You are on page 1of 18

SIKAP POSITIF TERHADAP SISTEM HUKUM

DAN PERADILAN NASIONAL


- Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
- Lembaga Peradilan Nasional
- Sikap yang Sesuai Dengan Ketentuan Hukum yang Berlaku
- Upaya Pemberantasan Korupsi
- Peran Serta dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di
Indonesia

SMAN 5 BANDUNG
KELOMPOK 2
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Sistem Hukum

Hukum Sistem

Pengertian Pengertian
Pengertian Tujuan Penggolongan
Sistem Sistem Hukum

1. HUKUM
A. Pengertian Hukum
Hukum sulit didefinisikan karena kompleks dan beragamnya sudut pandang
yang akan dikaji. Prof. Van Apeldoorn mengatakan bahwa ” definisi hukum
sangat sulit dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai
dengan kenyataan”. Karena itu, sebaiknya kita lihat dulu pengertian hukum
menurut para ahli hukum terkemuka berikut ini :
- Prof. Mr. E.M. Meyers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi
pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.

- Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama dan yang pelanggaran terhadapnya akan
menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.

- Drs. E. Utrecht, S.H


Hukum adalah himpunan peratuan ( perintah dan larangan ) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

- S.M. Amin, S.H


Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi,
dengan tujuan mewujudkan ketertiban dalam pergaulan manusia.

- J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H


Hukum adalah peratuan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-
badan resmi yang berwajib, dan yang pelanggaran terhadapnya mengakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu hukuman terentu.

B. Tujuan Hukum
Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Adapun tujuan dibuatnya
hukum dapat dilihat pada mariks di bawah ini:

No Tokoh Teori
1 Prof. Subekti, Hukum itu mengabdi pada tujuan negara, yaitu
SH. mendatangkan atau ingin mencapai kemakmuran dan
kebahagiaan pada rakyatnya.
2 Van Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melindungi
Apeeldoorn kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu.,
(kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta benda) dari
pihak yang merugikan.
3 Teori Etis Hukum itu semaa-mata menghendaki “keadilan”. Isi
hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran
etis kita mengenai “apa yang adil dan apa yang tidak
adil”.
4 Oeny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan, sedangkan unsur-unsur keadilan ialah :
“Kepentingan dayaguna dan kemanfaaannya”.
5 Bentham (Teori Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujukan
Utilitarianisme apa yang berfaedah bagi banyak orang. Dengan kata
) lain, “Menjamin kebahagiaan sebesar-besarnya bagi
sebanyak mungkin orang”.
6 Prof. Y. Van Tujuan hukum ialah untuk menjaga agar kepentingan
Kant tiap-tiap manusia tidak diganggu.
7 Geny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepentingan daya
guna dan kemanfaatan.
8 Tujuan Hukum Ingin mengatur secara pasti hak-hak dan kewajiban
Nasional lembaga tertinggi negara, lembaga-lembaga tinggi
Indonesia negara, semua pejabat negara, setiap warga Indonesia
agar semuanya dapat melaksanakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan tindakan-tindakan demi
terwujudnya tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu
terciptanya masyarakat yang terlindungi oleh hukum,
cerdas, terampil, cinta dan bangga bertanah air
Indonesia dalam suasana hidup makmur dan adil
berdasarkan falsafah Pancasila.

C. Penggolongan Hukum
1. Berdasarkan Bentuknya :
a. Hukum tertulis
Hukum yang dicantumkan di dalam berbagai peraturan negara.
Hukum tertulis terdiri atas :
- Hukum tertulis yang dikodifikasi (dibukukan) contohnya Undang-Undang
Dasar 1945.
- Hukum tertulis yang tidak dikodifikasi seperti hak merek dan peraturan
tentang kepailitan.
b. Hukum tidak tertulis
Hukum yang masih hidup di masyarakat namun tidak tertulis , seperti
hukum adat atau hukum kebiasaan.

2. Berdasarkan Wilayah yang Berlaku


 Hukum Nasional
Hukum yang berlaku dalam suatu negara tertentu sekaligus merupakan
produk dari negara tersebut.
 Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan hukum di dunia Internasional.
 Hukum Asing
Hukum yang berlaku di negara lain.

3. Berdasarkan Fungsinya
 Hukum Material
Hukum yang memuat perintah-perintah dan larangan-larangan.
Contohnya ; Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.
 Hukum Formal
Peraturan yang berisi tata cara untuk meyelesaikan suatu perbuatan
yang melanggar Hukum Material. Contohnya ; Hukum acara perdata

4. Berdasarkan Waktu yang berlaku


1) Ius Constitutum , yaitu hukum yang berlaku pada saat in pada suatu negara.
2) Ius Contituendum , yaitu hukum yang diharapkan dapat berlaku pada masa yang
akan datang.
3) Hukum Asasi , yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk semua bangsa.

