You are on page 1of 98

Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 1

PERSYARATAN TEKNIS

A. PENJELASAN UMUM

BAB I URAIAN UMUM

1.1. PEKERJAAN

a. Pekerjaan ini adalah pembangunan Gudang Obat dan Vaksin Kabupaten Bogor

b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.

c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar


Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan
selama pelaksanaan.

1.2. BATASAN/PERATURAN

Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :


a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
g. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
h. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
i. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
j. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
l. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
m. SKSNI T-15-1991-03
n. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
o. Algemenee Voorwarden (AV)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 2

1.3. DOKUMEN KONTRAK

a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :


 Surat Perjanjian Pekerjaan
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
 Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
 Addenda yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan selama masa pelaksanaan

b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya
yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan
gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Pengawas Lapangan.

Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gamabr tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.

c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan


pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak
lain.

BAB II LINGKUP PEKERJAAN

2.1 KETERANGAN UMUM

1. Pembangunan Gedung Kegawatdaruratan Ibu dan Anak RSUD Kab. Sumedang


tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar.

2. Bangunan tersebut juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang masuk dalam sekop
pekerjaan non standar antara lain :
 Sistem Gas Medis
 Sistem Tata Suara
 Hydrant
 Air Conditioning (AC)
 Telepon dan PABX
 Fasilitas Penyandang Cacat
 Dan lain - lain
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 3

Uraian pekerjaan lebih detail seperti di uraikan pada perencanaan dan Bill of Quantity
(BoQ).

3. Secara teknis konstruksi, pekerjaan mencakup keseluruhan proses pembangunan dari


persiapan sampai dengan pembersihan/pemberesan halaman, dan dilanjutkan dengan
masa pemeliharaan seperti yang ditentukan, mencakup :
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan Sipil / Struktur
 Pekerjaan Arsitektur
 Pekerjaan Mekanikal
 Pekerjaan Elektrikal
 Pekerjaan lain-lain

2.2. URAIAN PEKERJAAN

a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :


 Penyediaan air dan daya kerja
 Pembersihan lokasi kerja
 Dll.
b. Pekerjaan Struktur, meliputi :
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan pondasi
 Pekerjaan beton
 Pekerjaan Water Profing
 Pekerjaan Atap
 Dll.
c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :
 Pekerjaan dinding
 Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
 Pekerjaan lantai
 Pekerjaan plafond
 Pekerjaan pengecatan
 Pekerjaan sanitasi
 dll

d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi :


 Pekerjaan instalasi air bersih
 Pekerjaan instalasi air kotor
 Pekerjaan instalasi air hujan
 Pekerjaan instalasi air limbah
 Pekerjaan instalasi gas medis
 Pekerjaan instalasi hydrant
 Pekerjaan instalasi air conditioning
 dll

e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi :


 Pekerjaan instalasi listrik
 Pekerjaan penangkal petir
 Pekerjaan tata suara dan nurse call
 Pekerjaan telepon
 dll

f. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 4

2.3. SARANA DAN CARA KERJA

a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat


pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup
pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-
orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen,
pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dlaam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan
semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
 Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
 Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya
jalan, halaman, dan lain sebagaunya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.4. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN

a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam


bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 5

c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana


belum menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana
harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu
pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.5. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN

a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan
lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di
Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan kepada Pengawas Lapangan yang akan diajukan
User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang
tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh
Pengawas Lapangan tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman
pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas Lapangan ternyata masih
dipergunakan oleh Kontraktor, maka Pengawas Lapangan memerintahkan untuk
membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua
kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Pengawas Lapangan
berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium
Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian
hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan
bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini,
sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan
langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen
konstruksi di belakang.

 Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam,
asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.

 Semen Portland (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum
mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan
cara dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin
kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.

 Pasir (Ps)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 6

Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut
pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut
pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.

 Batu Pecah (Split)


Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI 1971.

BAB III SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

3.1. SITUASI/LOKASI

a. Lokasi proyek adalah pada lahan RSUD Kab. Sumedang. Halaman proyek akan
diserahkan kepada Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan.
Kontraktor hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan
tanah halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.

3.2. AIR DAN DAYA

a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.

b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara


yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan
peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor harus pula
menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.

3.3. SALURAN PEMBUANGAN

Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan.
Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 7

3.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN

Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman
kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas
sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-
fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan
terhindar dari kerusakan.
Dengan seijin Pimpinan Pelaksana Kegiatan, Kontraktor dapat menggunakan kembali kantor,
los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.

3.5. KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)

Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara
beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari. Kualitas dan peralatan
yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : ukuran 20 m2
b. Konstruksi : rangka kayu ex borneo, lantai plesteran, dinding double plywood
tidak usah dicat, atap asbes gelombang
c. Fasilitas : air dan penerangan listrik
d. Furnitur : 2 meja kerja 1/2 biro dan 5 kursi
1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 80 x 160 cm,
dan 5 kursi
1 unit meja gambar beserta peralatannya
1 whiteboard ukuran 120 x 80 cm
1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukr. 120 x 100 x 30 cm

Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.
Dengan seijin Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor dapat menggunakan Direksi Keet
yang sudah ada dengan diadakan penyempurnaan dan perlengkapan peralatan.

3.6. PAGAR SEMENTARA

Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi
yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut :
a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara.
b. Tinggi pagar minimum 2,1 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk
lancarnya pekerjaan.
d. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/memasang pengaman
secukupnya disekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan-bahan
bangunan dari atas yang membahayakan baik pekerja maupun aktivitas lain disekitar
bangunan.

Kontraktor bisa menggunakan kembali pagar yang sudah ada dengan melakukan perbaikan-
perbaikan terlebih dahulu bila diperlukan.

3.7. PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman
proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 8

dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah
setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk
apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

3.8. PEMBERSIHAN HALAMAN

a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar
dan dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar
dari halaman proyek.

3.9. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)

a. Peil  0.00 Bangunan diambil dari + 0,60 dari Jalan lingkungan.


b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil  0.00 tersebut.

3.10. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)

a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20 cm
yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran
5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam
halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran harus
memakai alat ukur yang disetujui Pengawas Lapangan.
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan
ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah
selama pekerjaan berlangsung.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 9

B. PEKERJAAN STRUKTUR/SIPIL

BAB I URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI

1.1. Lingkup pekerjaan ini meliputi :


 Pekerjaan persiapan
 Pekerjaan Pondasi Foot Plat
 Pekerjaan sloof
 Pekerjaan kolom, balok, pelat lantai
 Pekerjaan struktur atap dack beton
 Dan pekerjaan lainnya yang jelas-jelas terkait dengan pekerjaan struktur

1.2. Untuk pelaksanaan Kontraktoran hendaknya menyediakan :


 Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
 Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis
pekerjaan.
 Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk
ketelitian, ketetapan dan kerapihan pekerjaan.

1.3. Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan
dan syarat-syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Direksi.

1.4. Situasi

 Pembangunan akan dilaksanakan di dalam kompleks RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang Jl. A.
Yani No. 169 Magelang.

 Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan pada


waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para Kontraktor mengadakan penelitian yang
seksama terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-
lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.

 Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana pembangunan akan dilaksanakan
tertera pada gambar.

BAB II UKURAN TINGGI DAN UKURAN POKOK

Mengukur letak bangunan :

Kontraktor harus menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat penyipat
datar, slang plastik, alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-siku dan alat-alat penyipat tegak lurus
dan peralatan lain yang diperlukan guna ketetapan pengukuran.

BAB III PEKERJAAN PONDASI

3.1. PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang termasuk pekerjaan pondasi ialah :


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 10

 Pembuatan urugan pasir dan lantai kerja setebal 10 cm dan dipadatkan.


 Pembuatan semua pondasi batu kali sesuai Gambar Kerja.
 Pemasangan semua stek dan angker yang diperlukan sesuai Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

 Persyaratan Umum

- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa ukuran
dan kedalamannya dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

- Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah dan air
hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang di
daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan.

- Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian pondasi harus
bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna.
Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapat rongga-rongga udara/celah-celah.

3. PONDASI PASANGAN BATU KALI

 Adukan yang dipergunakan 1 pc : 5 ps.


 Adukan 1 pc : 3 ps dipergunakan untuk semua pekerjaan pondasi batu kali setinggi 20 cm dari
permukaan atas pondasi.
 Penampang batu maksimum 30 cm dengan minimum tiga muka pecahan.

3.2. PEKERJAAN PONDASI TELAPAK BETON

1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang termasuk pekerjaan pondasi telapak beton ialah :

 Pembuatan urugan pasir setebal 10 cm dan dipadatkan dan lantai kerja dari beton tumbuk
dengan komposisi adukan 1 : 3 : 5 setebal 5 cm.
 Pembuatan semua pondasi telapak (foot plat) sesuai Gambar Kerja.
 Pemasangan semua stek dan angker yang diperlukan sesuai Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

 Persyaratan Umum

- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa
ukuran dan kedalamannya dan disetujui Pengawas.

- Pondasi telapak beton diletakkan pada tanah keras dengan kedalaman seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana.

- Untuk mendapatkan elevasi/kedalaman tanah keras, perlu dilakukan penggalian tanah


dengan menggunakan alat yang memadai.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 11

- Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah dan air
hujan, maka sebelum pasangan dimuai terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang
di daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan.

3. MUTU BETON

- Kualitas bahan yang dipersyaratkan. Kualitas campuran beton minimum harus


memenuhi syarat-syarat K-225, PBI 1971, NI-2, sesuai dengan yang tercantum pada
gambar kerja.

- Agregat beton. Semua agregat beton mengikuti syarat-syarat PBI 1971, termasuk
spesifikasi-spesifikasinya, syarat-syarat bahannya dan lain-lain.

- Campuran beton. PC-Portland Cement, dari pabrik Gresik/Cibinong atau lainnya yang
setaraf, S-Pasir (Sand) yang dimaksud pasir alam yang masuk dalam daerah gradasi
2 atau 3 dari pembagian daerah gradasi 1 sampai 4. ST-Crushed (kerikil) tergantung
dari fungsi dan bentuk beton yang dikehendaki. Campuran beton selalu dibuat untuk
memenuhi syarat-syarat minimum compressive strength dari beton K-250 untuk
pondasi mesin, pondasi sumuan dan pendukungnya.

4. BAJA TULANGAN

- Semua baja tulangan yang didisain sebagai „tulangan praktis‟ dan tidak termasuk pada
gambar, tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan ini harus diadakan
pelaksanaannya.

- Pemasangan dengan pengikatan dari pekerjaan baja yang tertanam dalam beton
harus dilakukan dalam keadaan normal, tidak diselesaikan pada saat pengecoran
beton berlangsung.

- Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar kerja.

- Pemborong harus membuat detail „shop drawing‟ dengan skala dan rencana untuk
seluruh pekerjaan untuk disetujui Pengawas Lapangan dalam pelaksanaan.

- Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat memberi akibat pengurangan ikatan antara
beton dan baja.

- Semua baja tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum
pengecoran tulangan tidak berubah tempat.

- Penahan-penahan jarak (spacer) berbentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang


untuk menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton.

- Jumlah luas dari baja tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan jika
dipergunakan „besi beton kurus‟, maka jumlah batang-batang harus ditambah
sehingga jumlah luas yang ditentukan terpenuhi. Dalam hal ini harus dimintakan
persetujuan tertulis dari Pengawas Lapangan terlebih dahulu.

- Pemotongan dan Pemasangan Tulangan. Pemborong diwajibkan membuat dan


mengajukan daftar dan gambar pemasangan tulangan (buigstaad) untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas Lapangan sebelum dilaksanakan, selanjutnya berlaku
ketentuan dalam PBI 1971, pasal 5.3 sampai dengan pasal 5.7 dan pasal 8.1 sampai
pasal 8.17.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 12

- Kualitas baja tulangan harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar kerja.

5. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

 Pembuatan Adukan (campuran) beton


Dalam melaksanakan beton dengan campuran yang direncanakan untuk mendapatkan
mutu yang disyaratkan K-250 untuk pondasi mesin, sumuran. Pemborong diwajibkan
mengajukan perbandingan campuran menurut hasil pemeriksaan di laboratorium.
Pengadukan, pengecoran, pemeriksaan mutu beton maupun mutu pelaksanaan beton
selama masa pelaksanaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
PBI 1971 bab 4 pasal 4.3 sampai dengan pasal 4.9. Pembuatan adukan beton harus
dilaksanakan dengan mesin pengaduk (beton mollen) dan harus dilengkapi dengan alat-
alat pengukur yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang dimasukkan
ke dalam beton mollen. Jenis timbangan atau takaran semen agar agregat serta
banyaknya putaran mesin pengaduk harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Lapangan. Dalam hal pengadukan beton, berlaku ketentuan dalam PBI 1971 bab 6 pasal
6.2. Disyaratkan menggunakan ready-mix concrete pada pekerjaan pondasi ini.

 Pengangkutan campuran beton


Pengangkutan campuran beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah pengesahan dan kehilangan bahan-
bahan.
Arah pengangkutan harus lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan waktu yang mencolok
antara beton yang sudah dicor dan beton yang akan dicor. Alat-alat pengangkutan beton
harus mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.

 Pekerjaan Bekisting dan Perancah


Pemborong diwajibkan membuat rencana bekisting dan perancah yang sebelum
dilaksanakan perlu mendapatkan persetuan Pengawas Lapangan, bilamana dianggap
perlu oleh Pengawas Lapangan, maka gambar tersebut harus disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatannya.
Kayu untuk perancah harus memakai ukuran 6/10, 6/12 dan 5/7, sedangkan papan
bekisting digunakan bhan multiplex minimal tebal 12 mm.

 Benda uji
Selama pengecoran harus dibuat benda-benda uji setiap 5 m3 beton dengan minimum
satu buah benda uji setiap harinya sesuai pasal 4.7 PBI 1971 dan diberi tanggal dan
nomor urut.

 Pemeliharaan (Curing)
Selama struktur beton harus dilakukan pemeliharaan (curing) dengan air selama minimal
14 hari.

 Lantai Kerja
Lantai kerja semua pekerjaan beton bertulang yang berhubungan dengan tanah harus
mempunyai lantai kerja beton tumbuk dengan ketebalan minimum 5 cm. Lantai kerja ini
harus kering dan bersih dari segala kotoran sebelum pengecoran beton bertulang
dilaksanakan. Campuran beton untuk lantai kerja mempunyai perbandingan volume 1 pc :
3 ps : 5 kr.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 13

 Tenaga Ahli Pengawas Lapangan


Pemborong harus mengajukan daftar nama tenaga ahli yang akan ditempatkan di
lapangan. Tenaga ahli tersebut harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
Pengawas Lapangan dan tenaga ahli tersebut harus kontinyu berada di lapangan untuk
pengawasan.

 Penggalian
Pemborong harus melakukan pengukuran untuk menetapkan lokasi dan elevasi lubang-
lubang pondasi sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
Penggalian lubang pondasi harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai
elevasi yang dipersyaratkan dan harus mendapat persetujuan tertulis yang ditanda tangani
oleh Pengawas Lapangan.

 Material lepas dan lumpur harus dibersihkan dari dalam lubang pondasi. Lubang harus
bersih setiap saat.

 Pengecoran dan Pemadatan


Pelaksanaan pengecoran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan bekisting,
pemasangan, pembersihan dan campuran beton disetujui secara tertulis dari Pengawas
Lapangan.
Sela-sela bekisting harus dibersihkan dengan memakai pompa-pompa udara (air
compressor) atau semburan air.
Pelaksanaan pengecoran harus memakai alat penggetar dan sejak pengecoran dimulai,
maka pekerjaan ini tidak boleh berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang
ditetapkan sesuai dengan PBI 1971 atau atas petunjuk Pengawas Lapangan.
Selama proses pengerasan beton, maka bidang permukaan beton harus selalu dibahasi
dengan air selama satu minggu. Selanjutnya berlaku PBI 1971 bab 6 pasal 6.1 – 6.6.

 Perbandingan adukan harus sesuai dengan hasil percobaan dan persyaratan yang
diminta dan angka perbandingan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isis
yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat
dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan terlebih
dahulu.

 Pengadukan beton tersebut harus sudah terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa
diperpanjang. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara
kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas Lapangan.

 Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran harus
digunakan concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak lurus, tidak boleh lebih
dari 30 detik setiap penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena langsung
baik pada baja tulangan maupun cetakan.

 Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga dapat
menghasilkan bentuk permukaan dan ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar
kerja.

 Selama pekerjaan pengecoran beton bertulang harus selalu dibuat benda uji minimal 1
buah setiap 5 m3 beton setiap hari sesuai dengan pasal 4.7 PBI 1971 dan diberi tanggal
dan nomor urut yang menerus. Jika dari hasil pengujian ternyata tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, maka pekerjaan yang bersangkutan harus dibongkar
dan merupakan tanggung jawab Pemborong.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 14

 Persiapan Pengecoran
- Pemborong harus membuat shop drawing
- Pembuatan cetakan harus teliti, datar dan tegak lurus, tidak bocor, sehingga
kedudukannya tidak bergetar atau bergeser pada waktunya. Sebelum pengecoran
dilaksanakan, semua cetakan beton harus bersih dari segala yang dapat mengurangi
mutu dan kekuatan beton. Jika diperlukan cetakan harus dicuci dan dikeringkan
terlebih dahulu.

6. PENYELESAIAN

 Pemborong harus membersihkan kembali daerah yang telah selesai dikerjakan terhadap
segala kotoran-kotoran, sampah-sampah berkas adukan-adukan, bobokan-bobokan,
tulangan-tulangan dan lain-lain.

 Pemborong harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah di sekitar pondasi terhadap
kepadatannya maupun terhadap peil semula.

 Pemborong harus menjamin kepadatan beton sehingga tidak terjadi keropos. Hal ini akan
mendapat konfirmasi dari Pengawas Lapangan.

 Pada pelaksanaan pembersihan, Pemborong harus berhati-hati untuk tidak mengganggu


setiap pekerjaan baja yang tertanam di dalam beton.

 Semua akibat dari tidak terpenuhinya hal-hal tersebut diatas adalah menjadi tanggung
jawab Pemborong, yaitu Pemborong harus menanggung semua biaya-biaya re-design dan
biaya tambahan volume pekerjaan.

BAB IV PEKERJAAN BETON

4.1. LINGKUP PEKERJAAN

1. Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, equipment, peralatan dan bahan
untuk semua pekerjaan beton biasa, beton bertulang, beton telanjang berikut pembuatan
dan pemasangan cetakan bekisting/mould penyelesaian dan lain-lain pekerjaan
pembetonan sesuai dengan gambar-gambar rencana dan persyaratannya.

2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut pekerjaan


pembetonan yaitu seperti :
 Pekerjaan tanah untuk struktur, drainase/sistem saluran plumbing.
 Pekerjaan arsitektur.
 Pekerjaan kayu, tembokan, logam dan lain-lain sebagainya yang ada kaitannya
dengan pekerjaan beton.

4.2. PERSYARATAN

Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan :


 Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971; NI-2.
 Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
 Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Direksi
Pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 15

 American Society for Testing and Material (ASTM).


 American Concrete Institute (ACI).

Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar dan
persyaratannya. Semua pekerjaan beton yang tidak sesuai standar akan ditolak, kecuali bila
dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan mutu bahan, cara pengerjaan
cetakan, cara pengecoran, kepadatan, textured finishing dan kualitas secara keseluruhan.

4.3. MUTUBETON

Mutu beton struktur adalah K-225 dan dianjurkan memakai ready mix concrete, dan mutu baja yang
dipakai adalah BJTD-39 dan BJTP-24. Untuk pekerjaan beton lantai kerja dipakai beton rabat
dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr. Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat. Untuk menjamin
kesamaan mutu beton, kontraktor dianjurkan menggunakan readymix concrete dari perusahaan
terkenal yang khusus membuat readymix, terutama untuk pekerjaan struktur dinding beton, kolom,
balok, lantai dan atap beton.

1. Lapisan penutup (protective concrete fill) di atas lapisan kedap air seperti pada lantai toilet
(screed), reservoir dan lain-lain harus menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3Ps
dan harus dicor segera setelah lapisan water proofing selesai dipasang.

2. Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture). Bilamana dianggap perlu


tambahan untuk beton dapat dipergunakan concrete admixture. Penggunaan tersebut
harus dengan persetujuan Ahli/Pengawas.

3. Pengadukan.
Kecuali ready mix concrete semua pengadukan jenis beton harus dilakukan dengan mesin
pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan,
pengadukan harus rata hingga warna dan kekentalannya sama.

4. Takaran Perbandingan Campuran.


Semua bahan harus ditakar menurut perbandingan berat, bukan perbandingan isi.

4.4. PENGAWASAN CAMPURAN ADUKAN

1. Komposisi.
Semua agregat, semen, air, beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang
ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman, Pemborong harus tetap mengusahakan
mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.

2. Pengujian (testing).
Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7. termasuk pengujian-
pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi
syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok adukan tersebut tidak boleh dipakai. Jika
pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan sesuai dengan prosedur-
prosedur dalam PBI 1971.

4.5. BAHAN-BAHAN.

Semen yang dipakai harus semen portland dari merk yang disetujui dan yang dalam segala hal
memenuhi syarat seperti yang dikehendaki oleh "Peraturan Beton Bertulang Indonesia” untuk
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 16

beton kelas I - Z 475 atau British Standard, nomor : 12-1965. Dalam pengangkutan, semen
harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan
harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang
ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk
sampai tingginya melampau1 2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.

1. Agregate.
Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak,
umpamanya yang bentuk atau kwalitasnya bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau
kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari
tulangan besi beton. Agregat (butiran) dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki
(ketentuan-ketentuan) PBI 1971. Bagian 3 dilakukan pengujian butiran.

 Pasir Beton.
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.

 Koral Beton/Split.
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan pasir
dan koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua
bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan adukan beton yang tepat.

2. A i r.
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang
merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dan dilakukan
pengujian air/laboratorium test.

3. Bahan Tambahan.
Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Ahli/Pengawas.

4. Baja Tulangan.
a. Jenis penulangan.
Batang tulangan besi beton terdiri dari BJTD-39 dan BJTP-24, bahan tersebut dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1971, standar Jepang kelas SR -
24 atau British Standard Nomor 785 - 1938. Grade yang dipergunakan adalah ST-37
dengan kategori, BJTP 24 yang sesuai dengan tabeì 3.7.1. PBI 1971.

b. Penyimpanan.
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.

c. Pemasangan.
Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat,
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua tulangan harus
dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak dapat berubah atau begeser pada
waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan besi beton dan penutup
beton tingginya harus tepat, dengan penahan-penahan jarak beton (tahu beton) yang
telah disetujui Ahli/Pengawas.

d. Pengujian (testing).
Pada umumnya pengujian untuk tulangan besi beton dilakukan sesuai dengan PBI
1971 yaitu yang mempunyai kekuatan leleh minimaì 370° kg/cm2. Jika besi beton
tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Uraian dan
Syarat-syarat yang tercantum dalam pengujian, maka kelompok yang tidak memenuhi
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 17

syarat-syarat itu tidak boleh dipakai dan pemborong harus menyingkirkannya dari
tempat pekerjaan.

e. Selimut Beton.
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk
plesteran), adalah sebagai berikut :
1. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah
= 3 cm.
2. Kolom dan balok-balok beton = 2,5 cm.
3. Slab/plat beton diatas tanah = 2,0 cm.

5. Cetakan (bekisting).
a. B a h a n.
Bekisting harus dipakai kayu klas II yang cukup kering dan sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar arsitektur. Bekisting harus cukup untuk menahan getaran
vibrator atau kejutan-kejutan lain yang diterima, tanpa berubah bentuk. Cetakan harus
dibuat dari papan-papan yang bermutu baik atau plywood :
 Untuk beton tidak diexposed dipakai kayu terentang tebal minimum 2,5 cm.
 Untuk beton exposed dipakai plywood, fibre glass atau bahan lain yang tidak
reaktif terhadap beton.
Tebalnya tergantung dari kwalitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.

b. Konstruksi.
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran
yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau sudah
padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan-
penumbukan untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi. Acuan harus
rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti tahi gergaji,
potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan
harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton. Tiang-tiang acuan harus
diatas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak
boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang dari dolken ukuran 8/10 cm atau kaso 5/7
cm. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok
secara silang.

c. Alat untuk Membersihkan.


Pada pencetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan-
perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-
potongan kawat pengikat dan lain-lain.

d. U k u r a n.
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar arsitektur dan sama
disemua tempat untuk bentuk dan ukuran tiang yang dikehendaki sama.

e. Kawat Pengikat.
Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi
beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun
1971).

f. Pelapis Cetakan.
Untuk mempermudah pembongkaran cetakan dan menyingkirkan penutup-penutup,
pelapis cetakan dari merk yang telah disetujui dapat dipergunakan. Minyak pelumas,
baik yang sudah maupun yang belum dipakai, tidak boleh digunakan untuk ini.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 18

4.6. LINGKUP DAN MACAM PEKERJAAN

1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini.

2. Pekerjaan meliputi pekerjaan struktur, pondasi tiang pancang, pile cap (poer), sloof, kolom,
balok, beton pelat lantai basement, pelat, dan tangga beton.

4.7. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Syarat-syarat Cetakan untuk Beton.


a. Cetakan (bekisting) untuk beton telanjang (bila ada) dari plywood dengan tebal
minimum 12 mm, bermutu baik yang telah disetujui oleh Pengawas. Fibre glass atau
bahan lain yang tidak reaktif terhadap beton sedangkan untuk beton biasa bisa dipakai
cetakan dari papan klas II tebaì 2,5 - 3 cm lebar 20 cm.
b. Semua sudut terbuka yang runcing dari kolom atau balok harus dibulatkan (dihaluskan
1,5 cm).
c. Toleransi-toleransi memenuhi ketentuan ayat 8.4.4. PBI.
d. Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor, harus diplester dengan
campuran perekat sedemikian rupa sehingga sesuai warna tekstur dan bentuknya
dengan permukaan yang berdekatan. Untuk beton exposed harus dihindari adanya
cacat permukaan.
e. Ukuran keseluruhan untuk kusen-kusen pintu dan jendela, harus diambil dari pekerjaan
untuk menjamin ketepatan antara pekerjaan konstruksi beton dan ukuran pintu, jendela.

2. Toleransi.
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm, toleransi
ini tidak boleh bertambah-tambah (kumulatif). Ukuran-ukuran masing-masing bagian harus
seksama dalam -0,3 dan +0,5 cm.

3. Pemberitahuan Tentang Pelaksanaan Pengecoran.


Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Pemborong harus memberi tahu Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui
oleh Pemberi Tugas/Pengawas, maka Pemborong dapat diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri.

4. Pengangkutan Adukan
Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih
dari 2 m.

5. Pembersihan Cetakan dan Alat-alat.


Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari cetakan.
Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan
beton, harus dibasahi dengan air sebelum dicor.

