Professional Documents
Culture Documents
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu dapat mengetahui cara pembuatan sabun skala
laboratorium.
Lemak atau minyak nabati atau hewani adalah contoh dari gliserol dan lemak jenuh
atau minyak dapat dihidrolisa oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang sehari-
hari kita kenal sebagai sabun. Reaksi hidrolisa ini disebut penyabunan (safonifikasi) (Anonim,
2008).
Ester dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol yang dapat
dikatalisir oleh asam-asam mineral, misalnya asam sulfat atau asam klorida. Reaksi yang terjadi
merupakan suatu keseimbangan. Apabila digunakan asam dan alcohol dalam jumlah yang sama,
pada keadaan yang seimbang akan diperoleh 67% ester. Hasil ini ditingkatkan dengan
menggunakan pereaksi berlebihan atau dengan mengeluarkan air dari campuran. Lemak atau
minyak nabati adalah contoh gliserol dan lemak, yang sehari-hari disebut sebagai sabun. Reaksi
yang berlangsung disebut sebagai reaksi penyabunan (Anonim, 2003:30).
Lemak netral tergolong senyawa-senyawa majemuk dan ikatannya menyerupai ester.
Asamnya terdiri atas asam-asam monokarboksilat yang tidak bercabang, yaitu asam lemak
sedangkan komponen alkoholnya gliserin merupakan suatu alkohol. Banyaknya asam
karboksilat yang diikatkan pada gliserin menghasilkan mono dan trigiserida. Asam-asam itu
dapat sama maupun berlainan. Lemak yang terdapat di alam umumnya tergolong trigliserida
yang asamnya campuran,karena itu mengisolasi triglesirida murni merupakan pekerjaan yang
sangat pelik.Melalui hidrolisis senyawa ester dapat diuraikan lagi menjadi komponen-
komponen semula.yang paling mudah jika di campur dengan basa(NaOH atau KOH),maka
terjadilah garam-garam alkali yang disebut sabun(kurnia Kuswijaya,1993:90).
Pembuatan sabun merupakan salah satu proses kimia yang paling tua.Apabila gliserida
akan dihasilkan garam dari asam karboksilat dan gliserol.Sabun digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan merupakan campuran dari asam-asam lemak yang rantainya panjang.sabun
dapat dibuat dengan beberapa cara,sebagai contoh dalam pembuatan sabun ditambahkan zat
pewarna dan juga pewangi.Sabun sering juga ditambahkan dengan alkohol agar sabun yang
dibuat dapat tampak transparan.Jika busa yang digunakan adalah kalium hidroksida,maka
sabun yang digunakan disebut sebagai sabun lunak.Bila sabun natrium direaksikan dengan
asam mineral akan diperoleh campuran dari asam-asam karbiksilat bebas.Dengan cara destilasi
refraksi asam-asam karboksilat,maka campuran tersebut dapat dipisahkan yang kemurniannya
berkisar 90% (Matsjeh,1996 ; 43).
C. Alat dan Bahan
2. Bahan :
Reaksi Penyabunan
O
H2C O C (CH2)16 CH3 H2C OH
O O
H2C O C (CH2)16 CH3 + 3NaOH 3CH(CH2)16 C ONa + H2C OH
O
H2C O C (CH2)16 CH3 H2C OH
MINYAK SABUN GLISEROL
Dik : Massa minyak = 10 gram, Mr minyak = 890 gram/mol
V NaOH 25% = 10 mL, Mr sabun = 306 gram/mol
Massa NaOH 25 % = 25 gram NaOH = 2,5 gram NaOH
Massa NaOH = 10 mL NaOH x 2,5 gram NaOH
100 mL NaOH
Mol NaOH = 2,5 gram = 0,0625 mol
40 gram/mol
Mol minyak = gram/Mr = 10 gram minyak
890 gram/mol
= 0,0112 mol minyak
Mol sabun = 3 mol sabun x 0,0112 mol minyak
1 mol minyak
= 0,0336 mol sabun
Maka massa sabun secara teoritis adalah :
Massa sabun = mol sabun x Mr
= 0,0336 mol sabun x 306 gram/mol
= 10,2816 gram
F. Pembahasan
Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari hasil reaksi minyak.Reaksi
pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali (NaOH atau
KOH) denagn menggunakan minyak.Reaksi ini dikenal dengan reaksi
safonifikasi(penyabunan).Pembuatan sabun merupakan salah satu hasil dari sintesis kimia yang
paling tua.Bila glesirida lemak dihidrolisis maka akan menghasilkan garam dari asm
karboksilat dan gliserol.
