Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang
tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat
mengidap diabetes, baik tua maupun muda. Diabetes adalah kondisi yang kronis, dimana
tubuh tidak dapat mengubah makanan menjadi energi sebagaimana harusnya. Hal ini
berasosiasi dengan komplikasi yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama yang
kemudian mempengaruhi hampir seluruh bahagian tubuh. Kondisi ini acap kali menjurus
ke arah masalah-masalah kesehatan sebagai berikut.
• Kebutaan
• Penyakit jantung dan urat nadi
• Gagal ginjal
• Beragam amputasi
• Kerusakan pada syaraf
Diabetes yang tidak terkontrol dapat mengganggu kehamilan, dan pada umumnya
menyebabkan cacat bagi bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu penderita diabetes. Ada
tiga jenis diabetes: Jenis 1, jenis 2, dan masa kehamilan (gestasional).
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh
dunia menderita diabetes , atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus
meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah
menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Peningkatan prevalens terbesar
terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup,
seperti pola makan “Western-style” yang tidak sehat. (Sumber : Wild S, Roglic G, Green
A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and
projections for 2030. Diabetes Care 2004 May;27(5):1047-53.)
Menurut Prof. Dr. Sidartawan Soegondo, Indonesia menjadi negara keempat di dunia
yang memiliki angka diabetesi terbanyak. Diabetesi secara keseluruhan di Indonesia
mengalami peningkatan hingga 14 juta orang (DetikNews, 15 April 2007). Hal ini
berdasarkan laporan dari WHO, dimana pada jumlah diabetesi di Indonesia pada tahun
1
2000 adalah 8,4 juta orang setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika Serikat
(17,7 juta). Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada tahun 2030, India (79,4
juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta) (Darmono,
2005).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa
Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa
oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2%
mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih
banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan
tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling
tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia
penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang
dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya
aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.
Peningkatan jumlah diabetesi disebabkan keterlambatan penegakan diagnosis
penyakit tersebut. Pasien sudah meninggal akibat kompikasi sebelum adanya penegakan
diagnosis (Sudoyo et al, 2006). Penyebab keterlambatan penegakan diagnosis tersebut
adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada atau
beragamnya variabel.
Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya
mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing manis. Hal ini
mungkin disebabkan minimnya informasi masyarakat tentang diabetes terutama gejala-
gejalanya.
2
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah kebiasaan hidup yang
monoton tanpa adanya perubahan gaya hidup dapat menimbulkan penyakit diabetes.
2. Membantu pasien untuk mengetahui tipe diabetes yang diderita dari kondisi gula
darah pasien.
2. Bagi pembaca :
1. Membantu pembaca untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui gejala-gejala
diabetes.
2. Membantu pembaca untuk mengetahui penyebab – penyebab penyakit diabetes.
3. Membantu pembaca untuk mengetahui tipe-tipe diabetes.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel
beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh
untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang
baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar
pankreas. (Aschroft FM, Gribble FM, 1999. ATP-Sensitive K + Channels and insulin
secretion :Their role in health and disease. Diabetologia 42: 903-19)
4
Dinamika Sekresi Insulin
Aksi Insulin
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan
sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel
tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang
berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan lemak,
meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan,
transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-
4) dan selanjutnya juga pada mendorong penempatannya pada membran sel. Proses
sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke
intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolisme. Untuk mendapatkan proses
metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang
normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas
atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah satu faktor
etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2. (Aschroft FM, Gribble FM, 1999.
ATP-Sensitive K + Channels and insulin secretion :Their role in health and disease.
5
Diabetologia 42: 903-19)
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan
metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana GLUT-2
berfungsi sebagai kendaraan pengangkut glukosa melewati membrana sel kedalam sel.
Dalam hal inilah jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur homeostasis glukosa
tubuh. Peninggian kadar glukosa darah puasa, lebih ditentukan oleh peningkatan
produksi glukosa secara endogen yang berasal dari proses glukoneogenesis dan
glikogenolisis di jaringan hepar. Kedua proses ini berlangsung secara normal pada orang
sehat karena dikontrol oleh hormon insulin. Manakala jaringan (hepar) resisten terhadap
insulin, maka efek inhibisi hormon tersebut terhadap mekanisme produksi glukosa
endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal. Semakin tinggi tingkat resistensi
insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap proses glikogenolisis dan
glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkat produksi glukosa dari hepar. (Aschroft FM,
Gribble FM, 1999. ATP-Sensitive K + Channels and insulin secretion :Their role in
health and disease. Diabetologia 42: 903-19)
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ini
bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan
kadar glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes
melitus. Pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering
ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak
adekuatnya sekresi insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh
terhadap insulin (resistensi insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ).
