You are on page 1of 40

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan

dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal
dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai
dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Penulangan pile cap dan tie beam

2. Bekisting pile cap dan tie beam

3. Pengecoran pile cap dan tie beam

4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

5.1.1 Penulangan Pile Cap dan Tie Beam

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam maka terlebih
dahulu akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan keseluruhan secara umum.

Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang besi tulangan
beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana.
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang
timbul akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang
kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan
pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan
oleh perencana struktur yaitu dalam hal :

a. Ukuran diameter baja tulangan.

b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.

c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini antara
lain:

1. Pabrikasi Besi

Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang
tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai
perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter.

Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan.


Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh
dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak
ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan dengan
Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.

Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan
potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh
Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong
baja tulangan adalah :

a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya
nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis
sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin.

b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam


pelaksanaan di lapangan.

2. Pemasangan Tulangan

Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk
dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan
pemasangan tulangan antara lain :

a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan tersebut
dipasang.

b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser
diatur sesuai gambar.

c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.

d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan panjang
penjangkaran.

e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut beton
yang akan dicor.

Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile cap
dan tie beam.

Langkah-langkah pembesian pile cap :

1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak
antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan
tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.
2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas
kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai
lekatan antar tulangan.

3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang
telah ditentukan.

4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah
dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak
benar-benar kuat dan kokoh.

Gambar 5.3 Penulangan Pile Cap

Langkah-langkah pembesian tie beam:

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar
rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm

2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.

3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .

4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling
dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin
dihindari.
6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan
bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat
selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan
tulangan berkarat. Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.

Gambar 5.4 Penulangan Tie Beam

5.1.2 Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap selanjutnya
memasang bekisting untuk pile cap dengan diikuti oleh bekisting tie beam. Bekisting dibuat
dengan papan kayu bengkirai dengan rangka kayu yang kuat.

Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah
sebagai berikut :

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang
dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang
menahannya.

2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu
multipleks.

3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada
waktu. pembongkaran bekisting.

4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian
bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku
secukupnya agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada
waktu. pengecoran dilaksanakan.

Gambar 5.5 Bekisting Pile Cap

Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai
berikut:

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan
dengan ukuran tie beam tersebut.

3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan
menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak
mengalami kesulitan.

4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian
dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.
Gambar 5.6 Bekisting Tie Beam

5.1.3 Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton ready mix,
dengan mutu beton K-300 sesuai dengan rencana. Adapun langkah-langkah pengecoran antara
pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan
menggunakan pompa air.

2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran baik
pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam

3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka
digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton
tersebut dapat memadat.

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan


menggunakan alat pertukangan manual / plester.
Gambar 5.7 Membersihkan tulangan dan bekisting dengan Water Pump

Gambar 5.8 Pengecoran Pile Cap dan Tie beam dengan beton readymix
Gambar 5.9 Pengecoran lewat talang untuk menjangkau poer yang jauh

Gambar 5.10 Pemadatan pengecoran dengan Concrete Vibrator

5.1.4 Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam


Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat
pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu
agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.

Filed under: Materi Kuliah | Tinggalkan sebuah komentar »

Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Pembangunan Gedung


Baru Universitas Semarang
Posted on April 9, 2010 by handoko10

Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi yang mempunyai fungsi untuk
meneruskan beban konstruksi ke dalam lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Suatu
perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah
tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui maka
akan terjadi penurunan dan keruntuhan tanah yang berlebihan. Kedua hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan konstruksi yang berada diatasnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi penentuan bentuk dan jenis pondasi, tergantung dari segi mana kita meninjaunya.
Dari segi ekonomis dapat diambil denagn contoh besarnya biaya yang tersedia dan waktu
pelaksanaan. Dari segi teknis yang sangat menentukan dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi
antara lain :

a. Keadaan perlapisan tanah.

b. Letak atau kedalaman lapisan tanah kuat.

c. Beban terbesar struktur yang harus dipikul pondasi.

Dari uraian tersebut di atas maka perlu di pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan bentuk dan jenis pondasi. Apabila di tinjau dari segi kedalaman pondasi (D) dan lebar
pondasi (B) maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

a. Bila terletak pada D ≤ 1, menggunakan pondasi dangkal

Pondasi dangkal terdiri dari : Pondasi setempat, pondasi menerus dan pondasi plat.

b. Bila terletak pada D > 4, menggunakan pondasi dalam, maka sebaiknya dipilih pondasi tiang
pancang.

