampuannya dalam mengerjakan

tugas dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kinerja

menjahit dapat dilihat dari kualitas dan juga kuantitas hasil kerjanya.

Dessler (dalam Pitoyo,2004:43) menyebutkan bahwa kinerja adalah

perilaku yang berhubungan dengan kerja seseorang. Kerja merupakan

sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencukupi kebutuhan.

Kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan sering


13

tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang

hendak dicapai dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan

akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada

keadaan sebelumnya.

Dari pengertian-pengertian kinerja di atas, maka dapat dipahami

bahwa yang dimaksud kinerja adalah perilaku kerja seseorang baik secara

kualitas maupun kuantitas, dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya.

2. Pengertian Menjahit

Menjahit adalah melekatkan (melepit, mengelim, menyambung)

dengan jarum dan benang baik dengan mesin jahit atau dengan tangan

(Poerwodarminto,2000:687). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa

segala kegiatan yang berkaitan dengan kain dan benang dapat dikatakan

sebagai kegiatan menjahit. Pengertian yang lebih khusus tentang menjahit

adalah proses pembuatan busana mulai dari mengukur, membuat pola,

merancang bahan, memotong, memindahkan garis pola, menyambung dan

penyelesaian (Depdikbud,1991:5). Dengan demikian dapat dipahami

bahwa menjahit merupakan kegiatan yang khusus berkaitan dengan usaha

membuat busana dari mengukur sampai penyelesaian.

Berdasarkan pengertian kinerja dan menjahit di atas, dapat dijelaskan

bahwa kinerja menjahit adalah kemampuan kerja yang dimiliki seseorang

dalam melakukan tugas pada bidang jahit menjahit.


14

3. Kinerja Menjahit Pada Warga Belajar

Warga belajar merupakan warga yang mengikuti kelompok belajar

menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat. Pada kejar

menjahit warga belajar berusaha membuat pakaian, untuk itu mereka harus

memiliki kinerja menjahit yang meliputi :

a. Kemampuan Mengenal Alat Jahit Pokok

Kemampuan mengenal alat jahit pokok adalah kemampuan warga

belajar dalam mengenal, menggunakan dan merawat alat jahit pokok

sewaktu mengikuti kelompok belajar menjahit. Menurut Radias Saleh

(1991:22) pengertian alat jahit pokok adalah alat jahit yang penting

dan utama contohnya mesin jahit lurus serta perlengkapannya dan

mesin obras.

1) Kemampuan mengenal mesin jahit lurus

Kemampuan mengenal mesin jahit lurus meliputi pengertian,

macam dan bagian mesin jahit lurus. Pengertian mesin jahit lurus

yaitu mesin jahit yang menghasilkan setikan lurus. Macam-macam

merk mesin jahit yaitu Buterfly, Singer dan Standar. Bagian-bagian

mesin jahit lurus yaitu permukaan dasar mesin, badan mesin

penutup dasar mesin, roda atas, roda bawah, injakan untuk lebih

jelasnya lihat pada gambar di bawah ini :


15

Gambar 1 Mesin Jahit Lurus (Radias Saleh, 1991:22)

2) Kemampuan menggunakan mesin jahit lurus

Kemampuan menggunakan mesin jahit lurus adalah

kemampuan mengusai teknik dasar menggunakan mesin jahit lurus

yang meliputi :

a) Memasang jarum mesin

Cara memasang jarum adalah sebagai berikut, sekrup jepitan


jarum dikendorkan dahulu, kemudian jarum dimasukkan
setinggi-tingginya dengan pangkal jarum, yang bulat
menghadap keluar dan sekrup dikencangkan kembali (Radias
Saleh, 1991:23).

Gambar 2. Memasang Jarum Mesin


16

b) Memasang benang atas

Benang atas dipasang dengan mengikuti langkah yang tertera

pada gambar, mulai dari nomor 1-8. Benang yang berasal dari

gulungan diteruskan ke nomor 1, ikuti nomor berikutnya dan

terakhir benang dimasukkan ke dalam jarum.

Gambar 3. Memasang Benang Atas (Radias Saleh, 1991:23)

c) Memasang benang pada kumparan

Kumparan dimasukkan dalam sumbu yang terletak di bagian

kanan mesin dan gulungan benang dipasang pada cantelan

benang menurut gambar. Kemudian ujung benang dimasukkan

dalam lubang kecil kumparan agar benang tidak lepas. Setelah

penekan kumparan dan isislah kumparan dengan menjalankan

mesin. Perhatikan agar isi benang pada kumparan jangan terlalu

penuh. Penekanan kumparan dilepas dan kumparan

dikeluarkan.
17

Gambar 4. Cara Memasang Benang Pada Kumparan (R Saleh,1991:24)

d) Memasukkan kumparan pada rumah kumparan

Sisakan benang dari kumparan kira-kira 10 cm, kemudian

masukkan kumparan ke dalam rumah kumparan. Selipkan sisa

benang tadi melalui klep yang terdapat pada rumah kumparan

dan tariklah ujung sisa benang tersebut. Selanjutnya masukkan

rumah kumparan pada mesin.

Gambar 5. Memasukkan Kumparan pada Rumah Kumparan


(Radias Saleh, 1991:24)

e) Menaikkan benang bawah

Ujung benang atas dipegang dengan tangan kiri dan jangan

ditarik. Roda mesin dijalankan sehingga jarum membuat satu


18

setikan. Ketika jarum naik benang bawah terkait dengan

benang atas sehingga benang bawah dapat diambil.

Gambar 6. Menaikkan Benang Bawah (Radias Saleh,1991:25)

f) Menyetel setikan mesin

Setikan mesin dapat diatur dengan jalan mengatur naik


turunaya gigi mesin. Gigi mesin yang terlalu turun akan
membuat bahan yang dijahit tidak dapat berjalan. Sedangkan
untuk mengatur setikan caranya dengan mengatur batang
pengatur setikan di sebelah kanan dengan nomor setikan 1
sampai 20 (Radias Saleh,1991:25).

Gambar 7. Kepala Mesin (Radias Saleh,1991:26)

g) Menggatur setikan untuk membuat kerutan

Untuk membuat kerutan, benang pengatur setikan di sebelah

kanan mesin diturunkan ke bawah supaya setikan lebih panjang


19

atau jarang, karena untuk membuat kerutan benang jahit harus

dapat ditarik dengan mudah.

Gambar 8. Setikan untuk Kerutan (Radias Saleh,1991:27)

3) Kemampuan memelihara mesin jahit lurus

Kemampuan memelihara mesin jahit adalah kemampuan

warga belajar dalam memperlakukan mesin jahit. Pemeliharaan

mesin jahit membutuhkan alat meliputi sikat khusus untuk

menyikat atau membersihkan debu dari bulu-bulu benang yang

terdapat di dalam badan mesin jahit. Lap dari bahan katun yang

tidak berbulu digunakan untuk membersihkan bagian luar mesin

dari debu dan kotoran lainnya. Minyak mesin jahit digunakan

untuk membuat bagian-bagian mesin yang bergerak agar tidak aus.

Langkah-langkah yang harus dilakukan warga belajar untuk

membersihkan mesin jahit adalah:

a) Bagian luar mesin di lap

b) Daun dorongan dikelurkan,sepatu mesin,jarum,penutup gigi

dan rumah kumparan dilepas dan di simpan dalam laci.


20

c) Badan mesin dibalik,bagian atas dan bawah disikat agar bersih

dari debu dan bulu-bulu benang.

d) Mesin diminyaki, tiap lubang dan bagian yang bergerak ditetesi

minyak cukup satu atau dua tetes.

e) Setelah mesin diminyaki lalu dijalankan perlahan-lahan untuk

membiarkan minyak bekerja pada bagian-bagian yang

bergerak.

f) Bagian-bagian yang dilepas tadi dipasang kembali.

g) Untuk menghindari noda-noda pada bahan ketika mesin

digunakan untuk menjahit lagi, letakkan secarik tenunan,

sepatu mesin yang direndahkan untuk menyerap kelebihan

minyak yang mungkin mengalir dari kepala mesin.

Gambar 9. Cara Meminyaki Mesin Bagian Kepala

Gambar 10. Cara Meminyaki Bagian Atas (Radias Saleh,1991:45)


21

Gambar 11. Cara meminyaki Bagian Kaki dan Bagian Bawah Mesin (Radias
Saleh,1991:45)

4) Kemampuan mengenal mesin obras

Kemampuan mengenal mesin obras meliputi pengertian

mesin obras yaitu mesin yang digunakan untuk menyelesaikan

bagian kampuh dan terbuat dari besi. Macam-macam merk mesin

obras yaitu Butterfly, Singer dan Pegasus.

Gambar 12. Mesin Obras (Sumber singer)

5) Kemampuan menggunakan mesin obras

Kemampuan menggunakan mesin obras meliputi pemasangan

benang dan pemasangan jarum pada mesin obras. Penggunaan

mesin obras harus dengan dinamo listrik beserta karet putarnya.

Penggunaan tersebut dengan cara menginjak dinamo listrik.


22

a) Pemasangan benang

Tekstur benang untuk mesin obras berbeda dengan

benang jahit. Benang obras juga berwarna-warni seperti kain.

Benang tersebut dipasang pengatur tegangan benang. Benang

atas terletak di sebelah kiti, benang tengah berhenti pada jarum

obras yang merupakan hasil setikan dan benang sebelah kanan

merupakan benang bawah.

b) Pemasangan jarum

Cara memasang jarum yaitu, sekrup jepitan jarum

dikendorkan dahulu,kemudian jarum dimasukkan sampai batas

jarum,kencangkan kembali sekrup. Perlu diketahui jarum pada

mesin obras berbeda dengan jarum mesin jahit, jarum ini pada

bagian ujungnya bulat.

6) Kemampuan merawat mesin obras

Kemampuan merawat mesin obras adalah kemampuan warga

belajar memperlakukan mesin obras. Perawatan mesin obras tidak

jauh beda dengan mesin jahit lurus. Pada mesin obras bagian yang

diberi minyak yaitu pada bagian mesin yang bergerak. Untuk

menjaga agar tetap bersih,setelah memakai harus dibersihkan dan

ditutup dengan kain jika sudah tidak di gunakan.


23

b. Kemampuan Mengenal Alat Jahit Pelengkap

Kemampuan mengenal alat jahit pelengkap adalah kemampuan

warga belajar dalam memahami alat jahit pelengkap. Menurut Radias

Saleh pengertian alat jahit pelengkap adalah alat jahit yang digunakan

sebagai pelengkap dalam menjahit. Meskipun hanya pelengkap tapii

harus ada, karena dapat mempermudah dan mempercepat dalam

menjahit pakaian. Alat jahit pelengkap contohnya: alat untuk membuat

pola, alat untuk memberi tanda, alat untuk memotong, dan peralatan

tambahan (Depdiknas,1999:3).

1) Kemampuan mengenal alat untuk membuat pola

Kemampuan mengenal alat untuk membuat pola adalah

kemampuan warga belajar dalam memperlakukan alat pembuat

pola dengan baik dan benar. Alat untuk membuat pola terdiri dari

meteran, penggaris dan pensil merah biru yang akan dijelaskan

sebagai berikut:

a) Meteran berguna untuk mengambil ukuran badan dan

mengambil ukuran pada waktu membuat pola. Meteran

berbetuk panjang dan pada bagian sisi terdapat angka-angka

dan terbuat dari plastik.

b) Penggaris berguna untuk membentuk pola. Penggaris

dibedakan menjadi 3 yaitu penggaris lurus, penggaris panggul

dan penggaris pesak


24

c) Pensil merah biru berguna untuk membedakan gambar pola

bagian depan dan belakang.

Gambar dari alat-alat tersebut di atas dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Pensil Merah Biru

Gambar 13 Alat Membuat Pola

2) Kemampuan mengenal alat untuk memberi tanda pada kain

Kemampuan mengenal alat untuk memberi tanda pada kain

adalah kemampuan warga belajar dalam memperlakukan alat untuk

memberi tanda pada kain dengan baik dan benar. Alat untuk

memberi tanda pada kain misalnya rader, karbon jahit dan kapur

jahit yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Rader berguna untuk menekan karbon jahit sewaktu memberi

tanda pola pada kain yang akan dijahit. Pada bagian ujung rader

terdapat roda yang bergigi atau roda yang halus.


25

b) Karbon jahit berguna menandai garis-garis penting pada bahan,

biasanya terbuat dari lapisan lilin dan warnanya mudah

terhapus pada saat terkena panas setrika .

c) Kapur jahit berguna menandai garis pada bahan dan dapat

digunakan sebagai pengganti karbon jahit dan rader. Kapur

jahit berbentuk segitiga dan berbagai warna yang diinginkan.

(Depdiknas;2000:16)

Karbon Jahit dan Penggunaannya

Gambar 14. Alat Pemberi Tanda Pada Kain

3) Kemampuan mengenal alat untuk memotong

Kemampuan mengenal alat untuk memotong adalah

kemampuan warga belajar dalam memperlakukan alat untuk

memotong dengan baik dan benar. Alat untuk memotong

diantaranya gunting kain, gunting kertas dan gunting benang yang

akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Gunting kain berguna untuk memotong kain.


26

b) Gunting kertas berguna untuk memotong kertas dan biasanya

terbuat dari steenlisteel.

c) Gunting benang berguna untuk memotong benang . Pada

gunting ini hanya terdapat satu lubang yang berfungsi untuk

memegang gunting dan biasanya untuk ibu jari.

Bentuk alat-alat tersebut di atas, dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 15 Bentuk Gunting untuk Berbagai Jenis Bahan

4) Kemampuan mengenal peralatan tambahan

Kemapuan mengenal peralatan tambahan adalah kemampuan

warga belajar dalam memperlakukan alat dengan baik dan benar.

Peralatan tambahan diantaranya: pendedel, bidal, jarum dan

sertika, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendedel digunakan untuk membuka jahitan yang salah dan

biasanya berebntuk huruf “ Y “

b) Bidal digunakan untuk melindungi jari dari tusukkan jarum.

Biasanya digunakan pada jati tengah dan berbentuk seperti

cicin.
27

c) Jarum digunakan untuk menjahit, macamnya ; jarum mesin

jahit, jarum pentul, jarum tangan.

d) Setrika digunakan untuk memampatkan jahitan dengan tingkat

panas yang disesuaikan dengan jenis bahan.

Bentuk alat tersebut di atas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 16 Alat Tambahan dalam Menjahit

c. Kemampuan Membuat Pakaian

Kemampuan membuat pakaian yang dimaksud adalah warga

belajar mampu membuat pakaian mulai dari mengambil ukuran,

membuat pola, merancang bahan, memotong, memindahkan garis pola

dan menyelesaikan pakaian.

1) Kemampuan mengambil ukuran

Yang dimaksud mengambil ukuran adalah kegiatan yang

dilakukan sebelum menjahit untuk mendapatakan ukuran yang


28

digunakan sebagai pedoman membuat pola dasar. Untuk

mendapatkan ukuran yang baik warga belajar harus melakukan

persiapan dalam mengukur seperti:

a) Sebelum mengukur ikatlah lingkar badan, lingkar pinggang dan


lingkar panggul. Orang yang diukur dalam posisi berdiri tegak.
b) Ujung meteran yang angkanya kecil harus selalu berada
ditangan kiri.
c) Orang yang diukur berdiri wajar tidak menunduk dan tidak
membesarkan dada/ badan.
d) Lakukan pengukuran dengan tepat.
e) Telitilah ukuran yang telah dicatat (Depdikbud ;1999: 5)

Kemampuan mengambil ukuran badan meliputi lingkar badan

diukur sekeliling badan terbesar ±4 cm, panjang dada 1 diukur dari

bahu dekat leher sampai ke pinggang, panjang dada 2 diukur dari

lekuk leher bagian depan sampai pinggang, lebar dada diukur

mendatar dari batas kerung lengan kanan ke batas kerung lengan

kiri, tinggi dada diukur dari bahu tertinggi sampai titik payudara,

jarak dada diukur dari titik payudara kanan ke titik payudara kiri,

tinggi bahu I diukur dari ujung bahu sampai tengah pinggang

depan, tinggi bahu II diukur dari ujung bahu sampai tengah

pinggang belakang, panjang punggung diukur dari tengkuk leher

bagian belakang sampai pinggang, lebar punggung diukur

mendatar dari batas kerung lengan kanan ke batas kerung lengan

kiri (± 8 cm dari bawah tengkuk leher), lebar bahu diukur dari bahu

tertinggi sampai bahu terendah, panjang sisi diukur dari ketiak

sampai pinggang dikurangi ± 3 cm dan lingkar leher diukur

sekeliling pangkal leher.


29

Kemampuan mengambil ukuran rok meliputi lingkar pinggang

diukur sekeliling pinggang, lingkar pinggul diukur sekeliling

panggul +4cm, dan panjang rok diukur dari pinggang sampai

panjang yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar

17.

Gambar 17 Cara Mengukur

2) Kemampuan membuat pola

Yang dimaksud kemampuan membuat pola adalah kemampuan

warga belajar dalam membuat pola dasar sampai merubah pola

sesuai model pakaian. Untuk dapat merubah model pakaian warga

belajar harus mengetahui langkah-langkah pembuatan pola dengan

sistem alwine seperti pada lampiran 21 halaman 137. Selain itu

warga belajar juga harus mengenal tanda-tanda pola sistem alwine

seperti dibawah ini:


30

a) garis pensil hitam = garis pola asli

b) garis merah (pensil merah dan spidol) =

garis pola menurut model bagian depan

c) garis biru (pensil biru atau spidol) = garis

pola menurut model bagian belakang

d) …………….. Titik-titik = garis penolong (menurut

tempat)

e) garis-titik-garis-titik = garis lipatan (menurut

warna tempat)

f) garis putus-putus = garis rangkapan (lapisan,

warna menurut tempat)

g) garis dengan ballpoint hitam = garis pada

pola yang perlu digunting untuk dilebarkan.