Sedangkan pada diabetes tipe 1 (DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi
insulin secara absolut. (Aschroft FM, Gribble FM, 1999. ATP-Sensitive K + Channels
and insulin secretion :Their role in health and disease. Diabetologia 42: 903-19)
6
kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak
buruk terhadap homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia
akut pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit)
setelah beban glukosa (makan atau minum). (Aschroft FM, Gribble FM, 1999. ATP-
Sensitive K + Channels and insulin secretion :Their role in health and disease.
Diabetologia 42: 903-19)
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor
etiologi yang bersifat bawaan (genetik). Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat
progressif dan cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun protein.
Peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung sempurna
pada gilirannya secara klinis sering memunculkan abnormalitas dari kadar lipid darah.
Untuk mendapatkan kadar glukosa yang normal dalam darah diperlukan obat-obatan
yang dapat merangsang sel beta untuk peningkatan sekresi insulin ( insulin
secretagogue ) atau bila diperlukan secara substitusi insulin, disamping obat-obatan yang
berkhasiat menurunkan resistensi insulin ( insulin sensitizer ). (Aschroft FM, Gribble
FM, 1999. ATP-Sensitive K + Channels and insulin secretion :Their role in health and
disease. Diabetologia 42: 903-19)
7
Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi
insulin), tapi pada saat bersamaan juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap
insulin (resistensi insulin). Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau
obesitas akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme
glukosa akan berlanjut pada gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses
kerusakan berbagai jaringan tubuh. Rangkaian kelainan yang dilatarbelakangi oleh
resistensi insulin, selain daripada intoleransi terhadap glukosa beserta berbagai
akibatnya, sering menimbulkan kumpulan gejala yang dinamakan sindroma metabolic.
(Aschroft FM, Gribble FM, 1999. ATP-Sensitive K + Channels and insulin secretion
:Their role in health and disease. Diabetologia 42: 903-19)
Definisi
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah
gula, atau glukosa, dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu kadara
gula darah yang tingginya sudah membahayakan. Faktor utama pada diabetes ialah
insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel khusus di pankreas. Insulin memberi
sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin bekerja dengan hormon pankreas
lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila
tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin
dengan tepat terjadilah diabetes.
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (hiperglikemi) dan kadar gula yang tinggi pula dalam air seni (glukosuria).
Penyakit Diabetes Mellitus biasanya herediter (menurun) dan merupakan penyakit
metabolik sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin efektif yang merubah gula
8
darah menjadi gula otot (glikogen).
Pada orang normal, segera setelah makan tubuh akan melakukan metabolisme
karbohidrat, metabolisme lemak, metabolisme protein dengan masing-masing
rangkaiannya yang begitu rumit. Hasil metabolisme tubuh tersebut adalah gula yang
nantinya akan diubah lagi menjadi energi, baik itu energi gerak, energi panas, dll. Itulah
sebabnya beberapa saat sesudah makan kadar gula darah akan meningkat. Naah, di saat
inilah hormon insulin melakukan tugasnya, yaitu mengubah gula yang ada di darah
menjadi glikogen tadi. Jika jumlah insulin kurang banyak, atau kualitas insulin kurang
baik, maka kadar gula darah tetap tinggi meskipun sudah beberapa jam setelah makan.
Itulah sebabnya pada penderita DM diharuskan mengatur makanannya supaya kadar gula
darahnya tidak melonjak dalam satu waktu tertentu. Pada DM tipe I bahkan bisa terjadi
tidak ada produksi insulin sama sekali sehingga terpaksa memerlukan insulin dari luar
atau injeksi insulin.