6. Pengecoran.
Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atau persetujuan Direksi/Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 19

sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat
dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti kropos dan sarang-sarang
koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan
dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
pengawas.

Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum
adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit.
Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan
tidak boleh terputus tanpa persetujuan Pengawas.

7. Pemadatan beton.
Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang
berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 getaran dalaím 1 menit. Penggetar harus
dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya. Dalam
cetakan yang vertikal, vibrator harus dekat dengan cetakan, tapi tidak boleh menyentuhnya
sehingga dihasilkan suatu permukaan beton yang baik. Tidak boleh menggetarkan suatu
bagian adukan, lebih dari 24 detik. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus
tulangan kebagian-bagian adukan yang sudah mengeras.

8. Perawatan.
Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari angin dan hujan, sampai
beton itu mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat, harus
diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai
cetakan itu dibongkar.
b. Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.

9. Pembongkaran Cetakan.
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus yang cukup
untuk memikul 2 kali beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian
konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu
ditentukan bahwa tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak
pada Kontraktor dan perhatian pemborong mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke
PBI 1971 dalam pasal yang bersangkutan. Pemborong harus memberi tahu Pemberi
Tugas/Konsultasi Perancang bilamana ia bermaksud akal membongkar cetakan pada
bagian-bagian konstruksi yang utama minta persetujuan, tapi dengan adanya persetujuan
itu tidak berarti Pemborong lepas dari tanggung jawab.

10. Perubahan Konstruksi Beton.


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas/Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton yang sangat keropos.
 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

11. Campuran dan Pengambilan Contoh (sampling).


a. Untuk mencapai mutu beton K-250 sesuai dengan PBI 1971, Pemborong harus
melakukan percobaan-percobaan membuat design mix campuran-campuran
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 20

sedemikian rupa sehingga untuk kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm, pada umur
28 hari, harus mempunyai kekuatan hancur karakteristik minimal 250 kg/cm2, bahan-
bahan yang dipergunakan adalah bahan-bahan yang nantinya akan dipergunakan
sebagai bahan beton struktur. Kubus percobaan harus dibuat minimal 1 buah dalam 5
m3 beton, dan dibuat paling sedikit dalam 3 proses pengadukan yang tidak bersamaan
waktunya. Reference pasaì 4.6. PBI 1971.

b. Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji (sampling) paling sedikit tiga buah
kubus percobaan yang waktu pengambilannya sepenuhnya ditentukan oleh Pengawas.
Pengetesan kubus percobaan tersebut hanya boleh dilakukan dilembaga-lembaga
Penelitian Bahan Bangunan Resmi yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Analisá
kekuatan berdasarkan pada rumus-rumus statistik sebagaimana tertera dalam PBI
1971, pasaì 46. ayat 1 s/d 5. Biaya pengetesan termasuk dalam penawaran
Pemborong atau tanggung jawab Kontraktor.

BAB V PEKERJAAN BETON KOLOM

5.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini, yaitu beton kolom portal.

5.2. Jenis dan Mutu Bahan


Beton kolom portal
 Mutu beton K 225
 Mutu baja U 39 (tulangan utama)
 Mutu baja U 24 (tulangan sengkang)

BAB VI PEKERJAAN BETON BALOK DAN SLOOF

6.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini, yang terdiri dari :
a. Beton Sloof
b. Beton balok portal
c. Beton balok pengikat (ringbalk)
d. Beton balok praktis

6.2. Jenis dan Mutu Bahan

a. Beton balok portal


 Mutu beton K 225

b. Beton balok pengikat (ringbalk)


 Mutu beton K 225

c. Beton balok praktis


 Mutu beton K 175
Balok praktis yang diperlukan harus dilaksanakan oleh Kontraktor meskipun tidak
tercantum dalam gambar rencana
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 21

BAB VII PEKERJAAN BETON PELAT LANTAI DAN PELAT ATAP

7.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini, pelat beton ini digunakan baik untuk lantai maupun sebagai pelat
beton untuk atap termasuk beton yang memerlukan kedap air seperti KM dan WC

7.2. Jenis dan Mutu Bahan


a. Beton pelat lantai
 Mutu beton K 225
 Mutu tulangan BTJTD 40 untuk diameter  16 mm dan BJTP 24 untuk yang lebih kecil

BAB VIII PEKERJAAN WATERPROOFING

8.1. Lingkup Pekerjaan

Yang termasuk pekerjaan waterproofing adalah :


a. Penyediaan bahan
Waterproofing pada plat beton atap, beton ruang basah dipergunakan waterproofing
jenis bithuthene sheet 3000 dengan ketebalan 3 mm, merk Isobone, Fosrock, atau
setara.

8.2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan

a. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran
yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.

b. Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan
dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry
bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%,
selanjutnya Kontraktor melapor Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.

c. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki
bidang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan
bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa
pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan semen non shrink.

d. Setelah lapisan waterproofing dipasang dengan benar, maka bagian atas ditutup dengan
screeding campuran 1:3 dan kawat kasa setebal 3 cm dengan memperhatikan
kemiringan untuk drainage air hujan.

e. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 10


(sepuluh) tahun.

BAB IX PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 22

9.1. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini adalah pemasangan dan perakitan rangka atap dengan baja ringan
yang meliputi perhitungan struktur, Spesifikasi Teknis dan desain oleh pabrikan yang
ditunjuk, berikut pengadaan aplikator yang direkomendasi oleh pabrik penghasil :
 Sistem rangka atap
 Reng dan Kasau
 Ikatan angin
 Dan aksesori pelengkap lainnya untuk melengkapi pemasangan.

a. STANDAR / RUJUKAN

1. Australian Standard :
 AS 1163 – Structural Steel Hollow Sections
 AS 1170 – Loading Code,
 Part 1 : Dead and Live Loads and Load Combinations
 Part 2 : Wind Loads
 AS 1538 – Cold Formed Structures Code
 AS 1554 – Structural Steel Welding Code
 AS 4100 – Steel Structures Code
 AS 1397 – Steel Sheet and Strip – Hot Dipped Zinc Coated and Aluminium /
Zinc Coated
 AS 3566 – Self Drilling Screws for The Building and Construction Industries
 AS 1650 – Hot Dipped Galvanized Coatings on Ferrous Articles.
 AS 4600 – Cold Formed Code for Structural Steel.

2. Japanese Industrial Standard (JIS):


 JIS G 3302 – Hot Dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils.

3. American Welding Society (AWS) :


 AWS D1.1 – Structural Welding Code Steel.

b. PROSEDUR UMUM
1. Desain.
 Desain sistem rangka atap yang terdiri dari rangka, sambungan, ikatan angin
harus dilaksanakan oleh perusahaan/Aplikator terdaftar dan direkomendasi
pabrik penghasil yang berpengalaman dalam perancangan sistem rangka
baja ringan.
 Desain, fabrikasi dan pemasangan rangka harus dilakukan sedemikian rupa
agar rangka baja ringan mampu menerima beban rencana yang telah
ditentukan oleh Konsultan Perencana.
 Desain sistem rangka untuk rangka atap dan balok atap harus mampu
menahan beban mati rencana tanpa lendutan yang lebih besar dari 1/300
bentangan untuk lendutan vertikal.
 Desain sistem rangka atap harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
mengakomodasi gerakan bagian rangka tanpa kerusakan atau tekanan
berlebih, kegagalan pelapis, kegagalan sambungan, ketegangan yang
tak semestinya pada alat pengencang dan angkur, atau akibat lainnya
yang merusak ketika mengalami perubahan temperatur sekitar yang maksimal
sekitar 200 C.
 Sistem rangka atap harus didesain untuk mengakomodasi pengiriman dan
penanganan, untuk memudahkan dan mempercepat perakitan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 23

2. Penyerahan.
Kontraktor harus menyerahkan data – data berikut :
 Data produk untuk setiap tipe rangka baja ringan dan aksesori.
 Data analisa struktur yang tertutup dan ditanda tangani enjinir profesional
yang dipilih yang bertanggung jawab untuk mempersiapkannya.
 Sertifikat pabrik yang ditanda tangani oleh pabrik pembuat rangka baja ringan
yang menyatakan bahwa produk mereka memenuhi persyaratan, termasuk
ketebalan baja tanpa lapisan, tegangan leleh, tegangan tarik, elongasi total
dan ketebalan lapisan pelapis metal.
 Sebagai pengganti sertifikat pabrik, serahkan laporan pengujian dari agensi
pengujian yang terdaftar yang membuktikan kesesuaiannya dengan
persyaratan – persyaratan.
 Sertifikat tukang las yang ditanda tangani Kontraktor yang menyatakan
bahwa tukang las memenuhi persyaratan – persyaratan yang ditetapkan
dalam butir Jaminan Mutu.

3. Jaminan Mutu.
 Pekerjakan fabrikator dan pemasang yang telah berpengalaman dengan
bahan, desain rangka baja ringan yang sejenis, dan dengan catatan
pengalaman proyek yang berhasil.
 Standar pengelasan harus memenuhi ketentuan AWS D1.1 atau AS 1554
edisi terakhir.

4. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganan.


 Rangka baja ringan harus dilindungi terhadap kerusakan, deformasi, dan
kerusakan lainnya selama pengiriman, penyimpanan dan penanganan.
 Rangka baja ringan harus disimpan di ruang yang memiliki ventilasi cukup
untuk mencegah kondensasi dan dilindungi dengan penutup tahan air.

c. BAHAN - BAHAN
1. Lembaran Metal.
 Lembaran metal lapis seng / galvanized harus memenuhi ketentuan SNI 07-
0132-1987 dengan tebal lapisan seng minimal 220 g/m2 sesuai JIS G 3302-
1994, seperti Lokfom, Sarana atau yang setara yang disetujui.
 Lembaran metal lapis campuran seng dan alumunium harus memenuhi
ketentuan AS 1397, dengan mutu baja 5500 kg/cm2, dengan ketebalan 7,5
BMT seperti Zincalume buatan Blue Scope Steel Indonesia atau yang setara.

2. Profil Rangka.
Profil rangka yang akan digunakan harus sesuai dengan standar profil rangka
yang dibuat oleh pabrik pembuatan sistem rangka baja ringan.
Spesifikasi Material sbb :

a. Bahan baja yang dipakai untuk kuda – kuda adalah baja high tensile
strength hot dipped galvanized steel G550 sebagai berikut :
 Batang utama (chord) memakai hot – dipped Galvanized Steel 95 x 33 Z
08 dan atau Z 10.
 Web memakai hot – dipped Galvanized Steel 65 x 26 C 08
b. Bahan baja selain kuda – kuda (reng, ikatan angin, sekur overhang, listplang
dan balok tembok) adalah baja high tensile strength hot dipped galvanized
steel G550 sebagai berikut :
 Reng memakai hot – dipped Galvanized Steel 45 x 27 B 50
 Murplat / top plate memakai hot – dipped Galvanized Steel 75 x 40 W 10
c. Alat sambung utama untuk kuda – kuda baja ringan adalah sekrup khusus
yaitu self drilling screw STEELFIX berdasarkan ketentuan “Screws – Self
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 24

Drilling – for The Building and Construction Industries” (Australian Standard


3566).
d. Semua kuda – kuda harus ditambatkan ke struktur pendukung untuk
menahan beban vertikal dan horisontal dengan Baja Ringan Multigrip
(MGN) dengan bahan Galvabond G2 – Z275 dengan Yield Strength 250 Mpa
dan Design Tensile Strength 150 MPa.
e. Pelapisan (coating) anti karat menggunakan hot – dipped Galvanized coating
2
Z 22 (220 g/m ).
f. Jika dipandang perlu, bahan yang dipakai untuk rangka atap baja ringan
dapat diperiksa di Laboratorium Penelitian Bahan Bangunan.

3. Manufaktur / Fabrikator.
Sesuai dengan ketentuan – ketentuan, manufaktur / fabrikator sistem rangka baja
ringan yang dapat memenuhi, antara lain, tetapi tidak terbatas pada yang tersebut
berikut :
 Pryda Indonesia Pty. Ltd. Dengan produk Steelfast
 PT Blue Scope Lysaght Indonesia dengan produk Smartruss
 PT Jaindo Metal Industries dengan produk Uni-Frame

4. Aksesori Rangka.
Aksesori rangka baja ringan harus dibuat dari bahan dan penyelesaian yang sama
dengan yang digunakan untuk bagian – bagian rangka baja ringan dan sesuai
dengan persyaratan engineer dari pabrik pembuat rangka baja ringan, termasuk :

1. Angkur, Klip dan Alat Pengecang


 Baja profil dan klip harus dilapisi seng dengan proses celup panas
 Baut angkur pasang di tempat dan tiang harus dari baut kepala segi
enam dan tiang berbahan baja karbon, mur berbahan baja karbon, dan
cincin pelat. Semuanya harus berlapis seng dengan proses celup panas.
 Angkur ekspansi harus difabrikasi dari bahan tahan karat, yang memiliki
kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang besarnya 5
kali lipat beban rencana.
 Angkur tipe powder actuated harus merupakan sistem alat pengencang
yang sesuai untuk aplikasi yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja,
difabrikasi dari bahan anti karat, dengan kemampuan menumpu, tanpa
kegagalan, sebuah beban yang besarnya 10 kali lipat beban rencana.
 Alat pengencang mekanikal harus berupa sekrup tipe self drilling, self
threading steel drill yang memiliki lapisan anti karat.
 Kawat las harus memenuhi ketentuan AWS A5.1-E70xx atau AS 1554.

5. Bahan – bahan lainnya


1. Cat untuk perbaikan lapisan seng harus memenuhi ketentuan SSPC-paint20
atau DOD-P-21035.

d. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Fabrikasi.
a. Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan penyusunan / perakitan bagian
sistem rangka baja ringan.
Fabrikasi rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi,
sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang aman
dan kuat dan seperti diuraikan berikut :
 Fabrikasi rangka rakitan dalam cetakan / pola.
 Potong bagian rangka dengan gergaji atau gunting besar, bukan dengan
api.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 25

 Kencangkan bagian rangka baja ringan dengan baut, rivet atau sekrup
sesuai rekomendasi enjinir dari pabrik pembuat. Tidak diijinkan
melakukan pengencangan dengan kawat.

b. Beri penulangan, pengaku dan ikatan angin untuk menahan penanganan,


pengiriman dan tekanan pada saat pemasangan.

c. Fabrikasi setiap rakitan rangka metal dengan toleransi kesikuan maksimal 3 mm.

2. Pemasangan.
a. Umum.
 Harus memenuhi persyaratan fabrikasi seperti disebutkan di atas.
 Lengkapi dengan ikatan angin, balok di atas bidang bukaan dinding, siku
– siku penulangan, pengaku, aksesori dan alat pengencang yang sesuai
dengan persyaratan engineer pabrik pembuat.
 Pasang rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat
sisi, sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan
yang kencang.
 Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang utuh bila
memungkinkan.
 Lengkapi dengan ikatan angin sementara yang dibiarkan pada tempatnya
sampai rangka baja ringan menjadi stabil secara permanen.
 Sambungan muai harus dibuat terpisah dari rangka baja ringan dengan
cara sesuai persyaratan. Do not bridge building expansion and control
joints with cold-formed metal framing. Independently frame both sides of
joints.
 Pasang rangka baja ringan dalam batas variasi toleransi maksimal yang
diijinkan dari vertikal, elevasi, dan garis yang telah ditentukan, 3 mm
dalam 300 cmm (1 : 1000).
 Bagian rangka baja individual harus ditempatkan maksimal  3 mm dari
lokasi rencana. Kesalahan kumulatif tidak boleh dari persyaratan
pengencangan minimal pelapis, penutup atau bahan penyelesaian
lainnya.

b. Pemasangan Panel Dinding Prefab.


Bila ada penggunaan panel dinding prefab, panel dinding tersebut harus
diangkur dan ditumpu dengan kuat dan aman.

3. Perbaikan Perlindungan.
Persiapkan dan perbaiki lapisan seng yang rusak pada rangka baja ringan yang
telah difabrikasi dan dipasang dengan cat perbaikan lapisan seng yang sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 26

C. PEKERJAAN ARSITEKTUR
BAB I PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN

1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN

a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar
dan dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar
dari halaman proyek.

1.2. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)

c. Peil  0.00 Bangunan diambil dari Lantai Dasar Gedung Rawat Darurat.
d. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil  0.00 tersebut.

BAB II PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATA DAN BATA RINGAN

2.1. KETERANGAN

Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata dan bata
ringan disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan
ini.

2.2. BAHAN
a. Batu bata (bata merah)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 27

Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah
setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan
baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata,
tanpa cacat atau mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan
ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang akan dipakai tidak
terlalu menyimpang.
Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V. 1941
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan.
Pengawas Lapangan berhak menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang
tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari
tempat pekerjaan.

b. Adukan
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata.
Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk
tasram
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Nusantara, Gresik,
Tiga Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang keras,
bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras tidak boleh
digunakan kembali.

c. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara Hebel atau Jaya Celcon ukuran
tebal 10 cm, 8,8 buah per m2.
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan.
Pengawas Lapangan berhak menolak bata ringan yang tidak memenuhi syarat. Bahan-
bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.

d. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata
ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Fabrikan.
Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk LEMKRA, Cipta Mortar atau setara.

e. Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom praktis
dan ringbalk.
Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk) adalah 1
pc : 2 pasir : 3 kerikil.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek untuk
seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur dan zat-zat
organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran 1 - 2 cm, bebas
dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI 1971.

2.3. PELAKSANAAN

Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut
masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar.
a. Kolom praktis dan ringbalk
Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : kolom praktis 12 x 12 cm dan 10
x 10 untuk dinding bata ringan, ringbalk dan balok latai 12 x 12 cm dan 10 x 10 untuk
dinding bata ringan Kolom praktis dan ringbalk diplester sekaligus dengan dinding
bata sehingga mencapai tebal 15 cm dan 10 cm untuk dinding bata ringan. Bekisting
terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya dengan tebal minimum 2 cm yang rata
dan berkualitas papan baik.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 28

Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan harus rapat
sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru boleh dibongkar setelah
beton mengalami proses pengerasan.

b. Pasangan dinding bata


Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.
2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan
4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus dipasang beton praktis
(kolom, dan ring balk)

Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm.
Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat
balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga
kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-
kusen harus diisi dengan aduk.

c. Pasangan Bata Ringan


Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai
jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan:
1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai 12 m2 harus dipasang beton
praktis (kolom, dan ring balk)

Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm.
Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas kusen harus
dibuat balok latei 10/10. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah
vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk

BAB III PEKERJAAN PLESTERAN DAN DRY MORTAR

3.1. KETERANGAN

Kecuali disebutkan lain, bahan penyelesaian atau penutup permukaan dinding/tembok bata
dan adalah plesteran. Pekerjaan plesteran mencakup pembuatan dan pemasangan
plesteran pada dinding-dinding tembok bata dan bidang-bidang beton, meliputi penyediaan
bahan, tenaga kerja dan peralatannya. Semua permukaan plesteran dicat dengan cat
tembok, kecuali disebutkan lain.

3.2. BAHAN

Komposisi bahan adukan sesuai dengan persyaratan, yaitu :


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 29

a. 1 pc : 3 pasir untuk permukaan beton, dinding trasram atau daerah basah dan dinding
luar yang tidak tertutup atap.
b. 1 : 2 dan sudut dinding
c. 1 pc : 5 pasir untuk dinding bata bagian dalam gedung
Semen PC yang dipakai adalah produk lokal yang terbaik (satu merek untuk seluruh
pekerjaan).
d. Plesteran untuk penutup dinding bata ringan menggunakan Dry-Mortar : 3 kg/m2,
ketebalan 2 mm. Ketebalan dapat diatur sesuai dengan grade : kasar, sedang, halus.
Produk setara : LEMKRA – Plester Mutiara, atau Cipta Mortar

3.3. PELAKSANAAN
a. Plesteran dinding bata
Sebelum diplester, permukaan dinding bata harus dibersihkan dan dibasahi dengan air,
siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran minimum 1,5 cm dan maksimum 2 cm.
Plesteran diselesaikan dengan papan plesteran dan kayu perata atau sekop baja.
Sudut-sudut dibuat serapi-rapinya dan menyiku. Sambungan dari plesteran-plesteran
harus mulus dan lurus.
Dalam mendirikan dinding yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan bahan pelindung
yang cukup sesuai.
Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram dengan air selama 7 (tujuh) hari
terus menerus.

b. Plesteran Beton
Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan
rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang
halus dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan
permukaan seperti yang dimaksud di dalam gambar rancangan pelaksanaan.
Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan dulu dengan pekerjaan
pendahuluan dengan urutan sebagai berikut :
 Permukaan dibuat kasar dengan betel/pahat beton
 Dibasahi dengan air
 Disapu air semen (Pc) atau bonding egent
Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara benar-benar
homogen.
Ketebalan plesteran adalah rata-rata 15 mm – 25 mm
Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc)
Untuk beton bertemu dengan dinding, plesteran harus dilapisi kawat wiremesh minimal
30 cm sepanjang pertemuan, khususnya apabila permukaan dinding rata dengan
permukaan beton.

c. Plesteran Dry Mortar


1. Tuangkan air kedalam ember yang bersih
2. Masukkan serbuk Dry-Mortar secara bertahap kedalam ember dengan
perbandingan campuran (1 kg Plester Mutiara : 250 cc air)
3. Aduk hingga rata dengan menggunakan mixer
4. Tebarkan adukan tersebut pada media dinding yang sudah diplester
5. Rapikan / haluskan dengan gosokan (roskam)

d. Semua pasangan dinding bata harus diplester dan diaci kecuali pasangan dinding bata
yang tertanam didalam tanah atau dibawah lantai dasar cukup diplester dengan
campuran 1 : 3 tanpa acian.

BAB IV PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 30

4.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela,
daun pintu dan daun jendela serta pekerjaan lainnya yang menggunakan bahan profil
alumunium, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

4.2. STANDAR / RUJUKAN

a. Standar Nasional Indonesia (SNI)


- SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.

b. British Standard (BS)


- BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
- BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
- BS 5368 (Part 3) – Structural Performance

c. American Society for Testing and Materials (ASTM).


- ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods, Wire
Shapes and Tubes.
- ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan Curtain
Wall
- ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain Wall
- ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan Curtain Wall

d. American Architectural Manufactures Association (AAMA).


- AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium

e. Japanese Industrial Standard (JIS)


- JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
- JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium

f. Spesifikasi Teknis
 Dimensi : 3” x 1 ¾”2
 Tebal profil alumunium : 1.20 mm
 Ultimate strength : 28.000 pci
 Yield strength : 22.000 pci
 Shear strength : 17.000 pci
 Anodizing ketebalan lapisan di seluruh permukaan alumunium adalah 18
mikron dengan warna yang akan ditentukan kemudian.

4.3. DESKRIPSI SISTEM

a. Kriteria Perencanaan
1. Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian – bagian alumunium termasuk ketahanan kaca,
memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin
yang disyaratkan.

2. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan
atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.

3. Pergerakan Karena Temperatur


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 31

Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan


suara maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah,
sealant yang tidak merekat dan hal – hal lain. Sambungan kedap air harus
mampu menampung pergerakan ini.

4. Persyaratan Struktur
Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 cm.
Beban Hidup : Pada bagian – bagian yang menerima hidup terutama pada waktu
perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat
dan angkur dengan kemampuan menahan beban terpusat sebesar 62 kg tanpa
terjadi kerusakan.

5. Kebocoran Udara
ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap m‟
unit panjang penampang bidang bukaan pada tekanan 75 Pa.

6. Kebocoran Air
ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior bangunan
sampai tekanan 137 Pa dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air
minimum 3,4 L/m2/minimal.

4.4. PROSEDUR UMUM

a. Contoh Bahan dan Data Teknis


1. Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe
alumunium ekstrusi, pelapisan, warna dan penyelesaian, harus diserahkan
kepada Konsultan MK untuk disetujui sebelum pengadaan bahan kelokasi
pekerjaan.
2. Contoh bahan produk alumunium harus diuji di laboratorium yang ditunjuk
Konsultan MK atau harus dilengkapi dengan data-data pengujian.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk :
 Ketebalan lapisan,
 Keseragaman warna,
 Berat,
 Karat,
2
 Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m untuk masing-
masing tipe.
 Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam,
 Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m2.
3. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b. Gambar Detail Pelaksanaan.

1. Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan


rangka dan bingkai, pengencangan dan sistem pengukuran seluruh
pekerjaan, harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam
Gambar Detail Pelaksanaan.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas setiap perbedaan dimensi dan akhir
penyetelan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyempurnakan
pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga sesuai
dengan ketentuan Gambar Kerja.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 32

c. Pengiriman dan Penyimpanan

1. Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan


Gambar Kerja, bebas dari bentuk puntiran, lekukan dan cacat.
2. Segera seteklah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus
ditumpuk dengan baik ditempat yang bersih dan kering dan dilindungi
terhadap kerusakan dan gesekan, sebelum dan setelah pemasangan.
Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan,
plesteran, cat dan lainnya.

d. Garansi
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang meliputi
kesempurnaan pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua pintu, jendela dan
lainnya seperti ditunjukkan dalam spesifikasi ini untuk periode selama 1 tahun
setelah pekerjaan yang rusak dengan biaya Kontraktor.

4.5. BAHAN - BAHAN

a. Alumunium
1. Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah
dari jenis alumunium alloy yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan
ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan
lapisan clear anodized minimal 18 mikron yang diberi lapisan warna akhir
polish snolok di pabrik dalam warna sesuai Skema warna yang ditentukan
kemudian.
Tebal profil minimal 1,2 mm, setara merek YKK type YS-1C, dengan ukuran
3” x 1 ¾”2 dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi profil dapat berubah
tergantung jenis profil yang nanti disetujui.
2. Kecuali ditentukan lain, semua kusen pintu dan jendela harus dilengkapi
dengan arsitrave dan perlengkapan standar dari pabrik pembuatan.

b. Alat Pengencang dan Aksesori.


1. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300
dengan pemasangan kepala tertanam untuyk mencegah reaaksi elektronik
antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
2. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
3. Penahan udara dari bahan vinyl.
4. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat

c. Gasket
Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219
Bahan : EPDM
Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca

d. Sealant Dinding (Tembok)


Bahan : Single komponen
Type : Silicone Sealant

e. Screw
Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain – lain
Bahan : Stainless Steel (SUS)

f. Joint Sealer
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 33

Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat
guna menutup celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran
udara, air dan suara.
Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
Bahan : Butyl Rubber

4.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Fabrikasi
1. Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum
Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor disetujui Pengawas
Lapangan.
2. Semua komponen harus difabrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk
dan ukuran aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.

b. Pemasangan
1. Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Pengawas Lapangan
sebagai acuan dan contoh untuk pemasangan berikutnya.
2. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen.
Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam Gambar Kerja,
swambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan dibuat sedemikian
rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut dappat meneruskan beban
dan menahan tekanan yang harus diterimanya.
3. Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
4. Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus
dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap 500 mm.
5. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan
harus dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik.
6. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja harus
dilapisi dengan cat khusus yang direkomendasikan pabrik pembuat, untuk
mencegah kerusakan komposisi alumunium.
7. Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian
alumunium harus terdiri dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi
elektronik, seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya.
8. Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
9. Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan
sebelum pelaksanaan anokdisasi.
10. Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela
Aluminium harus dilakukan oleh pabrik penghasil dari bahan yang
dipergunakan dengan memperoleh persetujuan pengawas lapangan.
11. Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa
kelapangan/ halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar
mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela.
12. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
13. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis)
halus dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.
14. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih
dari goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan.
15. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
brosur serta persyaratan teknis yang benar.
16. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang
berlainan sifatnya harus diberi “sealant”.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 34

17. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam
galvanized sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus
kedap air.
18. Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus
tetap dilindungi dengan “Lacquer Film”.
19. Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen;
alumunium telah terpasang maka kosen tersebut harus tetap terlindungi oleh
Lacquer Film atau plastic tape agar kosen tetap terjamin kebersihannya.

20. Daun pintu yang digunakan pada tangga darurat adalah menggunakan daun
pintu tahan api (fire doors) minimal 120 menit produk BOSTINCO atau yang
setara, dengan teknik pemasangan yang sesuai prosedur pabrik dan gambar
rancangan pelaksanaan. Untuk pemasangan fire doors tersebut dilengkapi :
 Door Closer
 Hinge (engsel)
 Handle and back plate
 Kunci cylinder.
 Handle Anti Panic

BAB V PEKERJAAN KACA

5.1. KETERANGAN

Pekerjaan kaca meliputi pengisian bidang-bidang kusen (kaca mati), daun pintu dan jendela,
jendela bovenlicht. Contoh kaca yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas
paling lambat 2 (dua) minggu sebelum dipasang.

5.2. BAHAN

5.2.1 Kaca Polos.


Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang
datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang
memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987, seperti tipe
Indoflot buatan Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

5.2.2 Kaca Berwarna.


Kaca berwarna harus merupakan lembaran kaca polos yang diberi warna dengan
menambahkan sedikit logam pewarna pada bahan baku kaca, seperti tipe Panasap
buatan Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja sedang warna
kaca harus sesuai ketentuan dalam Skema Warna.

5.2.3 Kaca Es.


Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan
ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi
ketentuan SII, seperti buatan Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

5.2.4 Cermin.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 35

Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan merata, tanpa cacat
dan dari kualitas baik seperti Miralux dari adari Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan cermin sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

5.2.5 Neoprene/Gasket.
Neoprene/Gasket atau bahan sintetis lainnya yang setara untuk perlengkapan
pemasangan kaca pada rangka alumunium.
Dimensi Neoprene/Gasket yang dibutuhkan disesuaikan dengan ketebalan kaca
dan jenis profil alumunium yang digunakan.

5.3. PELAKSANAAN

5.3.1 Umum.
5.3.1.1 Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja adalah
ukuran yang mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang sebenarnya dan
besarnya toleransi harus diukur ditempat oleh Kontraktor berdasarkan
ukuran di tempat kaca atau cermin tersebut akan dipasang, atau menurut
petunjuk dari Pengawas Lapangan, bila dikehendaki lain.
5.3.1.2 Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca,
ketebalan kaca dan kualitas kaca.
Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan
dari Pengawas Lapangan.

5.3.1.3 Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.


Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang
pekerjaannya.

5.3.2 Pemasangan Kaca.

5.3.2.1 Sela dan Toleransi Pemotongan.


Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut :
- Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm.
- Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm.
- Kedalaman celah minimal 16 mm.
- Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah + 3 mm
atau -1,5 mm.
- Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket
yang digunakan.

5.3.2.2 Persiapan Permukaan.


 Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi
dan bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa
bahwa mereka dapat bergerak dengan baik.
 Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan
terkunci atau tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan
kaca selesai.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 36

 Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan


sesuai petunjuk pabrik.
 Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu,
lembab dan lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.

5.3.2.3 Neoprene/Gasket dan Seal.


 Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus
dilengkapi dengan Neoprene/Gasket yang sesuai.
 Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun
pintu dan jendela, kusen dengan dinding yang berfungsi sebagai seal
pada ruang yang dikondisikan.

5.3.2.4 Pemasangan Cermin.


 Cermin harus dipasang lengkap dengan sekrup-sekrup kaca yang
memiliki dop penutup stainless steel.
 Penempatan sekrup-sekrup harus sedemikian rupa sehingga cermin
terpasang rata dan kokoh pada tempatnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.

5.3.2.5 Penggantian dan Pembersihan.


 Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam
keadaan bersih, tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran
dalam bentuk apapun.
 Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh
Kontraktor tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

BAB VI PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

6.1. KETERANGAN

Semua daun pintu dan jendela dipasangi alat penggantung dan kunci yang sesuai.
Pekerjaan alat penggantung dan pengunci ini mencakup semua kegiatan pemasangan kunci
dan alat-alat penggantung pada daun pintu dan jendela, meliputi pengadaan bahan, tenaga
dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.

PROSEDUR UMUM
a. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci yang
akan dipakai harus diserahkan kepada Konsultan MKuntuk disetujui, sebelum dibawa
kelokasi proyek.

b. Pengiriman dan Penyimpanan


Alat penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam kemasan asli
dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan masing-masing dikemas
dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan nama pabrik dan mereknya.
Semua alat harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari kerusakan.

c. Ketidaksesuaian.
Konsultan MK berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang
diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6.2. BAHAN
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 37

a. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas baik, buatan
pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembapan lebih
dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang didatangkan harus
sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.

b. Alat Penggantung dan Pengunci.


Rangka Bagian Dalam.
1. umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama atau setara dengan merek
Wilka, Kend, CISA atau setara (type akan detentukan kemudian) dengan sistem
Master Key.
2. Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau
Nikel stainless steel, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang terbuat dari bahan
Nikel stainless steel dan finishing stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng
stainless steel hair line dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis
bahan daun pintu (besi, kayu atau alumunium), yang dilengkapi dengan lidah
siang (latch bolt), lidah malam (dead bolt), lubang silinder, face plate, lubang
untuk pegangan pintu dan dilengkapi strike plate.

3. Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu alumunium tipe ayun dengan bukaan
satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 2mm dengan
ball bearings, seperti tipe 2302 buatan Wilka atau setara.
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua
jendela harus dari tipe friction stay 20”, seperti Wilka atau IHS atau setara, dari
ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
- Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm,
seperti tipe 2301 buatan Wilka atau setara.
- Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel
dengan finish stainless steel hair line.

4. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu seperti dari tipe
Gracia 401 Wilka atau setara.

5. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay seperti tipe
Gracia 119 Wilka atau yang setara.

6. Grendel Tanam/Flush bolt.


Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai
atau setara dengan produk Wilka atau setara, type Rioby 456/240 atau 6800/1-
150/300.

7. Penahan Pintu (Door Stop).


Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding seperti tipe
Wilka Art 728, atau setara.

8. Pull Handle
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 38

Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame less menggunakan handle
buka setara produk Wilka type Art TG 9335 SS atau setara.

9. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line,
kecuali bila ditentukan lain.

6.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Umum.
 Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan
persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
 Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih pada
tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
 Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua) buah
engsel type friction stay dan harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah alat
pengunci/window lock yang memiliki pegangan.
 Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah engsel,
Untuk pemasangan engsel ke kusen Alumunium harus diberi closer dari kayu
tebal min 3 cm x panjang kusen yang kuat dan dari kayu bermutu baik (Kamper
atau Jati) yang dipasang di balik atau di dalam kusen Alumunium.
 Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder,
handle/pelat.
 Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu dengan
bingkai bawah pemegang pintu kaca.
 Lubang untuk pemasangan kunci dan engsel harus dibuat persis dan tidak boleh
longgar. Semua alat kunci harus dipasang dengan sekrup secara lengkap

b. Pemasangan Pintu.
 Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai.
 Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas daun pintu dan
engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah daun pintu, sedang
engsel tengah dipasang diantar kedua engsel tersebut.
 Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (handle), pelat
penutup muka dan pelat kunci.
 Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus dipasang slot
tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

c. Pemasangan Jendela.
 Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara pemasangan sesuai
petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar Kerja.
 Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan menggunakan friction
stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan cara pemasangan sesuai
petunjuk dari pabrik pembuatnya.
 Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang diinginkan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela harus dilengkapi
dengan sebuah pengunci.

d. Perlengkapan lain
1. Door closer : eks Dorma atau GEZE
2. Gasket
Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai berikut :
 Airtight - PEMKO S2/S3
 Fireproof - PEMKO S88
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 39

 Smokeproof - PEMKO S88


 Soundproof - PEMKO 320 AN
 Weatherproof - PEMKO S2/S3
3. Dust Strike
Tipe Dust Strike yang digunakan adalah :
 Type lantai/threshold - Glynn Johnson DP2
 Untuk lantai marmer - Modrtz 7053

Semua perlengkapan yang akan dipakai harus diberikan contohnya terlebih dahulu kepada
Konsultan MKuntuk disetujui bersama dengan Konsultan Perencana.

BAB VII PEKERJAAN BESI / BAJA

7.1. KETERANGAN

Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan pipa besi dan baja, seperti
yang tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan
peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
Pekerjaan ini mencakup antara lain :
a. Railing : fasilitas penyandang cacat (Ramp) dan tangga darurat.

Standar / Rujukan:
o American Society for Testing and Materials (ASTM)
o American Welding Society (AWS)
o American Institute of Steel Construction (AISC)
o American National Standard Institute (ANSI)
o Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1729-2002 – Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung

7.2. BAHAN

a. Pipa railing untuk tangga darurat menggunakan pipa BSP  2” di cat duco.
b. Mutu pipa yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan ASTM A-36
Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang dipasangkan
dan yang paling cocok untuk maksud yang bersangkutan.
c. Railing tangga entrance, fasilitas penyandang cacat menggunakan pipa stainles steel 
2” produk Bakeri atau yang setara.
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus diadakan,
walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini.

7.3. PELAKSANAAN

a. Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas untuk
disetujui. Contoh itu harus memperlihatkan kualitas pengelasan dan penghalusan untuk
standar dalam pekerjaan ini.
b. Pengerjaan harus yang sebaik-baiknya. Semua pengerjaan harus diselesaikan bebas
dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.
c. Pengerjaan di bengkel ataupun di lapangan harus mendapat persetujuan Pengawas.
Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik. Tenaga kerja
yang melakukan hal ini harus benar-benar ahli dan berpengalaman.
d. Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan
permukaan sekitarnya. Bila memakai pengikat-pengikat lain seperti clip keling dan lain-
lain yang tampak harus sama dalam finish dan warna dengan bahan yang diikatnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 40

e. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai dengan
maksudnya termasuk perlengkapannya. Lubang-lubang untuk baut harus dibor dan di-
punch.
f. Pemasangan (penyambungan dan pemasangan accesorise) harus dilakukan oleh
tukang yang ahli dan berpengalaman. Semua railling tangga utama harus terbungkus
crome/stainles steel kecuali disebutkan lain.
g. Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar rencana, kecuali ditentukan
lain.

BAB VIII PEKERJAAN LANGIT-LANGIT DAN DINDING PARTISI

8.1. KETERANGAN

Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan
penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan
tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.

8.2. BAHAN

a. Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah gyp-board dan gyp-tile dengan ukuran
sesuai pada gambar perencanaan, produk Jaya Board, Knauf atau Elephant.
Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS 2588, BS 1230
atau ASTM C 36.
b. Rangka plafond menggunakan sistem metal furing dan cross tee main tee terbuat dari
bahan galvalume tebal 0,55 mm sesuai gambar rancangan pelaksanaan produk Janindo
atau setara.
c. Bahan yang digunakan untuk list plafond adalah terbuat dari gypsum ukuran 50 x 50 mm
atau sesuai pada gambar rancangan pelaksanaan.
d. GRC 6 mm untuk plafon teritisan atap bagian luar, produk Jabasemen atau Harflex.
Bahan terpasang harus dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa cacat
lainnya.

8.3. PELAKSANAAN

a. Rangka penggantung dipasang berjarak maksimum 120 cm sedangkan untuk rangka


pembagi berjarak maksimum 60 cm atau sesuai prosedur pabrik dan gambar rancangan
pelaksanaan
b. Pemasangan paku atau sekrup harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan maksimal 16 mm
dari pinggir bahan penutup. Jarak antara paku sekrup pada bagian tepi gypsum
berjarak 20 cm sedangkan pada bagian tengah penutup langit-langit jarak antara paku
sekrup adalah 30 cm.
c. Sambungan pada pemasangan penutup langit-langit antara satu dengan lainnya adalah
serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan zig zag.
d. Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada setiap sambungan
harus dilapisi dengan base bond dan paper tape dari produk yang sama dengan papan
penutup langit-langit dengan lubang dan garis tengah pelaksanaan sesuai brosur
petunjuk.
e. Untuk pekerjaan plafond dengan menggunakan gypsum datar tanpa nat, tebal minimal 9
mm produksi Jaya Board atau setara.
f. Pemasangan penutup langit-langit harus ditimbang rata air agar mendapatkan
permukaan yang benar rata.
g. List langit-langit dipasang pada setiap permukaan antara dinding dan plafond dengan
cara pemasangan menggunakan paku atau sekrup sedemikian rupa sehingga pangkal
paku atau sekrup dapat masuk ke dalam bahan penutup langit-langit. Lubang bekas
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 41

paku atau sekrup harus ditutup dengan plamir/compound dari bahan gypsum sampai tak
terlihat bekas lubang.
h. Langit-langit tanpa penutup/exposed beton di ruang-ruang yang tidak tertutup harus
dirapikan.
i. Pemasangan GRC
Langit – langit GRC (teritisan) dipaku pada rangka plafond dengan hati – hati,
menggunakan paku baut eternit yang cukup jumlahnya. Letak paku – paku tersebut
harus diatur dan beraturan jaraknya. Permukaan seluruh bidang langit – langit GRC
harus datar air / waterpass tanpa nat. Pertemuan langit – langit dengan dinding tidak
bercelah. Langit – langit GRC dicat tembok dengan warna yang ditetapkan oleh
Konsultan Perencana.

Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan
penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan
tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.

8.4. DINDING PARTISI

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini mencakup pngangkutan, pengadaan bahan, tenaga kerja dan alat kerja
serta pemasangan partisi dan perlengkapannya, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.

b. Prosedur Umum

 Contoh Bahan dan Data Teknis.


Sebelum pengadaan bahan, Kontrktor harus menyerahkan contoh dan data
teknis/brosur bahan yang akan digunakan, untuk disetujui Pengawas Lapangan.

 Gambar Detail Pelaksanaan.


Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan Gambar
Detail Pelaksanaan kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.
Gambar Detail Pelaksanaan harus memperlihatkan dimensi, tata letak, detail-etail
pertemuan, cara pengencangan dan penyelesaian, dan detail penyelesaian
lainnya.

 Pengiriman dan Penyimpanan


 Semua bahan yang didatangkan harus disimpan ditempat yang terlindung
sehingga terhindar dari kerusakan, baik sebelum dan selama pemasangan.
 Bahan yang didatangkan harus dilengkapi dengan label, dat teknis dari
pabrik pembuat untuk menjamin bahwa bahan yang didatangkan tersebut
sesuai dengan yang telah disetujui.

c. Bahan-bahan

 Umum
Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan partisi harus berasal dari
produk yang dikenal seperti disebutkan dalam Spesifikasi ini dan sesuai dengan
persetujuan Pengawas Lapangan.

 Rangka Metal.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 42

Rangka metal untuk pemasangan dan penumpu panel partisi harus dibuat dari
bahan baja ringan lapis seng dan alumunium seperti Zincalume atau Galvalum,
atau Krauf sesuai dengan rekomendasi produsen Gypsum yang dipakai.

 Papan Gipsum.
Papan gipsum untuk panel partisi harus dari tipe standar yang memiliki
ketebalan minimal sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja dan memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis 09250.

d. Pemasangan.

1. Bahan yang dipakai untuk dinding partisi adalah panel Gypsum tebal 10 mm jenis
standar. Jenis papan Gypsum yang digunakan mempunyai bagian tepi melandai.

2. Panel partisi harus dipasang dengan cara sedemikian rupa untuk mengurangi
jumlah sambungan sebanyak mungkin.

3. Rangka dinding partisi yang digunakan adalah „Metal Stud System‟ sesuai
rekomendasi produsen Gypsum yang dipakai. Rangka terbuat dari bahan metal
galvalume tebal 0,55-0.75 mm dan lebar 92 (CS) produk PT. Jaindo atau yang
setara.

4. Rangka vertikal terpasang dengan jarak maksimal 60 cm (AS). Dirangkai


sedemikian rupa sehingga membentuk suatu rangkaian yang kokoh dan kuat
dengan sambungan pada posisi yang tepat serta kelurusan permukaan benar-
benar lurus.

5. Pemasangan Gypsum pada rangka dilaksanakan dengan menggunakan paku


skrup stainless steel setiap jarak 20 cm untuk bagian tepi Gypsum dan 30 cm
untuk pemasangan bagian tengah lembar Gypsum yang dipasang secara tegak
lurus bidang muka Gypsum dan rangkanya.

6. Pemasangan paku skrup harus diberi jarak minimal 10 cm dari tepi Gypsum untuk
setiap sambungan.

7. Pelaksana pemasangan harus dapat menunjukkan sertifikat/surat rekomendasi


pemasangan dari produsen Gypsum yang dipakai.

8. Apabila diperlukan maka untuk produk Gypsum yang digunakan setidaknya


produsen produk yang bersangkutan harus dapat memberikan supervisi terhadap
pelaksanaan pemasangan produknya.

9. Setiap pertemuan sudut partisi harus dapat menghasilkan hasil akhir yang lurus
dan siku (runcing) dan dipasang wall engle.

10. Sambungan antar panel Gypsum harus ditutup dengan pita perekat dan ditutup
dengan compound serta dihaluskan/diratakan hingga membentuk permukaan
yang rata.

11. Sebelum pemasangan panel Gypsum, pekerjaan-pekerjaan yang lain yang


tertanam didalamnya harus sudah selesai dikerjakan dan diuji sehingga tidak
menimbulkan adanya pembongkaran dan pemasangan papan Gypsum kembali.

12. Belokan/lekukan pada dinding harus dipasang lipatan sudut yang sesuai pada
bidang sisi papan Gypsum sehingga didapat hasil belokan/lekukan yang benar-
benar lurus dan siku.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 43

BAB IX PEKERJAAN PELAPISAN DINDING

9.1. KETERANGAN

Pekerjaan ini mencakup pemasangan pelapis dinding ruangan-ruangan dalam bangunan


dan luar bangunan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan RKS ini, meliputi penyediaan
alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.
Pengiriman bahan ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum
dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.
Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan terpasang
untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

9.2. BAHAN

a. Ubin Keramik
Keramik untuk pelapis dinding yang dipakai buatan dalam negeri. Keramik harus dari
kualitas yang baik atau KW 1 dan dari merek yang dikenal yang memenuhi ketentuan
SNI seperti (Roman atau Asia Tile), berukuran 20x25 ditempat-tempat sesuai dengan
gambar perencanaan dan scedule finishing. Bahan yang didatangkan harus dalam
keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat. Keramik yang didatangkan harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
Keramik yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya
tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh dipasang.

b. Stone Cladding
Batu tempel yang dipakai adalah jenis batu Andesit, Batu Palimanan dengan finishing
permukaan rata dan flamed. Batu yang ditempel harus dalam keadaan utuh, kondisi
baik dan kuat tanpa ada cacat.
Bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat rongga
atau porous, asal batu yang dimaksud adalah ex. Lokal. Barang yang didatangkan
harus disetujui oleh Pengawas Lapangan. Warna akan ditentukan kemudian oleh
konsultan perencana dan owner. Ukuran batu yang akan dipasang disesuaikan dengan
gambar perencanaan.

9.3. PELAKSANAAN

a. Pemasangan keramik
Pemasangan keramik dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari
kerusakan akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan dinding yang akan
dipasang keramik harus bersih, cukup kering dan rata air. Tentukan tulangan dengan
mempertimbangkan tata letak ruangan / tangga / dinding yang ada. Pemasangan
keramik dinding dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik dinding agar
direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang
dan rata air. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan
dasar maupun di badan belakang keramik dinding yang terpasang. Perbandingan
adukan dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4, dengan
ketebalan rata – rata 2,0 cm. Lebar nat yang dianjurkan untuk dinding adalah 2 mm,
dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan khusus AM 50. Bagi area yang luas
dianjurkan untuk diberi expansion joint. Khusus untuk dinding luar diberi tali air per jarak
tertentu dengan mempertimbangkan desainnya, agar tidak menerima beban terlalu
berat. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan keramik, dapat digunakan
bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu
segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 44

disebabkan proses pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna
dan ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik dinding yang akan dipasang
mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.

Plesteran dinding dan pasangan keramik harus benar-benar rata/lurus dalam satu
bidang. Keramik dipasang secara teliti dan rapi. Pemotongan ubin keramik harus
menggunakan alat pemotong khusus. Lebar dan kedalaman siar-siar harus sama
(maksimal 3 mm untuk dinding keramik dan 1 mm untuk dinding granit) dan siar harus
membentuk garis-garis lurus. Siar-siar itu diisi dengan bahan pengisi warna (grout
semen berwarna), sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan. Dinding keramik
maupun granit yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda/kotoran yang melekat sehingga benar-benar bersih, warnanya tidak kusam.

b. Pemasangan border keramik


Bahan yang terpasang harus dalam keadaan baik, utuh dan rapi. Untuk border keramik
dipasang sesuai lebar keramik atau tepat di atas keramik dinding terpasang. Nat/siar
harus lurus vertikal atau horisontal dengan keramik ukuran 20 x 25. Setelah terpasang
segera dibersihkan dari segala kotoran atau noda yang menempel. Pekerjaan ini harus
dikerjakan oleh tukang yang bebenar terampil dan berpengalaman.

c. Pemasangan batu tempel / granit


Seperti Halnya keramik, batu tempel dipasang dengan spasi 1 : 3 dipasang sesuai
gambar perencanaan rapat tanpa spasi atau sesuai gambar perencanaan. Setelah
terpasang permukaan harus segera dibersihkan dari segala kotoran dan noda atau
bekas semen yang menempel.

BAB X PEKERJAAN PENUTUP LANTAI

10.1. KETERANGAN

Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-teras
termasuk plin dan tangga, seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi
penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum
dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.
Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan terpasang
untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

10.2. BAHAN

a. Ubin penutup lantai yang dipakai ukuran 30 x 30 cm dari jenis Homogeneous Tile,
produk setara Granito dan Esenza serta keramik 10 x 20 cm, 20 x 20, stairnose ukuran
5 x 20. Semua bahan buatan dalam negeri (produk Asia Tile atau Roman atau
Impero).
Corak dan warna ubin kramik akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan
Perencana.

b. Sebelum keramik dan homogeneus tile dibawa ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus
menyerahkan contoh dan katalog/persyaratan teknis operatif dari pabrik pembuat
kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuan. Semua keramik dan granit tile yang
akan diipakai harus berada dalam kotak aslinya. Ubin-ubin keramik yang akan dipasang
harus mulus dan bebas cacat.

10.3. PELAKSANAAN
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 45

a. Pemasangan ubin keramik dan homogeneus tile


Pemasangan keramik lantai sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan
akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik
harus bersih, cukup kering dan rata air. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan
tata letak ruangan / tangga / lantai yang ada. Pemasangan keramik lantai dimulai dari
tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik lantai agar direndam dalam air terlebih dahulu.
Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk
pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang
keramik lantai yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang
dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 6, dengan ketebalan rata – rata 2 - 4 cm. Lebar
nat yang dianjurkan untuk lantai adalah 4 - 5 mm kecuali untuk keramik type cuting dan
homogeneus tile, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan khusus AM 50. Bagi area
yang luas dianjurkan untuk diberi expansion joint. Bersihkan segera bekas adukan dari
permukaan keramik, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan
kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih. Karena
sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses pembakaran pada
temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini periksa dan
pastikan keramik lantai yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang
sama.

b. Pemasangan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan serapi-rapinya oleh tukang yang benar-benar
ahli dan berpengalaman, sesuai dengan petunjuk pabrik bahan yang bersangkutan.

10.4. FLOOR HARDENER

1. Floor hardener dilaksanakan khusus pada lantai ramp menggunakan produk fosroc atau
setara.
2. Sebelum penerapan floor hardener plat dasar beton harus disiapkan sedemikian rupa
hingga memenuhi kondisi sebagai berikut :
 Mempunyai kandungan semen 300 kg/m
 Rasio kandungan air maksimum 0,55
 Slump test 7,5 – 10 cm.
3. Tambahan semen yang disebarkan baris demi baris selebar 10 – 15 cm dan difinish
ratakan dengan trowel besi.
4. Penyebaran bahan floor hardener dilakukan dalam 2 tahap hingga total mencapai
kepadatan 5 kg/m2 atau sesuai petunjuk dari produsen pembuatnya.
5. Pemolesan dilaksanakan dengan trowel sebanyak 3 kali yaitu untuk menghilangkan
perbedaan warna dan setelah permukaan mulai mengeras untuk meratakan permukaan
floor hardener.

BAB XI PEKERJAAN PENGECATAN

11.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya
dilaksanakan dalam pengecatan dengan bahan-bahan emulsi, enamel, politur/teak oil, cat
dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-
tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan baja/besi, kayu, plesteran tembok
dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan
untuk pekerjaan ini.

STANDAR / RUJUKAN
 PUBB 1973 NI-3.
 Steel Structures Painting Council (SSPC).
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 46

 Swedish Standard Institution (SIS).


 British Standard (BS).
 Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat.

11.2. BAHAN

a. Umum.
1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas
menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor
takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama
pabrik pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya.
Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.
Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan lainnya tanpa persetujuan
Pengawas tidak diperbolehkan. Selambat-lambatnya sebulan sebelum pekerjaan
pengecatan dimulai, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis dari semua bahan
yang akan dipakai untuk disetujui oleh Pengawas Lapangan. Konsultan MK
berhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan persetujuan.

Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang
dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Mowilex,
Dulux atau Levis – Akzo Nobel.

b. Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
- Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gipsum dan panel
kalsium silikat.
- Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
- Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
- Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.

c. Undercoat.
Undercoat digunakan untuk permukaan bidang baru yang belum pernah dicat
sebelumnya.

d. Cat Akhir.
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setar :
- Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan panel
kalsium silikat.
- Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan gipsum dan
panel kalsium silikat.
- High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior
pelesteran dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.
- Khusus untuk bagian luar yang tidak terlindung atap dipakai jenis Weathershield

11.3. PELAKSANAAN

a. Pelaksanaan Pekerjaan
Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
Umum.
- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan
polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 47

berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas,


ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan
dimulai.
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus
dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas 38oC.
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan
tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru dan basah.