Pada hasil percobaan dan pengamatan di atas,di mana 10 gram minyak yang di
tambahkan etanol 95%denagan 10 ml larutan NaHO 25% menghasilkan larutan yang berwarna
putih susu.Hal ini berarti bahwa,minyak,etanol,dan NaHO mengalami reaksi safonifikasi
(reaksi penyabunan).Setelah di tambahkan NaCL 80 ml (berupa NaCL jenuh) perubahan yang
terjadi adalah adanya gumpalan-gumpalan yang melarur dan terjadi busa.Penambahan NaCL
ini berguna untuk memisahkan sabun dari gliserolnya,sehingga akan membentuk larutan yang
berupa larutan koloid.Bila larutan ini di saring dengan menggunakan kain blacu maka gliserol
dan alkohol akan berada di dalam larutan NaCL sedangkan sabunnya akan mengendap.
Hasil dari pembuatan sabun secara teoris,lemak dapat langsung direaksikan dengan
NaOH. Namun hal itu dapat saja terbalik secara prakteknya. Lemak merupakan senyawa
organik dengan sifat nonpolar, sementara NaOH adalah senyawa anorganik dengan sifat polar.
Senyawa dengan sifat polar dan nonpolar tidakl akan saling bercampur, sehingga dalam
reaksinya antara NaOH dengan lemak diperlukan suatu medium pereaksi untuk reaksi
penyabunan tersebut. Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut yaitu
etanol.
Etanol adalah alkohol dengan dua atom C. Etanol merupakan senyawa organik yang
bersifat semipolar yaitu senyawa yang dapat bersifat polar karena mengandung gugus OH – dan
bersifat nonpolar yaitu CH3+. Dengan pelarut inilah NaOH terlarut dan dapat bercampur dengan
lemak dalam reaksi penyabunan.
Sabun yang diperoleh dari hasil reaksi antara Na dan K dengan asam lemak tinggi, pada
umumnya mudah larut dalam air panas, sehingga hasil dari kelarutan ini memberikan larutan
koloid akan berwarna putih. Hal ini akan menyebabkan sabun yang telah ditambahkan dengan
air panas akan terjadi perubahan warna yaitu bereubah menjadi putih dan terdapat busa
gelembung-gelembung air, namun sifat kelarutan ini akan berkurang apabila dalam air terdapat
adanya ion-ion logam yang mampu menghasilkan reaksi substitusi. Swabun yang sudah
ditambahakan dengan air panas dan larutan HCl, sebalum larutan ini dipanaskan warnanya
berwarna putih dan tidak keruh serta tidak terdapat busa. Sedangkan bial dipanaskan maka
akan mengalami perubahan warna yaitu dari warna putih menjadi warna putih keruh dan akan
terdapat busa pada lapisan atasnya (gelembung). Sedangkan pada sabun yang ditambahkan
dengan menggunakan air panas dan larutan CaCO3, sebelum dilakukan pemanasan warnanya
putih dan tidak terjadi kekeruhan pada larutan tersebut serta tidak terlihat adanya endapan pada
larutan. Sedangkan bila larutan ini dipanaskan maka warnanya tetap menjadi putih tetapi
terdapat endapan dan busa atau terdapatnya gelembung-gelembung pada larutan sabun
G. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka dapat diambil kesimpulan adalah
sebagai berikut :
1. Reaksi penyabunan merupakan reaksi dari minyak yang dilakukan dengan mereaksikan
suatu alkali (NaOH atau KOH) dengan minyak, yang biasa disebut dengan reaksi
safonifikasi (penyabunan).
