Professional Documents
Culture Documents
Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah
dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa
sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama
dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu
diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih
disempurnakan.
Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang
membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa
tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.
3. Pada tahun 1977 diperkenalkan konsep baru dalam usaha meningkatkan partisipasi siswa
dalam pengajaran di sekolah. Konsep baru itu adalah Cara Belajar Siswa Aktif. CBSA
mengandung makna agar keterlibatan aspek intelektual, emosional ataupun aspek fisik
siswa dalam belajar dapat optimal. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan oleh
guru adalah pendekatan ketrampilan proses, yakni suatu pendekatan yang menekankan
pada "mengajar siswa belajar bagaimana belajar" (to learn how to learn). Ketrampilan
tersebut meliputi ketrampilan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,
menyimpulkan, mengkomunikasikan, mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data,
menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan
menganalisis data, menyusun hipotesis, dan sebagainya.
Adapun indikator adanya CBSA dalam pengajaran adalah:
a. Adanya prakarsa siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Adanya pengalaman langsung siswa.
c. Guru berperan sebagai fasilitator.
d. Adanya variasi bentuk dan media pengajaran.
e. Adanya kualitas interaksi intelektual - emosional - sosial antar siswa.
4. Kata strategi sama maknanya dengan siasat, kiat atau taktik. Dalam arti umum menurut
Gibbs "strategi adalah rencana untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan
biaya sekecil mungkin". Sedangkan menurut IVOR K. Davies "strategi berarti rencana
pokok mengenai pencapaian, beberapa tujuan yang lebih umum".
Strategi pengajaran adalah: siasat/taktik yang harus dipikirkan/direncanakan guru untuk
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi pengajaran ini akan
menampak pada dimensi perencanaan ataupun pelaksanaan pengajaran. Dengan demikian
cakupan strategi pengajaran sangat luas meliputi:
a. TIK
b. Bahan pelajaran
c. Kegiatan belajar - mengajar (metode/teknik)
d. Media
e. Pengelolaan kelas
f. Penilaian.
6. Menurut Kemp (1977) isi materi pelajaran dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Sedangkan Merril (1977) membedakan menjadi 4
macam yakni: fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
7. Mengajar itu untuk memperlancar usaha belajar siswa. Pusat proses mengajar terletak
pada metode mengajar yang digunakan, sebab metode mengajar menggambarkan cara
kerja atau interaksi guru - siswa dalam mengolah bahan pelajaran. Aktifitas guru- siswa
disebut bentuk pengajaran. Menurut Galperin bentuk pengajaran terdiri dari kegiatan
Orientasi, Latihan, Umpan balik dan Lanjutan. Guru memilih metode mengajar dengan
pertimbangan antara lain:
a. Tujuan pengajaran
b. Isi bahan pelajaran
c. Kemampuan pelajar
d. Fasilitas yang tersedia
e. Situasi yang ada
f. Waktu yang tersedia
g. Kekuatan dan kelemahan tiap-tiap metode
h. Metode ceramah
i. Metode tanya - jawab
j. Metode drill
k. Metode pemberian tugas dan resitasi
l. Metode demontrasi
m. Metode diskusi
n. Metode eksperimen
o. Metode simulasi
p. Metode seminar, dsb.
Selain metode mengajar juga dikenal teknik mengajar, yaitu: gaya dan variasi di dalam
melaksanakan metode mengajar tertentu.
8. Media (medium) yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan.
Pengajaran merupakan proses komunikasi. Sebagai proses komunikasi maka ada sumber
pesan (guru), penerima pesan (murid) dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambilkan
dari kurikulum. Sumber pesan harus melakukan encoding yaitu: menerjemahkan gagasan,
pikiran, perasaan atau pesannya ke dalam bentuk lambang tertentu. Lambang itu dapat
berupa bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan encoding guru harus
memperhatikan latar belakang pengalaman penerima pesan, agar pesan tersebut mudah
diterima. Sedangkan penerima pesan harus melakukan decoding yaitu menafsirkan
lambang-lambang yang mengandung pesan. Kalau pesan/pengertian yang diterima oleh
penerima pesan (siswa) sama atau mendekati sama dengan pesan/pengertian yang
dimaksud oleh sumber pesan, maka komunikasi dinyatakan efektif. Media dapat
membantu guru dalam menyalurkan pesan. Semakin baik medianya, makin kecil
distorsi/gangguannya dan makin baik pesan itu diterima siswa. Media dapat digunakan
dalam pengajaran dengan dua cara, yaitu sebagai alat bantu (dependent media) dan
digunakan sendiri oleh siswa (independent media). Pertimbangan dalam memilih media:
a. Tujuan pengajaran yang akan dicapai
b. Karakteristik siswa
c. Karakteristik media
d. Alokasi waktu
e. Ketersediaan
f. Kompatibelitas (sesuai dengan norma)
g. Biaya
h. Mutu teknis
i. Artistik
Simbol verbal
Simbol visual
Rekaman, radio, gambar diam
gambar bergerak
Televisi
Sajian atau pameran
Karya wisata
Demonstrasi
Pengalaman yang diperankan
Pengalaman terbatas
Pengalaman langsung
10. Kelas
a. Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa. Maka tugas - pekerjaan guru di kelas
adalah "membantu siswa belajar", dengan mengatur Proses Belajar - Mengajar
serta menyediakan kondisi belajar yang optimal. Guru tidak hanya seorang
pengajar, tetapi juga seorang manajer kelas. Di kelas ada dua kegiatan yang
memang berhubungan erat satu sama lain, namun dapat dan harus dibedakan
karena tujuan dan sifat- sifatnya memang berlainan, yaitu:
1. Pengajaran: mencakup kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk
mencapai Tujuan Instruksional Khusus.