1. Permukaan Pelesteran dan Beton.


Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya.
Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak,
minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal
ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.

2. Permukaan Gipsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan
permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus
untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang berpori.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai
ketentuan Spesifikasi ini.

3. Permukaan Kayu.
Permukaan kayu harus bersih dari minyak, lemak dan serbuk kayu gergajian,
sisa pengamplasan serta kotoran lainnya, sebelum pelapisan cat dimulai.

4. Permukaan Barang Besi /Baja.


 Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing
lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat atau
penyemprtan pasir/sand blasting sesuai standar Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan
dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dilap dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua
permukaan barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai ketebalan
yang disyaratkan.

 Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel.

Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang


sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek dan
memenuhi ketentuan dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 48

Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengkel harus dilindungi


terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara
segera merawat permukaan karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan
debu, kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat
kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan kemudian dicat
kembali (touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang telah
disetujui, sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.

 Besi/Baja Lapis Seng/Galvanized.


Permukaan besi/baja berlapis seng/galvanized yang akan dilapisi cat warna
harus dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus yang
diproduksi untuk maksud tersebut, atau disikat dengan sikat kawat.
Bersihkan permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa
pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.

b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat
harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan,
secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus
diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada
permukaan yang sudah disiapkan di atas.

c. Pelaksanaan Pengecatan.
Umum.
- Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung
cat, tetesan cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas,
perbedaan warna dan tekstur.
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah
sempurna dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan
dengan ketebalan yang sama.
- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan,
termasuk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh
ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di
sekitarnya.
- Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan
permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus
telah diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.

Proses Pengecatan.
- Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya
untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna,
disesuaikan dengan kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat
cat dimaksud.
Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan
cat kering), sesuai ketentuan berikut.
a. Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gipsum.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.

b. Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton.


Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 49

c. Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir


Berbahan Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.

d. Permukaan Kayu
Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood primer sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.

e. Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc
chromate primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high
quality gloss finish.

Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.


- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda
mengeras, membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda
kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan
pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan
tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab
kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu
menutup warna lapis di bawahnya).

Metode Pengecatan.
- Cat dasar untuk permuakaan beton, plesteran, gypsum board diberikan
dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan
dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan.
- Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.

d. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.


Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas
harus dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

BAB XII PEKERJAAN PERABOT TETAP

12.1. KETERANGAN

Bagian ini mencakup semua pekerjaan fixed seperti furniture ditunjukkan dalam gambar,
meja counter, Clading Panel, dll sesuai gambar rencana. Pekerjaan ini, meliputi penyediaan
alat, bahan dan tenaga untuk keperluan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 50

12.2. STANDAR / RUJUKAN

a. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5, 1961)


b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
c. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F)
d. Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)
 SKBI-4.3.53.1987 – Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumbahan dan Gedung.
e. Standar Nasional Indonesia (SNI)
 SNI 03-3233-1998 – Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung.
 SNI 01-2704-1999 – Kayu Lapis Penggunaan Umum, Mutu.

12.3. PROSEDUR UMUM

Contoh Bahan.
1. Contoh bahan harus diserahkan kepada Konsultan MKuntuk disetujui terlebih
dahulu sebelum pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua kayu dan kayu lapis dan papan harus berasal dari pemasok yang dikenal
yang dapat menjamin kualitas dan kadar air yang diminta.

12.4. BAHAN

a. Kayu.
1. Mutu dan Jenis Kayu.
Mutu kayu dan jenis kayu yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini harus dari
kualitas terbaik dan kelas awet II dan kelas kuat II, memenuhi ketentukan PKKI
(NI-5,1961) dan untuk semua jenis pekerjaan kayu halus seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja, dan terdiri dari kayu Meranti Merah untuk lis langit – langit
dan dinding.
Kayu harus bebas dari susu, getah, celah, mata kayu besar yang lepas atau mati,
retakan melingkar dan kantung kulit kayu.
Bahan – bahan yang mengandung mata kayu / buhul mati yang besar dan lepas,
dan yang membusuk atau diserang serangga tidak boleh digunakan.
Kayu yang akan menerima lapisan transparan harus bersih dan berkualitas terbai.
Kayu yang akan diberi cat bukan transparan harus memiliki permukaan yang
sesuai untuk penyelesaian cat berkualitas.

2. Kadar Air.
Kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi Teknis ini, semua kayu untuk pekerjaan
kayu halus harus dalam keadaan kering, di-oven di pabrik, dan ketika
didatangkan ke lokasi kadar air dalam batas – batas 6 – 11%.
Harus diperhatikan agar kadar air dimaksud tidak berubah selama pengangkutan,
penyimpangan, pemasangan.

b. Kayu Lapis.
1. Semua kayu lapis interior untuk penyelesaian transparan harus mempunyai warna
dan serat kayu yang seragam, bebas dari goresan, retakan dan noda – noda dan
kedua permukaannya teramplas rata.
2. Kayu lapis yang telah diawetkan di pabrik, harus memiliki kekuatan rekat yang
tahan terhadap air dan cuaca. Mutu keawetan kayu lapis tidak boleh kurang dari
yang telah ditetapkan. Kayu lapis harus memiliki venir muka dan belakang
berkualitas sama, dari mutu IBB atau IAA standar SNI 01-2704-1999, dan berasal
dari merek dagang yang dikenal baik serta terdiri dari jenis berikut :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 51

- Kayu lapis biasa


- Kayu lapis dari jati (teakwood)
3. Kayu lapis yang terdiri dari pecahan – pecahan atau bahan – bahan sisa pada
bagian tengahnya tidak boleh digunakan.
4. Jumlah minimal lapisan untuk kayu lapis harus terdiri 3 lapis untuk tebal 4 sampai
dengan 6 mm, 4 lapis untuk tebal 9 sampai dengan 15 mm dan 7 lapis untuk tebal
18 sampai dengan 25 mm, sesuai ketentuan SNI 01-2704-1999.
5. Kayu lapis yang akan digunakan harus memiliki ketebalan sesuai petunjuk
Gambar Kerja dan digunakan pada tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.

c. Alat Pengencang.
Semua alat pengencang yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, seperti paku, sekrup,
baut, angkur dan lainnya harus dari baja lapis galban / seng dalam ukuran sesuai
petunjuk Gambar Kerja atau sesuai kebutuhan standar yang berlaku.

d. Laminasi.
Laminasi dengan tebal minimum 0.8 mm dengan proses HPL (High Pressure
Laminated) harus tahap terhadap panas dan memiliki warna serta corak yang akan
ditentukan kemudian, seperti buatan Formica, Resopal, Decoform, Supreme Decoluxe
atau yang setara.

e. Perekat.
Semua lem dan perekat yang digunakan harus dari jenis kedap air, seperti produk
neoprene based / synthetic resin based seperti Fox atau yang setara.

12.5. PELAKSANAAN

a. Ukuran dan Pola.


Kayu harus diselesaikan / diratakan pada empat sisinya. Ukuran kayu harus sesuai
persyaratan PKKI (NI-5, 1996).
Kayu harus dikerjakan sesuai dengan pola / desain yang ditentukan dalam Gambar
Kerja.

b. Pengawetan.
Semua jenis kayu dan kayu lapis yang dipasang tetap dalam bangunan atau struktur
harus sudah diberi bahan pengawet.
Bila kayu yang telah diawetkan dipotong, maka bagian permukaan yang dipotong
tersebut harus diulas dengan bahan pengawet yang sama.

c. Pengerjaan.
Pekerjaan kayu yang telah selesai harus diamplas, bebas dari bekas mesin dan alat,
kikisan, serta kayu yang timbul atau cacat lain di permukaan yang terlihat. Sambungan
harus rapat sedemikian rupa untuk mencegah penyusutan. Sambungan pasak harus
disetel dengan lem dan diberi baji dan untuk pekerjaan interior harus disemat.

d. Lapisan Pelindung.
Penyelesaian untuk semua permukaan kayu harus menggunakan cat duko atau
melamic sesuai ketentuan gambar perencanaan. Lapisan pelindung untuk meja (top
Table/counter top) menggunakan pelapisan dengan HPL (High Pressure Laminated)

e. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Sempurna.


Bila diketahui pekerjaan – pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau bengkok,
atau kelihatan ada cacat – cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus sebelum masa
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 52

pemeliharaan berakhir maka pekerjaan yang cacat tersebut harus dibongkar dan
diganti hingga Konsultan MKmerasa puas dan pekerjaan – pekerjaan lainnya yang
terganggung akibat pembongkaran tersebut harus dibetulkan atas biaya Kontraktor.

f. Susut (Mengkerut).
Persiapan, penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus sedemikian
rupa, hingga susut di bagian mana saja dan ke arah manapun tidak akan mengurangi /
mempengaruhi kekuatan dan bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah jadi. Juga tidak
menyebabkan rusaknya bahan – bahan yang bersentuhan.

g. Pembersihan.
Semua tatal, puntung kayu dan kayu bekas harus dibersihkan secara teratur dan pada
waktu penyelesaian pekerjaan.
Semua bekas yang sudah tidak dapat digunakan lagi dan sampah – sampah harus
disingkirkan dan dimusnahkan.

BAB XIII PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR

13.1. KETERANGAN

Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan seperti ditunjukkan
dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat yang diperlukan.

13.2. BAHAN
a. Water Closet dan Wastafel
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :

1. Water Closet Duduk


Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO type CW 702J/SW784JP
atau American Standard), lengkap dengan stop kran dan peralatan lain.

2. Water Closet Jongkok


Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO type CE 9/TV 150 NWV12
atau American Standard), lengkap dengan stop kran dan peralatan lain.

3. Wastafel
 Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO tipe L
521 V1A, L 830 V3 atau American Standard), lengkap dengan keran, siphon
dan perlengkapan lainnya.
 Westafel Gantung Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO
tipe L 237 V1B atau American Standard), lengkap dengan keran, siphon
dan perlengkapan lainnya.
4. Urinoir setara TOTO Type Moeslem U57M
5. Sekat Urinoir Toto type A 100

Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap dengan keran, siphon
dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.

b. Keran, Floor Drain, Dll

1. Keran air (TOTO type T-23B13V7N dan T30ARQ13N untuk Pantry atau yang
setara)
2. Floor Drain (TOTO type square flange TX 1B)
4. Towel Ring (TOTO Tipe TX 702AES atau setara)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 53

5. Paper Holder (TOTO type A850)


6. Shower Spray (TOTO type TB 19 CS V9N5 atau yang setara)
8. Shop Holder (TOTO type TS 125R atau yang setara)

c. Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan tidak cacat
sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk disetujui oleh Pengawas
bersama dengan Konsultan Perencana.

13.3. PELAKSANAAN

Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh ahli


pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan
hati-hati dan sangat rapi.

a. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak
diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang pertemuan
sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji.
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan sedemikian rupa
sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuat.

b. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus dilaksanakan


sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis 15100.

c. Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak bagian
luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain dalam
Gambar Kerja.
Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada ketinggian sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja.

d. Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa pada meja/kabinter
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

e. Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian depan alat ini
berada 530mm diatas lantai untuk orang dewasa dan 330mm untuk anak-anak, atau
sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

f. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawasan Lapangan.

g. Pemanas air dengan tenaga listrik harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan dari
pabrik pembuatnya, pada tempat-empat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan
pekerjaan elektrikal harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis 16400.

h. Pemasangan alat-alat sanitair lain


Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel harus dipasang sipat datar dan
diskrupkan pada dinding. Barang-barang yang akan dipakai harus tidak bercacat
sedikitpun. Floor drain harus dipasang dengan saringannya, dan dipasang rapih.
Semua sela-sela antara floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2
Ps. Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata dan sebidang
dengan bidang lantai.
Paper holder hanya dipasang pada toilet yang closetnya duduk. Tempat sabun hanya
dipasang pada toilet yang ada bak airnya saja. Tinggi pemasangan pada dinding  100
cm di atas lantai.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 54

BAB XIV PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN INSULASI ATAP

14.1. KETERANGAN
1. Meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan untuk pekerjaan ini.
2. Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan penutup atap, meliputi pemasangan penutup
atap berikut inner lanernya, sesuai yang tertera dalam gambar.
14.2. STANDAR / RUJUKAN
Australian Standard AS 1397 – G550 –AZ 150, AS 3566
Standar Nasional Indonesia (SNI)
 SNI 03-1588-1989
14.3. PROSEDUR UMUM
Contoh Bahan.
Contoh dan brosur bahan – bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus
diserahkan lebih dahulu kepada Konsultan MK untuk diperiksa dan disetujui, sebelum
pengadaan bahan – bahan ke lokasi proyek.
Gambar Detail Pelaksanaan.
Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan kepada
Konsultan MK, Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup ukuran – ukuran, cara
pemasangan dan detail lain yang diperlukan, untuk diperiksa dan disetujui.
Pengiriman dan Penyimpanan.
Bahan – bahan harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam keadaan utuh, baru dan tidak
rusak serta dilengkapi tanda pengenal yang jelas.
Bahan – bahan harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari segala
kerusakan.
14.4. BAHAN - BAHAN
Umum.
Semua bahan – bahan yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis ini harus seluruhnya
dalam keadaan baru berkualitas baik secara telah disetujui Konsultan MK.
Square Ribbed Roof
Penutup atap metal harus terbuat dari bahan alumunium berkualitas tinggi, serta memiliki
karakteristik minimal sebagai berikut :
 Panjang maksimum 1.000 mm.
 Ketebalan 0,47 mm
0
 Konduktivitas termal k = 0,032 W/MK pada suhu 20 C
 Berwarna, sesuai dengan kelas pengecatan AZ 150 (rata-rata minimum 150 g / m2)
 Fire clasification sesuai standar AS 1530, BS 476
2
 Ultimate tensile strenght min. 225 N/mm
2
 Modulus of elasticity 70.000 n/mm
Produk Kalzip tipe tapered seri 65/400 produk Corus atau yang setara serta disetujui
Pengawas Lapangan/MK.
Warna penutup atap metal harus sesuai ketentuan Skema Warna yang diterbitkan
terpisah atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/MK.
Asesoris pelengkap harus terdiri dari ahan yang disyaratkn oleh pabrikan yang terdiri
dari bahan ekstrusi alumunium (concealed extruded), clips, A 6061, A1 M91, Si CU dan
masing – masing terintegrasi satu dengan lainnya.
Rangka Atap.
Rangka atap dari baja (space frame) harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
14.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Umum.
Sebelum pemasangan penutup atap dimulai, semua rangka baja, seperti kuda – kuda,
gording, harus sudah terpasang dengan baik .
Penutup atap alumunium sebelum dibawa ke lapangan, harus terlebih dulu disesuaikan
bentuk serta ukurannya sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.
Jarak antar penutup atap alumunium harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat genteng metal yang digunakan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 55

Pemasangan.
Pemasangan penutup atap metal dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya dengan tetap memperhatikan ketentuan
dalam Gambar Kerja.
Penutup atap metal berikut talang – talang (bila ditunjukkan dalam Gambar Kerja) harus
dipasang dengan baik, dimulai dari bagian tepi bawah menuju ke atas sesuai kemiringan
atap yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Bahan talang harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
Bahan flashing harus memenuhi ketentuan spesifikasi teknis.
14.6. ISOLASI ATAP
14.6.1. STANDAR / RUJUKAN
American Society for Testing and Materials (ASTM)
British Standard (BS)
14.6.2. PROSEDUR UMUM
Contoh Bahan dan Data Teknis.
 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan, data
teknis dan detail pemasangan pekerjaan isolasi kepada Konsultan MK untuk
disetujui.
 Bila bahan – bahan ditentukan dari suatu produk, bahan lain yang setara dan
dikenal dapat digunakan asal produk – produk tersebut memiliki ketebalan yang
sesuai untuk memastikan efisiensi dibandingkan dengan produk yang ditentukan
dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pengiriman dan Penyimpanan.
Bahan isolasi harus dilindungi terhadap pengaruh cuaca selama pelaksanaan dengan
lembaran plastik atau yang setara, sampai penutup atap dipasang.
Ketidaksesuaian.
Konsultan MK berhak menolak setiap pekerjaan yang tidak dilaksanakan sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis ini atau standar pemasangan lain yang berlaku.
Semua biaya tambahan yang diakibatkan karena perbaikan atau penolakan pekerjaan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Sebab penolakan dapat termasuk, tetapi tidak terbatas pada kegagalan Kontraktor
memasang ketebalan minimal yang disyaratkan, atau pemasangan yang tidak sesuai
Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis.
14.6.3. BAHAN - BAHAN
Umum.
Semua bahan isolasi harus baru, bebas dari kerusakan dan dari kualitas terbaik, dari
pabrik pembuat atau pemasok yang dikenal.
Glasswool.
Glasswool harus terdiri dari serat – serat kaca dan thermosetting resin yang antara dan
harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Ringan
0
 Nilai penghantar panas maksimal 0.033 W/mK pada 10 C
3
 Kepadatan minimal 24 kg/m
 Ketebalan 50 mm atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Seperti tipe PW5024 merek Polyfoil, INS-2450 merek Insfoil atau yang setara.
Isolasi Peredam Suara.
Isolasi peredam suara harus dibuat dari bahan rockwool yang diikat dengan phenolic
resin, dan memiliki karakteristik minimal sebagai berikut :
 Ringan
3
 Kepadatan minimal 80 kg/m
 Ketebalan 50 mm atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Seperti MG Felt Tombo atau yang setara.
Alumunium Foil.
Alumunium foil harus memiliki karakteristik sesuai standar pabrik pembuatnya, antara
lain sebagai berikut :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 56


Jenis double sided terdiiri dari 5 (lima) lapis laminasi yang terdiri dari 2 (dua)
lapis alumunium foil, 1 (satu) lapis bitumen adhesive, 1 (satu) lapis kertas kraft
dan 1 (satu) lapis bitumen adhesive yang diperkuat dengan pintalan serat kaca.
 Daya pantul permukaan aluminium 95%.
 Ketahanan terhadap bocor sesuai ASTM D781
2
 Berat nomila 200 gr/m
 Ketebalan nominal 0.21 mm
Seperti Insfoil 920 atau Harvi Foil 314.
Pita Perekat.
Pita perekat untuk alumunium foil harus memiliki karakteristik sesuai standar dari pabrik
pembuatnya, antara lain sebagai berikut :
 Tebal tanpa pelapis 80 mikron
 Tebal dengan pelapis 135 mikron
 Tingkat ketahanan terhadap api memenuhi ketentuan BS 476 part 7 class 1.
Seperti Paratape eks Australia atau PPC No. 403F eks Selandia Baru atau yang setara.
Roofmesh.
Roofmest untuk menopan alumunium foil pada bagian bawah atap bangunan harus dari
jaring kawat baja las lapis seng / galbani celup panas dengan diameter minimal 1.5 mm
yang diproduksi dengan sistem las titik pada setiap titik pertemuannya sehingga
membentuk spasi 75 mm x 75 mm.
14.6.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Umum.
 Semua isolasi bangunan harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan dari pabrik
pembuat dan / atau sesuai Gambar Kerja.
 Isolasi bangunan, antara lain harus dipasang pada tempat – tempat berikut :
 Semua ruang yang dikondisikan dan / atau ruang lain seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan/MK.
 Di bawah penutup atap seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
 Di ruang diesel / unit pembangkit listrik seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Pemasangan.
 Isolasi bangunan harus dipasang lengkap dengan semua penyambung untuk
mencegah ruang – ruang kosong.
 Isolasi di atas langit – langit harus ditempatkan dalam posisi menyilang rangka langit
– langit dengan bagian tepi – tepinya bertumpuk untuk mencegah masuknya panas.
 Kawat lapis seng / galbani diameter 2 mm harus dikaitkan dan ditempatkan secara
diagonal di atas isolasi pada langit – langit dalam modul yang memadai untuk
menjaga isolasi tetap pada tempatnya.
 Isolasi bangunan di bawah penutup atap berupa lembaran alumunium foil yang
ditempatkan di atas roofmesh atau sesuai petunjuk Gambar Kerja. Semua tepi dan
sambungan akhir harus diberi lewatan minimal sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuatnya, dan sambungan tersebut kemudian ditutup dengan pita perekat.
 Isolasi peredam suara untuk ruang diesel / unit pembangkit listrik harus dipasang
sesuai Gambar Detail Pelaksanaan yang telah disetujui dengan tetap mengacu pada
Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 57

D. PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL


BAB I INSTALASI LISTRIK

1.1. PERSYARATAN UMUM

Persyaratan umum dan persyaratan khusus, termasuk instruksi kepada peserta pelelangan,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari isian uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan ini.
Spesifikasi teknik ini menjelaskan tentang uraian dan syarat-syarat dalam hal penyediaan
dan pemasangan semua peralatan serta bekerjanya semua instalasi dan system.

a. Gambar-gambar
1. Gambar-gambar yang termasuk lingkup pekerjaan instalasi listrik (penerangan dan
stop kontak) untuk bangunan ini adalah gambar-gambar dengan nomor kode EE
serta disiplin lain yang disertakan ataupun sebagai gambar informasi.

2. Gambar-gambar dari disiplin lain yang relevan dengan pekerjaan ini seperti
gambar-gambar arsitektur dan struktur, dan lain-lain dalam dokumen tender ini.
Gambar-gambar disiplin lain tersebut diatas adalah untuk membantu Kontraktor
dalam mendapatkan gambar-gambar yang lebih jelas dari setiap jenis bahan dan
pemasangannya, terutama untuk koordinasi pemasangan serta relasi antar
pekerjaan.
Gambar-gambar atau informasi-informasi lain yang diperlukan namun tidak
disertakan dalam dokumen ini, maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk
menanyakan ataupun mencari informasi tersebut untuk kelengkapan dan
kesempurnaan instalasi yang akan dipasangnya.

3. Kontraktor wajib memeriksa design terhadap kemungkinan kesalahan, ketidak


cocokan baik dari segi besar-besaran listrik, fisik maupun pemasangan dan lain-
lain. Hal diatas harus diajukan dalam bentuk tertulis atau gambar pada waktu
penjelasan tender/Aanwijzing.

4. Sebelum pekerjaan selesai seluruhnya ataupun secara bertahap, Pemborong wajib


menyerahkan kepada Direksi Pengawas 6 (enam) set gambar yang disebut “As
Built Drawing” yaitu gambar dari semua material dan instalasi dalam scope ini
yang terpasang, dan disesuaikan dengan plafond bangunan.

b. Standard/aturan
Material ataupun pengerjaan instalasi listrik, dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan pokok yang disebutkan pada :
1. PUIL 2000, SPLN
2. Peraturan Keselamatan Kerja
3. Aturan-aturan lain seperti : NFPA/NEC, VDE/DIN, dan IEC juga menjadi pegangan
sesuai persyaratan instalasi dan kondisi ruangan.

c. Daftar Material
Waktu mengajukan penawaran, Kontraktor harus menyertakan/melampirkan “Daftar
Material” yang lebih terperinci dari semua bahan yang akan dipasang pada proyek ini
dan yang sesuai dengan spesifikasi. Dalam Daftar Material ini harus disebut pabrik,
merk, manufacturer, type, lengkap dengan brosur/ katalog.
Daftar Material yang diajukan pada waktu penawaran ini adalah mengikat
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 58

Apabila tidak menyerahkan daftar material tersebut atau mengajukan yang tidak
lengkap maka hal ini selain mempengaruhi penilaian, juga tidak lepas dari kewajiban
untuk menyesuaikan dengan spesifikasi teknis serta untuk itu Direksi Lapangan dapat
dan akan menentukan sendiri kemudian atas resiko Kontraktor.

1. Nama Pabrik/Merk yang ditentukan


Apabila pada spesfikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/merek dari suatu jenis
bahan, maka Kontraktor wajib menawarkan dan memasang sesuai dengan yang
ditentukan. Apabila pada saat pemasangan bahan/merek tersebut tidak/sukar
diperoleh, maka Direksi Lapangan akan menentukan merek lain dengan spesifikasi
teknik minimal yang sama.

2. Contoh Bahan
 Untuk bahan yang disebutkan di bawah ini, Kontraktor wajib memperlihatkan
contoh bahannya sebelum pemasangan kepada Direksi Lapangan untuk
disetujui.
 Apabila dianggap perlu oleh Direksi Lapangan dan hal ini memungkinkan,
maka Kontraktor wajib memperlihatkan contoh material yang lain apabila
diminta.
 Penolakan atas contoh-contoh tersebut diatas Kontraktor harus mengganti
dan memperlihatkan yang sesuai spesifikasi dan disetujui.
 Kualitas listrik/teknis, merk/pabrik, besar fisik dan kualitas estetika, dari
contoh material/bahan maupun instalasi yang telah disetujui adalah mengikat.
 Pengadaan contoh material adalah menjadi tanggungan dan biaya kontraktor,
contoh bahan harus diserahkan kepada Direksi Lapangan tidak lebih dari 30
(tiga puluh) hari kalender setelah penunjukan.
 Contoh bahan-bahan yang harus diserahkan adalah :
 Untuk instalasi semua panel dan isian panel seperti MCCB, MINI CB,
ELCB
 Kabel-kabel, cable gland, stop kontak, saklar, fixtures, lampu, doos,
conduit dan lain-lain.
 Apabila Kontraktor sudah menentukan suatu merek dan type dan sudah
mengajukan pada waktu penawaran lelang maka berarti material tersebut
dalam kurun waktu selama proyek ini berjalan sudah pasti dapat diperoleh.
Untuk itu perlu pengecekan terlebih dahulu ke pasar/agen oleh Kontraktor.

3. Pemasangan Material dan Schedule


Untuk menjamin material sesuai dengan apa yang ditawarkan dan terhadap
schedulle proyek, maka Direksi Lapangan berhak untuk memeriksa/ mengecek
pemesanan material dengan demikian dapat dicegah keterlambatan karena belum
dipesannya material-material tertentu.

4. Pembebasan terhadap Tuntutan


Untuk segala tuntutan terhadap penggunaan bahan, sistem dan lain-lain yang
menyangkut pekerjaan ini seperti hak patent dan lain-lain, maka Direksi Lapangan
selalu bebas terhadap hal tersebut dan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5. Pas Instalatir
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang mempunyai Pas Instalatir
PLN Kelas B. Khusus untuk Kontraktor yang mempunyai Pas Instalatir PLN dari
luar Sumedang, maka terlebih dahulu harus memintakan izin secara khusus
sebagai tanda lapor ke PLN Sumedang mengenai keinginannya untuk ikut
melaksanakan instalasi listrik Pemilik/Penanggung jawab pas intalatir haruslah
atas nama perusahaan/Kontraktor tersebut serta orang yang disebut pada Pas
Intalatir ini adalah betul-betul nantinya orang yang bertanggung jawab pada
instalasi yang dipasang. Pas instalatir ini serta surat-surat ijin PLN lainnya yang
ada harus disertakan pada waktu penawaran.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 59

6. Klausal yang Disebutkan Kembali


Apabila ada hal-hal yang disebutkan kembali pada bagian/bab/gambar yang lain,
maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain,
tetapi malah untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal yang saling
bertentangan antara gambar atau terhadap spesifikasi teknis, maka yang diambil
sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan/atau yang mempunyai
bobot biaya yang paling tinggi.