2. Penambahan larutan NaCl dalam larutan atau reaksi penyabunan yaitu berfungsi untu
memisahkan antara sabun dengan gliserolnya.
3. Etanol merupakan senyawa organic yang bersifat semipolar dan mempunayi dua atom C.
4. Untuk mempercepat laju reaksi maka dilakukan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Unit Kimia. UPT.
Laboratorium Dasar. Universitas Haluoleo. Kendari
Anonim, 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. UPT. Laboratorium Kimia
Dasar. Kendari.
Kusnawijaya, 1993. Biokimia. Exact Ganeca. Bandung.
Matsjeh, 1996. Kimia Organik II. UGM. Yogyakarta.
Sabtu, 16 Januari 2010
Sabun, Detergen Syntetik, dan Detergen Mengadndung Enzim (Laporan Praktikum
Biokimia)
I. Sabun, Detergen Syntetik, dan Detergen Mengadndung Enzim
Oleh Kedawung Senja (080210193047-P.bio Unej)
II. Tujuan Percobaan
2.1 Untuk membuat sabun
2.2 Untuk mempelajari sifat-sifat sabun, detergen sintetik, detergen mengandung enzim.
V. Cara Kerja
5.1 Pembuatan Sabun
masukkan
mengaduk
memanaskan
air mendidih
mengurangi api
penangas air
mengaduk
komponen dalam beaker gelas tidak terpisah
volume terkurangi
menambahkan
memindahkan
material dengan bantuan gelas pengaduk
melarutkan
+ tabung reaksi
mengocok
busa baik dan tidak ada lemak
menambahkan
beaker gelas +
sabun terpisah ke dalam lapisan homogen. Biarkan dingin, meninggalkan cake ketika padat
menyaring
kertas tissue
menambahkan
mengamati kembali
melarutkan
tabung reaksi terpisah
menambahkan
mengisi
tabung reaksi
menambahkan
melakukan kembali
menambahkan
menutup tabung
mengocok
mengamati
menambahkan
menguji
mengisi
2 tabung reaksi
menambahkan
tabung 1
menambahkan
mengisi
2 tabung reaksi
menambahkan
melarutkan
tabung reaksi
menambahkan
memasukkan
3 tabung reaksi
mencampurkan
besker gelas+ air, suhu 40oC
2. Reaksi sabun
No Perlakuan Hasil
a. Melarutkan sejumlah kecil sabun yang dibuat dan sabun serbuk dalam tabung dengan masing-
masing setengah penuh air hangat + setetes Phenolphthalin. Warna menjadi sabun buatan menjadi
ungu, sedangkan warna sabun serbuk juga menjadi ungu tetapi lebih pekat.
b. Melarutkan sabun buatan dan sabun serbuk dalam tabung reaksi dengan masing-masing setengah
penuh aquades dan ditambah beberapa tetes larutan encer Mg2+ dan Ca2+. Warna sabun buatan
menjadi putih keruh, sementara warna sabun sinthetyc agak keruh.
c. Mencampur Sabun buatan dan sabun serbuk dalam tabung reaksi masing-masing dengan setengah
penuh aquades hangat dan minyak wijen Sabun buatan berwarna keruh dan terdapat endapan minyak
wijen; sabun serbuk terdapat endapan minyak wijen dan warnanya lebih keruh.
d. Mencampur Sabun buatan dan sabun serbuk dalam tabung reaksi masing-masing dengan setengah
penuh aquades hangat dan 2 ml HCl 3M. Warna sabun buatan putih keruh, sementara warna sabun
serbuk menjadi agak keruh kebiruan.
