You are on page 1of 13

TUGAS TERSTRUKTUR

TEORI PEMBANGUNAN
Dosen Pengajar:

Drs. Martoyo, MA

PIRDANI : E01108058
RIKY PRAYUDA : E01108146

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2010

1
BAB I

PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF DIAKRONIS

A. Pendahuluan

Pembangunan sering dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari situasi
nasional yang satu ke situasi yan lain yang dinilai lebih tinggi ( Kattz, 1971): dengan kata lain
pembangunan menyangkut proses perbaikan ( Seers, 1970; p.2 ). Batasan pembangunan yang
nampaknya bebas dari kaitan tata nilai tersebut didalam realitasnya menimbulkan interpretasi-
interpretasi yang sering kali secara diametrik bertentangan satu sama lain sehingga mudah
menimbulkan kesan bahwa realitas pembangunan pada hakekatnya merupakan self projected
reality.

B. Pergeseran Nilai dalam Teori Pembangunan

1. Aliran Klasik dan Indikator Sosial


Masa-masa setelah perang dunia II ditandai oleh timbulnya kembali persoalan yang
telah pula menjadi titik perhatia para negarawan dan ahli ekonomi pada akhir abad XVIII dan
awal abad XIX, yaitu persoalan bagaiman menjamin perbaikan tingkat hidup secara terus-
menerus ( Higgins, 1968, p.147). perbaikan tingkat hidup tersebut tercermin dalam
indikator ekonomi murni, yaitu kenaikan pendapatan nasional atau pendapatan perkapita
secara nyata serta kumulatif. Akan tetapi indikator ekonomi ini tidak memuaskan para ahli,
oleh karena itu beberapa ilmuan menambahkan ukuran lain di samping ukuran ekonomi murni
tadi; lahirlah indikator soaial yang mencakup antara lain pendidikan, kesehatan, perumahan,
pelayanan sosial dsb.
2. Aliran Ekonomi Politik Neoklasi
Reaksi pertama yang berdimensi global mengejawantah pada pendukung aliran
ekonomi-politik neoklasik ( new-classical economy ) yang banyak dijiwai oleh Marxisme.
Pelopor ekonomi klasik seperti Andre GunderFrank (1967 ), Samir Amin ( 1976 ) dan
Thomas Szentes 9 1971 ) melacak sebab-sebab keterbelakangan ( underdevelopment )
dengan segala manifestasinya itu pada inkorporasi masyarakat dalam sistem kapitalisme
internasional.

2
3. Aliran Neoekonomi
Ada perubahan fundamental didalam cara memberikan makna pertumbuhan ekonomi
itu sendiri jika dibanding dengan ide pendukung indikator neoekonomi ini. Dudley Seers
(1969 ), menegaskan bahwa ada tiga hal yang perlu ditanyakan tentang pembangunan suatu
negara, yaitu apa yang tengah terjadi dengan kemiskinan, apa yang tengah terjadi dengan
pengangguran, dan apa yang tengah terjadi dengan ketimpangan.
4. Aliran Pembangunan Berwajah Manusiawi
Tuntutan mengenai perlunya wajah-wajah manusiawi dalam proses pembangunan
mulai menggema. Tokoh-tokoh seperti Denisa Goule (1973 ), Gueireiro Ramos ( 1976 )
mengartikulasikan apirasi kemanusiaan tersebut. Meskipun variasi di antara tokoh yang satu
dengan tokoh yan lain cukup tajam, namun kesemuanya memperjuangkan penhormatan
martabat manusia.

C. Makna Pembangunan : Sebuah Pembenturan Nilai, konsep, dan Strategi.


1. Pengutamaan Pertumbuhan dan dampaknya
Pemeliharaan alternatif setelah stabilitas nasional nampaknya paralel dengan apa yang
dicanangkan oleh PBB.
2. Ketimpagan antarspasial dan Antarstrata
Ketimpangan antarspasial maupun ketimpangan antarstrata dalam suatu struktur
ekonomi yang demikian nampak makin nyata. Di dalam pidatonya pada tanggal 17
Agustus 1977 di depan DPR, presiden Soeharto mengakui bahwa kenaikan pendapatan
golongan kaya di kota lebih cepat dari kenaikan pendapatan golongan miskin.

D. Pergeseran Paradigma Pembangunan

Faktor apa yang mendorong pergeseran paradigma ini kiranya sukar diidentikkan
kepada faktor tunggal, barangkali realitas kehidupan masyarakat yang cenderung
menyimpang, keresahan sebagian anggota masyarakat cendikiawan muda tahun 1977, gema
pergeseran nilai pembangunan pada tingkat global yang ikut merangsang daya pikir baik
teknokrat maupun cendikiawan mud, secara interaktif ataupun simultan ikut mendorong
adanya pergeseran tersebut di atas.