Tanda ini dibuat jika lipit atau kerut tidak

dibuat pada waktu mengubah melainkan

pada waktu merancang bahan.

h) lipit (plooi)

i) setengah lipit, warna menurut tempat

j) dilipit pada pola, batas memakai ballpoint

hitam (umpama lipit bentuk yang

dipindahkan)

k) TM tengah muka
31

l) TB tengah belakang

m) siku-siku (900)

n) anak panah hitam = tanda arah benang lurus

(Alwine, 2000:5)

3) Kemampuan merancang bahan

Kemampuan merancang bahan adalah kemampuan membuat

perkiraan mengenai jumlah bahan yang di perlukan dalam

membuat pakaian. Tujuan yang akan dicapai yaitu mengetahui

jumlah bahan yang dibutuhkan dan menghindari pemborosan.

Langkah-langkah merancang bahan adalah :

a) Menyiapkan kertas coklat sebagai pengganti bahan.

b) Menyiapkan pola kecil yang akan digunakan.

c) Menempelkan pola kecil pada kertas coklat.

d) Merancang pola diatas bahan sesuai dengan racangan kertas

coklat.

4) Kemampuan menggunting / memotong

Kemampuan mengguting adalah kemampuan warga belajar

menggunting pola atau bahan. Hal–hal yang harus diperhatikan

saat menggunting pola yaitu harus sesuai dengan garis dan tanda

pola. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunting bahan

adalah:
32

a) Memotong bahan harus menggunakan gunting yang tajam, jika

bahan yang akan digunting tebal pakailah gunting yang besar

dan apabila bahan yang akan digunting tipis serta mudah

digeser maka pola pada kain diberi jarum pentul.

b) Kain boleh digunting jika pola sudah terpasang dan diberi

kampuh. Pada umumnya kampuh bagaian sisi bahu 2 cm

kampuh kerung lengan 1½ cm dan keling bawah 3 – 4cm.

c) Gunting dipegang tangan kanan dan tangan kiri menekan kain

yang akan digunting, sehingga kain tidak akan terangkat terlalu

tinggi dan tidak akan berubah arah benang.

d) Gunting dimulai dari arah memanjang , baru melebar. Panjang

dan lebar kain diusahakan tetap sejajar dengan tepi meja, oleh

karena itu waktu mengguting kita berjalan mengelilingi bahan.

5) Kemampuan memindahkan garis pola/ memberi tanda pada kain

Kemampuan memindahkan garis pola yang dimaksud adalah

kemampuan warga belajar memberi tanda pada bahan.

Memindahkan garis pola pada bahan disebut juga merader.

Merader dapat dilakukan dengan cara:

a) Menggunakan rader yang bergigi.

b) Membuat garis dengan kapur jahit pada kain.

c) Membuat tusuk jelujur renggang pada kain broklat dengan

jarum tangan.
33

6) Kemampuan menyelesaikan pakaian

Kemampuan menyelesaikan pakaian adalah kemampuan warga

belajar dalam membuat pakaian. Kemampuan tersebut meliputi:

a) Kemampuan menjahit pada badan,

Kemampuan menjahit badan meliputi menjahit sisi dan

bahu bagian depan dan belakang. Menjahit kupnat pada

bagaian depan dan belakang

b) Penyelesaian kerung leher

Penyelesaian kerung leher suatu busana meliputi

penyelesaian dengan depun, serip dan rompok (Radias Saleh,

1991:58)

(1) Penyelesaian dengan depun

Penyelesaian ini dikerjakan dengan cara melapis kerung leher

menurut bentuk. Lapisan dijahit dari bagian baik, kemudian

diarahkan ke bagian buruk dan diselesaikan dengan tusuk kelim

atau setikan mesin.

Gambar 18. Penyelesaian dengan Depun (Radias Saleh,1991:58)

(2) Penyelesaian dengan serip

Cara penyelesaian kerung leher dengan serip adalah bahan

pelapis dijahit bagian buruk,kemudian diarahkan ke bagian


34

baik dan dijahit dengan mesin. Penyelesaian ini dapat

digunakan sebagai hiasan.

Gambar 19. Penyelesaian dengan Serip (Radias Saleh,1991:59)

(3) Penyelesaian dengan Rompok

Penyelesaian ini menggunakan kumai serong atau bisban. Cara

penyelesaiannya adalah kumai serong dijahit pada bagian buruk

bahan selebar kerung kurang dari 0,5 cm, kemudian kumai

serong dilipat sebagian ke bagian buruk dan dijahit dari bagian

baik. Sehingga setengah dari leher kumai serong tampak dari

luar dan setengahnya lagi tampak dari dalam.

Gambar 20. Penyelesaian dengan Rompok (Radias Saleh,1991:60)

c) Macam-macam saku

Saku pada busana berfungsi sebagai pelengkap dan

sebagai hiasan. Pada dasarnya saku ada dua macam yaitu saku

tempel dan saku dalam.


35

(1) Saku Tempel

Saku tempel terletak di luar busana misalnya pada

kemeja, daster dan busana anak. Langkah-langkah membuat

saku tempel adalah:

(a) Menentukan letak saku dengan memberi tanda

menggunakan kapur jahit atau setikan.

(b) Menyelesaikan kelim saku

(c) Melekatkan saku dengan di setik mesin dari luar.

Gambar 21. Saku Tempel (Radias Saleh,1991 :61)

(2) Saku Dalam

Saku dalam biasanya terdapat pada sisi rok atau celana

dan letaknya tersembunyi. Lapisan saku terdiri dari dua bagian

yaitu bagian yang tampak dan tersembunyi.Langkah-langkah

membuat saku dalam adalah:

(a) Melapis bentuk saku (misalnya bentuk lengkung) dengan

pelapis (saku dalam)

(b) Lapisan saku dibalik ke bagian dalam , setelah itu membuat

guntingan agar jahitan rata dan tidak berkerut.

(c) Supaya rapi saku dijahit.


36

(d) Lapisan saku dilipat dan dijahit bagian bawahnya.

(e) Menyelesaikan kampuh saku dengan obras.

Gambar 22. Saku Dalam (Radias Saleh,1991:62)

4. Kemampuan Pendukung Menjahit pada Warga Belajar

Sebelum warga belajar membuat pakaian, maka mereka harus

mempunyai kemampuan membuat macam-macam tusuk dan setikan,

macam-macam kampuh, macam-macam penyelesaian kelim, macam-

macam belahan seperti :

a. Macam-macam Tusuk dan Setik mesin.

Yang dimaksud dengan tusukan adalah hasil jahitan yang

dikerjakan dengan tangan serta menggunakan benang dan jarum.

Tusuk- tusuk yang biasanya digunakan yaitu : tusuk jelujur, tusuk ini

sering digunakan untuk menjahit yang bersifat sementara dan

dikerjakan dari kanan ke kiri.

Gambar 23. Tusuk Jelujur (Radias Saleh,1991:50)


37

Setik mesin dapat diatur sesuai dengan keperluan,antara lain:

1) Setik lurus

Setik lurus digunakan untuka menyambung bagian-bagian

busana yang berfungsi sebagai hiasan.

Gambar 24. Setik Lurus (Radias Saleh,1991:51)

2) Setik Jelujur

Setik jelujur digunakan untuk menjahit sementara dan untuk

mengerut. Jarak setikan lebar dengan pengatur setikan diturunkan

paling bawah.

Gambar 25 Setik Jelujur (Radias Saleh,1991:52)

3) Setik Lengkung

Setik ini digunakan untuk menjahit bagian-bagian busana

yang melengkung dan sebagai hiasan.

Gambar 26. Setik Lengkung (Radias Saleh,1991:53)


38

4) Setik Penguat

Cara membuat setik penguat hampir sama dengan setik

lurus,tetapi pada tempat tertentu dibuat setik maju mundur untuk

menguatkan.

Gambar 27. Setik Penguat (Radias Saleh,1991:54)

b. Macam-macam kampuh

Kampuh adalah sambungan yang terjadi waktu menyambung dua

potong kain (Radias Saleh, 1991:54). Penyelesaian kampuh sangat

mempengaruhi jatuhnya busana, sehingga untuk menyelesaikan

kampuh diperlukan keterampilan khusus. Beberapa macam kampuh

yang biasa digunakan di industri busana adalah:

1) Kampuh Buka

Kampuh buka banyak digunakan untuk menyelesaikan

busana wanita. Pada industri busana tepi kampuh diselesaikan

dengan obras karena lebih mudah, murah dan cepat.

Gambar 28. Kampuh Buka (Radias Saleh,1991:55)


39

2) Kampuh Pipih

Kampuh pipih digunakan untuk membuat sarung,

menyelesaikan busana bayi dan busana kerja. Ciri kampuh ini pada

bagian luar terdapat satu setikan dan bagian dalam dua setikan.

Gambar 29. Kampuh Pipih (Radias Saleh,1991:56)

3) Kampuh Tutup

Kampuh Tutup adalah kampuh yang tepinya diselesaikan

tepinya dengan obras atau dibalut menjadi satu.

Gambar 30. Kampuh Tutup (Radias Saleh,1991:56)

4) Kampuh Balik

Kampuh balik digunakan pada busana anak, busana rumah

dan kemeja. Cara mengerjakan kampuh ini mula-mula di setik dari

bagian baik selebar kurang dari 0,5 cm, kemudian dibalik dan

disetik lagi dengan lebar tidak lebih dari 0,5 cm.


40

Gambar 31. Kampuh Balik (Radias Saleh,1991:57)

c. Macam-macam penyelesaian kelim

Kelim adalah penyelesaian tepi dari bagian-bagian busana yang

dikerjakan dengan cara melipat tepi busana ke bagian buruk dengan

jarak tertentu. Cara menyelesaikan tepi kelim antara lain:

1) Penyelesaian dengan setik mesin

Penyelesaian ini biasanya digunakan pada industri busana.

Caranya tepi kelim dilipat kira-kira 0,5 cm, kemudian dikelim

selebar yang diinginkan kemudian soom.

Gambar 32. Penyelesaian dengan Setik (Radias Saleh,1991:58)

2) Penyelesaian dengan obras

Cara mengerjakan tepi kelim di obras lalu dilipat sesuai yang

diinginkan, kemudian disoom.


41

Gambar 33. Penyelesaian dengan Obras (Radias Saleh,1991:58)

d. Macam macam belahan

Belahan pada busana berfungsi untuk memudahkan dalam

memakai dan melepaskan busana. Belahan pada busana ada beberapa

macam antara lain :

1) Belahan Lapis Sama

Belahan ini sering digunakan pada bagian tengah belakang,

tengah muka, dan manset. Langkah-langkah pembuatannya adalah:

a) Menentukan tempat, lebar, dan panjang belahan

b) Menyiapkan pelapis belahan yaitu dua kali lebar belahan di

tambah dua kali kampuh untuk ukuran lebar dan untuk

panjangnya dua kali panjang belahan.

c) Menjahit sepanjang belahan dari bagian buruk

d) Membalik pelapis, melipat dan merapikan

e) Menjahit pertengahan lapisan

f) Tepi lapisan diselesaikan dengan kelim (Radias

Saleh,1991:63)
42

Gambar 34. Belahan Lapisan Sama (Radias Saleh ,1991:63)

2) Belahan Amerika

Belahan ini hampir sama dengan belahan lapis sama,

penempatannya dari tengah muka, tengah belakang, dan

manset.Lapisan untuk belahan terdiri dari dua bagian yaitu lapisan

bawah dan atas. Langkah-langkah pembuatannya adalah :

a) Menentukan letak dan ukuran belahan

b) Menyiapkan lapisan bawah dengn lebar belahan di tambah

kampuh

c) Menyiapkan lapisan atas, dengan lebar dua kali lebar belahan

di tambah dua kali kampuh, ujung lapisan dibuat segi tiga.

d) Menjahit lapisan bawah, dibalik, disetik dan dirapikan dengan

hasil setengah lebar belahan.

e) Menjahit lapisan atas dengan di setik pada bagian luar ( Radias

Saleh,1991:64)
43

Gambar 35 Belahan Amerika (Radias Saleh,1991:64)

3) Belahan Tutup Tarik

Belahan ini merupakan belahan yang menggunakan retsliting,

biasanya terletak di tengah muka atau tengah belakang. Langkah-

langkah Memasang tutup tarik adalah :

a) Menentukan panjang belahan, sesuai dengan panjang tutup

tarik

b) Tutup tarik di semat pada belahan, untuk busana wanita kanan

menutup kiri.

c) Menjelujur

d) Membuat setikan yang lurus dan rata

Gambar 36. Belahan Tutup Tarik (Radias Saleh,1991:65


44

Kemampuan dalam membuat pakaian itu dapat dilihat dari praktek/cara

test teori dan praktek. Penilian test teori dengan pedoman angket dan penilian

test praktek dengan pedoman observasi.

B. Sikap Wiraswasta

1. Pengertian Wiraswasta

Wiraswasta dapat diartikan sebagai keberanian, keutamaan, serta

kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan

permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri

(Soemanto,1999:42). Pengertian ini memberikan gambaran bahwa

wiraswasta bukan hanya sekedar kerja sambilan di luar dinas, melainkan

sifat-sifat keuletan dan ketabahan seseorang dalam memajukan prestasinya

pada usahanya dengan menggunakan kekuatan sendiri, bukan kekuatan

dari orang lain. Pengertian tersebut senada dengan pendapat Wijandi

(2000:23) yang mengemukakan bahwa wiraswasta adalah sifat-sifat

keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam mengambil resiko yang

bersumber pada kekuatan sendiri. Pengertian tersebut mengindikasikan

bahwa wiraswasta adalah suatu sifat berbisnis dan dapat mencakup semua

pekerjaan, baik pekerjaan kedinasan ataupun pekerjaan sambilan.

Pengertian lain tentang wiraswasta adalah orang yang bertanggung

jawab dalam menyusun, mengelola, dan mengukur resiko suatu usaha

bisnis. Pengertian ini mengandung arti bahwa wiraswasta ditujukan pada

pribadi seseorang yang mempunyai sifat-sifat unggul dalam berbisnis.


45

Seorang wiraswasta merupakan orang yang unggul dalam mengejar

prestasi, berani mengambil resiko untuk mulai mengelola bisnis demi

mendapatkan laba dan kesuksesan. Hal tersebut mencerminkan bahwa

seorang wiraswasta cenderung memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat

dari pada jiwa pekerja pelaksana.

Dari beberapa pengertian tentang wiraswasta di atas, dapat dipahami

bahwa sikap wiraswasta merupakan sikap atau pandangan pribadi yang

mencerminkan keuletan, ketabahan dan keberanian dalam usaha

memajukan prestasinya dengan menggunakan kekuatan sendiri, bukan

kekuatan dari orang lain. Salah satu contoh sikap wiraswasta adalah sikap

berusaha dalam bidang menjahit, misalnya modiste, konveksi, tailor, butik

dan garmen. Dalam memulai usaha pada bidang menjahit, sikap

wiraswasta sangat dibutuhkan untuk mengelola manajemen usaha dengan

baik sehingga dapat memperoleh keuntungan yang optimal dengan sumber

daya mausia yang seefektif dan seefisien mungkin. Maksudnya seseorang

yang memiliki sikap wiraswasta selalu menggunakan waktu dengan

sungguh-sungguh untuk berusaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan

yang sebesar-besarnya.

2. Unsur-unsur Sikap Wiraswasta

Wijandi (2000:27-32) mengemukakan bahwa wiraswasta pada

dasarnya mencakup beberapa unsur penting, dimana antara satu unsur

dengan unsur lainnya saling terkait dan tidak terlepas dalam kehidupan

sehari-hari. Unsur-unsur tersebut adalah:


46

a. Unsur Pengetahuan (kognitif)

Unsur pengetahuan dalam sikap wiraswasta pada dasarnya

merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir yang cenderung

dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya baik pendidikan formal

maupun non-formal. Keluasan dan kedalaman pengetahuan seseorang

terhadap suatu bidang kajian akan sangat berpengaruh terhadap pola

pikirnya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya,

khususnya pada kreatifitas dan inovasinya untuk memecahkan

permasalahan tersebut. Idealnya, seseorang yang memiliki unsur

pengetahuan yang tinggi harus didukung dengan karya dalam

melaksanakan imajinasinya tersebut. Dalam bidang menjahit, unsur

pengetahuan dapat ditunjukkan dari kemampuan seseorang untuk

merancang trend busana di masa yang akan datang.

b. Unsur Keterampilan (psikomotor)

Unsur keterampilan dalam sikap wiraswasta lebih disebabkan

faktor latihan dan pengalaman seseorang dalam melaksanakan suatu

karya atau usaha. Orang yang memiliki unsur pengetahuan tinggi tapi

unsur keterampilannya kurang memadai akan menyebabkan orang

hanya berpikir saja tanpa bisa melaksanakan apa yang dipikirkannya.

Akan lebih baik jika unsur pengetahuan ditunjang dengan keterampilan

dalam melaksanakan apa yang dipikirkannya. Dengan demikian akan

diperoleh pengalaman yang terpadu antara teori dan praktek.


47

Dalam bidang jahit menjahit, unsur keterampilan dapat dilihat

dari kemampuan seseorang menyelesaikan jahitan dengan cekatan dan

tidak banyak melakukan kesalahan, dan juga kecakapan seseorang

dalam membuat kreasi-kreasi busana.

c. Unsur Sikap Mental

Unsur sikap mental merupakan respon atau tanggapan seseorang

jika dihadapkan pada suatu situasi tertentu. Beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap sikap-sikap mentalnya adalah rasa tanggung

jawab, kejujuran, ketegasan, keberanian dan inisiatif. Unsur sikap

mental lebih berorientasi pada kejadian sesaat, artinya situasi tersebut

muncul secara tiba-tiba tanpa ada informasi sebelumnya. Dalam situasi

tersebut, sikap mental seseorang akan nampak dengan jelas dan akan

memberikan gambaran tentang pribadinya. Dalam sikap wiraswasta

unsur sikap mental sangat berperan dalam memunculkan keberanian

untuk menerima suatu peluang dan menjadikannya sebagai suatu

kesempatan emas untuk sukses. Unsur sikap mental dalam wiraswasta

bidang jahit menjahit dapat dicontohkan dari sikap berani tidaknya

seseorang pada saat muncul peluang order jahitan yang banyak, atau

berani menggunakan modal yang tersedia untuk memulai usaha.

d. Unsur Kewaspadaan

Unsur kewaspadaan pada dasarnya merupakan perpaduan antara

unsur sikap mental dan unsur kognitif (pengetahuan) seseorang. Unsur

kewaspadaan dalam wiraswasta sangat berpengaruh terhadap


48

kelangsungan hidup usaha yang dijalankan. Hal ini dapat dipahami

karena kewaspadaan merupakan syarat adanya unsur prakiraan dan

perencanaan yang tepat untuk kegiatan usaha diwaktu-waktu yang

akan datang. Apabila prakiraan dan perencanaan tidak dilakukan

dengan baik maka usaha yang telah dirintis akan menghadapi

kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika perencanaan dilakukan dengan

matang dilandasi dengan prakiraan yang tepat maka usaha yang

dijalankan akan langgeng untuk masa-masa yang akan datang.