5. Berdasarkan Isi Masalahnya


 Hukum Privat
Hukum yang mengatur antar orang yang satu dan yang lain. Dan
menyangkut hubungan perseorangan.Hukum privat dibedakan atas ;
- Hukum Perdata
- Hukum Dagang
- Hukum Adat
- Hukum Acara Perdata

 Hukum Publik , yaitu hukum yang mengatur hubungan negara dengan


warga negara. Dengan kata lain menyangkut kepentingan umum.
Hukum publik terdiri atas ;
- Hukum Tata Negara
- Hukum Tata Usaha Negara
- Hukum Pidana
- Hukum Acara Pidana
- Hukum Internasional

6. Berdasarkan Sumbernya

 Undang – Undang , yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.


 Kebiasaan , yaitu hukum yang terletak dalam peraturan kebiasaan.
 Traktat , yaitu hukum yang terletak dalam perjanjian antar negara.
 Yurisprudensi , yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

7. Berdasarkan Sifatnya
 Hukum yang memaksa
Hukum yang dalam keadaan apapun juga harus dan memiliki paksaan
mutlak.
 Hukum yang mengatur
Hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah mebuat sendiri dalam satu perjanjian.
Peradilan Nasional

Mahkamah
Agung

Peradilan
Peradilan Umum Peradilan Agama Peradilan Militer
Administrasi

Pengadilan Pengadilan Mahkamah Pengadilan Tata


Negeri Agama Militer Usaha Negara

Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi Mahkamah
Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Agama Militer Tinggi
Negara

Lembaga Peradilan di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah peradilan


negara yang ditetapkan dengan Undang-Undang . Hal ini menunjukkan
bahwa selain peradilan negara,tidak dibolehkan ada peradilan-peradilan
yang bukan dilakukan oleh badan peradilan negara. (UU no.4 th.2004 pas 3)
Lembaga Peradilan diatur oleh UU no.4 th.2004 pasal 3, pasal 4 ayat 1 dan 2,
pasal 5 ayat 1,pasal 6, pasal 16, pasal 19 , pasal 17, pasal 29 ayat 1 ,2 ,3 dan 4.

PERAN LEMBAGA – LEMBAGA NASIONAL

Lembaga Peradilan
Nasional

Mahkamah Mahkamah Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan Tata


Komisi Yudisial
Agung Konstitusi Umum Agama Militer Usaha Negara

Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan

Kekuasaan kehakiman di Indonesia dijalankan oleh empat lingkungan peradilan yang


masing-masing mempunyai wewenang mengadili perkara tertentu. Setiap
lingkungan peradilan meliputi badan-badan peradilan tingkat pertama dan tingkat
kedua atau tingkat banding. Empat lingkungan peradilan yaitu;

1. Lingkungan Peradilan Umum


Landasan yang mengatur susunan dan kekuasaan peradilan umum adalah undang-
undang nomor 8 tahun 2004, disebutkan dalam undang-undang tersebut bahwa
peradilan umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya (pasal 2).
Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh;
a. Pengadilan negeri
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat
Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya.
b. Pengadilan tinggi
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang
berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai pengadilan tingkat banding terhadap
perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri. Pengadilan Tinggi juga
merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir mengenai sengketa
kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
2. Lingkungan Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang
diatur dalam Undang-Undang. Pengadilan Agama dibentuk melalui Undang-Undang
dengan daerah hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang:
 perkawinan
 warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam
 wakaf dan shadaqah
 ekonomi syari'ah
3. Lingkungan Peradilan Militer
Peradilan militer merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah
Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan
memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang dilakukan oleh anggota militer.
4. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara. Dalam pelaksanaannya, kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha
Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang keduanya berada dibawah
pengawasan Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.
SIKAP YANG SESUAI DENGAN KETENTUAN HUKUM

Sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum adalah sikap yang mentaatii semua
hukum dan Norma yang berlaku.
Contoh Perilaku yang sesuai dengan ketentuan hukum:
Di Keluarga

- Mematuhi nasihat orangtua

- Melaksanakan tugas sesuai dengan kesepakatan keluarga

- Membersihkan rumah sesuai jadwal yang yelah ditetapkan

b. Di Sekolah

- Menghormati Guru

- Mematuhi tata tertib sekolah

- Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

- Tidak menyontek saat ulangan

- Melaksanakan tugas piket


Di Masyarakat

- Ikut Melaksanakan ronda malam

- Mengikuti kegiatan kerja bakti

- Mentaati peraturan (adat istiadat) yang berlaku di masyarakat


Di Negara

- Turut sertamembela negara

- Mentaati hukum yang berlaku di Negara

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

 Pengertian KKN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah “KKN”, KKN adalah
singkatan dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Korupsi adalah merupakan salah
satu perbuatan yang melanggar hukum. Yaitu penyalahgunaan sesuatu yang
berharga yang bisa merugikan orang lain, korupsi tidak hanya berupa materi, tetapi
juga bisa berupa korupsi waktu, dan intelektual.

 Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Salah satu upaya pemberantasan korupsi oleh pemerintah Indonesia adalah


pembentukan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK bertugas menyelidiki
para pejabat-pejabat yang dicurigai melakukan tindakan korupsi.

Upaya pemberantasn Korupsi diatur dalam TAP MPR No. 8 tahun 2001 mengenai
pemberantasan dan pencegahan korupsi. Tetapi, meskipun begitu, tingkat korupsi
di Indonesia masih tetap tinggi, hal ini disebabkan karena kurangnya moral yang
dimiliki para pejabat kita.

PERAN SERTA DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Sebagai bukti tekad dan maksud yang sangat kuat dari pembentuk undang-

undang dalam usaha memberantas korupsi ialah telah dimasukannya ketentuan

tentang peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan korupsi di Indonesia.

Peran serta ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa (1) dengan diberikannya

hak dan kewajiban masyarakat dalam usaha penanggulangan korupsi dipandang

sebagai hal positif dalam upaya pencegahan dan pengungkapan kasus-kasus korupsi

yang terjadi dan (2) persoalan penanggulangan korupsi dipandang bukan semata-

mata menjadi urusan pemerintah atau penegak hukum, melainkan merupakan

persoalan semua rakyat dan urusan bangsa. Setiap orang harus berparsitipasi dan

berperan aktif dalam usaha mennaggulangi kejahatan yang menggerogoti negara ini.
[1]

            Pandangan pembentuk undang-undang itu tertuang dalam rumusan Pasal 41

ayat (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan bahwa;


masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi.

            Bentuk peran serta tersebut, dalam Pasal 41 ayat (2) telah ditentukan wujudnya,

yaitu sebagai berikut;

1.       hak mencari, memperoleh,  dan memberikan  informasi  adanya  dugaan  telah 

terjadi tindak pidana korupsi

2.       hak  untuk  memperoleh  pelayanan  dalam  mencari,  memperoleh  dan 

memberikan informasi  adanya  dugaan  telah  terjadi  tindak  pidana  korupsi 

kepada  penegak  hukum  yang menangani perkara tindak pidana korups

3.       hak menyampaikan  saran  dan  pendapat  secara  bertanggung  jawab  kepada 

penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;

4.       hak untuk memperoleh  jawaban  atas pertanyaan  tentang  laporannya  yang

diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;

5.       hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal :

  1)    melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam  huruf a, b, dan c;

 2)    diminta  hadir  dalam    proses  penyelidikan,  penyidikan,  dan  di  sidang

pengadilan  sebagai  saksi  pelapor,  saksi,  atau  saksi  ahli,  sesuai  dengan 

ketentuan  peraturan perundang-undangan yang berlaku;

            Adapun yang dimaksud dengan hak memberikan informasi ialah hak untuk

menyampaikan segala macam informasi mengenai dugaan telah terjadinya tindak

pidana korupsi yang salah satu bentuknya ialah “pelaporan” yang disampaikan

kepada penegak hukum atau komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. Penegak
hukum yang dimaksud disini ialah kepolisian dan kejaksaan. Pelapor yang dimaksud

dalam pengertian Undang-undang ini tidak sama dengan pengertian pelapor yang

dimaksud oleh Pasal 1 butir 24 KUHAP. Pelapor dalam hal ini khusus pada adanya

dugaan terjadinya tindak pidana korupsi, sedangkan menurut KUHAP, pelapor

adalah orang yang memberikan informasi untuk semua jenis tindak pidana.

            Adapun mengenai tata cara peslaksanaan peran serta masyarakat dalam bentuk

pelaporan dalam mencegah dan pemberantasan tindak pidana korupsi diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000. Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa

“setiap orang, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat berhak

mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaa telah terjadi tindak

pidana korupsi serta menyampaikan saran serta pendapat kepada penegak hukum

dan atau komisi mengenai tindak pidana korupsi”.