Seberapa tingginya? Bisa dikatakan Diabetes jika kadar gula darah setelah puasa
(disingkat GDP) 10 jam masih lebih dari 120mg% atau pada saat 2 jam setelah makan
(disingkat 2jpp: 2 jam post prandial) lebih dari 200mg%. untuk lebih lengkapnya bisa
dilihat pada box Diagnosa DM. (http://www.dr-rocky.com)
Macam-Macam
A. Clnical Classes
9
I. Diabetes Melistus
1. IDDM (DM tipe I)
2. NIDDM (DM tipe II)
3. Bila meragukan Tipe 1 atau Tipe 2 disebut : Questionable DM
4. MRDM (Malnutrition Related DM) :
a. Fibrocalculous Pancreatic Diabetes Melitus (FCPD)
b. Protein Deficient Pancreatic Diabetes Mellitus (PDPD)
5. Other Tupes of DM associated with certain conditions and syndromes :
a. Pancreatic disease
b. Disease of hormonal etiology
c. Drug of chemical induced conditions
d. Abnormal of insulin or its receptor
e. Certain genetic syndromes
f. Miscellanous
Pada DM tipe I kelainan terletak pada sel beta pankreas yang tidak mampu
membuat dan mengeluarkan insulin dalam jumlah dan kualitas yang cukup, bahkan
kadang-kadang tidak ada sekresi (produksi) insulin sama sekali.
10
bahkan hanya sekitar 20.000.
3. Jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulin tidak efektif.
4. Terdapat kelainan di pasca reseptor, sehingga proses glikolisis intra seluler terganggu.
5. Adanya kelainan campuran di antara no 1,2,3 dan 4
(http://www.dr-rocky.com)
11
Tergantung insulin (IDDM, Tipe I) Tidak tergantung insulin (NIDDM, tipe II)
10-15 & penderita diabetes masuk golongan ini Bentuk lazim: sekitar 85% dari diabetes
Ketoasidosis sering terjadi karena tak terkontrol Ketoasidosis jarang kecuali bila ada penyakit
lain yang berat
Insulin yang beredar tidak dapat di ukur Kadar insulin rendah, normal atau bahkan
tinggi
Sering didapat antibody terhadap sel pulau Antibody terhadap sel pualu tidak ada
Jumlah sel beta berkuarang banyak Jumlah sel beta berkurang sedikit
Ada hubungan dengan fenotipe HLA antigen Tidak ada hubungan dengan fenotipe HLA
DR3 dan DR4 (juga B8, B15); heterozigot
DR3/DR4 merupakan risiko khusus
12
Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh
darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi
dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan
pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena
pembuluh darah di otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung penyakit
jantung koroner yang dapat berakibat serangan jantung/infark jantung, pada ginjal menjadi
penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci darah atau
transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk
(gangren). Selain itu bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada bagian
yang tidak berasa apa-apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum /paku atau terkena benda
panas.
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh
darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa
sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian
tersebut sudah berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau
kebiru-biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk, kemudian
terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa
menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi gangguan saraf, disebut neuropati diabetik
dapat timbul gangguan rasa (sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain itu
gangguan motorik, timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang
tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan dirasa padahal
telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi. Jika sudah gangren, kaki harus
dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut. Gangren diabetik merupakan dampak
jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga
mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik
dan autonom yang masing-masing memegang peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis
otot kaki menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara
berjalan, dan akan menimbulkan titik tekean baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus
pada tempat itu.
Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan
terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya, kalus dapat
berubah menjadi ulkus yang bila disertai dengan infeksi berkembang menjadi selulitis dan
13
berakhir dengan gangren. Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit
sehingga kulit kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh. Infeksi dan luka ini
sukar sembuh dan mudah mengalami nekrosis akibat dari tiga faktor. Faktor pertama adalah
angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme
radang jadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk
perkembangan bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis, aliran
nutrien akan memintas tempat infeksi di kulit.
Penyebab
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan
dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan
diabetes melitus.
2. Obesitas (Kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
3. Faktor Genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil.
14
pankreas.
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes
mellitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. (http://www.kulinet.com)
Penegakan Diagnosa
Diagnosis klinis DM umumnya akan akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM
15
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM karena lebih mudah
diterima oleh pasien serta murah. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM , hasil
pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, baik kadar glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/dl. Kadar glukosa darah sewaktu ≥ mg/dl pada hari yang lain, atau dari
hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca
pembebanan ≥ 200mg/dl. Namun TTGO dalam prakteknya sangat jarang dilakukan.