3. Sikap-sikap Wiraswasta

a. Mempunyai motivasi yang tinggi

Motivasi adalah dorongan yang kuat terhadap seseorang untuk

mencapai target tertentu, baik yang berasal dari dalam maupun dari

luar individu itu sendiri (Priyono,2004:77). Anoraga (1992:35)

mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu proses dimana

tingkah laku tersebut dipupuk dan diarahkan, dan ada kesamaan antara

motif dan need (dorongan dan kebutuhan). Motivasi seorang

wiraswasta dapat dilihat dari keinginannya untuk mencapai target

sukses tertentu dengan menggunakan kekuatannya sendiri. Siagian

(2002:104) menyebutkan bahwa motivasi akan muncul jika ada

kebutuhan yang melatar belakanginya. Contohnya warga belajar yang

memiliki motivasi tinggi berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan


49

menjahitnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan tanpa

bantuan orang lain.

Dalam berwiraswasta, faktor yang melatar belakangi munculnya

motivasi untuk sukses dapat berupa kebutuhan untuk mencapai taraf

hidup yang lebih layak, kebutuhan akan prestise dan juga kebutuhan

untuk mengaktualisasikan diri dalam bekerja. Wiraswastawan yang

berhasil selalu mempunyai motivasi yang tinggi dalam setiap kegiatan

usaha yang dilakukannya. Dalam bidang jahit menjahit, motivasi yang

tinggi dalam berwiraswasta dapat ditunjukkan dari keinginan

seseorang untuk mendirikan usaha pada bidang jahit menjahit,

misalnya ingin mendirikan butik, modiste, ataupun usaha konveksi.

b. Optimis dan berpikir positif

Machfoedz (2004:63) menyebutkan bahwa salah satu bentuk

kepribadian seseorang yang akan dapat mendukungnya menjadi

wiraswastawan adalah optimistis dan selalu berpikir positif dalam

berusaha. Apabila ia mengalami kegagalan maka ia akan mencari tahu

penyebab kegagalannya dan tidak langsung patah semangat.

Dalam berwiraswasta bidang jahit menjahit, sikap ini dapat

tercermin dari adanya sikap percaya diri dan mampu menjalankan

usaha di bidang menjahit. Misalnya seseorang yang melakukan

pekerjaan menjahit mengalami kegagalan membuat busana yang sesuai

dengan harapan, maka ia tidak akan mudah putus asa dan akan terus

mencoba untuk menyelesaikan tugasnya tersebut.


50

c. Kreatif dan inovatif

Berpikir kreatif dan inovatif adalah kemampuan seseorang untuk

menemukan hal-hal baru dan selalu mencari alternatif pemecahan

masalah dengan cara yang efektif dan efisien (Priyono,2004:93). Cara

berpikir seorang wiraswastawan tidak sama dengan orang-orang pada

umumnya. Tinggi rendahnya kualitas kreativitas seseorang dalam

berwiraswasta akan dipengaruhi oleh faktor akumulasi pengetahuan,

proses inkubasi yaitu proses pemikiran dalam alam bawah sadar yang

menggerakkan seseorang untuk menyiapkan strategi, dan juga

pengalaman ide yang dapat diperoleh seseorang melalui imajinasi dan

mimpi-mimpinya (Machfoedz,2004:82).

d. Mempunyai wawasan luas ke depan

Priyono (2004:94) mengemukakan bahwa wawasan luas ke

depan merupakan pengetahuan dan pandangan yang luas yang dimiliki

oleh seseorang terhadap suatu hal atau suatu bidang kajian. Wawasan

yang luas sangat diperlukan oleh seorang wiraswastawan, karena

dengan wawasan yang luas dan mendalam maka ia dapat menyusun

rencana usaha termasuk manajemen pengaturan sumber daya secara

efektif dan efisien sesuai dengan fungsinya, sehingga sumber daya

yang akan digunakan dapat dimanfaatkan dengan optimal.

Wawasan yang luas juga diperlukan untuk memecahkan

masalah-masalah dalam usaha yang tentunya tidak hanya masalah laba

dan rugi saja, namun juga masalah manajemen ruang dan waktu,
51

manajemen sumber daya manusia bawahannya, manajemen keuangan

serta kemampuan mengendalikan output produksi.

Dalam berwiraswasta di bidang menjahit, wawasan luas

diperlukan seorang wiraswastawan dalam hal memilih berbagai bahan

(kain) yang berkualitas, serta wawasan dalam menggunakan alat-alat

jahit yang lebih modern untuk menghasilkan produk lebih cepat.

e. Berani mengambil resiko

Keberanian dalam mengambil resiko merupakan keberanian yang

dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi tantangan yang akan

membawa pada keberhasilan maupun kegagalan (Tarmudji,2000:11).

Apabila seseorang yang memiliki bakat atau keterampilan tetapi tidak

mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam berusaha, maka

keterampilan yang dimilikinya tersebut akan sia-sia saja, karena tidak

dimanifestasikan dalam kegiatan yang nyata. Hendaknya seorang

wiraswasta harus mempunyai keberanian untuk mengambil peluang

dan kesempatan yang ada, untuk dikembangkan menjadi lahan bisnis

yang menguntungkan.

Pada umumnya untuk memulai usaha baru banyak dibayang-

bayangi oleh resiko kerugian. Namun apabila telah diperhitungkan

dengan matang maka seorang wirauswastawan harus berani untuk

melangkah maju dalam melaksanakan usaha tersebut. Namun

demikian, untuk menghindari kerugian yang fatal, hendaknya resiko

yang terlalu tinggi jangan diambil. Contohnya seorang wiraswasta di


52

bidang menjahit sudah dapat mengetahui apabila keputusan untuk

membuat pakaian dengan model jabot pada dada tidak disukai oleh

banyak orang, maka seorang wiraswastawan tidak akan memproduksi

model pakaian tersebut karena hasil produksinya tidak akan laku dan

akan menyebabkan perusahaan rugi besar. Machfoedz (2004:63)

menyebutkan bahwa wiraswastawan hendaknya bersedia menerima

resiko sebagai konsekuensi terwujudnya tujuan.

f. Berani mengambil keputusan

Mengambil keputusan adalah memilih alternatif pemecahan

masalah dan pada umumnya alteranatif tersebut mempunyai

keuntungan dan kerugian yang berbeda-beda (Priyono,2004:99).

Adakalanya seorang wiraswasta dihadapkan pada permasalahan yang

harus dengan cepat, tepat dan cermat diatasi dan dicarikan

pemecahannya. Saat itulah keputusan harus segera diambil.

Pengambilan keputusan hendaknya dilakukan secara tegas

sehingga tidak menimbulkan kebimbangan yang berlarut-larut. Namun

demikian dalam pengambilan keputusan tersebut hendaknya tidak

tergesa-gesa, jadi harus dipertimbangkan secara matang dahulu

(Machfoedz,2004:63). Contoh perilaku yang menunjukkan keberanian

warga belajar dalam mengambil keputusan adalah keberanian

memutuskan pilihan corak kain yang tepat serta sesuai dengan postur

tubuh dan juga untuk model pakaian yang akan dibuat.


53

g. Mempunyai kemampuan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama adalah kemampuan seseorang dalam

menjalin hubungan baik dengan orang lain untuk meningkatkan daya

saing perusahaan (Priyono,2004:103). Seorang wiraswasta harus

mampu menjalin hubungan kerja sama dengan pihak lain. Hal tersebut

akan dapat tercapai jika hubungan itu didasari atas dasar kesamaan

kepentingan serta komitmen yang adil.

Kemampuan bekerja sama akan nampak jika seseorang

bergabung bersama dengan orang lain untuk mendirikan usaha jahit

menjahit. Pembagian yang jelas antara hak dan kewenangan akan

mengakibatkan hubungan yang terjalin dapat dibina secara langgeng

dan tidak ada unsur saling menjatuhkan. Contoh kemampuan warga

belajar untuk bekerja sama yaitu kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggung jawab yang telah dibebankan kelompok kepada warga

belajar dalam memulai usaha dalam bidang menjahit.

h. Mempunyai kemampuan berkomunikasi.

Komunikasi dalam dunia wiraswasta mempunyai peranan yang

sangat penting, karena dengan adanya komunikasi yang baik maka

usaha yang dijalankan akan dapat mencapai target yang telah

ditentukan. Kemampuan berkomunikasi seorang wiraswasta pada

dasarnya sangat berhubungan dengan keterampilan bergaul dengan

orang lain (Soemanto,1999:75). Dengan adanya komunikasi yang baik,

maka akan mudah untuk mengenal sosok dan kepribadian seseorang,


54

sehingga akan memudahkan dalam melayani atau pun bekerja sama

dengannya. Contoh perilaku warga belajar yang menunjukkan

kemampuan berkomunikasi adalah adanya usaha tiap warga belajar

untuk saling bertukar pengalaman dan berpendapat untuk memulai dan

mengembangkan usaha bidang jahitan.

i. Mempunyai jiwa pemimpin

Memimpin dapat berarti memotivasi orang atau mengubah

potensi seseorang menjadi realitas (Priyono,2004:111). Kepemimpinan

dapat diartikan sebagai keahlian seorang pemimpin yang dapat

memungkinkan untuk menyalurkan rekannya agar bekerja dengan

sungguh-sungguh dan penuh kepercayaan (Tarmudji,2000:44).

Kepemimpinan pada dasarnya bukan hanya kemampuan untuk

memerintah orang lain, namun juga mengendalikan dan memimpin diri

sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Soemanto (1999:69) yang

menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kemampuan kepemimpinan

yang baik, maka seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri

dengan baik, mengenali diri sendiri dan berdisiplin diri.

Kepemimpinan bagi seorang wiraswasta merupakan aset yang

sangat penting yang harus dimiliki, karena tidak selamanya kegiatan

usaha dijalankan oleh diri sendiri. Ada saat-saat tertentu dimana

pekerjaan harus dilimpahkan kepada orang lain, sehingga diperlukan

keahlian dalam mengarahkan orang tersebut untuk bertindak sesuai

dengan harapan agar pekerjaan yang dilimpahkan dapat terselesaikan


55

dengan baik. Apabila seorang wiraswasta tidak mampu memberikan

perintah atau mengarahkan kerja orang lain, maka akan mengakibatkan

pekerjaan tersebut tidak dapat terselesaikan sesuai dengan harapan dan

tujuannya.

j. Mampu bekerja mandiri

Priyono (2004:114) mengemukakan bahwa kemampuan bekerja

mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk berusaha di atas

kemampuannya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini

mengindikasikan bahwa dalam wiraswasta, kemampuan bekerja

mandiri mensyaratkan adanya rasa percaya diri yang tinggi dan tidak

meragukan atas kemampuan yang dimilikinya. Wiraswasta akan

berpikiran bahwa tindakan yang dilakukan akan mampu mengubah

kejadian dan percaya bahwa mereka adalah pemimpin bagi dirinya

sendiri. Dengan dilandasi sikap-sikap tersebut maka wiraswasta akan

mantap melakukan kegiatan-kegiatan untuk meraih kesuksesan.

Kemampuan untuk bekerja secara mandiri, dapat tercermin dari

kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan secara mandiri

tanpa terlalu tergantung pada bantuan dari pihak lain.

C. Kerangka Berfikir

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, Pemerintah bersama

swasta memberikan berbagai keterampilan melalui kelompok belajar (kejar)

yang ada di daerah tertentu seperti kejar menjahit yang ada di Kelurahan
56

Bongsari Kecamatan Semarang Barat. Melalui kejar menjahit tersebut warga

belajar diharapkan memiliki SDM yang berkwalitas, sehingga dapat

berwiraswasta. Penilaian SDM yang berkwalitas di lihat dari kinerja atau

kemampuan dalam menjahit yang secara rutin dilakukan warga belajar pada

proses pembelajaran baik teori maupun praktek. Proses pembelajaran tersebut

meliputi kemampuan mengenal alat jahit, mengambil ukuran, membuat pola,

dan kemampuan menjahit. Dari proses pembelajaran dan hasil praktek dapat

dinilai apakah warga belajar memiliki kinerja menjahit. Setelah warga belajar

memiliki kinerja menjahit akan timbul keinginan untuk membuat pakaian baik

untuk orang lain atau keluarga dengan tujuan menghemat pada saat praktek

menjahit. Selain itu menghemat untuk mandiri, warga belajar juga termotivasi

dalam mencari pelanggan dan sebagian pengalaman dalam menjahit.

Keinginan membuatkan pakaian untuk orang lain merupakan sikap wiraswasta

yang dimiliki warga belajar.

Sikap wiraswasta adalah sikap atau tingkah laku yang gagah berani,

luhur dan mandiri yang pantas diteladani. Sikap wiraswasta dapat timbul

karena kebutuhan warga belajar. Seseorang yang memiliki sikap wiraswasta

berarti memiliki motivasi, sikap optimis dan berfikir positif, kreatif dan

inovatif, mempunyai wawasan luas ke depan, berani mengambil resiko dan

keputusan, dapat bekerjasama dan berkomunikasi, dapat memimpin dan

mandiri. Sikap di atas merupakan indikator dari wiraswasta yang

kemungkinan secara tidak langsung timbul pada saat warga belajar

memanfaatkan kinerja menjahit yang dimilikinya untuk mencari uang dengan


57

membuka usaha dibidang penjahitan seperti modiste, tailor atau konfeksi.

Dengan kinerja menjahit dan sikap wiraswasta yang dimiliki warga belajar

akan menghasilkan suatu benda yang bermanfaat dengan cepat dan rapi.

Dalam skripsi ini di bahas tentang Hubungan antara Kinerja Menjahit dengan

Sikap Wiraswasta pada Kelompok Belajar Menjahit di Kelurahan Bongsari

Kecamatan Semarang Barat.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan untuk sementara menjawab permasalahan

penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis adalah:

1. Hipotesis alternatif (Ha)

Ada hubungan antara kinerja menjahit dan sikap wiraswasta pada

kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang

Barat.

2. Hipotesis nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara kinerja menjahit dan sikap wiraswasta pada

kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang

Barat
BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,

maka perlu disusun langkah-langkah penelitian yang tercakup dalam metode

penelitian. Ketepatan metode yang digunakan sangat menentukan keakuratan hasil

penelitian yang diperoleh. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk

mendapatkan hasil yang baik, meliputi metode penentuan objek penelitian,

metode pengumpulan data, instrumen penelitian serta metode analisis data. Untuk

lebih jelasnya, tahapan metode dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam uraian

berikut.

A. Metode Penentuan O bjek Penelitian

Penentuan objek penelitian meliputi populasi dan sampel penelitian.

1. Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian

(Arikunto, 2002:108). Sugiyono (2003:55) mengemukakan, populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini yang

dijadikan populasi adalah seluruh warga belajar yang mengikuti kejar

menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat sejumlah 30

orang.

58
58
59

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto,2002:109). Menurut Sugiyono (2003:56), sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk

itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sampel merupakan

sebagian atau keseluruhan gejala yang diambil dari anggota populasi dan

dianggap benar-benar mewakili karakteristik seluruh gejala dalam

populasi.

Dari anggota populasi sejumlah 30 orang, dan taraf kesalahan 5%

maka jumlah anggota sampel yang representatif yang dapat diambil adalah

95% dari 30 orang, yaitu sejumlah 28 orang (Sugiyono,2001:68). Untuk

menentukan sebaran anggota sampel dalam penelitian ini, digunakan

teknik simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel

dengan mengambil anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan

strata atau tingkatan yang ada dalam populasi (Sugiyono,2001:59).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan anggota sampel

adalah memberi kode angka pada lembaran-lembaran kertas kecil mulai

dari 1 sampai dengan 30 (seluruh anggota populasi), mengundi lembaran-

lembaran kertas dan mengambil sejumlah 28, menetapkan ke 28 orang

yang terpilih sebagai anggota sampel.


60

3. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek yang akan diteliti atau yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto,2002:94). Definisi lain tentang

variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati

(Sugiyono, 2003:2). Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat

dikemukakan bahwa variabel adalah objek atau gejala yang menjadi fokus

dalam suatu penelitian.

Penelitian ini memuat dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang menjadi

sebab berubahnya variabel terikat (dependen), sedangkan variabel terikat

(dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2003:3). Variabel yang menjadi fokus

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (X) , yaitu variabel kinerja menjahit

b. Variabel terikat (Y) , yaitu variabel sikap wiraswasta.

Variabel kinerja menjahit meliputi sub-sub variabel yang juga

berperan sebagai indikator pengukuran kinerja menjahit. Sub-sub variabel

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan menggunakan alat jahit

b. Kemampuan mengambil ukuran

c. Kemampuan membuat pola

d. Kemampuan menggunting

e. Kemampuan menjahit pakaian


61

Variabel sikap wiraswasta meliputi sub-sub variabel sebagai berikut :

a. Motivasi

b. Optimis dan berpikir positif

c. Berpikir kreatif dan inovatif

d. Mempunyai wawasan luas ke depan

e. Keberanian mengambil resiko

f. Keberanian mengambil keputusan

g. Bekerja sama

h. Mandiri

B. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini terdiri

dari metode observasi (pengamatan) dan metode angket (kuesioner).