7. Konflik Pelaksanaan
Apabila terhadap konflik teknis pengadaan dan pengerjaan dari pada masing-
masing instalasi, ataupun dengan macam instalasi lain yang tidak
digambarkan/diinformasikan pada gambar Tender dan baru muncul pada waktu
pelaksanaan, maka kewajiban Kontraktor untuk mengajukan jalan keluarnya
ataupun mengerjakan jalan keluar yang disarankan oleh Direksi Lapangan. Untuk
hal inilah maka sebelum penjelasan Tender semua gambar, spesifikasi teknis
dengan segala kaitan serta konsekuensinya harus dipelajari dengan teliti.

8. Perbaikan
Semua akibat dari pekerjaan instalasi listrik, berupa kerusakan atau sisa-sisa
harus dirapihkan kembali. Sisa-sisa bahan atau bekas bongkaran harus dibuang
ketempat yang ditentukan oleh Direksi Lapangan.

9. Brosur/Katalog
Untuk semua material yang digunakan maka Kontraktor harus melampirkan
brosur/katalog pada waktu penawaran lelang dan hal ini adalah mengikat. Dalam
brosur itu harus dijelaskan type, rating dari pada bahan tersebut.

10. Shop drawing


Untuk semua macam pekerjaan baik material / komponen maupun pekerjaannya,
kepada maka Kontraktor wajib memasukkan „shop drawing‟ sebelum pemasangan
kepada Direksi Lapangan untukdiperiksa bersama Perencana.
„Shop drawing‟ adalah merupakan penggambaran yang lebih teliti daripada setiap
komponen dan disampaikan sebanyak 3 (tiga) set, kecuali disebutkan lain oleh
Direksi Lapangan.

11. Pengujian
Untuk pekerjaan instalasi ini maka Kontraktor harus melaksanakan :
 Pengetesan terhadap instalasi „Keur‟ (instalasi penerangan dan daya)
Keur ini harus dilakukan sesuai aturan dan prosedur PLN atas biaya
Kontraktor dan hasilnya harus diserahkan ke Direksi Lapangan
 Trial Run dari seluruh instalasi yang terpasang dimana pelaksanaannya
menjadi tanggungan Kontraktor termasuk penyediaan daya listrik dan sarana
peralatan untuk pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan jalan dibebani
(kalau hal ini dimungkinkan) atau dioperasikan.

1.2. PEKERJAAN INSTALASI

a. Lingkup Pekerjaan
Yang diartikan dalam lingkup pekerjaan ini adalah dalam arti yang luas dari pengadaan,
pemasangan, pengujian, percobaan dan pemeliharaan, seluruh sistem instalasi yang
tertulis didalam spesifikasi teknis dan gambar dokumen lelang.
Masuk pula dalam lingkup pekerjaan ini adalah, pengadaan dan pemasangan seluruh
peralatan, serta accessories yang mungkin secara detail tidak tergambarkan/tidak
terspesifikasikan dengan sempurna, namun merupakan komponen dari instalasi ini
sebagai sesuatu sistem, untuk bekerja/ beroperasinya dengan sempurna dan baik.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 60

Paket pekerjaan ini diperinci secara umum meliputi antara lain :


1. Pengadaan dan pemasangan fixtures lampu lengkap berikut accessories (sesuai
gambar) lantai dasar.
2. Pengadaan dan pemasangan saklar dan stop kontak lengkap (kabel-kabel)
accessories terpasang (sesuai gambar) lantai dasar sayap kiri.
3. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak lengkap
accessories terpasang (sesuai gambar) lantai dasar sayap kiri.
4. Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik Ac dan exhaus fan lengkap
accessories terpasang lantai dasar sayap kiri dan kanan
5. Pengadaan dan pemasangan panel penerangan, panel daya, dan sistem
grounding lengkap accessories terpasang MDP-IRJ, SDP-0, SDP-UPS, PP-AC,
dan lain-lain.
6. Pengadaan dan pemasangan sarana penunjang, seperti saklar, conduit, dan alat
bantu accessories lain-lain, untuk bekerjanya/beroperasinya sistem instalasi
penerangan dan daya dengan sempurna dan baik.
7. Melakukan pengujian, trial run dan masa pemeliharaan.
8. KEUR PLN / Pengesahan dari PLN.

b. Panel board
1. Konstruksi
 Semua panel dibuat dalam ukuran modul dari bahan plat besi. Bagian dalam
panel disesuaikan kebutuhan masing-masing seperti tertera pada gambar.
 Semua peralatan diikat/dipasang pada rail di dalam modul panel, yang
disesuaikan dengan kebutuhan jumlah peralatan yang akan dipasang.
 Panel harus memenuhi standard IP.31/IP.40 type Plus Mounting atau Wall
Mounting.

2. Tutup/Cover
 Dinding
Seluruh panel dalam bentuk modul dilengkapi dengan dinding penutup dari
bahan plat besi. Dinding penutup harus dikerjakan dengan baik dan setiap
sudut/siku harus benar-benar 90 derajat.

 Ventilasi
Pada dinding bagian depan/samping kiri kanan harus dilengkapi lubang-
lubang untuk ventilasi
Pada bagian dalam dinding yang diberi lubang ventilasi ini harus diberi lagi
tambahan dinding yan gdiberi lubang punch pada daerah lubang ventilasi.
Hal ini untuk menjaga barang-barang asing masuk atau ditusukkan ke lubang
ventilasi dan langsung menyentuh bagian-bagian yang bertegangan dari
peralatan panel.

 Pintu
Pada bagian depan dari panel disesuaikan dengan gambar, harus ditutup
dengan pintu yang rapi.
Pintu tersebut harus dari pelat besi dengan diberi rangka penguat sedemikian
rupa, sehingga dalam keadaan tertutup ataupun terbuka tetap dapat
dipertahankan bentuk yang kokoh dari pintu tersebut. Rangka khusus untuk
pintu tidak mutlak diharuskan, asal disesuaikan dengan ukuran pintu, maka
pada pinggiran pintu dilakukan penekukan yang memadai.
Kalau panel menggunakan pintu maka semua komponen/aparatus harus
terletak didalam dan ditutup dengan cover plat yang diberi lubang untuk
segel, kecuali lampu indikator pilot lamp harus dapat dibaca sekalipun pintu
dalam keadaan tertutup.

 Engsel dan Kunci


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 61

Engsel harus kuat dan tidak menonjol dan harus diusahakan tersembunyi
serta rapi. Kunci dan handle pintu adalah dari bahan yang diberi lapis
„vernikel‟ dan dilengkapi dengan kunci merek YALE atau setaraf.

 Cat
Panel seluruhnya harus diberi car dasar/primer coat dan diberi pelapis cat
akhir disesuaikan dengan warna box panel dan finish cat bakar.

c. Rel/Busbar
1. Rel harus dari bahan tembaga dengan ukuran sesuai dengan kemampuan arus
150 % dari arus bahan terpasang yang ukurannya disesuaikan dengan dengan
aturan PUIL. Semua rel harus dicat dan dipegang oleh bahan isolator/busbar
support di dalam distribution box.

2. Semua panjang busbar panel minimal sesuai dengan lebar panel


 Terminal dan mur baut
Semua terminal harus diberi lapis tembaga (vertin) dan disekrup dengan
menggunakan mur-baut ring dari bahan tembaga atau mur-baut yang vernikel
(atau stainless) dengan ring tembaga. Ring tersebut haruslah dari jenis yang
bergigi arah dalamnya.

 Pengetanahan/Grounding
Panel harus dilengkapi dengan busbar atau terminal pengetanahan
(grounding) dari bahan tembaga dan diberi cat „kuning-hijau‟ kecuali untuk
tempat-tempat terminal seperti tersebut pada butir diatas. Bagian panel dari
metal harus dihubung secara elektris dengan rel pentanahan dan ditanahkan
melalui elektroda pengetanahan atau cara pengetanahan lainnya.

 Rangka pemegang
Panel harus dilengkapi dengan dudukan baik itu berupa rangka besi atau
dudukan lainnya yang sesuai dan disetujui.

 Peralatan listrik
Semua peralatan listrik di panel harus dari kelas tegangan rendah (rated
voltage) minimal 600 volt, 50 Hz kecuali disebutkan khusus tertentu.
 Moulded Case Circuit Breaker Rated Voltage 500 volt/AC, dilengkapi
dengan magnetic dan terminal tripping device, rated breaking capacity
minimal 10 KA, 50 KA.
 Penggunaan Miniature Circuit Breaker (MCB), dari type yang mempunyai
„instantaneous tripping value‟ sebesar 12 (dua belas) kali arus In (model
G breakers), Rated voltage 380 volt AC, 50 Hz dan rated coil 220 volt AC.
 Peralatan meter dipasang pada panel cabang seperti yang tertera pada
gambar. Meter-meter adalah dari type “Moving Iron Vane Type” khusus
untuk panel dengan scale sircular, flush/semi flush, dalam kotak tahan
getaran, dengan ukuran 96 x 96 mm, dengan skala linier dan ketelitian
1,5 %. Posisi selector switch harus ditandai dengan jelas.
 Setiap panel harus dipasang lampu indikator (untuk setiap phasa R, S,
T).
 Untuk setiap panel harus disediakan MCB/MCCB/ELCB cadangan
sebanyak yang tertera pada gambar dan diberi tanda pengenal.

 Jalan kabel
Untuk panel-panel arah kabel incoming dari bawah dan outgoing arahnya dari
atas. Untuk keluarnya kabel-kabel ini dimana kabel-kabel ini akan langsung
masuk disiapkan lubang serta „compressinable gland‟ untuk setiap
kabel/konduitnya. Kabel dari panel langsung naik ke arah plafond/ceiling.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 62

Jalan incoming feeder/kabel seluruhnya melalui dinding/dibawah lantai dan


dimasukkan kedalam pipa.

 Tanda-tanda / label-label
Untuk setiap CB/switch maka didekatnya secara jelas harus dipasang
tanda/label dimana tertera arah, tujuan keluar atau masuk kabel yang dilayani
oleh CB/switch tersebut. Tanda label ini terbuat dari bahan ebonit hitam
ukuran 60 x 30 x 40 mm atau ukuran lain yang memadai dengan tulisan
berwarna putih yang tertulis secara Punch.

d. Fixture
1. Flourescent Lamp.
 Armature
Dari bahan pelat baja ketebalan minimal 0,7 mm. Zinc-coated white paint
sheet steel.Semua komponen listrik berada di dalam (built in)
Armatur,komponen dan lampunya. Harus diproduksi oleh satu pabrikan
(Complite Set Armatur) dan diyatakan dengan Surat Keaslian Matrial dan
Bergaransi.
Armatur set harus lengkap dengan rangka dudukan/gantungan.
 Type armature
 TL 2 x 36 watt, M6 dilengkapi dengan Louvred miroro reflector of
floresant lighting .Armatur /luminare yang dapat mengontrol cahaya yang
dating dari sumber cahaya dengan bentuk deminsional atau Omni
Directional Luminance Control (3D OLC),dipasang rata plafon
 TL 1 x 36 watt,Revlektor (IP20 claas 1 complise IEC598 end F mark)
 TL 1 x 36 watt,Opal (IP40) dipasang diatas wastafel
 TL 1 x 18 watt,Opal (IP40) dipasang diatas wastafel
 Down Light PLC 18 watt,(IP20,class 1,complice with IEC598
 Lampu/fluorescent Tube
“TL” standard type fluorescent lamp, untuk lampu-lampu seluruh bangunan.
Fluorescent Tube dengan type warna „white‟ atau No. 84 PHILIPS.
 Ballast
Leak proof, temperature kerja rendah, noiseless, ballast dengan rumahan dari
bahan polyster. Rated voltage 220 volt rugi-rugi/losses ballast tidak lebih
besar dari 1 x 36 watt, losses max. 11 watt, 1 x 18 watt loses max. 6 watt dan
TL 1 x 10 watt loses max. 3 watt. Ballast harus dilengkapi dengan Connection
Terminal.

2. Kapasitor
Untuk semua lampu-lampu fluorescent disyaratkan bahwa „power factor‟ harus
mencapai paling kurang 0,85. Cara-cara Power Factor Improvement ataupun
dengan penggunaan kapasitor, rated voltage 220 volt. Sebagai pegangan dapat
disebutkan disini secara kasar sebagai berikut :
1 x 36 watt, kapasitor 5 mikro farad dan 1 x 18 watt, kapasitor 3,5 mikro farad,
menjadi kewajiban Kontraktor/Supplier untuk menambah kapasitas kapasitor
apabila tidak tercapai power factor sebesar 0.85.

3. Lamp Holder dan Sockets


Rating lock lamp holder type, dengan atau tanpa starter socket yang disesuaikan
dengan rumahan yang digunakan.

4. Type Stop Kontak & Saklar


 Stop kontak inbow, satu phasa, 220 v, 50 Hz, 6 A, lengkap box dan
accessories
 Saklar hotel, saklar tunggal dan ganda inbow, 16 A, lengkap box dan
accessories
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 63

 Saklar grup/grid saklar inbow lengkap isian saklar tunggal, 10 A, lengkap box
dan accessories
 Seluruh stop kontak dilengkapi safety plug.

5. Pendukung fixture
Semua fixture disini telah diartikan lengkap dengan penggantung/pengikat lubang
lampu pada plafond yang harus disupply oleh Kontraktor.

e. Instalasi Umum
1. Instalasi umum menggunakan kabel NYM, NYY, NYFGBY, kecuali disebutkan lain
pada spesifikasi ini.
2. Semua kabel yang masuk / keluar panel mulai dari lantai sampai pada ketinggian
fixtures harus dimasukkan kedalam conduit yang sesuai.
3. Konduit/kabel harus diklem dengan rapih pada plafond setiap jarak 1 (satu) meter
kecuali disebutkan lain pada spesifikasi/gambar.
4. Setiap pipa/konduit dan jalan masuk kabel ke panel/terminal box/doos/fixture dan
lain-lain harus dilengkapi dengan „pengakhiran‟ berupa : „cable gland‟ atau
semacamnya untuk mencegah luka pada isolasi kabel sewaktu-waktu
tertarik/ditarik.
5. Ukuran terkecil kabel listrik adalah penampang tembaga 2,5 mm2.
6. Setiap pencabangan atau sambungan instalasi haruslah dipergunakan lasdop atau
cara tutup lainnya, seperti „connection cap‟ sedemikian rupa sehingga aman cara
instalasinya.
7. Untuk suatu instalasi tiga phasa maka didalam cara instalasinya warna-warna fasa
dari kabel haruslah konsisten dari awal.
8. Instalasi penerangan, stop kontak dan saklar
 Didalam bangunan pada umumnya adalah general lighting berupa lampu-
lampu atau armature dipasang recessed mounted pada plafond / ceiling dan
dak beton.
 Stop kontak dan saklar yang akan dipasang adalah type pemasangan masuk
(inbow) kecuali disebut lain.
 Saklar/on-off pada lampu-lampu penerangan dilakukan pada tempat
tersendiri dan dipasang pada ketinggian 120 cm – 150 cm dari permukaan
lantai, khusus untuk daerah lembab harus dari jenis Water Dicht (WD).
 Stop kontak dinding dipasang pada ketinggian 30 cm – 90 cm dari permukaan
lantai.
 Stop kontak di ruang pasien dipasang sesuai dengan tempat tidur pasien.
 Supply listrik untuk penerangan dan stop kontak dilayani secara terpisah dari
sistem daya melalui panel listrik yang segi pelayanannya terbagi dua panel.
 Untuk pencabangan kabel-kabel harus menggunakan Duodoos atau Teedoos
dari bahan metal.

9. Sistem Pengetanahan
 Instalasi sistem pengetanahan dalam paket ini adalah untuk sistem
pengetanahan pengaman yang dihubungkan ke panel
 Elektroda konduktor pengetanahan
 Pipa galvanized diameter 1 inchi dengan copper BSC seperti tertera pada
gambar dan tahanan pengetanahan tidak boleh lebih dari 3 (tiga) ohm.
 Sambungan sekrup/baut, klem
 Kecuali disebutkan lain, semua sambungan harus dengan cara jepitan
dengan baut. Bahan-bahan jepitan / klem / mur-baut harus dari bahan yang
mempunyai konduktivitas arus yang baik dan telah diproses untuk tahan
korosi/oksidasi, tidak akan melar (is not likely to stretch) setelah diberi „cast
bronce‟, brase,‟plain‟ atau melable iron.
 Aturan-aturan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 64

 Bila tidak disebutkan lain pada spesifikasi teknik ini ataupun pada gambar
maka hal-hal khusus lainnya mengenai sistem dan cara pengetanahan harus
dilakukan mengikuti aturan PUIL - 1987, NEC atau NFPA.
 Sistem pengetanahan untuk arus kuat dan lemah harus dipisah.

f. Persyaratan Bahan / Material


1. Umum
 Persyaratan Bahan
Semua material yang disupply dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan
material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis dan tahan
korosif.
Material-material harus dari produk dengan kualitas baik dan merupakan
produksi terbaru.
Untuk material-material yang disebut di bawah ini, maka Pemborong harus
menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan
menunjukkan Surat Order Pengiriman Barang tersebut dari
Dealer/Agen/Pabrik apabila dimungkinkan.
 Komponen panel : MCCB, MCB. ELCB, Contactor, fuse, indikator
 Peralatan lampu : armature, bola lampu, ballast, kapasitor, starter,
reflector dan lain-lain.
 Kabel

 Daftar Material
Untuk semua material yang ditawarkan maka Kontraktor wajib mengisi Daftar
Material yang menyebutkan merk, type dan kelas lengkap dengan brosur /
katalog yang dilampirkan pada waktu lelang.
Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa
barang-barang produk pabrik atau assembling.
Semua pokok-pokok harus diisi terutama merek dan type, apabila ada pokok
dalam tabel ini yang tak dapat atau sulit diisi dapat saja tidak diisi, namun
perlu diketahui bahwa pengisian tabel ini ikut menjadi bahan peninjauan.
Daftar material ini wajib diisi dan disertakan dalam penawaran.

 Penyebutan merek/produk pabrik


Apabila pada spesifikasi teknik ini atau pada gambar, disebutkan beberapa
merek tertentu atau suatu kelas mutu (quantity performance) dari material,
atau komponen tertentu terutama untuk material-material listrik utama, maka
Pemborong wajib mengajukan didalam penawarannya material yang dalam
taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan, terjadi bahwa material yang disebutkan
pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan
oleh suatu alasan tertentu yang sangat kuat dan dapat diterima pemilik,
Direksi Lapangan dan Perencana, maka dapat difikirkan penggantian
merek/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor.

g. Produk pabrik yang disarankan untuk digunakan


1. Kabel : SUPREME, KABELINDO, KABEL
METAL, TRANKA
2. Sepatu kabel, terminal, LABEL kabel : LEGRAND, 3 M, AEG Plug, CABLE
dan lain-lain GLAND
3. MCCB, MCB, ELCB, Contactor : MERLIN GERIN (MG), ABB, GE,
FUSE, INDICATOR KLOCKNER, MULLER, LEGRAND
4. Box Panel, Terminal Box : LOKAL (INDUSTIRA, EGA, DIAN
WAHYU)
5. Fixture Lampu : ARTHOLITE, INTERLITE, LUCOLITE
6. Saklar, Stop Kontak, : MERTEN, CLIPSAL, BERKER
7. Ballast, Kapasitor, Bola Lampu : PHILIPS, GE, SIEMENS
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 65

8. Konduit : CLIPSAL, EGA


9. Doos, Elbow : EGA, LEGRAND
10. Klem dan lain-lain : LOKAL
11. Accessories dan lain-lain : LOKAL

BAB II INSTALASI FIRE PROTECTION

2.1. PEKERJAAN INSTALASI FIRE PROTECTION

a. Pekerjaan System :

System deteksi kebakaran dan system alarm pada ruangan-ruangan dikontrol oleh
FACP, yang pada prinsipnya apabila terjadi kebakaran akan dideteksi oleh detektor-
detektor dimana dalam hal ini menggunakan „heat detector‟ Ret of Rice Detector dan
Smoke Detector yang terdiri dari zone-zone dan dikontrol oleh FACP.

b. Standar / Rujukan

□ National Fire Protection Association (NFPA)


□ National Electrical Manufactures Association (NEMA)
□ Spesifikasi Teknis 16400 – Distribusi Tegangan Rendah

c. Lingkup Pekerjaan :

1. Pengadaan dan pemasangan :


o Cable Terminal Box (CTB) serta instalasi pengabelan dari CTB ke detektor,
dan seluruh peralatan penunjang/aksesoris untuk seluruh peralatan.

2. Kontraktor wajib melampirkan brosur dari setiap material yang akan dipasang dan
memberikan contoh material untuk disetujui oleh pihak Pengawas
Lapangan/Manajemen Konstruksi dan atau oleh Konsultan Perencana.

3. Merek yang dipakai : Simplex, Honey Well, Cubb, Notifire atau yang setara.

2.2. INSTALASI PENGABELAN

a. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan untuk


disetujui Pengawas Lapangan. Semua Gambar Detail Pelaksanaan harus segera
diserahkan sebelum pengadaan bahan agar diperoleh waktu yang cukup untuk
memeriksa. Semua Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan harus berisi semua
informasi yang mendetail dan dibutuhkan.

b. Bila terdapat perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan lainnya atau Gambar
Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus menyampaikan hal ini kepada
Pengawas Lapangan untuk pemecahannya.

c. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan lokasi bahan dan peralatan, jalur kabel dan
sambungan. Gambar Kerja ini harus diikuti se-seksama mungkin. Dalam menyiapkan
Gambar Detail Pelaksanaan, Gambar Arsitektural, Struktural dan gambar lain yang
berhubungan, serta semua elemen harus diperiksa dimensi dan ruang bebasnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 66

d. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan Kontraktor lain
yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk memastikan bahwa semua
peralatan dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan.

e. Kabel dari CTB ke sirkuit detektor menggunakan kabel PVC dengan inti penampang
tembaga 1,5 mm2.

f. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel kalau tidak dilakukan pada terminal box
atau panel.
g. Dimana diperlukan pemasangan flexible conduit, maka haruslah dipasang sekalipun
tidak disebutkan dalam gambar.

2.3. CABLE TERMINAL BOX (CTB)

a. CTB harus terbuat dari bahan besi plat dengan tebal minimum 1,5 mm yang dilengkapi
dengan pintu dan kunci.
b. Semua hubungan dibuat dengan sistem screw connection.
c. Panel.
Panel harus memiliki kapasitas untuk mengakomodasikan modul panel kontrol, modul
masukan dan keluaran, modul sumber daya dan peralatan penting lainnya untuk
melengkapi sistem tanda kebakaran dengan jumlah zona sesuai ketentuan Gambar
Kerja.
d. Sistem.
Sistem akan meliputi, tetapi tidak terbatas pada peralatan berikut :
 Lampu uji di bagian dalam
 Suplai AC atau DC tambahan
 Tanda peringatan dan tanda bahaya tambahan

e. Panel Kontrol.
Panel kontrol pusat harus terdiri dari modul – modul komponen sepraktis mungkin.
Modul panel harus dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
 2 (dua) buah kawat rangkaian penggerak sinyal
 Panel pengamat / annunciator panel, lampu sinyal dan bel peringatan. Sebagai
pemberitahuan, bila lampu sinyal tidak berkedip, bel peringatan akan berhenti.
Buatan Gent, Nohmi, Simplex, Notifire.

2.4. PERSYARATAN BAHAN INSTALASI FIRE PROTECTION

a. Alat Pendeteksi.
 Umum.
Alat pendeteksi panas untuk bangunan akan beroperasi pada temperatur 4.20C
sampai 450C.
Alat pendeteksi harus dari tipe dua ruangan yang dapat beradaptasi pada berbagai
temperatur, kelembaban dan faktor lainnya. Kepekaan alat pendeteksi harus dapat
diatur.
Setiap alat pendeteksi harus berisi indikator visual integral yang menunjukkan
kondisi siap siaga.
Alat atau peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian, penyetelan dan kalibrasi
harus disediakan oleh Kontraktor.

 Alat Pendeteksi Panas.


Alat pendeteksi panas harus terdiri dari tipe – tipe tersebut :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 67

Tipe rate of rise. Alat ini didesain untuk mendeteksi kenaikan temperatur yang
cepat atau tidak normal.
Tipe fixed temperature
Alat ini akan bekerja bila temperatur udara dalam ruang mencapai angka tertinggi
yang telah ditentukan.

 Alat Pendeteksi Asap.


Alat pendeteksi asap harus terdiri dari tipe photoelectric yang dapat bekerja pada
temperatur operasional dari 00C sampai dengan 500C, dilengkapi lampu indikator
yang akan menyala berkedip pada saat normal dan menyala terus pada saat
kondisi peringatan.

b. Manual Alarm Station.


Manual alarm station harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Manual alarm station harus memiliki 2 (dua) jenis pengoperasian yang terdiri
dari tombol tekan dan tangkai penarik.
 Tombol tekan akan dioperasikan lebih dahulu untuk dapat menuju tangkai
penarik yang dikunci pada posisinya ketika saklar dibebaskan, untuk
mengaktifkan arus tanda bahaya.
 Pengujian perlengkapan harus termasuk pengujian arus tiap zona.

c. Bel Peringatan Alarm Bell.


Bel peringatan harus diadakan untuk menghasilkan tanda bahaya yang dapat
didengar. Bel harus dari baja berkualitas dan dengan lapisan cat warna merah.

2.5. PERSYARATAN BAHAN INSTALASI FIRE PROTECTION

a. Semua bahan harus factory product


b. Semua bahan harus dijamin oleh agen/pabrik dari segi kualitasnya.
c. Semua bahan harus baru. Yang dimaksud dengan bahan dalam hal ini adalah semua
bahan/material yang tertera dalam uraian pekerjaan, persyaratan, persyaratan
pelaksanaan/gambar.
d. Semua system harus mendapat pengesahan dari DEPNAKER.
e. Kontraktor/sub memberikan pelatian/training kepada pihak rumah sakit mengenai
system operasional dan maintenen dari alat yang dipasang.
f. Semua bahan yang didatangkan harus dalam kondisi baik, baru, bebas dari segala
cacat, dan harus dilengkapi dengan label, data teknis dan data lainnya yang diperlukan.
g. Semua bahan harus tetap berada dalam kemasan masing – masing dan harus
dibebaskan dari kerusakan dan kelembaban.

