Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
IMAN BUDIMAN
260110080145
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010
A. FLAVONOID
Pengertian Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam. Flavonoid
merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan
sebagai pigmen tumbuhan. Flavonoid terdapat pada grup-grup dari unsur-unsur polifenol
yang terdapat pada kebanyakan tumbuhan, biji, kulit buah atau kulit, kulit kayu, dan
bunga. Sejumlah besar tumbuhan obat mengandung flavonoid. Flavonoid digolongkan
berdasarkan struktur kimianya, menjadi falvonol, flavon, flavanon, isoflavon,
anthocyanidin, dan khalkon.
Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda masuk ke dalam golongan
flavonoid. Menurut perkiraan 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan
atau + 1x 10 9 ton/tahun karbon diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan
erat dengannya. Kebanyakan flavonoid terdapat dalam buah, sayuran, dan minuman (teh,
kopi, bir, anggur, dan minumam buah). Di alam, senyawa fenolik kerap dijumpai terikat
pada protein, alkaloid, dan terdapat di antara terpenoid.
Flavonoid mengacu pada hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yang
mempunyai struktur phenylbenzopyrone, biasa dikenal dari aktivitas antioksidannya.
Secara umum lebih dikenal sebagai bioflavonoid, dengan struktur molekul sebagai
berikut:
B. ISOFLAVON
Senyawa isoflavonoid adalah satu golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak
terdapat pada tumbuh – tumbuhan, khususnya dari golongan Leguminoceae. Isoflavon
tergolong kelompok flavonoid, senyawa polifenolik yang banyak ditemukan pada buah–
buahan, sayur–sayuran, dan biji – bijian. Kandungan senyawa flavonoid sendiri dalam
tanaman sangat rendah, yaitu sekitar 0,25 %. Senyawa – senyawa tersebut pada
umumnya dalam keadaan terikat atau terkonjugasi dengan senyawa gula. Senyawa
isoflavon terdistribusi secara luas pada bagian-bagian tanaman, baik pada akar, batang,
daun, maupun buah, sehingga senyawa ini secara tidak disadari juga terikut dalam menu
makanan sehari-hari. Bahkan, karena sedemikian luas distribusinya dalam tanaman maka
dikatakan bahwa hampir tidak normal apabila suatu menu makanan tanpa mengandung
senyawa flavonoid. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa flavon tidak
membahayakan bagi tubuh dan bahkan sebaliknya dapat memberikan manfaat pada
kesehatan.
Hasil-hasil penelitian di berbagai bidang kesehatan telah membuktikan bahwa
konsumsi produk-produk kedelai berperan penting dalam menurunkan resiko terkena
berbagai penyakit degeneratif. Ternyata, hal tersebut salah satunya disebabkan adanya
zat isoflavon dalam kedelai. Isoflavon merupakan faktor kunci dalam kedelai sehingga
memiliki potensi memerangi penyakit tertentu. Isoflavon kedelai dapat menurunkan
resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein
kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol, yang dipercaya karena
adanya isoflavon di dalam protein tersebut. Isoflavon daidzein dan genistein merupakan
komponen utama dari tanaman kedelai. Genistein sebagai signal bakteri terhadap
tanaman memberikan peranan penting dalam nodulasi bintil akar oleh Bradyrhizobium
japonicum pada akar tanaman kedelai.
Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bervariasi. Di antaranya telah berhasil
diidentifikasi struktur kimianya dan bahkan telah diketahui fungsi fisiologisnya dan telah
dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk
keperluan kesehatan antara lain:
Anti-inflammasi
Berbagai senyawa flavonoid telah banyak diteliti dan bahkan beberapa senyawa sudah
diproduksi sebagai obat anti-inflammasi.Loggia dkk., (1986) mengekstraksi apiginin dan
luteolin dari tanaman Chamomilla recutita yang terkenal mempunyai potensi anti-
inflammasi dan banyak digunakan baik sebagai obat tradisional maupun obat resmi yang
telah diformulasikan oleh industri farmasi. Kedua senyawa flavonoida tersebut
mampunyai aktivitas anti-inflamasi serupa dengan indomethacin, yaitu jenis obat anti-
inflammasi yang telah banyak dipasarkan. Dari hasil penelitiannya, dapat dicatat pula
bahwa senyawa flavonoid tersebut harus dalam keadaan “bebas” atau aglikon. Artinya,
tidak dalam keadaan terikat dengan senyawa lain, misalnya dalam bentuk ikatan
glikosida.
Di samping senyawa flavonoida alami, terdapat pula senyawa flavonoid sintesis atau
semi-sintesis yang berpotensi sebagai obat anti-inflammasi, yaitu O-ß- hidroksiethil rutin
dan derivat quercetin. Mekanisme anti-inflammasi menurut Loggia, dkk., (1986), terjadi
melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidonat, pembentukan
prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas “radical scavenging” suatu molekul.
Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlidung dari pengaruh negatif, sehingga dapat
meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoida lain yang dapat berfungsi sebagai anti-
inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepitrin, dan
lain-lain.
Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa flavonoida dan isoflavonoida banyak disebut-sebut berpotensi sebagai
antitumor/antikanker. Proses pembentukan penyakit kanker dapat dibagi dalam 2 (dua)
fase, yaitu fase inisiasi dan fase promosi. Senyawa flavonoida seperti quercetin dan
kaemferol terbukti sebagai senyawa mutagenik pada sel-sel prokariotik dan eukariotik.
Karena sifat inilah maka senyawa-senyawa flavonoida tersebut semula diduga sebagai
inisiator terbentuknya sel tumor. Hal ini berkenaan dengan realitas bahwa semua inisiator
bersifat mutagenik (menyebabkan mutasi pada DNA atau kerusakan irreversibel).
Namun, dugaan tersebut ternyata salah mengingat tidak terbukti pada tikus. Bahkan,
senyawa flavonoida tersebut terbukti menghambat aktivitas senyawa promotor
terbentuknya tumor, sehingga senyawa-senyawa di atas disebut sebagai antitumor.
Dari sejumlah senyawa flavonoida dan isoflavonoida tersebut, yang banyak disebut-sebut
berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genestein yang merupakan isoflavon
aglikon (bebas). Potensi tersebut antara lain menghambat perkembangan sel kanker
payudara dan sel kanker hati. Penghambatan sel kanker oleh senyawa flavon/isoflavon
ini terjadi khususnya pada fase promosi. Genestein yang merupakan salah satu komponen
isoflavon tersebut juga terdapat pada kedelai dan tempe.
Penghambatan sel kanker oleh genestein ini melalui mekanisma sebagai berikut:
(1) Penghambatan pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh
faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduski dengan nonil-
fenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel,
khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung tirosin.
(2) Penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II
(3) Penghambatan regulasi siklus sel
(4) Sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap
senyawa radikal bebas.
(5) Sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor pertumbuhan betha atau
TGFß).
Mekanisme ini dapat berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5
µM. Gambaran umum yang menunjukkan bahwa isoflavon berfungsi sebagai antikanker
adalah suatu realita bahwa di negara-negara ASEAN dan Jepang di mana konsumsi
kedelai relatif tinggi pasien penyakit kranker payudara, kanker prostat, dan uterus lebih
rendah dibandingkan dengan negara lain, misalnya Amerika dan Australia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. Flavonoid dan Phyto Medica: Kegunaan dan Prospek. Phyto Medica, Vol
I, No, 2, 1990.