Professional Documents
Culture Documents
c
c
Modal sosial
Pengalaman Bencana
Gempa bumi pada tanggal 27 mei 2006 yang terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah
menjadi pusat liputan media massa lokal/daerah maupun nasional. Satu hari setelah
gempa, seluruh media massa menempatkan peristiwa gempa sebagai headline.
Hampir seluruh berita tentang gempa di hari itu meliput suasana saat gempa terjadi
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Liputannya secara luas mencakup paniknya
masyarakat saat gempa terjadi, proses runtuhnya bangunan-bangunan, kegentingan
dalam proses penyelamatan korban, penanganan korban dalam situasi darurat, rumah
sakit yang kewalahan, tenaga medis dan obat-obatan kurang, para korban tewas
maupun luka-luka, hancurnya rumah-rumah penduduk, rusaknya berbagai fasilitas
umum, kekacauan akibat isu tsunami dan juga penjelasan-penjelasan ilimah (geologis)
seputar gempa bumi.
Pelan tapi pasti, Yogyakarta sedang berduka, tidak hanya ke seluruh pelosok negeri
tetapi juga ke seluruh dunia. Dalam waktu singkat, orang Yogya sibuk dengan dirinya
sendiri: mencari sanak saudara yang hilang, mengurus yang terluka, mencari tempat
berteduh/memasang tenda, menggelar tikar menaruh badan, mengurus perabotan,
membuka dapur umum, menutup jalan-jalan kampung dan membuka posko bantuan.
Jalan-jalan di kota Yogya bukan lagi tempat orang berjalan, tetapi berubah menjadi
tempat tidur dan tinggal. Yogya di hari kedua dan hari-hari berikutnya berubah
menjadi tempat pelayatan massal. Seluruh Yogya sedang berduka dan rasanya
lumpuh tidak berdaya, semua rumah sakit luber tidak dapat lagi menampung
tambahan orang sakit. Mayat, orang sakit, dan orang sedih tergolek dimana-mana
seolah berbaur dalam satu ruang raksasa (Yogya).
Ada nilai kemanusiaan yang datang dari para relawan dan donatur ke Yogyakarta dan Jawa
Tengah. Semangat tolong menolong dan bahu membahu nampak nyata di lokasi bencana ini,
bantuan datang menggunakan jalur-jalur transportasi apapun selagi memungkinkan.
Perhatian dari pemeritahpun tak kurang ditunjukkan dengan kesediaan presiden berkantor
di Yogyakarta guna koordinasi tanggap bencana. Bantuan natura, in natura dan medis juga
datang dari luar negeri yang menyemut di lokasi-lokasi korban bencana. Terlepas dari
berita-berita tentang kelambatan bantuan mencapai para korban bencana maupun janji-
janji rehabilitasi bencana yang mungkin belum lunas tercapai, namun nilai dan semangat
tolong-menolong dan bantu-membantu antar sesama sangat kuat terasa dalam bencana ini.
Perbedaan dalam konteks agama, suku, golongan, kepentingan dan apapun terlihat membaur
dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Persudaraan kembali kentara dan seperti menjadi
penanda bagi bangsa lain bahwa persatuan itu memang mutlak diperlukan untuk selama-
lamanya. Gotong royong yang selama ini nyaris hanya menjadi jargon semata, telah terbukti
´adaµ diantara jiwa para korban gempa. Tak berlama-lama larut dalam kesedihan,
masyarakat bergotong royong, bahu membahu menyingsikan lengan baju bangkit
menyongsong masa depan.
Bencana alam entah itu gempa bumi, tanah longsor, banjir, kekeringan dan puting beliung
selalu mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Elemen-elemen yang yang beresiko
terkena dampak bencana adalah infrastruktur, rumah, lahan pertanian, jalan dan aktivitas
ekonomi. Dalam workshop kebencanaan yang diadakan oleh Pusat Studi Bencana Alam UGM
di Yogyakarta 5 ² 6 Agustus 2010, dalam presentasinya, salah satu narasumber mengatakan
bahwa selama kurun waktu 1981-2007 (27 tahun) terjadi lebih dari 1300 tanah longsor
merusak di pulau Jawa atau sama dengan 49 kejadian per tahun. Korban meninggal akibat
gempa tanah longsor adalah 2095 orang (77/tahun) dan jumlah korban luka-luka adalah 550
orang atau 20 orang pertahun. Dari situ terlihat bahwa prosentase korban meninggal lebih
besar dibanding korban luka-luka, dengan perbandingan 79 : 21. Dampak lain dari bencana
tanah longsor di Jawa adalah sekitar 4095 hektar lahan pertanian dan 13 kilometer jalan
terpotong. Rumah rusak dan rumah hancur masing-masing hampir mencapai 10.000 unit dan
1800 unit, sedangkan jumlah bangunan yang rusak dan hancur diperkirakan 200 unit. (Dr.
Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc. (Peranan peta Risiko Bencana Tanah longsor dalam
pengurangan risiko bencana, 2010). Bencana jebolnya tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Kota
Tangerang Selatan dengan korban yang sangat banyak mencerminkan sebuah fenomena
perkembangan pembangunan kota yang tidak terkontrol, lemahnya mekanisme pemeliharaan
fasilitas publik serta pelanggaran terhadap proses dan produk rencana tata ruang.
Partisipasi Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kota pasca bencana selama ini masih belum
maksimal. Pemerintah daerah masih lebih banyak mengacu pada pesanan pemberi
bantuan/dana untuk pembangunan fisik di wilayahnya seperti rumah tinggal, rumah sakit,
puskesmas, pasar dan tempat pelayanan publik lainnya. Akibatnya tidak sedikit bangunan
fisik yang dibangun pasca bencana kurang sesuai dengan budaya dan kondisi lokal
masyarakat. Salah satu bangunan mesjid di Kabupaten Klaten misalnya, awalnya
bangunannya sederhana dan cukup untuk komunitas setempat. Setelah bencana gempa,
masjid tersebut menjadi besar dan bergaya turki/arab. Rumah-rumah di pedesaan di Jawa
biasanya berbentuk limasan atau joglo atau ada semacam teras yang biasanya dipakai untuk
bercengkerama antar penduduk yang juga berfungsi sebagai tempat menjemur gabah.
Bangunan rumah setelah gempa biasanya menjadi rumah modern, tidak ada lagi teras luas
untuk tempat pertemuan warga. Demikian pula halnya dengan bangunan pasar dan sekolah,
menjadi lebih modern dan banyak yang kemudian menjadi bangunan bertingkat. Pemerintah
setempat kemungkinan akan kesulitan mengadakan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada
bangunan pasar yang berkonstruksi baja ringan, karena disamping tidak sederhana juga
mahal. Tidak sedikit komunitas setempat dibuat kaget dengan munculnya satu bangunan di
lokasi umum, seperti bangunan WC umum bisa berdiri di pojok lapangan sepak bola di salah
satu desa di Yogyakarta tanpa melibatkan pengurus RT/RW setempat dalam proses
perencanaanya.
?
?
????? ??
??????????
????????? Nama :sabrinna?
Kelas :X-10