Untuk itu perlu dilakukan test tanah guna mengetahui daya dukung, dan jenis tanah, Kedalaman
tanah kuat dan lainnya.

Dengan pedoman pada hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan, maka Proyek Pembanguan
2 Gedung 3 Lantai (N dan O) Universitas Semarang ini menggunakan pondasi dalam yaitu
pondasi tiang pancang. Penggunaan type pondasi ini didasarkan pada kondasi tanah yang ada di
lapangan.

Adapun bentuk tiang pancang berupa beton berpenampang 200×200 mm dengan panjang 6
meter. Mutu tiang pancang adalah K-500. Untuk kedalaman pemancangan diperkirakan 18
meter. Tiang pancang yang digunakan didatangkan dari PT. Beton Multi Mandiri dan CV
Imanuel Tehnik Sentosa sebagai pelaksana pemancangannya. Prosess pemancangan dengan
PileHammer. Tiang pancang dengan panjang 6 meter digunakan pertama kali pada tiap titiknya,
dan dilanjutkan tiang pancang dengan panjang 6 meter. Untuk penyambungan tiang dengan
pengelasan.

Gambar 5.1 Pile Hammer

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan
dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal
dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai
dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Penulangan pile cap dan tie beam


2. Bekisting pile cap dan tie beam

3. Pengecoran pile cap dan tie beam

4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

5.1.1 Penulangan Pile Cap dan Tie Beam

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam maka terlebih
dahulu akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan keseluruhan secara umum.

Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang besi tulangan
beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana.
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang
timbul akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang
kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan
pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan
oleh perencana struktur yaitu dalam hal :

a. Ukuran diameter baja tulangan.

b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.

c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini antara
lain:

1. Pabrikasi Besi

Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang
tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai
perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter.

Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan.


Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh
dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak
ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan dengan
Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.

Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan
potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh
Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong
baja tulangan adalah :
a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya
nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis
sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin.

b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam


pelaksanaan di lapangan.

2. Pemasangan Tulangan

Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk
dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan
pemasangan tulangan antara lain :

a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan tersebut
dipasang.

b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser
diatur sesuai gambar.

c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.

d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan panjang
penjangkaran.

e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut beton
yang akan dicor.

Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile cap
dan tie beam.

Langkah-langkah pembesian pile cap :

1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak
antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan
tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.

2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas
kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai
lekatan antar tulangan.

3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang
telah ditentukan.
4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah
dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak
benar-benar kuat dan kokoh.

Gambar 5.3 Penulangan Pile Cap

Langkah-langkah pembesian tie beam:

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar
rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm

2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.

3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .

4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling
dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin
dihindari.

6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan
bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat
selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan
tulangan berkarat. Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.
Gambar 5.4 Penulangan Tie Beam

5.1.2 Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap selanjutnya
memasang bekisting untuk pile cap dengan diikuti oleh bekisting tie beam. Bekisting dibuat
dengan papan kayu bengkirai dengan rangka kayu yang kuat.

Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah
sebagai berikut :

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang
dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang
menahannya.

2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu
multipleks.

3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada
waktu. pembongkaran bekisting.

4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian
bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku
secukupnya agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada
waktu. pengecoran dilaksanakan.
Gambar 5.5 Bekisting Pile Cap

Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai
berikut:

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan
dengan ukuran tie beam tersebut.

3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan
menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak
mengalami kesulitan.

4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian
dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.
Gambar 5.6 Bekisting Tie Beam

5.1.3 Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton ready mix,
dengan mutu beton K-300 sesuai dengan rencana. Adapun langkah-langkah pengecoran antara
pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan
menggunakan pompa air.

2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran baik
pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam

3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka
digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton
tersebut dapat memadat.

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan


menggunakan alat pertukangan manual / plester.
Gambar 5.7 Membersihkan tulangan dan bekisting dengan Water Pump

Gambar 5.8 Pengecoran Pile Cap dan Tie beam dengan beton readymix
Gambar 5.9 Pengecoran lewat talang untuk menjangkau poer yang jauh

Gambar 5.10 Pemadatan pengecoran dengan Concrete Vibrator

5.1.4 Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam


Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat
pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu
agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.