5.2 Pembahasan
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Banyak jenis
sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari
minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada
suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh
basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau
lemak hewan. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun. Minyak
tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12
sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada
kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut
dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak
akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi
tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada
asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih
lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan
menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan yaitu asam
lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon
penyusunnya dan bersifat kurang stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan unsure lain. basa
alkali yang digunakan yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah seperti Naoh, Koh,
Nh4oh, k2co3 dan lainnya. Sabun, menjadi produk berasal dari garam asam karboksilat yang tinggi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan
alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan tersebut adalah
sebagai berikut:
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan
garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih
mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam
air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan
ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan
alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Pada praktikum “Sabun, Detergen Syntetik, dan Detergen Mengadndung Enzim” dilakukan tiga sub
percobaan. Percobaan tersebut adalah Pembuatan sabun, reaksi sabun, dan reaksi etergen sintetik.
Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan sabun dari minyak tumbuhan. Minyak tumbuhan yang
digunakan adalah minyak wijen. Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 gram/10 ml
minyak wijen ke dalam gelas beaker 250 ml dengan menambahkan 30 ml NaOH 3M dan 40 ml ethyl
alkohol. Campuran yang terbentuk berwarna coklat. Campuran diaduk dan dipanaskan ke dalam
penangas air selama 30 menit. Saat dilakukan pemanasan, campuran tetap berwarna coklat, tetapi
terdapat busa dengan warna yang sama. Pemanasan dan pengadukan kemudian dilakukan secara
perlahan atau dikurangi agar komponen dalam beaker gelas tidak terpisah satu sama lain. Setelah
pemanasan selama 30 menit, warna menjadi putih kekuningan. Larutan dibiarkan agar menjadi dingin
atau suhu larutan turun. Kemudian dilakukan penyaringan melalui corong dengan menggunakan
kertas saring. Setelah penyaringan, substrat yang tidak tersaring berwarna putih susu, terdapat busa.
Sedangkan cairan yang tersaring, berwarna agak kekuningan. Substrat yang tidak tersaring inilah yang
merupakan gumpalan sabun.
NaOH merupakan basa lemah (alkali) dan ethyl alcohol berperan sebagai bahan baku pembuatan
sabun. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali
yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. Sabun yang dibuat dengan bahan baku
NaOH merupakan sabun yang berbentuk padat.
OO
║║
R – C – O–Na+ + H – OH R – C – OH + Na+OH–
sabun alkali
Sedangkan larutan garam (NaCl) merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Sabun
yang dibuat dengan bahan alkali, cenderung susah larut dalam air dan larutannya agak basa karena
adanya hidrolisis parsial. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang
terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar
diperoleh sabun yang berkualitas.
Sabun dapat dibuat dengan cara menghidrolisis lemak atau minyak dalam kondisi basa untuk
menghasilkan garafm karboksilat.
Ester dari Trihidroksi alkohol + NaOH = gliserol + sabun
Sabun = RCOONa + R’COONa + R”COONa
Sabun merupakan garam dari asam lemak seteglah terjadi hidrolisis ester trigliserol. Biasanya
merupakan campuran garam karboksilat yang memiliki 12, 14, 16 dan 18 atom karbon rantai lurus.
Pada percobaan kedua yaitu Reaksi Sabun, dilakukan percobaan dengan salah satu bahan dari sabun
yang telah dibuat. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melarutkan sebagian kecil dari sabun yang telah dibuat dan sabun serbuk dalam tabung terpisah
masing-masing dengan setengah penuh aquades hangat dan ditambah Phenolphthalin beberapa
tetes. Pada tabung reaksi yang berisi sabun buatan dengan aquades dan PP, tampak bahwa larutan
berwarna ungu. Sedangkan pada tabung reaksi yang berisi sabun serbuk, larutan juga berwarna ungu,
tetapi lebih pekat. Pada percobaan digunakan aquades hangat untuk mempercepat kelarutan.
Penambahan PP dimaksudkan untuk mengetahui bahwa sabun merupakan basa, mampu melarutkan
lemak.
