You are on page 1of 24

Sikap Positif terhadap

Sistem Hukum dan


Peradilan Nasional

1. SISTEM HUKUM DAN PERADILAN


NASIONAL
2. PERANAN LEMBAGA- LEMBAGA
KEADILAN
3. SIKAP YANG SESUAI DENGAN
KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU
4. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
DI INDONESIA
5. PERAN SERTA DALAM UPAYA
PEMBERANTASAN KORUPSI DI
INDONESIA
1. Sistem Hukum dan Peradilan
Nasional

Pengertian
Sistem
Sistem Hukum
Pengertian
Sistem Hukum

Sistem Hukum Pengertian


dan Peradilan
Nasional
Hukum Tujuan

Peradilan Penggolongan
Nasional Hukum
1.1 Sistem Hukum

1.1 Pengertian Sistem


Sistem adalah suatu kesatuan susunan, dimana
masing – masing unsur yang ada di dalamnya tidak
diperhatikan hakikatnya, tetapi dilihat menurut
fungsinya terhadap keseluruhan kesamaan susunan
tersebut.
1.2 Pengertian Sistem Hukum
sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum dari
unsur hukum yang saling berhubungan dan
bekerjasama sebagai suatu kesatuan untuk
mencapai tujuan tertentu.
1.2 Hukum

1.2.1 Pengertian Hukum

Hukum sulit didefinisikan karena kompleks dan beragamnya sudut pandang


yang akan dikaji. Prof. Van Apeldoorn mengatakan bahwa ” definisi
hukum sangat sulit dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakannya
yang sesuai dengan kenyataan”. Karena itu, sebaiknya kita lihat dulu
pengertian hukum menurut para ahli hukum terkemuka berikut ini :
a. Prof. Mr. E.M. Meyers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi
pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.
b. Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang pelanggaran
terhadapnya akan menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.
c. Drs. E. Utrecht, S.H
Hukum adalah himpunan peratuan ( perintah dan larangan ) yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat
itu.
d. S.M. Amin, S.H
Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi,
dengan tujuan mewujudkan ketertiban dalam pergaulan manusia.
1.2 Hukum

1.2.2 Tujuan Hukum


No Tokoh/Pakar Teori
1 Prof. Subekti, SH. Hukum itu mengabdi pada tujuan negara, yaitu mendatangkan
atau ingin mencapai kemakmuran dan kebahagiaan pada
rakyatnya.

2 Van Apeeldoorn Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melindungi


kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu.,
(kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta benda) dari pihak yang
merugikan.

3 Teori Etis Hukum itu semaa-mata menghendaki “keadilan”. Isi hukum


semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita
mengenai “apa yang adil dan apa yang tidak adil”.

4 Oeny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan,


sedangkan unsur-unsur keadilan ialah : “Kepentingan dayaguna
dan kemanfaaannya”.

5 Bentham (Teori Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujukan apa yang
Utilitarianisme) berfaedah bagi banyak orang. Dengan kata lain, “Menjamin
kebahagiaan sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang”.

6 Prof. Y. Van Kant Tujuan hukum ialah untuk menjaga agar kepentingan tiap-tiap
manusia tidak diganggu.

7 Geny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.


Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya guna dan
kemanfaatan.

8 Tujuan Hukum Nasional Ingin mengatur secara pasti hak-hak dan kewajiban lembaga
Indonesia tertinggi negara, lembaga-lembaga tinggi negara, semua pejabat
negara, setiap warga Indonesia agar semuanya dapat
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-
tindakan demi terwujudnya tujuan nasional bangsa Indonesia,
yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi oleh hukum,
cerdas, terampil, cinta dan bangga bertanah air Indonesia dalam
suasana hidup makmur dan adil berdasarkan falsafah Pancasila.
1.2 Hukum

1.2.3 Penggolongan Hukum

Penggolong
an Hukum

Berdasarkan Berdasarkan
Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Isi Berdasarkan Berdasarkan
Wilayah yang Waktu yang
Bentuknya Fungsinya masalahnya Sumber sifatnya
Berlaku Berlaku
1.2 Hukum

1.2.3 Penggolongan Hukum

a. Berdasarkan Bentuknya :
 Hukum tertulis
Hukum yang dicantumkan di dalam berbagai peraturan negara.
Hukum tertulis terdiri atas :
o Hukum tertulis yang dikodifikasi (dibukukan) contohnya
Undang-Undang Dasar 1945.
o Hukum tertulis yang tidak dikodifikasi seperti hak merek dan
peraturan tentang kepailitan.
 Hukum tidak tertulis
Hukum yang masih hidup di masyarakat namun tidak tertulis ,
seperti hukum adat atau hukum kebiasaan.
b. Berdasarkan Wilayah yang Berlaku
 Hukum Nasional
Hukum yang berlaku dalam suatu negara tertentu sekaligus merupakan
produk dari negara tersebut.
 Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan hukum di dunia Internasional.
 Hukum Asing
Hukum yang berlaku di negara lain.
1.2 Hukum