2.6. PEMASANGAN.

a. Sistem tanda kebakaran harus memberikan pendeteksian api secara otomatis pada
setiap bagian bangunan. Rangkaian penggerak sinyal terdiri dari 2 (dua) buah kawat
yang dihubungkan dengan akhir jalur resistor.
b. Alat pendeteksi panas pada umumnya harus dari jenis pemasangan di langit – langit
dengan sinyal berkedip yang dihubungkan ke panel kontrol yang ditempatkan pada
tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja.
c. Panel kontrol harus dapat diperluas / ditambah sehingga mampu menampung
perlengkapan sinyal pendeteksi api pada tempat – tempat yang ditentukan. Persyaratan
ini harus dikoordinasikan dengan Konsultan MKsebelum pengadaan peralatan. Sumber
daya dan / atau tegangan kerja ke panel kontrol adalah 220V/50Hz/1fase.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 68

d. Tanda peringatan untuk mengosongkan ruangan / bangunan harus tanda peringatan


yang dapat didengar yang disetujui Konsultan MKdan dipasang pada tempat – tempat
sesuai petunjuk Gambar Kerja.

BAB III INSTALASI TATA SUARA (SOUND SYSTEM)

3.1. PENJELASAN LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja dan lain-
lain untuk pemasangan, pengetesan, commisioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk
seluruh sistem tata suara seperti dipersyaratkan didalam buku ini dan seperti ditunjukkan
didalam Gambar Perencanaan kecuali peralatan utama tidak masuk lingkup pekerjaan.
Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan
dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci didalam buku ini tetapi
dianggap perlu untuk kesempurnaan fungsi dan operasional sistem tata suara.

3.2. STANDAR / RUJUKAN

o Japanase Industrial Standard (JIS).


o Standar Industri Indonesia (SII).
o Spesifikasi teknis Sistem Elektrikal.

3.3. ITEM-ITEM PEKERJAAN YANG HARUS DILAKSANAKAN

a. PROSEDUR UMUM

1. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.


o Sebelum diadakan/didatangkan ke lokasi, contoh dan/atau brosur/data teknis
bahan/barang/peralatan untuk pekerjaan ini harus diajukan terlebih dahulu
kepada Konsultan MK/ Menejemen Kontruksi untuk disetujui.
o Kontraktor harus membuat daftar yang lengkap untuk bahan, barang, dan
peralatan yang akan digunakan, dan menyerahkannya kepada Konsultan
MK/ Menejemen Kontruksi untuk mendapat persetujuan dengan dilampiri
brosur-brosur yang lengkap dengan data teknis serta performance dari
peralatan.
o Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan Surat Keterangan Keaslian Barang (Letter of Origin) dari pabrik
pembuatnya (Manufacturer) atau agen utamanya (Authorized Dealer/Agent).

2. Gambar Detail Pelaksanaan.


o Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan
sistem elektrikal kepada Konsultan MKuntuk disetujui.
o Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan
agar diperoleh cukup waktu untuk pemeriksaan dan tidak ada tambahan
waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini.
o Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang
diperlukan. Mencakup data berikut :
 Nama komponen perangkat tata suara
 Jumlah unit
 Tata letak / susunan peralatan tata suara
 Dimensi
 Detail pemasangan dan Detail lain yang diperlukan
o Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja
yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 69

harus melaporkannya kepada Konsultan MKuntuk dicarikan jalan


keluarnya.
o Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukan tata letak bahan dan peralatan,
jalur kabel dan sambungan-sambungan.
 Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seksama.
 Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang
gerak yang digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan
Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus diperiksa.
o Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan
Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk
memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang
telah ditentukan.

3. Pengiriman dan Penyimpanan.


o Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik,
baru, bebas dari segala cacat dan dilengkapi dengan label, data teknis dan
data lain yang diperlukan.
o Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan surat jaminan keaslian barang (Letter of Origin) dan mempunyai
jaminan serta garansi (Warranty).
o Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada
tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.

4. Ketidaksesuaian.
o Pengawas Lapangan berhak menolak semua bahan yang didatangkan atau
dipasang yang tidak memenuhi ketentuan dalam Gambar Kerja dan / atau
Spesifikasi Teknis.
o Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan
yang tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
o Bila bahan-bahan yang akan didatangkan ternyata menyimpang atau
berbeda dengan yang ditentukan, Kontraktor harus terlebih dahulu
membuat pernyataan tertulis yang menjelaskan usulan penggantian,
dengan maksud bila diterima, akan segera diadakan penyesuaian. Bila
Kontraktor mengabaikan hal di atas, Kontraktor bertanggung jawab
melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Kerja.

b. BAHAN - BAHAN

1. Umum.
o Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan surat keterangan keaslian barang (Letter of Origin) dari pabrik
pembuat atau agen utamanya.
o Semua perangkat sistem tata suara harus dalam keadaan baru, dilengkapi
sertifikat lulus uji pabrik dan petunjuk pemasangan serta penggunaan dari
pabrik pembuatnya.
o Semua perangkat sistem tata suara adalah dari merek TOA, PHILIPS atau
yang setara.
o Semua perangkat sistem tatasuara harus dilengkapi dengan data-data
berikut :

 Merek dan nama pabrik


 Tipe
 Tegangan kerja dan frekuensi
 Konsumsi daya
 Impedansi
 Tanggapan Frekuensi
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 70

 Dimensi
 Dan data lainnya yang diperlukan.

2. Sistem tata suara „Public Address System‟ yaitu untuk tata suara publik, area
sistem tata suara ini terdiri dari :

 Horn Speaker harus memiliki kapasitas 15 watt seperti merk TOA atau yang setara.

 Instalasi
Yang termasuk ke dalam pekerjaan instalasi meliputi pekerjaan terminal box tata
suara, wiring tata suara lengkap dengan konduitnya, attenuator serta kelengkapan
lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan kerja sistem tata suara.

 Ceiling speaker
Yang termasuk ke dalam pekerjaan ini meliputi speaker lengkap dengan matching
transformer grille dan kelengkapan-kelengkapan lainnya sesuai merek terpilih.
 Merek yang dipakai : National, TOA, Philips.
 Kontraktor/sub berkewajiban memberikan pelatian/training kepada pihak rumah
sakit mengenai system operasional dan maintenen dari alat yang dipasang.

3.4. TUJUAN PENGGUNAAN


Main equipment dari sistem tata suara ini adalah menggunakan main equipment eksisting
a. Sistem Tata Suara “Public Addres System”
 Sistem tata suara ini digunakan untuk semua area yaitu :
 Back Ground Music
 Paging and Messaging
 Emergency Call
 Pemasangan sistem tata suara untuk area ini diatur sedemikian rupa, sehingga
mempunyai urutan prioritas seperti tersebut di bawah ini :
 Paging and Messaging
 Emergency Call
 Back Ground Music
 Dalam kondisi biasa, sistem tata suara digunakan sebagai back ground musik yang
dilayani dari ruang kontrol.
 Tidak semuanya speaker digunakan untuk sarana penunjang ketiga tujuan seperti
tersebut diatas. Ada speaker hanya untuk tujuan back ground musik dan ada
speaker untuk tujuan ketiga-tiganya.
 Untuk ruang-ruang yang dilengkapi dengan speaker untuk tujuan emergency call.
 Pengaturan tingkat kuat suara dilakukan secara bertingkat dengan menggunakan
variable resistance device.

3.5. KEMAMPUAN OPERASI

a. Public Address System


Pemasangan/pengaturan sistem tata suara public address system sedemikian rupa
sehingga mampu dioperasikan sebagai berikut :
 Untuk keperluan paging dan messaging dan untuk keperluan tertentu lainnya harus
dapat dilakukan secara remote dari bagian penerangan/information, yaitu :
 menghidupkan sistem tata suara jika saat itu sedang di‟mati‟-kan
 menghentian back ground music yang sedang berlangsung
 meng‟hidup‟-kan speaker yang di‟mati‟-kan dari pengatur tingkat kuat suara di
setiap ruangan yang dilengkapi dengan sistem tata suara
 mengambil alih fungsi seluruh speaker yang terpasang di dalam bangunan
untuk keperluan paging dan messaging difungsikan sebagai sarana back
ground music
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 71

 mengembalikan fungsi sistem tata suara ke keadaan semula, yaitu sebelum


dioperasikan untuk paging dan messaging atau emergency call.

 Untuk paging dan messaging tingkat kuat suara disetiap speaker sama dan tidak
dipengaruhi oleh posisi pengatur tingkat kuat suara yang dipasang disetiap
ruangan. Tingkat kuat suara untuk paging dan messaging dapat diset secara
terpusat dari sentral sistem tata suara.

 Hal-hal tersebut diatas berlaku pula untuk keperluan emergency call yang dilakukan
dari Sentral Sistem Pengindera Kebakaran.

 Nada-nada yang mengawali paging dan messaging serta emergency call harus
mempunyai nada-nada yang cukup spesifik (berbeda dengan sumber audio
lainnya).

 Back ground music dapat diprogram untuk cassete deck, compact disc atau radio
tuner.

3.6. PERSYARATAN TEKNIS SPEAKER

a. Ceiling Speaker
 Ceilling speaker dan matching transformer ditempatkan didalam suatu box speaker
dipasang recessed ceilling pada plafond dan difinish dengan speaker grille. Bentuk
dan warna ditentukan kemudian oleh Perencana interior.
 Data Teknis
 Rated power : 3/6 watt dan 90 watt
 Impedansi input : 3,3 k ohm
 Frequency response : 100 - 16.000 Hz
 SPL minimum (1m,1W) : 90 dB
 Sisi primer matching transformer mempunyai 3 (tiga) buah tap untuk 100, 70 dan 50
volt.

3.7. PERSYARATAN TEKNIS ATTENTUATOR (PENGATUR PENGUAT SUARA)

a. Attentuator dengan transformer, flush mounting mempunyai On-Off plate berbentuk segi
empat yang warnanya ditentukan kemudian oleh Perencana Interior.

b. Data Teknis
 Rated Voltage : 100 volt (minimum)
 Rated power : 1,6 beban speaker dilayani (minimum)
 Ketinggian pemasangan 1,25 m dari lantai, tetapi jika pada ketinggian tersebut ada
jendela, maka ketinggian 0,70 m dari lantai disesuaikan dengan keadaan dimana
attentuator tersebut akan ditempatkan.

3.8. INSTALASI

 Spesifikasi seluruh instalasi sistem tata suara untuk bangunan ini menggunakan kabel
yang mempunyai tegangan kerja 500 volt.
 Kabel instalasi untuk ke speaker dipergunakan kabel jenis „PVC insulated‟ dengan
jumlah inti dan luas penampang kabel seperti tercantum dalam Gambar Perencanaan.
 Kabel yang digunakan untuk attentuator dimasukkan dalam conduit atau sparing dan
setiap pipa hanya boleh diisi dengan satu pasang kabel.
 Jika pemasangan kabel ini pararel dengan kabel daya listrik, maka harus mempunyai
jarak minimum 30 cm.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 72

 Pada dasarnya pipa untuk kabel sistem tata suara dipasang pada rak kabel atau ditanam
di dalam dinding.
 Sistem tata suara di dalam Gambar Perencanaan tidak mengikat dan penambahan alat
diperbolehkan.
 Penambahan alat harus disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang ada pada
setiap produk yang dipilih, sehingga pengoperasian dari sistem tata suara tersebut tetap
berada pada kemampuan puncak.
 Kontraktor tata suara berkewajiban mencek dan menyesuaikan kabel instalasi agar
berfungsi dan bekerja dengan baik dan sesuai dengan persyaratan teknis dan
rekomendasi dari produk sistem tata suara yang terpilih.
 Pipa instalasi tata suara harus dibedakan dengan pipa-pipa untuk keperluan utilitas
lainnya.
 Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti conduit, sparing, rak kabel dan
lain-lain sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi sistem daya listrik dan
penerangan.
 Terminal box sistem tata suara :
 Terminal box terbuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 2 mm. Konstruksi
las, dicat dengan meni tahan karat dan cat finish dengan warna yang akan
ditentukan oleh Perencana Interior.
 Kapasitas terminal box disesuaikan dengan Gambar Perencanaan.
 Terminal box dipasang flush mounting pada dinding
 Terminal box dilengkapi dengan pintu, kunci dan handle
 Penyambungan kabel instalasi sistem tata suara didalam terminal box dilakukan
dengan menggunakan terminal penyambungan dari jenis „screw type‟.

3.9. KABEL INSTALASI

 Kabel yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN atau standard-
standard lain yang dilakukan di negara RI serta mendapat rekomendasi dari konsultan
pengawas.
 Kabel harus dipasang dalam konduit atau rak kabel sesuai ketentuan dalam Spesifikasi
Teknis.
 Pengkabelan untuk mikrofon, pembumian, pengeras suara dan kabel daya harus
dipisahkan satu sama lain dengan isolasi dan pelindung metal.
 Pelindung harus diterminasi hanya pada salah satu ujungnya.
 Ukuran luas penampang dan jumlah inti kabel yang digunakan minimal harus sesuai
dengan Gambar Perencanaan.
 Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merek, jenis, ukuran luas
penampang, rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.
 Kabel instalasi sistem tata suara menggunakan kabel PVC jenis NYMHY (500 volt).
 Kabel instalasi sistem tata suara dipasang didalam pipa sparing/conduit yang diklem
pada rak kabel atau ditanam didalam dinding.
 Pipa-pipa pelindung kabel instalasi sistem tata suara harus dibedakan dari pipa-pipa
pelindung kabel untuk keperluan instalasi yang lain dengan cara menandai dengan cat
finish berwarna abu-abu.
 Pada ujung setiap kabel harus diberi kabel/sling-plate yang terbuat dari plat alumunium
mengenai nama kelompok speaker yang dilayaninya.
 Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti conduit, sparing, rak kabel dan
lain-lain sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi sistem distribusi listrik dan
penerangan.

3.10. PENGUJIAN DAN UJI PENAMPILAN


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 73

 Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu
oleh Konsultan MKuntuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat berfungsi dengan
baik dan memenuhi semua persyaratan dan seluruh peralatan harus lulus uji fungsional.
 Kontraktor harus menyediakan peralatan dan fasilitas untuk pengukuran, pengujian dan
uji penampilan.
 Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh Pengawas
Lapangan/Manajemen Konstruksi.
 Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah diinstalasikan harus lulus uji kesinambungan.
 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas Lapangan,
buku asli pengoperasian / pemeliharaan peralatan berikut salinannya dalam jumlah
tertentu, sesuai persyaratan kontrak.
 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas Lapangan,
Surat Jaminan (Warranty) atas produk sistem tata suara, dengan jangka waktu masa
garansi sesuai standar dari pabrik pembuat.

3.11. UJI PENERIMAAN

Setelah pemasangan selesai, Kontraktor harus mengadakan uji penerimaan / acceptance


test, dengan prosedur pengujian yang disetujui, untuk menunjukkan bahwa semua perangkat
bekerja dan beroperasi dengan baik sesuai ketentuan.
Uji penerimaan akan meliputi memperoleh dan menerima berita pada stasiun tertentu, pada
tingkat volume yang baik, tanpa campuran suara dari sumber lain atau unit lain.

3.12. TRAINING (PELATIHAN)

Kontraktor diwajibkan mengadakan Training atau Pelatihan kepada bagian operasional


Gedung atau yang ditunjuk Pemilik sampai mampu mengoperasikan peralatan Tata Suara.

3.13. PEMELIHARAAN DAN PENGOPERASIAN PERALATAN


Masa pemeliharaan pekerjaan sistem tata suara sesuai persyaratan dalam kontrak
diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan serta kekurangan-kekurangan.

BAB IV INSTALASI TELEPON

4.1. PENJELASAN LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini, meliputi pengadaan dan penginstalasian sistem telepon dan MDF
utama sampai dengan MDF pada bangunan Gedung IRJ dan semua material, peralatan,
tenaga kerja, dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh sistem telepon seperti disyaratkan dalam buku
ini dan seperti ditunjukkan didalam Gambar Perencanaan.

Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan
dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci didalam buku ini tapi
dianggap perlu untuk kesempurnaan fungsi dan operasional sistem telepon. Lingkup
pekerjaan tersebut al :
o Penarikan kabel dari PABX sentral.
o Kotak distribusi utama dan kotak terminal.
o Kabel telepon termasuk konduit.
o Stop kontak telepon.
o Pesawat telepon.
o Pengujian seluruh sistem komunikasi.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 74

4.2. STANDAR / RUJUKAN

 Standar PT Telkom.
 Standar Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia (SNI).
 Verband Deutscheur Electrochniker (VDE).

4.3. SISTEM INSTALASI DAN PERALATAN

 Dari PABX dihubungkan ke Hibrid Key Telephone (eksisting).


 Dari Hibrid Key Telephone ke MDF (tiap lantai) untuk kemmudian dihubunngkan
langsung ke Terminal Box.
 Kabel telphone langsung dihubungkan ke Outlet Socket pada Terminal Box.

4.4. TERMINAL BOX TELEPON

 Terminal box telepon terbuat dari plat baja dengan ketebalan minimal 2 mm. Konstruksi
las, dicat dengan meni tahan karat dan dicat finish dengan warna yang akan ditentukan
kemudian oleh Perencana Interior.
 Kapasitas terminal box disesuaikan dengan Gambar Perencanaan.
 Terminal box telepon dipasang flush mounting pada dinding.
 Terminal box telepon dilengkapi dengan pintu, kunci dan handle.
 Penyambungan kabel instalasi telepon didalam terminal box dilakukan dengan
menggunakan penyambungan jenis „sambungan jepit‟.

4.5. KABEL INSTALASI

 Kabel instalasi telepon menggunakan kabel PVC berukuran 3x0,6 mm2 (STEEL-K-008
dan STEEL-K-002).
 Kabel instalasi dipasang didalam sparing / conduit yang diklam pada rak kabel atau
ditanam didalam dinding.
 Konduktor kabel instalasi telepon mempunyai inti solid yang terbuat dari bahan tembaga.
 Pipa-pipa pelindung kabel instalasi telepon harus dibedakan dari pipa-pipa pelindung
kabel untuk keperluan instalasi yang lain dengan cara menandai dengan cat finish
berwarna hijau.
 Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti conduit, sparing, rak kabel dan
lain-lain sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi sistem catu daya listrik dan
penerangan.

4.6. OUTLET TELEPON


 Outlet telepon dipasang pada :
 dinding dengan ketinggian pemasangan 90 cm dari permukaan lantai
 Outlet telepon harus dibedakan dari outlet daya dan outlet data komputer.
 Outlet telepon dipasang pada dinding dengan menggunakan square metal box.
 Pemasangan outlet telepon harus diperkuat sehingga tidak mudah lepas oleh gangguan-
gangguan mekanis. Sedangkan cara pemasangan disesuaikan dengan rekomendasi dari
produk yang terpilih.

4.7. PESAWAT TELEPON

 Pesawat telepon cabang berupa telepon meja dengan tipe „push button dialler‟.
 Pesawat-pesawat yang digunakan adalah :
 Pesawat untuk operator
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 75

 push button dialler


 dilengkapi display
 kelengkapan-kelengkapannya sesuai merek PABX terpilih
 feature yang dimiliki sesuai dengan rekomendasi merek terpilih
 dipasang di operator telepon
 Pesawat telepon lainnya mengikuti ketentuan
Tipe push button dialler diletakkan di meja untuk ruangan dengan kelengkapan :
 push button dialler
 hand-set
 display indikator pesawat pemanggil
 feature yang dimiliki sesuai dengan rekomendasi merk terpilih
 dipasang di meja atau sesuai gambar perencanaan
 Pesawat ini mempunyai fasilitas untuk berhubungan dengan pesawat cabang lain
secara langsung, sedangkan keluar harus dengan operator (beberapa pesawat
tertentu dapat diprogram untuk berhubungan keluar)sesuai permintaan pemberi
tugas.
 Merek yang dipakai : setara SIEMENS atau Panasonok atau sesuai dengan merk
PABX yang dipakai.

 KOTAK DISTRIBUSI UTAMA (Main Distribution Frame – MDF).

Kotak distribusi utama harus dari tipe pemasangan di luar atau dalam gedung
dengan kapasitas sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dan harus memiliki
karakteristik minimal sebagai berikut :
 Rumah dibuat dari reinforced polyester,
 Dilengkapi dengan pintu yang dapat dilepas untuk terminasi kabel.
 Dilengkapi dengan ventilasi pada bagian atas dan bawah untuk sirkulasi
udara dan mencegah kelembaban,

 Kotak Terminal.
Kotak terminal dengan tipe dan kapasitas sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja,
harus memiliki karakteristik minimal sebagai berikut:
 Dapat dipasang di dinding,
 Mudah di pasang,
 Ringan dan Kuat,
 Kotak dibuat dari resin daur ulang,
 Bagian metal dibuat dari bahan baja anti karat AISI 304,
 Dapat dibuka sampai 90°,
 Tahan terhadap UV dengan proteksi indeks IP 53/54,
 Dapat dikunsi,
 Disetujui oleh Telkom,

 Konduit.
Pipa conduit untuk kabel telepon harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis 16400.
Diameter pipa conduit harus sesuai dengan ketentuan dalam Gambar Kerja atau
disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan ditempatkan didalamnya.

 Overvoltage Arresters
Kecuali ditentukan lain, overvoltage arrester untuk system komunikasi harus
diadakan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.

 Pelaksanaan Pekerjaan

A. Umum.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 76

1. Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang dengan Kontraktor lain untuk


memastikan semua peralatan dan perlengkapannya dapat dipasang pada
tempat yang telah ditentukan.
2. Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang dinilai tidak
sesuai oleh Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
3. Kontraktor secara teratus harus membuang kotoran dan bahan tak terpakai
agar dapat bekerja dengan aman.
4. Kontraktor harus menyediakan semua alat kerja, peralatan pemasangan,
peralatan pengujian dan melaksanakan pengujian serta mencatatnya.

B. Pemasangan

1. Unit kotak distribusi utam a(MDF) unit dipasang pada ruang panel listrik arus
lemah seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2. Setiap kotak terminal harus memiliki cadangan sekurang-kurangnya 20%.
3. Kabel yang akan ditanam di dalam bagian bangunan (di lantai atau di
dinding) harus ditempatkan di dalam konduit jenis High Impact.
4. Untuk ruangan tanpa langit-langit, kabel harus ditempatkan di dalam konduit
atau rak kabel dan diklem ke beton pelat pada setiap jarak 100cm.
5. Seluruh kabel harus diberi tanda dengan tanda kabel.
6. Soket telepon dan data harus ditempatkan pada lokasi yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk dari Pengawas Lapangan.
7. Kabel dengan 5 (lima) warna yang berbeda (misalnya kuning/putih,
putih/hitam, putih/hijau, putih/merah, putih/biru) harus digunakan untuk kode
warna pekerjaan marshalling.
8. UTP Category 5 harus digunakan dan dipasang pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam gambar Kerja, dengan tetap memperhatikan batasan jarak
yang diisyaratkan. Total panjang satu segmen dibatasi sampai 90meter.
9. Kontraktor harus menyiapkan diagram pemasangan kotak terminal.
10. Semua kabel komunikasi harus ditempatkan di dalam konduit jenis high
impact.
11. Tinggi maksimal pemasangan kotak terminal sambung ± 160 cm dan tinggi
minimal ± 40 cm.

BAB V INSTALASI PLUMBING, AIR BERSIH DAN AIR KOTOR

5.1. PENJELASAN LINGKUP PEKERJAAN

Yang termasuk lingkup pekerjaan pada paket ini adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi sistem air bersih berikut pemipaan sampai ke
setiap fixture pengeluaran dan faucet.
b. Pengadaan dan pemasangan pemipaan air kotor, pipa vent, floor drain, air bekas,
sistem drain, grease trap dan bak penampungan / sump pit sampai ke setiap fixtures
pengeluaran.
d. Mengadakan testing commissioning untuk seluruh pekerjaan hingga dapat berfungsi
dengan baik dan memenuhi standard/persyaratan yang telah ditentukan dalam
spesifikasi teknis.

5.2. PENJELASAN PERSYARATAN TEKNIS UMUM

a. Waktu pelaksanaan
Lamanya waktu pelaksanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan disesuaikan
dengan jadwal yang telah ditentukan/mengikuti jadwal bangunan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 77

b. Material
Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru bebas
dari cacat defective material, improver material dan menjamin terhadap kualitas atau
mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti.
Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi tanggungan
Kontraktor.

c. Gambar-gambar dan Spesifikasi


Gambar-gambar dan spesifikasi ini harus merupakan suatu kesatuan. Apabila ada
sesuatu bagian pekerjaan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat
bekerja dengan baik, dan tidak dinyatakan dalam gambar perencanaan atau spesifikasi.
Maka Kontraktor harus tetap melaksanakannya tanpa ada biaya tambahan.

d. Gambar Perencanaan
Walaupun didalam gambar perencanaan atau spesifikasi tidak tercantum semua pipa-
pipa, fitting-fitting, katup-katup dan fixtures secara terperinci, tetapi bagian-bagian
tersebut merupakan suatu kelengkapan sistem, maka kewajiban Kontraktor untuk
memasang hal tersebut agar sistem beroperasi dengan baik dan sempurna.

e. Gambar-gambar Kerja
Gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di lapangan (site), termasuk
perubahan-perubahan atau usulan-usulan dan lain sebagainya.

f. Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus membuat gambar instalasi (Shop Drawing) sebanyak 3 (tiga) rangkap
untuk disetujui oleh Direksi Lapangan, dan harus menyerahkan Gambar Pelaksanaan
(as built drawing) yang meliputi denah, instalasi yang terpasang, detail pemasangan,
detail peralatan dari seluruh instalasi diatas/sebanyak 5 rangkap cetakan dan 1 kalkir.
Pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang umum berlaku dan mengikuti
Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979.

g. Contoh-contoh Barang
Kontraktor waijb mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan, kepada Direksi Lapangan termasuk brosur-brosur dari alat-alat tersebut
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan, sebelum alat-alat tersebut
dipasang. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak
bisa dipakai oleh Direksi Lapangan, maka Kontraktor harus mengganti bahan-bahan
tersebut sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi.

h. Tenaga Pelaksanaan
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga-tenaga ahli dalam
bidangnya (skilled labour), agar dapat memberikan hasil kerja yang baik dan rapi.
Kontraktor wajib mempunyai PAS INSTALATUR yang dikeluarkan oleh PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) setempat dan surat Rekomendasi lainnya apabila
diperlukan dalam pekerjaan ini.

i. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mengadakan koordinasi
dengan Kontraktor lain yang mengerjakan pekerjaan struktur, elektrikal, interior dan
sebagainya, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pemasangan dapat diperkecil/dihilangkan. Kesalahan pemasangan akibat tiadanya
kerjasama menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

j. Izin
Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan
instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana termasuk biayanya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 78

Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan-keterangan resminya


yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini harus dilakukan oleh
Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor.

k. Koordinasi
1. Semua pekerjaan galian dan penimbunan yang dilakukan oleh pihak lain maka
Kontraktor Pelaksana harus memberikan data-data, ukuran-ukuran dan gambar-
gambar pekerjaan ini bilamana ada pihak yang melaksanakannya.
2. Semua pekerjaan pembuatan dudukan untuk mesin dilakukan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus memberikan data-data, ukuran-ukuran gambar-gambar dan
peralatan yang diperlukan kepada pihak lain yang memerlukannya.
3. Apabila semua penarikan kabel-kabel listrik sampai ke panel peralatan dilakukan
oleh pihak lain. Kontraktor wajib memberikan data-data dan gambar-gambar yang
diperlukan kepada pihak lain yang mengerjakannya.
4. Semua penarikan pemipaan yang dilakukan oleh pihak lain dan tidak tercantum
dalam gambar dan spesifikasi, maka Kontraktor harus berkoordinasi dan
memberikan data-data, ukuran-ukuran dan gambar-gambar kepada pihak lain yang
mengerjakan.

l. Penolakan Instalasi
Kontraktor harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang akan
dipergunakannya kepada Direksi Lapangan atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan
persetujuan tertulis. Dengan mencantumkan secara lengkap merek, type, spesifikasi
dari semua contoh bahan yang akan diajukan.
Kontraktor harus membuat jadwal/schedulle waktu yang terperinci untuk setiap
pekerjaannya dan diserahkan kepada Direksi Lapangan, atau pihak yang ditunjuk untuk
mendapatkan persetujuannya.

m. Jaminan dan Pemeliharaan


Kontraktor harus memberikan pemeliharaan selama setahun untuk peralatan dan 6
(enam) bulan untuk instalasi semenjak serah terima pekerjaan yang pertama, kecuali
dinyatakan lain secara tersendiri.
Kontraktor wajib mengganti setiap bagian pekerjaannya yang ternyata cacat atau rusak
selama jangka waktu pemeliharaan setelah proyek ini diserahterimakan untuk pertama
kalinya, kecuali dinyatakan lain secara tersendiri.
Kontraktor wajib mengganti setiap kelompok barang-barang atau sistem yang tidak
sesuai dengan persyaratan spesifikasi akibat dari kesalahan pabrik atau pengerjaan
yang salah selama masa pemeliharaan setelah proyek ini diserahterimakan untuk
pertama kali.

n. Petunjuk Operasional
Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Kontraktor harus menyerahkan gambar-
gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan dari peralatan-
peralatan yang terpasang. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik
sebanyak 3 (tiga) set copy dan 1 (satu) set kalkir.
Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual,
Maintenance Guide, Operating Instruction, Trouble Shooting Instruction dan Brosur-
Brosur.
Kontraktor harus memberikan surat garansi atas peralatan-peralatan utama kepada
Pemberi Tugas.