1. Metode Observasi

Menurut Ridwan (2004:42) observasi adalah melakukan pengamatan

secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan untuk memperoleh

data tentang tingkat kinerja menjahit warga belajar yang mengikuti kejar

menjahit. Pengamatan dilakukan dengan memberikan tanda checklist (3)

pada instrumen observasi berupa lembar observasi yang berisikan skor

pada masing-masing indikator kinerja manjahit. Tingkatan skor yang

digunakan dalam pengamatan adalah sebagai berikut :


62

A. Sangat Baik diberi skor 4

B. Baik diberi skor 3

C. Cukup Baik diberi skor 2

D. Kurang Baik diberi skor 1

Jumlah skor total yang diperoleh oleh tiap warga belajar merupakan

cerminan tingkat kinerja menjahit yang dimilikinya. Apabila skor totalnya

tinggi maka dapat dikatakan bahwa tingkat kinerja menjahitnya tinggi,

sedangkan bila tingkat kinerjanya rendah maka skor total pun rendah.

Dengan demikian skor tertinggi yang mungkin dicapai oleh responden

adalah 4 x 20 item = 80, dan skor terendah yang dapat dicapai adalah 1 x

20 item = 20.

2. Metode Angket

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:200), angket adalah sejumlah

pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-

hal yang ia ketahui.

Penggunaan angket dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengungkap variabel sikap wiraswasta pada diri responden. Dipandang

dari segi cara menjawabnya, angket dalam penelitian ini termasuk angket

tertutup, yaitu angket yang telah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih saja pada jawaban yang tersedia. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Sugiyono

(2001:73) mengemukakan bahwa skala Likert sering digunakan untuk


63

mengukur sikap atau pendapat seseorang. Alternatif jawaban yang

digunakan dalam skala Likert untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4

Sesuai (S) diberi skor 3

Kurang Sesuai (KS) diberi skor 2

Tidak Sesuai (TS) diberi skor 1

C. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang baik pada dasarnya akan mendukung perolehan data

penelitian yang baik pula, untuk itu perlu usaha dalam menyusun instrumen

yang baik. Untuk mendapatkan data yang akurat tentang aspek yang diteliti,

maka disusun kisi-kisi instrumen yang akan digunakan dalam angket dan

observasi. Kisi-kisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Metode
No. Variabel Sub Variabel Pengumpulan Alat Ukur
Data
Kemampuan menggunakan alat jahit
Kemampuan mengambil ukuran
Kinerja
1 Kemampuan membuat pola Obsevasi Chekclist
Menjahit
Kemampuan menggunting
Kemampuan menjahit pakaian
Motivasi
Optimis dan berpikir positif
Kreatif dan inovatif
Sikap Berwawasan luas
2 Angket Angket
Wiraswasta Berani mengambil resiko
Berani mengambil keputusan
Mau bekerja sama
Mandiri
64

D. Uji Coba Instrumen

Usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang baik

untuk penelitian salah satunya adalah dengan mengupayakan penyusunan

instrumen yang memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas. Instrumen yang

telah disusun berdasarkan kisi-kisi terlebih dahulu diuji cobakan agar dapat

diketahui validitas dan reliabilitasnya. Pelaksanaan uji coba dalam penelitian

ini dilakukan dengan memberikan instrumen yang telah disusun kepada 20

orang anggota sampel yang dipilih secara acak, dengan memperhatikan ciri-

ciri yang sama dengan populasi yaitu warga belajar. Jawaban yang diberikan

oleh peserta uji coba kemudian diberi skor sesuai dengan ketentuan yang telah

dibuat. Skor-skor yang diperoleh dari tiap responden kemudian dipergunakan

untuk menentukan validitas dan reliabilitas instrumen.

1. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,2002:144). Sedangkan pendapat

lain “instrumen valid” adalah instrumen yang dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,2003:267). Dengan

demikian validitas dimaksudkan untuk menentukan apakah pertanyaan

atau pernyataan yang disusun dalam angket, betul-betul dapat digunakan

untuk mengukur faktor-faktor yang hendak diukur sesuai dengan tujuan

penelitian.

Pengujian validitas dilakukan dengan analisis butir (item). Menurut

Sugiyono (2003:272), analisis butir adalah mengkorelasikan skor tiap butir


65

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Rumus korelasi

yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment dari Pearson

sebagai berikut :

N ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
rxy =
{N ∑ x 2
}{
− (∑ x ) N ∑ y 2 − (∑ y )
2 2
}
Keterangan :
r xy = koefisien korelasi
Σ x = skor item
Σ y = skor total
N = jumlah sampel (Sugiyono,2003:272).

Untuk menentukan valid tidaknya item soal, maka koefisien tersebut

dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka item soal dinyatakan

valid.

Pengujian validitas pada variabel kinerja menjahit menunjukkan

bahwa koefisien korelasi berkisar antara 0,4280 sampai dengan 0,8670.

Setelah dilakukan pembandingan dengan rtabel sebesar 0,4444 maka

disimpulkan bahwa dari 20 item soal, 2 item dinyatakan tidak valid yaitu

nomor 8 dan 17, sedangkan item yang lain dinyatakan valid.

Pengujian pada variabel sikap wiraswasta menunjukkan bahwa

koefisien korelasi berkisar antara 0,3000 sampai dengan 0,7752. Setelah

dilakukan pembandingan dengan rtabel sebesar 0,4444 maka disimpulkan

bahwa dari 20 item soal, 3 item dinyatakan tidak valid yaitu nomor 9, 11

dan 20, sedangkan item yang lain dinyatakan valid. Dengan demikian

instrumen telah memenuhi syarat validitas. Hasil perhitungan validitas

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5 halaman 93-98.


66

2. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini selain uji validitas juga dilakukan uji

reliabilitas. Suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu

(Arikunto,2002:170). Instrumen pada penelitian ini, reliabilitasnya diuji

secara internal consistency. Pengujian reliabilitas dengan internal

consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali,

kemudian hasilnya dianalisis. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk

menganalisis reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 melainkan

berupa interval, misalnya angket atau soal bentuk uraian (Arikunto,

2002:171). Maka reliabilitas intstrumen ini akan dianalisis dengan rumus

Alpha Cronbach sebagai berikut :

⎧ k ⎫⎧⎪
r11 = ⎨ ⎬⎨1 −
∑s
2
1
⎫⎪
2 ⎬
⎩ k − 1⎭⎪⎩ ∑s t ⎪⎭

Keterangan :
r 11 = realibilitas instrumen
k = banyaknya butir / item soal
2
Σsi = jumlah varian butir
Σst2 = varian total (Arikunto,2002:171)

Hasil dari perhitungan rumus Alpha tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan harga r Tabel pada taraf signifikansi 5% dan

jumlah responden (N) sejumlah 20. Jika harga r hitung > r tabel maka

instrumen dikatakan reliabel, namun jika r hitung < r tabel maka instrumen

dikatakan tidak reliabel.


67

Hasil pengujian pada variabel kinerja menjahit, diperoleh koefisien

r11 sebesar 0,9195. Karena r11 > rtabel maka instrumen variabel kinerja

menjahit dinyatakan reliabel. Hasil pengujian pada variabel sikap

wiraswasta, diperoleh koefisien r11 sebesar 0,8803. Karena r11 > rtabel maka

instrumen variabel sikap wiraswasta dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan

reliabilitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 93-98.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

analisis deskriptif prosentase, sedangkan pengujian hipotesis dilakukan teknik

analisis korelasi product moment.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau

deskripsi tentang aspek-aspek yang terdapat di dalam variabel penelitian.

Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata data dan

standar deviasi. Selain itu juga dilakukan analisis dengan menggunakan

daftar distribusi frekuensi dan tabel distribusi frekuensi. Langkah-langkah

yang dilakukan untuk membuat daftar distribusi frekuensi adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan jumlah responden

b. Menentukan jumlah butir pertanyaan

c. Menentukan skor maksimum, dengan cara mengalikan skor tertinggi

jawaban dengan jumlah item pertanyaan.


68

d. Menentukan skor minimum, dengan cara mengalikan skor terendah

jawaban dengan jumlah item variabel.

e. Menentukan rentang skor, yaitu dengan cara mengurangi skor

maksimum dengan skor minimum.

f. Menentukan jenjang kriteria dengan aturan Sturgess k = 1 + 3,3 log n.

g. Menentukan interval kelas skor, dengan cara membagi rentang skor

dengan jumlah kriteria

h. Membuat kelas-kelas interval mulai dari skor minimum sampai dengan

skor maksimum dengan interval yang telah ditentukan

i. Memasukkan skor yang diperoleh tiap responden ke dalam kelas

interval yang sesuai

j. Menentukan frekuensi perolehan skor dari tiap responden yang sesuai

dengan kelas intervalnya

k. Menghitung prosentase dari frekuensi tiap kelas interval

2. Teknik Uji Persyaratan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik korelasi product moment. Sebelum teknik korelasi

product moment dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu

uji normalitas sebaran data (Sugiyono,2001:114).

Untuk mengetahui normalitas data dari populasi yang ada digunakan

uji Lillieffors. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:


69

1) Tiap skor total yang diperoleh, diubah menjadi bilangan baku zi



x −x −
dengan menggunakan rumus zi = i dengan x merupakan rata-rata
s

data dan s adalah simpangan baku.

2) Dari tiap angka baku tersebut kemudian ditentukan peluang zi F(zi)

dengan bantuan tabel luas lengkungan kurva normal. Ketentuannya,

jika zi positif, maka F (zi)=0,5 + Luas daerah di bawah lengkungan

normal standar, jika zi negatif, maka F(zi) =0,5 – Luas daerah di bawah

lengkungan normal standar.

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi, ditulis S(zi). Caranya dengan membagi banyaknya skor yang

lebih kecil atau sama dengan zi dengan jumlah responden (28).

4) Kemudian dihitung selisih antara F(zi) – S(zi) dengan mengambil harga

mutlaknya.

5) Menentukan harga terbesar dari selisih tersebut sebagai harga Lo.

6) Bandingkan dengan harga L tabel. Apabila Lo < L tabel, maka sebaran

data tersebut mengikuti distribusi normal (Sudjana,1996:466).

3. Pengujian Hipotesis

Teknik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah teknik

korelasi product moment. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Dengan menggunakan teknik ini akan diperoleh harga koefisien r product

moment. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


70

N ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
rxy =
{N ∑ x 2
}{
− (∑ x ) N ∑ y 2 − (∑ y )
2 2
}
Keterangan:
r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Σ x = skor total variabel X
Σ y = skor total variabel Y
N = jumlah sampel (Sugiyono,2001:148).

Harga koefisien ini menunjukkan ada tidaknya hubungan yang

terjadi antara kedua variabel tersebut. Untuk dapat memberikan

interpretasi kuat lemahnya hubungan antara kedua variabel, digunakan

pedoman sebagai berikut :

Tabel 3.2
Interpretasi Tingkat Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono,2001:149

Harga koefisien korelasi yang diperoleh pada dasarnya masih hanya

berlaku pada sejumlah sampel penelitian. Untuk mengetahui apakah hasil

tersebut berlaku juga untuk tingkatan populasi maka perlu dilakukan uji

signifikansi korelasi. Uji signifikansi dilakukan menggunakan uji t dengan

rumus sebagai berikut :

r n−2
t=
1− r2

Keterangan:
t = harga t hitung
71

r = koefisien korelasi product moment


n = jumlah sampel (Sugiyono,2001:150)

Kriteria pengujiannya, jika harga t hitung > dari harga t tabel maka

koefisien korelasi yang diperoleh adalah signifikan, artinya dapat

digeneralisasikan pada populasi.

Untuk menentukan seberapa besar sumbangan yang ditimbulkan oleh

variabel bebas terhadap variabel terikat, dilakukan perhitungan koefisien

determinasi koefisien korelasi product moment. Rumus yang digunakan

adalah KP = r2 x 100% dimana KP menyatakan besarnya koefisien

determinasi dan r adalah koefisien korelasi antara variabel bebas dan

variabel terikat (Ridwan,2004:218).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV akan disajikan tentang waktu dan tempat pelaksanaan

penelitian, deskripsi data penelitian, analisis data dan pembahasan. Berikut ini

akan diuraikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus sampai dengan 1

September 2005, dengan mengambil lokasi di Balai RW IV Kelurahan

Bongsari Kecamatan Semarang Barat.

B. Hasil Penelitian

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti

adalah menginterpretasikan data hasil penelitian secara deskriptif.

Berdasarkan hasil pengumpulan data berupa nilai pada variabel kinerja

menjahit dan sikap wiraswasta, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Nilai Nilai Standar
Variabel Rata-rata
Tertinggi Terendah Deviasi
Kinerja Menjahit 70 26 54,1430 10,5930
Sikap Wiraswasta 68 29 52,5710 9,9645

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada variabel kinerja

menjahit, skor tertinggi 70, skor terendah 26, rata-ratanya adalah 54,1430

dengan standar deviasi 10,5930. Pada variabel sikap wiraswasta skor tertinggi

72
73

68, skor terendah 29, rata-rata skor adalah sebesar 52,5710 dan standar

deviasinya sebesar 9,9645.

Selanjutnya, sebaran data tersebut dibuat menjadi daftar distribusi

frekuensi dengan langkah-langkah seperti tercantum dalam teknik analisis

deskriptif bab metodologi penelitian. Berikut ini hasil penyusunan daftar

distribusi frekuensi pada masing-masing variabel.

1. Data Kinerja Menjahit

Kinerja menjahit dapat digambarkan dengan daftar distribusi

frekuensi data, oleh karena itu dapat ditentukan dengan menentukan

interval skor sebagai berikut:

a. Jumlah responden 28

b. Jumlah butir pertanyaan 18

c. Skor maksimum = 4 x 18 = 72

d. Skor minimum = 1 x 18 = 18

e. Rentang skor = 72 – 18 = 54

f. Jumlah kelas data = 1 + 3,3 log 28 = 5,7756 dibulatkan menjadi 6

g. Interval kelas = 54 : 6 = 9

Hasil pengolahan data jika disajikan dalam bentuk daftar distribusi

frekuensi variabel kinerja menjahit adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Daftar Distribusi Frekuensi Data Kinerja Menjahit
Kelas Interval Skor Frekuensi Prosentase %
A 18 – 26 1 3,5714
B 27 – 35 0 0,0000
C 36 – 44 4 14,2857
D 45 – 53 7 25,0000
E 54 – 62 9 32,1429
F 63 – 72 7 25,0000
Jumlah 28 100%
74

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebesar 32,1429% responden,

memiliki skor pada interval 54 – 62, sebesar 25,0000% responden

mempunyai skor pada interval 45 – 53 dan pada interval 63 – 72, sebesar

14,2857% memiliki skor pada interval 36 – 44, dan sebanyak 3,5714%

memiliki skor pada interval 18 – 26. Dari tabel di atas, diketahui tidak ada

responden yang memiliki skor pada interval 27 – 35.

Berdasarkan tabel daftar distribusi di atas, jika digambarkan dalam

bentuk grafik akan diperoleh gambaran sebagai berikut:

9
8
7
6
Frekuensi

5
4
3
2
1
0
18 - 26 27 - 35 36 - 44 45 - 53 54 - 62 63 - 72
Skor

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kinerja Menjahit

2. Data Sikap Wiraswasta

Variabel sikap wiraswasta dapat digambarkan dengan daftar

distribusi frekuensi data, oleh karena itu dapat ditentukan dengan

menentukan interval skor sebagai berikut:

a. Jumlah responden 28

b. Jumlah butir pertanyaan 17


75

c. Skor maksimum = 4 x 17 = 68

d. Skor minimum = 1 x 17 = 17

e. Rentang skor = 68 – 17 = 51

f. Jumlah kelas data = 1 + 3,3 log 28 = 5,7756 dibulatkan menjadi 6

g. Interval kelas = 51 : 6 = 8,5 dibulatkan menjadi 9

h. Hasil pengolahan data jika disajikan dalam bentuk daftar distribusi

frekuensi variabel sikap wiraswasta adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Daftar Distribusi Frekuensi Data Sikap Wiraswasta


Kelas Interval Skor Frekuensi Prosentase %
A 17 – 25 0 0
B 26 – 33 1 3,5714
C 34 – 41 3 10,7142
D 42 – 50 9 32,1429
E 51 – 59 6 21,4286
F 60 – 68 9 32,1429
Jumlah 28 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki skor pada interval 42 – 50 dan 60 – 68 masing-masing sebesar

32,1429%. Responden yang memiliki skor pada interval 51 – 59 sebesar

21,4286%, responden yang memiliki skor pada interval 34 – 41 sebesar

10,7142%, sedangkan responden yang memiliki skor pada interval 26 – 33

sebesar 3,5714%. Tabel di atas menunjukkan tidak ada responden yang

memiliki skor pada interval 17 – 25.

Daftar distribusi di atas, jika digambarkan dalam bentuk grafik akan

diperoleh gambaran sebagai berikut:


76

10

8
Frekuensi
6

0
17 - 25 26 - 33 34 - 41 42 - 50 51 - 59 60 - 68
Skor

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Sikap Wiraswasta

C. Analisis Data Hasil Penelitian

Analisis pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh jawaban atas

hipotesis penelitian, yaitu dengan menggunakan teknik korelasi product

moment. Namun sebelum dilakukan pengujian tersebut, dilakukan uji

prasyarat analisis terlebih dahulu.

1. Uji Prasyarat Analisis

Analisis ini dilakukan untuk menguji normalitas data hasil penelitian

sebagai syarat analisis korelasi dengan statistik parametik. Pengujian pada

analisis ini adalah uji normalitas.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran

data pada tiap-tiap variabel. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan

uji Lillieffors, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tiap skor total yang diperoleh, diubah menjadi bilangan baku zi



x −x −
dengan menggunakan rumus zi = i dengan x merupakan rata-rata
s

data dan s adalah simpangan baku.


77

2) Dari tiap angka baku tersebut kemudian ditentukan peluang zi F(zi)

dengan bantuan tabel luas lengkungan kurva normal. Ketentuannya,

jika zi positif, maka F (zi)=0,5 + Luas daerah di bawah lengkungan

normal standar, jika zi negatif, maka F(zi) =0,5 – Luas daerah di bawah

lengkungan normal standar.

