Professional Documents
Culture Documents
TEORI PEMBANGUNAN
Dosen Pengajar:
Drs. Martoyo, MA
PIRDANI : E01108058
RIKY PRAYUDA : E01108146
1
BAB I
A. Pendahuluan
Pembangunan sering dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari situasi
nasional yang satu ke situasi yan lain yang dinilai lebih tinggi ( Kattz, 1971): dengan kata lain
pembangunan menyangkut proses perbaikan ( Seers, 1970; p.2 ). Batasan pembangunan yang
nampaknya bebas dari kaitan tata nilai tersebut didalam realitasnya menimbulkan interpretasi-
interpretasi yang sering kali secara diametrik bertentangan satu sama lain sehingga mudah
menimbulkan kesan bahwa realitas pembangunan pada hakekatnya merupakan self projected
reality.
2
3. Aliran Neoekonomi
Ada perubahan fundamental didalam cara memberikan makna pertumbuhan ekonomi
itu sendiri jika dibanding dengan ide pendukung indikator neoekonomi ini. Dudley Seers
(1969 ), menegaskan bahwa ada tiga hal yang perlu ditanyakan tentang pembangunan suatu
negara, yaitu apa yang tengah terjadi dengan kemiskinan, apa yang tengah terjadi dengan
pengangguran, dan apa yang tengah terjadi dengan ketimpangan.
4. Aliran Pembangunan Berwajah Manusiawi
Tuntutan mengenai perlunya wajah-wajah manusiawi dalam proses pembangunan
mulai menggema. Tokoh-tokoh seperti Denisa Goule (1973 ), Gueireiro Ramos ( 1976 )
mengartikulasikan apirasi kemanusiaan tersebut. Meskipun variasi di antara tokoh yang satu
dengan tokoh yan lain cukup tajam, namun kesemuanya memperjuangkan penhormatan
martabat manusia.
Faktor apa yang mendorong pergeseran paradigma ini kiranya sukar diidentikkan
kepada faktor tunggal, barangkali realitas kehidupan masyarakat yang cenderung
menyimpang, keresahan sebagian anggota masyarakat cendikiawan muda tahun 1977, gema
pergeseran nilai pembangunan pada tingkat global yang ikut merangsang daya pikir baik
teknokrat maupun cendikiawan mud, secara interaktif ataupun simultan ikut mendorong
adanya pergeseran tersebut di atas.
3
BAB II
PERKEMBANGAN MAKNA PEMBANGUNAN
A. Pandangan Tradisional
Pada mulanya upaya pembngunan negara sedang berkembang (NSB ) diidentikkan
dengan upaya meningkatkan pendapata per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan.
Fenomena ini terlihat dari pemikiran-pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti teori
Harrod-Domar, Arthur Lewis, WW Rostow, Hirchman, Rosenstein Roden, Nurkse L. Ini
mencermikan munculnya teori pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama dari setiap
kebijakan ekonomi di negara manapun.
4
2. Paradigma Pembangunan : Utopis ataukah Normati ?
Demikian banyak makna pembangunan yang diturunkan oleh para ahli berdasarkan
pengalaman di berbagai negara dan studi yang dilakukan. Boleh dikata hampir setiap
orang peduli dengan pembangunan sebagai tujuan yang diinginkan bagi negara dan
penduduk dunia ketiga.
BAB III
INDIKATOR HASIL-HASIL PEMBANGUNAN
A. Indikator Ekonomi
1. Klasifikasi Negara
Negara berpenghasilan menengah ( Low-Income economies ), adalah kelompok
negara dengan GNP per kapita lebih dari US$ 695 pada tahun 1993.
Negara berpenghasilan menengah ( Middle-Income economies ), adalah kelompok
negara-negara dengan GNP per kapita lebih dari US$ 695 namun kurang dari US$
629 pada tahu 1993.
Negara berpenghasilan tinggi ( high-income economies ), adalah kelompok
negara-negara dengan GNP per kapita US$ 8. 626 atau lebih pada tahun 1993
Dunia (world ), meliputi semua negara di dunia.
5
2. GNP Per Kapita Dengan Purchasing
Perbandingan antar negara berdasarkan GNP per kapita seringkali menyesatkan. Hal ini
disebabkan adanya pengkonversian penghasilan suatu negara kedalam satu mata uang
yang resmi (Dollar AS).
B. Indikator Sosial
Indikator Sosial Sebagai Alternatif Indikator Pembangunan
Pada tahun 1970, UNRISD mengembangkan indikator sosial ekonomi, yang terdiri
atas: 9 Indikator Sosial dan 7 Indikator Ekonomi. Semula ada 73 indikator, namun
akhirnya hanya 16 indikator tersebut yang dipilih, indikator-indikator ini dipilih atas
dasar tingkat korelasi dalam membentuk indeks pembangunan dengan menggunakan
“bobot timbangan” yang berasal dari berbagai tingkat korelasi.
6
BAB IV
TEORI UTAMA PEMBANGUNAN
7
Tahap ini dihadapi dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap
sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang
dimana produksi dilakukan secara swadaya.