(Reno Gustaviani, 2007. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi keempat Jilid III).
16
diabetes yang tidak terkontrol adalah berkurangnya perlawanan terhadap dan
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
periodontal.
Literature untuk pernyataan ini dan pengaruh secara keseluruhan terhadap fakta
tentang adanya penyakit periodontal pada diabetes mellitus tidak konsisten atau
merupakan pola yang nyata. Inflamasi gingival tingkat lanjut, poket periodontal yang
sangat dalam, kehilangan tulang yang cepat, dan abses periodontal sering terdapat pada
pasien diabetes mellitus yang memiliki oral hygiene yang buruk. Anak-anak dengan
diabetes mellitus tipe I cenderung memiliki destruksi yang lebih parah di sekitar M1 dan
insisivus daripada di sekitar gigi yang lain, tetapi destruksi ini menjadi lebih luas seiring
dengan meningkatnya umur. Pada juvenile diabetic, destruksi periodontal yang luas
sering terjadi sehubungan dengan umur pasien.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa diabetes yang tidak terkontrol atau kurang
berhubungan dengan meningkatnya kerentanan dan keparahan terhadap infeksi termasuk
periodontitis. Diabetes tidak menyebabkan gingivitis atau poket periodontal, tetapi
terdapat indikasi bahwa dia dapat merubah respon jaringan periodontal terhadap faktor
lokal, mempercepat bone loss dan memperlambat penyembuhan setelah pembedahan
pada jaringan periodontal. Abses periodontal yang sering terjadi merupakan gejala
penyakit periodontal yang terlihat pada penderita diabetes.
(http://dok-lisa.blogspot.com/feeds/1772733680616438780/comments/default)
17
Manifestasi Pada Kulit
Produksi NEG pada proses penuaan kronologis, secara normal terjadi, tetapi
produksi NEG ini tidak sebanyak saat hiperglikemia. Adanya penumpukan NEG ini
menyebabkan akumulasi protein advanced glycosylation end products (AGEs), oleh
karena NEG tidak dapat didegradasi, akibatnya terjadi penurunan solubilitas asam dan
enzimatik di dalam kolagen kulit. Inilah jawaban kenapa pada penderita diabetes dapat
terjadi gangguan retinopati, nefropati maupun mikrovaskuler.
Pada penderita diabetes terjadi penurunan inervasi sensori kulit, hal ini
merupakan predisposisi terjadinya trauma atau infeksi. Adanya kondisi hiperglikemia
juga menyebabkan gangguan mekanisme sistem imunoregulasi, berakibat gangguan
menurunnya daya kemotaksis, fagositosis dan kemampuan bakterisidal sel lekosit maka
kemudahan infeksi maupun ulkus. Pada penderita DM juga terjadi disregulasi
metabolisme lipid, maka terjadilah hipertrigliserid yang memberikan manifestasi kulit
sebagai xantoma eruptif. Sementara pada penderita DM tipe 2 resisten terhadap insulin
sering terjadi hiperinsulinemia, hal ini menyebabkan abnormalitas pada proliferasi
epidermal dan terjadi akantosis nigrikan. (http://indodiabetes.com/manifestasi-kulit-
pada-penderita-kencing-manis-diabetes-mellitus.html/)
1. PERIODONTITIS
18
Resistensi jaringan gingiva dan jaringan periodontal menurun karena adanya :
• Perubahan komposisi kolagen
• Regulasi diabetes dan oral Hygiene
Faktor pencetus :
• Faktor infeksi
• Angiopati diabetic
• Neuropati diabeti
2. ANGULAR CHEILITIS
Faktor predisposisi : anemia, usia tua, kebiasaan OH (oral higiene) mulut yang jelek,
penggunaan antibiotik yang luas, merupakan penurunan dimensi vertical.
19
Etiologi : candida albicans
Predisposisi : infeksi kronis, aliran balik asam lambung, obat-obatan, kelainan darah,
defisiensi nutrisi, ketidakseimbangan hormonal, alergi
5, MUCORMYCOSIS
Mikosis yang disebabkan oleh jamur ordo mucoroles, termasuk spesies mucor,
absidia, dan rhizopus. Sering kali dimulai pada saluran pernapasan bagian atas ke
paru-paru, di mana pertumbuhan miselium bermetastasis ke orang lain.
