You are on page 1of 11

Berita tentang Gunung Sinabung yang mengeluarkan asap tebal dan debu sudah

beredar luas di Kabupaten Karo, terutma di desa-desa di kaki gunung sejak jumat
(27/8) malam. Warga sempat panik dan mengungsi, tetapi kemudian tenang lagi1.

Tulisan di atas merupakan potongan berita yang dimuat oleh harian


KOMPAS sehari setelah letusan gunung Sinabung. Menurut berita tersebut, ribuan
pengungsi sempat kembali ke rumah masing-masing setelah pemerintah
mengumumkan bahwa aktivitas gunung Sinabung tidak berbahaya. Sehari
kemudian, Minggu, 29 Agustus 2010, gunung tersebut meletus dengan
mengeluarkan asap hitam setinggi 1.500 m pada pukul 00.18 wib2. Gubernur
Sumatera Utara Syamsul Arifin mengatakan, jumlah pengungsi akibat meletusnya
Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo berjumlah sekitar 22.000 orang3.
Gunung Sinabung sendiri dikategorikan sebagai gunung kelas B karena
gunung tersebut terakhir meletus pada tahun 16004. Gunung Sinabung terletak di
dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera utara dengan koordinat 3”10’ LU
dan 98”23 LS. Gunung tersebut merupakan gunung berapi jenis strato volcano
dengan ketinggian 2.460 mdpl5.
Fenomena tersebut mengingatkan kita bahwa Indonesia merupakan negara
yang tidak pernah lepas dari ancaman bahaya. Sejak beberapa tahun lalu, telah
terjadi beberapa letusan gunung berapi di Indonesia. Gunung kelud yang meletus
pada tahun 1586 telah menyebabkan 10.000 jiwa meninggal. Gunung tambora
yang merupakan letusan terbesar di dunia pada tahun 1815 telah menyebabkan
sekitar 92.000 jiwa meninggal. Letusan tersebut menyebabkan daerah di sebelah
utrara katulistiwa mengalami suhu dingin yang abnormal dari akhir musing gugur
sampai dengan awal musim semi pada tahun 1816. Kondisi tersebut sering disebut
“year without summer”. Gunung krakatau, meletus pada bulan Agustus 1883,
bahkan menyebabkan tsunami. Bencana tersebut menyebabkan 36.000 jiwa di

1
KOMPAS, Senin 30 Agustus 2010, hlm.1.
2
KOMPAS, Senin 30 Agustus 2010, hlm.14.
3
http://id.news.yahoo.com/repu/20100830/tpl-gubernur-sumut-pengungsi-sinabung-22-97b2f71.html, diakses pada 30
agustus 2010, 20.45 wib.
4
KOMPAS, Senin 30 Agustus 2010, hlm.14.
5
KOMPAS, Senin 30 Agustus 2010, hlm.15.
coastal area meninggal dan menyebabkan dua pertiga pulau hancur (Clemens,
2002: 26).
Fakta sejarah tersebut disebabkan karena posisi Indonesia yang terletak di
daerah rawan bencana. Indonesia terletak di ujung barat Sabuk Api (Ring of Fire)
yang hiperaktif. Zona tersebut merupakan zona geofisika yang merupakan
pertemuan antara lempeng-lempeng tektonik yang melengkung sepanjang 40.000
km melingkari samudera pasifik6.
Kondisi geografis tersebut yang menyebabkan Indonesia mempunyai
banyak gunung berapi baik yang aktif maupun yang tidak aktif. Gunung berapi di
Indonesia dapat dibagi kedalam tiga kategori berdasarkan tahun terakhir
meletusnya7, yaitu:
 Golongan A
Yaitu gunung api yang pernah meletus atau memperlihatkan kenaikan
aktivitas magnetik di hitung sejak tahun 1680, jumlahnya 76 buah.
 Golongan B
Yaitu Gunung api yang memperlihatkan aktivitas fumarola tetapi sejak
tahun 1600 tidak meletus, jumlahnya 29 buah.
 Golongan C
Yaitu lapangan Solfatara atau fumarola tetapi tidak memperlihatkan
bentuk gunung api, jumlahnya 24 buah.
Total gunung berapi aktif di Indonesia ada 129 buah. Persebarannya yaitu:
Sumatra : 30 buah, Jawa : 35 buah, Bali dan Nusa Tenggara: 30 buah, Maluku
: 16 buah, Sulawesi : 18 buah. Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 tahun
terahkir sebanyak 70 buah. Luas daerah yang terancam sejumlah 16.670 km8.
Perlu diperhatikan, bahwa hanya di Indonesia saja begitu ramai penduduk
yang tinggal dekat dengan gunung berapi aktif9. Keadaan yang sangat memilukan
bahwa ada sebagian penduduk Indonesia yang selalu berada dalam kondisi