2. Melarutkan sabun buatan dan sabun serbuk dalam tabung reaksi dengan masing-masing setengah
penuh aquades dan ditambah beberapa tetes larutan encer Mg2+ dan Ca2+. Dari percobaan dihasilkan
warna sabun buatan menjadi putih keruh, sementara warna sabun sinthetyc agak keruh. Mg2+ dan
Ca2+ memiliki peranan dalam pembuatan sabun. Keduanya merupakan unsur golongan IIA,
merupakan logam alkali. Alkali sebagian besar digunakan dalam pembuatan sabun, karena merupakan
unsur atau senyawa yang mampu menetralkan lemak atau minyak. Penambahan Mg2+ dan Ca2+
dimaksudkan untuk mempercepat kelarutan minyak dalam sabun. Pada percobaan tidak dilakukan
ketelitian terhadap ukuran sampel sabun sintetik maupun sabun buatan, sehingga hasil yang
didapatkan terdapat perbedaan kelarutan minyaknya.
3. Mencampur sabun buatan dan sabun serbuk dalam tabung reaksi masing-masing dengan setengah
penuh aquades hangat dan minyak wijen. Dari percobaan dihasilkan sabun buatan berwarna keruh
dan terdapat endapan minyak wijen; sabun serbuk terdapat endapan minyak wijen dan warnanya
lebih keruh. Pada percobaan tidak dilakukan ketelitian terhadap kadar atau jumlah dari sampel sabun
yang diuji, sehingga hasil keduanya memiliki perbedaan dalam hal kelarutan. Pada larutan sabun
buatan terlihat keruh dan terdapat endapan minyak wijen, sedangakan pada larutan sintetik lebih
keruh dan terdapat endapan minyak wijen. Kekeruhan tersebut juga terlihat dengan adanya busa yang
lebbih banyak pada sabun sintetik daripada pada larutan sabun buatan. Hal ini menunjukkan daya
untuk melarutkan lemak atau minyak lebih baik pada larutan sabun sintetik. Penggunaan aquades
hangat dalam percoabaan dimaksudkan untuk mempercepat pelarutan.
4. Mencampur Sabun buatan dan sabun serbuk dalam tabung reaksi masing-masing dengan setengah
penuh aquades hangat dan 2 ml HCl 3M. Warna sabun buatan putih keruh, sementara warna sabun
serbuk menjadi agak keruh kebiruan. HCl merupakan senyawa asam, sedangkan sabun merupakan
senyawa basa. Uji ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penetralan asam dan basa. Penggunaan
aquades hangat dalam percoabaan dimaksudkan untuk mempercepat pelarutan.
Keempat langkah percobaan di atas bertujuan untuk membandingkan hasil penetralan atau pelarutan
dari masing-masing sabun terhadap indicator yang digunakan.
Percobaan yang terakhir adalah reaksi detergen sintetik. Percobaan ini dilakukan dengan 4 sub
percobaan. Percobaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Detergen padat dan detergen cair masing-masing dilarutkan dalam tabung reaksi dengan setengah
penuh aquades dan ditambah beberapa tetes Phenolphthalin. Percobaan ini menghasilkan hasil uji
sebagai berikut: warna larutan detergen padat menjadi ungu atau merah bella, sedangkan warna
larutan detergen cair menjadi putih bening. Penambahan PP dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
sabun merupakan basa, mampu melarutkan lemak. Berdasarkan hasil percobaan, sabun sintetik
merupakan basa kuat, lebih kuat daripada sabun buatan. Hal ini bias diamati Karena tidak ada
ketelitian dalam kadar atau jumlah dari masing-masing sampel sabun yang digunakan dalam
percobaan.