6. FISSURED TOUNGE
20
• Nyeri pada gingival
• Plak putih/ merah pada mukosa mulut
• Ulserasi pada mukosa mulut
• Gingiva kemerahan
(http://manisfestasioralpadapasiendiabetes.blogspot.com/feeds/post.html)
Karena kekurangan insulin dan memiliki kadar gula yang tinggi dalam darah, maka
beberapa gejala yang umum bagi penderita diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2.
Apabila Anda mengalami beberapa gejala tersebut, ada baiknya Anda melakukan
pengecekan untuk mengetahui kadar gula darah. Secara umum, beberapa gejala yang
terjadi antara lain:
21
sebagai berikut:
2. Berat badan lebih : BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 g
(Reno Gutaviani, 2007. Buku Ajar Penyakit dalamEdisi keempat Jilid III).
Pemeriksaan yang paling mudah untuk mengetahui penyakit diabetes adalah dengan
melakukan pengujian kadar darah puasa. Jika kadar darah puasa lebih dari 140 mg/dl
atau 150 mg/dl pada dua kali pemeriksaan atau lebih. Hiperglikemia setelah puasa atau
kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl merupakan gejala yang khas untuk
diabetes khususnya diabetes mellitus. Kadar glukosa darah puasa normal hampir pasti
menyingkirkan adanya diabetes. Test toleransi terhadap glukosa (glucose rolerance test,
GTT) hanya berguna untuk diagnostic bila kadar gula darah puasa atau postprandial
meragukan atau bila ada glukosaria yang tidak jelas sebabnya.
Test toleransi glukosa oral dapat dipengaruhi oleh banyak variabel fisiologik dan
dapat di tafsirkan bermacam-macam. Test toleransi glukosa intravena yang biasanya
lebih sukar untuk ditafsirkan jarang digunakan untuk diagnosa. Penderita yang menjalani
GTT harus berada dalam status gizi baik, tidak boleh makan salisilat, diuretic,
anticonvulsant, steroid atau obat kontraseptif oral, tidak boleh merokok, makan atau
minum air selama 12 jam sebelum test di lakukan. Kekurangan karbohidrat, tidak ada
aktivitas atau istirahat berbaring dapat menggangu toleransi terhadap glukosa. Karena itu
GTT sebaiknya tidak dilakukan pada penderita yang dirawat baring atau tidak boleh
turun dari tempat tidur atau pada orang dengan diit yang tidak mencukupi. Penderita
harus makan paling sedikit 150 g karbohidrat tiap hari selama tiga hari sebelum test
dilakukan. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Masih belum ada kesesuaian tentang banyaknya glukosa yang diberikan. Beberapa
peneliti menggunakan dosis standard (bervariasi antara 50 g, 75 g atau 100 g), sedangkan
22
yang lain member glukosa menurut ukuran tubuh yaitu 1,75 g/kg berat badan atau 50
g/m2 permukaan tubuh. Setelah darah puasa diambil, penderita diberi glukosa dalam air
yang biasanya diberi rasa supaya lebih mudah diminum. Protocol urutan pengambilan
darah berbeda-beda; kebanyakan peneliti memeriksa darah setelah 1 dan 2 jam; beberapa
peneliti lain mengambil darah jam ke-3 sedangkan yang lain lagi mengambil contoh
darah pada ½ jam dan 1 ½ jam setelah minum glukosa.
Pengumpulan urin tidak mutlak tetapi sering dilakuakn. Bila glukosa diberikan
dengan cairan dalam jumlah besar, penampungan urin pada 1 ½ hingga 2 jam tidak
menimbulkan kesukaran dan hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk berapa banyak
glukosa yang dikeluarkan oleh penderita pada tingkat hiperglikemia tertentu. Bila terjadi
glukosuria tanpa hiperglikemia penderita sebaiknya diperiksa terhadap ada tidaknya
fungsi tribuli yang abnormal.