3
BAB II
PERKEMBANGAN MAKNA PEMBANGUNAN

A. Pandangan Tradisional
Pada mulanya upaya pembngunan negara sedang berkembang (NSB ) diidentikkan
dengan upaya meningkatkan pendapata per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan.
Fenomena ini terlihat dari pemikiran-pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti teori
Harrod-Domar, Arthur Lewis, WW Rostow, Hirchman, Rosenstein Roden, Nurkse L. Ini
mencermikan munculnya teori pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama dari setiap
kebijakan ekonomi di negara manapun.

B. Paradigma Baru Dalam Pembangunan


Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional,
sedangkan pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Hal inilah yang menandai dimulainya masa pengkajia ulang tentang arti
pertumbuhan. Myrdal (1968 ) misalnya mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke
atas dari seluruhsistem sosial.
1. Strategi Pertumbuhan Dengan Distribusi
 Strategi kebutuhan pokok
Embrio pendekatan kebutuhan pokok bermula dari program ILO tentang prinsip-
prinsipdan program aksi strategi kebutuhan pokok dalam pembangunan.
 Strategi pembangunan mandiri
Strategi pembanguna mandiri agaknya berkaitan dengan strategi pertumbuhan
dengan distribusi, namun strategi ini memiliki pola motivasi dan organisasi yang
berbeda . pada dekade 1970-an strateg ini populer sebagai paradigma defedensia.
 Strategi pembangunan berkelanjutan
Perkembangan berkelanjutan, atau sustainable developmen, muncul ketika isu
mengenai lingkungan muncul pada dasawarsa 1970.
 Strategi berdimensi etnik
Strategi ethnodevelopment, bermula muncul dari koflik entis. Isu antar etnis
(rasial ) berkembang di Afrika dan semakin intens menjadi Asia Selatan pada
dasawarsa 1980-an.

4
2. Paradigma Pembangunan : Utopis ataukah Normati ?
Demikian banyak makna pembangunan yang diturunkan oleh para ahli berdasarkan
pengalaman di berbagai negara dan studi yang dilakukan. Boleh dikata hampir setiap
orang peduli dengan pembangunan sebagai tujuan yang diinginkan bagi negara dan
penduduk dunia ketiga.

BAB III
INDIKATOR HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

Perlunya Indikator Pembangunan


Dewasa ini defenisi pembangunan eknomi yang banyak diterima adalah:
Suatu proses di mana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun
waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah
“garis kemiskinan absolut” tidak meningkat dan distribusi pedapata tidak semakin
timpang ( Meier, 1995; h.7 )
Yang dimaksud dengan proses adalah berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling
berkaitan dan mempengaruhi. Dengan kata lain pembangunan ekonomi lebih sekedar
pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi
yang diikuti dengan perubahan ( growth plus change ) dalam: pertama, perubahan struktur
ekonomi dan pertanian ke industri dan jasa. Kedua, perubahan kelembagaan baik lewat
regulasi maupun formasi kelembagaan itu sendiri.

A. Indikator Ekonomi
1. Klasifikasi Negara
 Negara berpenghasilan menengah ( Low-Income economies ), adalah kelompok
negara dengan GNP per kapita lebih dari US$ 695 pada tahun 1993.
 Negara berpenghasilan menengah ( Middle-Income economies ), adalah kelompok
negara-negara dengan GNP per kapita lebih dari US$ 695 namun kurang dari US$
629 pada tahu 1993.
 Negara berpenghasilan tinggi ( high-income economies ), adalah kelompok
negara-negara dengan GNP per kapita US$ 8. 626 atau lebih pada tahun 1993
 Dunia (world ), meliputi semua negara di dunia.

5
2. GNP Per Kapita Dengan Purchasing
Perbandingan antar negara berdasarkan GNP per kapita seringkali menyesatkan. Hal ini
disebabkan adanya pengkonversian penghasilan suatu negara kedalam satu mata uang
yang resmi (Dollar AS).

B. Indikator Sosial
Indikator Sosial Sebagai Alternatif Indikator Pembangunan
Pada tahun 1970, UNRISD mengembangkan indikator sosial ekonomi, yang terdiri
atas: 9 Indikator Sosial dan 7 Indikator Ekonomi. Semula ada 73 indikator, namun
akhirnya hanya 16 indikator tersebut yang dipilih, indikator-indikator ini dipilih atas
dasar tingkat korelasi dalam membentuk indeks pembangunan dengan menggunakan
“bobot timbangan” yang berasal dari berbagai tingkat korelasi.