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi, ditulis S(zi). Caranya dengan membagi banyaknya skor yang

lebih kecil atau sama dengan zi dengan jumlah responden (28).

4) Kemudian dihitung selisih antara F(zi) – S(zi) dengan mengambil harga

mutlaknya.

5) Menentukan harga terbesar dari selisih tersebut sebagai harga Lo.

6) Bandingkan dengan harga L tabel. Apabila Lo < L tabel, maka sebaran

data tersebut mengikuti distribusi normal (Sudjana,1996:466).

Dari skor yang diperoleh pada variabel kinerja menjahit, kemudian

dilaksanakan langkah-langkah seperti tersebut di atas. Dari harga-harga


perhitungan pada lampiran, diperoleh x =54,1430 dan s=10,5930. Harga

zi berkisar antara –2,6567 sampai 1,4960. Dari harga tersebut, diperoleh

F(zi) antara 0,0039 sampai 0,9327 sedangkan proporsi S(zi) antara 0,0357

sampai 1,0000. Setelah dihitung, diperoleh selisih harga mutlak F(zi )-S(zi)

atau Lo, berkisar antara 0,0075 sampai 0,0672. Dengan demikian, harga

maksimal (Lo) sebesar 0,0672. Harga L tabel untuk n = 28 dan taraf

signifkansi 5% atau 0,05 adalah 0,1658. Karena harga Lo < L tabel, maka

disimpulkan bahwa sebaran data variabel kinerja menjahit adalah normal.


78

Hasil perhitungan uji normalitas variabel kinerja menjahit terdapat pada

halaman 111 lampiran 13.

Dari skor yang diperoleh pada variabel sikap wiraswasta, kemudian

dilaksanakan langkah-langkah pengujian Lillieffors. Dari harga-harga


perhitungan pada lampiran, diperoleh x =52,5710 dan s=9,9640. Harga zi

berkisar antara –2,3656 sampai 1,5484. Dari harga tersebut, diperoleh F(zi)

antara 0,0090 sampai 0,9392 sedangkan proporsi S(zi) antara 0,0357

sampai 1,000. Setelah dihitung, diperoleh selisih harga mutlak F(zi )-S(zi)

atau Lo, berkisar antara 0,0003 sampai 0,0978. Dengan demikian, harga

maksimal (Lo) sebesar 0,0998. Harga L tabel untuk n = 28 dan taraf

signifkansi 5% atau 0,05 adalah 0,1658. Karena harga Lo < L tabel, maka

disimpulkan bahwa sebaran data variabel sikap wiraswasta adalah normal.

Hasil perhitungan uji normalitas variabel kinerja menjahit terdapat pada

halaman 120 lampiran 15.

2. Analisis Tahap Akhir

Berdasarkan analisis tahap awal diketahui bahwa sebaran data pada

ketiga variabel memenuhi syarat normalitas, maka pada analisis tahap

berikutnya adalah dilakukan secara parametrik dengan teknik analisis

korelasi product moment,untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun

hipotesis yang diajukan adalah berbunyi:


79

Ho : Tidak ada hubungan antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta

pada kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan

Semarang Barat

Ha : Ada hubungan antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta pada

kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongsari Kecamatan

Semarang Barat

a. Korelasi antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta

Analisis yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya korelasi

antara kedua variabel adalah dengan menggunakan teknik korelasi

product moment. Berdasarkan tabel pada lampiran perhitungan

korelasi diperoleh seperti tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4
Statistik untuk Perhitungan Korelasi

Statistik Jumlah
ΣX 1516
(ΣX)2 2298256
ΣY 1472
(ΣY)2 2166784
ΣXY 81375
ΣY2 80066
85110
ΣX2
28
n

Harga-harga tersebut kemudian disubstitusikan ke dalam rumus

korelasi product moment.

n ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
rXY =
{n ∑ X 2 − (∑ X) 2 }{n ∑ Y 2 − (∑ Y) 2 }

28x81375 − 1516 x1472


rXY =
{28x85110 − 2298256}{28x80066 − 2166784}
80

2278500 − 2231552
rXY1 =
{2383080 − 2298256}{2241848 − 2166784}

46948
rXY =
{84824}{75064}

46948
rXY =
{6367228736}

46948
rXY =
79794,917

rXY = 0,5884

Koefisien r tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r

tabel product moment. Untuk n = 28 dan taraf signifikansi 5%

diperoleh harga rtabel sebesar 0,3740. Karena harga rhitung > rtabel yaitu

0,5884 > 0,3740 maka disimpulkan hipotesis nol yang berbunyi tidak

ada hubungan antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta pada

kelompok belajar menjahit di Kelurahan Bongasari Kecamatan

Semarang Barat, ditolak yang berarti hipotesis kerja diterima, yang

berbunyi ada hubungan antara kinerja menjahit dengan sikap

wiraswasta. Besarnya koefisien korelasi adalah 0,5884.

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi, dilakukan uji t

sebagai berikut:

r n−2
t=
1− r2

0,5884 28 − 2
t=
1 − 0,58842
81

0,5884 26
t=
1 − 0.346

3,00
t=
0,654

3,00
t= = 3,7082
0,809

Harga thitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan ttabel

dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan n – 2 = 28 – 2 =26,

yaitu sebesar 1,7060. Karena thitung (3,7082) > ttabel (1,7060) maka

disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan, artinya dapat

digeneralisasikan pada populasinya, dengan demikian ada hubungan

antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta.

Daerah Penolakan Ho

Daerah
penerimaan Ho

ttabel thitung
0 =3,7082
1,7060

Gambar 4.3 Bagan Pengujian thitung

Besarnya sumbangan kinerja menjahit terhadap sikap wiraswasta

ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi, yaitu sebesar

(0,5884)2 = 0,3462 atau 34,6200%. Dengan demikian masih terdapat

faktor lain yang turut memberikan sumbangan terhadap sikap

wiraswasta, yaitu sebesar 65,3800% (diperoleh dari 100% -

34,6200%). Berikut ini adalah grafik dari hasil perhitungan di atas.


82

Kinerja
Menjahit
34.6200%

Faktor
Lain
65.3800%

Gambar 4.4
Diagram Sumbangan Kinerja Menjahit terhadap Sikap Wiraswasta

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan teknik

korelasi product moment antara kinerja menjahit dan sikap wiraswasta,

diperoleh koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,5884 > rtabel sebesar 0,3740, yang

signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti ada hubungan antara

kedua variabel. Jika kinerja menjahit warga belajar tinggi, maka sikap

wiraswastanya pun akan semakin tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah

kinerja menjahit maka sikap wiraswastanya pun semakin rendah. Hasil

simpulan ini dapat dipahami karena pada dasarnya seseorang yang memiliki

kemampuan dalam menjahit cenderung mempunyai keinginan untuk

membuka suatu usaha, apabila ada faktor-faktor yang mendukungnya.

Seorang warga belajar yang mempunyai kinerja menjahit tinggi, cenderung

memiliki motivasi untuk mengaktualisasikan keahliannya dalam bentuk usaha

yang mendatangkan keuntungan.

Besarnya sumbangan kinerja menjahit terhadap sikap wiraswasta

ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi, yaitu sebesar (0,5884)2


83

= 0,3462 atau 34,6200%. Dengan demikian masih terdapat faktor lain yang

turut memberikan sumbangan terhadap sikap wiraswasta, yaitu sebesar

65,3800% (diperoleh dari 100% - 34,62%). Faktor-faktor di luar kinerja

menjahit yang turut memberikan sumbangan terhadap sikap wiraswasta antara

lain motivasi, sikap optimistis yang dimilikinya, kreativitas dan inovasinya,

serta keberaniannya dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan.

Faktor kinerja memberikan sumbangan hanya sekitar sepertiga bagian

saja. Hal ini dapat terjadi karena meskipun warga belajar memiliki kinerja

yang cukup baik, namun apabila memiliki motivasi untuk menjadi wiraswasta

atau tidak memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi baru, maka sikap

wiraswastanya pun tidak akan berkembang dengan baik. Kreativitas dan

inovasi warga belajar kurang berkembang karena kurang adanya pemberian

stimulus-stimulus untuk menjadi wiraswasta. Warga belajar yang memiliki

kinerja menjahit baik, tetapi sangat terbatas modal usahanya, sangat kecil

kemungkinannya untuk memiliki sikap wiraswasta atau berkeinginan menjadi

wiraswasta dalam bidang jahit menjahit. Pada umumnya faktor yang sering

menjadi penghambat kemauan menjadi wiraswasta dari warga belajar adalah

kurangnya keberanian mengambil resiko meminjam modal usaha.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengusahakan semaksimal mungkin

mengikuti prosedur yang tepat dan benar. Namun demikian, masih terdapat

beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini, yang mungkin ber

pengaruh terhadap hasil penelitian. Beberapa keterbatasan tersebut antara lain:


84

1. Pada saat pelaksanaan uji coba instrumen, idealnya dikenakan pada warga

belajar menjahit di luar anggota sampel. Namun karena di lokasi lain

peneliti tidak menemukan adanya kelompok belajar menjahit lainnya maka

pelaksanaan uji coba dikenakan pada sebagian anggota sampel. Hal ini

mungkin berpengaruh terhadap kinerja yang ditunjukkan oleh warga

belajar pada saat penelitian yang sesungguhnya dilakukan.

2. Idealnya obersvasi dilakukan lebih dari satu kali, namun karena

keterbatasan waktu dan tenaga serta sulitnya koordinasi dengan warga

belajar dan tutor, maka observasi hanya dilaksanakan satu kali. Hal

tersebut mungkin berpengaruh terhadap hasil penilaian observasi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan yang signifikan antara kinerja menjahit yang dimiliki oleh

warga belajar dengan sikap wiraswasta di bidang penjahitan. Hubungan

yang terjadi antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta warga belajar

bersifat positif. Hal ini mengandung arti jika warga belajar mempunyai

kinerja menjahit yang tinggi maka cenderung memiliki sikap wiraswasta

yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika warga belajar mempunyai

kinerja menjahit yang rendah maka ia cenderung memiliki sikap

wiraswasta yang rendah pula.

2. Besarnya sumbangan kinerja menjahit terhadap sikap wiraswasta sebesar

34,6200% atau hanya sekitar sepertiga bagian dari seluruh faktor yang

mempengaruhi sikap wiraswasta. Hal ini dapat disebabkan kurang

berkembangnya situasi dan kondisi yang mendukung munculnya sikap

wiraswasta warga belajar, baik dari faktor motivasi, kreativitas, inovasi

atau pun keberanian warga belajar dalam mengambil keputusan dan

resiko.

85
86

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh, peneliti mempunyai beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi warga belajar, hendaknya selalu berusaha untuk meningkatkan

kinerja menjahit serta memacu peningkatkan sikap dan jiwa

wiraswastanya. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menekuni

serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan menjahit.

2. Pemerintah Kelurahan hendaknya mendukung terciptanya situasi dan

kondisi yang memungkinkan dapat meningkatkan sikap wiraswasta warga

belajar. Langkah yang dapat ditempuh misalnya dengan mengusahakan

adanya koperasi untuk menampung hasil kerja warga belajar menjahit,

yang juga dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pemasaran

produksi warga belajar. Selain itu pemerintah kelurahan harus sering

mengadakan pameran, bazar, pasar murah maupun lomba tentang busana.

Usaha lain yang juga penting adalah mengusahakan ketersediaan fasilitas-

fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat untuk

mengembangkan potensi wirausahanya, misalnya dengan mengusahakan

bantuan alat-alat jahit, serta pinjaman modal usaha bagi mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Anoraga, Pandji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Petunjuk Pelaksanaan


Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta : Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pembuatan Busana Rekreasi. Jakarta:


Depdiknas

Mangkunegoro. 2000. Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja


Rosda Karya.

Machfoedz, Mas’ud. 2004. Kewirausahaan, Suatu Pendekatan Kontemporer.


Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Pitoyo, Nugroho, Oki. 2004. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi terhadap


Kinerja Guru SMP Negeri Kota Semarang Tahun 2004. Tesis tidak
diterbitkan. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Poerwodarminto. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Priyono, Susilo. 2004. Kiat Sukses Wirausaha. Yogyakarta : Penerbit Palem

Ridwan. 2004. Metode Statistika. Bandung : Alfabeta

Saleh, Radias. 1991. Pembuatan Busana, Jakarta, Depdikbud

Siagian, P, Sondang. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka


Cipta

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

87
88

Suharto, Leo. 1998. Teori dan Praktek Kewiraswastaan, Jakarta : Bumi Aksara

Soemanto, Wasty. 1999. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta : Bumi Aksara

Tarmudji, Tarsis. 2000. Prinsip-prinsip Wirausaha. Yogyakarta : Liberty

Wahjoetomo. 1995. Membangun Kelas Menengah, Jakrta : Rasindo

Wijandi, Soedarsono. 2000. Pengantar Kewiraswastaan. Bandung : Sinar Baru


Algensindo

Yekti Kristanto. 2000. Pola Busana Wanita, Alwine Semarang


Lampiran 1
89

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Nomor
VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR Item
Ketepatan menggunakan alat Š Cara menggunakan mesin jahit lurus 1
jahit Š Cara menggunakan mesin obras 2
Š Cara menggunakan gunting kain 3
Š Cara menggunakan karbon jahit 4
Š Cara menggunakan rumah kumparan 5
Š Cara menggunakan kapur jahit 6
Ketepatan mengambil ukuran Š Cara mengukur lingkar badan 7
Š Cara mengukur lingkar pinggang 8
Š Cara mengukur lingkar panggul 9
Kinerja Š Cara mengukur panjang dada 10
Menjahit Š Cara mengukur lebar punggung 11
Š Cara mengukur pangkal leher 12
Š Cara mengukur lebar dada 13
Š Cara mengukur lingkar kerung siku 14
Ketepatan membuat pola Š Cara menggunakan tanda pola garis merah 15
Š Cara menggunakan tanda titik pola garis titik 16
Š Cara membuat pola dasar badan 17
Ketepatan menjahit pakaian Š Cara menyelesaikan kampuh buka 18
Š Cara menyelesaikan saku dalam 19
Š Cara menyelesaikan belahan tutup tarik 20
Motivasi Mempunyai motivasi untuk berhasil 1,2
Optimis dan berpikir positif Bersikap optimis dan berpikir positif 3,4
Kreatif dan inovatif Berpikir kreatif dan inovatif 5,6
Berwawasan luas Mempunyai wawasan luas ke depan 7,8
Sikap Berani mengambil resiko Keberanian mengambil resiko 9,10
Wiraswasta Berani mengambil keputusan Berani mengambil keputusan 11,12
Mau bekerja sama Mau bekerja sama dengan orang lain 13,14
Mampu berkomunikasi Mempunyai keterampilan berkomunikasi baik 15,16
Memimpin Mempunyai jiwa pemimpin 17,18
Mandiri Bersikap mandiri 19,20
90

KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI

Nomor
VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR
Item
Ketepatan menggunakan Š Cara menggunakan mesin jahit lurus 1
alat jahit Š Cara menggunakan mesin obras 2
Š Cara menggunakan gunting kain 3
Š Cara menggunakan karbon jahit 4
Š Cara menggunakan rumah kumparan 5
Š Cara menggunakan kapur jahit 6
Ketepatan mengambil Š Cara mengukur lingkar badan 7
ukuran Š Cara mengukur lingkar pinggang 8
Š Cara mengukur lingkar panggul 9
Kinerja Š Cara mengukur panjang dada 10
Menjahit Š Cara mengukur lebar punggung 11
Š Cara mengukur pangkal leher 12
Š Cara mengukur lebar dada 13
Š Cara mengukur lingkar kerung siku 14
Ketepatan membuat pola Š Cara menggunakan tanda pola garis merah 15
Š Cara menggunakan tanda titik pola garis titik 16
Š Cara membuat pola dasar badan 17
Ketepatan menjahit pakaian Š Cara menyelesaikan kampuh buka 18
Š Cara menyelesaikan saku dalam 19
Š Cara menyelesaikan belahan tutup tarik 20
91

KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET

Nomor
VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR Item
Motivasi Mempunyai motivasi untuk berhasil 1,2

Optimis dan berpikir


Bersikap optimis dan berpikir positif 3,4
positif

Kreatif dan inovatif Berpikir kreatif dan inovatif 5,6

Berwawasan luas Mempunyai wawasan luas ke depan 7,8

Berani mengambil
Sikap Keberanian mengambil resiko 9,10
resiko
Wiraswasta
Berani mengambil
Berani mengambil keputusan 11,12
keputusan