(http://www.scribd.com/pemeriksaan-penunjang-untuk-diabetes-mellitus)
23
Pencegahan
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada 3 jenis atau tahap
yaitu:
• Pencegahan tersier: semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat
komplikasi itu. Usaha ini meliputi:
Terapi Farmakologi
24
glitazone Pioglitazon Actos 15,30 15-30 24 1
Deculin 15,30 15-45 24 1
(Sudartawan Soegondo, 2007. Buku Ajar Penyakit dalamEdisi keempat Jilid III).
25
Terapi Nonfarmakologi
Beberapa terapi nonfarmakologi dengan cara merubah gaya hidup yang dapat
digunakan untuk menyembuhkan diabetes, antara lain:
Yaitu pengaturan pola makan dan acupan gizi pada makanan. Diantaranya
karbohidrat yang diberikan pada pasien diabetes tidak lebih dari 55-56% dari
total kebutuhan energy sehari, atau tidak lebih dari 70% jika dikombinasi
dengan pemberian asam lemak tak jenuh rantai tunggal (MUFA =
monounsaturated fatty acids). Jumlah kebutuhan protein yang
direkomendasikan sekitar 10-15% dari total kalori per hari. Dan pembatasan
asupan lemak.
Latihan Jasmani
Edukasi
(Em Yunir, Suharko Soebardi, 2007. Buku Ajar Penyakit dalamEdisi keempat
Jilid III).
26
3.6 Mapping dan Pembahasan
Mapping Konsep
peradangan pankreas (
insulitis )
glukoneogenesis
Hiperglikemia
dehidrasi
Lemak Protein
Aterosklerosis
Asidosis Nitrogen urine
- koma
27
Etiologi Diabetes Mellitus tipe 1 hingga kini masih belum dapat disepakati oleh para ahli.
Namun hampir semua berpendapat adanya destruksi sel β pulau Langerhans, yang diakibatkan oleh
proses autoimun. Secara patologi terlihat adanya peradangan pankreas ( insulitis ) yang ditandai
dengan adanya infiltrasi makrofag dan limfosit T teraktivasi di sekitar dan di dalam sel islet, kadang
dijumpai virus yang merusak sitoplasma sel. Sehingga kerusakan ini akan menyebabkan terbentuknya
antibodi ICA ( Islet Cell Antibody ) yang mengganggu produksi insulin. Insulitis bisa disebabkan
macam – macam di antaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, herpes dan lain – lain. Insulitis
hanya menyerang sel beta, biasanya sel alfa dan sel delta tetap utuh. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe
2 pada umumnya lebih bersifat genetik. Tipe ini mencakup lebih dari 90 % dari semua populasi
diabetes. Pada Diabetes jenis ini dijumpai kadar insulin normal atau meningkat yang disebabkan oleh
sekresi insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin karena kurangnya reseptor insulin pada
organ target sehingga terjadi defek relatif pankreas untuk mensekresi insulin. Pada penderita yang
obesitas, kelainan primernya adalah resistensi insulin di jaringan perifer seperti otot dan lemak
sehingga terjadi peningkatan kebutuhan insulin. Sedangkan pada penderita yang non obesitas,
kelainan primernya berupa kerusakan sel beta dan kelainan sekundernya di jaringan perifer.
28
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
29
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal
sulit untuk dipertahankan.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang
yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika
mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. Namun, sebagian
besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olahraga yang
teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik
(penurun kadar gula darah) per-oral. Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin
tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan
berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum
(oral = mulut) atau menggunakan insulin.
3.2Saran
Jika ingin mengurangi resiko terkena diabetes, maka kita harus menjaga pola
makan kita sehari-hari dan juga rajin berolahraga. Banyak penyakit dapat dicegah dengan
gaya hidup dan pola makan yang sehat. Di antaranya adalah diabetes, yang juga salah
satu penyebab utama kematian di banyak negara, termasuk di Indonesia. Ada banyak hal
yang diduga menjadi pemicu munculnya penyakit diabetes, dan salah satu di antaranya
adalah pola makan yang tidak baik. Di samping itu, pola makan sehat juga terbukti
bermanfaat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, kanker, hipertensi, dan
kerusakan ginjal. Berikut ini beberapa tips pola makan yang sehat yang dapat digunakan:
Bahan makanan dari tumbuhan merupakan bahan makanan utama untuk pencegahan
diabetes. Hal ini karena sayur dan buah merupakan sumber utama phytochemicals, yaitu
30
zat alamiah yang berfungsi melindungi tubuh dari pembentukan tumor. Dengan
mengkonsumsi 2 - 4 porsi buah-buahan dan 3 - 5 porsi sayur-sayuran, diperkirakan akan
menurunkan risiko kanker sebesar 20 %.