            Selanjutnya Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa”setiap orang, organisasi

masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1) berhak mendapatkan perlindungan hukum, baik mengenai status maupun rasa

aman”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa warga masyarakat yang

menyampaiakn informasi berhak mandapatkan perlindungan hukum dari nesgara

malalui lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk hal itu. Adapun bentuk

perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pelapor tindak pidana korupsi

yang dimaksud, dapat berupa (1) perlindungan hukum mengenai status hukum dan

(2) perlindungan hukum mengenai rasa aman.

            Mengenai status hukum diterangkan dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) yang

menyatakan bahwa “Yang dimaksud dengan "status hukum" adalah status


seseorang pada waktu menyampaikan suatu informasi, saran, atau pendapat kepada

penegak hukum atau Komisi dijamin tetap, misalnya status sebagai pelapor tidak

diubah menjadi sebagai tersangka”.

            Pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari strategi pemberantasan tindak

pidana korupsi merupakan langkah yang jitu memiliki tingkat keberhasilan di

negara-negara lain. Masyarakat dan aparat penegak hukum merupakan ujung

tombak yang keberadaannya saling melengkapi satu sama lain. Masyarakat yang

berdaya atau berperan dapat mengontrol, bahkan jika proses penegakan hukum

lemah dam tidak dapat menghadapi kejahatan ini (korupsi), maka masyarakat dapat

tampil ke depan untuk sementara mengambil alih tugas-tugas aparat penegak

hukum, syaratnya masyarakat harus diberi ruang dan kesempatan luas untuk

berpartisipasi melalui sistem dan tatanan yang demokratis dan transparan.

Semua pilar-pilar yang terkait dengan upaya dan proses penegakan hukum

harus menopang dan memperkuat sehingga korupsi dapat ditekan ketitik yang

dapat dikendalikan. Dengan demikian proses penegakan hukum merupakan

rangkaian panjang dan saling terkait antar aspek yang saling mempengaruhi dalam

upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pemerintah jangan sampai kehilangan dukungan dari masyarakat akibat

ketidakseriusannya memberantas tindak pidana korupsi. Dengan alasan apapun

pemerintah tidak boleh mengulur waktu untuk memberantas tindak pidana korupsi

kelas kakap. Apabila pemerintah takut berhadapan dengan koruptor kelas kakap

dan hanya mengadili atau memproses koruptor kelas teri, maka resikonya adalah

kehilangan kepercayaan masyarakat dan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan


kepada pemerintah bahkan masyarakat akan berpikir bahwa pemerintah

melindungi para koruptor kelas kakap.

Untuk melakukan sesuatu kita harus mengetahui terlebih dahulu apa sebab

dan jenisnya. Begitu juga untuk memberantas tindak pidana korupsi, kita harus

memahami dan mengerti apa saja jenis-jenis korupsi dan penyebabnya. Korupsi

dapat berakibat sangat besar baik secara ekonomi, politik, maupun sosial budaya

dan hukum. Masyarakat banyak tidak menyadari bahwa perbuatan korupsi

berakibat sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi masyarakat

jarang dapat langsung merasakannya. Masyarakat hanya berasumsi yang dirugikan

oleh perbuatan korupsi adalah keuangan dan perekonomian negara, pada hal secara

tidak langsung yang dirugikan adalah masyarakat itu sendiri.

Di bawah ini ada beberapa contoh dampak dari akibat yang ditimbulkan dari

permasalahan korupsi, yaitu ditinjau dari dampak ekonomi, dampak politik, dampak

pelayanan publik, dampak hukum dan dampak sosial budaya.

1. Dampak Ekonomi

Dampak dari sektor ekonomi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

a.   Bantuan pendanaan untuk petani, usaha kecil, maupun koperasi tidak pernah

sampai ketangan masyarakat, yang artinya korupsi menghambat pembangunan

ekonomi rakyat;

b.   Harga barang menjadi mahal;

c.   Sebagian besar uang hanya berputar pada segelintir orang elit ekonomi dan elit

politik saja;

d.   Rendahnya upah buruh;


e.   Produk petani Indonesia tidak dapat bersaing;

f.    Korupsi membuat utang bangsa Indonesia menjadi banyak; dan

g.   Korupsi mengurangi minat para investor untuk menginvestasikan uangnya atau

modalnya di Indonesia.