1. Indeks Mutu Hidup (PQLI )


Untuk mengukur tingkat kesejahteran masyarakat, Morris D. Morris memperkenalkan
Physical Quality Life Index (PQLI ), yang lazim diterjemahkan sebagai Indeks Mutu
Hidup ( IMH ). PQLI merupakan indeks komposit ( gabungan ) dari 3 indikator, yaitu
harapan hidup pada usia satu tahun, angkakematian, dan tingkat melek hurup.
2. Human Development Indexz ( HDI )
PQLI mencoba merangking semua negara dalam skala 0 ( sebagai tingkatan
pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (pembangunan manusia yang tertinggi ).
berdasarkan atas 3 tujuan atau produk pembangunan, yaitu : (1) usia panjang yang diukur
dengan tingkat harapan hidup. (2) pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang
dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca. (3) penghasilan yang diukur dengan
pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan.

6
BAB IV
TEORI UTAMA PEMBANGUNAN

A. Teori Pertumbuhan Linear


Dasar pemikiran dari model ini adalah evolusi proses pembangunan yang
dialami oleh suatu negara selalu melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan tersebut
merupakan proses urutan seperti halnya aliran air sungai.
B. Teori pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang
berurutan, yaitu dimulai dari masa pemburuan, masa berternak, masa bercocok tanam,
perdagangan , dan yang terakhir adalah tahap perindustrian. Menurut teori ini
masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang
kapitalis.
C. Teori Pembangunan Karl mark
Karl Mark dalam bukunya Das Kapital membagi evolusi perkembangan
masyarakat menjadi tiga, yaitu dimulai dari feodalisme, kapitalisme, dan Sosialisme.
Evolusi perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang
dilaksanakan.
D. Teori Pertumbuhan Rostow
 Tahap I. Perekonomian Tradisional,
perekonomian ini cenderung bersifat subsistem pemanfaatan teknologi dalam
sistem produksi masih terbatas.
 Tahap II. Prakondisi Tinggal landas
Pada dasarnya merupakan proses transisi dari masyrakat agraris menuju
masyarakat industri. Sektor industri mulai berkembang disamping sektor
pertanian yang masih memegang peranan penting dalam perekonomian.
 Tahap III.Tinggal landas
Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam keseluruhan proses
pembangunan dalam keseluruhan proses pembangunan bagian kehidupan
masyarakat. Pengalaman negara-negara eropa menunjukan bahwa tahap ini
berlaku dalam waktu yang relatif pendek yaitu kira-kira dua dasawarsa.
 Tahap IV Tahap Menuju Kedewasaan

7
Tahap ini dihadapi dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap
sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang
dimana produksi dilakukan secara swadaya.
 Tahap V. Tahap Konsumsi Massa Tertinngi
Tahap konsumsi massa tertinggi merupakan akhir dari tahapan pembangunan
yang dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini akan terjadi imigrasi besar-
besaran dari masyrakat pusat perkotaan ke pinggira kota, akibat pembangunan
pusat kota sebagai sentral bagi tempat bekerja.

E. Teori Pertumbuhan Struktural


Teori pertumbuhan struktural menitik beratkan pembahasan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang didalami oleh negara sedang berkembang, yang semula
lebih bersifat subsisten dan menitikberatakan pada sektor pertanian menuju struktur
perekonomian yang lebih modern, dan sangat disominasi oleh sektor industri dan jasa
( Todaro, 1991. Hal. 68 ).

F. Teori Pola Pembangunan Chenery


Analisis teori Pattern of Development memfokuskan terhadap perubahan
struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri, dan struktur institusi dari
perekonomian negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonominya. Penelitian yang dilakukan Holls Chenery tentang transformasi struktur
produksi menunjukan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita
perekonomian suatu akan bergeser dari yang semula. mengandalkan sektor pertanian
menuju sektor industri.

G. Teori Dependensia
. Teori ini berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi yang di
alami oleh negara-negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah pembagian
perekonomian dunia menjadi dua golongn, golongan pertama adalah perekonomian
negara-negra maju dan kedua adalah perekonomian negara-negara sedang
berkembang
8
H. Hukum Neo-Klasik penentang Revolusi
Dekade 1980-an menandai munculnya teori pembanguna neo-klasik yang
menjawab sanggahan teori Dependensia. Teori Dependensia cenderung menggunakan
pedekatan yang bersifat revolusioner sebagai salah satu pemecahan eksploitasi negar-
negara pusat terhadap periferi, mendapat senggahan oleh teori ini. Teori pembangunan
neo-klasik yang anti terhadap pendekatan revolusioner sering disebut sebagai teori
penawaran ( Supply Side Theory) teori ini merekomendasikan swatanisasi BUMN,
meningkatkan peran perencanaan dan penetapan regulasi ekonomi yang menciftakan
iklim kondusif bagi peningkatan peran pihak swasta dalam pembangunan.