Filed under: Materi Kuliah | Tinggalkan sebuah komentar »

Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Pembangunan Gedung


Baru Universitas Semarang
Posted on April 9, 2010 by handoko10

Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi yang mempunyai fungsi untuk
meneruskan beban konstruksi ke dalam lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Suatu
perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah
tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui maka
akan terjadi penurunan dan keruntuhan tanah yang berlebihan. Kedua hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan konstruksi yang berada diatasnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi penentuan bentuk dan jenis pondasi, tergantung dari segi mana kita meninjaunya.
Dari segi ekonomis dapat diambil denagn contoh besarnya biaya yang tersedia dan waktu
pelaksanaan. Dari segi teknis yang sangat menentukan dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi
antara lain :

a. Keadaan perlapisan tanah.

b. Letak atau kedalaman lapisan tanah kuat.

c. Beban terbesar struktur yang harus dipikul pondasi.

Dari uraian tersebut di atas maka perlu di pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan bentuk dan jenis pondasi. Apabila di tinjau dari segi kedalaman pondasi (D) dan lebar
pondasi (B) maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

a. Bila terletak pada D ≤ 1, menggunakan pondasi dangkal

Pondasi dangkal terdiri dari : Pondasi setempat, pondasi menerus dan pondasi plat.

b. Bila terletak pada D > 4, menggunakan pondasi dalam, maka sebaiknya dipilih pondasi tiang
pancang.

Untuk itu perlu dilakukan test tanah guna mengetahui daya dukung, dan jenis tanah, Kedalaman
tanah kuat dan lainnya.

Dengan pedoman pada hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan, maka Proyek Pembanguan
2 Gedung 3 Lantai (N dan O) Universitas Semarang ini menggunakan pondasi dalam yaitu
pondasi tiang pancang. Penggunaan type pondasi ini didasarkan pada kondasi tanah yang ada di
lapangan.

Adapun bentuk tiang pancang berupa beton berpenampang 200×200 mm dengan panjang 6
meter. Mutu tiang pancang adalah K-500. Untuk kedalaman pemancangan diperkirakan 18
meter. Tiang pancang yang digunakan didatangkan dari PT. Beton Multi Mandiri dan CV
Imanuel Tehnik Sentosa sebagai pelaksana pemancangannya. Prosess pemancangan dengan
PileHammer. Tiang pancang dengan panjang 6 meter digunakan pertama kali pada tiap titiknya,
dan dilanjutkan tiang pancang dengan panjang 6 meter. Untuk penyambungan tiang dengan
pengelasan.

Gambar 5.1 Pile Hammer

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan
dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal
dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai
dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Penulangan pile cap dan tie beam


2. Bekisting pile cap dan tie beam

3. Pengecoran pile cap dan tie beam

4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

5.1.1 Penulangan Pile Cap dan Tie Beam

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam maka terlebih
dahulu akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan keseluruhan secara umum.

Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang besi tulangan
beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana.
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang
timbul akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang
kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan
pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan
oleh perencana struktur yaitu dalam hal :

a. Ukuran diameter baja tulangan.

b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.

c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini antara
lain:

1. Pabrikasi Besi

Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang
tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai
perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter.

Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan.


Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh
dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak
ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan dengan
Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.

Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan
potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh
Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong
baja tulangan adalah :
a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya
nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis
sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin.

b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam


pelaksanaan di lapangan.

2. Pemasangan Tulangan

Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk
dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan
pemasangan tulangan antara lain :

a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan tersebut
dipasang.

b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser
diatur sesuai gambar.

c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.

d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan panjang
penjangkaran.

e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut beton
yang akan dicor.

Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile cap
dan tie beam.

Langkah-langkah pembesian pile cap :

1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak
antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan
tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.

2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas
kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai
lekatan antar tulangan.

3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang
telah ditentukan.
4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah
dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak
benar-benar kuat dan kokoh.

Gambar 5.3 Penulangan Pile Cap

Langkah-langkah pembesian tie beam:

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar
rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm

2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.

3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .

4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling
dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin
dihindari.

6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan
bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat
selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan
tulangan berkarat. Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.
Gambar 5.4 Penulangan Tie Beam

5.1.2 Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap selanjutnya
memasang bekisting untuk pile cap dengan diikuti oleh bekisting tie beam. Bekisting dibuat
dengan papan kayu bengkirai dengan rangka kayu yang kuat.

Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah
sebagai berikut :

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang
dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang
menahannya.

2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu
multipleks.

3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada
waktu. pembongkaran bekisting.

4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian
bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku
secukupnya agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada
waktu. pengecoran dilaksanakan.
Gambar 5.5 Bekisting Pile Cap

Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai
berikut:

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan
dengan ukuran tie beam tersebut.

3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan
menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak
mengalami kesulitan.

