Professional Documents
Culture Documents
Tinggi fundus uteri adalah tinggi puncak tertinggi rahim sesuai usia kehamilan. Biasanya pengukuran ini
dilakukan saat pemeriksaan abdomen ibu hamil tepatnya saat melakukan Leopold 1. Dari pengukuran
TFU dapat diketahui taksiran usia gestasi dan taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU menggunakan
jari pemeriksa sebagai alat ukurnya, namun kelemahannya tiap orang memiliki ukuran jari yang berbeda.
TFU lebih baik diukur menggunakan metylen dengan satuan cm, ujung metylen ditempelkan pada
simfisis pubis sedangkan ujung lain ditempelkan di puncak rahim.
Hasil pengukuran TFU pasien adalah 26 cm pada usia kehamilan 31 minggu. Seharusnya usia
gestasi 31 minggu TFU nya adalah 30 cm. Hal ini berarti bahwa TFU pasien tidak normal
TFU 26 cm
TBJ = (TFU-13) x 155
= (26-13) x 155
= 2015 gram
Sedangkan TBJ menurut TFU normal UK 7 bulan adalah:
TBJ = (TFU-13) x 155
= (30 – 13) x 155
= 2635 gram
Berdasarkan hasil anamnese pasien, diketahui bahwa TBJ yang dihitung pada pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan pasien sebelum ini (tanggal 13 Oktober 2010 lalu) adalah 1,3 kg. Jadi
Nampak jelas bahwa janin yang dikandung ibu tersebut kemungkinan mengalami retardasi
pertumbuhan dan tidak menutup kemungkinan pula bila gangguan ini tidak ditangani dengan
baik, janin dapat lahir dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir
2.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia
sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil
studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar
dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia
Sehat 2010 yakni maksimal 7% .
2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).
a. Penyakit
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan
ibu pengguna narkotika.
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).
2. 4 Komplikasi:
Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma
gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikular, apnea of
prematurity, anemia
2.5 Diagnosis:
Mengetahui bayi mengalami BBLR dapat dilakukan dengan cara anamneses, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2.5.1 Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):
a. Umur ibu
f. Aktivitas
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan janin
2.6.1 Medikamentosa
a. Pemberian vitamin K1
b. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian
c. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-
10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2.6.2 Diatetik
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Referensi:
Modul ANC