Mau bekerja sama Mau bekerja sama dengan orang lain 13,14

Mampu berkomunikasi Mempunyai keterampilan berkomunikasi baik 15,16

Memimpin Mempunyai jiwa pemimpin 17,18

Mandiri Bersikap mandiri 19,20


PEDOMAN PENILAIAN OBSERVASI TENTANG KINERJA MENJAHIT

No Indikator Deskriptor Keterangan


a. Warga belajar mampu memasang jarum, memasang benang atas, • Skor 4 jika deskriptor muncul semua
b. Warga belajar mampu memasang benang pada kumparan, • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – e
Cara
c. Warga belajar mampu memasukkan kumparan pada rumah kumparan, • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a – c
menggunakan • Skor 1 jika deskriptor yang muncul a – b
1 d. Warga belajar mampu memasukkan kumparan pada rumah kumparan,
mesin jahit
e. Warga belajar mampu menaikkan benang bawah,
lurus
f. Warga belajar mampu menyetel setikan mesin,
g. Warga belajar mampu mengatur setikan mesin untuk membuat kerutan
a. Warga belajar mampu memasang benang, • Skor 4 jika deskriptor muncul semua
Cara
b. Warga belajar mampu memasang jarum • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – c
2 menggunakan
c. Warga belajar mampu merawat • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a – b
mesin obras • Skor 1 jika deskriptor yang muncul a saja
d. Warga belajar mampu mengoperasikan mesin obras dengan baik dan benar.
a. Warga belajar mampu mengetahui kegunaan gunting • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a – c
Cara
b. Warga belajar mampu mengetahui macam-macam gunting • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – b
3 menggunakan
c. Warga belajar mampu menggunakan gunting dengan baik dan benar • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a saja
gunting kain.
d. Warga belajar menggunakan gunting dengan sembarangan • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mampu mengetahui kegunaan karbon jahit • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a – c
Cara
b. Warga belajar mampu mengetahui bentuk karbon jahit • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – b
4 menggunakan
c. Warga belajar mampu menggunakan karbon jahit dengan baik dan benar • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a saja
karbon jahit
d. Warga belajar mampu menggunakan karbon dengan sembarangan • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
Cara a. Warga belajar mampu mengetahui fungsi rumah kumparan, • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a – c
menggunakan b. Warga belajar mampu memasang benang pada rumah kumparan, • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – b
5
rumah c. Warga belajar mampu memasang rumah kumparan pada mesin jahit. • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a saja
kumparan d. Warga belajar hanya mampu menggunakan rumah kumparan • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mampu mengetahui kegunaan, • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a – c
Cara
b. Warga belajar mampu mengetahui bentuk kapur jahit • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – b
6 menggunakan
c. Warga belajar mampu mengetahui mampu menggunakan kapur jahit • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a saja
kapur jahit
d. Warga belajar mampu hanya mengetahui bentuk kapur jahit • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
No Indikator Deskriptor Keterangan
a. Warga belajar mengukur keliling badan terbesar + 4 cm dengan baik dan benar • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur b. Warga belajar mengukur sekeliling badan terbesar + 1 cm • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
7
lingkar badan c. Warga belajar mengukur sekeliling badang di bawah payudara + 4 cm • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
d. Warga belajar mengukur sekeliling badan terbesar • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mengukur sekeliling pinggang pas • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur
b. Warga belajar mengukur sekeliling pinggang + 1 cm. • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
8 lingkar
c. Warga belajar mengukur sekeliling perut pas • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
pinggang
d. Warga belajar mengukur sekeliling panggul pas • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mengukur sekeliling panggul terbesar + 4 cm • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur b. Warga belajar mengukur sekeliling panggul terbesar • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
9
panggul c. Warga belajar mengukur sekeliling panggul + 2cm • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
d. Warga belajar mengukur sekeliling pinggul. • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mengukur dari lekuk leher sampai pinggang • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur b. Warga belajar mengukur dari lekuk leher sampai pinggang + 1 cm • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
10
panjang dada c. Warga belajar mengukur dari lekuk leher sampai pinggul • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
d. Warga belajar mengukur dari bahu dekat leher sampai pinggang • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a.
Warga belajar mengukur mendatar dari batas kerung lengan kanan ke batas kerung lengan kiri • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
b.
Warga belajar mengukur mendatar dari batas kerung lengan ka ke batas kerung lengan kiri – • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
1cm
Cara mengukur c. Warga belajar mengukur mendatar dari punggung batas kerung lengan kanan ke batas kerung • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
11
lebar punggung lengan kiri • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
d. Warga belajar mengukur mendatar dari punggung batas kerung lengan kanan ke batas kerung
lengan kiri.
a. Warga belajar mengukur keliling pangkal leher dengan baik dan benar • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur b. Warga belajar mengukur keliling pangkal leher + 1 cm • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
12
pangkal leher c. Warga belajar mengukur keliling pangkal leher dikurangi 1 cm • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
d. Warga belajar mengukur pangkal leher ditambah 2 cm • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mengukur dari ujung bahu sampai tengah pinggang depan • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur b. Warga belajar mengukur dari ujung bahu sampai tengah pinggang depan + 1cm • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
13 • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
lebar dada c. Warga belajar mengukur dari ujung bahu sampai tengah dada
d. Warga belajar mengukur dari ujung bahu sampai pinggang belakang. • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mengukur sekeliling siku pas ditambah 2 cm • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara mengukur b. Warga belajar mengukur sekeliling siku pas • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
14
lingkar siku c. Warga belajar mengukur sekeliling siku ditambah 1 cm • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
d. Warga belajar mengukur sekeliling nadi ditambah 2 cm. • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
No Indikator Deskriptor Keterangan
a. Warga belajar menggunakan tanda garis pola garis merah untuk pola bagian • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
depan • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
Cara
b. Warga belajar menggunakan tanda garis pola garis merah untuk pola bagian • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
menggunakan
15 depan dan belakang • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
tanda pola garis
c. Warga belajar menggunakan tanda garis pola garis merah untuk pola lengan
merah
d. Warga belajar menggunakan tanda garis pola garis merah untuk pola bagian
belakang
a. Warga belajar menggunakan tanda pola garis titik-garis titik sebagai tanda • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara lipatan • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
menggunakan b. Warga belajar menggunakan tanda pola garis titik-garis titik sebagai tanda • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
16
tanda titik pola lapisan • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
garis titik c. Warga belajar menggunakan tanda pola garis titik-garis titik sebagai tanda lipit
d. Warga belajar menggunakan tanda pola garis titik-garis titik sebagai tanda TM
a. Warga belajar mampu membuat pola dasar badan lengkap dengan tanda pola • Skor 4 jika deskriptor yang muncul a
Cara membuat
b. Warga belajar mampu membuat pola dasar badan tanpa tanda pola • Skor 3 jika deskriptor yang muncul b
17 pola dasar
c. Warga belajar mampu membuat pola dasar badan bagian depan saja • Skor 2 jika deskriptor yang muncul c
badan
d. Warga belajar tidak mampu membuat pola dasar badan • Skor 1 jika deskriptor yang muncul d
a. Warga belajar mampu menyelesaikan pakaian dengan kampuh buka • Skor 4 jika deskriptor muncul semua
Cara
b. Warga belajar mampu menyelesaikan pakaian dengan kampuh pipih • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – c
18 menyelesaikan
c. Warga belajar mampu menyelesaikan pakaian dengan kampuh tutup • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a – b
dengan kampuh
d. Warga belajar mampu menyelesaikan pakaian dengan kampuh balik • Skor 1 jika deskriptor yang muncul a saja
a. Warga belajar mampu melapis saku dengan pelapis • Skor 4 jika deskriptor muncul semua
Cara
b. Warga belajar mampu membuat jahitan agar jahitan rata dan tidak berkerut • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – c
19 menyelesaikan
c. Warga belajar mampu merapikan saku dengan disetik • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a – b
saku dalam
d. Warga belajar mampu menyelesaikan kampuh saku dengan obras • Skor 1 jika deskriptor yang muncul a saja
Cara a. Warga belajar mampu menentukan panjang belahan sesuai panjang tutup tarik • Skor 4 jika deskriptor muncul semua
menyelesaikan b. Warga belajar mampu menyematkan tutup tarik pada belahan • Skor 3 jika deskriptor yang muncul a – c
20 • Skor 2 jika deskriptor yang muncul a – b
belahan tutup c. Warga belajar mampu menjelujur belahan
tarik d. Warga belajar mampu membuat setikan yang lurus dan rata • Skor 1 jika deskriptor yang muncul a saja
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(U N N E S)

Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan studi di Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi
Program Studi PKK Universitas Negeri Semarang, saya bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA KINERJA MENJAHIT DAN
SIKAP WIRASWASTA PADA KELOMPOK BELAJAR MENJAHIT DI
KELURAHAN BONGSARI KECAMATAN SEMARANG BARAT”.
Untuk itu, saya mohon kesediaan anda untuk mengisi angket yang telah saya
sediakan, sesuai dengan hati nurani anda. Hasil angket ini tidak akan berpengaruh
pada penilaian jabatan tertentu, dan saya akan tetap menjaga kerahasiaan jawaban
anda. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,
Sri Mulyani

Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang tersedia.
Pilihlah jawaban :
a. Sangat Sesuai, jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan kondisi anda
b. Sesuai, jika pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi anda
c. Kurang Sesuai, pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kondisi anda
d. Sangat Tidak Sesuai, pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan
kondisi anda

IDENTITAS DIRI

NAMA : ………………………………………….

: ………………………………………….
LEMBAR ANGKET TENTANG SIKAP WIRASWASTA

1. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, saya mengikuti kejar menjahit.


a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

2. Menurut saya usaha di bidang jahit menjahit kurang bisa diandalkan untuk
menopang ekonomi keluarga
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai
3. Setelah mengikuti kejar menjahit saya yakin dapat mendirikan usaha busana
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai
4. Meskipun banyak saingan dari industri konveksi berskala besar, saya yakin
usaha jahitan akan tetap diminati dan dicari oleh masyarakat.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

5. Saya akan berusaha mengembangkan keterampilan menjahit yang saya miliki


menjadi sebuah usaha swasta yang produktif.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai
[
6. Saya sering mendapatkan ide untuk membuat barang-barang antik dari kain
perca yang sudah tidak dipakai lagi.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

7. Saya sering membuat rancangan model pakaian yang tren untuk waktu-waktu
yang akan datang.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai
8. Saya yakin bisnis di bidang jahit menjahit akan tetap ada dan maju jika kita
berniat untuk mengembangkannya.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

9. Setelah mengikuti kejar menjahit, saya berniat untuk membuka usaha menjahit
sendiri.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

10. Saya sering mencampur beberapa corak bahan untuk saya jadikan pakaian
yang saya anggap akan menjadi tren.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

11. Saya masih sering ragu-ragu, apakah tetap mengikuti kejar menjahit atau
mencari kursus yang lainnya.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

12. Saya sudah mantap untuk menjadikan bidang jahit menjahit sebagai bidang
kerja dan keahlian saya.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

13. Saya ingin bekerja sama dengan beberapa teman saya untuk membuka usaha
bidang jahit menjahit.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

14. Untuk menambah modal membuka usaha, saya berusaha mendekati beberapa
kolega yang mau meminjamkan modal.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai
15. Saya sering merasa malu berbincang-bincang dengan orang lain yang belum
saya kenal dengan baik.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

16. Saya sering ditunjuk teman-teman untuk menjadi juru bicara suatu pertemuan.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

17. Saya sering dijadikan ketua panitia atau ketua kegiatan di kampung
(organisasi).
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

18. Apabila saya berhasil mendirikan usaha jahit menjahit, saya akan menjalankan
manajemen yang baik dan profesional.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

19. Saya menabung sejak mengikuti kejar menjahit untuk mendirikan usaha
busana.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai

20. Apabila mengalami kesulitan dalam praktek di kejar menjahit, saya berusaha
untuk menyelesaikan sendiri. Jika benar-benar tidak mampu, saya baru minta
tolong kepada teman atau instruktur.
a. Sangat Sesuai
b. Sesuai
c. Kurang Sesuai
d. Sangat Tidak Sesuai
LEMBAR PENILAIAN OBSERVASI KINERJA MENJAHIT

Nama Responden : .................................................

Alamat : .................................................

Penilaian
Variabel Sub Variabel Indikator
4 3 2 1
▪ Cara menggunakan mesin jahit lurus
▪ Cara menggunakan mesin obras
Ketepatan
▪ Cara menggunakan gunting kain
menggunakan alat
▪ Cara menggunakan karbon jahit
jahit
▪ Cara menggunakan skoci jahit
▪ Cara menggunakan kapur jahit
▪ Cara mengukur lingkar badan
▪ Cara mengukur lingkar pinggang
▪ Cara mengukur lingkar panggul
Kinerja Ketepatan ▪ Cara mengukur panjang badan
Menjahit mengambil ukuran ▪ Cara mengukur lebar punggung
▪ Cara mengukur pangkal leher
▪ Cara mengukur lebar dada
▪ Cara mengukur lingkar kerung siku
▪ Cara menggunakan tanda pola garis merah
Ketepatan membuat
▪ Cara menggunakan tanda titik pola garis titik
pola
▪ Cara membuat pola dasar badan
▪ Cara menyelesaikan kampuh buka
Ketepatan menjahit
▪ Cara menyelesaikan saku dalam
pakaian
▪ Cara menyelesaikan belahan tutup tarik

Keterangan :
Skor 4 : Sangat Baik
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup Baik
Skor 1 : Kurang Baik
ANALISIS HASIL UJI COBA INSTRUMEN
KINERJA MENJAHIT
No Item
No Kode y y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 UC - 01 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 74 5476
2 UC - 02 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 73 5329
3 UC - 03 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79 6241
4 UC - 04 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 73 5329
5 UC - 05 4 2 3 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 70 4900
6 UC - 06 4 3 2 4 4 4 4 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3 1 3 1 61 3721
7 UC - 07 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 70 4900
8 UC - 08 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 1 4 71 5041
9 UC - 09 3 1 3 3 2 2 4 2 3 1 4 2 3 3 4 1 3 4 3 2 53 2809
10 UC - 10 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 75 5625
11 UC - 11 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 77 5929
12 UC - 12 2 2 1 3 4 3 4 2 3 4 1 4 4 2 4 3 4 2 2 4 58 3364
13 UC - 13 1 2 2 2 2 3 4 2 4 2 1 3 4 3 1 2 2 3 2 1 46 2116
14 UC - 14 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 75 5625
15 UC - 15 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 73 5329
16 UC - 16 1 2 2 4 2 2 4 4 4 4 3 3 2 3 2 2 4 3 2 2 55 3025
17 UC - 17 1 2 4 3 2 2 2 4 3 3 2 2 1 4 3 2 4 4 2 2 52 2704
18 UC - 18 2 2 4 3 2 2 1 4 2 2 2 3 1 3 2 2 4 3 3 2 49 2401
19 UC - 19 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 4 43 1849
20 UC - 20 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 74 5476
ΣX 59 59 65 65 64 65 70 67 70 68 60 70 65 66 66 63 70 68 58 63 1301 87189
Validitas Butir

ΣX2 199 197 229 221 222 227 260 239 256 248 200 254 233 226 234 217 254 246 184 223 k= 20
ΣXY 4019 4048 4347 4300 4319 4379 4650 4441 4665 4581 4043 4658 4367 4371 4443 4279 4620 4526 3881 4252 σ
2
t 127,9475
rxy 0,717 0,867 0,557 0,454 0,743 0,751 0,493 0,428 0,665 0,760 0,619 0,689 0,588 0,536 0,735 0,830 0,438 0,527 0,538 0,614 Σσ2b= 16,18
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 r11= 0,919538
Kriteria valid valid valid valid valid valid valid tdkvalid valid valid valid valid valid valid valid valid tdkvalid valid valid valid Reliabel
σb 1,248 1,148 0,888 0,488 0,860 0,788 0,750 0,728 0,550 0,840 1,000 0,450 1,088 0,410 0,810 0,928 0,450 0,740 0,790 1,228
Contoh Perhitungan Validitas Hasil Uji Coba Instrumen
Kinerja Menjahit

Rumus:
nXY - (∑ X)(∑ Y)
r xy =
{n ∑ X 2
− (∑ X )
2
}{n ∑ Y 2
− (∑ Y )
2
}
Berikut perhitungan untuk nomor soal 1
n = 20 ΣX=59 ΣX2 = 199 (ΣX)2 = 3481
ΣXY = 4019 ΣY = 1301 ΣY2 = 87189 (ΣY)2 = 1692601
(20)(4019) - (59)(1301)
rxy =
{(20)(199) − (59) }{(20)(87189) − (1301) }
2 2

80380 − 76759
=
{3980 − 3481}{1743780 − 1692601}
3621
=
(499)(51179)
3621
=
25538321
3621
=
5053,545
= 0.717
Hasil perhitungan diperoleh rhit = 0.717 dengan n = 28 dan taraf signifikansi =
5% diperoleh rtabel = 0.444
Karena rhit > rtabel maka soal nomor 1 valid.
Contoh Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen
Kinerja Menjahit

1. Varian Total
N = 20 ΣY = 1301 ΣY2 = 87189

∑Y −
2 ( ∑Y )
2

σ 12 = N
N

87189 −
(1301)
2
87189 −
1692601
20 = 20 87189 − 84630.05 2558.95
σ 12 = = = = 127.9475
20 20 20 20

2. Varian Butir

199 −
(59)2 199 −
3481
* σ 12 = 20 = 20 = 199 − 174.05 = 24.95 = 1.248
20 20 20 20

197 −
(59)2 197 −
3481
* σ 22 = 20 = 20 = 197 − 174.05 = 22.95 = 1.148
20 20 20 20

229 −
(65)2 229 −
4225
* σ 32 = 20 = 20 = 229 − 211.25 = 17.25 = 0.888
20 20 20 20
(65) 2 4225
221 − 221 −
* σ 42 = 20 = 20 = 221 − 211.25 = 9.75 = 0.488
20 20 20 20

222 −
(64 )
2

222 −
4096
20 = 20 222 − 204.8 17.2
* σ 52 = = = = 0.86
20 20 20 20

227 −
(65)
2

227 −
4225
20 = 20 227 − 211.25 15.75
* σ 62 = = = = 0.788
20 20 20 20

260 −
(70 )
2

260 −
4900
20 = 20 260 − 245 15
* σ 72 = = = = 0.75
20 20 20 20

239 −
(67 )
2

239 −
4489
20 = 20 239 − 224.45 14.55
* σ 82 = = = = 0.728
20 20 20 20
256 −
(70)2 4900
256 −
* σ 92 = 20 = 20 = 256 − 245 = 11 = 0.55
20 20 20 20