BAB V

TEORI KETERGANTUNGAN

Pada bab ini, kita akan membahas teori-teori yang masuk dlam kelompok sruktural.
Teori ini menolak jawaban yang diberikan oleh teori Modernisasi. Teori struktural
berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat dinegara-negara dunia ketiga yang
mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia
yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat melakukan eksploitasi terhadap yang lemah.
Maka surflus dari negara-negara dunia ketiga beralihke negara-negara industri maju.

A. Serba Sedikit Tentang Teori Struktural


Teori struktural sebenarnya merupakan teori-teori yang memakai pendekatan
struktural. Pendekata ini menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi
kemasyarakatan beserta sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya,
perrubahan-perubahan pada lingkumgan material manusia termasuk perubahan-
perubahan teknologi.
B. Perdebatan Tentang Imperialisme dan Kolonialisme
Pemikiran tentang imperialisme dan kolonialisme bergumul dengan pertanyaan.
Mengapa bangsa-bangsa di Eropa melakukan ekspansi keluar dan menguasai bangsa-
bangsa lainnya, baik secara politis maupun secara ekonomis. Apa yang menjadi
dorongan utamanya ??

9
Ada tiga kelompok teori yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, yaitu:
 Kelompok teori yang menekankan idealisme manusia dan keinginannya untuk
menyebarkan ajaran tuhan, untuk menciftakan dunia yang lebih baik.
 Kelompok teori yan menekankan kehausan manusia terhadap kekuasaan, untuk
kebesaran pribadi maupun kebesaran masyarakat dan negaranya.
 Kelompok teori yang menekankan pada keserakahan manusia yang selalu
beruaha mencari tambahan kekayaan, yang dikuasinya oleh kepentingan
ekonomi.

Ketiga kelompok teori ini dikelompokkan menjadi teori God, Glory, dan Gold

1. Teory God
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa motivasi utama dari orang-orang Eropa
untuk mengarungi samudra dan bertualang di negara-negara lain adalah untuk
menyebarkan agama.
2. Teory Glory
Teori ini menjelaskan bahwa dorongan utama dari Imperialisme dan Kolonialisme
adalah bukan kepentingan agama atau ekonomi, melainkan kehausan akan kekuasaan
atau kebesaran.
3. Teory Gold
Teori ini menjelaskan Imperialisme dan Kolonoalisme melalui motivasi keuntungan
ekonomi.

10
BAB VI

STRATEGI PEMBANGUNAN YANG BERPUSAT PADA RAKYAT

A. Strategi Pembangunan Menuju pembangunan manusia


Hendra Esmara ( 1968: 23 ) mengemukakan bahwa negara yang melaksanakan politik
pembangunan berawal dari negara yang baru merdeka disebut negara belum berkembang
(under developed countries), kemudian negara berkembang (backward countries), negara
kurang berkembang (less countries), negara miskin, dan negara sedang berkembang
(developing countries) serta belakangan lebih dikenal dengan negara dunia ketiga (third
world countries).
Pada awalnya, pembangunan lebih difokuskan pada pertumbuhan ekonomi. Namun
demikian, pada hakikatnya pembangunan merupakan proses perubahan sosial kumulatif
dengan ekonomi dan demokrasi politik didalamnya. Kegiatan pembangunan merupakan
suatu proses yang saling terkait. Dengan kata lain, pembangunan terjadi dalam lingkaran
sebab-akibat kumulatif atau ”Circular Cumulative Causation” ( Gunar Myrdal, 1985).
Strategi pertumbuhan ekonomi dalam konsep pembangunan tersebut menimbulkan
kelompok negara maju dan berkembang. Untuk mengejar ketinggalannya, negara-negara
berkembang menerapkan konsep paradigma pertumbuhan ( Grow Paradigma ), dengan
ditandai meningkatnya pertumbuhan pendapatan nasional ( Grow National Product )
yang didukung kebijaksanaan investasi, transfer teknologi, dan perdagangan menuju era
industrialisasi.

