You are on page 1of 3

Cara Cepat Hafal Al - Quran

Mau Cepet Menghafal Al-Quran???? Coba yang ini deh. 

 
Metode terbaik dalam menghafal al-qur’an ialah apa yang akan kami sebut kan. Metode ini
memiliki keistimewaan khusus, yaitu hafalan yang mengakar kuat, di samping menghafal nya
pun cepat, hingga kita dapat hafal AL-qur’an dalam waktu singkat, kami akan menjelaskan
metode tadi dengan mengambil sample halaman pertama dari QS.Al-jumu’ah, caranya ialah
sebagai berikut:1.bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali2.bacalah ayat ke dua sebanyak 20
kali3.bacalah ayat ke tiga sebanyak 20 kali4.bacalah ayat ke empat sebanyak 20 kali5.bacalah
KEEMPAT ayat tadi dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali, agar satu sama lai saling
terkait.6.bacalah ayat ke lima sebanyak 20 kali7.bacalah ayat ke enam sebanyak 20 kali8.bacalah
ayat ke tujuh sebanyak 20 kali9.bacalah ayat ke delapan sebanyak 20 kali10.bacalah ayat
KELIMA sampai KEDELAPAN sebanyak 20 kali, agar satu sama lain saling terkait.11.bacalah
ayat PERTAMA hingga ayat KEDELAPAN 20 kali, agar kita menguasai betul halaman iniDan
terapkan selalu metode ini dalam menghafal tiap halaman hingga khatam Al-qur’an, dan jangan
menghafal lebih dari seperdelapan juz {1/4 hizib} tiap harinya, agar target hapalan kita tidak
terlalu banyak hingga akhirnya kocar kacir.Bila kita ingin menghafal halaman berikut nya pada
keesokan harinya, maka sebelum kita terapkan metode tadi, bacalah dahulu halaman kemarin
dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali, agar hafalan kita betul betul mengakar kuat, Baru
setelah itu kita mulai menghafal halaman baru dengan metode yang telah di jelaskan.
Sebagai seorang mukmin, kita tentunya berkeinginan untuk dapat menghafal Al-Quran dan
setiap kita pasti memimpikan agar dapat melahirkan anak-anak yang hafal Al-Quran
(hafidz/hafidzah). Berikut ini ada beberapa cara/kaidah dasar untuk memudahkan menghafal, di
antaranya:
Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah Azza wa Jalla.
Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena Allah
Subhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya. Tidak ada pahala
bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, karena riya
atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas menjerumuskan pelakunya
kepada dosa.
Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al-Quran. Sesungguhnya siapa
yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran maka dia akan
mendapatkannya.
Membenarkan ucapan dan bacaan.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang baik bacaan Al-
Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri
mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan
Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau untuk murajaah hafalan beliau. Pada
tahun Rasulullah shallallahualaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali.
Para shahabat radliallahu anhum juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahualaihi wa
sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang
dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari yang baik dan
bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya
sendiri dalam hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya.
Membuat target hafalan setiap hari.
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, satu hizb, seperempat hizb
atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target
yang telah ditetapkan sebisa mungkin untuk dipenuhi.
Membaguskan hafalan.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini dimaksudkan
untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan
mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.
Menghafal dengan satu mushaf.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa menghafal
dengan mendengar.
Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan tempat-tempatnya
dalam mushaf.
Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti mushaf yang biasa ia menghafal
dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit dirinya.
Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal Al-Quran
adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi keterkaitan
antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.
Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk membaca tafsir dari ayat-ayat yang
dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui
sebab turunnya ayat atau memahami makna yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus.
Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah oleh pemula seperti kitab Zubdatut
Tafsir oleh Asy-Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar.
Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat menelaah kitab-
kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier, Tafsir Ath-Thabari,
Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan oleh Asy-Syanqithi.wajib pula menghadirkan hatinya pada
saat membaca Al-Quran.
Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat lain kecuali setelah
benar-benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain).
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada dirinya
sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz atau
mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam
ucapan, atau syakal ataupun lupa.
Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya sendiri, sehingga
terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang memperingatkan
kesalahan tersebut.
Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.
Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam : “Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi
Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat
dari ikatannya.”
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja niscaya ia
akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan Al-Quran terus diulang setiap harinya. Bila
ternyata hafalan yang ada hilang dalam dada tidak sepantasnya mengatakan: “Aku lupa ayat
(surat) ini atau ayat (surat) itu.” Akan tetapi hendaklah mengatakan: “Aku dilupakan,” karena
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam telah bersabda: (..arab..)
Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk memperhatikannya agar
dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat lain.
Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.
Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang sedang dibaca/dihafalkannya, sehingga
hafalannya tidak hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat menuliskannya dalam bentuk
tulisan.
Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal satu atau beberapa
surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan tersebut mereka tidak bisa
atau banyak kesalahan dalam penulisannya.
Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun. Wallahu alam
dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan
lebih baik daripada menghafal di usia tua.
Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti mengukir di atas batu, menghafal di
waktu tua seperti mengukir di atas air.
HAL-HAL YANG DAPAT MENGHALANGI HAFALAN
Setelah kita mengetahui beberapa kaidah dasar untuk menghafal Al-Quran maka sudah
sepantasnya bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang menghalangi dan menyulitkan
hafalan agar kita dapat waspada dari penghalang-penghalang tersebut.
Di antaranya:
Banyaknya dosa dan maksiat.
Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba terhadap Al-Quran dan terhadap dirinya
sendiri. Hatinya akan buta dari dzikrullah.
1. Tidak adanya upaya untuk menjaga hafalan dan mengulangnya secara terus-menerus. Tidak
mau memperdengarkan (meminta orang lain untuk menyimak) dari apa-apa yang dihafal dari Al-
Quran kepada orang lain.
2. Perhatian yang berlebihan terhadap urusan dunia yang menjadikan hatinya tergantung
dengannya dan selanjutnya tidak mampu untuk menghafal dengan mudah.
3. Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu yang singkat dan pindah ke hafalan
lain sebelum kokohnya hafalan yang lama.
Kita mohon pada Allah Subhanahu wa Ta`ala semoga Dia mengkaruniakan dan memudahkan
kita untuk menghafal kitab-Nya, mengamalkannya serta dapat membacanya di tengah malam dan
di tepi siang. Wallahu alam bishawwab.
(Ummu Abdillah & Ummu Maryam, dinukil dari kutaib: “Kaifa Tataatstsar bil Quran wa Kaifa
Tahfadzuhu?” oleh Abi Abdirrahman)

You might also like