248 −
(68) 248 − 4624
2

* σ 102 = 20 = 20 = 248 − 231.2 = 16.8 = 0.84


20 20 20 20

200 −
(60) 200 − 3600
2

* σ 112 = 20 = 20 = 200 − 180 = 20 = 1


20 20 20 20

254 −
(70) 254 − 4900
2

* σ 122 = 20 = 20 = 254 − 245 = 9 = 0.45


20 20 20 20

233 −
(65) 233 − 4225
2

* σ 132 = 20 = 20 = 233 − 211.25 = 21.75 = 1.088


20 20 20 20

226 −
(66) 226 − 4356
2

* σ 142 = 20 = 20 = 226 − 217.8 = 8.2 = 0.41


20 20 20 20

234 −
(66) 234 − 4356
2

* σ 152 = 20 = 20 = 234 − 217.8 = 16.2 = 0.81


20 20 20 20

217 −
(63) 217 − 3969
2

* σ 162 = 20 = 20 = 217 − 198.45 = 18.55 = 0.928


20 20 20 20

254 −
(70) 254 − 4900
2

* σ 172 = 20 = 20 = 254 − 245 = 9 = 0.45


20 20 20 20

246 −
(68)
2

246 −
4624
* σ 182 = 20 = 20 = 246 − 231.2 = 14.8 = 0.74
20 20 20 20

184 −
(58)
2

184 −
3364
* σ 192 = 20 = 20 = 184 − 168.2 = 15.8 = 0.79
20 20 20 20

223 −
( 63)
2

223 −
3969
* σ 20
2
= 20 = 20 = 223 − 198.45 = 24.55 = 1.228
20 20 20 20

Σσb2 = 1.248+1.148+0.888+0.488+0.86+0.788+0.75+0.728+ 0.55+0.841+1+


0.45+1.0888+0.41+0.81+0.928+0.45+0.74+0.79+1.228
= 16.18

3. Koefisien Reliabilitas
⎛ N ⎞⎛⎜ ∑ σ b ⎞⎟
2
r11 = ⎜ ⎟ 1− 2 ⎟
⎝ N - 1 ⎠⎜⎝ σt ⎠
⎛ 20 ⎞⎛ 16.18 ⎞
= ⎜ ⎟⎜1 − ⎟
⎝ 20 − 1 ⎠⎝ 127.95 ⎠
=
20
(1 − 0.1265)
19
20
= x 0.8735
19
= 0.9195
koefisien tersebut kemudian dibandingkan dengan rtabel untuk n = 20 sebesar
0,444. Karena r11 > rtabel maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
ANALISIS HASIL UJI COBA INSTRUMEN
SIKAP WIRASWASTA
No Item
No Kode y y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 UC - 01 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 71 5041
2 UC - 02 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 74 5476
3 UC - 03 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 5776
4 UC - 04 3 2 2 2 2 2 1 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 58 3364
5 UC - 05 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 69 4761
6 UC - 06 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4 4 4 2 65 4225
7 UC - 07 2 3 4 4 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 57 3249
8 UC - 08 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 1 3 2 2 2 2 50 2500
9 UC - 09 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 73 5329
10 UC - 10 2 2 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 59 3481
11 UC - 11 3 2 3 4 2 4 3 2 3 1 2 2 2 2 2 4 3 4 4 2 54 2916
12 UC - 12 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 73 5329
13 UC - 13 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 75 5625
14 UC - 14 1 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 1 3 3 3 3 2 46 2116
15 UC - 15 3 2 1 1 2 4 1 2 3 2 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 53 2809
16 UC - 16 4 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 62 3844
17 UC - 17 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 1 3 4 2 3 3 57 3249
18 UC - 18 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 4 3 3 51 2601
19 UC - 19 2 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 67 4489
20 UC - 20 1 2 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 4 47 2209
ΣX 58 52 62 62 58 69 59 60 55 52 59 63 59 65 59 73 71 71 69 61 1237 78389
Validitas Butir

ΣX2 188 142 208 212 186 253 193 198 165 156 191 213 195 229 205 271 259 261 245 199 k= 20
ΣXY 3698 3274 3942 3959 3694 4356 3751 3820 3450 3345 3715 3998 3763 4145 3795 4568 4480 4455 4348 3833 σ2 t 94,028
rxy 0,574 0,511 0,622 0,644 0,583 0,527 0,540 0,592 0,300 0,651 0,369 0,613 0,574 0,683 0,605 0,572 0,775 0,491 0,703 0,385 Σσ2b= 15,398
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 r11= 0,8803
Kriteria valid valid valid valid valid valid valid valid tdkvalid valid tdkvalid valid valid valid valid valid valid valid valid tdkvalid Reliabel
σb 0,990 0,340 0,790 0,990 0,890 0,747 0,947 0,900 0,688 1,040 0,847 0,728 1,048 0,888 1,548 0,228 0,347 0,447 0,347 0,647
DATA INDUK HASIL PENELITIAN
VARIABEL SIKAP WIRASWASTA (Y)

Item
Resp Y Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
S-01 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 59 3481
S-02 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62 3844
S-03 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 64 4096
S-04 3 2 2 2 2 2 1 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 49 2401
S-05 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 59 3481
S-06 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4 55 3025
S-07 2 3 4 4 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4 4 45 2025
S-08 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 1 3 2 44 1936
S-09 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 61 3721
S-10 2 2 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 50 2500
S-11 3 2 3 4 2 4 3 2 3 1 2 2 2 2 2 4 3 44 1936
S-12 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 62 3844
S-13 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 65 4225
S-14 1 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 1 3 3 38 1444
S-15 3 2 1 1 2 4 1 2 3 2 4 4 4 3 2 3 3 44 1936
S-16 4 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 52 2704
S-17 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 1 3 4 49 2401
S-18 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 41 1681
S-19 2 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 4 3 4 2 4 4 56 3136
S-20 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 3 29 841
S-21 4 2 3 1 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 43 1849
S-22 3 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 41 1681
S-23 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 63 3969
S-24 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 62 3844
S-25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4624
S-26 2 3 4 1 4 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 47 2209
S-27 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 56 3136
S-28 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 64 4096
DATA INDUK HASIL PENELITIAN
VARIABEL KINERJA MENJAHIT (X)

Item
Resp X X2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
S-01 1 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 57 3249
S-02 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 2 55 3025
S-03 4 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 2 54 2916
S-04 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 51 2601
S-05 2 2 2 3 4 3 4 4 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 44 1936
S-06 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70 4900
S-07 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 56 3136
S-08 3 2 3 1 2 2 2 2 2 4 3 4 4 2 3 2 4 2 47 2209
S-09 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 2 4 3 63 3969
S-10 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 65 4225
S-11 2 3 2 1 3 3 2 3 1 3 3 3 3 2 3 1 4 2 44 1936
S-12 1 2 3 2 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 50 2500
S-13 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 58 3364
S-14 2 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 2 3 3 1 2 3 2 35 1225
S-15 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 4 3 3 2 4 3 3 46 2116
S-16 4 4 1 2 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 4 2 2 57 3249
S-17 3 1 3 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 4 2 2 2 2 45 2025
S-18 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 49 2401
S-19 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 2 2 4 2 3 43 1849
S-20 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 26 676
S-21 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 62 3844
S-22 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4 4 59 3481
S-23 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 68 4624
S-24 2 3 3 2 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 3 2 4 58 3364
S-25 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65 4225
S-26 2 2 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 53 2809
S-27 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70 4900
S-28 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 66 4356
DATA INDUK HASIL PENELITIAN
VARIABEL SIKAP WIRASWASTA (Y)

Item
Resp Y Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
S-01 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 59 3481
S-02 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62 3844
S-03 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 64 4096
S-04 3 2 2 2 2 2 1 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 49 2401
S-05 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 59 3481
S-06 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4 55 3025
S-07 2 3 4 4 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4 4 45 2025
S-08 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 1 3 2 44 1936
S-09 2 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 61 3721
S-10 2 2 3 2 3 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 50 2500
S-11 3 2 3 4 2 4 3 2 3 1 2 2 2 2 2 4 3 44 1936
S-12 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 62 3844
S-13 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 65 4225
S-14 1 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 1 3 3 38 1444
S-15 3 2 1 1 2 4 1 2 3 2 4 4 4 3 2 3 3 44 1936
S-16 4 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 52 2704
S-17 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 1 3 4 49 2401
S-18 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 41 1681
S-19 2 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 4 3 4 2 4 4 56 3136
S-20 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 3 29 841
S-21 4 2 3 1 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 43 1849
S-22 3 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 41 1681
S-23 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 63 3969
S-24 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 62 3844
S-25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4624
S-26 2 3 4 1 4 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 47 2209
S-27 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 56 3136
S-28 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 64 4096
UJI NORMALITAS SEBARAN DATA
VARIABEL KINERJA MENJAHIT

X Z F(z) S(z) l F(z) - S(z) l


26 -2,65675 0,003945 0,035714 0,0317694
35 -1,80714 0,03537 0,071429 0,0360581
43 -1,05192 0,146418 0,107143 0,039275
44 -0,95752 0,169153 0,142857 0,0262955
44 -0,95752 0,169153 0,178571 0,0094188
45 -0,86312 0,194036 0,214286 0,0202492
46 -0,76872 0,221031 0,25 0,0289689
47 -0,67431 0,250056 0,285714 0,0356583
49 -0,48551 0,313658 0,321429 0,007771
50 -0,39111 0,347859 0,357143 0,0092839
51 -0,29671 0,383346 0,392857 0,0095114
53 -0,1079 0,457037 0,428571 0,0284655
54 -0,0135 0,494615 0,464286 0,0303289
55 0,080902 0,53224 0,5 0,0322403
56 0,175304 0,56958 0,535714 0,0338655
57 0,269706 0,606307 0,571429 0,0348783
57 0,269706 0,606307 0,607143 0,000836
58 0,364108 0,642111 0,642857 0,0007457
58 0,364108 0,642111 0,678571 0,03646
59 0,45851 0,676707 0,714286 0,0375786
62 0,741716 0,77087 0,75 0,0208704
63 0,836118 0,798456 0,785714 0,0127416
65 1,024922 0,8473 0,821429 0,0258714
65 1,024922 0,8473 0,857143 0,0098428
66 1,119324 0,868499 0,892857 0,0243581
68 1,308128 0,904585 0,928571 0,0239864
70 1,496932 0,932794 0,964286 0,0314912
70 1,496932 0,932794 1 0,0672055
maksimum 0,0672055
UJI NORMALITAS SEBARAN DATA
VARIABEL SIKAP WIRASWASTA

Y Z F(z) S(z) F(z) - S(z)


29 -2,36562 0,009 0,035714 0,026714
38 -1,46236 0,071821 0,071429 0,000392
41 -1,16128 0,122764 0,107143 0,015621
41 -1,16128 0,122764 0,142857 0,020093
43 -0,96056 0,168387 0,178571 0,010184
44 -0,8602 0,19484 0,214286 0,019445
44 -0,8602 0,19484 0,25 0,05516
44 -0,8602 0,19484 0,285714 0,090874
45 -0,75984 0,223676 0,321429 0,097752
47 -0,55911 0,288042 0,357143 0,069101
49 -0,35839 0,360026 0,392857 0,032831
49 -0,35839 0,360026 0,428571 0,068546
50 -0,25803 0,398192 0,464286 0,066093
52 -0,05731 0,477151 0,5 0,022849
55 0,243778 0,596298 0,535714 0,060584
56 0,344139 0,634629 0,571429 0,0632
56 0,344139 0,634629 0,607143 0,027486
59 0,645223 0,740609 0,642857 0,097752
59 0,645223 0,740609 0,678571 0,062037
61 0,845945 0,801208 0,714286 0,086923
62 0,946307 0,828004 0,75 0,078004
62 0,946307 0,828004 0,785714 0,04229
62 0,946307 0,828004 0,821429 0,006575
63 1,046668 0,852374 0,857143 0,004769
64 1,147029 0,874315 0,892857 0,018542
64 1,147029 0,874315 0,928571 0,054256
65 1,247391 0,893873 0,964286 0,070413
68 1,548475 0,939246 1 0,060754
maksimum 0,097752

80
Skor Responden

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30
Responden
UJI NORMALITAS SEBARAN DATA
VARIABEL KINERJA MENJAHIT

X Z F(z) S(z) l F(z) - S(z) l


26 -2,65675 0,003945 0,035714 0,0317694
35 -1,80714 0,03537 0,071429 0,0360581
43 -1,05192 0,146418 0,107143 0,039275
44 -0,95752 0,169153 0,142857 0,0262955
44 -0,95752 0,169153 0,178571 0,0094188
45 -0,86312 0,194036 0,214286 0,0202492
46 -0,76872 0,221031 0,25 0,0289689
47 -0,67431 0,250056 0,285714 0,0356583
49 -0,48551 0,313658 0,321429 0,007771
50 -0,39111 0,347859 0,357143 0,0092839
51 -0,29671 0,383346 0,392857 0,0095114
53 -0,1079 0,457037 0,428571 0,0284655
54 -0,0135 0,494615 0,464286 0,0303289
55 0,080902 0,53224 0,5 0,0322403
56 0,175304 0,56958 0,535714 0,0338655
57 0,269706 0,606307 0,571429 0,0348783
57 0,269706 0,606307 0,607143 0,000836
58 0,364108 0,642111 0,642857 0,0007457
58 0,364108 0,642111 0,678571 0,03646
59 0,45851 0,676707 0,714286 0,0375786
62 0,741716 0,77087 0,75 0,0208704
63 0,836118 0,798456 0,785714 0,0127416
65 1,024922 0,8473 0,821429 0,0258714
65 1,024922 0,8473 0,857143 0,0098428
66 1,119324 0,868499 0,892857 0,0243581
68 1,308128 0,904585 0,928571 0,0239864
70 1,496932 0,932794 0,964286 0,0314912
70 1,496932 0,932794 1 0,0672055
maksimum 0,0672055
Contoh Perhitungan Uji Normalitas Sebaran Data
Variabel Kinerja Menjahit (X)

Berdasarkan data pada tabel di atas, kemudian dilakukan analisis dengan langkah-
langkah pengujian setelah dilakukan pengurutan data dari yang terkecil sampai
yang terbesar.

a. Tiap skor total yang diperoleh, diubah menjadi bilangan baku zi dengan

x −x −
menggunakan rumus zi = i . Dengan x merupakan rata-rata data dan s
s
adalah simpangan baku. Dari hasil perhitungan diperoleh
rata-rata data = 54,1429
simpangan baku = 10.5925

b. Harga-harga x dan s tersebut kemudian digunakan untuk mencari angka baku
zi, misalnya :
26 − 54.1429
z1 = = −2.65675
10.5925
35 − 54.1429
z2 = = −1.80714
10.5925
43 − 54.1429
z3 = = -1.05192
10.5925
44 − 54.1429
z4 = = −0.95752
10.5925
44 − 54.1429
z5 = = −0.95752
10.5925
45 − 54.1429
z6 = = −0.86312
10.5925
46 − 54.1429
z7 = = −0.76782
10.5925
47 − 54.1429
z8 = = −0.67431
10.5925
49 − 54.1429
z9 = = −0.48551
10.5925
50 − 54.1429
z10 = = −0.39111
10.5925
51 − 54.1429
z11 = = −0.29671
10.5925
53 − 54.1429
z12 = = −0.1079
10.5925
54 − 54.1429
z13 = = −0.0135
10.5925
55 − 54.1429
z14 = = 0.0809
10.5925
56 − 54.1429
z15 = = 0.1753
10.5925
57 − 54.1429
z16 = = 0.26971
10.5925
57 − 54.1429
z17 = = 0.26971
10.5925
58 − 54.1429
z18 = = 0.36411
10.5925
58 − 54.1429
z19 = = 0.36411
10.5925
59 − 54.1429
z20 = = 0.45851
10.5925
62 − 54.1429
z21 = = 0.74172
10.5925
63 − 54.1429
z22 = = 0.83612
10.5925
65 − 54.1429
z23 = = 1.02492
10.5925
65 − 54.1429
z24 = = 1.02492
10.5925
66 − 54.1429
z25 = = 1.11932
10.5925
68 − 54.1429
z26 = = 1.30813
10.5925
60 − 54.1429
z27 = = 1.49693
10.5925
60 − 54.1429
z 28 = = 1.49693
10.5925

c. Dari tiap angka baku tersebut kemudian ditentukan peluang zi F(zi)


Ketentuan yang digunakan adalah, jika zi positif, maka F(zi) = 0,5 + Luas
daerah dibawah lengkungan normal standar zi. Jika zi negatif, maka F(zi) = 0,5
- Luas daerah dibawah lengkungan normal standar harga positif dari zi
Besarnya luasan daerah dibawah normal standar dicari dengan menggunakan
bantuan tabel luas daerah lengkungan normal standar.
F(z1) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 2.65675
= 0,5 – 0.4961
= 0.003
F(z2) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.80714
= 0,5 - 0.4649
= 0.035
F(z3) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.05192
= 0,5 – 0.3531
= 0.146
F(z4) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.95752
= 0,5 – 0.3315
= 0.169
F(z5) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.95752
= 0,5 – 0.3315
= 0.169
F(z6) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.86312
= 0,5 – 0.3052
= 0.194
F(z7) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.76782
= 0,5 – 0.2794
= 0.221
F(z8) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.67431
= 0,5 – 0.2486
= 0.250
F(z9) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.48551
= 0,5 – 0.1844
= 0.315
F(z10) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.39111
= 0,5 – 0.1517
= 0.348
F(z11) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.29671
= 0,5 – 0.1141
= 0.385
F(z12) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.1079
= 0,5 – 0.0438
= 0.456
F(z13) = 0,5 - luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.0135
= 0,5 – 0.0040
= 0.494
F(z14) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.0809
= 0,5 + 0.0310
= 0.53
F(z15) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.1753
= 0,5 + 0.0675
= 0.56
F(z16) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.26971
= 0,5 + 0.1026
= 0.60
F(z17) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.26971
= 0,5 + 0.1026
= 0.60
F(z18) = 0,5 +luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.36411
= 0,5 + 0.1406
= 0.64
F(z19) = 0,5+ luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.36411
= 0,5+ 0.1406
= 0.64
F(z20) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.45851
= 0,5+ 0.1772
= 0.67
F(z21) = 0,5+ luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.74172
= 0,5 + 0.2704
= 0.770
F(z22) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 0.83612
= 0,5 + 0.2996
= 0.79

F(z23) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.02492
= 0,5 + 0.3461
= 0.84
F(z24) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.024942
= 0,5 + 0.3461
= 0.84
F(z25) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.11932
= 0,5 + 0.3665
= 0.86
F(z26) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.30813
= 0,5 + 0.4049
= 0.904
F(z27) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.49693
= 0,5 + 0.4319
= 0.931