Tahap V. Tahap Konsumsi Massa Tertinngi
Tahap konsumsi massa tertinggi merupakan akhir dari tahapan pembangunan
yang dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini akan terjadi imigrasi besar-
besaran dari masyrakat pusat perkotaan ke pinggira kota, akibat pembangunan
pusat kota sebagai sentral bagi tempat bekerja.
G. Teori Dependensia
. Teori ini berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi yang di
alami oleh negara-negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah pembagian
perekonomian dunia menjadi dua golongn, golongan pertama adalah perekonomian
negara-negra maju dan kedua adalah perekonomian negara-negara sedang
berkembang
8
H. Hukum Neo-Klasik penentang Revolusi
Dekade 1980-an menandai munculnya teori pembanguna neo-klasik yang
menjawab sanggahan teori Dependensia. Teori Dependensia cenderung menggunakan
pedekatan yang bersifat revolusioner sebagai salah satu pemecahan eksploitasi negar-
negara pusat terhadap periferi, mendapat senggahan oleh teori ini. Teori pembangunan
neo-klasik yang anti terhadap pendekatan revolusioner sering disebut sebagai teori
penawaran ( Supply Side Theory) teori ini merekomendasikan swatanisasi BUMN,
meningkatkan peran perencanaan dan penetapan regulasi ekonomi yang menciftakan
iklim kondusif bagi peningkatan peran pihak swasta dalam pembangunan.
BAB V
TEORI KETERGANTUNGAN
Pada bab ini, kita akan membahas teori-teori yang masuk dlam kelompok sruktural.
Teori ini menolak jawaban yang diberikan oleh teori Modernisasi. Teori struktural
berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat dinegara-negara dunia ketiga yang
mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia
yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat melakukan eksploitasi terhadap yang lemah.
Maka surflus dari negara-negara dunia ketiga beralihke negara-negara industri maju.
9
Ada tiga kelompok teori yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, yaitu:
Kelompok teori yang menekankan idealisme manusia dan keinginannya untuk
menyebarkan ajaran tuhan, untuk menciftakan dunia yang lebih baik.
Kelompok teori yan menekankan kehausan manusia terhadap kekuasaan, untuk
kebesaran pribadi maupun kebesaran masyarakat dan negaranya.
Kelompok teori yang menekankan pada keserakahan manusia yang selalu
beruaha mencari tambahan kekayaan, yang dikuasinya oleh kepentingan
ekonomi.
Ketiga kelompok teori ini dikelompokkan menjadi teori God, Glory, dan Gold
1. Teory God
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa motivasi utama dari orang-orang Eropa
untuk mengarungi samudra dan bertualang di negara-negara lain adalah untuk
menyebarkan agama.
2. Teory Glory
Teori ini menjelaskan bahwa dorongan utama dari Imperialisme dan Kolonialisme
adalah bukan kepentingan agama atau ekonomi, melainkan kehausan akan kekuasaan
atau kebesaran.
3. Teory Gold
Teori ini menjelaskan Imperialisme dan Kolonoalisme melalui motivasi keuntungan
ekonomi.
10
BAB VI
B. Model pembangunan
Model didefenisikan sebaagai kerangka berfikir yang obyektif dan rasional
berdasarkan konsep, teori, dan paradigma dalam bentuk konstruksi strategis guna
memecahkan berbagai masalah bagi kehidupan masyarakat model ini dapat dilihat dari
berbagai dimensi, dan kaitannya dengan perubahan sosial bisa dilihat dari dimensi politik,
ekonomi, sosial, budaya, administrasi, dan sebagainya.
Menurut Henault yang dikemukakan Mustopadidjaya (1996) dalam Seminar dan
Lokakarya Himpunan Alumni Studi Ketahanan nasional di Lembaga, Bandung,
menyatakan bahwa Model pembangunan yang banyak mempengaruhi proses
pembangunan negara berkembang dapat dibedakan dalam dua jenis dan berlaku dala dua
kurun waktu yang berurutan, yaitu:
11
Model I, titik berat pada pertumbuhan GNP yang berkembang pada dekade
1950-an dan 1960-an.
Model II, titik berat pada pemerataan dan pemenuan kebutuhan pokok yang
berkembang pada dekade 1970-an.
Model III, titik berat pada pembangunan kualitas SDM yang berkembang akhir
dekade 1970-an. Model ini oleh beberapa penulis disebut sebagai “Model
Pembangunan Kualitas Manusia”.
12
E. Birokrasi Berakses Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Peran birokrasi pemerintah dalam upaya menyukseskan Gerakan Nasional Program IDT
mempunyai kedudukan yang strategis dan menentukan kelancaran serta kesinambungan
program tersebut. Pendekatan pemberdayaan dan pembelajaran yang dilakukan birokrasi
pemerintah daerah Tingkat II selaku pelaksana Program IDT memerlukan suasana
transformasi pembangunan sosial yang menuntut keprofesionalan, sikap kemitraan,
dialogis, dan keteladanan unsur birokrasi pemerintahan.
13