4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian
dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.
Gambar 5.6 Bekisting Tie Beam

5.1.3 Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton ready mix,
dengan mutu beton K-300 sesuai dengan rencana. Adapun langkah-langkah pengecoran antara
pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan
menggunakan pompa air.

2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran baik
pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam

3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka
digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton
tersebut dapat memadat.

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan


menggunakan alat pertukangan manual / plester.
Gambar 5.7 Membersihkan tulangan dan bekisting dengan Water Pump

Gambar 5.8 Pengecoran Pile Cap dan Tie beam dengan beton readymix
Gambar 5.9 Pengecoran lewat talang untuk menjangkau poer yang jauh

Gambar 5.10 Pemadatan pengecoran dengan Concrete Vibrator

5.1.4 Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam


Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat
pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu
agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.

Filed under: Materi Kuliah | Tinggalkan sebuah komentar »

Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Pembangunan Gedung


Baru Universitas Semarang
Posted on April 9, 2010 by handoko10

Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi yang mempunyai fungsi untuk
meneruskan beban konstruksi ke dalam lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Suatu
perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah
tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui maka
akan terjadi penurunan dan keruntuhan tanah yang berlebihan. Kedua hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan konstruksi yang berada diatasnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi penentuan bentuk dan jenis pondasi, tergantung dari segi mana kita meninjaunya.
Dari segi ekonomis dapat diambil denagn contoh besarnya biaya yang tersedia dan waktu
pelaksanaan. Dari segi teknis yang sangat menentukan dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi
antara lain :

a. Keadaan perlapisan tanah.

b. Letak atau kedalaman lapisan tanah kuat.

c. Beban terbesar struktur yang harus dipikul pondasi.

Dari uraian tersebut di atas maka perlu di pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan bentuk dan jenis pondasi. Apabila di tinjau dari segi kedalaman pondasi (D) dan lebar
pondasi (B) maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

a. Bila terletak pada D ≤ 1, menggunakan pondasi dangkal

Pondasi dangkal terdiri dari : Pondasi setempat, pondasi menerus dan pondasi plat.

b. Bila terletak pada D > 4, menggunakan pondasi dalam, maka sebaiknya dipilih pondasi tiang
pancang.

Untuk itu perlu dilakukan test tanah guna mengetahui daya dukung, dan jenis tanah, Kedalaman
tanah kuat dan lainnya.

Dengan pedoman pada hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan, maka Proyek Pembanguan
2 Gedung 3 Lantai (N dan O) Universitas Semarang ini menggunakan pondasi dalam yaitu
pondasi tiang pancang. Penggunaan type pondasi ini didasarkan pada kondasi tanah yang ada di
lapangan.

Adapun bentuk tiang pancang berupa beton berpenampang 200×200 mm dengan panjang 6
meter. Mutu tiang pancang adalah K-500. Untuk kedalaman pemancangan diperkirakan 18
meter. Tiang pancang yang digunakan didatangkan dari PT. Beton Multi Mandiri dan CV
Imanuel Tehnik Sentosa sebagai pelaksana pemancangannya. Prosess pemancangan dengan
PileHammer. Tiang pancang dengan panjang 6 meter digunakan pertama kali pada tiap titiknya,
dan dilanjutkan tiang pancang dengan panjang 6 meter. Untuk penyambungan tiang dengan
pengelasan.

Gambar 5.1 Pile Hammer

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan
dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal
dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai
dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Penulangan pile cap dan tie beam


2. Bekisting pile cap dan tie beam

3. Pengecoran pile cap dan tie beam

4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

5.1.1 Penulangan Pile Cap dan Tie Beam

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam maka terlebih
dahulu akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan keseluruhan secara umum.

Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang besi tulangan
beton sebagai kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana.
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang
timbul akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang
kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan
pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan
oleh perencana struktur yaitu dalam hal :

a. Ukuran diameter baja tulangan.

b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.

c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini antara
lain:

1. Pabrikasi Besi

Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang
tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai
perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter.

Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan.


Jika terjadi kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh
dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak
ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan dengan
Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.

Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan
potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh
Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong
baja tulangan adalah :
a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya
nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis
sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin.

b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam


pelaksanaan di lapangan.

2. Pemasangan Tulangan

Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk
dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan
pemasangan tulangan antara lain :

a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan tersebut
dipasang.

b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser
diatur sesuai gambar.

c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.

d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan panjang
penjangkaran.

e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut beton
yang akan dicor.

Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile cap
dan tie beam.

Langkah-langkah pembesian pile cap :

1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak
antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan
tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.