1.2.3 Penggolongan Hukum

c. Berdasarkan Fungsinya
 Hukum Material
Hukum yang memuat perintah-perintah dan
larangan-larangan. Contohnya ; Kitab Undang –
Undang Hukum Perdata.
 Hukum Formal
Peraturan yang berisi tata cara untuk meyelesaikan
suatu perbuatan yang melanggar Hukum Material.
Contohnya ; Hukum acara perdata.
d. Berdasarkan Waktu yang berlaku
1) Ius Constitutum , yaitu hukum yang berlaku pada
saat in pada suatu negara.
2) Ius Contituendum , yaitu hukum yang diharapkan
dapat berlaku pada masa yang akan datang.
3) Hukum Asasi , yaitu hukum yang berlaku dimana-
mana dalam segala waktu dan untuk semua bangsa.
1.2 Hukum

1.2.3 Penggolongan Hukum

 Hukum Publik , yaitu hukum yang mengatur hubungan


negara dengan warga negara. Dengan kata lain menyangkut
kepentingan umum. Hukum publik terdiri atas ;
1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Tata Usaha Negara
3. Hukum Pidana
4. Hukum Acara Pidana
5. Hukum Internasional
e. Berdasarkan Isi Masalahnya
 Hukum Privat
Hukum yang mengatur antar orang yang satu dan yang
lain. Dan menyangkut hubungan perseorangan.Hukum
privat dibedakan atas ;
1. Hukum Perdata
2. Hukum Dagang
3. Hukum Adat
4. Hukum Acara Perdata
2. Hukum

2.3 Penggolongan Hukum

f. Berdasarkan Sumbernya
 Undang – Undang , yaitu hukum yang tercantum dalam
peraturan perundangan.
 Kebiasaan , yaitu hukum yang terletak dalam peraturan
kebiasaan.
 Traktat , yaitu hukum yang terletak dalam perjanjian
antar negara.
 Yurisprudensi , yaitu hukum yang terbentuk karena
keputusan hakim.
g. Berdasarkan Sifatnya
 Hukum yang memaksa
Hukum yang dalam keadaan apapun juga harus dan
memiliki paksaan mutlak.
 Hukum yang mengatur
Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak
yang bersangkutan telah mebuat sendiri dalam satu
perjanjian.
1.3 Peradilan Nasional

Lembaga Peradilan di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah


peradilan negara yang ditetapkan dengan Undang-Undang . Hal ini
menunjukkan bahwa selain peradilan negara,tidak dibolehkan ada
peradilan-peradilan yang bukan dilakukan oleh badan peradilan negara.
(UU no.4 th.2004 pas 3)
Lembaga Peradilan diatur oleh UU no.4 th.2004 pasal 3, pasal 4 ayat
1 dan 2, pasal 5 ayat 1,pasal 6, pasal 16, pasal 19 , pasal 17, pasal 29 ayat 1 ,2
,3 dan 4.

Mahkamah
Agung

Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan


Umum Agama Militer Administrasi

Pengadilan
Pengadilan Pengadilan Mahkamah
Tata Usaha
Negeri Agama Militer
Negara

Pengadilan
Pengadilan Pengadilan Mahkamah
Tinggi Tata
Tinggi Tinggi Agama Militer Tinggi
Usaha Negara
2. Peran Lembaga - Lembaga
Nasional

Lembaga hukum (lembaga peradilan)


adalah lembaga yang mengatur segala
sesuatu tentang hukum. Peran lembaga
hukum dalam menjalankan hukum adalah
mengatur segala sesuatu hukum yang
berlaku.

Lembaga Peradilan
Nasional

Mahkamah Mahkamah Komisi Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan Tata


Agung Konstitusi Yudisial Umum Agama Militer Usaha Negara
2. Peran Lembaga – Lembaga
Nasional