Lemak jenuh yang terkandung pada produk hewani seperti daging, susu, dan keju
akan meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner. Bahan pangan yang
dapat digunakan untuk menggantikan lemak jenuh adalah minyak nabati seperti minyak
zaitun dan minyak canola yang mengandung lemak tak jenuh. Selain mengurangi risiko
penyakit, minyak nabati relatif tidak meningkatkan berat badan.
4. Variasi makanan
Susunlah menu makanan secara bervariasi, menggunakan berbagai jenis sayur dan
buah. Sayur dan buah merupakan sumber vitamin, mineral dan antioksidan yang alami.
Antioksidan adalah penghancur radikal bebas yang ada dalam tubuh. Lingkungan yang
tercemar, bahan makanan yang diawetkan serta asap rokok merupakan contoh sumber
radikal bebas di sekitar kita. Konsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan
akan menurunkan kadar radikal bebas di dalam tubuh sehingga mencegah kerusakan
31
jaringan tubuh dan terjadinya kanker.
Pilihlah bahan makanan yang masih alami. Proses pengolahan bahan pangan
seringkali malah menghilangkan zat gizi dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Riset
para ahli telah menunjukkan bahwa zat gizi, nutrisi, dan antioksidan dari bahan pangan
alami lebih baik kualitasnya dari pada yang berupa olahan ataupun berupa suplemen
makanan.
6. Makan secukupnya
Makanlah secukupnya, dalam artian jangan sampai kekurangan namun juga janganlah
berlebihan. Kekurangan zat gizi karena makan terlalu sedikit sudah tentu akan
menyebabkan tubuh tidak memiliki modal yang cukup untuk metabolisme sehari-hari
dan untuk membangun kekebalan terhadap penyakit. Namun demikian makan yang
berlebihan juga akan menyebabkan penimbunan bahan makanan yang tidak terpakai
sehingga terjadi kegemukan dan peningkatan kadar lemak, yang justru akan membebani
kerja organ hati, jantung, dan ginjal.
Sedapat mungkin aturlah agar makan dilakukan secara teratur waktunya. Hal ini
penting karena sekresi asam lambung dan enzim pencernaan umumnya mengikuti irama
harian sesuai dengan jadwal makan sebelumnya. Tidak teraturnya jadwal makan dapat
menyebabkan berbagai keluhan sakit maag, karena adanya iritasi dari asam lambung dan
enzim pencernaan pada saluran cerna yang kosong.
Sebenarnya anjuran makan pada Diabetisi sama dengan anjuran makan sehat
32
umumnya, yaitu makanan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-
masing. Sebaliknya anjuran makan bagi Diabetisi juga akan sangat baik untuk orang
sehat yang non DM dan juga untuk mencegah penyakit salah gizi yang lainnya. Tujuan
makan sesuai kebutuhan kalori adalah agar dapat mencapai dan mempertahankan berat
badan yang normal. Pada Diabetisi yang gemuk, kadar gula darah sulit dikendalikan,
sehingga berat badan perlu dibuat normal. Berat badan normal berkisar antara kurang
dari 10% sampai lebih dari 10% dari berat badan idaman. Diabetisi tak perlu takut makan
dan dianjurkan makan bersama anggota keluarga lainnya, yaitu menu makanan yang
seimbang sesuai kebutuhan gizi.
Untuk dapat makan sesuai kebutuhan gizi, kita perlu mengetahui kebutuhan kalori
sehari. Selain membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi/diet juga menyaranakan
variasi makanan sesuai dengan daftar bahan makanan penukar.
33
DAFTAR PUSTAKA
http://indodiabetes.com/manifestasi-kulit-pada-penderita-kencing-manis-diabetes-
mellitus.html/
http://manisfestasioralpadapasiendiabetes.blogspot.com/feeds/post.html
http://dok-lisa.blogspot.com/feeds/1772733680616438780/comments/default
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-mellitus/feeds
http://www.scribd.com/pemeriksaan-penunjang-untuk-diabetes-mellitus
http://www.dr-rocky.com
http://www.kulinet.com
34