Professional Documents
Culture Documents
2. Kerja Fisik
Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot
manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali disebut
sebagai “Manual Operation” diamana performansi kerja sepenuhnya akan
tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power)
ataupun pengendali kerja (control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi
energi (energi consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai
penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut.
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
4. Temperatur tubuh
7. Tingkat penguapan
8. Faktor lainnya
2. Konsumsi Oksigen
Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Faktor-faktor disebut
stressor, yaitu:
1. Tugas (Task)
2. Organisasi Kerja
3. Lingkungan Kerja
2. Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi
tubuh tersebut dikenal sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai
baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif , yaitu
melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat
dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan,
kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi :
Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat
dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian
langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu
dengan mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama
bekerja. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih
akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan
diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran
tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.
Kemudian Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu
alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi.
Kategori berat, ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme,
respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja
dapat digunakan untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat
melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
kerja yang bersangkutan.
Semakin berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang
untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau
sebaliknya. Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah
kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran
zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan
oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah satu indikator pembebanan
selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan
energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan
yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan.
Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat – ringannya beban
kerja.
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Konsumsi energi
diukur dalam satuan Watt, 1 Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan
energi setiap kebutuhan 1 liter oksigen akan memberikan 4,8 kilo kalori
energi yang setara dengan 20 KJ. Dalam satuan SI didapat 1 kilo kalori = 4,2
kilojoule (KJ).
Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai
sebagai penentu besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses
Metabolisme merupakan fase yang penting sebagai penghasil energi yang
diperlukan untuk kerja fisik. Besarnya energi yang dihasilkan / dikonsumsi
dinyatakan dalam satuan kilo kalori(Kcal). Untuk kegiatan dengan klasifikasi
ringan (berjalan, berdiri/duduk, berpakaian) memerlukan tambahan kalori
kerja 600-700Kcal/24 jam . Standar untuk energi Kerja 5.2 Kcal/menit
adalah energi maksimum yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
fisik sedang secara terus-menerus.
1 liter oksigen akan memberikan 4,8 k cal energi yang setara dengan
20 KJ
Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerja
otot harus diperhatikan dengan benar. Dalam hal ini kegiatan otot dapat
dibedakan dalam 2 hal yaitu:
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan
oksigen sebanyak 1 liter akan memberikan 4.8 kilo kalori (Suma’mun, 1989).
Sebagai dasar perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
oleh seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan
melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan kalori menurut aktivitasnya.
a. Metabolisme basal
b. Kalori untuk bersantai
c. Kalori untuk bekerja
Untuk memperjelas beberapa hal tersebut diatas diberikan empat
kategori kerja menurut Hettingen (1970) yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
Gambar
( Sumber: Nurmianto,1996)
Tabel
( Sumber: Nurmianto,1996)
Para fisiolog kerja telah meneliti konsumsi energi yang dibutuhkan untuk
berbagai macam jenis pekerjaan untuk aktivitas individu yang ditabulasikan
pada table di bawah ini:
Tabel
Clover 2,0-3,0
Cooking 4,0-5,0
Heavy wasting
( Sumber: Nurmianto,1996)
Sedangkan perhitungan jumlah energi total menurut Stevenson (1987)
adalah sebagai berikut:
Gambar
( Sumber: Nurmianto,1996)
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri atas beberapa
jenis, Muller ( 1962 ) memberikan definisi sebagai berikut :
( Nurmianto, 1998 )
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi
pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat
kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi
pemulihan tidak segera tercapai maka diperluakan redesain pekerjaan untuk
mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal
maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan
lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.(Tarwaka,
Solichul, H.A Bakri, 2004.
Dimana :
Dan keterangannya
a. Kapasitas kerja
b. Fitness
Dimana:
Y=Energi (kilocal/menit)
Dimana:
3. Kardiovaskuler
4. Kelelahan
1. Beban Kerja
2. Beban Tambahan
a. Iklim Kerja
b. Kebisingan
c. Penerangan
a. Umur
b. Masa Kerja
1. Proses
a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ
tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b. Faktor psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang
berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun
dengan atasan.
Mekanisme Kelelahan
1. Teori Kimia
Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat
sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi
kadangkadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah
parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan
keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang
memberikaan stabilitas pada tubuh.
Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa diri seseorang akan sulit
untuk didefinisikan secara jelas. Problematik kelelahan akhirnya membawa
manajemen untuk selalu berupaya mencari jalan keluarnya. Selain
memberikan waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan (recovery)
kondisi fisik yang lelah, lamanya periode waktu kerja juga bisa memberikan
dampak perubahan terhadap efisiensi operator.
Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan yang sering
timbul. Menurut Suma’mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi
dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat,
menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam
gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.
4. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan
beban kerja.
10. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja
beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di
malam hari, tenaga baru pindahan.
8. Metabolisme
1. Proses katabolisme
2. Proses Anabolisme
(Tri Carboxilic Cycle = Tri Carboxilic Acid Cycle =Citrit Acid Cycle)
Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,
Katabolisme
Anabolisme
Sumber :
9. Hormon Pertumbuhan
10.Demam
11.Iklim
12.Tidur
13.Malnutrisi
a. Metabolisme Basal
Metabolisme basal merupakan jumlah minimal energy yang
diperlukan untuk menjaga tubuh tetap berfungsi tanpa melakukan
aktivitas. Diukur setelah puasa 12 jam. Besarnya sekitar 1 kkal/jam
setiap kilogram berat tubuh. Kecepatan metabolisme basal diukur
pada waktu istirahat, di tempat tidur, tidak terganggu oleh apapun,
dengan pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida diukur.
1. Ukuran tubuh.
2. Umur.
3. Jenis kelamin.
4. Iklim.
5. Jenis pakaian yang dipakai.
6. Jenis pekerjaan.
b. Metabolisme Istirahat
c. Metabolisme Kerja
d. Metabolisme Pemulihan
a. Faktor manusia
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi
berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
• Terjatuh
• Tertimpa benda
• Tertumbuk atau terkena benda-benda
• Terjepit oleh benda
• Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
• Pengaruh suhu tinggi
• Terkena arus listrik
• Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
• Patah tulang
• Dislokasi (keseleo)
• Regang otot (urat)
• Memar dan luka dalam yang lain
• Amputasi
• Luka di permukaan
• Gegar dan remuk
• Luka bakar
• Keracunan-keracunan mendadak
• Pengaruh radiasi
• Lain-lain
• Kepala
• Leher
• Badan
• Anggota atas
• Anggota bawah
• Banyak tempat
• Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
sebagainya)
terjadi.
h. Pendidikan
i. Latihan-latihan