1. Mahkamah Agung yaitu lembaga Pengadilan Negara Tertinggi dari


semua lingkungan pengadilan yang dalam melaksanakan tugasnya
terlepas dari pengaruh pemerintah atau pengaruh – pengauruh lain.
MA berwenang memeriksa dan memutuskan :
 Permohonan kasasi
 Sengketa tenyang kewenangan mengadili
 Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memeperoleh kekuatan hokum yang tetap
2. Mahkamah Konstitusi ( MK ) yaitu satu badan negara yang melakukan
kekuassan kehakiman yang merdeka, untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan kedilan. Kedudukan MK
adalah di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
Wewenang MK menurut UU No. 24 Tahun 2003 adalah :
 Menguji Undang – Undang terhadap undang – undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
 Memutus sengketa kewenagan lembaga negara yang kewenanganya diberikan
oleh Undang – Undang Dasar Republik Indonsia Tahun 1945
 Memutus pembubaran partai politik
 Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
 Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan / Wakil
Prtesiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum.
2. Peran Lembaga - Lembaga
Nasional

3. Komisi Yudisial ( KY ) tujuan dari pembentukan komisi Yudiasial


adalah dalam rangka mewujudkan lembaga peradilan dan lembaga
penegak hukum dan lainya yang mandiri, bebeas dari pengaruh
penguasa ataupun pihak lain, KY berkedudukan di Ibu Kota Negara RI.
Wewenang Komisi Yudistira adalah :
 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPR
 Menegakkan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim
diseluruh lingkungan peradilan.
 Melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim
4. Peradilan Umum terbagi menjadi 2 ;
1. Pengadilan Negeri, sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. , Pengadilan
Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.
2. Pengadilan Tinggi, sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan
Tingkat Banding terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan
Negeri. Wewenang Pengadilan Tinggi adalah :
 Mengadili perkara pidana dan perdata di tingkat banding.
 Mengadili di tingkat pertama terahkir mengenai sengketa kewenangan
mengadili antar pengadilan negeri di wilayah hukumnya.
 Menjaga jalanya pengadilan di tingkat Pengadilan Negeri agar peradilan
diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.
 Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum
kepada instansi pemerintah bil;a diminta.
 Tugas atau kewenangan berdasarkan undang – undang.
2. Peran Lembaga - Lembaga
Nasional

5. Peradilan Agama yaitu pengadilan agama Islam. Pengadilan Agama


terdapat di setiap ibu kota Kabupaten. Pengadilan TInggi Agama
berkedudukan di setiap ibu kota Propinsi. Tugas Pengadilan Agama adalah
;
 Perkawinan
 Kewarisan,wasiat dan hibah yang di lakukan berdasarkan hukum Islam
 Wakaf dan sodakoh
6. Peradilan Militer adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
di lingkungan peradilan militer. Peradilan militer merupakan pelaksana
kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkata Bersenjata untuk
menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentinga
penyelenggara pertahanan keamanan Negara.
7. Peradilan Tata Usaha Negara yaitu salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha
Negara. Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam
tata usaha negara antara orang /badan hukum perdata dengan badan /
pejabat tata usaha negara baik di pusat maupun daerah. Dan yang
dimaksud dengan tata usaha Negara adalah administrasi Negara yang
melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik
di pusat maupun daerah.Pengadilan tata usaha Negara merupakan
pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tinggi tata usaha negara
merupakan pengadilan tingkat banding.
2. Peran Lembaga - Lembaga
Nasional

Peralihan ke Mahkamah Agung


Perubahan UUD 1945 membawa perubahan
mendasar mengenai penyelengaraan kekuasaan
kehakiman, dan diatur lebih lanjut dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Konsekuensi dari perubahan ini
adalah pengalihan organisasi, administrasi, dan finansial
badan peradilan di bawah Mahkamah Agung.
Sebelumnya, pembinaan Peradilan Umum berada di
bawah eksekutif, yakni Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara
Departemen Kehakiman dan HAM. Terhitung sejak 31
Maret 2004, organasi, administrasi, dan finansial
peradilan umum dialihkan dari Departemen Kehakiman
dan HAM ke Mahkamah Agung. Peralihan tersebut
termasuk peralihan status pembinaan kepegawaian, aset,
keuangan, arsip/dokumen, dan anggaran menjadi berada
di bawah Mahkamah Agung.
 
3. Sikap Yang Sesuai Dengan
Ketentuan Hukum

Sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum adalah


sikap yang mentaati semua hukum dan norma yang
berlaku.
Contoh Perilaku yang sesuai dengan ketentuan hukum:
a. Di Keluarga
 Mematuhi nasihat orangtua
 Melaksanakan tugas sesuai dengan kesepakatan
keluarga
 Membersihkan rumah sesuai jadwal yang yelah
ditetapkan

b. Di Sekolah
 Menghormati Guru
 Mematuhi tata tertib sekolah
 Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
 Tidak menyontek saat ulangan
 Melaksanakan tugas piket
3. Sikap Yang Sesuai Dengan
Ketentuan Hukum

c. Di Masyarakat
 Ikut Melaksanakan ronda malam
 Mengikuti kegiatan kerja bakti
 Mentaati peraturan (adat istiadat) yang berlaku di
masyarakat
d. Di Negara
 Turut sertamembela negara
 Mentaati hukum yang berlaku di Negara
4. Upaya Pemberantasan Korupsi di
Indonesia