B. Model pembangunan
Model didefenisikan sebaagai kerangka berfikir yang obyektif dan rasional
berdasarkan konsep, teori, dan paradigma dalam bentuk konstruksi strategis guna
memecahkan berbagai masalah bagi kehidupan masyarakat model ini dapat dilihat dari
berbagai dimensi, dan kaitannya dengan perubahan sosial bisa dilihat dari dimensi politik,
ekonomi, sosial, budaya, administrasi, dan sebagainya.
Menurut Henault yang dikemukakan Mustopadidjaya (1996) dalam Seminar dan
Lokakarya Himpunan Alumni Studi Ketahanan nasional di Lembaga, Bandung,
menyatakan bahwa Model pembangunan yang banyak mempengaruhi proses
pembangunan negara berkembang dapat dibedakan dalam dua jenis dan berlaku dala dua
kurun waktu yang berurutan, yaitu:

11
 Model I, titik berat pada pertumbuhan GNP yang berkembang pada dekade
1950-an dan 1960-an.
 Model II, titik berat pada pemerataan dan pemenuan kebutuhan pokok yang
berkembang pada dekade 1970-an.
 Model III, titik berat pada pembangunan kualitas SDM yang berkembang akhir
dekade 1970-an. Model ini oleh beberapa penulis disebut sebagai “Model
Pembangunan Kualitas Manusia”.

C. Kemiskinan Dampak Kualitas Sumber Daya Manusia


Indonesia menghadapi masalah yang cukup besar dibidang kependudukan dan
lingkungan hidup. Jumlah penduduk indonesia tahun 1990 sebesar 179,2 juta orang.
Sebesar 30,9 % diantaranya berada di daerah perkotaan, dan sisanya sebesar 69,1 %
bermukim di pedesaan. Pada tahun 1993, penduduk indonesia mencapai 185 juta orang dan
kini ( 1997) telah mencapai sekitar 200 juta orana/jiwa. Pada 1970 ( Repelita I ) terdapat
70 juta ( 60%) penduduk miskin, dan hingga akhir Repelita v ( 1993) terdapat 25, 9 juta
( 17,7 % ) penduduk miskin yang berada di 20633 desa tertinggal ( 20,9 % ). Kondisi ini
selain disebabkan oleh faktor penduduk desa yang terpuruk ke lembah kemiskinan akibat
dampak ketidakmerataan pendistribusian hasil-hasil pembangunan, juga oleh sikap mental
penduduknya yang mengalami kemiskinan secara alamiah maupun kultural .

D. Strategi Pengentasan kemiskinan


Salah satu strategi pembangunan guna meningkatkan SDM dan penegntasan penduduk
miskin yang berorientasi pada sumber daya ( empowermwnta ), pelembagaan dan
kelembagaan pembangunan ( capacity and institutional ), pemerintah mencanangkan
Program Inpres Desa Tertinggal melelui Inpres No. 5 tahun 1993. Program IDT merupakan
kebijaksanaan terpadu guna meningkatkan potensi dan dinamika masyarakat lapisan
bawah. Penguatan sosial ekonomi rakyat sebagai basis terbesar di harapkan dapat
menghasilkan landasan yang kukuh bagi pembangunan nasional, lewat peningkatan daya
beli masyarakat secara menyeluruh. Program IDT adalah program dan gerakan nasional
yang berorientasi pada masyarakat miskin di desa/kelurahan sehingga relevan dengan
pembangunan sektoral, regional, daerah, dan pembangunan masyarakat desa.

12
E. Birokrasi Berakses Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Peran birokrasi pemerintah dalam upaya menyukseskan Gerakan Nasional Program IDT
mempunyai kedudukan yang strategis dan menentukan kelancaran serta kesinambungan
program tersebut. Pendekatan pemberdayaan dan pembelajaran yang dilakukan birokrasi
pemerintah daerah Tingkat II selaku pelaksana Program IDT memerlukan suasana
transformasi pembangunan sosial yang menuntut keprofesionalan, sikap kemitraan,
dialogis, dan keteladanan unsur birokrasi pemerintahan.

F. Keterkaitan Masalah Kemiskinan dengan Birokrasi Pemerintahan.


Masalah kemiskinan berkaitan erat dengan masalah sumber daya manusia, tingkat
pendidikan, dan strategi pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat. Menurut
perubahan sosial ( social change ), peningkatan mutu sumber daya pembangunan sistem
sosial dengan sudut pandang yang berlainan, baik secara makro maupun mikro, antara lain
pandangan teori modernisasi dari struktur dan fungsional, “ human capital”,
ketergantungan, konflik dan sikap skeptis ( Sudardja, Adiwikarta, 1988: 4 ).

13

You might also like