2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas
kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai
lekatan antar tulangan.

3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang
telah ditentukan.
4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah
dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak
benar-benar kuat dan kokoh.

Gambar 5.3 Penulangan Pile Cap

Langkah-langkah pembesian tie beam:

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar
rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm

2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.

3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .

4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling
dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin
dihindari.

6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan
bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat
selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan
tulangan berkarat. Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut
beton yang direncanakan.
Gambar 5.4 Penulangan Tie Beam

5.1.2 Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap selanjutnya
memasang bekisting untuk pile cap dengan diikuti oleh bekisting tie beam. Bekisting dibuat
dengan papan kayu bengkirai dengan rangka kayu yang kuat.

Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah
sebagai berikut :

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang
dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang
menahannya.

2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu
multipleks.

3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada
waktu. pembongkaran bekisting.

4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian
bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku
secukupnya agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada
waktu. pengecoran dilaksanakan.
Gambar 5.5 Bekisting Pile Cap

Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai
berikut:

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan
dengan ukuran tie beam tersebut.

3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan
menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak
mengalami kesulitan.

4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian
dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.
Gambar 5.6 Bekisting Tie Beam

5.1.3 Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton ready mix,
dengan mutu beton K-300 sesuai dengan rencana. Adapun langkah-langkah pengecoran antara
pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan
menggunakan pompa air.

2. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran baik
pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam

3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka
digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton
tersebut dapat memadat.

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan


menggunakan alat pertukangan manual / plester.
Gambar 5.7 Membersihkan tulangan dan bekisting dengan Water Pump

Gambar 5.8 Pengecoran Pile Cap dan Tie beam dengan beton readymix
Gambar 5.9 Pengecoran lewat talang untuk menjangkau poer yang jauh

Gambar 5.10 Pemadatan pengecoran dengan Concrete Vibrator

5.1.4 Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam


Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat
pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu
agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.

Filed under: Materi Kuliah | Tinggalkan sebuah komentar »

Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Pembangunan Gedung


Baru Universitas Semarang
Posted on April 9, 2010 by handoko10

Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi yang mempunyai fungsi untuk
meneruskan beban konstruksi ke dalam lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Suatu
perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah
tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui maka
akan terjadi penurunan dan keruntuhan tanah yang berlebihan. Kedua hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan konstruksi yang berada diatasnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi penentuan bentuk dan jenis pondasi, tergantung dari segi mana kita meninjaunya.
Dari segi ekonomis dapat diambil denagn contoh besarnya biaya yang tersedia dan waktu
pelaksanaan. Dari segi teknis yang sangat menentukan dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi
antara lain :

a. Keadaan perlapisan tanah.

b. Letak atau kedalaman lapisan tanah kuat.

c. Beban terbesar struktur yang harus dipikul pondasi.

Dari uraian tersebut di atas maka perlu di pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan bentuk dan jenis pondasi. Apabila di tinjau dari segi kedalaman pondasi (D) dan lebar
pondasi (B) maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

a. Bila terletak pada D ≤ 1, menggunakan pondasi dangkal

Pondasi dangkal terdiri dari : Pondasi setempat, pondasi menerus dan pondasi plat.

b. Bila terletak pada D > 4, menggunakan pondasi dalam, maka sebaiknya dipilih pondasi tiang
pancang.

Untuk itu perlu dilakukan test tanah guna mengetahui daya dukung, dan jenis tanah, Kedalaman
tanah kuat dan lainnya.

Dengan pedoman pada hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan, maka Proyek Pembanguan
2 Gedung 3 Lantai (N dan O) Universitas Semarang ini menggunakan pondasi dalam yaitu
pondasi tiang pancang. Penggunaan type pondasi ini didasarkan pada kondasi tanah yang ada di
lapangan.

Adapun bentuk tiang pancang berupa beton berpenampang 200×200 mm dengan panjang 6
meter. Mutu tiang pancang adalah K-500. Untuk kedalaman pemancangan diperkirakan 18
meter. Tiang pancang yang digunakan didatangkan dari PT. Beton Multi Mandiri dan CV
Imanuel Tehnik Sentosa sebagai pelaksana pemancangannya. Prosess pemancangan dengan
PileHammer. Tiang pancang dengan panjang 6 meter digunakan pertama kali pada tiap titiknya,
dan dilanjutkan tiang pancang dengan panjang 6 meter. Untuk penyambungan tiang dengan
pengelasan.

Gambar 5.1 Pile Hammer

You might also like