5.3. PENJELASAN PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS

a. Peraturan-peraturan / Persyaratan

Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-
peraturan pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 79

Selama pelaksanaan, persyaratan ini harus betul-betul ditaati.


Pada umumnya, peraturan-peraturan berikut berkenaan dengan pasal-pasal :
1. Peraturan Perusahaan Air Minum Negara, tentang Instalasi Air.
2. Pedoman Peraturan Plumbing Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Teknik
Penyehatan Dit. Jen. Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
3. Pemeriksaan Umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3 (PUBB)
1956 NI-3 1963. PUBB 1969.
4. Peraturan Perburuhan Indonesia, tentang penggunaan tenaga kerja harian,
mingguan, bulanan dan borongan. Kontraktor dianggap telah cukup mengerti dan
mengetahui akan isi dan maksud dari peraturan dan syarat-syarat tersebut diatas.
5. American Society fot testing and Materials (ASTM)
6. British Standar (BS)
7. Standar Nasional Indonesia (SNI)
8. Japanese Industrial Standar (JIS)
9. American Water Works Associantion (AWWA)

b. Material / Bahan-bahan yang Dipakai


1. Pemipaan
 Untuk pipa-pipa jaringan pekerjaan sistem air bersih menggunakan pipa-pipa
jenis polypropelyn PN 10. yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Manajemen
Konstruksi.
 Diameter dan panjang pipa yang dibutuhkan harus sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja. Untuk distribusi air bersih harus dari pipa Poly Propeline (PN
10) yang memenuhi standar ISO 4065, ISO 4427 dan atau DIN 8075
 Untuk pipa jaringan air kotor dan air bekas, dibawah  50 mm menggunakan
jenis pipa PVC Kelas AW (S. 12,5) sambungan menggunakan Solvani
Councui, sedangkan diatas  50 mm menggunakan Rubber Ring dan Spiqot.
 Sambungan Pipa.
Sambungan-sambungan pipa seperti socket, elbow, reducer, knee, nipple,
tee untuk air bersih dan sebagainya, harus terbuat dari bahan PN yang
sesuai untuk pipa PN. 10, serta berasal dari merek yang sama dengan merek
pipa.
 Sistem Sambungan.
Sistem sambungan terdiri dari compression fitting, butt-fussion welding,
electrofunction atau sesuai petunjuk dari pabrik pembuat pipa PP. Sistem
sambungan yang dipilih harus disetujui Pengawas Lapangan.

 Pemipaan Air Panas.

 Pipa.
Untuk distribusi aire panas digunakan pipa PP yang memenuhi ketentuan BS
6920 dan BS 7291 Part 1 & 2 dengan tekanan nominal PN 20, seperti
instaflex dari George Fischer.

 Sambungan Pipa.
Sambungan-sambungan pipa seperti socket, elbow, reducer, knee, nipple,
tee dan sebagainya, harus terbuat dari bahan PP yang sesuai untuk pipa PP
kelas 10kg/cm2, serta berasal dari merek yang sama dengan merek pipa.

 Sistem Sambungan
Sistem sambungan terdiri dari compressioan fitting, but-fussion welding,
electrifusion atau sesuai petunjuk dari pabrik pembuat pipa PN. Sistem
sambungan yang dipilih harus disetujui Pengawas Lapangan/Manajemen
Konstruksi.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 80

 Pipa PVC dan Sambungan

 Pipa.
Pipa air buangan harus dari pipa PVC standar SNI 06-0084-1987 dengan
kelas tekanan kerja 8kg/cm2. Pipa harus dari jenis sambungan solvent
cement.
Diamter dan panjang pipa yang dibutuhkan harus sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.

 Sambungan Pipa.
Sambungan-sambungan pipa dengan jenis sambungan solven cement
seperti elbow, reducer, knee, tee dan sebagainya, harus terbuat dari bahan
dan kelas yang sama dengan pipa pVC dan memenuhi standar SNI 06-
0135-1989, dari merek yang sama dengan merek pipa yang disetujui
digunakan.

 Perekat.
Perekat untuk penyambungan pipa PVC harus dari merek yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa PVC.

2. Valve-valve
 Katup/Valve.
Katup bertekanan kerja 125psi, dengan jenis katup dan diameter sesuai
Gambar Kerja, harus dibuat dari bahan kuningan dan harus berasal dari
merek yang dikenal seperti Kitz, Toyo atau setara.
Katup harus memiliki tanda tekanan kerja, diameter dan arah aliran yang
diterakan pada badan katup.
Katup dengan diameter sampai dengan 65mm harus memiliki ulir untuk
enyambungan dengan pipa, sedang katup dengan diamter lebih besar dari
65mm harus memiliki flens yang bersatu dengan badan katup.

 Flensa.
Flens harus memenuhi standar ANSI B 16.5 kelas 150 jenis raised face.
Flens tipe slip-on harus memiliki diameter yang sesuai dengan pipa atau
peralatan yang akan disambung.

 Paking.
Paking harus dari ANSI kelas 150, terbuat dari karet gulungan spiral tebal
minimal 3mm.
Diameter paking harus sesuai dengan diameter dan jenis flens yang akan
digunakan.
Jumlah pengadaan paking harus dilebihkan 10% dari jumlah yang
seharusnya diadakan.

 Baut, Mur untuk Flensa.


Baut, mur lengkap dengan cincin per dan cincin pelat, harus terbuat dari
baja hitam kelas 8.8., dengan system ulir metric, digunakan untuk
pemasangan flens.
Diameter dan panjang baut harus sesuai dengan dimensi flens. Sisa ulir
setelah pemasangan minimal 3 (tiga) ulir.
Jumlah pengadaan baut dan mur dilebihkan 10% dari jumlah yang
seharusnya diadakan.

c. Instalasi Pemipaan
1. Sistem Penyambungan Pipa
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 81

 Pipa Air Bersih


Digunakan las untuk semua pipa pada belokan dari bahan yang sesuai
dengan jenis bahan pipanya.
Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada setiap dua
batang pipa pada pipa lurus. Untuk memperkuat terhadap kebocoran,
penyambungan pipa dengan ulir harus terlebih dahulu diberi lapisan red lead
cement atau pintalan khusus dari asbes, sedangkan untuk sambungan
flanged harus dilengkapi ring karet secara homogen.

 Pipa Air Kotor dan Ventilasi


Digunakan sistem lem/solvent cement rubber ring and spiqot untuk
pengikatnya terutama untuk pipa-pipa cabang atau pipa yang berdiameter
kecil. Untuk penyambungan pipa induk, bisa digunakan sistem pengelasan
apabila diperlukan pada kondisi-kondisi tertentu.

2. Penggantung / Penumpu Pipa


 Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat dengan pengantung atau
angker yang kokoh (rigid), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah
timbulnya getaran.
 Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
dengan jarak antara lebih dari 2,5 m.
 Pipa-pipa yang menembus dinding haus diberi sleeve dengan rongga  1
mm.
 Pemasangan pipa harus rata dan rapi.
 Untuk mencegah getaran pada penggantung harus dipakai dudukan dari
karet.
 Penggantung atau penumpu pipa adalah produk pabrik dan harus
disekrup/terikat pada konstruksi bangunan dengan insert/anker yang
dipasang pada waktu pengecoran beton atau dengan ramset.
 Pipa-pipa vertikal harus ditumpu dengan clem/clam dan dibuat dengan jarak
tidak lebih dari 1.5 m.

3. Pemasangan Fixture, Fitting dan Sebagainya


 Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas dari
kotoran yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan harus
terpasang dengan kokoh ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
 Semua fixtures, fitting, pipa-pipa air bersih dilaksanakan harus rapi tidak
mengganggu waktu pemasangan-pemasangan/dinding porselen atau
pekerjaan sipil serta mekanikal dan elektrikal lainnya. Dengan pemasangan
fixtures yang baik dan serasi serta kuat dalam kedudukannya untuk
komponen, misalnya fixtures, fitting dan sebagainya. Kontraktor
bertanggungjawab untuk melengkapi komponen tersebut didalam
kelengkapan instalasi jaringan tersebut.
 Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk, dipasang balok-balok
dari beton dengan campuran yang kuat dan dipasang setiap ada sambungan
pipa, tee, elbow, valve dan sebagainya.

4. Pipa-pipa Dalam Tanah


 Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman 60 cm untuk pipa
diameter 4” kebawah. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata
sehingga seluruh panjang pipa terletak bertumpu dengan baik. Untuk pipa-
pipa air bersih dan pipa-pipa air buangan tidak boleh diletakkan pada
lubang-lubang yang sama.
 Setelah pipa dipasang pada lubang galian dan setelah diperiksa oleh
pengawas yang ditunjuk, semua kotoran dibuang dari lubang galian dan
ditimbun kembali dengan baik dengan pasir urug atau tanah bekas galian
atau bahan yang ditentukan Direksi Lapangan dan disetujui.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 82

 Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari


garis tengah pipa (as pipa) sampai ke permukaan jalan/tanah asli atau bila
tidak akan digunakan ketentuan-ketentuan persyaratan minimal menurut
buku petunjuk untuk dalamnya galian.
 Harus dibuat tanda-tanda dari balok beton diatas tanah untuk memudahkan
identifikasi didalam tanah.

d. Pengujian Instalasi Pemipaan.


Sebelum dipasang fixtures-fixtures seluruh sistem distribusi air harus diuji dengan
tekanan 8 - 10 kg/cm2 untuk pipa air bersih.
Sedangkan untuk pipa air kotor/air buangan harus diuji dengan tes rendam tanpa
mengalami kebocoran dalam waktu minimum 24 jam tekanan tersebut tidak
turun/berubah. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi
tanggung jawa Pemborong/Kontraktor. Pengetesan pipa harus disaksikan oleh
pengawas atau Direksi Lapangan.

e. Pengecatan
Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung goni dan dilapisi
dengan ter (torcoated) untuk penahan korosi. Sedangkan untuk pipa-pipa terlihat
(exposed) harus diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan ditentukan
kemudian oleh Direksi Lapangan.
1. Untuk jaringan pipa air bersih dipakai warna biru tua.
2. Untuk pipa air kotor dipakai warna hijau
3. Untuk pipa air buangan atau drain dipakai warna abu-abu.
4. Untuk jaringan pipa hydrant dipakai warna merah.
5. Untuk pipa-pipa yang exposed tanda-tanda berupa arah panah dengan warna
disebut diatas, arah panah menunjukkan arah aliran di dalam pipa.
6. Pipa-pipa non exposed diberi tanda di tempat-tempat control/ pemeriksaan.

f. Penjelasan Spesifikasi Teknis Peralatan Utama.

1. Pekerjaan Air Kotor


 Air Kotor / Air Buangan
Diadakan pemisahan antara air kotor buangan dari closet/WC dan air
buangan dari urinoir dengan air buangan dari wastafel atau floor drain.
Buangan dari closet (WC) dan urinoir dibuang ke septic tank, resapan airnya
diteruskan ke saluran yang menuju STP beserta air buangan dari wastafel
dan floor drain.

 Pipa Ventilasi
Untuk pipa ventilasi dipasang pada dinding-dinding dengan diameter pipa 1”
- 1.5” dan pipa ventilasi utama pada shaft dengan diameter 1,5” - 2”. Pada
akhir pipa ventilasi utama dalam shaft dipasang filter vent pada lokasi paling
atas (ceiling lantai atas atau diatas bangunan). Instalasi harus rapi, tidak
bocor dan untuk sistem maupun lay out dapat dilihat pada detail Gambar
Rencana.

2. Pekerjaan Hydrant
 Fire Hydrant Box Indoor
Box terbuat dari plat dengan tebal  2 mm.
Dimensi box : lihat gambar perencanaan
Tinggi pemasangan dari lantai  20 cm.
Perletakan engsel disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah
untuk dibuka.
 Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat duco ex Dana Paint dan
diberi tulisan Hydrant dengan warna putih.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 83

 Panjang fire hose tidak kurang dari 30 m, mudah dilipat, tahan terhadap
tekanan dan penyambungannya dengan sistem coupling. Nozzle variable
(zet spray) 1 1/2” semua dalam keadaan baru dan fabricated.

g. Daftar Material, disahkan oleh PLN dan Departemen Tenaga Kerja RI

ITEM MEREK
Valve : Toyo, Kitz, Hitachi
Pipa PVC : Wavin, Rucika, Pralon, Unilon, Spindo
Pipa GIP : PPI, Bakrie, Spindo
Pipa Black Steel : PPI, Bakrie, Spindo
Pipa Polipropilene : ATP, Toto, Western
Pompa Air Bersih : Ebara, GAE, GRUNFOS

BAB VI PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN URAIAN PEKERJAAN PENGADAAN DAN


PEMASANGAN INSTALASI PENGKONDISI-AN UDARA (AIR CONDITIONING/AC)

6.1 UMUM

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan instalasi sistem ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan
bahan-bahan serta peralatan utama, peralatan pembantu, peralatan untuk
instalasi, penyetelan, penyelesian akhir (finishing) seluruh sistem agar lengkap
dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan persyaratan dokumen dan gambar-
gambar yang ada.

2. Untuk gedung ini digunakan instalasi air conditioning dengan sistem lengkap : Split
Wall Type

3. Lingkup pekerjaan instalasi sistem air conditioning ini dapat dilihat pada :
 Buku pedoman Pelelangan.
 Gambar-gambar rencana, gambar-gambar pelaksanaan dan gambar-
gambar detail.
 Lampiran-lampiran atau petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan proyek ini.

4. Secara umum jenis peralatan utama dan tambahan yang dicakup oleh instalasi ini
diataranya ialah :
 Out Door Unit
 Ducting
 Kontrol temperatur

5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang kurang jelas, Pemborong
dapat menanyakan lebih lanjut kepada Pemberi Tugas atau pihak yang ditunjuk
untuk ini. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, maka Pemborong wajib
bertanggung jawab penuh atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

b. Persyaratan Umum
Semua persyaratan umum dan supplementer yang ada merupakan pula bagian dari
persyaratan sistem instalasi air conditioning ini sejauh yang berlaku bagi pekerjaannya.
Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum dituliskan kembali dalam bab-bab
spesifikasi ini, berarti meminta perhatian khusus dan hal tersebut tidaklah berarti
menghilangkan hal lainnya dari persyaratan umum dan supplementer yang ada. Bila
ada hal-hal yang dinyatakan lain tersendiri dalam spesifikasi ini, maka hal-hal yang
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 84

tertulis dalam persyaratan umum maupun supplemneter tidak berlaku lagi untuk
instalasi ini.

c. Persyaratan Pelaksanaan
1. Instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan dan undang-undang yang berlaku saat ini dan tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan dan Badan Keselamatan Kerja.
2. Semua syarat-syarat untuk bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas
pekerjaan dan lain-lain untuk sistem instalasi ini harus sesuai dengan standard
ASHRAE, SMACNA, ASTM, NFPA, NEC dan ASME.
3. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong wajib membuat shop drawing (gambar
kerja) dari seluruh macam pekerjaan baik secara detail maupun umum dan
disahkan Pemberi Tugas/Manajemen Konstruksi/Perencana. Dalam gambar ini
telah tercakup koordinasi dengan pekerjaan-pekerjaan lain.
4. Pemborong wajib mempelajari, meneliti dan memeriksa juga pekerjaan
pelaksanaan Pemborong lain yang berkaitan dengan proyek ini apabila pekerjaan
pihak-pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya. Bila sampai
terjadi gangguan, maka Pemborong wajib memberikan saran-saran perbaikan
segenap pihak.
5. Tidak boleh terjadi adanya penyimpangan-penyimpangan dari spesifikasi dan
gambar-gambar yang ada tanpa adanya persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/
Manajemen Konstruksi /Perencana.
6. Semua pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar, tanpa
persetujuan di atas harus diperbaiki dan diubah sesuai dengan spesifikasi dan
gambar yang ada, atas biaya dan tanggung jawab Pemborong.

d. Koordinasi dengan Pihak Lain


1. Pemborong wajib berkoordinasi dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan proyek ini. Terutama koordinasi dengan pihak Pemborong
Sipil Elektrikal, Plumbing, Fire Protection.
2. Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan atau diselesaikan oleh pihak
yang lain atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi
sistem ini, Pemborong bertanggung jawab atas segala peralatan dan pekerjaan ini.

e. Izin
1. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan
instalasi ini harus dilakukan oleh Pemborong atas tanggungan dan biaya
Pemborong.
2. Semua Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan-keterangan
resminya yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini haruslah
dilakukan Pemborong atas tanggungan dan biaya Pemborong.
3. Pemborong harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatentkan
dari kemungkinan tuntutan ganti rugi/biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Pemborong wajib menyerahkan suatu garansi/referensi mengenai hal ini.
4. Pemborong wajib menyerahkan semua izin atau keterangan resmi dari pihak yang
berwajib yang diperolehnya mengenai instlasi proyek ini kepada Pemberi Tugas/
Manajemen Konstruksi.

f. Korelasi Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjan seperti di bawah ini harus dilakukan Pemborong kecuali yang
dinyatakan sendiri :
Pembuatan lubang-lubang biasa dan lubang-lubang khusus pada dinding, lantai
dan langit-langit serta finishingnya untuk jalan pipa.
Pembuatan peletakan untuk mesin-mesin pembuatan hanger.
Penarikan kabel, dilakukan pihak lain. Pemborong harus memberikan data-data,
ukuran-ukran gambar-gambar yang diperlukan kepada pihak lain yang
mengerjakannya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 85

2. Pemborong wajib bertanggung jawab penuh atas segala lingkup pekerjaannya.

g. Bahan
1. Pemborong wajib menyerahkan data-data teknis dan mengisi daftar schedule
seluruh mesin-mesin dan peralatan beserta penjelasan jenis, nomor, model, ciri-
ciri, kualitas dan kuantitas finishing, accessories dan sebagainya, lengkap kepada
Pemberi Tugas/ Manajemen Konstruksi /Perencana untuk diperiksa dan
dimintakan persetujuannya.
2. Dalam memilih mesin atau unit-unit Pemborong harus memperhatikan benar-benar
gambar dan spesifikasi terutama untuk bentuk dan ukuran nyata dari unit-unit
mesin guna menghindari kerancuan koordinasi terhadap struktur, arsitektur, dan
lain-lain.
3. Apabila ada data-data serta bahan yang diajukan menyimpang daripada yang
disebutkan alam gambar-gambar dan spesifikasinya, maka Pemborong harus
menyatakan dengan tegas perbedaanya mengajukan permohonan penggantian
disertai dengan alasan yang cukup kuat dan lengkap untuk diteliti Pemberi
Tugas/CM/ Perencana.
4. Semua bahan yang dipergunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan
baik, tidak bercacat sesuai dengan spesifikasi dan gambar, Pemborong harus
bertanggung jawab, melindungi dan menjaga bersih semua bahan-bahan yang
dipergunakan dalam instalasi ini atau sampai pada waktu penyerahan pertama
instalasi ini.
5. Bila ternyata bahan yang dipakai bahan lama, bekas dipergunakan, bercacat atau
rusak sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi dan gambar maka Pemborong
harus mengganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan spesifikasi dan
gambar atas tanggungan sendiri.

h. Penolakan Instalasi
Bila instalasi dari sistem ini seluruhnya atau ada bagiannya yang tercacat, gagal atau
tidak memenuhi persyaratan spesifikasi dan gambar serta ternyata Pemborong gagal
untuk melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang ditentukan CM, maka keseluruhan
atau sebagian dari instalasi ini sebagai mana kenyataannya dapat ditolak dan diganti
oleh Pemberi Tugas atas tanggungan Pemborong.

i. Kebersihan Lapangan
1. Lapangan yang digunakan setiap hari setelah selesai bekerja harus dibersihkan
oleh Pemborong. Pemborong hendaknya menghubungi pihak lain untuk koordinasi
pembersihan lapangan ini.
2. Segera setelah kontrak pelaksanaan pemasangan sistem air conditioning ini
selesai, maka Pemborong harus memindahkan semua sisa-sisa bahan
pekerjaannya dan peralatannya kecuali masih diperlukan selama masa
pemeliharaan, keluar lapangan sesuai petunjuk CM.

j. Service dan Garansi


1. Pemborong harus memberikan service secara cuma-cuma untuk seluruh sistem ini
dari lingkup pekerjaan selama masa pemeliharaan setelah proyek ini diserah
terimakan untuk pertama kali, kecuali dinyatakan lain secara khusus dalam
kontraknya.
2. Pemborong wajib mengganti atas biaya sendiri, setiap kelompok barang-barang
atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi akibat dari
kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 1 (satu) tahun
proyek ini diserah terimakan untuk pertama kalinya dinyatakan lain secara
tersendiri.

k. Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 86

1. Dua minggu sebelum penyerahan untuk pertama kalinya sistem ini, Pemborong
harus menyerahkan gambar-gambar, data-data peralatan, petunjuk operasi dan
cara-cara perawatan yang terpasang di bawah kontrak ini berikut as built drawing.
2. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada Pemberi Tugas/CM masing-
masing sebanyak 6 (enam) set.
3. Pemborong wajib memberikan 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan
perawatan kepada Pemberi Tugas dan sebuah hendaknya ditempelkan dalam
ruang yang ditunjuk olah CM.
4. Pemborong wajib memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan
perawatanya kepada petugas-petugas teknis yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
sampai cakap menjalankan tugasnya.
5. Sebelum pelaksanaan, Pemborong harus mengajukan contoh-contoh material
yang akan dipasang kepada Pemberi Tugas/CM/Perencana untuk disetujui.

l. Shop Drawing
Untuk semua macam pekerjaan baik material/komponen maupun pekerjaannya, maka
Pemborong wajib memasukkan “shop drawing” sebelum pemasangan kepada CM untuk
diperiksa bersama Perencana. “Shop Drawing” adalah merupakan penggambaran yang
lebih detail daripada setiap pemasangan serta spesifikasi yang lebih detail daripada
setiap komponen.

6.2 PEKERJAAN INSTALASI AIR CONDITIONING

a. Mesin Pendingin (Outdoor Unit)


1. Pemborong harus menyediakan dan memasang unit-unit “Split Wall Type” beserta
peralatan-peralatan lain sesuai dengan gambar dan spesifikasi serta persyaratan-
persyaratan pabrik, sehingga dapat berfungsi dengan sempurna.

2. Kompresor.
Jenis unit kompresor adalah screw dan dilengkapi dengan pengaturan kapasitas,
isolasi vibrasi luar dalam automatically reversible oil pump, peralatan untuk loading
dan unloading silinder kompresor dan dirakit, diisi, dibalancing dan diuji secara
statis maupun dinamis oleh pabrik.

3. K o n t r o l.
Pada unit harus terdapat kontrol pelindung terhadap kelebihan muatan motor
(motor overload protection), perlindungan terhadap suhu terlalu tinggi ataupun
rendah, tekanan tinggi atau rendah dari beban pendingin, alat timer untuk menjaga
kompresor bila terjadi gangguan daya, dilengkapi dengan katup ekspansi
termostatik.

4. C a s i n g.
Unit harus 100 % tahan cuaca di luar dan difinish dengan bahan baja galvanis
dilapis dengan lapisan anti korosi, maupun tahan terhadap udara bergaram.

b. Fan Coil Unit (FCU) / Indoor


1. Pemborong harus menyediakan dan memasang unit-unit FCU beserta peralatan-
peralatan sesuai dengan gambar-gambar spesifikasi dan persyaratan-persyaratan
pabrik. Semua mesin-mesin dan perlengkapan unit harus buatan pabrik.
2. Fan Coil Unit, terdiri dari jenis direct expantion circulation.
3. Data Teknis.
 Casing
Unit hendaknya dibuat dari bonderized steel atau mild galvanized steel dan
direncanakan untuk menahan tekanan kerja tertentu. Semua panel
hendaknya minimum dari 20 gauge.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 87

Casing dan rangka hendaknya dilapisi dengan titik-titik penyangga yang telah
diperkuat secukupnya untuk kedudukan unit dan dilapisi dengan pelindung
pada kedua sisinya. Drain pan hendaknya terletak di bawah cooling coil dan
harus masih cukup besar untuk menampung segenap pengembunan air dari
coil pada kondisi maksimumnya.
Casing unit hendaknya diisolasi dengan neoprane coated fibreglass tebal 5”,
isolasi hendaknya tahan api memenuhi persyaratan NFPA standard 90 A.

 Coil
Cooling coils hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dilepas.
Coil hendaknya memenuhi standard konstruksi dan testing yang berlaku dari
ASAB T-1971. Rating dari coil hendaknya copper tubing (permukaan utama)
yang direkatkan erat-erat pada pipa tadi dengan metoda yang ditentukan
pabrik.
Coil hendaknya dilengkapi dengan sambungan gravity oil drainage.