2. Detergen padat dan detergen cair masing-masing dilarutkan dalam tabung reaksi dengan setengah
penuh aquades dan ditambah beberapa tetes larutan encer Mg2+ dan Ca2+. Warna larutan detergen
padat menjadi bening (putih bening), sedangkan warna larutan detergen cair menjadi putih agak
keruh. Mg2+ dan Ca2+ merupakan unsur golongan IIA, merupakan logam alkali. Alkali sebagian besar
digunakan dalam pembuatan sabun, karena merupakan unsur atau senyawa yang mampu
menetralkan lemak atau minyak. Penambahan Mg2+ dan Ca2+ dimaksudkan untuk mempercepat
kelarutan minyak dalam sabun. Pada percobaan tidak dilakukan ketelitian terhadap ukuran sampel
sabun sintetik maupun sabun buatan, sehingga hasil yang didapatkan terdapat perbedaan perbedaan
reaksi antar keduanya.
3. Detergen padat dan detergen cair masing-masing dilarutkan dalam tabung reaksi dengan setengah
penuh aquades hangat dan I ml minyak wijen. Larutan larutan detergen padat menjadi putih bening
kebiruan, sedangkan larutan detergen cair berwarna putih bening. Penambahan aquades hangat
dalam percobaan bertujuan untuk mempercepat pelarutan. Minyak wijen merupakan lemak atau
minyak, yang dalam percobaan ini digunakan untuk menguji reaksi pelarutan dari masing-masing
sampel sabun yang diuji.
4. Sabun buatan dan sabun serbuk masing-masing dicampur dengan aquades hangat dan ditambahkan
2 ml HCl 3M. Warna sabun buatan putih keruh, sementara warna sabun serbuk menjadi agak keruh
kebiruan. Uji ini untuk menunjukkan bagaimana basa (sabun) bereaksi dengan asam (HCl).
Penggunaan aquades hangat bertujuan untuk mempercepat kelarutan.
Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa fenomena larutnya minyak alam larutan sabun,
tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara dua molekul polar (gaya tarik dipol-
dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang
permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka
larutan nonpolar dapat larut dalam non polar.
Contoh fenomena terjadi saat mencuci tangan menggunakan sabun. Saat pencucian tangan, air yang
merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya
asam lemak/minyak yang juga merupakan senyawa non polar.
VI. Kesimpulan
1. Dari percobaan dengan memasukkan 10 gram/10 ml minyak wijen ke dalam gelas beaker 250 ml
dengan menambahkan 30 ml NaOH 3M dan 40 ml ethyl alcohol, diperoleh hasil substrat yang tidak
tersaring berwarna putih susu, terdapat busa, Sedangkan cairan yang tersaring, berwarna agak
kekuningan. Substrat yang tidak tersaring inilah yang merupakan gumpalan sabun. NaOh berperan
sebagai alkali atau basa lemah. Sedangkan larutan garam (NaCl) merupakan komponen kunci dalam
proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl
yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun.
2. Pada percobaan kedua, menguji sabun sintetik dan sabun buatan masing-masing dengan PP, Mg2+
dan Ca2+, minyak wijen dan HCl, menunjukkan bahwa sabun mampu melrutkan lemak. Sabun bersifat
basa.
3. Untuk menguji kelarutan minyak dalam air, digunakan minyak, sabun hasil dari percobaan 1 dan
detergent padat. Larutnya minyak dalam larutan sabun, tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul.
Gaya tarik antara dua molekul polar ( gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam
larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron
non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut dalam non polar.
4. Pada uji reaksi sabun sintetik, menunjukkan bahwa detergen padat lebih cepat melarutkan lemak
daripada detergen cair.
Daftar Pustaka
http://kuliah.wikidot.com/deterjen-sabun
http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun
http://arifqbio.multiply.com/journal/item/17/Seri_Pengantar_Biokimia_III
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/sabun-dan-
deterjen/
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/
Campbell, N.A.Reece, J.B.Mitchell, L.G. (2002). Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Tim Biokimia.2009. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember : Universitas Jember
pembahasan Organik_saponifikasi_penyabunan
Pembahasan organic_saponifikasi (penyabunan)