2. Pengelolaan kelas: menunjuk pada kegiatan menciptakan,
mempertahankan atau mengembalikan kondisi yang optimal agar
pengajaran dapat berlangsung dengan lancar.
Hubungannya:
bahwa pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar -
mengajar dapat berlangsung secara lancar.
Tujuan Pengelolaan Kelas: agar tujuan pendidikan kelas dapat tercapai secara
efisien.
c. Dalam kelas dapat muncul masalah pengajaran atau masalah pengelolaan. Karena
itu setiap masalah yang timbul di kelas perlu ditanggulangi sesuai dengan sifat
masalahnya. Masalah pengelolaan kelas terjadi bila ada kesenjangan antara
tingkat keterlibatan siswa yang seharusnya dalam proses belajar - mengajar
dengan keterlibatan yang nyata- nyata terjadi. Kesenjangan ini dapat terjadi
karena berbagai sebab, yaitu orang (siswa, guru), sarana (misalnya media
pengajaran dan fasilitas fisik) dan organisasi (misalnya: perubahan jadwal,
pergantian guru, dsb.). Pembahasan berikutnya akan dibatasi pada masalah
pengelolaan kelas yang timbul dari siswa.
Membahas tentang disiplin maka tidak dapat lepas dengan hukuman. Pada
pokoknya segala hukuman diberikan karena ada kesalahan dan bertujuan agar
siswa jangan berbuat salah lagi, dengan demikian mengandung nilai positip.
Menghukum tidak sama dengan balas dendam atau bertindak sewenang- wenang.
Macam hukuman:
4. Hukuman badan
5. Penahanan di kelas
6. Menulis sekian kali
7. Menghilangkan hak tertentu (tidak boleh ikut ulangan, pelajaran)
8. Lain-lain seperti tatapan mata, teguran, ancaman, dsb.
Akhirnya dapatlah diakhiri bahwa guru lebih banyak berperan sebagai manajer
(pengelola) kelas, agar kegiatan belajar siswa dapat berlangsung dengan efisien
dan efektif. Hal ini sejalan dengan tuntutan perkembangan, bahwa guru harus
lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dinamisator, dan bukan lagi sebagai
penyampai informasi (orator).
11. Dalam penilaian ada 3 norma yang kita kenal yaitu Penilaian Acuan Patokan (PAP),
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kombinasi (PAK).
Profesional:
4. dengan/secara berkeahlian (tidak amatiran).
5. orang yang mampu mengerjakan sesuatu (tertentu) secara berkeahlian;
untuk keahliannya itu ia menerima bayaran.
Profesionalisasi:
Upaya untuk meningkatkan status suatu pekerjaan agar menjadi dan dikenal
sebagai profesi.
Profesionalitas:
Profesionalisme: penyikapan positif/kecintaan/devosi kepada ke-profesional-an.
c. Kode Etik Guru Indonesia (dirumuskan oleh PGRI dalam Kongresnya yang ke-13
di Jakarta pada bulan November 1973):
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing- masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi,
tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orangtua murid dengan sebaik- baiknya bagi kepentingan anak
didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya
d. Jabatan guru disebut jabatan fungsional karena secara esensial dilihat dari sudut
fungsinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat/negara dan orientasi
pengembangannya bersifat kualitatif bukan terutama berdasar pada masa kerja.
Cara tersebut hanya akan efektif jika guru bersedia untuk terus menerus secara
aktif belajar. Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa yang bertanggungjawab
terhadap pengembangan kompetensi guru adalah calon guru/guru yang
bersangkutan, LPTK yang mendidik calon guru, lembaga pemakai lulusan guru,
organisasi profesi guru dan masyarakat.
Guru adalah salah satu faktor penting dalam proses pendidikan di sekolah. Maka
meningkatkan mutu pendidikan harus berarti juga meningkatkan mutu guru;
bukan hanya kesejahteraannya, melainkan juga profesionalitasnya. Peningkatan
mutu guru akan berkaitan erat dengan administrasi/manajemen sekolah yang
bersangkutan.
Sumber:
Judul Makalah: STRATEGI PENGAJARAN
(Disampaikan dalam rangka Seminar - Lokakarya
Dosen Sekolah Tinggi Theologia "INTHEOS"
Surakarta di Tawangmangu
Pengarang : Drs. P. Purnomo, M.Si.
Penerbit : UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA, 12 Juli 1996
Halaman : 1 - 10
http://www.sabda.org/pepak/pustaka/030214/