Pengertian KKN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar
istilah “KKN”, KKN adalah singkatan dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme. Korupsi adalah merupakan salah satu
perbuatan yang melanggar hukum. Yaitu penyalahgunaan
sesuatu yang berharga yang bisa merugikan orang lain,
korupsi tidak hanya berupa materi, tetapi juga bisa
berupa korupsi waktu, dan intelektual.
Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Salah satu upaya pemberantasan korupsi oleh pemerintah
Indonesia adalah pembentukan KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). KPK bertugas menyelidiki para
pejabat-pejabat yang dicurigai melakukan tindakan
korupsi.
Upaya pemberantasn Korupsi diatur dalam TAP MPR No.
8 tahun 2001 mengenai pemberantasan dan pencegahan
korupsi. Tetapi, meskipun begitu, tingkat korupsi di
Indonesia masih tetap tinggi, hal ini disebabkan karena
kurangnya moral yang dimiliki para pejabat kita.
5. Peran Serta dalam Pemberantasan
Korupsi di Indonesia

Peran serta ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa ;


(1) Dengan diberikannya hak dan kewajiban masyarakat dalam
usaha penanggulangan korupsi dipandang sebagai hal positif
dalam upaya pencegahan dan pengungkapan kasus-kasus
korupsi yang terjadi dan
(2) Persoalan penanggulangan korupsi dipandang bukan semata-
mata menjadi urusan pemerintah atau penegak hukum,
melainkan merupakan persoalan semua rakyat dan urusan
bangsa.

Pandangan pembentuk undang-undang itu tertuang


dalam rumusan Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan
bahwa; masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
5. Peran Serta dalam Pemberantasan
Korupsi di Indonesia

Bentuk peran serta tersebut, dalam Pasal 41 ayat (2)


telah ditentukan wujudnya, yaitu sebagai berikut;
1. hak mencari, memperoleh,  dan memberikan  informasi  adanya 
dugaan  telah  terjadi tindak pidana korupsi
2. hak  untuk  memperoleh  pelayanan  dalam  mencari,  memperoleh  dan 
memberikan informasi  adanya  dugaan  telah  terjadi  tindak  pidana 
korupsi  kepada  penegak  hukum  yang menangani perkara tindak
pidana korupsi
3. hak menyampaikan  saran  dan  pendapat  secara  bertanggung  jawab 
kepada  penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi
4. hak untuk memperoleh  jawaban  atas pertanyaan  tentang  laporannya 
yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari
5. hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal ;
 melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam  huruf a, b, dan c
 diminta  hadir  dalam    proses  penyelidikan,  penyidikan,  dan  di 
sidang pengadilan  sebagai  saksi  pelapor,  saksi,  atau  saksi  ahli, 
sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan yang
berlaku
5. Peran Serta dalam Pemberantasan
Korupsi di Indonesia

Tata cara peslaksanaan peran serta masyarakat dalam


bentuk pelaporan dalam mencegah dan pemberantasan
tindak pidana korupsi diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2000. Pasal 2 ayat (1) menyatakan
bahwa “setiap orang, organisasi masyarakat atau lembaga
swadaya masyarakat berhak mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaa telah terjadi tindak
pidana korupsi serta menyampaikan saran serta pendapat
kepada penegak hukum dan atau komisi mengenai tindak
pidana korupsi”.
Selanjutnya Pasal 5 ayat (1) menyatakan
bahwa”setiap orang, organisasi masyarakat, atau lembaga
swadaya masyarakat yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) berhak mendapatkan perlindungan hukum, baik
mengenai status maupun rasa aman”. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa warga masyarakat yang
menyampaiakn informasi berhak mandapatkan
perlindungan hukum dari nesgara malalui lembaga-
lembaga yang bertanggung jawab untuk hal itu.
5. Peran Serta dalam Pemberantasan
Korupsi di Indonesia

Di bawah ini ada beberapa contoh


dampak dari akibat yang ditimbulkan
dari permasalahan korupsi ditinjau
dari;
dampak ekonomi,
dampak politik,
dampak pelayanan publik,
dampak hukum dan,
dampak sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.com/sistemhukum
2. www.wikipedia.com/sistemhukumda
nperadilannasional
3. www.google.com/sikappositifterhada
psistemhukumdanperadilannasional
4. Buku Kewarganegaraan kelas 1 SMA

You might also like