6
National Geographic Indonesia, Maret 2008, hlm 20.
7
http://khatulistiwa.info/gunung/gunung-berapi-di-indonesia.html, diakses pada 30 Agustus 2010, 22.07 wib.
8
http://khatulistiwa.info/gunung/gunung-berapi-di-indonesia.html, diakses pada 30 Agustus 2010, 22.07 wib.
9
National Geographic Indonesia, Maret 2008, hlm 20.
bahaya. Setiap saat mereka harus berhadapan dengan bahaya awan panas, lahar,
dan banjir lahar dingin. Jumlah jiwa yang terancam sebanyak 5.000.000 orang10.
Hal yang harus diperhtikan adalah mereka yang hidup di tengah-tengah
ancaman bahaya bukan karena faktor keterpaksaan. Mereka dengan sukarela
berada dalam kondisi tersebut. Bahkan dalam kasus letusan gunung Merapi pada
Mei 2006, beberapa penduduk di sekitar bebeng, lereng merapi, tidak mau
dievakuasi. Padahal pemerintah dan bahkan Sultan Hamengkubuwono X sudah
memerintahkan untuk mengungsi. Motivasi mereka didasari pada kemauan untuk
tidak ingin meninggalkan kekayaan mereka dan pada keyakinan bahwa desa
mereka aman yang didapat dari keyakinan atas kekuatan supranatural dan
pengalaman sebelumnya (Katherine, 2010: 125).
Agaknya kita dapat melihat mengapa banyak penduduk Indonesia dengan
sukarela hidup berdampingan dengan bahaya. Mereka tidak mau meninggalkan
“kekayaan” yang mereka miliki. Kekayaan yang dimaksud adalah rumah, hewan
ternak, dan lahan pertanian.
Kekayaan tersebut sebenarnya merupakan anugerah dari gunung merapi.
Kawasan lereng atas sendiri merupakan area yang terbentuk dari endapan material
vulkanik gunung berapi. Material yang diendapkan beratus-ratus tahun memiliki
kandungan mineral yang membuat tanah menjadi subur. Ratusan dari gunung
berapi meghasilkan deposit vulkanik lebih dari 33.000 km atau seperenam dari
daratan Indonesia (Departemen Energi dan Pertambangan, 1979 dalam Irawani
dan Puradimaja, 2006: 1). Jadi, keadaan tanah yang subur, air yang jernih,
makanan ternak dapat mereka dapatkan dengan gratis bagi mereka yang bersedia
hidup di daerah kawasan lereng atas.
Proses endapan tersebut juga menjadi faktor pembentukan lapisan kedap
air tempat menyimpan air tanah (Irawani dan Puradimaja, 2006: 2). Oleh karena
itulah, salah satu fungsi utama daerah tersebut adalah sebagai daerah resapan. Air
tanah yang berada di kawasan tersebut nantinya dapat dimanfaatkan oleh
penduduk yang berada di kawasan yang berada di bawahanya. Peradaban yang
muncul di sekitar sungai secara tidak langsung juga akibat dari aktivitas gunung

10
http://khatulistiwa.info/gunung/gunung-berapi-di-indonesia.html, diakses pada 30 Agustus 2010, 22.07 wib.
berapi. Daerah sungai menjadi subur karena air permukaan membawa endapan
material vulkanik yang kemudian diendapkan di sekitar sungai. Jadi, tanpa adanya
aktivitas gunung berapi, tidak ada daerah subur di daerah sungai, tidak ada
ketersediaan air tanah, dan tidak akan adanya peradaban yang muncul.
Letusan gunung berapi hanyalah suatu aktivitas yang bersifat alami.
Fenomena tersebut dipandang sebagai sebuah bencana atau anugerah sangat
tergantung dari manusia itu sendiri. Keberadaan manusia dan segala aktivitasnya
merupakan efek dari proses geomorfologi dari suatu area. Manusia memanfaatkan
apa yang sudah dihasilkan oleh alam untuk keberlangsungan hidupnya.
Perancanaan yang komperehensif diperlukan dan harus dilakukan dengan baik,
sehingga manusia bisa mengambil manfaat dari aktivitas alami gunung berapi.
DAFTAR PUSTAKA

Clemens, Colonel Jay A. 2002. Volcano! Evacuation and military medical


implications, DF Health vol 3 April 2002, hlm 25-30.

Donovan, Katherine. 2010. Doing social volcanology: exploring volcanic culture


in Indonesia, Area. Vol. 42 No. 1, hlm. 117–126.