F(z28) = 0,5 + luas daerah dibawah lengkungan normal standar untuk 1.496393
= 0,5 + 0.4319
= 0.931

dan seterusnya sampai F(z28)


d. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi, ditulis S(zi)
S(z1) = 1/28 = 0,035
S(z2) = 2/28 = 0,071
S(z3) = 3/28 = 0,107
S(z4) = 4/28 = 0,142
S(z5) = 5/28 = 0,178
S(z6) = 6/28 = 0.214
S(z7) = 7/28 = 0.875
S(z8) = 8/28 = 0.285
S(z9) = 9/28 = 0.321
S(z10) = 10/28 = 0.357
S(z11) = 11/28 = 0.392
S(z12) = 12/28 = 0.428
S(z13) = 13/28 = 0.464
S(z14) = 14/28 = 0.5
S(z15) = 15/28 = 0.535
S(z16) = 16/28 = 0.571
S(z17) = 17/28 = 0.607
S(z18) = 18/28 = 0.643
S(z19) = 19/28 = 0.678
S(z20) = 20/28 = 0.714
S(z21) = 21/28 = 0.75
S(z22) = 22/28 = 0.786
S(z23) = 23/28 = 0.821
S(z24) = 24/28 = 0.857
S(z25) = 25/28 = 0.892
S(z26) = 26/28 = 0.928
S(z27) = 27/28 = 0.964
S(z28) = 28/28 = 1
e. Kemudian dihitung selisih antara F(zi) – S(zi) dengan mengambil harga
mutlaknya.
⏐F(z1) – S(z1)⏐ = ⏐0,003 – 0,035⏐ = 0,032
⏐F(z2) – S(z2)⏐ = ⏐0,035 – 0,071⏐ = 0,036
⏐F(z3) – S(z3)⏐ = ⏐0,146 – 0,107⏐ = 0,039
⏐F(z4) – S(z4)⏐ = ⏐0,169 – 0,142⏐ = 0,027
⏐F(z5) – S(z5)⏐ = ⏐0,169 – 0,178⏐ = 0.009
dan seterusnya sampai ⏐F(z28) – S(z28)⏐
f. Menentukan harga terbesar dari selisih tersebut sebagai harga Lo.
Dari selisih harga-harga diperoleh Lo = 0,067
g. Bandingkan dengan harga L tabel. Apabila Lo < L tabel, maka sebaran data
tersebut mengikuti distribusi normal
Harga L tabel untuk n = 28 dan taraf signifikansi 5% adalah 0,1658
Karena harga Lo < harga L tabel, maka disimpulkan bahwa distribusi data
variabel kinerja menjahit (X) adalah normal.
UJI NORMALITAS SEBARAN DATA
VARIABEL SIKAP WIRASWASTA

Y Z F(z) S(z) F(z) - S(z)


29 -2,36562 0,009 0,035714 0,026714
38 -1,46236 0,071821 0,071429 0,000392
41 -1,16128 0,122764 0,107143 0,015621
41 -1,16128 0,122764 0,142857 0,020093
43 -0,96056 0,168387 0,178571 0,010184
44 -0,8602 0,19484 0,214286 0,019445
44 -0,8602 0,19484 0,25 0,05516
44 -0,8602 0,19484 0,285714 0,090874
45 -0,75984 0,223676 0,321429 0,097752
47 -0,55911 0,288042 0,357143 0,069101
49 -0,35839 0,360026 0,392857 0,032831
49 -0,35839 0,360026 0,428571 0,068546
50 -0,25803 0,398192 0,464286 0,066093
52 -0,05731 0,477151 0,5 0,022849
55 0,243778 0,596298 0,535714 0,060584
56 0,344139 0,634629 0,571429 0,0632
56 0,344139 0,634629 0,607143 0,027486
59 0,645223 0,740609 0,642857 0,097752
59 0,645223 0,740609 0,678571 0,062037
61 0,845945 0,801208 0,714286 0,086923
62 0,946307 0,828004 0,75 0,078004
62 0,946307 0,828004 0,785714 0,04229
62 0,946307 0,828004 0,821429 0,006575
63 1,046668 0,852374 0,857143 0,004769
64 1,147029 0,874315 0,892857 0,018542
64 1,147029 0,874315 0,928571 0,054256
65 1,247391 0,893873 0,964286 0,070413
68 1,548475 0,939246 1 0,060754
maksimum 0,097752

80
Skor Responden

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30
Responden
Contoh Perhitungan Uji Normalitas Sebaran Data
Variabel Sikap Wiraswasta (Y)

Berdasarkan data pada tabel di atas, kemudian dilakukan analisis dengan langkah-
langkah pengujian setelah dilakukan pengurutan data dari yang terkecil sampai
yang terbesar.
a. Tiap skor total yang diperoleh, diubah menjadi bilangan baku zi dengan

x −x −
menggunakan rumus zi = i . Dengan x merupakan rata-rata data dan s
s
adalah simpangan baku. Dari hasil perhitungan diperoleh
rata-rata data = 52.5714
simpangan baku = 9.96449

b. Harga-harga x dan s tersebut kemudian digunakan untuk mencari angka baku
zi, misalnya :
29 − 52.5714
z1 = = -2.36562
9.96449
38 − 52.5714
z2 = = -1.46236
9.96649
41 − 52.5714
z3 = = -1.16128
9.96649
41 − 52.5714
z4 = = -1.16128
9.96649
43 − 52.5714
z5 = = -0.96056
9.96649
44 − 52.5714
z6 = = -0.8602
9.96649
44 − 52.5714
z7 = = -0.8602
9.96649
44 − 52.5714
z8 = = -0.8602
9.96649
45 − 52.5714
z9 = = -0.75984
9.96649
47 − 52.5714
z10 = = -0.55911
9.96649
49 − 52.5714
z11 = = -0.35839
9.96649
49 − 52.5714
z12 = = -0.35839
9.96649
50 − 52.5714
z13 = = -0.25803
9.96649
52 − 52.5714
z14 = = -0.05731
9.96649
55 − 52.5714
z15 = = 0.24378
9.96649
56 − 52.5714
z16 = = 0.34414
9.96649
56 − 52.5714
z17 = = 0.34414
9.96649
59 − 52.5714
z18 = = 0.64522
9.96649
59 − 52.5714
z19 = = 0.64522
9.96649
61 − 52.5714
z20 = = 0.84595
9.96649
62 − 52.5714
z21 = = 0.94631
9.96649
62 − 52.5714
z22 = = 0.94631
9.96649
62 − 52.5714
z23 = = 0.94631
9.96649
63 − 52.5714
z24 = = 1.04667
9.96649
64 − 52.5714
z25 = = 1.14703
9.96649
64 − 52.5714
z26 = = 1.14703
9.96649
65 − 52.5714
z27 = = 1.24739
9.96649
68 − 52.5714
z28 = = 1.54847
9.96649
c. Dari tiap angka baku tersebut kemudian ditentukan peluang zi F(zi)
Ketentuan yang digunakan adalah, jika zi positif, maka F(zi) = 0,5 + Luas
daerah dibawah lengkungan normal standar zi. Jika zi negatif, maka F(zi) = 0,5
- Luas daerah dibawah lengkungan normal standar harga positif dari zi
Besarnya luasan daerah dibawah normal standar dicari dengan menggunakan
bantuan tabel luas daerah lengkungan normal standar.
F(z1) = 0,5 - luas daerah lengkungan normal standar untuk 2.36562
= 0,5 - 0,4909
= 0.009
F(z2) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.46236
= 0,5- 0,4279
= 0.072
F(z3) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.16128
= 0,5- 0,3770
= 0.123
F(z4) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.16128
= 0,5- 0,3770
= 0.123
F(z5) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.96056
= 0,5- 0,3315
= 0.168
F(z6) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.8602
= 0,5- 0,3052
= 0.1948
F(z7) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.8602
= 0,5- 0,3052
= 0.1948
F(z8) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.8602
= 0,5- 0,3052
= 0.1948
F(z9) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.75984
= 0,5- 0,2734
= 0.22
F(z10) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.55911
= 0,5- 0,2123
= 0.288
F(z11) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.35839
= 0,5- 0,1368
= 0.36
F(z12) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.35839
= 0,5- 0,1368
= 0.36
F(z13) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.25803
= 0,5- 0,0987
= 0.40
F(z14) = 0,5 -luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.05731
= 0,5- 0,0199
= 0.48
F(z15) = 0,5 +luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.24378
= 0,5+ 0,0987
= 0.59
F(z16) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.34414
= 0,5+ 0,1331
= 0.63
F(z17) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.34414
= 0,5+ 0,0.1331
= 0.63
F(z18) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.64522
= 0,5+ 0,2389
= 0.74
F(z19) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.64522
= 0,5+ 0,0987
= 0.74
F(z20) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.84595
= 0,5+ 0,2996
= 0.80
F(z21) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.94631
= 0,5+ 0,3264
= 0.82
F(z22) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.94631
= 0,5+ 0,3264
= 0.82
F(z23) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 0.94631
= 0,5+ 0,3264
= 0.82
F(z24) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.04677
= 0,5+ 0,3531
= 0.85
F(z25) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.14703
= 0,5+ 0,3749
= 0.874
F(z26) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.14703
= 0,5+ 0,3749
= 0.874
F(z27) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.24739
= 0,5+ 0,3944
= 0.894
F(z28) = 0,5+luas daerah lengkungan normal standar untuk 1.54847
= 0,5+ 0,4394
= 0.9394
dan seterusnya sampai F(z28)
d. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi, ditulis S(zi)
S(z1) = 1/28 = 0,035
S(z2) = 2/28 = 0,071
S(z3) = 3/28 = 0,107
S(z4) = 4/28 = 0,142
S(z5) = 5/28 = 0,178
S(z6) = 6/28 = 0.214
S(z7) = 7/28 = 0.875
S(z8) = 8/28 = 0.285
S(z9) = 9/28 = 0.321
S(z10) = 10/28 = 0.357
S(z11) = 11/28 = 0.392
S(z12) = 12/28 = 0.428
S(z13) = 13/28 = 0.464
S(z14) = 14/28 = 0.5
S(z15) = 15/28 = 0.535
S(z16) = 16/28 = 0.571
S(z17) = 17/28 = 0.607
S(z18) = 18/28 = 0.643
S(z19) = 19/28 = 0.678
S(z20) = 20/28 = 0.714
S(z21) = 21/28 = 0.75
S(z22) = 22/28 = 0.786
S(z23) = 23/28 = 0.821
S(z24) = 24/28 = 0.857
S(z25) = 25/28 = 0.892
S(z26) = 26/28 = 0.928
S(z27) = 27/28 = 0.964
S(z28) = 28/28 = 1
e. Kemudian dihitung selisih antara F(zi) – S(zi) dengan mengambil harga
mutlaknya.
⏐F(z1) – S(z1)⏐ = ⏐0,009–0,035⏐ = -0.026
⏐F(z2) – S(z2)⏐ = ⏐0.072–0.071⏐ = 0.001
⏐F(z3) – S(z3)⏐ = ⏐0.123–0.107⏐ = 0.016
⏐F(z4) – S(z4)⏐ = ⏐0.123-0.142⏐ = -0.019
⏐F(z5) – S(z5)⏐ = ⏐0.168–0.178⏐ = -0.01
⏐F(z6) – S(z6)⏐ = ⏐0.1948–0.214⏐ = -0.0192
⏐F(z7) – S(z7)⏐ = ⏐0.1948–0.875⏐ = -0.6802
⏐F(z8) – S(z8)⏐ = ⏐0.1948–0.285⏐ = -0.0902
⏐F(z9) – S(z9)⏐ = ⏐0.22–0.321⏐ = -0.101
⏐F(z10) – S(z10)⏐ = ⏐0.288–0.357⏐ = -0.069
⏐F(z11) – S(z11)⏐ = ⏐0.36–0.392⏐ = 0.392
⏐F(z12) – S(z12)⏐ = ⏐0.36–0.428⏐ = -0.068
⏐F(z13) – S(z13)⏐ = ⏐0.40–0.464⏐ = -0.064
⏐F(z14) – S(z14)⏐ = ⏐0.85–0.5⏐ = 0.35
⏐F(z15) – S(z15)⏐ = ⏐0.35–0.535⏐ = -0.185
⏐F(z16) – S(z16)⏐ = ⏐0.63–0.571⏐ = 0.059
⏐F(z17) – S(z15)⏐ = ⏐0.059–0.607⏐ = -0.548
⏐F(z18) – S(z18)⏐ = ⏐0.74–0.643⏐ = 0.097
⏐F(z19) – S(z19)⏐ = ⏐0.74–0.678⏐ = 0.062
⏐F(z20) – S(z20)⏐ = ⏐0.80–0.714⏐ = 0.086
⏐F(z21) – S(z21)⏐ = ⏐0.82–0.75⏐ = 0.82075
⏐F(z22) – S(z22)⏐ = ⏐0.82–0.786⏐ = 0.034
⏐F(z23) – S(z23)⏐ = ⏐0.82–0.821⏐ = -0.001
⏐F(z24) – S(z24)⏐ = ⏐0.85–0.857⏐ = -0.007
⏐F(z25) – S(z25)⏐ = ⏐0.874–0.892⏐ = -0.018
⏐F(z26) – S(z26)⏐ = ⏐0.874–0.928⏐ = -0.054
⏐F(z27) – S(z27)⏐ = ⏐0.894–0.964⏐ = -0.07
⏐F(z28) – S(z28)⏐ = ⏐0.9394–1⏐ = -0.0606
f. Menentukan harga terbesar dari selisih tersebut sebagai harga Lo.
Dari selisih harga-harga diperoleh Lo = 0,097
g. Bandingkan dengan harga L tabel. Apabila Lo < L tabel, maka sebaran data
tersebut mengikuti distribusi normal
Harga L tabel untuk n = 28 dan taraf signifikansi 5% adalah 0,1658
Karena harga Lo < harga L tabel, maka disimpulkan bahwa distribusi data
variabel minat baca karya sastra adalah normal.
PENGUJIAN KORELASI
KINERJA MENJAHIT DAN SIKAP WIRASWASTA

Rumus:
nXY - (∑ X)(∑ Y)
r xy =
{n ∑ X 2
− (∑ X )
2
}{n ∑ Y 2
− (∑ Y )
2
}

Dari tabel rekapitulasi skor hasil penelitian diperoleh:


ΣX = 1516 (ΣX)2 = 2298256
ΣY = 1472 (ΣY)2 = 2166784
ΣXY= 81375 ΣY2 = 80066
ΣX2 = 85110 n = 28
Harga-harga tersebut kemudian disubstitusikan ke dalam rumus korelasi product
moment.
n ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
rXY =
{n ∑ X 2 − (∑ X) 2 }{n ∑ Y 2 − (∑ Y) 2 }

28x81375 − 1516 x1472


rXY =
{28x85110 − 2298256}{28x80066 − 2166784}

2278500 − 2231552
rXY1 =
{2383080 − 2298256}{2241848 − 2166784}

46948
rXY =
{84824}{75064}

46948
rXY =
{6367228736}

46948
rXY =
79794,917
rXY = 0,5884
Koefisien r tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel product
moment. Untuk n = 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga rtabel sebesar
0,374.
Karena harga rhitung > rtabel maka disimpulkan Ho dalam penelitian ini ditolak,
yang berarti ada korelasi antara kinerja menjahit dengan sikap wiraswasta.

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi, dilakukan uji t sebagai berikut:


r n−2
Rumus yang digunakan t=
1− r2

0,5884 28 − 2
t=
1 − 0,58842

0,5884 26
t=
1 − 0.346
3,00
t=
0,654

3,00
t= = 3,708
0,809
Harga thitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan ttabel dengan taraf
signifikansi 5% dan derajat kebebasan n – 2 = 28 – 2 =26, yaitu sebesar 1,706.
Karena thitung (3,708) > ttabel (1,706) maka disimpulkan bahwa koefisien korelasi
tersebut signifikan, artinya dapat digeneralisasikan pada populasinya.
Daerah Penolakan Ho

Daerah
penerimaan Ho

ttabel thitung
0 =3,708
1,706

Bagan Pengujian thitung


Lampiran 21
137

Gambar pola dasar sistem Alwine


138

Pola Badan
Pola Depan / Muka Pola Belakang
Keterangan: Keterangan:
Tarik tegak lurus ab A – A1 = 6 atau 7 cm
a-a1 = 6 cm atau 7 cm A – A2 = 2 cm
a-b = panjang dada I A – B = panjang punggung + 2 cm
a2-b = panjang dada II Titik B ke kanan 2 cm
titik b naik 2 cm = b1 Titik A1 – A3 lebar bahu perpotongan dengan
titik a1 – a3 lebar bahu berpotongan tinggi bahu II (B – A3)
dengan tinggi bahu I (b – a3) B – C = panjang sisi
b1-c = panjang sisi A2 – D = 8 cm
a2- d = 7 cm D – D1 = ½ lebar punggung
d - d1 = 1/2 cm C – C1 = ¼ lingkar badan – 1 cm
c – c1 = ¼ lingkar badan + 1 cm B – B1 = ¼ lingkar pinggang –1cm +3cm (kup)
b1 – b2 = ¼ lingkar pinggang + 1 cm Hubungkan A3 – D1 – C1 = garis lingkar kerung
+ 3 cm (kup) lengan
hubungkan a3 – d1 – c1 = kerung
lengan depan
a – e = tinggi dada
e – e1 = jarak dada

Pola dasar rok


Pola depan Pola belakang
Keterangan : Keterangan:
Tarik garis tegak lurus a b c A – A1 = 2 cm
a-a1 = 2cm A – A2 = ¼ lingkar pinggang –1cm
a-a2 = ¼ lingkar pinggang +1cm + 3 cm (kup)
+3cm (kup) A1 – B = tinggi panggul
a1-c = panjang rok A1 – B = tinggi panggul
c-c1 = b – b1 + 3 cm B – B1 = ¼ lingkar panggul –1cm
A1 – C = panjang rok
C – C1 = B – B1 + 3 cm
139

Pola Dasar Lengan

Keterangan:

Tarik garis lurus ABCD

A–B = titik puncak = 12 cm

A–C = panjang lengan sampai siku

A–D = panjang lengan sampai nadi

A – B1 = ½ kerung lengan kanan / kiri

A – C1 = ½ lingkar siku kanan/kiri

C – C1 = ½ lingkar siku kanan/kiri

D–D1 = ½ lingkar nadi

B – B1 = sebagai kontrol = ½ lingkar pangkal lengan = 4 cm

You might also like