 Fan
Fan hendaknya dari type centrifugal forward curve. Setelah dipasang dalam
kedudukan yang benar, fan hendaknya ditest dan dibalancing secara dinamis
dan statis. Fan hendaknya dilengkapi dengan pulley yang diatur picthnya
untuk memungkinkan merubah kecepatan fan. Semua unit harusnya
mempunyai fan bearing dengan pelumas grease yang settingnya dapat
dicapai dari luar pelumasan.
Performansi hendaknya menurut API Sandard 430-1966.

 Isolasi Geteran
Jenis isolasi rubber in shear type.

c. Pipa Refrigerant
1. Pekerjaan
Pemborong harus menyediakan dan memasang sesuai dengan spesifikasi dan
gambar semua pemipaan yang ada.

2. Bahan
Untuk semua pipa refrigerant.
 Pipa : Hard Copper, Tubing type K memenuhi spesifikasi B.88 ASTM,
kecuali ditentukan lain oleh pabriknya.
 Fitting : Wrought Copper, Wrought Grass atau Tinned Cast Grass memnuhi
ANSI 400 lb.

3. Kekuatan Pipa
Semua pipa dan persyaratannya harus dapat menahan tekanan 20 kg/cm 2 tanpa
terjadi kebocoran.

4. Belokan
Semua belokan harus dari jenis “long radius elbow”, kecuali ruangan tidak
memungkinkan.

5. Sambungan
Untuk seluruh sambungan pipa menggunakan sistem “soldered”.

6. Pemasangan
Pipa hendaknya dipasang minimum sejauh 2” dari tepi dinding, atap, lantai dan
untuk pipa yang menembus lantai, langit-langit dan dinding hendaknya diberi
pelindung dari penyekat/karet dan galvanized steel gauge 16, sesuai dengan
gambar dan spesifikasi.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 88

7. Isolasi Pipa
Semua pipa refrigerant harus diberi lapisan isolasi sesuai dengan gambar dan
spesifikasi. Isolasi hendaknya dari rubber (armaflex) atau sejenis yang dirapatkan
dengan adhesive tape sampai tidak terjadi pengembunan.

d. Pengecatan
1. Pemborong harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga,
semua unit-unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating) dan cat akhir sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai untuk bahan masing-masing dan disetujui oleh Pemberi
Tugas/CM/Perencana atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.
2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat dari pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya, tetapi bila cacat akibat pemasangan,
Pemborong wajib mencat kembali khusus ditempat yang cacat tadi dengan warna
yang sesuai dengan aslinya.
3. Untuk peralatan-peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat
akhir dengan warna yang disetujui oleh Pemberi Tugas/CM/ Perencana.
4. Pemborong harus memberikan tanda-tanda huruf atau nomor identifikasi bagi
peralatannya. Sebelumnya Pemborong wajib memberitahukan mengenai tanda-
tanda yang hendaknya dipasang pada peralatan-peralatan itu.

e. Pipa Pengembunan
1. Pekerjaan
Pemborong harus memasang pipa pengembunan (drain) dari mesin-mesin air
conditioning sampai ke tempat pembuangan yang terdekat dalam saluran yang
tersembunyi atau tidak, dan tidak mengganggu. Pemborong harus berkoordinasi,
memberikan data, ukuran dan gambar-gambar yang diperlukan kepada pihak lain
terutama dengan Pemborong Sipil.

2. Bahan
Sebagai pipa pengembunan (drain) dipergunakan pipa PVC (Polyvinyl Chlorida)
jenis kelas D bilamana tidak dinyatakan lain.

3. Peralatan
Pipa kondensasi harus dilengkapi dengan alat pembersih, leher angsa serta
peralatan lain yang perlu. Harus diberikan lapisan isolasi sampai sepanjang kira-
kira 2 (dua) meter atau sampai daerah dimana terjadi pengembunan pada bagian
luar pipa. Isolasi harus dari bahan fibreglass, polyurethane atau styrofoam type
D.1 atau yang sejenis dari bahan tahan api (fire resistance). Bagian luarnya
hendaknya dilapisi dengan “vapour barrier jacket” seperti “sisalation 450” atau
yang sejenis yang direkatkan dengan “adhisive tape 2” serta “surface finish”
sampai tidak terjadi pengembunan pada permukaan luar pipa.
5. Penembusan Dinding
Bila menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain pipa ini harus diberi
lapisan isolasi getaran dan dilindungi dengan pipa yang lebih besar ukurannya.

f. Pengujian
1. Pekerjaan
Pemborong harus melaksanakan semua pengujian “test” dan “balancing” peralatan
instalasi sistem Air Conditioning dengan disaksikan oleh Pengawas yang
berkepentingan, Pemberi Tugas/Manajemen Konstruksi/Perencana serta pihak-
pihak lain yang diperlukan kehadirannya. Segala bahan yang diperlukan guna
pengujian tersebut menjadi tanggungan dan beban biaya Pemborong.

2. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan “balancing” dan “adjusting” instalasi ini, secara garis besar
mencakup persoalan-persoalan sebagai berikut :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 89

 Pipa
Pengujian terhadap kebocoran pada pipa “chiller” dengan alat-alat
“helidetorch” atau lainnya yang sejenis.
Lain-lain sistem dengan “pressure gauge” dan alat-alat lainnya yang
diperlukan.

g. Pekerjaan Listrik
1. Pekerjaan
Pekerjaan listrik yang dimaksud disini ialah semua pelaksanaan instalasi.
 Panel kontrol daya mesin-mesin AC dan mesin-mesin ventilasi yang
meliputi wiring starter, swicth, transformator, sekering, alat-alat ukur serta
peralatan-peralatan lainnya yang dipergunakan sebagai sumber daya bagi
mesin-mesin AC yang tercakup dalam proyek ini. Pemborong
menyediakan dan memasang peralatan-peralatan dari panel distribusi ke
panel kontrol AC dan dari panel kontrol AC sampai ke mesin-mesin.
 Kontrol untuk sistem pengaturan otomatis suhu, kelembaban, aliran air,
aliran udara, damper-damper, indicator yang ada beserta seluruh
peralatan yang diperlukan pada sistem AC agar sistem peraturan dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasinya
harus disediakan dan dipasang oleh Pemborong.

2. Syarat-syarat
Semua pekerjaan listrik yang harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan-
peraturan Pemerintah setempat dan dari Jawatan Keselamatan Kerja. Selain
daripada itu harus pula memenuhi persyaratan standard negara dan pabrik
pembuatannya. Bila ada perbedaaan, hendaknya dipilih mana yang lebih besar.
Hendaknya semua izin, pemeriksaan dan pengujian beserta keterangan resmi yang
mungkin diperlukan dilaksanakan oleh Pemborong.

3. Bahan
Semua bahan yang dipergunakan harus dari kualitas terbaik, buatan Jerman atau
USA atau yang sejenis kecuali dinyatakan lain secara tersendiri.
Pemborong harus berkoordinasi dengan pihak-pihak lain agar sejauh mungkin
dipergunakan peralatan yang seragam dan dari merk yang sama untuk seluruh
proyek ini.

4. Peralatan
Pada masing-masing unit harus dipasang sistem pengaman yang terpisah.
 Untuk setiap phasa pada panel hendaknya diberi lampu indikator
penunjukan atau alat-alat ukur.
 Semua panel harus diberi lapisan cat anti karat.
 Semua panel, switch, indikator, alat-alat ukur dan yang lain-lain yang ada
harus diberi papan nama yang jelas dan tidak mudah rusak. Bahan terbuat
dari alumunium atau partinax dengan huruf yang dipunch.
 Semua alat-alat ukuran yang terpasang harus dari daerah kerja yang
paling sesuai dan dengan ketelitian 2 %.

3. Sekering Cadangan
Untuk setiap panel harus disediakan sekering cadangan sebanyak yang ada dan
disimpan dalam tempat khusus dan diberi tanda pengenal.

4. Penyambungan Kabel
Semua penyambungan kabel harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang
ada, diantaranya ialah :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 90

 Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan


tembaga yang sesuai dan dilapisi timah putih.
 Penyambungan kabel berisolasi karet harus diisolasi karet.
 Penyambungan kabel berisolasi PVC harus diisolasi PVC.
 Kabel-kabel yang disambung harus “color coded” atau diberi nama.

h. Starter
Kecuali ditentukan lain oleh pabriknya atau dinyatakan lain, maka jenis starter yang
dipergunakan adalah :
Power Input Motor Jenis Starter
Sampai dengan 3,5 kW On/off switch
3,7 kW - 7,5 kW Star delta
7,5 kW - 25 kW Star delta, auto transformer, rotor resistance
25 kW - ke atas Star delta, auto transformer, rotor resistance

6.3 PERSYARATAN BAHAN

a. Produksi pabrik yang harus digunakan :

No. Item Keterangan


1. Unit AC Accson, Fuji Aire, Fuji Electric
2. Pipa drain PVC Mavin, Banlon, Rucika, Spindo
3. Kabel NYY, NYM Kabelindo, Kabel Metal, Supreme
4. Cubicle panel & assembling Lokal, Dian Wahyu, Eqa
5. Komponen panel, switch, CB Siemens, ABB, GE, Westinghouse Klockner
MCB, contactor, fuse/frame Muller, Legrand, Merylin Gerin, AEG, GAE
6. Conduit klem, dll Lokal, clipasal, Eqa

BAB VII PENJELASAN PERSYARATAN TEKNIS POMPA AIR BERSIH

7.1 UMUM

Penawar harus menyediakan dan mensuplai “pumping station” dalam keadaan berjalan
sempurna sesuai dengan gambar dan perlengkapannya. Di dalam penawaran, penawar
harus menyertakan paling sedikit hal-hal berikut ini :
a. Gambar secara keseluruhanlengkap, pandangan, suku cadang dan daftar material,
buatan mana dan jenis-jenisnya.
b. Karakteristik pompa selengkapnya, meliputi :
 Kurva Q – H
 Kurva efisiensi
 Kurva NPSH yang diminta/diperlukan
 Kurva NPSH yang tersedia
 Kedalaman benam minimal dan maksimal (untuk sumbersible pump)
c. Penjelasan mengenai patokan penawar untuk menentukan NPSH yang diperlukan
d. Diagram yang menunjukkan operasi paralel pompa
e. Karakteristik motor listrik yaitu :
 Diagram Torsi – putaran
 Diagram daya – putaran
 Diagram arus listrik – putaran
 Efisiensi motor – power factor (Cos Phi)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 91

f. GD2 terperinci untuk impeller, kopling dan rotor motor listrik


g. Rencana pelumasan dan perawatan
h. Suatu uraian tentang prosedur bongkar pasang, termasuk daftar alat-alat kerja khusus
berikut perlengkapan pembantunya.
i. Uraian prosedur untuk penanganan dan instalasi termasuk daftar alat kerja khusus dan
perlengkapan pembantunya.
j. Daftar suku cadang yang dianjurkan, nama dan alamat lengkap suplier suku cadang
yang terdekat.
k. Daftar sertifikat pengujian jenis barang-barang utama yang diberikan oleh badan penguji
di negeri asal.
l. Semua mesin-mesin yang disuplai harus dalam bentuk kesatuan dan tidak terpisahkan.

7.2 POMPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DAN PERLENGKAPANNYA (DOMESTIC WATER


PUMP)

7.2.1 Pompa Air Bersih


a. Penggunaan :
Air Bersih pada temperatur air maksimum 45 derajat Celsius dan dapat dipakai didalam
atau diluar ruangan.
b. Kapasitas dan head :
Capasitas : 225 liter/menit
Total Heat : 80 meter
Speed : 500 – 1500 rpm
Power : 5,5 KW x 3 phase – 380/660 volt
Seal : Mechanical seal
Type : Centrifugal in line
c. Situasi :
Vertical and suction
d. Jenis pompa :
Bentuk rumah impeller (pump casing). Volute atau bentuk khusus dan bentuk impeller
sentrifugal.
e. Batas kecepatan putar :
Tidak lebih dari 1500 rpm dan semua benda yang diputar harus balans dinamis dan
balans hidrolik.
f. Effisiensi :
Harus tinggi (lebih besar dari 60%) dan luas, pada kondisi kerja yang diminta.

7.2.2 Motor
a. Jenis :
Motor listrik AC, tiga phasa squiral cage motor dan dapat berfungsi dengan baik
didalam maupun diluar ruangan. Sedangkan temperatur udara maksimum 40 0 C dan
kelembaban udara relatif dapat mencapai 100% (RH 100%).
b. Tingkat proteksi : IP 55 (tropicalized) /IEC 34,5/144.
c. Tingkat isolasi : B atau H (IEC pulb 85).
d. Tegangan : 220/380 Volt, 50 Hz
e. Power Factor : Lebih dari 0,8
f. Efisiensi : Lebih dari 0,9
g. Putaran poros/rotor : Tidak lebih dari 1500 rpm
h. Konstruksi : Sistem pendinginan udara dan pada rotor harus
balans dinamis.
i. Kondisi kerja : Terhenti-henti (intermitent S2)
j. Sistem start : Star Delta (Y) atau menggunakan Auto Transformer.

7.2.3 Material
a. Rumah impeller (pump-casing) : Besi cor mutu tinggi (GG 25)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 92

b. Impeller : Ni-AL-Bronze
c. Poros pompa : Baja tahan karat (AISI 316 atau AISI 324)
d. Seal poros : Gland packing (grafite asbestos) atau mekanikal
seal (karbon keramik)
e. Motor Casing : Besi cor mutu tinggi atau paduan alumunium.

7.2.4 Perlengkapan Teknik Lain yang Diperlukan pada Sistem Perpompaan Sentrifugal dan Motor
Penggeraknya

a. Di dalam rumah perpompaan pada bagian isap yaitu, katup, saringan, impeller dan
bagian-bagian lain harus bebas dari efek kavitasi.
b. Semua pipa baja, pada bagian isap atau Discharge harus sesuai dengan standar API-5L
Grade B code 17.200 atau ASTM-A 106 Grade B-A 520 atau DIN 50041-3.1.C (XS
ShHed 80).
c. Semua flens yang dipakai harus sesuai dengan standar ASTM-A 105 Grade 1 code
5.201 atau DIN 50044-3.1.b.
d. Long radius elbow, reducer, dan eksentrik reduser harus sesuai dengan standar ASTM-A
234 Grade WPB code 74.321 dan code 76.131 atau DIN 50049-3.1.B.
e. Semua pompa yang disuplai, pada bagian discharge harus dilengkapi tempat untuk
memasang manometer, dan kontraktor harus mensuplai dan memasang manometer
berikut perlengkapannya (katup dan lain-lain sesuai dengan gambar). Sedangkan
mekanisme manometer pada bagian dalam harus terbuat dari: bahan baja tahan karat
AISI 316. Diameter manometer (dial indicator) harus sama atau lebih besar dari 160 mm
dan mempunyai ketelitian kurang dari 1% terhadap skala penuh.
f. Semua rumah impeller (pump casing) harus dapat berfungsi baik pada tekanan nominal
2
diatas/lebih besar dari 10 kg/cm .
g. Semua pompa tidak boleh rusak, jika putaran poros pompa terbalik untuk jangka waktu
yang relatif pendek.singkat.
h. Semua pompa dan unit motor penggeraknya harus disuplai secara integral berikut
landasan (base plate) dan baut-baut angkernya.
i. Semua motor listrik yang disuplai harus sesuai dengan standar IEC
j. Semua bantalan gelinding (roller bearing) harus dapat dilumasi dengan gemuk
k. Daya motor, harus lebih besar 10% atau lebih dari daya maksimum yang diperlukan oleh
pompa pada setiap kondisi kerja.

7.3 SUKU CADANG

Minimal suku cadang yang harus disuplai untuk pompa adalah sebagai berikut :

7.1.1. Pompa Benam (Submersible)

a. Stator winding
b. Upper bearing dan botem bearing assembly

7.1.2. Pompa Sentrifugal Air Bersih

a. Satu unit impeller


b. Gland packing yang menggunakan konstruksi stuffing box atau mechanical seal
c. Bantalan berikut wearing rings
d. Poros berikut penguncinya
e. Gasket.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 93

7.4 PEMERIKSAAN DAN TES

7.4.1. Umum

Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya harus diperiksa dan dites di pabrik sebelum
dikirim. Setelah pemasangan mesin-mesin selesai, Kontraktor harus mengetes ulang di
lapangan/di lokasi. Semua tes harus mendapat persetujuan direksi/tenaga ahli Kontraktor
harus bertanggung jawab tentang tes di pabrik atau dilokasi, dan harus dapat
memperlihatkan kefungsian masing-masing peralatan pada direksi/tenaga ahli.
Direksi/tenaga ahli harus diperbolehkan untuk memeriksa semua peralatan/mesin-mesin
pada saat dites. Sertifikat kalibrasi instrumen/alat-alat ukur yang dipakai dalam pengetesan
ini harus mendapat persetujuan dari direksi/tenaga ahli. Jika selama tes di pabrik dan di
lokasi, terdapat cacat maka Kontraktor harus mengganti komponen yang cacat tersebut dan
mengetes ulang. Kontraktor harus menyerahkan hasil tes di pabrik maupun di lokasi (4 copy)
pada direksi/tenaga ahli.

Semua tenaga kerja, peralatan tes dan kalibrasi peralatan/alat ukur yang dipakai pada
pegnetesan (di pabrik/di lokasi) maupun biaya pengetesan merupakan tanggung jawab atau
disediakan oleh Kontraktor.

7.4.2. Tes Pabrik, Pompa dan Motor Listrik

Semua pompa harus dites sesuai dengan ISO 3555 (pompa sentrifugal, aksial dan semi
aksial – tes penerimaan class B), meliputi kondisi berikut ini:
a. Semua pompa digerakkan oleh motor listrik
b. Prosedur tes harus mendapat persetujuan dari Direksi/tenaga ahli
c. Semua pompa harus dites pada 4 atau lebih kondisi kerja, yaitu:
 Kapasitas nol
 Kapasitas nominal
 Kapasitas maksimal yang diperbolehkan
 Kapasitas minimal yang diperbolehkan
d. Karakteristik masing-masing pompa yang harus meliputi :
 Kapasitas aliran air
 Head
 Efisiensi
 Daya listrik yang diserap
 NPSH
e. Semua motor listrik harus dites sebelum dikirim, sedangkan prosedur tes motor listrik di
pabrik, sesuai dengan standar yang berlaku di negara asal (pembuat motor listrik).
Sertifikat tes pabrik tentang performance dan manual motor listrik harus diserahkan pad
direksi/tenaga ahli. Semua motor listrik yang bekerja atas dasar otomatis harus dites
kefungsiannya. Kontraktor harus melakukan tes tentang tahanan isolasi motor pada
masing-masing phasanya dengan arde (IEC 34).

7.4.3. Tes Pompa dan Motor Listrik di Lokasi

a. Setelah pompa berikut perlengkapannya dipasang, karakteristik yang sama pada kondisi
kerja yang sama pada saat dites di pabrik harus dites kembali di lokasi.
b. Tes tahanan isolasi pada masing-masing motor listrik antara phase dengan arde (IEC
34), jika harga tahanan isolasi motor listrik jauh di bawah harga tahanan isolasi pada
saat dites di pabrik maka Kontraktor harus memperbaiki motor tersebut dengan cara
pengeringan yang biasa dipakai.
c. Pengetesan lain meliputi, arah rotasi, kelurusan sumber poros pompa dengan sumbu
poros motor, dan setelah pompa bekerja selama 4 jam perlu diperiksa suara maupun
getaran dan juga temperatur yang timbul pada sistem bantalan, dan pemanasan lokal
pada motor winding.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 94

BAB VIII URAIAN PEKERJAAN DAN SPESIFIKASI MATERIAL/PERALATAN

8.1 PERPIPAAN
a. Umum
Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi:
- Pipa
- Sambungan
- Katup
- Stariner
- Penggantungan dan penumpu
- Sliv
- Bak kontrol
- Blok beton
- Galian
- Pengecatan
- Pengakhiran
- Pengujian
- Peralatan bantu
Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal dari pipa dan letak serta arah
dari masing-masing sistem pipa.
Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/atau spesifikasi dipasang terintegrasi
dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan stress
sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
Semua orang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik pembuat.

b. Ringkasan Spesifikasi Bahan Perpipaan


Sistem Tekanan Spesifikasi
Hidrant 10 bar BSP 1
Spesifikasi BSP 1
Penggunaan : Pemadam kebakaran
Uraian Keterangan
Pipa Black Steel pipe 1387 Skejul 40
Sambungan/fitting Dia 40 mm ke bawah
malleable iron ANSI B 16.3 class 150 lb, W.O.G.
screwed end.
Dia 50 mm keatas, wrought steel butt weld fitting
ANSI B 16.9, sch 40.
Flange Dia 40 mm kebawah black maleable cas iron RF
class 150 lb, screwed dia 50 mm keatas cast iron
RF class 300 lb, welding joint.
Valves Dia 40 mm kebawah black melleable cast iron RF
class 150 lb dengan ulir, BS 21/ANSI B.2.1. dia
50 mm keatas, cast iron body class 150 lb
dengan sambungan flange.

c. Persyaratan Jenis Peralatan


Jenis peralatan yang boleh dipergunakan disini adalah sebagai berikut :
Fungsi Peralatan Ukuran & Joint Jenis
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 95

Katup-katup s/d 40 mm screwed Ball


(stop valve) Butter
Fly
Gate
Diafragma
50 mm keatas flanged Butterfly
Gate
Katup Pengatur s/d 40 mm screwed Globe
(regulating valve) Butter
Fly
Diafragma
50 mm keatas flanged Butterfly
Gate
Fungsi Peralatan Ukuran & Joint Jenis
Non return valve s/d 40 mm screwed Swing check
Globe check
50 mm keatas flanged Double Swing Check
Dick Check
Pressure Reducer Die and flow type
Pressure Indicator Dial dia 100 m Dial Type

d. Persyaratan Pemasang
1. Umum
1.1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya
penyilangan.
1.2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang
dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
1.3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam atau runcing,
serta penghalan lainnya.

1.4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang


diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya,
sesuai dengan fungsi system dan yang diperlukan digambar.
1.5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan UNION atau FLANGE.
1.6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan
pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
1.7. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik
buangan. Drains dan vents harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan.
1.8. Katup/valve harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian.
Pegangan katup/valve handled tidak boleh menukik.
1.9. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan
dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau
langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang
kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rock-
wool.
1.10. Selama pemasangan bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan harus ditutup dengan
menggunakan caps/plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
1.11. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.
1.12. Pekerjaan galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.

2. Penggantung dan Penunjang Pipa


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 96

2.1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau
sadle dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan
pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak
yang diberikan dalam tabel berikut ini:

Batas max Ruang (mm)


Jenis pipa Ukuran pipa
Interval mendatar (m) Interval tegak (m)
BSP 1 Sampai 20 1.8 2
25 s/d 40 2.0 3
50 s/d 80 3.0 4
100 s/d 150 4.0 4
200 s/d lebih 5.0 4

2.2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut
ini:
- Perubahan-perubahan arah
- Titik percabangan
- Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang
sejenis.

2.3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
- Diameter Batang

Ukuran pipa Batang


Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanan 5
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas.
Penunjang pipa lebih dari 2 Dihitung dengan faktor keamanan 5 terhadap
kekuatan puncak
- Bentuk gantungan
Split ring type atau clevis type

2.4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
2.5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat
sebelum dipasang.

3. Pemasangan Katup-Katup
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan
untuk bagian-bagian berikut ini:
3.1. Sambungan masuk dan keluar peralatan
3.2. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Di ruang mesin:
Ukuran pipa Ukuran katup
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm
Lain-lain ukuran katup 20 mm

4. Pemasangan strainer
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 97

Strainer harus disediakan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat
berikut ini :
a. Katup-katup pengontrol
b. Katup-katup pengurang tekanan

5. Pemasangan Katup-katup
Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan ditempat-tempat yang mungkin
timbul kelebihan tekanan.
Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan
sumber tekanan.
Katup-katup pengurangan tekanan harus disediakan ditempat-tempat dimana
tekanan pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

6. Pemasangan Vent Otomatis


Vent udara otomatis harus disediakan ditempat-tempat tertinggi dan kantong udara.

7. Penyambungan pipa-pipa
Sambungan Ulir
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku
untuk ukuran sampai dengan 40 mm
- Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebanyak 3 ulit
- Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zinkwite dengan
campuran minyak
- Semua sambungan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.

Sambungan Las
- Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.
- Kawat las atau elektroda yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas
- Sebelum pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan kepada direksi
contoh hasil las untuk mendapatkan persetujuan tertulis
- Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
- Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk ini

Sleeves
- Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik
- Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber sealed
atau Caulk.

8. Pembersihan

Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan


di setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara/metoda
yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.

e. Pengecatan
1. Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :
- Pipa service
- Support pipa dan peralatan
- Konstruksi besi
- Flange
- Peralatan yang belum dicat dari pabrik
- Peralatan yang catnya harus diperbaharui
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 98

2. Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

Lokasi pengecatan Pengecatan


Pipa dan peralatan Zinchromate primer 2 lapis dan dicat warna
merah
Pipa dan peralatan expose Zinchromate primer 2 lapis dan dicat akhir 2 lapis
warna merah
Pipa dalam tanah Bitumin 2 lapis

3. Label Katup (valve tag)


- Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan
- Fungsi-fungsi seperti Normally Open atau Normally Closed harus ditunjukkan di
tags katup.
- Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau
kawat.

BAB IX PEKERJAAN WATER HEATER

a. Lingkup pekerjaan Water Heater meliputi penyediaan bahan/material tenaga/teknisi, dan


pemasangan instalasi, dan testing sampai bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Water Heater yang terpasang harus dalam kondisi baru dan utuh serta mempunyai
garansi product.

Specifikasi Alat :
- Kapasitas : 30 ltr
- Type : Wall Mounted
- Merk Product : Daalderop, Ariston

c. Pemasangan.
Water Heater dipasang pada ruang dokter jaga dan atau ruang-ruang yang telah
ditentukan dalam gambar perencanaan. Pada gedung Instalasi Rawat Jalan ini
pekerjaan Water Heater meliputi pemasangan mesin Water Heater, penarikan kabel
daya dan pemasangan MCB dan penyambungan pipanya ke mesin. Untuk pemasangan
instalasi pipa air panas dan air dingin serta krannya. Pemasangan harus dilakukan oleh
tenaga yang terampil dam berpengalaman serta mengacu pada petunjuk yang telah
ditetapkan prabrik pembuatnya.

E. LAIN-LAIN
1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi didalam
pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan setelah ada perintah
tertulis dari Pemimpin Proyek dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.
2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu
dikerjakan dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut
pertimbangan Pemberi Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi dilaksanakan,
maka atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan dan akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan kurangan.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, spesifikasi teknis, dan Rencana Anggaran Biaya,
maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan harus diadakan rapat terlebih dahulu untuk
mendapatkan kepastian.

You might also like