Irawani. D.E dan Puradimaja. D. J. 2006. The hydrogeology of the volcanic spring
belt, east slope of Gunung Ciremai, West Java, Indonesia, IAEG 2006
Paper number 489, hlm.1-11.

http://khatulistiwa.info/gunung/gunung-berapi-di-indonesia.html, diakses pada 30


Agustus 2010, 22.07 wib.

National Geographic Indonesia, Maret 2008, hlm 20.

KOMPAS, Senin 30 Agustus 2010.


letusan gunung sinabung

what and who

apa yang terjadi dengan gunung sinabung?

siapa korbanya?

apa fenomena yang terjadi?

adaberapa gunung berapi di indonesia?

apa saja gunung yang meletus?

apakah itu bencana atau karunia?

apa manfaat dari letusan gunung berapi?

apa solusinya?

when

kapan terjadinya?

kapan gunung berapi bisa meletus?

berapa lama yang siklus gunung meletus?

berapa lama proses pengendapan material vulkanik?

where

dimana lokasi gunugn sinabung?

dimana penduduk tinggal?

dimana persebaran gunung berapi di indonesia?

why

mengapa bisa terjadi letusan?

mengapa disana banyak penduduk?


mengapa fenomena itu bisa terjadi?

how

bagaimana proses terjadinya letusan?

bagaimana manusia memafaatkan letusan gunung berapi?


bagaimana implementasi solusinya?

Indonesia memiliki banyak gunung berapi baik yang masih aktif dan non aktif. Penduduk
Indonesia hidup diantara gunung berapi. mereka memanfaatkannya untuk kegiatan
ekonomi. karena tanahnya subur banyak penduduk yang bertempat disitu. padahal
disitu daerah rawan bahaya.

Oleh karena itulah, pemerintah tidak terlalu mengawasi aktivitas gunung tersebut. Hal
tersebut yang menyebabkan ketidaksiapan proses penanganan evekuasi korban. Hal
tersebut perlu disadari sejak dini karena penduduk Indonesia hidup berdampingan
dengan gunung berapi.

Hal itu dikarenakan daerah sekitar gunung berapi adalah daerah yang subur. Endapan
vulkanik merupakan daerah yang subur. oleh karena itulah banyak penduduk yang
tinggal di daerah tersebut.
Jumlah gunung api aktif = 129 bh. Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 th
terahkir = 70 bh. Luas daerah yang terancam = 16.670 km. Jumlah jiwa yang terancam =
5.000.000 orang

Penyebaran Gunung Api di Indonesia


Sumatra : 30 buah
Jawa : 35 buah
Bali dan Nusa Tenggara: 30 buah
Maluku : 16 buah
Sulawesi : 18 buah
Jumlah : 129 buah

A. Golongan A yaitu gunung api yang pernah meletus atau memperlihatkan kenaikan
aktivitas magnetik di hitung sejak tahun 1680, jumlahnya 76 buah.
B. Golongan B yaitu Gunung api yang memperlihatkan aktivitas fumarola tetapi sejak
tahun 1600 tidak meletus, jumlahnya 29 buah.
C. Golongan C yaitu Lapangan Solfatara atau fumarola tetapi tidak memperlihatkan
bentuk gunung api, jumlahnya 24 buah.

Pada garis besarnya bahaya gunungapi dapat dibagi atas bahaya langsung (Primer) dan
bahaya Ikutan (sekunder). Bahaya langsung dapat terjadi karena lemparan batuan
seperti lemparan bom, aliran lava, dan hembusan letusan seperti hembusan awan pijar,
gas beracun dan pekatnya hujan abu. Bahaya ikutan adalah bahaya yang timbul karena
aliran lumpur yang tercampur dengan batuan.

A. Lava
Lava adalah aliran batuan cair yang meleleh karena suhunya tinggi (sampai 1200
0 C). Lava mengalir melalui lereng dan dapat memcapai beberapa kilometer.
Semua benda yang di lalui hancur terbakar. Lava dapat melongsor dan
menimbulkan awan pijar serta letusan gas (degasing).

B. Bom Gunung Api


Bom gunung api dapat terlempar dari pusat letusan sejauh radius 10 Km. Bom ini
berukuran dari 10 0C lebih sampai ukuran 1/2 atau 2 sampai 3 m; biasanya panas
atau pijar dan dapat menimbulkan kebakaran, baik pada rumah maupun hutan.

C. Pasir dan Lapili


Pasir dan lapili adalah lemparan material letusan yang lebih kecil dari bom. Pasir
berukuran lebih kecil dari 2 mm sedangkan lapili lebih besar dari pasir sampai
berukuran beberapa cm. Selain menghancurkan atap rumah karena bebannya, juga
pasir dan lapili dapat menghancurkan hutan dan pepohonan.