2. Dampak Politik

Politik yang seharusnya sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahtaraan

rakyat dan sebagai sarana untuk memberantas tindak pidana korupsi, malah dibuat

sebagai sarana untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan oleh orang-orang

yang tidak bertanggungjawab tanpa memikirkan masyarakat kecil. Dampak dari

perbuatan korupsi di dalam sektor ini, yaitu :

a.   Korupsi menjadi sumber utama untuk membiayai aktifitas politik dan

mempertahankan kekuasaan;

b. Hampir sebagian besar posisi elit politik dipegang oleh orang-orang yang tidak

bertanggungjawab, yang disebabkan karena pemilihan untuk memilih para elit

politik tersebut tidak demokratis;

c.   Korupsi yang sistemik membuat masyarakat tidak lagi mempercayai penyelenggara

negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif;

d. Sistem politik yang dipegang oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab

mengancam keabsahan pemerintah dan pada akhirnya berdampak pada produk

hukum yang dibuat yang dianggap ilegal oleh masyarakat;


e.   Lembaga negara yang dibentuk hasil politik akan tidak berjalan sebagaimana

mestinya jika dipegang oleh orang-orang yang korup dan tidak bertanggungjawab;

dan

f.    Korupsi dapat menghancurkan integritas bangsa.

3. Dampak Pelayanan Publik

Akibat perbuatan para pejabat yang tidak bertanggungjawab dapat berakibat

pada pelayanan publik yang kurang memihak pada masyarakat kecil. Dalam hal ini

dampak dari perbuatan korupsi pada pelayanan publik, yaitu :

a.   Pelayanan publik buruk, karena birokrasi tidak berorientasi pada pelayanan

masyarakat kecil;

b.   Semangat profesionalisme pegawai yang bersih dan jujur makin luntur; dan

c.   Berubahnya fungsi-fungsi pelayanan publik.

4. Dampak Hukum

Hukum sebagai pilar untuk menekan laju pertumbuhan tindak pidana

korupsi, malah dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan uang yang

banyak atau dengan kata lain hukum dijadikan sebagai salah satu sarang dari

perbuatan korupsi. Dampak-dampak dari perbuatan korupsi dibidang hukum,

yaitu :

a. Banyak para aparat penegak hukum yang tidak bersih dikarenakan pada awalnya

meraka melakukan pelanggaran hukum;


b.   Hukum dijual belikan oleh aparat penegak hukum itu sendiri, sehingga putusan yang

dihasilkan menjadi tidak adil; dan

c.   Menjadikan rakyat tidak percaya lagi pada mekanisme hukum yang dikarenakan

mental para aparat penegak hukum sengat rendah.

5. Dampak Sosial Budaya

Perubahan lain dari perbuatan korupsi adalah perubahan paradikma atau

cara pandang masyarakat itu sendiri, baik masyarakat Indonesia maupun

masyarakat internasional, yang dulunya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang jujur

dan ternyata sekarang semua itu berubah menjadi salah satu bangsa yang terkorup

di dunia. Dampak-dampak dari korupsi dibidang ini adalah :

a.   Korupsi yang bersifat sistematis menyebabkan masyarakat tidak lagi menghiraukan

aspek-aspek profesionalisme dan kejujuran;

b.   Runtuhnya bangunan moral bangsa; dan

c.   Perbuatan korupsi yang berkepanjangan akan menghilangkan harapan masa depan

yang lebih baik.m Kemiskinan sebagai produk korupsi yang menimbulkan depresi

masyarakat yang berkepanjangan.

            Peran serta masyarakat jelas sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan korupsi. Masyarakat yang memiliki informasi dan sadar mengenai

hak-haknya dan berusaha menegakkan hukum untuk memperjuangkan hak-haknya

tersebut. Sedangkan masyarakat yang apatis dan bersikap menyerah pada

penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah merupakan lahan yang subur

bagi koruptor untuk menjalankan atau melakukan perbuatan korupsi.


            Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh,

memberikan data atau informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak

menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

            Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang memberikan

hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,  jujur, dan tidak

diskriminatif mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi,

maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai hak dan tanggung jawab

masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Oleh karena itu, kebebasan menggunakan hak tersebut haruslah disertai dengan

tanggungjawab untuk mengemukakan fakta dan kejadian yang sebenarnya dengan

menaati dan menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum serta hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

            Masyarakat berhak menyampaikan keluhan, saran, atau kritik tentang upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang dianggap tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa keluhan, saran, atau kritik masyarakat

tersebut sering tidak ditanggapi dengan baik dan benar oleh pejabat yang berwenang.

Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam

upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, pejabat yang

berwenang atau Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi diwajibkan untuk

memberikan jawaban atau keterangan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing. Kewajiban tersebut diimbangi pula dengan kesempatan pejabat yang

berwenang atau Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi menggunakan hak

jawab berupa bantahan terhadap informasi yang tidak benar dari masyarakat.

You might also like