D. Awan Pijar
Awan Pijar ini adalah Suspensi dari material yang halus yang dihembuskan oleh
suatu gunung api dan merupakan campuran yang pekat dari gas uap dan materi
yang halus tadi. Di Gunung Merapi, Jawa Tengah awan pijar disebut juga "Wedus
Gembel" terjadi karena keluarnya gas dan lemparan material halus dari longsoran
kubah yang membara (Jenis Merapi). Awan panas ini mencapai jarak sampai 10
km dari pusat longsoran.

E. Abu Gunung Api dan Gas beracun


Abu merupakan lemparan material yang paling halus dari suatu letusan gunung
api. Pada umumnya suhunya tidak panas lagi. Kadar gas yang keluar terlampau
tinggi dari letusan suatu gunung api dapat pula menyebabkan kematian.

(http://khatulistiwa.info/gunung/gunung-berapi-di-indonesia.html, diakses pada 30


Agustus 2010 22.07)

Indonesia terletak di ujung barat Sabuk Api (Ring of Fire) yang hiperaktif. Zona tersebut
merupakan zona geofisika yang merupakan pertemuan antara lempeng-lempeng
tektonik yang beradu, mlengkung sepanjang 40.000 km melingkari samudera pasifik.
Hanya di Indonesia begitu ramai penduduk yang tinggal dekat dengan gunung berapi
aktif, diperkirakan 129 gunung. DI pulau Jawa saja, 120 juta jiwa hidup dalam bayangan
30 lebih gunung berapi, kedekatan yang telah terbukti fatal bagi lebih dari 140.000 jiwa
selama 500 tahun terakhir. ( National Geographic Indonesia Maret 2008 hlm 20).

fenomena tersebut sebenarnya adalah fenomena yang wajar. Sejak beberapa tahun lalu,
telah terjadi beberapa letusan gunung-gunung berapi di Indonesia. Gunung kelud
meletus pada tahun 1586 yang menyebbakan 10.000 orang tewas. Gunung tambora
yang merupakan letusan terbesar di dunia pada tahun 1815. sekitar 92.000 jiwa
terbunuh dan menyebabkan “year without summer” pada tahun 1816. Suhu mengalami
keaddan abnormal dingin di sebelah utrara katulistiwa dari akhir musing gugur sampai
dengan awal musim semi. Gunung krakatau, meletus pada bulan Aagustus 1883 dan
menyebabkan tsunami. Bencana tersebut menelan korban jiwa 36.000 jiwa di coastal
area dan menyebabkan 2/3 pulau hancur.

Volcano! Evacuation and military medical implications, Colonel Jay A Clemens


DO, MPH, MC, SFS, USAF. DF Health vol 3 April 2002 hl 25-30

Indonesia is a part of the ‘Ring of Fire’, consisting of almost 128 volcanoes. 13 – 17% of the
world’s volcanoes are
located in Indonesia. Such a number of volcanoes makes Indonesia one of the most important
countries for solving
volcano problems. A subduction zone lies across the country forming the volcanic belt. Most of
them are strato
volcanos (Figure 1). Hundreds of volcanoes produce volcanic deposits which cover 33,000 km2 or
one sixth of Indonesia’s land (Department of Mining and Energy 1979).
Volcanic deposits play a role as productive aquifers, as shown by the emergence of springs with
enormous
discharge and excellent quality. The aquifer results from the pore space system as well as the
fracture system. For
example, on Gunung Ciremai (Figure 2), there are 13 springs among hundreds with variable
discharge, from 80 l/sec
(litre/second) up to 1000 l/sec.

ratusan dari gunung berapi meghasilkan deposit vulkanik leboh dari 33.000km
atau seperenam dari daratan Indonesia (Departemen Energi dan Pertambangan,
1979 dalam
(Irawani. D.E Puradimaja. D. J, 2006. The hydrogeology of the volcanic spring
belt, east slope of Gunung Ciremai, West Java, Indonesia, IAEG2006 Paper
number 489, hlm.1-11)

The motivation
not to evacuate was based equally on their reluctance
to abandon livestock and in the belief that their
villages were safe, either through the protection of
supernatural creatures or knowledge gained during
past experiences.

Donovan, Katherine, 2010. Doing social volcanology: exploring volcanic


culture in Indonesia. Area. Vol. 42 No. 1, pp. 117–126

, 2010
ISSN 0004-0894 © 2009 The Author.
Journal compilation © Royal Geographical Society (with The Institute of British
Geographers) 2009

Motivasi penduduk yang tidak mau dievakuasi didasari pada kemauan untuk tidak
ingin meninggalkan kekayaan dan pada keyakinan bahwa desa mereka aman yang
didapat dari keyakinan atas kekuatan supra natural dan pengalaman sebelumnya
(Katherine, 2010: 125).

You might also like